Anda di halaman 1dari 22

1

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Hakikat
Manusia dan Daya-Daya Ruhani” dapat terselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar atas segala
bimbingan, ilmu dan nasihat yang beliau berikan. Dan terima kasih juga kepada
teman-teman yang telah memberi dukungannya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Apabila ada kekurangan dan kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari Dosen dan teman-teman sekalian.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, 10 Desember 2019

Kelompok 9
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Menganalisis Hakikat Manusia........................................................................3
B. Menganalisis Hakikat Ruh Menurut Al Quran, Hadis dan Sufi.......................3
C. Menganalisis Daya-Daya Ruhani.....................................................................4
D. Menganalisis Nature Dan Peran Daya-Daya Ruhani.......................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah baik
secara rohani maupun jasmani. Malah didalam Al-qur`an Allah mengisyaratkan
bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia. Para ahli telah mengkaji
manusia menurut bidang studinya masing-masing tetapi sampai sekarang para ahli
belum mencapai kata sepakat tentang hakikat manusia itu sendiri. Islam tidak
memandang hakekat manusia sebagai mana hakekat bintang, akan tetapi islam
memandang hakekat manusia adalah makhluk yang paling sempurna, baik dari
segi hakekat asal-usul penciptaannya, maupun dari segi tujuan penciptaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan hakikat manusia ?
2. Bagaimana yang di maksud dengan kakikat ruh menurut Al quran, hadis
dan sufi?
3. Bagaimana penjelasan daya-daya ruhani?
4. Bagaimana nature dan peran daya-daya ruhani?

C. Tujuan Penulisan
1. Menganalisis hakikat manusia
2. Menganalisis kakikat ruh menurut Al quran, hadis dan sufi
3. Menganalisis daya-daya ruhani
4. Menganalis nature dan peran daya-daya ruhani
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. MENGANALISIS HAKIKAT MANUSIA


1. Pandangan Ilmuan Barat tentang Hakekat Manusia

Dalam banyak wacana dan bacaan, kita sering bertemu dengan istilah
hakekat, secara sederhana hakekat sering disamakan sebagai sesuatu yang
mendasar, sesuatu esensi yang substansial, yang hakiki, yang penting yang
diutamakan dan berbagai makna sepadan dengan pengertian itu. Mengenai
hakekat manusia para ilmuan beragam dalam memahaminya. Ada yang
berpandangan bahwa manusia hanya berupa materi dan tidak ada unsur roh,
namun ada juga yang berpendapat bahwa manusia terdiri dari unsur roh dan
materi.

Definisi manusia dilihat dari segi biologis, rohani, antropologi kebudayaan


atau secara campuran. Misalnya, secara biologis manusia diklarifikasikan sebagai
homo safien (manusia yang tau), sebuah spesies primata dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak yang berkemampuan tinggi dalam hal kerohanian, mereka
menggunakan konsep jiwa tang berapariasi dalam menghubungkan manusia
dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup. Dalam antropologi kebudayaan,
manusia dibedakan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi dalam
masyarakat majemuk dan perkembangan teknologinya, serta kemampuan manusia
untuk membentuk komunitas guna saling mendukung satu sama lain.

Beberapa tokoh ilmuan Barat memliki pengertian berbeda dalam memahami


hakekat manusia. Namun, secara garis besar, pandangan mereka mencerminkan
materialisme yang menganggap manusia sebagi makhluk materi yang dapat
diebntuk dan menafikan keberadaan sang pencipta. Diantara pandangan-
pandangan ilmuan tersebut yang mempengaruhi pemikiran-pemikiran barat
hingga saat ini antar lain:
5

 Sokrates (469-399 SM) yang mengatakan bahwa hakekat manusia adalah


makhluk yang ingin tahu dan membutuhkan orang lain untuk
membantunya keluar dari ketidak tahuannya.
 Plato ( 343 SM) salah satu murid sokrates mengatakan bahwa, hakekat
manusia itu ada tiga, yaitu roh, rasio ( akal ) dan kesenangan ( nafsu ) .
dalam pandangannya, berdasarkan ketiga unsur makamanusia dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, Pertama, manusia yang didominasi oleh
rasio yang hasrat utamanya memperoleh ilmu pengetahuan. Kedua,
manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat pertamanya meraih
prestasi. Ketiga, manusia yang didominasi oleh nafsu yang hasrat
utamanya adalah materi. Tugas rasio disini adalah mengontrol roh dan
nafsu.
 Rena Descartes (1596-1650) menekankan posisi sentral akal ( rasio )
sebagai esensi hakekat manusia. Sebagai penganut rasionalis, ia
berpemdapat bahwa manusia menyadari keberadaannya karena ia berpikir
( cogito ergo sum ). Karena itu manusia memiliki emosi yang bervariatif
seperti cinta, benci, senang, gembira, keinginan dan lain sebagainya.
 Tomas Hobbes ( 1588-629 ) berpendapat manusia adalah makhluk sosial,
namun pada hakekatnya manusia bersifat mementingkan diri sendiri dan
terpaksa mengaku hak orang lain, karena itu hakekat manusia terletak
pada kontrak sosial yang dibuat.
 John Locke ( 1623-1704 ) mengatakan bahwa jiwa manusia ketika
dilahirkan bersih, kemudian diisi oleh pengalaman-pengalaman yang
didapatnya semasa hidup. Maka pengalamanlah yang paling menentukan
keadaan manusia .
 Immanuel Kant ( 1724-1804 ) berpendapat bahwa manusia adalah
makhluk rasional, manusia bebas bertindak sesuai dengan alasan moral
dan bukan hanya untuk kepentingannya sendiri.
 Carles Darwin, dalam bukunya On the Origin of Species yang diterbitkan
tahun 1859 dan buku Descent of Man, dalam teorinya mensejajarkan
perubahan inheren satu spesies makhluk hidup kedalam semua evolosi
6

species makhluk hidup. Ia menguraikan bahwa manusia dan kera memiliki


nenek moyang yang sama. Semua manusia tidak peduli bagaimanapun
anehnya telah bervolusi melalui serangkaian langkah yang bertahap.

2. Pandangan Al-Qur`An Tentang Hakekat Manusia

Dalam islam kajian-kajian hakekat manusia sangat bertolak belakang


dengan yang ada dibarat. Dalam memahami eksistensi manusia, akal manusia
dibimbing dan dituntun oleh otoritas wahyu, yaitu Al-Qur`an dan Hadis
Rasulullah SAW.

Dalam pandangan ilmuan muslim seperti yang dikemukakan oleh


Fahruddin Ar-Razi sebagai mana yang dikutip oleh Adnin Atmas bahwa, manusia
memiliki beberapa karakteristik yang khas. Manusia berbeda dengan makhluk
yang lain, termasuk dengan malaikat, iblis dan juga binatang adalah krena
manusia memiliki akal dan hikmah serta tabiat dan nafsu.

Menurut ibnul jauzi manusia itu terdiri dari dua unsur yaitu jasad dan roh.
Bagu ibnul jauzi perubahan roh lebih penting karena esensi manusia adalah
mahluk rohani atau berjiwa, berdasarkan hadist dari abi hurairah yang
diriwayatkan oleh muslim, bahwa Allah tidak memandang jasad dan bentuk
manusia, tapi Allah memandang hati dan amal manusia.

Dengang segala ptensi yang dimilikinya, eksitensi manusia selalu menjadi


kajian menarik untuk didalami. Perbedaan analisis antara para ilmuan muslim dan
barat ini menjadikan kajian tentang manusia semangkin berkembang. Para ilmuan
harus mengungkapnya dari berbagai sisi manusia dan displin ilmu, baik psikologi,
kedokteran, bilogi dan berbagai ilmu sosial lainnya.

Dalam Al-Qur’an terdapat tiga istilah kunci yang mengacu pada makna
pokok manusia (Hakim dan Mubarok, 2017) yaitu:

 Basiyar dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 27 kali, memberikan refensi


kepada manusia sebagai mahlik biologis, antara lain terdapat dalam surat
7

ali-imran (3) : 7, sebagaimana maryam berkata kepada Allah: “Tuhanku


bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku tidak disentuh
basiyar”. Konsep basiyar selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis
manusia seperti: makan, minum, seks, berjalan-jalan dan lain-lain.
 Al-Insan dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 65 kali yang kerap
berbicara tentang manusia secara utuh sebagai manusia. Kata insan ini
dapat dikelompokan kedalam tiga kategori: Pertama, insan dihubungkan
dengan konsep manusia sebagai khalifa atau pemikul amanah. Kedua,
insan dihubungkan dengan predisposisi negativ manusia. Ketiga, insan
dihubungkan dengan proses penciptaan manusia. Semua konsep indan
menunjuk pada sifat-sifata psikologis atau spritual.

Pada kategori pertama, manusia digambarkan sebagai wujud mahluk


istimewa yang berbeda dengan hewan. Oleh karena itu, didalam Al-Qur’an
dikatakan bahwa insan adalah mahluk yang diberi ilmu (Q.S Al-alaq (96): 4-5).
Mahluk yang diberi kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan daya nalarnya
dengan naz’har (merenungkan, memikirkan, menganalisis dan mengamati
perbuatannya) (Q.S An-Naziat(79): 35). Mahluk yang memikul amanah.

Apabila dihubungkan dengan kategori pertama, sebagai mahluk spritual,


insan menjadi mahluk para doksal yang berjuang mengatasi konflik dua kekuatan
yang saling bertentangan: kekuatan mengikuti fitrah (memikul amanah Allah) dan
kekuatan mengikuti predisposisi negativ. Kedua kekuatan ini digambarkan dalam
kategori yang ketiga yakni, insan dihubungkan dengan proses penciptaanya.
Sebagai insan, manusia diciptakan dari tanah liat, sari patih tanah. An nas paling
sering di sebut dalam Al –qur`an , yaitu sebanyak 240 kali, An nas mengacu pada
manusia sebagai makhluk sosial, hal ini dapat kita lihat dalam tiga segi

 Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok sosial dengan


karakteristiknya
 Kedua, dengan ungkapann aktsar an-na, bahwa sebagian besar manusia
mempunyai kualitas rendah, baik dari segi ilmu maupun iman.
8

 Ketiga, Al-qur`an menegaskan bahwa petunjuk Al-qur`an bukan hanya


di maksudkan kepada manusia secara perorangan, tetapi juga manusia
secara sosial,

Segi kedudukan, manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial;


Makhluk psikologis ( spiritual ) dan makhluk biologis yang merupakan gabungan
antara unsur material dan unsur rohani. Dari segi hubungannya dengan tuhan,
kedudukan manusia adalah sebagai hamba ( makhluk ) yang terbaik.

3. Asal Usul dan Tujuan Penciptaan Manusia

Dari aspek historis penciptanya, manusia disebut sebagai bani adam.


Dalam Al-qur`an tidak terperinci secara kronologis penciptaan manusia
menyangkut waktu dan tempatnya. Namun penjelasan Al-qur`an tentang manusia
yang menggunakan term-term basyar, imsan ddan nass sudah amat jelas. Mulai
dari proses, karakter dan tujuan penciptaan nabi adam as. Sebagai manusia
pertama. Begitu pila proses penciptaan manusia dalam rahim seorang ibu
diaungkap jelas dalam Al-qur an, sebagaimana dalam surah as-sajjadah (32) : 7/9
“ yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunanya dari
saripati air yang hina ( air mani ). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan kedalam ( tubuh ) nya roh ( ciptaan) nya, dan Dia menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali yang
bersyukur.’’

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia pertama kali diciptakan dari tanah.
Kemudian manusia berikutnya juga tercipta dari bahan yang sama, namun sudah
berupa dari sari pati air khusus, biasa di sebut air mani (Qs. AL-furqan (25) ; 54).
Berdasarkan ayat ini menurut Harun Yahya sebagaimana yang terdapat didalam “
Syak Amil Al-qur`an; Miracle the reference” bahwa ada tiga tahap kejadian
manusia menuut Embriologi. Manusia mulai terbentuk pada saat pertemuan
sperma dan telur, pada saat tengah dibuahi, telur membelah dan tumbuh sangat
9

cepat. Bayi akan melalui tiga pase perkembangan embrionik ketika berada di
rahim ibu, hal ini di jelaskan dalam surah Az-zumar (39) ; 6.

Allah menciptakan manusia dengan satu misi agar manusia menyembah


dan tunduk pada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi ini, baik yang menyangkut hubungan dengan Allah atau sesama manusia
(Qs Az-zariat (51): 56); “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada/Ku”.

Dari misi diatas, dapat dimengerti bahwa tugas manusia di dunia adalah
untuk beribadah secara ikhlas, karena Allah tidak membutuhkan manusia
melainkan manusia yang membutuhkan Nya. Jika Allah menciptakan sesuatu,
pasti sesuatu tersebut mempunyai guna/ funsi. Tak terkecuali manusia. Manusia
diciptakan Allah adalah sebagai makhluk yang paing sempurna di muka bumi,
maka secara otomatis manusia adalah pemimpin ( khaliffah) yang nantinya
dimintai pertanggung jawabannya. Sebagai khalifah manusia adalah wakil Allah
di muka bumi dan bertangguang jawab atas apa yang di lakukannya di bumi. Jika
manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifa, maka kesatuan manusia
dan alam semesta ini dapat terjaga dengan baik.

B. MENGANALISIS HAKIKAT RUH MENURUT AL-QUR’AN, HADITS


DAN SUFI

Istilah ini juga memiliki dua makna; pertama, sebuah jenis (benda) yang
sangat halus yang semayam (sumbernya berasal dari) dalam rongga hati jasmani.
Kemudian ruh itu bertebaran keseluruh tubuh melalui urat-urat yang bercabang-
cabang. Mengalirnya ruh diseluruh tubuh itu, menimbulkan cahaya kehidupan,
menumbuhkan perasaan, melahirkan pendengaran, penglihatan dan penciuman. Ia
ibarat cahaya sebuah lentera yang memancar, menembus keseluruh penjuru dan
bagian-bagian rumah. Kehidupan ibaratnya sebuah cahaya yang terdapat pada
setiap dinding rumah, sementara ruh ibarat sebuah lentera, yang setiap kali ia
10

sampai pada sebuah ruangan, maka ruangan itu menjadi terang karenanya.
Adapun para ahli medis, apabila menyebut tentang ruh, maka mereka
mengibaratkan dengan sebuah pelita yang mampu menerangi seluruh penjuru
rumah. Ia ibarat asap atau gas yang halus yang dimatangkan oleh kehangatan hati.
Namun bukan itu yang dimaksud dalam pembahsan ini, sebab yang
demikian itu merupakan objek pembahasan para dokter yang berkepentingan
dengan pengobatan jasmani. Berbeda dengan tujuan para ahli kesehatan agama,
mereka memahami sebagai pengobatan yang menggiring hati manusia menuju
hadirat Tuhan sekalian alam, dan sama sekali tidak terkait dengan pembahasan
substansi (pokok) ruh itu sendiri. Makna kedua adalah al-Lathifah yang
berpotensi untuk mengenal dan untuk mengetahui makna “hati”. Untuk mengenal
siapa manusia adalah dengan cara merujuk kepada al-Qur’an yang merupakan
langkah pertama yang harus dilakukan umat islam pada setiap kepentingan
dengan ajaran Allah. Sebab al-Qur’an adalah pegangan utama untuk seluruh aspek
kehidupan umat islam. Termasuk di dalamnya sebagai pegangan memahami
filsafat manusia.

C. MENGANALISIS DAYA-DAYA RUHANI

Istilah rohani seperti al-ruh, al-nafs, al-‘aql, dan al-qalb. Bagi keempat
daya itu berlakulah makna-makna lafaz-nya yang empat. Adapun makna
kelimanya yaitu: (yang halus, yang mengetahui, menyerap, dari manusia).
Selanjutnya ia mengatakan bahwa artinya itu lima dan kata-katanya empat, di
mana setiap kata memiliki dua makna. Hakikat makna dari keempat daya rohani
itulah yang disebut sebagai makna kelima, yang merupakan hakikinya manusia.

Al-Ghazali, menyebut fenemona rohani terdalam hanya samapai pada al-


ruh, imam al-Qusyairiy di samping menyebutkan al-qalb sebagai tempat makrifat,
al-ruh sebagai tempat cinta kasih (al-mahabbah), ia juga menyebut daya al-sirr
adalah tempat musyawahadah . Analisis tentang daya-daya rohani oleh para syekh
tarekat tampaknya lebih utuh lagi. Syekh Ahamad Khatib Sambas, misalnya,
11

menjelaskan bahwa manusia itu terdiri dari sepuluh unsur halus (lata’if) di mana
lima lata’if mtermasuk kedalam alam khalaqi dan lima berikutnya termasuk alam
amr. Yang termasuk alam amr yaitu al-qalb, al-ruh, al-sirr, al-khafi dan al-
akhfa. Dan selebihnha termasuk kea lam khalqi.

Lebih detail megenai daya-daya rohani menurut al-Ghazali dapat


dijelaskan, sebagai berikut:

1. Al-Ruh
Di dalam kitab Ihya’’ulum al-Din, al-Ghazali menjelaskan makna
untuk al-ruh, yaitu : sejenis sesuatu yang halus yang bersumber pada
lubang hati jasmani, lalu menyebar melalui pembuluh darah yang merasuk
ke seluruh anggota tubuh. Peredaran ruh pada tubuh dan limpahan cahaya
kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran, dan penciumanannya,
pada seluruh anggota tubuh seperti limpahan cahaya lampu yang diedarkan
di setia sudut rumah. Sesungguhnya lampu itu tidak sampai pada suatu
bagian rumah, melainkan ia menerangi dengan cahaya itu. Kehidupan ini
seperti cahaya yang tampal pada dinding ruangan, sedangkan roh adalah
seperti cahaya lampunya. Pergerakan roh di dalam tubuh itu seperti
gerakan lampu di sekeliling rumah yang digerakkan oleh pergerakan
lampu itu. Makna kedua sesuatu yang halus, yang mengetahui, yang
menyerap dari manusia. Telah di uraikan dalam salah satu dari makna hati
dan itulah yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala dengan firmannya dalam
Q.S al-Isra’ [17]: 85. Roh adalah persoalan yang mengagumkan,
bersifat ketuhanan (rabbani) di mana mayoritas akal tidak mampu
memahami hakikatnya.
Al-Suhaili sebagaimana dikutip oleh ibn Katsir menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan roh dalam surah al-Isra adalah sekelompok
malaikat dengan rupa manusia yang dapat melihat malaikat sedangkan
malaikat tidak dapat melihatnya. Ia juga mendefinisikan roh sebagai dzat
halus seperti angina yang peredarannya didalam tubuh seperti beredarnya
air dalam pembuluh. Roh yang ditiupkan oleh malaikat saat nafkh al-ruh
12

adalah nafs di mana badan terikat dengen keberadaannya. Sifat dari nafs
ini bias baik, bias buruk, bias mutma’innah dan bias ammarah bi al-us.
Imam Fakhrur Razi juga menjelaskan bahwa roh adalah substansi
tunggal yang unik yang tidak dapat diciptakan kecuali melalui firman
Allah kun fa yakun. Kehadiran ini karena perintah Allah guna memberi
manfaat bagi badan. Roh ini pada awalnya kosong dari ilmu pengertahuan.
Dalam proses kehidupan ia berubah dari suatu kondisi ke kondisi yang
lebih maju, dari kekurangan menuju kesempurnaan.
Menurut al-Ghazali, dzat roh tidak terikat dengan anggota badan
dan tidak terpisah darinya. Akan tetapi, ia menghadap ke badan, memberi
manfaat kepadanya, dan mengemasi kepadanya. Selanjutnya al-Ghazali
menjelaskan bahwa emanasi roh itu tampal pada cahayanya atas otak, yang
merupakan wadahnya yang khusus. Emanasi roh ini mengambil bagian
depan otak sebagai penjaga. Bagian pertangahan pengatur dan pemerintah,
serta bagian paling belakang otak, sebagai gudang informasi dan
penyimpanan informasi. Emanasi roh mengambil nafsu ammarah sebgai
penjaga dan pencari,nafsu lawwamah sebagai penggugah, pancaindra
sebagai pelacak dan bala bantuan. Agama sebagai baju besi, akal sebagai
guru dan emosi segai muridnya.

2. Al-Nafs
a. Batasan al-Nafs
Al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya’ makna al-Nafs dengan dua
makna sebagai berikut: pertama, al-nafs adalah makna menyeluruh
bagi daya marah dan daya syahwat dalam diri manusia. Makna ini
yang biasanya digunakan oleh ahli tasawuf, karena sesungguhnya
mereka mengkehendaki dengan kata al-nafs itu adalah pokok yang
menghimpun bagi sifat buruk dari manusia. Maka mereka mengatakan
bahwa harus ber-mujahadah (perang) melawan nafsu dan
memecahkannya. Adapun makna kedua, al-nafs adalah sesuatu yang
halus.
13

Dalam kitab Ma’arij al-Quds al-Ghazali juga menjelaskan dau


makna tersebut. Yang dimaksud dengan al-nafs dalam makna pertama
adalah pengertian yang meliputi seluruh sifat buruk. Ia dalah daya
hewani yang berlawanan dengan akal. Inilah pemahaman bagi
umumnya para sufi, sehingga dikatakan bahwa jihad yang paling
utama hendaklah engkau memerangi nafsumu. Al-Razi menegaskan
bahwa mengekang dan mengendalikan nafsu merupakan kewajiban
bagi semua orang, bagi orang yang berakal dan bagi semua agama,
karena ia merupakan sumber kehinaan jiwa. Dalam makna kedua al-
Ghazali, mendefinisikan al-nafs adalah hakikat manusia dan dzatnya,
karena jiwa segala sesuatu adalah hakikatnya. Ia adalah subbstansi
yang menjadi tempat objek pemikiran dan dia dari alam malakut dan
alam amr.
b. Tabiat Nafsu
Nafsu syahwat adalah segala keinginan yang berkaitan dengan
seksualitas, makanan, materi, kedudukan/jabatan. Natur nafsu syahwat
selalu rakus dan berhasratat bila melihat lawan jenis, makan, materi,
kekuasaan. Nafsu syahwat menjanjikan kenikmatan badani yang telah
banyak menjerumuskan orang untuk hidup sekedar memenuhi aspek
ini. Mereka yang terpedaya dengan syahwat akan makan dengan
berbagai variasi tanpa mempertimbangkan batasan yang diperkenankan
agama. Ia tidak mampu mengontrol syahwat, berzina, bangga dengan
materi dan kekuasaan, sangat mencintai dunia yang berujung kepada
melupakan Allah. (Sodiq, 2018)

3. Al-Aql
Al-Aql merupakan substansi tunggal yang tak dapat dibagi, bersifat
spiritual, dan sebagai alat pencerapan pengertian rohaniah yang dapat
memahami dan membedakan keberan dan kepalsuan. Ia merupakan bagian
yang merasakan pengetahuan. Walaupun perpisahan dari materi (tubuh), ia
memerlukan materi untuk pergerakannya.
14

Al-Aql yang merupakan cahaya ilahi ini mempunyai kemampuan


untuk menyerap makna yang tidak dapat ditangkap oleh indra.
Kemampuan akal ini bertingkat-tingkat dari yang terendah samapai yang
tertinggi, sebagaimana akan dibicarakan nanti. Term-term yang dibedakan
secara definitif ini sering dipergunakan dalam makna yang sama. Dalam
jiwa terdapat potensi berpikir yang diperankan oleh al-‘Aql, yang secara
gradual dari al-Aql Hayulani (akal material), al –‘Aql bi al-Fi’l (akal
actual), sampai pada al-‘Aql al-Mustafad (akal perolehan). (kadir, 2012)

4. Al –Qalb
Menurut Ibnu Taimiyah, al-qalb merupakan alat atau instrumen
belajar yang paling efektif dan tepat. Sebab, hati menjadi pusat
pengendali seluruh anggota tubuh. Selanjutnya, ibnu Taimiyah
menyatakan bahwa al-qalb mempunyai dua daya, yaitu daya ‘ilmiyah
atau daya berpikir, dan daya al—iradiyah atau kecendrungan
mengamalkan sesuatu yang dipikirkan. Segala pemikiran berasal atau
bermula dalam hati, dan berakhir dalam hati. Sementara, iradahh
(kemauan) bermula di hati, tetapi berakhir pada anggota tubuh. (Arifin,
2018)
Kata qalb bermakna hati, isi, lubuk hati, jantung, inti, kekuatan,
semangat keberanian, yang murni. Al Ghazali menjelaskan adanya dua
pengertian qalb: pertama, dalam pengertian kasar, terletak di dada sebelah
kiri, yang di dalamnya terdapat rongga-rongga dan disebut jantung.
Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian halus yang bersifat
rohaniyah, yaitu hakikat manusia yang menangkap pengertian,
pengetahuan dan arif. Hati merupakan bagian dari ruh yang membawa
sifat-sifat keturunan dan keimanan kepada Allah SWT. Namun demikian,
ada qalb yang mendapat hidayah ada pula yang tidak. (Wiguna, 2014).
15

5. Al-sir
Al-sir dimaknai sebagai rahasia pembicaraan dalam hati. Rahasia
adalah sebuah hakekat yang tersembunyi, ia tersembunyi dari cercapan
panca indera, namun ada dalam eksistensi. Sir dengan demikian adalah
sesuatu yang tersembunyi dalam diri manusia, seperti pikiran, perasaan
dan jiwa. Sirr merupakan aspek jiwa yang paling dalam, ia adalah pikiran,
perasaan bawah sadar yang dimiliki manusia. Sirr juga merupakan isyrat
halus yang ada dalam diri manusia seperti ruh dan nafs. Pada prinsipnya,
ia merupakan tempat “musyahadah” seperti halnya tempat “mahabbah”
dan qalb tempat “ma’rifat”.
Sirr adalah kertersembunyian antara ada dan tiada. Ia adalah yang
diketahui Allag tetapi tiadak diketahui makhluknya. Sir makhluk adalah
apa yang diketahui tuhan tanpa perantaea. Sir lebih halus dari ruh dan ruh
lebih halus dari qalbu.

D. MENGANALISIS NOTURE DAN PERAN DAYA-DAYA RUHANI


DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN BATIN

1. Al Nafs
Ciri-ciri nafsani yaitu :
 Adanya di alam jasad dan rohani terkadang tercipta dengan proses bisa
juga tidak
 Antara berbentuk atau tidak
 Memiliki energi rohaniyah dan jismiyyah
 Ekstitensi energi nafsani tergantung ibadah dan gizi (makanan)
 Ekstitensi realisasi atau aktualisasi diri
 Antara terikat atau tidak oleh ruang dan waktu
 Dapat menangkap antara yang konkret dan abstrak h. Antara dapat
dibagi-bagi atau tidak
16

2. Qalbu
Ciri-ciri qalbu yaitu :
 Secara jasmaniyyah berkedudukan di jantung.
 Daya yang dominan adalah emosi (rasa).
 Bersifat Dzawqiyyah (cita rasa) dan hadsiyah (intuitif) sifatnya spiritual.
 Mengikuti natur roh yang ketuhanan atau ilahiyyah.
 Berkedudukan pada alam super sadar atau dasar manusia.
 Intinya religiositas, spiritualitas, dan transedensi
 Apabila mendominasi jiwa manusia maka akan menimbulkan kepribadian
yang tenang (Nafs Mutma‟innah)
Qalbu merupakan materi organic yang memiliki sistem kognisi
yang berdaya emosi. Kalbu terdiri dari dua aspek yaitu kalbu jasmani dan
kalbu ruhani. Kalbu jasmani adalah daging yang berbentuk seperti
jantung pisang yang terletak di dalam dada sebelah kiri (biasa disebut
jantung), sedangkan kalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus yang
berhubungan dengan kalbu jasmani (esensi manusia).“Sesungguhnya di
dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, maka semua
tubuh menjadi baik, tetapi apabila ia rusak maka semua tubuh menjadi
rusak pula. Ingatlah bahwa ia adalah kalbu” (H.R. al-bukhari).
Adapun qalbu (hati/jiwa), ia adalah ‘pemilik putusan’ yang
sebenarnya. Qalbu mendengarkan usulan-usulan yang diberikan akal dan
nafsu berikut perdebatan yang terjadi antara keduanya, lantas ialah yang
mengambil putusan. Selain itu, Qalbu juga merupakan ruangan tempat
tinggal perasaan. Qalbu terletak dalam rongga dada, sebagaimana firman
Allah dalam surah al-Hajj ayat 46. Kemungkinan, antara kalbu dan
jantung (qalb) ada hubungan tertentu. Atau, bisa jadi qalbu adalah jantung
itu sendiri. Atau, bisa jadi pula kalbu yang termaktub dalah nash syariat
bukanlah kalbu dalam bentuk materi.
Fungsi qalbu :
1) Fungsi emosi yang menimbulkan daya rasa.
17

2) Fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta.


3) Fungsi konasi yang menghasilkan daya cipta.

Dari sudut kondisinya, kalbu memiliki kondisi :


1) Baik, yaitu kalbu yang hidup, sehat, dan mendapatkan kebahagiaan.
2) Buruk, yaitu kalbu yang mati dan mendapatkan kesengsaraan
3) Antara yang baik dan hidup, yaitu kalbu yang hidup namun
berpenyakit.

3. Akal
Ciri-ciri akal yaitu :
 Secara Jasmaniyyah berkedudukan di otak (al-dimagh).
 Daya yang dominan adalah kognisi (cipta) sehingga adanya intelektual.
 Mengikuti antara natur roh dan jasad.
 Potensinya bersifat istidhlaliyyah 9argumentatif) dan aqliyah (logis)
yang bersifat rasional
 Berkedudukan pada alam kesadaran manusia.
 Intinya isme-isme seperti : humanism, kapitalisme, dan lain-lain..
 Apabila mendominasi jiwa maka akan terwujud jiwa yang labil (Nafs
Al-lawwamah)
Akal memiliki arti menahan, melarang, dan mencegah. Maka orang
yang berakal yaitu orang yang mampu menahan dan mengikat hawa
nafsunya. Akal merupakan organ tubuh yang terletak di kepala (otak) yang
memiliki cahaya nurani dan dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan
dan kognisi. Akal juga diartikan sebagai energy yang mampu memperoleh,
mengolah, dan mengeluarkan pengetahuan.
Fungsi akal :
1. Berfungsi untuk berfikir.
2. Menghantarkan eksistensi manusia pada tingkat kesadaran.
3. Mampu mencapai kebenaran.
18

Akal bertugas sebagai mustasyar (penasihat) yang memberikan


pendapat dan ide yang menurutnya baik. Ia memiliki pandangan yang jauh
ke depan, mengukur sesuatu dengan memprediksikan hasil dan akibatnya.
Apabila akal diterangi oleh cahaya Islam maka ia akan menunjukkan pada
jalan kebenaran. Sebaliknya, jika ia tak tersentuh oleh cahaya Islam maka
ia akan menunjukkan pada jalan kebatilan, sembari mengiranya suatu
kebenaran lantaran kebodohan dan kelalainnya. Oleh sebab itu, syariat
Islam senantiasa berusaha menyinari akal dengan cahaya Islam agar alasan
yang diberikannya pada kalbu menjadi kuat. Dan, agar ia terhindar dari
godaan setan yang selalu berupaya membuatnya puas untuk berbuat
kebatilan, setelah menghiasi kebatilan tersebut dengan ‘jubah
kebenaran’.Telah diketahui bahwa akal terdapat dalam otak. Akan tetapi,
akal bukanlah otak itu sendiri. Sebagaimana diketahui, perintah memang
berasal dari otak menuju ke seluruh anggota jasmani, sehingga muncul
anggapan bahwa otak adalah ‘pemilik putusan’. Sungguh, anggapan ini
tidaklah benar. Otak adalah bagian dari jasmani. Maka, ketika turun
perintah pada jasmani, perintah tersebut tidak serta-merta menuju ke
bagian-bagian jasmani tersebut. Akan tetapi, pertama kali akan turun ke
otak, yang kemudian ditujukan ke seluruh bagian jasmani.
19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kajian-kajian hakekat manusia dalam Islam sangat bertolak belakang


dengan yang ada dibarat. Dalam memahami eksistensi manusia, akal manusia
dibimbing dan dituntun oleh otoritas wahyu, yaitu Al-Qur`an dan Hadis
Rasulullah SAW. Untuk mengenal siapa manusia adalah dengan cara merujuk
kepada al-Qur’an yang merupakan langkah pertama yang harus dilakukan umat
islam pada setiap kepentingan dengan ajaran Allah. Sebab al-Qur’an adalah
pegangan utama untuk seluruh aspek kehidupan umat islam. Termasuk di
dalamnya sebagai pegangan memahami filsafat manusia.

Al-Ghazali, menyebut fenemona rohani terdalam hanya samapai pada al-


ruh, imam al-Qusyairiy di samping menyebutkan al-qalb sebagai tempat makrifat,
al-ruh sebagai tempat cinta kasih (al-mahabbah), ia juga menyebut daya al-sirr
adalah tempat musyawahadah . Analisis tentang daya-daya rohani oleh para syekh
tarekat tampaknya lebih utuh lagi. Al-nafs adalah makna menyeluruh bagi daya
marah dan daya syahwat dalam diri manusia. Makna ini yang biasanya digunakan
oleh ahli tasawuf, karena sesungguhnya mereka mengkehendaki dengan kata al-
nafs itu adalah pokok yang menghimpun bagi sifat buruk dari manusia. Al-Aql
merupakan substansi tunggal yang tak dapat dibagi, bersifat spiritual, dan sebagai
alat pencerapan pengertian rohaniah yang dapat memahami dan membedakan
keberan dan kepalsuan. Di dalam kitab Ihya’’ulum al-Din, al-Ghazali menjelaskan
makna untuk al-ruh, yaitu : sejenis sesuatu yang halus yang bersumber pada
lubang hati jasmani, lalu menyebar melalui pembuluh darah yang merasuk ke
seluruh anggota tubuh. Menurut Ibnu Taimiyah, al-qalb merupakan alat atau
20

instrumen belajar yang paling efektif dan tepat. Sebab, hati menjadi pusat
pengendali seluruh anggota tubuh. Al-sir dimaknai sebagai rahasia pembicaraan
dalam hati. Rahasia adalah sebuah hakekat yang tersembunyi, ia tersembunyi dari
cercapan panca indera, namun ada dalam eksistensi.

B. Saran

Semoga dengan makalah ini kita dapat mengetahui tentang hakikat


manusia, ruh menurut Al Quran, hadis dan Sufi, dan daya daya ruhani
21

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Y. (2018). Pemikiran-Pemikiran Emas Para Tokoh Pendidikan Islam.


Yogyakarta: IRCiSoD.
kadir, A. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sodiq, A. (2018). Al-Ghazali, Properti Charting Building. Tema Pokok
Pendidikan Akhlak Menurut. Jakarta: Kecana.
Wiguna, A. (2014). Isu-Isu Kontenporer Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Deepublish.
Azmi, M. N., dan Zulkifli, M. (2018). Manusia Akal an Kebahagiaan ( Studi
Analisis Komparatif antara Al-Qur`an denagn filsafat islam). Al- qalam: jurnal
ilmiah keagamaan dan kemasyarakatan.
Bilfaqih, Z. A. (2018). Tauhid Sebagai Basis Pembentukan Etika Pendidikan
Islam Yang Berwawasan peradaban. Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 216-227.
Hamzah, A. R. (2017). Konsep Pendidikan Dalam Islam Persfektif Ahmad
Tafsir . At- Tajdid : Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 1 (01).
http://renahusna.blogspot.com/2012/11/makalah-hakikat-manusia_9008.html
http://debbytanjung.blogspot.com/2015/08/makalah-hakikatmanusia-daya-daya-
ruhani.html
22

Anda mungkin juga menyukai