KELOMPOK 3
Malang 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam pikiran adalah
berbagai macam perspektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional
(animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Pemikiran tentang
hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai sekarang belum juga berakhir
dan memiliki kemungkinan hal tersebut tidak akan pernah berakhir. Pada
kenyataannya, orang menyelidiki manusia itu dari berbagai sudut pandang.
Banyak yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu antropologi fisik, adapula
yang menyelidiki dengan sudut pandang budaya yaitu antropologi budaya,
Sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut antropologi
filsafat. Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah yang
menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia itu sendiri, yaitu
apa dari mana dan mau kemana manusia itu. Manusia dalam perkembangannya
dipengaruhi lingkungan dan pembawaan dari orang tua mereka.
Al-Qur’an memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya,
untuk menjawab pertanyaan, siapakah manusia itu?. Dari ayat-ayat Qur’an
tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk fungsional yang
bertanggungjawab. Pada surat al-Mu’minun ayat 115 Allah bertanya kepada
manusia sebagai berikut : “Apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu
sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”.
Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah
yaitu manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, manusia diciptakan tidak sia-sia
tetapi berfungsi, dan manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk
mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di
dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah realisasi daripada fungsi manusia itu
sendiri. Berdasarkan fakta dan paparan tersebut, maka diperlukan adanya suatu
pemahaman lebih lanjut tentang hakekat manusia menurut Islam.
BAB II
PERMASALAHAN
A. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat manusia ?
2. Bagaimana Asal-usul dan proses penciptaan manusia ?
3. Apa Status dan peran Manusia sebagai hamba Allah ?
4. Apa Tanggung jawab manusia sebagai khalifatullah ?
B. Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui Hakikat Manusia
2. Mengetahui Asal usul dan proses penciptaan manusia
3. Mengetahui Status dan peran Manusia sebagai hamba Allah
4. Mengetahui Tanggung jawab manusia sebagai khalifatullah
BAB III
PEMBAHASAN
a. Hakikat manusia
Ketika mencari makna manusia melalui ilmu pengetahuan, para ahli
berusaha mendefnisikannya sesuai dengan bidang kajian (obyek materia)ilmu
yang digelutinya dan sangat tergantung pada metodologi yang digunakan serta
filosofi yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homovolens
(manusia berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang
memiliki prilaku ineraksi antara koponen biologis (Id),psiklogis (ego),dan social
(superego). Didalam diri manusia tedapat unsur animal,rasional,dan moral.
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mekanikus. Behavior lahir sebagai reaksi terhadap intropeksionisme dan
psikoanalisis. Behavior menganalisis perilaku yang Nampak saja. Menurut aliran
ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran
terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homosapiens.
Menurut alira ini manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha
memahami lingkugannya, makhluk yag selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena
tampak tidak mempengarhui peristiwa. Padahal berpikir, memutuskan,
menyatakan,memahami dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Para penganut teori humanism menyebut manusia sebagai homo ludens.
Aliran ini mengecam psikoanalisis dan behavionarisme, karena keduanya tidak
menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek
eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cina kreativitas, nilai,
makna, dan pertumbuhan pribadi. Menurut humanism manusia berperilaku untuk
mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri.
Sedangkan dari khazanah ilmu social kita mengenai beberapa rumusan
asumsi dasar yang terkenal mengenai manusia. Dari Aristoteles umpamanya, kita
mengenal istilah zoon-politicon atau manusia sebagai makhluk yang bergau dan
merupakan kesatuan dengan kelompok sosialnya. Adam smith mengemukakan
konsep homo-economicus, dimana manusia dipandag sebagai makhluk yang
secara naluri akan berhitung mengenai untung rugi atau yang manfaat mudharat
dan akan memilih yang memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi usaha
tertentu yang dilakukannya dalam kadar tertentu.
Setiap konsep diatas,sebenarnya berusaha merumuskan hakikat manusia
dengan melihat ciri ciri yang paling menonjol dan paling essensial. Oleh karena
itu, yang tergambar adalah manusia yang sifatnya tunggal dimensi, meskipun
sebenarnya manunsia termasuk makhluk ganda dimesi . dalam kenyataan sehari
hari seseorang bisa saja diwarnai oleh suatu dimensi saja, misalnya sebagai
homoeconomicus, sedang ciri ciri yang lain, walaupun ada ,tidak menonjol.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa
manusia adalah makhluk social dan sekaligus maklhuk ekonomi . manusia adalah
maklhuk social, untuk penyemprunaan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya,
karena manusia tidak bisa hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata
lain, manusia baru bisa mencapa kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila
hidup berkumpul bersama manusia. Manusia adalah makhluk ekonomi, karena ia
selalu memikirkan masa depannya, terutama mengenai . sHakikat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia di artikan inti sari atau dasar juga diartikan kenyataan
yang sebenarnya (sesungguhnya). Hakikat juga bisa dikatakan inti dari segala
sesuatu.atau yang menjadi jiwa sesuatu. Di kalangan tasawuf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari
sebenar-benarnya. Jadi Sama halnya dengan pengertian dalam mencari suatu
hakikat roh, nyawa dan lain-lain.
Hakikat manusia adalah Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan
dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
di artikan inti sari atau dasar juga diartikan kenyataan yang sebenarnya
(sesungguhnya).
Sebagai makhluk biologis, manusia dapat dilihat dari perkataan Maryam
kepada Allah : “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak,padahal aku tidak
disentuh basyar” (Ali Imran [31]:47). Dan pertanyaan Maryam pun terjawab, Nabi
Muhammad SAW diutus Allah menegaskan bahwa secara biologis ia seperti
manusia lain. Allah berfirman, “Katakanlah, aku (Muhammad SAW) ini manusia
biasa (basyar) seperti kamu, hanya saja aku diberi wahyu bahwa Tuhanmu adalah
Tuhan yang satu”. (Q.S. Al-kahfi [18]:110 dan Fushshilat [41]:6).
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti :
Turab, Thien, Shal-shal, dan Hamaa-inmasnuun. Hal ini dapat diartikan bahwa
jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang
terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran
tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat
diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang
mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang
proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
b. Asal-usul dan proses penciptaan manusia
“Katakanlah,‘Dialah yang menciptakan kalian dan menjadikan pendengaran,
penglihatan dan hati nurani bagi kalian. (Tatapi) sedikit sekali kalian bersyukur”
(QS. Al-Mulk: 23).
Ayat diatas adalah mengenai bagaimana hakikat penciptaan manusia,
Allah menciptakan dan memberikannya anugerak fisik dan hati nurani. Al-Quran
mengatakan bahwa manusia adalah hasil ciptaan Allah dan anugerah yang
diberikan kepada manusia sangatlah banyak sekali.
Tahapan Penciptaan Manusia
1. Tahapan Primordial
2. Tahapan Biologi
Tahapan biologi adalah sunnatullah atau hukum Allah melalui proses biologis
yang terdapat dalam fisik atau tubuh manusia beserta segala perangkatnya. Proses
biologi ini membedakan hakikat manusia menurut islam dengan makhluk lainnya
yang tidak memiliki ruh dan akal untuk mengambil keputusan saat dewasanya.
Berikut tahapan pembentukan tubuh manusia :
Ibnu Katsir menafsirkan kata nuthfah yang berarti air yang keluar dari tulang
punggung dan tulang dada perempuan yang kemudian diletakkan di rahim
perempuan.
2. Segumpal darah
3. Segumpal daging
Setelah menjadi darah maka mengeraslah menjadi segumpal daging namun belum
terbentuk.
4. Tulang
Di sinilah mulai terbentuk anggota tubuh seperti kepala, tangan, dan kaki bersama
tulang dan otot-otonya.
Proses terakhir dalam pembentukan tubuh manusia dalam rahim adalah peniupan
ruh. Setelah peniupan ruh teruslah ia tumbuh hingga organ-organ yang sudah
terbentuk memiliki fungsinya dan bergerak.
c. Status dan peran manusia sebagai hamba Allah
Sebagai hamba Allah tanggung jawab manusia adalah amat luas dalam
kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas berarti disisi Allah jika
dilakukan dalam rangka pengabdian kepada-Nya. Maksudnya, sering kali ada
perbuatan yang tampaknya dilakukan dalam urusan duniawi ( seperti berdagang,
bertani, mengajar, memiliki, membersihkan lingkungan dan urusan dunia lainnya
) jika dilakukan dengan niat dan maksud ibadah kepada-Nya seseorang telah
melakukan dua fungsi ( sebagai hamba dan khalifah ) sekaligus. Ganjarannya
diperoleh dunia dan akhirat. Sebaliknya, sesuatu pekerjaan besar yang telah
banyak manfaatnya bagi manusia akan sia-sia disisi Allah jika tidak disertai niat
ibadah kepada-Nya.
Maka esensial dari kata ‘abd ( hamba ) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan
kepada Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, ketundukan pada
kebenaran dan keadilan.