KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Hakikat
Manusia dan Daya-Daya Ruhani” dapat terselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar atas segala
bimbingan, ilmu dan nasihat yang beliau berikan. Dan terima kasih juga kepada
teman-teman yang telah memberi dukungannya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Apabila ada kekurangan dan kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari Dosen dan teman-teman sekalian.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 9
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Menganalisis Hakikat Manusia........................................................................3
B. Menganalisis Hakikat Ruh Menurut Al Quran, Hadis dan Sufi.......................3
C. Menganalisis Daya-Daya Ruhani.....................................................................4
D. Menganalisis Nature Dan Peran Daya-Daya Ruhani.......................................6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah baik
secara rohani maupun jasmani. Malah didalam Al-qur`an Allah mengisyaratkan
bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia. Para ahli telah mengkaji
manusia menurut bidang studinya masing-masing tetapi sampai sekarang para ahli
belum mencapai kata sepakat tentang hakikat manusia itu sendiri. Islam tidak
memandang hakekat manusia sebagai mana hakekat bintang, akan tetapi islam
memandang hakekat manusia adalah makhluk yang paling sempurna, baik dari
segi hakekat asal-usul penciptaannya, maupun dari segi tujuan penciptaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan hakikat manusia ?
2. Bagaimana yang di maksud dengan kakikat ruh menurut Al quran, hadis
dan sufi?
3. Bagaimana penjelasan daya-daya ruhani?
4. Bagaimana nature dan peran daya-daya ruhani?
C. Tujuan Penulisan
1. Menganalisis hakikat manusia
2. Menganalisis kakikat ruh menurut Al quran, hadis dan sufi
3. Menganalisis daya-daya ruhani
4. Menganalis nature dan peran daya-daya ruhani
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam banyak wacana dan bacaan, kita sering bertemu dengan istilah
hakekat, secara sederhana hakekat sering disamakan sebagai sesuatu yang
mendasar, sesuatu esensi yang substansial, yang hakiki, yang penting yang
diutamakan dan berbagai makna sepadan dengan pengertian itu. Mengenai
hakekat manusia para ilmuan beragam dalam memahaminya. Ada yang
berpandangan bahwa manusia hanya berupa materi dan tidak ada unsur roh,
namun ada juga yang berpendapat bahwa manusia terdiri dari unsur roh dan
materi.
Menurut ibnul jauzi manusia itu terdiri dari dua unsur yaitu jasad dan roh.
Bagu ibnul jauzi perubahan roh lebih penting karena esensi manusia adalah
mahluk rohani atau berjiwa, berdasarkan hadist dari abi hurairah yang
diriwayatkan oleh muslim, bahwa Allah tidak memandang jasad dan bentuk
manusia, tapi Allah memandang hati dan amal manusia.
Dalam Al-Qur’an terdapat tiga istilah kunci yang mengacu pada makna
pokok manusia (Hakim dan Mubarok, 2017) yaitu:
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia pertama kali diciptakan dari tanah.
Kemudian manusia berikutnya juga tercipta dari bahan yang sama, namun sudah
berupa dari sari pati air khusus, biasa di sebut air mani (Qs. AL-furqan (25) ; 54).
Berdasarkan ayat ini menurut Harun Yahya sebagaimana yang terdapat didalam “
Syak Amil Al-qur`an; Miracle the reference” bahwa ada tiga tahap kejadian
manusia menuut Embriologi. Manusia mulai terbentuk pada saat pertemuan
sperma dan telur, pada saat tengah dibuahi, telur membelah dan tumbuh sangat
9
cepat. Bayi akan melalui tiga pase perkembangan embrionik ketika berada di
rahim ibu, hal ini di jelaskan dalam surah Az-zumar (39) ; 6.
Dari misi diatas, dapat dimengerti bahwa tugas manusia di dunia adalah
untuk beribadah secara ikhlas, karena Allah tidak membutuhkan manusia
melainkan manusia yang membutuhkan Nya. Jika Allah menciptakan sesuatu,
pasti sesuatu tersebut mempunyai guna/ funsi. Tak terkecuali manusia. Manusia
diciptakan Allah adalah sebagai makhluk yang paing sempurna di muka bumi,
maka secara otomatis manusia adalah pemimpin ( khaliffah) yang nantinya
dimintai pertanggung jawabannya. Sebagai khalifah manusia adalah wakil Allah
di muka bumi dan bertangguang jawab atas apa yang di lakukannya di bumi. Jika
manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifa, maka kesatuan manusia
dan alam semesta ini dapat terjaga dengan baik.
Istilah ini juga memiliki dua makna; pertama, sebuah jenis (benda) yang
sangat halus yang semayam (sumbernya berasal dari) dalam rongga hati jasmani.
Kemudian ruh itu bertebaran keseluruh tubuh melalui urat-urat yang bercabang-
cabang. Mengalirnya ruh diseluruh tubuh itu, menimbulkan cahaya kehidupan,
menumbuhkan perasaan, melahirkan pendengaran, penglihatan dan penciuman. Ia
ibarat cahaya sebuah lentera yang memancar, menembus keseluruh penjuru dan
bagian-bagian rumah. Kehidupan ibaratnya sebuah cahaya yang terdapat pada
setiap dinding rumah, sementara ruh ibarat sebuah lentera, yang setiap kali ia
10
sampai pada sebuah ruangan, maka ruangan itu menjadi terang karenanya.
Adapun para ahli medis, apabila menyebut tentang ruh, maka mereka
mengibaratkan dengan sebuah pelita yang mampu menerangi seluruh penjuru
rumah. Ia ibarat asap atau gas yang halus yang dimatangkan oleh kehangatan hati.
Namun bukan itu yang dimaksud dalam pembahsan ini, sebab yang
demikian itu merupakan objek pembahasan para dokter yang berkepentingan
dengan pengobatan jasmani. Berbeda dengan tujuan para ahli kesehatan agama,
mereka memahami sebagai pengobatan yang menggiring hati manusia menuju
hadirat Tuhan sekalian alam, dan sama sekali tidak terkait dengan pembahasan
substansi (pokok) ruh itu sendiri. Makna kedua adalah al-Lathifah yang
berpotensi untuk mengenal dan untuk mengetahui makna “hati”. Untuk mengenal
siapa manusia adalah dengan cara merujuk kepada al-Qur’an yang merupakan
langkah pertama yang harus dilakukan umat islam pada setiap kepentingan
dengan ajaran Allah. Sebab al-Qur’an adalah pegangan utama untuk seluruh aspek
kehidupan umat islam. Termasuk di dalamnya sebagai pegangan memahami
filsafat manusia.
Istilah rohani seperti al-ruh, al-nafs, al-‘aql, dan al-qalb. Bagi keempat
daya itu berlakulah makna-makna lafaz-nya yang empat. Adapun makna
kelimanya yaitu: (yang halus, yang mengetahui, menyerap, dari manusia).
Selanjutnya ia mengatakan bahwa artinya itu lima dan kata-katanya empat, di
mana setiap kata memiliki dua makna. Hakikat makna dari keempat daya rohani
itulah yang disebut sebagai makna kelima, yang merupakan hakikinya manusia.
menjelaskan bahwa manusia itu terdiri dari sepuluh unsur halus (lata’if) di mana
lima lata’if mtermasuk kedalam alam khalaqi dan lima berikutnya termasuk alam
amr. Yang termasuk alam amr yaitu al-qalb, al-ruh, al-sirr, al-khafi dan al-
akhfa. Dan selebihnha termasuk kea lam khalqi.
1. Al-Ruh
Di dalam kitab Ihya’’ulum al-Din, al-Ghazali menjelaskan makna
untuk al-ruh, yaitu : sejenis sesuatu yang halus yang bersumber pada
lubang hati jasmani, lalu menyebar melalui pembuluh darah yang merasuk
ke seluruh anggota tubuh. Peredaran ruh pada tubuh dan limpahan cahaya
kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran, dan penciumanannya,
pada seluruh anggota tubuh seperti limpahan cahaya lampu yang diedarkan
di setia sudut rumah. Sesungguhnya lampu itu tidak sampai pada suatu
bagian rumah, melainkan ia menerangi dengan cahaya itu. Kehidupan ini
seperti cahaya yang tampal pada dinding ruangan, sedangkan roh adalah
seperti cahaya lampunya. Pergerakan roh di dalam tubuh itu seperti
gerakan lampu di sekeliling rumah yang digerakkan oleh pergerakan
lampu itu. Makna kedua sesuatu yang halus, yang mengetahui, yang
menyerap dari manusia. Telah di uraikan dalam salah satu dari makna hati
dan itulah yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala dengan firmannya dalam
Q.S al-Isra’ [17]: 85. Roh adalah persoalan yang mengagumkan,
bersifat ketuhanan (rabbani) di mana mayoritas akal tidak mampu
memahami hakikatnya.
Al-Suhaili sebagaimana dikutip oleh ibn Katsir menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan roh dalam surah al-Isra adalah sekelompok
malaikat dengan rupa manusia yang dapat melihat malaikat sedangkan
malaikat tidak dapat melihatnya. Ia juga mendefinisikan roh sebagai dzat
halus seperti angina yang peredarannya didalam tubuh seperti beredarnya
air dalam pembuluh. Roh yang ditiupkan oleh malaikat saat nafkh al-ruh
12
adalah nafs di mana badan terikat dengen keberadaannya. Sifat dari nafs
ini bias baik, bias buruk, bias mutma’innah dan bias ammarah bi al-us.
Imam Fakhrur Razi juga menjelaskan bahwa roh adalah substansi
tunggal yang unik yang tidak dapat diciptakan kecuali melalui firman
Allah kun fa yakun. Kehadiran ini karena perintah Allah guna memberi
manfaat bagi badan. Roh ini pada awalnya kosong dari ilmu pengertahuan.
Dalam proses kehidupan ia berubah dari suatu kondisi ke kondisi yang
lebih maju, dari kekurangan menuju kesempurnaan.
Menurut al-Ghazali, dzat roh tidak terikat dengan anggota badan
dan tidak terpisah darinya. Akan tetapi, ia menghadap ke badan, memberi
manfaat kepadanya, dan mengemasi kepadanya. Selanjutnya al-Ghazali
menjelaskan bahwa emanasi roh itu tampal pada cahayanya atas otak, yang
merupakan wadahnya yang khusus. Emanasi roh ini mengambil bagian
depan otak sebagai penjaga. Bagian pertangahan pengatur dan pemerintah,
serta bagian paling belakang otak, sebagai gudang informasi dan
penyimpanan informasi. Emanasi roh mengambil nafsu ammarah sebgai
penjaga dan pencari,nafsu lawwamah sebagai penggugah, pancaindra
sebagai pelacak dan bala bantuan. Agama sebagai baju besi, akal sebagai
guru dan emosi segai muridnya.
2. Al-Nafs
a. Batasan al-Nafs
Al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya’ makna al-Nafs dengan dua
makna sebagai berikut: pertama, al-nafs adalah makna menyeluruh
bagi daya marah dan daya syahwat dalam diri manusia. Makna ini
yang biasanya digunakan oleh ahli tasawuf, karena sesungguhnya
mereka mengkehendaki dengan kata al-nafs itu adalah pokok yang
menghimpun bagi sifat buruk dari manusia. Maka mereka mengatakan
bahwa harus ber-mujahadah (perang) melawan nafsu dan
memecahkannya. Adapun makna kedua, al-nafs adalah sesuatu yang
halus.
13
3. Al-Aql
Al-Aql merupakan substansi tunggal yang tak dapat dibagi, bersifat
spiritual, dan sebagai alat pencerapan pengertian rohaniah yang dapat
memahami dan membedakan keberan dan kepalsuan. Ia merupakan bagian
yang merasakan pengetahuan. Walaupun perpisahan dari materi (tubuh), ia
memerlukan materi untuk pergerakannya.
14
4. Al –Qalb
Menurut Ibnu Taimiyah, al-qalb merupakan alat atau instrumen
belajar yang paling efektif dan tepat. Sebab, hati menjadi pusat
pengendali seluruh anggota tubuh. Selanjutnya, ibnu Taimiyah
menyatakan bahwa al-qalb mempunyai dua daya, yaitu daya ‘ilmiyah
atau daya berpikir, dan daya al—iradiyah atau kecendrungan
mengamalkan sesuatu yang dipikirkan. Segala pemikiran berasal atau
bermula dalam hati, dan berakhir dalam hati. Sementara, iradahh
(kemauan) bermula di hati, tetapi berakhir pada anggota tubuh. (Arifin,
2018)
Kata qalb bermakna hati, isi, lubuk hati, jantung, inti, kekuatan,
semangat keberanian, yang murni. Al Ghazali menjelaskan adanya dua
pengertian qalb: pertama, dalam pengertian kasar, terletak di dada sebelah
kiri, yang di dalamnya terdapat rongga-rongga dan disebut jantung.
Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian halus yang bersifat
rohaniyah, yaitu hakikat manusia yang menangkap pengertian,
pengetahuan dan arif. Hati merupakan bagian dari ruh yang membawa
sifat-sifat keturunan dan keimanan kepada Allah SWT. Namun demikian,
ada qalb yang mendapat hidayah ada pula yang tidak. (Wiguna, 2014).
15
5. Al-sir
Al-sir dimaknai sebagai rahasia pembicaraan dalam hati. Rahasia
adalah sebuah hakekat yang tersembunyi, ia tersembunyi dari cercapan
panca indera, namun ada dalam eksistensi. Sir dengan demikian adalah
sesuatu yang tersembunyi dalam diri manusia, seperti pikiran, perasaan
dan jiwa. Sirr merupakan aspek jiwa yang paling dalam, ia adalah pikiran,
perasaan bawah sadar yang dimiliki manusia. Sirr juga merupakan isyrat
halus yang ada dalam diri manusia seperti ruh dan nafs. Pada prinsipnya,
ia merupakan tempat “musyahadah” seperti halnya tempat “mahabbah”
dan qalb tempat “ma’rifat”.
Sirr adalah kertersembunyian antara ada dan tiada. Ia adalah yang
diketahui Allag tetapi tiadak diketahui makhluknya. Sir makhluk adalah
apa yang diketahui tuhan tanpa perantaea. Sir lebih halus dari ruh dan ruh
lebih halus dari qalbu.
1. Al Nafs
Ciri-ciri nafsani yaitu :
Adanya di alam jasad dan rohani terkadang tercipta dengan proses bisa
juga tidak
Antara berbentuk atau tidak
Memiliki energi rohaniyah dan jismiyyah
Ekstitensi energi nafsani tergantung ibadah dan gizi (makanan)
Ekstitensi realisasi atau aktualisasi diri
Antara terikat atau tidak oleh ruang dan waktu
Dapat menangkap antara yang konkret dan abstrak h. Antara dapat
dibagi-bagi atau tidak
16
2. Qalbu
Ciri-ciri qalbu yaitu :
Secara jasmaniyyah berkedudukan di jantung.
Daya yang dominan adalah emosi (rasa).
Bersifat Dzawqiyyah (cita rasa) dan hadsiyah (intuitif) sifatnya spiritual.
Mengikuti natur roh yang ketuhanan atau ilahiyyah.
Berkedudukan pada alam super sadar atau dasar manusia.
Intinya religiositas, spiritualitas, dan transedensi
Apabila mendominasi jiwa manusia maka akan menimbulkan kepribadian
yang tenang (Nafs Mutma‟innah)
Qalbu merupakan materi organic yang memiliki sistem kognisi
yang berdaya emosi. Kalbu terdiri dari dua aspek yaitu kalbu jasmani dan
kalbu ruhani. Kalbu jasmani adalah daging yang berbentuk seperti
jantung pisang yang terletak di dalam dada sebelah kiri (biasa disebut
jantung), sedangkan kalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus yang
berhubungan dengan kalbu jasmani (esensi manusia).“Sesungguhnya di
dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, maka semua
tubuh menjadi baik, tetapi apabila ia rusak maka semua tubuh menjadi
rusak pula. Ingatlah bahwa ia adalah kalbu” (H.R. al-bukhari).
Adapun qalbu (hati/jiwa), ia adalah ‘pemilik putusan’ yang
sebenarnya. Qalbu mendengarkan usulan-usulan yang diberikan akal dan
nafsu berikut perdebatan yang terjadi antara keduanya, lantas ialah yang
mengambil putusan. Selain itu, Qalbu juga merupakan ruangan tempat
tinggal perasaan. Qalbu terletak dalam rongga dada, sebagaimana firman
Allah dalam surah al-Hajj ayat 46. Kemungkinan, antara kalbu dan
jantung (qalb) ada hubungan tertentu. Atau, bisa jadi qalbu adalah jantung
itu sendiri. Atau, bisa jadi pula kalbu yang termaktub dalah nash syariat
bukanlah kalbu dalam bentuk materi.
Fungsi qalbu :
1) Fungsi emosi yang menimbulkan daya rasa.
17
3. Akal
Ciri-ciri akal yaitu :
Secara Jasmaniyyah berkedudukan di otak (al-dimagh).
Daya yang dominan adalah kognisi (cipta) sehingga adanya intelektual.
Mengikuti antara natur roh dan jasad.
Potensinya bersifat istidhlaliyyah 9argumentatif) dan aqliyah (logis)
yang bersifat rasional
Berkedudukan pada alam kesadaran manusia.
Intinya isme-isme seperti : humanism, kapitalisme, dan lain-lain..
Apabila mendominasi jiwa maka akan terwujud jiwa yang labil (Nafs
Al-lawwamah)
Akal memiliki arti menahan, melarang, dan mencegah. Maka orang
yang berakal yaitu orang yang mampu menahan dan mengikat hawa
nafsunya. Akal merupakan organ tubuh yang terletak di kepala (otak) yang
memiliki cahaya nurani dan dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan
dan kognisi. Akal juga diartikan sebagai energy yang mampu memperoleh,
mengolah, dan mengeluarkan pengetahuan.
Fungsi akal :
1. Berfungsi untuk berfikir.
2. Menghantarkan eksistensi manusia pada tingkat kesadaran.
3. Mampu mencapai kebenaran.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
instrumen belajar yang paling efektif dan tepat. Sebab, hati menjadi pusat
pengendali seluruh anggota tubuh. Al-sir dimaknai sebagai rahasia pembicaraan
dalam hati. Rahasia adalah sebuah hakekat yang tersembunyi, ia tersembunyi dari
cercapan panca indera, namun ada dalam eksistensi.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA