Anda di halaman 1dari 15

PANDANGAN ISLAM TENTANG MANUSIA

KELOMPOK 3

Kiko Untoro (195010107111047)


Kevin Athillah Ekoputera (195010107111059)
Ferissa Rizky Uraifah (195010107111067)
Vico Ardani Fadila (195010107111068)
Dwi Regita Cahyaningrum (195010107111089)

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Malang 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam pikiran adalah
berbagai macam perspektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional
(animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Pemikiran tentang
hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai sekarang belum juga berakhir
dan memiliki kemungkinan hal tersebut tidak akan pernah berakhir. Pada
kenyataannya, orang menyelidiki manusia itu dari berbagai sudut pandang.
Banyak yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu antropologi fisik, adapula
yang menyelidiki dengan sudut pandang budaya yaitu antropologi budaya,
Sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut antropologi
filsafat. Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah yang
menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia itu sendiri, yaitu
apa dari mana dan mau kemana manusia itu. Manusia dalam perkembangannya
dipengaruhi lingkungan dan pembawaan dari orang tua mereka.
Al-Qur’an memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya,
untuk menjawab pertanyaan, siapakah manusia itu?. Dari ayat-ayat Qur’an
tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk fungsional yang
bertanggungjawab. Pada surat al-Mu’minun ayat 115 Allah bertanya kepada
manusia sebagai berikut : “Apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu
sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”.
Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah
yaitu manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, manusia diciptakan tidak sia-sia
tetapi berfungsi, dan manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk
mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di
dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah realisasi daripada fungsi manusia itu
sendiri. Berdasarkan fakta dan paparan tersebut, maka diperlukan adanya suatu
pemahaman lebih lanjut tentang hakekat manusia menurut Islam.
BAB II
PERMASALAHAN

A. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat manusia ?
2. Bagaimana Asal-usul dan proses penciptaan manusia ?
3. Apa Status dan peran Manusia sebagai hamba Allah ?
4. Apa Tanggung jawab manusia sebagai khalifatullah ?
B. Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui Hakikat Manusia
2. Mengetahui Asal usul dan proses penciptaan manusia
3. Mengetahui Status dan peran Manusia sebagai hamba Allah
4. Mengetahui Tanggung jawab manusia sebagai khalifatullah
BAB III
PEMBAHASAN
a. Hakikat manusia
Ketika mencari makna manusia melalui ilmu pengetahuan, para ahli
berusaha mendefnisikannya sesuai dengan bidang kajian (obyek materia)ilmu
yang digelutinya dan sangat tergantung pada metodologi yang digunakan serta
filosofi yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homovolens
(manusia berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang
memiliki prilaku ineraksi antara koponen biologis (Id),psiklogis (ego),dan social
(superego). Didalam diri manusia tedapat unsur animal,rasional,dan moral.
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mekanikus. Behavior lahir sebagai reaksi terhadap intropeksionisme dan
psikoanalisis. Behavior menganalisis perilaku yang Nampak saja. Menurut aliran
ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran
terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homosapiens.
Menurut alira ini manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha
memahami lingkugannya, makhluk yag selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena
tampak tidak mempengarhui peristiwa. Padahal berpikir, memutuskan,
menyatakan,memahami dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Para penganut teori humanism menyebut manusia sebagai homo ludens.
Aliran ini mengecam psikoanalisis dan behavionarisme, karena keduanya tidak
menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek
eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cina kreativitas, nilai,
makna, dan pertumbuhan pribadi. Menurut humanism manusia berperilaku untuk
mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri.
Sedangkan dari khazanah ilmu social kita mengenai beberapa rumusan
asumsi dasar yang terkenal mengenai manusia. Dari Aristoteles umpamanya, kita
mengenal istilah zoon-politicon atau manusia sebagai makhluk yang bergau dan
merupakan kesatuan dengan kelompok sosialnya. Adam smith mengemukakan
konsep homo-economicus, dimana manusia dipandag sebagai makhluk yang
secara naluri akan berhitung mengenai untung rugi atau yang manfaat mudharat
dan akan memilih yang memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi usaha
tertentu yang dilakukannya dalam kadar tertentu.
Setiap konsep diatas,sebenarnya berusaha merumuskan hakikat manusia
dengan melihat ciri ciri yang paling menonjol dan paling essensial. Oleh karena
itu, yang tergambar adalah manusia yang sifatnya tunggal dimensi, meskipun
sebenarnya manunsia termasuk makhluk ganda dimesi . dalam kenyataan sehari
hari seseorang bisa saja diwarnai oleh suatu dimensi saja, misalnya sebagai
homoeconomicus, sedang ciri ciri yang lain, walaupun ada ,tidak menonjol.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa
manusia adalah makhluk social dan sekaligus maklhuk ekonomi . manusia adalah
maklhuk social, untuk penyemprunaan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya,
karena manusia tidak bisa hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata
lain, manusia baru bisa mencapa kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila
hidup berkumpul bersama manusia. Manusia adalah makhluk ekonomi, karena ia
selalu memikirkan masa depannya, terutama mengenai . sHakikat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia di artikan inti sari atau dasar juga diartikan kenyataan
yang sebenarnya (sesungguhnya). Hakikat juga bisa dikatakan inti dari segala
sesuatu.atau yang menjadi jiwa sesuatu. Di kalangan tasawuf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari
sebenar-benarnya. Jadi Sama halnya dengan pengertian dalam mencari suatu
hakikat roh, nyawa dan lain-lain.
Hakikat manusia adalah Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan
dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
di artikan inti sari atau dasar juga diartikan kenyataan yang sebenarnya
(sesungguhnya).
Sebagai makhluk biologis, manusia dapat dilihat dari perkataan Maryam
kepada Allah : “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak,padahal aku tidak
disentuh basyar” (Ali Imran [31]:47). Dan pertanyaan Maryam pun terjawab, Nabi
Muhammad SAW diutus Allah menegaskan bahwa secara biologis ia seperti
manusia lain. Allah berfirman, “Katakanlah, aku (Muhammad SAW) ini manusia
biasa (basyar) seperti kamu, hanya saja aku diberi wahyu bahwa Tuhanmu adalah
Tuhan yang satu”. (Q.S. Al-kahfi [18]:110 dan Fushshilat [41]:6).
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti :
Turab, Thien, Shal-shal, dan Hamaa-inmasnuun. Hal ini dapat diartikan bahwa
jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang
terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran
tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat
diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang
mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang
proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
b. Asal-usul dan proses penciptaan manusia
“Katakanlah,‘Dialah yang menciptakan kalian dan menjadikan pendengaran,
penglihatan dan hati nurani bagi kalian. (Tatapi) sedikit sekali kalian bersyukur”
(QS. Al-Mulk: 23).
Ayat diatas adalah mengenai bagaimana hakikat penciptaan manusia,
Allah menciptakan dan memberikannya anugerak fisik dan hati nurani. Al-Quran
mengatakan bahwa manusia adalah hasil ciptaan Allah dan anugerah yang
diberikan kepada manusia sangatlah banyak sekali.
Tahapan Penciptaan Manusia

Di dalam Al Quran proses penciptaan manusia terjadi dengan dua tahapan


yang berbeda. Tahapan pertama adalah tahapan primordial dan tahapan kedua
adalah tahapan biologi.

1. Tahapan Primordial

Tahapan Pertama adalah saat manusia pertama diciptakan pertama


kali dari saripati tanah dan diberikan ruh hingga bentuk yang seindah-
indahnya. Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat berikut :
1.1 QS Al An’am (6) : 2
“Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu
ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada
pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian
kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”
1.2 QS Shaad (38) : 71
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”
1.3 Q.S Al-Hijr (15) : 28
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.

Di dalam ayat-ayat Al-Quran tersebut menjelaskan bahwa Allah


menciptakan manusia dari bahan dasar tanah yang kemudian dengan kekuasaan
dan hukum-hukumnya dibentuk rupa dan beragam fungsi dari fisik yang ada
dalam tubuh manusia. Hal ini tentunya dilakukan Allah pada manusia pertama
yaitu Nabi Adam SAW. Hingga setelah itu ada proses penciptaan manusia berupa
hukum biologis.

2. Tahapan Biologi

Tahapan biologi adalah sunnatullah atau hukum Allah melalui proses biologis
yang terdapat dalam fisik atau tubuh manusia beserta segala perangkatnya. Proses
biologi ini membedakan hakikat manusia menurut islam dengan makhluk lainnya
yang tidak memiliki ruh dan akal untuk mengambil keputusan saat dewasanya.
Berikut tahapan pembentukan tubuh manusia :

1. Nuthfah (air mani)

Ibnu Katsir menafsirkan kata nuthfah yang berarti air yang keluar dari tulang
punggung dan tulang dada perempuan yang kemudian diletakkan di rahim
perempuan.

2. Segumpal darah

Setelah mani ditempatkan di rahim perempuan berubah menjadi ‘alaqoh. Beliau


menafsirkan kata ‘alaqoh dengan segunpal darah.

3. Segumpal daging
Setelah menjadi darah maka mengeraslah menjadi segumpal daging namun belum
terbentuk.

4. Tulang

Di sinilah mulai terbentuk anggota tubuh seperti kepala, tangan, dan kaki bersama
tulang dan otot-otonya.

5. Setelah terbentuk anggota tubuh beserta tulang-tulangnya dibungkuslah


dengan daging yaitu dijadikannya lebih kuat.
6. Peniupan ruh

Proses terakhir dalam pembentukan tubuh manusia dalam rahim adalah peniupan
ruh. Setelah peniupan ruh teruslah ia tumbuh hingga organ-organ yang sudah
terbentuk memiliki fungsinya dan bergerak.
c. Status dan peran manusia sebagai hamba Allah

Manusia sebagai makhluk pengemban amanah Allah berfungsi sebagia


hamba-Nya. Hamba Allah adalah orang yang taat dan patuh kepada perintah
Allah. Hakikat kehambaan kepada Allah adalah ketaatan, ketundukan dan
kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah. Dalam hubungannya
dengan tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai
pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat
dan patuh kepada penciptanya. Hal ini sudah termaktub dalam Al-Qur’an tentang
tujuan Allah menciptakan manusia yakni untuk menyembah kepada-Nya (al-
Dzariyat : 56 ).

Sebagai hamba Allah tanggung jawab manusia adalah amat luas dalam
kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas berarti disisi Allah jika
dilakukan dalam rangka pengabdian kepada-Nya. Maksudnya, sering kali ada
perbuatan yang tampaknya dilakukan dalam urusan duniawi ( seperti berdagang,
bertani, mengajar, memiliki, membersihkan lingkungan dan urusan dunia lainnya
) jika dilakukan dengan niat dan maksud ibadah kepada-Nya seseorang telah
melakukan dua fungsi ( sebagai hamba dan khalifah ) sekaligus. Ganjarannya
diperoleh dunia dan akhirat. Sebaliknya, sesuatu pekerjaan besar yang telah
banyak manfaatnya bagi manusia akan sia-sia disisi Allah jika tidak disertai niat
ibadah kepada-Nya.

Maka esensial dari kata ‘abd ( hamba ) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan
kepada Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, ketundukan pada
kebenaran dan keadilan.

Dalam hubungan dengan tuhan, manusia menempati posisi sebagai


ciptaan Tuhan sebagai penciptanya posisi memiliki konsekuensi adanya keharusan
manusia menghambakan diri kepada Allah dan dilarang menghamba pada dirinya,
serta menghambat kepada hawa nafsunya. Kesediaan manusia untuk menghamba
hanya kepada Allah dengan sepenuh hatinya, akan mencegah kehambaan manusia
terhadap manusia, baik dirinya maupun sesamanya. Tanggungjawab abdullah
terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimilki, yang bersifat fluktuatif (
naik-turun ), yang dalam istilah hadits Nabi SAW dikatakan yazidu wa yanqushu (
terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).

Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggungjawab terhadap keluarga


merupakan lanjuta dari tanggungjawab terhadap diri sendiri, karna memelihara
diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu,
dalam al-Qur’an menyatakan dengan qu anfusakum wa ahlikum nar ( jagalah
dirimu dan keluargamu dengan iman, dan neraka ).
Allah dengan ajaran-Nya ( abdullah ) untuk berlaku adil dan ihsan. Oleh
karena itu, tanggungjawab hamba Allah adalah menegakkan keadilan, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman pada ajaran
Allah, seseorang hamba yang ditentukan kepada-Nya. Tanggungjawab manusia
secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis berikut. Dari
Ibnu Umar RA katanya; “ saya mendengar Rasulullah SAW bersabda bermaksud :

“ semua orrang dari engkau sekalian adalah pengembala dan


dipertanggung-jawabkan terhadap apa yang digembalainya. Seorang laki-laki
adalah pengembala dalam keluarganya akan ditanya tentang pengembalanya.
Seorang istri adalah pengembala dirumah suaminya dan akan ditanya tentang
pengembalanya. Seorang khadam juga mengembala dalam harta tuannya dan akan
ditanya tentang pengembalanya. Maka semua orang dari kamu sekalia adalah dan
akan ditanya tentang pengembalaannya. “ (Muttafaq’alaih).

Allah menciptakan manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia


dicipta untuk dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya
atas setiap usaha dan amal yang dilakukan selama ia hidup didunia. Apabila
pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah
dibuat maka tugas yang diwajibkan atas dirinya perlu dilakasanakan.

Hal itu dapat diaplikasikan dengan senantiasa beribadah hanya kepada-


nya. Hanya allah-lah yang disembah dan hanya kepada Allah-lah manusia mohon
pertolongan ( Al-Fatihah : 5 ). Beribadah kepada allah merupakan prinsip hidup
yang paling hakiki bagi orang islam, sehingga perilakunya sehari-hari senantiasa
mencerminkan pengabdian itu diatas segala-galanya.

Menyembah allah semata, aetinya hanya kepada allah lah segala


pengabdian ditujukan. Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, pencipta segala
makhluk, tiada sekutu bagi-Nya baik Dia sebagai Tuhan yang disembah maupun
sebagai tuhan pemelihara alam semesta ini.

Pengingkaran manusia Dalam penghambaan diri kepada Allah akan


mengakibatkan dia menghamba kepada dirinya, menghamba kepada hawa
nafsunya, atau menghamba kepada sesama makhluk Allah.
Menyembah,memohon perlindungan atau apa saja perbuatan yang menyerupakan
Tuhan dengan makhluk, atau mengangkat makhluk berkedudukan sebagai Tuhan
disebut syirik. Orang yang berbuat syrik disebut musyrik. Perbuatan syrik adalah
kezaliman terbesar disisi Allah. Perbuatan atau amal shaleh yang terwujud dalam
fungsi manusia sebagai khalifah akan berupaya mencegah kekejian moral dan
kemungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu, abdullah
harus senantiasa melaksanakan shalat dalam rangka menghindarkan diri dari
kekejian dan kemungkaran ( al-fakhsya’i wal-munkar ). Hamba-hamba Allah
sebagai bagian dari ummah yang senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah
untuk mengajak yang lain berbuat ma’ruf dan mencegah kemunkaran ( Ali Imran
: 103 ).

d. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah


Al qur’an banyak memperkenalkan ayat tentang hakikat dan juga sifat
manusia sebagai makhluk yang menempati posisi unggul. Jauh sebelum
manuia di ciptakan, tuhan telah menyampaikan kepada malaikat bahwa
Dia akan menciptakan khalifah ( wakil) di muka bumi ( Al-Baqarah : 30).
Manusiah adalah khalifah Allah di muka bumi. Dia yang bertugas
mengurus bumi dengan seluruh isinya, dan memakmurkannya sebagai
amanah dari Allah. Sebaggai penguasa di bumi, manusia berkewajiban
membudayakan alam semesta ini guna menyiapkan kehidupan yang
bahagia dan sejahtera. Tugas dan kewajiban ini merupakan ujian dari
Allah kepada manusia, siapa diantaranya yang pling baik menunaikan
amanah itu
Dalam pelaksanaan kewajiban dan amanah, semua manusia di
pandang sama berdasarkan bidang dan keahliannya masing-masing. Tidak
ad kelebihan yang satu dari yag lainnya, kecuali yang aling baik dalam
menunaikan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini, yang
lebih banyak manfaatnya bagi kemanusiaan, atau dengan kata lain yng
lebih bertaqwa kepada Allah SWT. Perbedaan warna kulit, ras dan bangsa
hanya sebagai pertanda dan identitas dalam pergaulan kehidupan sehari-
hari.
Setiap orng memiliki hak dan kewaiban yang sama. Islam tdak
memberikan hal istimewa bagi seseorang atau segolongan tertentu baik
dalam bidang ibadah ritual, maupun dalam bidang politik, sosial dan
ekonomi. Setiap orng emiliki hak yang sama dalam kehidupan
bermayarakat. Oleh karena itu, islam menentang bentuk diskriminasi, baik
diskriminasi keturunan, maupun diskriminasi warna kulit, kesukuan,
kebangsaan dan kekatyaan.
Konsekuensi kekhalifahan manusia di muka bumi adalah
membangun, mengolah dan memakmurkan bumi ini dengan sebaik-
baiknya. Dengan demikian kehidupan seorang muslim akan dipenuhi
dengan amaliahdan kerja keras yang tiada henti. Kerja keras bagi seorang
muslim adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT.
Manusia yang dianggap sebagai kholifah tidak akan menjunjung
tinggi tanggung jawab kekhalifahannya tanpa dilengkapi dengan potensi-
potensi yang memungkinkannya mampu melaksanakan tugasnya. M.
Quraish Shihab mengemukakan beberapa potensi tersebut yang diberikan
Allah kepada manusia sehubungan dengan kedudukannya sebagai khalifah
Allah di muka bumi. Yakni:
a. Kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi, dan kegunaan segala
macam benda ( Thaha:31). Melalui potensi ini manusia dapat menemukan
hukum-hukum dasar alam semesta, menyusun konsep, mencipta,
mengembangkan, dan mengemukakan gagasan untuk melaksanakannya
serta memiliki pandangan menyeluruh terhadapnya.
b. Pengalaman selama berada di surga baik yang manis seperti
kedamaian dan kesejahteraan, ( Al-Waqi’ah : 26 dan Thaha : 117).
Maupun yang pait seperti keluarnya Adam dan Hawa dari surga akibat
terbujuk oleh rayuan syaitan. Pengalaman ini amat berharga dalam
mengalami rayuan syaitan di dunia, sekaligus peringatan bahwa jangankan
yang belum masuk surga, yang sudah masuk surga pun, bila mengikuti
rayuan syaitan akan di usir dari surga.
c. Tuhan telah menaklukkan dan memudahkan alam semesta ini untuk di
olah oleh manusia. Penaklukan yang tidak mungkin dilakukan oleh
manusia sendiri ( Ibrahim : 32-33 dan Al- Zukhruf : 13). Perlu
digarisbawahi bahwa kemidahan dan penaklukan tersebut bersumber dari
Allah. Dengan demikian, manusia dan seluruh isi alam semesta itu
mempunyai kedudukan yang sama dari segi ketundukan (penghambaan
diri ) kepada Allah.
d. Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia selama berada di bumi (
Thaha : 123).
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus di
pertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang di pikul manusia
di muka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpian, wakil
Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.
Manusia menjadi khalifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasan yang diberikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya.
Sebagai wakil Tuhan, Tuhan mengajarkan kepada manusia kebenaran
dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan
terhadap hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaan-Nya,
manusia dapat menyusun konsep baru, serta melakukan rekayasa
membentuk wujud baru dalam kebudayaan.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan mamilih
dan menentukan, sehingga kebebasanya melahirkan kreatifitas yang
dinamis. Adnya kebebasan manusia dimuka bumi adalah karena
kedudukannya untuk memimpin, sehingga pemimpin tidak tunduk kepada
siapapun, kecuali kepada yang di atas yang memberikan kepemimpinan.
Oleh karena itu, kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada
landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan
manusia berindak sewenang-wenang. Kebebasan manusia dengan
kahalifahannya merupakan implementasi dari ketundukan dan ketaatan. Ia
tidak tunduk dengan siapapun kecuali kepada Allah, karena ia Hamba
Allah yang hanya tunduk dan taat kepada Allah dan kebenaran.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilnya, yaitu
hukum-hukum Tuhan baik yang tertulis dalam kitap suci (Al-Qur’an),
maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-Kaun). Seorang
wakil yang melanggar batas keentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan
yang di wakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggung jawban
terhadap penggunaan kewenangannya dihadapan yang diwakilinya,
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Fatir : 39 “dialah yang menjadikan
kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (
akibat kekafirannya) menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemakmuran pada sisi
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah
akan menambah kerugian mereka belaka”.
Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi, sebagai khalifah dn ‘abd
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan
dinamika hidup, yang sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu
berpuhak pada nilai-nlai- kebenaran. Oleh karena itu hidup seorang
muslim akan di penuhi dengan amaliah, kerjakeras yang tiada henti, sebab
bekerja sebagai orang muslim adalah membentuk amal saleh. Kedudukan
manusia dimuka bumi sebagai khalifah dan Juga sebagai hamba Allah,
bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu
dan tak terpisahkan. Kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdiannya
kepada Allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim
sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir
sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh
ketigkat yang paling rendah, seperti difirmankan oleh Allah SWT dalam
surat al-Thin : 5-6.

Anda mungkin juga menyukai