Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AGAMA ISLAM

“Hakikat Manusia Menurut Islam”

Disusun Oleh:
Rizki Parulian 21010112130112 Ingerawi Sekaring B 21010114120040
Kinanthi Fitria 21010112130121 Shintya Lailina A 21010114120041
Eko Parantoso 21010113120046 Sara Febrina FU 21010114120045
Imam Wahyudi 21010113120048 Ninda Zuliani N 21010114120054
Pebriani Safitri 21010113120049 M. Yazid Trisuma 21010114120055
Lisa Fatmawati 21010114120031 Fahreza Ananda A 21010114120087
Arif Nur Rohman 21010114120032 Anas Khusnul K 21010114120095
Muh. Muiz Zulmy 21010114120034

S1 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah salahsatu ciptaan Allah yang paling sempurna. Diciptakan dari saripati
tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnya menjadi wujud
secara utuh seperti sekarang ini. Kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh mahluk lain adalah akal
dan hawa nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggungjawab, serta
memilih jalan hidup seperti yang telah dijelaskan dalam Qs Al-Isra 70.

Diantara kelebihan-kelebihan manusia tersebut, tedapat perbedaan manusia dengan


sesama manusia yang lain, yaitu hati nurani. Jika hati manusia kotor, derajatnya akan rendah di
mata Allah SWT. Namun sebaliknya, jika hati senantiasa bersih dari segala perbuatan yang
mengakibatkan dosa maka derajatnya akan ditinggikan.

Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia memiliki hak dan kewajiban. Kewajiban utama
adalah beribadah kepada Allah SWT yangmerupakan tugas pokok dalam kehidupan manusia,
hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang telah dijelaskan diatas, rumusan masalah yang didapat
adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep manusia secara umum dan secara islam?


b. Bagaimana Eksistensi dan martabat manusia?
c. Bagaimana tanggungjawab manusia sebagai khalifah dan hamba Allah?
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun makalah antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Mengetahui pengertian konsep manusia
b. Mengetahui hakikat manusia dalam konteks Islam
c. Mengetahui tujuan penciptaan manusia
d. Mengetahui fitrah serta eksistensi manusia di dunia
e. Mengetahui tanggungjawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.
f. Sebagai tugas perkuliahan mata kuliah Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN

3.2 Konsep Manusia


Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, manusia diartikan sebagai “mahluk yang berakal
budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang” (1989:558). Menurut pengertian
tersebut manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar, dan
moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya.
Pada makalah ini akan dibahas pengertian manusia dari dua segi, yaitu dari segi ilmu
pengetahuan dan dari segi Al-Quran. Berikut penjelasannya
2.1.1 Konsep Manusia dari Segi Ilmu Pengetahuan
Membicarakan tentang manusia dalam sudut pandang ilmu pengetahuan sangat
bergantung pada metodologi yang digunakan serta filosofi yang mendasari.
Terdapat bermacam-macam teori mengenai konsep serta pengertian manusia,
berikut contoh teori mengenai konsep manusia:
a. Teori Psikoanalisis
Teori tersebut menyebutkan manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan) dimana manusia adalah mahluk yang memiliki perilaku
interaksi antara komponen biologis, psikologis, dan sosial. Di dalam diri
manusia juga terdapat unsur animali (hewani), rasional (akali), dan moral
(nilai).
b. Teori Behaviorisme
Teori tersebut menyebutkan manusia sebagai homo mehanibcus (makhluk
mesin). Istilah behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme
yaitu aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif
dan psikoanalisis yaitu aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar
yang tidak nampak. Dalam teori ini, segala tingkah laku manusia terbentuk
sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya.
c. Teori Kognitif
Teori tersebut menyebutkan manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Dalam teori ini, manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk
yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, melainkan makhluk yang
selalu berpikir. Penganut teori kognitif cenderung menganggap pikiran itu
bersifat tidak nyata karena tidak tampak sehingga tidak mempengaruhi
peristiwa. Padahal faktanya, berpikir, memutuskan, menyatakan,
memahami, dan sebagainya adalah realita kehidupan manusia.
d. Teori Humanisme
Menyebutkan bahwa manusia sebagai homo ludens (manusia bermain)
dimana manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan
mengatualisasikan diri.
2.1.2 Konsep Manusia dari Segi Al-Quran
Dalam Al-Quran istilah manusia ditemukan dalam tiga kosakata yang berbeda
makna, akan tetapi memiliki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan, dan
al-nas.berikut penjelasan serta makna dari kata-kata tersebut:
a. Basyar
Kata basyar dihubungkan pada sifat-sifat biologis, adapun acuan pendapat
mengenai hal ini adalah surat Ali Imran (31:47); Al-Kahfi (18:110);
Fushshilat (41:6); Al-Furqan (25:7,20) dan Yusuf (12:31). Sebagai
makhluk biologis, manusia dapat dilihat dari perkataan Maryam kepada
Allah: “Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku
tidak disentuh basyar” (Ali Imran (31:47). Dan pertanyaan Maryam pun
terjawab dengan turunnya ayat Al-Kahfi (18:110) dan Fushshilat (41:6).
Manusia diciptakan Allah SWT berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang
sempurna yang memiliki akhlak pikiran dan nafsu. Al-Quran menjelaskan
bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-
macam istilah, seperti: Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini
dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari berbagai
macam unsur kimiawi yang terdapat dalam tanah. Adapun tahapan dalam
proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Dalam kata
basyar menjelaskan manusia sebagai makhluk yang sekedar berada
(being) yang statis seperti hewan.
b. Insan
Kata insane disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya:
“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (Al-Alaq : 5).
Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah
(Al-Ahzab : 72). Dalam kata insan menjelaskan manusia adalah makhluk
menjadi (becoming) dan terus bergerak maju kea rah kesempurnaan.
c. Al-Nas
Kata Al-Nas disebut sebanyak 240 kali seperti dalam surat Al-Zumar : 27.
Konsep al-nas menunjukkan pada semua manusia sebagai makhluk sosial
atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan sosial dimana memiliki kesimpulan bahwa manusia terdiri dari
tiga unsur yaitu jasmani, ruh, dan jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi
yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan di dunia.

3.3 Eksistensi dan Martabat Manusia dalam Islam


Kehadiran manusia tidak terlepas adari asal-usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara
sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan islam, sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.
Untuk menjalankan tugasnya, manusia dikaruniai akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal
dan pikiran tersebut yang akan menuntut manusia dalam menjalankan perannya. Sebagai
wujud eksistensi manusia, tentunya terdapat tujuan penciptaan serta fungsi dan peranan
manusia di dunia ini. Berikut penjelasan mengenai eksistensi dan martabat manusia yang
terbagi menjadi tujuan penciptaan dan fungsi peranan manusia.
2.2.1 Tujuan Penciptaan Manusia
Allah menciptakan alam semesta pastilah mempunyai tujuan, begitu juga dengan
manusia. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT yang artinya: “Dan Aku tidak
menciptakan jin da manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”
(Adz-Dzariyat : 56). Hakikat ibadah menurut Sayyid Qutbh disimpulkan menjadi
dua prinsip, yaitu:
a. Tertanamnya makna menundukkan dan merendahkan diri kepada Allah (al-
ubudiyah lillah), dengan kata lain, manusia senantiasa menyadari bahwa ala
mini hanya ada satu Tuhan yang hanya kepadaNya manusia beribadah.
b. Berorientasi kepada Allah dalam segala aktivitas kehidupan.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan prinsip suatu aktivitas yang bernilai ibadah
atau tidak dalam suatu hadits, yang artinya:
“Sesungguhnya nilai segala perbuatan diukur dengan niatnya, dan sesungguhnya
setiap perbuatan seseorang akan dibalas sesuai dengan niatnya”
Hadits diatas memberi petunjuk bahwa shalat, puasa, zakat, dan haji hanya
merupakan sebagian saja dari sekian banyak lapangan ibadah yang dalam
kedudukan manusia sebagai khalifah di bumi.
2.2.2 Fungsi dan Peranan Manusia
Pada Al-Quran Al-Baqarah : 30, Allah SWT berfirman:

ِ ‫َمن فِي َها أَتَج َع ُل قَالُوا ۖ َخ ِليفَة اْلَر‬


‫ض فِي َجا ِعل ِإنِي ِلل َم ََلئِ َك ِة َرب َُّك قَا َل َو ِإذ‬
َ ُ‫ِك ن‬
ِ ‫سبِ ُح َونَح ُن‬
ُ‫الد َما َء َويَس ِفكُ فِي َها يُف ِسد‬ ُ ‫إِنِي قَا َل ۖ لَ َك َونُقَد‬
َ ‫ِس بِ َحمد‬
‫تَع َل ُمونَ َل َما أَع َل ُم‬
“ ‘Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: sesungguhnya Aku
hendak menjadikanmu sebagai khalifah di muka bumi’, mereka berkata:
‘mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senatiasa
bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau?’ Allah berfirman:
‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui’ “
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa manusia sebagai khalifah atau
pemimpin dimuka bumi ini, sehingga peran yang dilakukan sesuai ketetapan Allah,
di antaranya:

a. Belajar (surat An-Naml : 15-16 dan Al-Mukmin :54)


Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan
Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang
melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman. Dan
Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: ‘Hai Manusia, kami telah
diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata’".
Belajar tentunya membuat seseorang mengetahui banyak hal yang
sebelumnya ia tidak ketahui. Belajar yang dinyatakan dalam surat Al-Alaq
ayat 1 adalah mempelajari ilmu Allah dan ayat kedua dijelaskan juga
termasuk ilmu Allah adalah Al-Kitab. Jadi tidak lain ilmu Allah yang
berwujud Al-Quran dan ciptaanya.
b. Mengajarkan ilmu (surat Al-Baqarah : 31-39)
Selain belajar, khalifatullah juga harus mengajarkan ilmu yang didapat. Ilm
yang diajarkan tidak hanya ilmu yang dikarang manusia akan tetapi ilmu
Allah yaitu Al-Quran dan Al-Bayan (ilmu pengetahuan). Dalam Al-Quran
sendiri berisi berbagai aturan yang mengatur kehidupan manusia, yang
digunakan sebagai pedoman manusia.
c. Membudidayakan Ilmu (surat Al-Mu’min :35)
Ilmu yang sudah didapat tidak hanya disampaikan oranglain, tetapi yang
utama ialah mengamalkannya oleh diri sendiri terlebih dahulu. Proses
pembudidayaan ilmu Allah berjalan seperti proses pembentukan kepribadian
dan proses beriman.
Berdasarkan prinsip di atas, sebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan
tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri atau hanya memikirkan diri sendiri,
akan tetapi untuk kepentingan dan kebaikan
3.4 Manusia sebagai Pemegang Amanah
Manusia diberikan amanah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk menjadi pemimpin di
muka bumi. Seperti yang tercantum di ayat yang telah disebutkan sebelumnya. Allah
berfirman:

‫ض َوٱل ِجبَا ِل فَأَبَينَ أَن يَح ِملنَ َها َوأَشفَقنَ ِمن َها‬ ِ ‫ت َوٱْلَر‬ َ َ‫ع َرضنَا ٱْل َ َمانَة‬
َّ ‫علَى ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ َ ‫ِإنَّا‬
‫ول‬ ًۭ ُ‫ظل‬
ًۭ ‫وما َج ُه‬ َ َٰ ‫ٱْلن‬
َ َ‫س ُن ۖ ِإنَّ ۥهُ َكان‬ ِ ‫َو َح َملَ َها‬
Artinya:” Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat dzalim dan amat bodoh” (QS 33:72)
Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah bersedia menerima amanah untuk
menjadi pemimpin diatas muka bumi. Dan sejalan itu harus siap dengan
pertanggungjawaban akan amanah yang sudah di pundak.
Dalam Alquran Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan:

َ‫سو َل َوت َ ُخونُوا أ َ َمانَاتِ ُك ْم َوأَنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬


ُ ‫الر‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ََل ت َ ُخونُوا‬
َّ ‫َّللاَ َو‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Anfal: 26)
Selain itu, Nabi Muhammad Salallhu alaihi wa sallam mengingatkan kita dalam
konteks amanah. Salah satu tanda kiamat yaitu dengan tidak dikerjakannya amanah.

“Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada dalam sebuah majelis (dan)
berbicara dengan sekelompok orang, datanglah kepadanya seorang sahabat (dari
sebuah perkampungan) dan berkata, “Kapankah hari kiamat?”. Namun Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap melanjutkan pembicaraannya, maka sebagian orang
ada yang berkata, “Ia (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) mendengar
ucapannya, namun ia tidak menyukainya”. Dan sebagian yang lain berkata: “Bahkan
beliau tidak mendengarnya,” hingga akhirnya Rasulullah selesai dari pembicaraannya,
dan beliau pun bersabda, “Mana orang yang (tadi) bertanya?” Orang itu
berkata,”Inilah saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda,”Apabila amanah telah
disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat!” Orang itu kembali bertanya,”Bagaimanakah
menyia-nyiakan amanah itu?” Rasulullah bersabda,”Apabila suatu perkara diserahkan
kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat!” [HR. Bukhori]

3.5 Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah dan Hamba Allah


Fungsi manusia di muka bumi ini adalah sebagai khalifah yang mewakili Allah dalam
memimpin, mengelola, dan memelihara. Oleh karena itu manusia dibekali kemampuan untk
memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam ciptaanNya. Dengan
pemahaman terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun konsep dan melakukan
rekayasa. Pada akhirnya menghasilkan sesuatu yang baru dalam perkembangan manusia
yang dinamis.
Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah dilandasi dengan
ketaatan dan ketundukan kepada Allah SWT. Ketaatan dan ketundukan ini tidak lain adalah
refleksi dari fungsi penciptaan sebagai khalifah diberikan oleh Allah dan akan
dipertanggungjawabkan oleh manusia. Kesatuan wujud manusia antara fisik dan psikis serta
didukung potensi yang ada membuktikan bahwa manusia dapat menempatkan diri pada
posisi antara lain:
2.3.1 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah
Makna yang essensial dari kata ‘abf (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. Allah SWT dengan kehendak dan kebijaksanaanNya telah
menciptakan makhluk-makhluk yang di tempatkan di alam ciptaanNya. Manusia
di antara makhluk Allah dan sebagai hamba Allah SWT memiliki tanggungjwab
yang luas meliputi semua kewajiban, yang dalam ajaranNya menurut sunah rasul,
memerintahkan hambaNya untuk berlaku adil dan ihsan. Dengan demikian
seorang hamba bertanggungjawab menegakkan keadilan untuk dirinya sendiri dan
keluarga.
2.3.2 Tanggungjawab Manusia sebagai Khalifah
Sebagai khalifah manusia berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan,
mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan
penyimpangan dari jalan Allah. Manusia dipilih sebagai khalifah karena manusia
merupakan makhluk yang paling istimewa.
Firman Allah SWT:
َ‫ض َوٱل ِجبَا ِل فَأَبَينَ أَن يَح ِملنَ َها َوأَشفَقن‬ ِ ‫ت َوٱْلَر‬ َ َ‫ع َرضنَا ٱْل َ َمانَة‬
َّ ‫علَى ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ َ ‫ِإنَّا‬
‫ول‬ ًۭ ُ‫ظل‬
ًۭ ‫وما َج ُه‬ َ َٰ ‫ٱْلن‬
َ َ‫س ُن ۖ ِإنَّ ۥهُ َكان‬ ِ ‫ِمن َها َو َح َملَ َها‬
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada
langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya), maka mereka enggan
memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (karena tidak ada
pada mereka kesediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia
(dengan kesediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (ingatlah)
sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan
suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan” (Al-Ahzab:72).
Diagram Hakikat dan Tujuan Manusia

Manusia

Unsur Bumi Unsur Langit

Akal Hati Jasad

Amanah

Khalifah Ibadah

Mahdoh Ghoiro
Mahdoh
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang istimewa. Pada hakikatnya manusia adalah
makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna di bumi dengan segala kelebihan akal,
hati nurani, dan daya piker serta kemampuan untuk mengelola segala macam karunia Allah
di bumi ini. Namun manusia juga sebagai makhluk sosial yang memerlukan bantuan sesame
manusia lainnya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah tentunya harus tunduk dan patuh terhadap segala
peraturanNya, menjalankan perintah, dan menjauhi laranganNya. Karena pada dasarnya
semua peraturan yang Allah ciptakan untuk mengatur segala kehidupan yang bertujuan
untuk kehidupan damai, tentram, dan bahagia dunia akhirat.
Manusia dalam islam memiliki peran dan fungsi sebagai khalifah sekaligus hamba Allah,
dimana tujuan hidupnya di dunia semata-mata beribadah dan mencari ridho Allah dan
tentu akan dipertanggungjawabkan oleh manusia itu sendiri di hari Akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Asni, dkk. “Hakikat Manusia dalam Islam”. 14 Maret 2017. http://asnirasyid.blogspot.co.id/2013


/10/ makalah-agama-hakikat-manusia-dalam_7

Sukirman. “Hakikat Manusia dalam Islam”. 14 Maret 2017. https://sukirman722.wordpress.com/


2014/05/23/makalah-hakikat-manusia-dalam-islam/

Hidayat, Firman. “Penuntut Ilmu Harus Memiliki Sifat Jujur dan Amanah”. 22 Maret 2017.
https://muslim.or.id/22603-penuntut-ilmu-harus-memiliki-sifat-jujur-dan-amanah.html

Arief, Abu Abdillah . “Siapakah yang layak diberi amanah?”. 22 Maret 2017.
https://almanhaj.or.id/2711-siapakah-yang-layak-diberi-amanah.html

Anda mungkin juga menyukai