Anda di halaman 1dari 312

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA

Disusun oleh:

Kelompok 1:

Dirham guntoro : 2048201005

Nurhot mely ana : 2048201019

Dosen Pengampu : Achmad Zulfikar Siregar S.Pd.I M.pd

UNIVERSITAS IMELDA

T. A 2020/2021
BAB I

Pendahuluan

A.Latar Belakang

Berkaitan dengan pendidikan, maka hakikat manusia perlu dibahas di awal,


karena pendidikan yang dilakukan adalah untuk manusia. Socrates dalam (Tafsir
2010:7) mengatakan bahwa belajar yang sebenarnya adalah belajar tentang manusia.
Manusia menjadi sosok sentral di alam dunia, karena manusia mengurus
dirinya sendiri dan alam. Manusia membuat peraturan sendiri untuk mengatur
dirinya sendiri, manusia juga membuat peraturan sendiri untuk mengatur alam.
Hewan, tumbuhan, lautan, daratan, gunung, dan lain-lain berada di bawah aturan
yang dibuat oleh manusia. Bahkan manusipun tunduk pada peraturan yang
dibuatnya sendiri. Kerusakan dan kelestarian alam tergantung pada manusia sebagai
sosok sentralnya. Jadi, sudah sewajarnya jika manusia harus mengenali hakikat
manusia yang sebenarnya.
Kelestarian manusia dan alam harus tetap dijaga dengan sebaik-baiknya,
untuk itu manusia sebagai sosok sentral harus dibekali dengan pengetahuan tentang
hakikat manusia, sehingga manusia mengetahui cara-cara menjaga kelestarian
manusia dan alam. Pengetahuan tentang hakikat manusia tersebut hanya akan
diperoleh jika manusia memperoleh bimbingan dari orang lain melalui proses
pendidikan.
BAB II

B. Pembahasan

1. Hakikat dan Substansi Manusia

Pendapat tentang hakikat manusia sangat beragam, tergantung pada sudut


pandang masing-masing. Ada beberapa konsep tentang makna manusia, antara
lain homo sapiens yaitu makhluk yang memiliki akal budi, animal rational yaitu
makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, homo laquen yaitu makhluk yang
mempunyai kemampuan berbahasa, homo faber atau homor toolmaking animal
yaitu makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan (Djamal dalam
Jalaluddin 2011:77).

Pembahasan tentang manusia sangat beragam dan tidak henti-hentinya,


hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang yang digunakan oleh
masingmasing orang. Beberapa di antara telah memandang manusia sebagai
makhluk yang mampu berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk
yang mampu berbahasa, dan makhluk yang mampu membuat perangkat
peralatan untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya.
Socrates (470-399 SM) mengungkapkan hakikat manusia ialah ia ingin
tahu dan untuk itu harus ada orang yang membantunya. Kewajiban setiap orang
untuk mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu jika ingin mengetahui hal-hal di
luar dirinya (Tafsir 2010:8-9). Manusia menurut Socrates adalah makhluk yang
selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, baik tentang manusia itu sendiri maupun
tentang hal yang ada di luar dirinya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk
memenuhi keingintahuan manusia tersebut, yaitu harus ada bantuan dari orang
lain dan harus mengetahui dirinya sendiri terlebih dahulu.
Menurut Plato (meninggal tahu 347 SM) bahwa hakikat manusia terdiri
dari tiga unsur, yaitu roh, nafsu, dan rasio (Tafsir 2010:10-11).
Berbeda dengan Socrates, Plato memandang bahwa ada tiga unsur dalam
diri manusia, yaitu roh, nafsu, dan rasio. Manusia menjalani kehidupannya
menggunakan roh dan nafsu. Roh sebagai simbol kebaikan dan nafsu sebagai
simbol keburukan, penggunaan keduanya dikendalikan oleh rasio sebagai
pengontrol.
Rene Descartes (1596-1650) mengungkapkan tentang posisi sentral akal
(rasio) sebagai esensi (hakikat) manusia (Tafsir 2010:12). Akal memegang peran
penting dalam hakikat manusia, sehingga dikatakannya bahwa akal memiliki
posisi sentral.

Menurut Thomas Hobbes (1588-1629) bahwa salah satu hakikat manusia


adalah keberadaan kontrak sosial, yaitu setiap orang harus menghargai dan
menjaga hak orang lain (Tafsir 2010:12-13). Hakikat manusia adalah manusia
sebagai makhluk sosial yang ditandai dengan keberadaan kontrak sosial di
dalamnya. Manusia tidak dapat menjalani kehidupannya secara sendiri-sendiri,
oleh karena itu harus ada saling menghargai antar sesama dan saling menjaga
hak-hak orang lain. Dua hal ini diperlukan untuk menjaga keharmonisan hidup
manusia.
Jhon Locke (1623-1704) mengatakan bahwa manusia dilahirkan laksana
kertas bersih, kemudian diisi dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh
dalam hidupnya (Tafsir 2010:13). Manusia terlahir dalam keadaan yang tidak
punya daya apapun yang diibaratkan sebagai kertas bersih. Ketidakberdayaan
tersebut membutuhkan bantuan orang lain untuk memberikan
pengalamanpengalaman dalam kehidupannya.
Menurut Immanuel Kant (1724-1804) bahwa manusia adalah makhluk
rasional yang bebas bertindak berdasarkan alasan moral, manusia bertindak
bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri (Tafsir 2010:13-14). Hampir sama
dengan Descartes, Kant mendefinisikan manusia sebagai makhluk rasional yang
mengandalkan rasio. Akan tetapi Kant menambahkan peran moral dalam
penggunaan rasio tersebut, sehingga manusia dituntut untuk berbuat bukan
hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga harus memperhatikan
kepentingan orang lain di dalamnya.
Ramayulis (2011:57):
Kesatuan wujud manusia antara pisik dan psikis serta didukung oleh
potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagah ahsan
at-taqwin dan menempatkan manusia pada posisi yang strategis, yaitu:
Hamba Allah (‘abd Allah) dan Khalifah Allah (khalifah fi al-ardh).

Manusia terdiri dari dua unsur yaitu pisik dan psikis. Kedua unsur
tersebut mempunyai potensi masing-masing yang saling melengkapi untuk
mengokohkan hakikat manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi.
Manusia juga disebut sebagai homo socius ataupun zoon politicon yaitu
makhluk sosial yang mampu bekerja sama serta mengorganisasi diri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Homo economics yaitu makhluk yang hidup
atas dasar prinsip-prinsip ekonomi. Homo religiosus yaitu makhluk yang
beragama. Manusia adalah makhluk yang serba unik (Muthahhari dalam
Jalaluddin 2011:77-78).

Manusia adalah makhluk ini, banyak predikat yang melekat padanya,


banyak pandangan dan pendapat tentangnya, antara lain makhluk sosial,
makhluk ekonomis, dan makhluk beragama. Manusia mampu mengorganisasi
diri, bekerja sama dengan yang lainnya, dan mampu menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan rohani dapat
terpenuhi dengan agama yang dianutnya.
Pemikiran filsafat pendidikan harus merujuk kembali pada hakikat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berawal dari pertanyaan yang
dikemukakan oleh Jacques Martin: ”Siapa kita, di mana kita, dan kemana kita
akan pergi?” (Connor dalam Jalaluddin 2011:79).
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang diberikan kesempatan
untuk berusaha dan bekerja di dunia untuk nantinya akan kembali lagi kepada
Tuhan. Pertanyaan: siapa manusia, di mana manusia, dan kemana manusia akan
pergi merupakan pertanyaan yang harus dijawab apabila ingin membahas
tentang hakikat manusia.
Jalaluddin (2011:79):
Hakikat manusia tak mungkin dijelaskan secara tuntas oleh pemikiran
filsafat yang hanya mengandalkan kemampuan optimal rasio.
Satusatunya jalan yang paling meyakinkan adalah dengan merujuk ke
sumber dari Sang Pencipta manusia itu sendiri, yakni Allah. Dalam Al-
Qur’an dijelaskan mengenai konsep manusia dengan menggunakan
sebutan: Abd Allah, Bani Adam, Bani Basyr, al-Insan, al-Ins, al-Nas dan
Khalifah Allah.

Pembahasan hakikat manusia tidak akan pernah selesai apabila hanya


berdasarkan pada pandangan-pandangan manusia sendiri yang mengandalkan
kemampuan akal semata. Oleh karena itu diperlukan penjelasan dari sumber
yang meyakinkan, yaitu sumber yang diperoleh langsung dari Tuhan sebagai
Penciptanya. Menurut sumber dari al-Qur’an diperoleh konsep tentang konsep
manusia sebagai Abd Allah, Bani Adam, Bani Basyr, al-Insan, al-Ins, al-Nas dan
Khalifah Allah.
Konsep Abd Allah menunjukkan bahwa manusia adalah hamba yang
segala bentuk aktivitas kehidupannya untuk menghambakan diri kepada Allah.
Konsep Bani Adam berarti manusia berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu
Adam dan Hawa yang terdiri dari berbagai ras. Konsep Bani Hasyr
menggambarkan manusia sebagai makhluk biologis terdiri dari unsur materi
yang membutuhkan makan dan minum, bukan keturunan makhluk bukan
manusia. Konsep al-Insan berarti manusia diciptakan sebagai makhluk
eksploratif yang mempunyai keseimbangan antara pertumbuhan dan
perkembangan. Konsep al-Ins menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi
untuk menjadi makhluk berperadaban yang mempunyai kemampuan kreasi dan
inovasi. Konsep al-Nas berarti manusia sebagai makhluk sosial yang hidup
bermasyarakat. Konsep Khalifah Allah menunjukkan manusia mengemban tugas
untuk mewujudkan serta membina sebuah tatanan kehidupan yang harmonis di
bumi (Jalaluddin 2011:79-95).
Tafsir (2010:19): ”Hakikat manusia menurut al-Qur’an ialah bahwa
manusia itu terdiri atas unsur jasmani, akal, dan ruhani”. Hakikat manusia adalah
sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi yang terdiri dari tiga unsur, yaitu:
unsur jasmani, unsur akal, dan unsur ruhani.
Jadi, Hakikat manusia adalah sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi
yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: jasmani (pisik, nafsu), akal (rasio), dan rohani
(psikis, roh). Sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di
bumi, maka manusia merupakan: makhluk ciptaan Tuhan, makhluk yang terlahir
dalam kondisi tidak berdaya (kertas bersih), membutuhkan bantuan dari orang
lain, makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, makhluk yang memiliki akal
budi, makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, makhluk yang
mempunyai kemampuan berbahasa, makhluk yang mampu membuat perangkat
peralatan, makhluk sosial yang mampu bekerja sama, makhluk yang mampu
mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, makhluk yang hidup
atas dasar prinsip-prinsip ekonomi, makhluk yang beragama, makhluk rasional
yang bebas bertindak berdasarkan alasan moral, makhluk dengan kontrak sosial
untuk menghargai dan menjaga hak orang lain.

C. Kesimpulan

Hakikat manusia adalah sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi yang

terdiri dari tiga unsur, yaitu: jasmani (pisik, nafsu), akal (rasio), dan rohani (psikis,
roh). Sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi,
maka manusia merupakan: makhluk ciptaan Tuhan, makhluk yang terlahir dalam
kondisi tidak berdaya (kertas bersih), membutuhkan bantuan dari orang lain,
makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, makhluk yang memiliki akal budi,
makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, makhluk yang mempunyai
kemampuan berbahasa, makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan,
makhluk sosial yang mampu bekerja sama, makhluk yang mampu mengorganisasi
diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, makhluk yang hidup atas dasar
prinsipprinsip ekonomi, makhluk yang beragama, makhluk rasional yang bebas
bertindak berdasarkan alasan moral, makhluk dengan kontrak sosial untuk
menghargai dan menjaga hak orang lain.
Ubermensch Nietzsce adalah manusia unggul yang selalu siap menghadapi
segala tantangan kehidupannya, selalu mempunyai dorongan yang kuat untuk
mencapai tujuan menjadi manusia yang berkuasa. Unsur-unsur yang harus ada
dalam diri manusia unggul adalah energi, intelek, dan kebanggaan diri
(kehormatan). Ketiga unsur tersebut harus berjalan serasi bersama-sama agar
tercipta suatu kekuatan. Karena dengan memiliki kekuatan dan kebajikan, maka
manusia akan mampu terus melangsungkan kehidupannya untuk berjaya dan
menang. Manusia unggul hanya dapat tercipta melalui aristokrasi, yaitu kekuasaan
harus berada di bawah tangan para bangsawan, sehingga harus ada keberanian dan
kesiapan untuk dikorbankan. Keberanian dan kesiapan untuk dikorbankan tercipta
karena proses seleksi oleh manusia melalui pendidikan untuk meningkatkan derajat
dan keagungannya.
Superiorman Kong Fu Tse adalah manusia harus menjadi manusia budiman,
yaitu manusia yang memiliki norma-norma ideal di dalam kehidupannya. Ada
empat aspek yang menjadi inti dari manusia budiman yaitu kemanusiaan, pribadi
ideal, pola yang benar, dan memerintah dengan sikap moral yang baik. Manusia
harus banyak berbuat dan sedikit berbicara, sehingga tidak pernah putus asa apabila
mengalami kegagalan.
Insan Kamil al-Jilli adalah manusia sempurna sebagai manusia baru yang
mampu bertahan dan abadi sebagai bayangan Tuhan yang mempunyai sifat dan
bentuk ketuhanan dengan dua dimensi, yaitu dimensi kanan (aspek lahir) dan
dimensi kiri (aspek batin dan mutlak). Tahapan yang harus dilewati untuk mencapai
manusia sempurna adalah mubtadi (manusia disinari nama Tuhan), mutawasit
(manusia disinari sifat Tuhan), ma’rifat (manusia disinari zat Tuhan), dan mencapai
maqam khatam (insan kamil). Jalan untuk mencapai Insan Kamil adalah dengan
pengamalan Islam, iman, shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah.
Superman Iqbal adalah manusia hebat yang mempunyai potensi tidak
terbatas, potensi untuk merubah dunia dan dirinya sendiri. Ciri-ciri manusia hebat
adalah memiliki cinta kasih, semangat keberanian, toleransi, dan tidak
mengharapkan imbalan dunia.
Manusia adalah makhluk tanpa daya yang memiliki potensi atau
kemampuan dasar. Potensi tersebut menghendaki proses bimbingan, pembinaan,
dan pengarahan yang mengacu ke arah realisasi dan pengembangan secara wajar
dan optimal melalui proses pendidikan. Pendidikan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Manusia membutuhkan pendidikan
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia yang
berdaya guna dan berhasil guna.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2009. Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Jalaluddin. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sejarah dan Pemikirannya. Jakarta:
Kalam Mulia.

Kosasih, Aceng. 2012. Konsep Insan Kamil Menurut al-Jili. [Online] Available:
http://www.file.upi.edu[2012, Maret 8]

Ramayulis, Samsul Nizar. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.

Rapar, J.H. 1988. Filsafat Politik Aristoteles. Jakarta: Rajawali.

Reksosusilo, S. t-th. Filsafat Cina. Malang: Widya Sasana.

Sofyan, Ayi. 2010. Kapita Selekta Filsafat. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sunardi, S.T. 1999. Nietsche. Yogyakarta: LkiS.

Tondowijoyo, John. 1983. Pandangan Hidup Ketimuran. Surabaya: Sanggar Bina


Tama.

Wattimena, Reza A.A. 2010. Membongkar Rahasia Manusia: Telaah Lintas Peradaban
(Filsafat Timur dan Filsafat Barat). Yogyakarta: Kanisius.

Wikipedia. 2012. Kong Hu Cu (filsuf). [Online] Available: http://www.id.wikipedia.org


[2012, Maret 8]

Zuhairini, dkk. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.


. Mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
d. Mendakwahkan, menyebarkan ajaran Islam secara bijaksana disertai

argumentasi yang MAKALAH TENTANG

RUANG LINGKUP AGAMA

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Yeni hartika harahap (2048201026)
2. Annisa febriana (2048201001)

Dosen Pengampu :

Achmad Zulfikar Siregar, SPDI M.Pd

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


PRODI S1-FARMASI
TA.2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa Ta’ala yang
berkat anugerah dari-Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ruang Lingkup Agama”. Sholawat serta salama kita haturkan kepada junjungan
agung Nabi Besar Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam yang telah memberikan
pedoman kepada kita jalan yang sebesar-besarnya jalan berupa ajaran agama islam
yang begitu sempurna dan menjadikan rahmat bagi alam semesta
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki
penulis, Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
menyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalh ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang memantu dalam menyesuaikan makalh ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah Amin Yaa Robbal’Alamin.

Medan, 15 Desember 2020


DAFTAR ISI

Contents
BAB 1........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
1.3Tujuan Penulisan............................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1 Defenisi Agama.........................................................................................................................6
1. Pengertian Agama Islam.........................................................................................................6
2. Klasifikasi Agama dan Agama Islam....................................................................................10
2.2 Tujuan Agama........................................................................................................................13
2.3 Fungsi Agama.........................................................................................................................13
2.4 Unsur-Unsur Agama..............................................................................................................15
2.5 Cara Beragama......................................................................................................................15
2.6 Agama dalam Pendekatan Islam..........................................................................................16
BAB III...................................................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................................17
3.2 SARAN..........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................18
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam merupakan agama yang paling mulia dan sempurna dihadapan Allah
SWT. Proses perkembangan, pertumbuhan, serta penyebaran agama Islam di
seluruh penjuru dunia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua itu tidak
terlepas dari perjuangan Nabi Muhammad SAW. Sehingga, perkembangan agama
Islam masih ada sampai sekarang dan berkembang pesat. Namun, perkembangan itu
juga masih banyak yang kurang mendalami mengenai agama Islam.
Islam sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan kepada manusia mengenai
semua aspek hidup dan kehidupanya, dapat diibaratkan seperti jalan raya yang lurus
dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat
yang dituju, tempat tertinggi dan mulia. Jalan raya itu lebar, kiri kananya berpagar
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Pada jalan itu juga terdapat rambu-rambu, tanda-tanda
(marka) serta jalur-jalur sebanyak aspek kehidupan manusia. Siapa saja yang
memasuki gerbang jalan raya itu baik karena keturunan maupun karena
mengucapkan dua kalimat syahadat, wajib memperhatikan rambu-rambu, tanda-
tanda, dan berjalan melalui jalur-jalur yang telah ada.
Adanya degradasi akhlaq disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang
mendalam tentang Islam. Kebanyakan orang Islam sekarang mengaku Islam tetapi
tidak disertai dengan pengamalannya. Dengan kata lain, umat Islam tidak secara
kaffah memeluk Islam, tetapi hanya setengah. Oleh karena itu perlunya pemahaman
tentang Agama Islam benar-benar diperlukan sehingga kita bisa lebih mudah untuk
memahami Islam lebih jauh.
Sekarang ini, keadaan umat Islam yang ada di seluruh dunia cenderung berada
dalam keadaan yang memperihatinkan. Di setiap neara yang mayoritas
pendudukannya beragama islam, masalah itu muncul secara terus menerus. Mulai
dari merosotnya nilai-nilai agama Islam. Di daerah Timur Tengah, negara-negara
muslim bergejolak mengenai politik yang ada di negaranya, yang banyak
mnimbulkan konflik antar warga negaranya.
Sementara di negara yang paling banyak penduduk muslimnya didunia, yaitu di
Indonesia,
masalah itu muncul seiring merosotnya moralitas dari warga negaranya. Mereka
tidak malu melakukan sesuatu walaupun melanggar nilai moral, hokum maupun
agama. Masuknya pengaruh dari hal-hal negative dari dunia barat merupakan
sebabnya. Itu semua menunjukan telah terjadinya kemerosotan akidah yang dimiliki
umat Islam, yang diperlukan untuk menjalankan hidup ini selalu di jalan yang
benar.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang akan dibahas dan menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah
:
1. Apa pengertian dan ruang lingkup agama Islam?
2. Mengetahui klasifikasi agama dan agama Islam
3. Mengetahui Agama dalam pendekatan Islam

1.3Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dan ruang lingkup agama Islam
2. Mengetahui Kerangka dasar agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Agama

1. Pengertian Agama Islam

Pengertian agama adalah tata cara yang mengatur peribadahan manusia kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta tata cara yang mengatur hubungan manusia yang lain
serta manusia dengan lingkungannya, yang merupakan bagian dari makhluk ciptaan
Tuhan.Agama-agama tertentu serta kepercayaan tertentu banyak mempunyai narasi,
dan symbol serta sejarah suci yang mempunyai maksud untuk menjelaskan berbagai
macam makna kehidupan dan menjelaskan asal-usul kehidupan dari alam semesta
ini. Dari berbagai macam keyakinan yang diyakini oleh mereka mengenai sifat
manusia dan perihal kosmos, seseorang akan mendapatkan etika,moralitas, berikut
hukum tentang agama berkaitan dengan gaya hidup yang dijalaninya. Berdasarkan
perkiraan penghitungan dan penelitian, setidaknya ada 4200 agama di dunia namun
hanya beberapa yang diakui.

a. Secara Etimologi
Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu
kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata
aslama, yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, paruh, dan
taat. Sedangkan muslim yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat,
menyerahkan diri, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT.
b. Secara Terminologi
Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran
yang dibawa oleh Islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai segi dari
kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap , menyeluruh dan
sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah
maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi
Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.
Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 132, Allah berfirman :
َ‫ٱصطَفَ ٰى لَ ُك ُم ٱل ِّدينَ فَاَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَنتُم ُّم ۡسلِ ُمون‬
ۡ َ‫ى إِ َّن ٱللَّه‬
َّ ِ‫َو َوص َّٰى بِہَٓا إِ ۡب َرٲ ِه ۧـ ُم بَنِي ِه َويَ ۡعقُوبُ يَ ٰـبَن‬
Artinya :
”Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Ya’kub,
Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam sebagai
agamamu, sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama
Islam”. (QS. Al-Baqarah, 2:132)
Nabi Isa juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan dalam ayat yang berbunyi
sebagai berikut :
ِ‌ۖ ‫ى إِلَى ٱهَّلل‬ ٓ ‫ار‬
ِ ‫نص‬ َ َ‫ال َم ۡن أ‬ َ َ‫فَلَ َّمٓا أَ َحسَّ ِعي َس ٰى ِم ۡنہُ ُم ۡٱل ُك ۡف َر ق‬
ۡ ‫نصا ُر ٱهَّلل ِ َءا َمنَّا بِٱهَّلل ِ َو‬
َ‫ٱشهَ ۡد بِأَنَّا ُم ۡسلِ ُمون‬ َ َ‫اريُّونَ ن َۡحنُ أ‬ ۡ
ِ ‫قَا َل ٱل َح َو‬
Artinya :
”Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata
dia : Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama
Allah (Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim” (QS. Ali Imran, 3:52).

Agama-agama selain Islam umumnya diberi nama yang dihubungkan dengan


manusia yang mendirikan atau yang menyampaikan agama itu atau dengan tempat
lahir agama bersangkutan seperti agama Budha (Budhism), agama Kristen
(Christianity), atau agama Yahudi (Judaism). Nama agama yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad ini tidak dihubungkan dengan nama orang yang menyampaikan
wahyu itu kepada manusia atau nama tempat agama itu mula-mula tumbuh dan
berkembang. Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada
Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai
(estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan
berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan
merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt
Oleh karena itu penamaan Muhamedanism untuk agama Islam dan Mohammedan
untuk orang-orang Islam yang telah dilakukan berabad- abad oleh orang Barat,
terutama oleh para orientalis adalah salah. Kesalahan ini disebabkan karena para
penulis Barat menyamakan agama Islam dengan agama-agama lain, misalnya
dengan Chrisianity yang diajarkan oleh Jesus Kristus atau Budhism yang diajarkan
oleh Budha Gautama dan lain-lain.
Di dalam bahasa islam tidak ada kata yang semakna dengan kata sekuler.
Sekulerisme adalah paham yang percaya Tuhan tetapi hokum-hukum Tuhan dan
syariat agama tidak boleh dipergunakan untuk mengatur hidup dan kehidupan
manusia dalam masyarakat. Hal itu sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam
yang mengajarkan suatu jalan hidup yang menyeluruh tidak mengecualikan apapun
juga (SH. Nasr 1981 : 14).
Memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam
terhadap Islam. Komitmen tersebut intinya terdapat dalam QS. Al-Asr(103) yang
berbunyi :
ۡ ‫َو ۡٱل َع‬
١(‫ص ِر‬

٢( ‫إِنَّٱإۡل ِ ن َسـٰنَ لَفِى ُخ ۡس ٍر‬

٣( ‫ص ۡو ْا بِٱلص َّۡب ِر‬ ِّ ‫ص ۡو ْا بِ ۡٱل َح‬


َ ‫ق َوتَ َوا‬ َ ‫ت َوت ََوا‬ ْ ُ‫وا َو َع ِمل‬
َّ ‫وا ٱل‬
ِ ‫ص ٰـلِ َح ٰـ‬ ْ ُ‫إِاَّل ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬

Artinya :
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
Berdasarkan dari surat Al-Asr di atas ada 5 (lima) komitmen atau kerikatan seorang
muslim dan muslimat terhadap Islam. Komitmen tersebut adalah :
a. Meyakini, mengimani kebebaran agama Islam seyakin-yakinnya.
b. Mempelajari, mengilmui ajaran Islam secara baik dan benar.
meyakinkan dengan bahasa yang baik dan,
e. Sabar dalam berIslam, dalam meyakini mempelajari, mengamalkan dan
mendakwahkan agama Islam.

Terlaksananya tujuan hidup manusia merupakan perwujudan diberlakukan nya


fungsi-fungsi Islam dalam kehidupan manusida dan masyarakat yang beriman dan
bertakwa. Oleh karena itu untuk memahami fungsi-fungsi atau kedudukan Islam
dalam kehidupan, berikut ini penjelasannya :
1. Islam Sebagai Agama Allah. Fungsi Islam sebagai agama Allah dinyatakan
dalam predikatnya yaitu dienul haq (agama yang benar), dimana kehadiran dan
kebenaran agama Islam nyata sepanjang zaman. Islam juga dinyatakan sebagai dinul
khalis yang berarti kesucian dan kemurnian serta keaslian Islam terjaga sepanjang
masa.
2. Islam sebagai Panggilan Allah. Allah memanggil orang yang beriman dan
bertakwa kepada Islam dengan mengutus Rasul-Nya membawa Islam agar supaya
disampaikan dan diajarkan kepada manusia . Oleh karena itu para rasul dan para
pengikut nya yang setia hanya mengajak manusia kepada Islam.
3. Islam sebagai Rumah yang Dibangun oleh Allah. Allah menjadikan Islam
sebagai ”rumah” yang disediakan bagi hamba-Nya yang beriman dan bertakwa agar
mereka hidup sebagai keluarga muslim. Dengan demikian Islam merupakan wadah
yang mempersatukan orang yang beriman dan bertakwa dalam melaksanakan dan
menegakkan agama Allah dalam kehidupan manusia dan masyarakat.
4. Islam Sebagai Jalan yang Lurus. Orang yang beriman dan bertakwa yang
memenuhi panggilan Allah kepada Islam, tetap dalam Islam melaksanakan ajaran
Islam, karena mereka tahu dan mengerti bahwa Islam itu agama Allah. Merekalah
yang sedang berjalan pada jalan Allah yaitu sirathal Mustaqim(jalan yang lurus).
5. Islam Sebagai Tali Allah. Sebagai tali Allah, Islam merupakan pengikat yang
mempersa- tukan orang yang beriman dan bertakwa dalam melaksanakan dan
menegakkan agama Allah.
2. Klasifikasi Agama dan Agama Islam

Menurut sumber ajaran suatu agama, agama-agama dapat dibagi menjadi (1) Agama
wahyu (revealed religion) atau agama langit dan (2) Agama budaya (cultural
religion /natural religion) yang disebut juga agama bumi atau agama alam.
Agama wahyu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya. Pada waktu agama wahyu
disampaikan malaikat (Jibril) kepada manusia pilihan yang disebut utusan atau
Rasul-Nya, pada waktu itulah agama wahyu lahir.
2. Agama tersebut disampaikan kepada manusia melalui Utusan atau Rasul
Allah.
3. Memiliki kitab suci yang berisi himpunan wahyu yang diturunkan oleh Allah.
4. Ajaran agama wahyu mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha
Benar, Maha Mengetahui segala-galanya.
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah dalam Agama wahyu, ditentu kan
sendiri oleh Allah dengan penjelasan lebih lanjut oleh Rasul-Nya.
6. Konsep ketuhanan agama wahyu adalah monoteisme murni sebagai- mana
yang disebutkan dalam ajaran agama langit itu.
7. Dasar-dasar agama wahyu bersifat mutlak, berlaku bagi seluruh umat manusia.
8. Sistem nilai agama wahyu ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaras- kan
dengan ukuran dan hakikat kemanusiaan.
9. Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudian dibuktikan
kebenarannya oleh ilmu pengetahuan(sains) modern.
10. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan
peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil, yakni manusia yang
sempurna, manusia baik yang bersih dari noda dan dosa.
Agama budaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1. Tidak dapat dipastikan kelahiranya karena mengalami proses pertumbuhan
sesuai dengan proses pertumbuhan kebudayaan masyarakat
2. Tidak mengenal Utusan atau Rasul Allah
3. Tidak memiliki kitab suci
4. Ajaran agama budaya kebenaranya relative, terikat pada ruang dan waktu
tertentu
5. Agama budaya berasal dari pengetahuan serta pengalaman manusia
6. Konsep ketuhanan agama budaya mulai dari dinamisme sampai kepada
monoteisme tidak murni atau monoteisme terbatas.
7. Dasar-dasar agama budaya bersifat relative
8. Nilai-nilai agama budaya ditentukan oleh manusia
9. Hal-hal yang disebut agama budaya tentang alam sering dibuktikan
kekeliruanya oleh sains
10. Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan manusia
Sebagai contoh agama yang masuk ke dalam kelompok agama wahyu adalah :
Islam, Yahudi dan Nasrani. Sedangkan kelompok agama budaya contohnya adalah
Kong Hu Cu, Budha dan Hindhu. Islam sebagai agama wahyu, tentunya jika
kesepuluh tolok ukur di atas diterapkan kepada agama Islam, hasilnya adalah
sebagai berikut :
1. Agama Islam dilahirkan pada tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah, bertepatan
dengan tanggal 6 Agustus 610 M.
2. Disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan
Allah.
3. Meimiliki kitab suci Alquran yang memuat asli semua wahyu yang diterima
oleh Rasul-Nyaselama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah dan kemudian
di Madinah.
4. Ajaran Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha Benar dan
Maha Mengetahui segala sesuatu.
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah disebutkan dalam Alquran, dijelaskan
dan dicontohkan pelaksanaannya oleh Rasul-Nya.
6. Konsep Ketuhanan Islam adalah tauhid, monoteisme murni, ke Esaan Allah,
esa dalam Zat, esa dalam sifat , esa dalam perbutan dan seterusnya.
7. Dasar-dasar agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk
seluruh umat manusia di manpun dia berada.
8. Nilai-nilai terutama nilai-nilai etika (akhlak) dan estetika (keindahan) yang
ditentukan oleh Agama Islam sesuai dengan fitrah manusia dan kemanu siaan.
9. Soal-soal alam (semesta) yang disebutkan dalam Agama Islam yang dahulu
diterima dengan keyakinan saja, kini telah banyak dibuktikan kebenarannya oleh
sains modern.
10. Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam
dilaksanakan dengan baik dan benar akan terbentuk insan kamil, manusia sempurna.

2.2 Tujuan Agama


Agama mempunyai tujuan untuk menjadi tatanan kehidupan (aturan) yang
berasal dari Tuhan dimana hal tersebut nantinya mampu membimbing manusia
menjadi seseorang yang berakal dan berusaha mencari kebahagian hidup abik itu di
dunia ataupun di akhirat sebagai bekal dalam kehidupan di tahap yang selanjutnya
di alam fana. Selain itu, agama juga bertujuan memberikan pengajaran kepada para
penganutnya agar dapat mengatur hidupnya sedemikian rupa guna memperolah
kebahagiaan untuk dirinya sendiri ataupun untuk masyarakat sekitar. Lebih lanjut
lagi, agama dapat menjadi sebuah pmbuka jalan untuk bertemu dengan Sang
Pencipta Manusia yaitu Tuhan Yang Maha Esa ketika manusia mati kelak.

2.3 Fungsi Agama


Agama ada di Indonesia bukan tanpa fungsi tertentu. Beberapa fngsi dari
eksistensi

Agama didunia ini adalah diantaranya :


1. Mampu memberikan pandangan dunia kepada manusia dan berpengaruh pada
kebudyaan manusia.
2. Mampu menjawab berbagai macam pertanyaan yang mungkin tidak mampu
dijawab oleh sesame manusia lain.
3. Mampu meberikan rasa kekitaan yang nantinya akan dipunyai dan diyakini oleh
sekumpulan manusia.
4. Mampu berperan dalam sebuah peranan sosial karena mengandung garis kode
etik bagi setiap pnganutnya.
5. Mampu dijadikan sebagai sumber pedoman dalam berkehidupan.
6. Mampu dijadikan aturan dalam berhubungan antara manusia dengan Tuhannya,
antar sesama makhluk hidup, dan hubungan lainnya dalam kehidupan.
7. Menentukan suatu tuntunan mengenai prinsip yang salah dan yang benar.
8. Menjadikan pedoman untuk dapat mengungkap suatu kebersamaan.
9. Dijadikan pedoman dalam membentuk sebuah keyakinan dan mzembentuk nilai
nilai dalam kehidupan.
10. Mengungkapkan bentuk dari keindahan dan sebagai pedoman dalam berekreasi
atau hiburan.
11. Berfungsi untuk memberikan suatu identitas pada umat manusia karena telah
menjadi bagian dari sebuah agama.
2.4 Unsur-Unsur Agama
Menurut seorang ahli bernama Calhoun, Keller, and Leight, agama terdiri dari
beberapa elemen pokok, diantaranya adalah :
1. Adanya suatu unsur erupa kepercayaan terhadap agama yang menjadu prinsip
dan mengandumg suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi.
2. Adanya symbol dari sebuah agama yang menjadi identitas.
3. Adanya praktik dalam keagamaan yang menjadi suatu bentuk konkret adanya
hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan antar umat beragama.
4. Adanya pengalaman keagamaan baik itu berbentuk pengalaman yang diyakini
penganutnya ataupun secara pribadi.
5. Adanya umat yang beragama yaitu masing-masing penganut agama yang
bersangkutan.

2.5 Cara Beragama


Berdasarkan cara beragama, dapat diketahui beberapa hal dibawah ini.

1. Tradisional

Artinya seseorang akan beragama berdasarkan suatu tradisi yang mengikuti tradisi
dari nenek moyang ataupun leluhurnya. Pemeluk agama jenis ini biasanya akan
lebih kuat dalam beragama dan sulit menerima hal-hal baru.
2. Fomal

Artinya seseorang beragama dengan dasar formalitas yang berlaku dengan


lingkungannya. Cara ini biasanya akan mengikuti cara beragama dari orang orang
yang mempunyai kedudukan tinggi dan berpengaruh di masyarakat.
Sebagian orang yang menganut cara beragama ini biasanya mempunyai minat untuk
dapat meningkatkan ilmu dan amalan keagamaanya berdasarkan hal yang mudah
dan Nampak.
3. Rasional

Artinya seseorang akan beragama berdasarkan pada akal dan rasio yang
dipunyainya. Maka dari itu, mereka akan selalu berusaha untuk menghayati dan
memahami ajaran dalam agamanya berdaskan ilmu pengetahuan dan
pengamalannya. Orang-orang yang menganut cara beragama ini dapat berasal dari
penganut cara beragama tradisional, formal, atau bahkan atheis atau orang yang
tidak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahuluan

Artinya seseorang akan beragama dengan cara menggunakan akal dan perasaan
yang berada di kendalikan oleh wahyu. Mereka akan selalu menimba ilmu terlebih
dulu pada orang yang dianggap ahli oleh mereka dalam suatu ilmu agama dan
memegang teguh ajaran yang bersifat asli seperti halnya para ulama yang meyakini
agama islam dari Nabi Muhammad SAW yang diturunkan oleh Allah SWT melalui
malikat Jibril AS Sebagai perantaranya tadi.

2.6 Agama dalam Pendekatan Islam


Pendekatan islam adalah cara kerja untuk memudahkan manusia dalam memahami
agama islam secara mendalam agar tidak muncul pola pikir yang dangkal. Macam
macam pendekatan islam ada 8 antara lain :

. Pendekatan Teologis Normatif


Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat
diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu
Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu
keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan lainnya.

Pendekatan normatif dapat diartikan studi Islam yang memandang masalah dari
sudut legal formal atau dari segi normatifnya. Dengan kata lain, pendekatan
normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang tertera dalam teks Al Qur’an dan
Hadits.
Menurut Hadidjah dan Karman al-Kuninganiy (2008:56) pendekatan normatif
mempunyai cakupan sangat luas. Pada umumnya pendekatan yang digunakan oleh
ahli ushul fikih (ushuliyyin), ahli hukum Islam (fuqaha) dan ahli tafsir (mufassirin)
dan ahli hadits (muhaditsin) yang berusaha menggali aspek legal-formal ajaran
Islam dari sumbernya selalu menggunakan pendekatan normatif.

Kekurangan pendekatan teologis antara lain bersifat eksklusif-dogmatis, tidak mau


mengakui agama lain dan sebagainya. Kekurangan ini dapat diatasi dengan cara
melengkapinya dengan pendekatan sosiologis dan pendekatan lainnya.

Sedangkan kebihannya, melalui pendekatan teologis normatif ini, seseorang


memiliki sikap militansi dalam beragama, yakni berpegang teguh kepada yang
diyakininya sebagai yang benar tanpa memandang dan meremehkan agama lainnya.

Sehingga, umat Islam tidak hanya memahami Islam melalui pendekatan teologis
saja, agar pemahaman tentang Islam menjadi integral, universal, dan komprehensif.
Yakni, mampu menjelaskan solusi secara faktual dan empiris atas masalah dengan
tetap menjadikan Al Qur’an dan Hadits sebagai ukuran (panduan berfikir), akan
tetapi pemecahan masalah kekinian dapat dicapai.

Namun pendekatan ini biasanya berkaitan dengan tauhid dan ushuluddin semata.

2. Pendekatan Historis (Sejarah)


Secara umum, sejarah mempunyai dua pengertian, yaitu sejarah dalam arti
subyektif, dan sejarah dalam arti obyektif.

Menurut materinya (subject-matter)nya, sejarah dapat dibedakan atas:


a) Daerah (Asia, Eropa, Amerika, Asia Tenggara, dan sebagainya)
b) Zaman, (misalnya zaman kuno, zaman pertengahan modern)
c) Tematis (ada sejarah sosial politik, sejarah kota, agama, seni dll)
Sebuah studi atau penelitian sejarah, baik yang lalu maupun yang kontemporer,
sebenamya merupakan kombinasi antara analisa dari aktor dan peneliti, sehingga
merupakan suatu realitas dari hari lampau yang konon utuh.

Metode sejarah menitikberatkan pada kronologi pertumbuhan dan perkembangan.


Menurut Soerjono Soekanto (1969:30), pendekatan historis mempergunakan analisa
atas peristiwa- peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip
umum.

Metode ini dapat dipakai misalnya, dalam mempelajari masyarakat Islam dalam hal
pengamalan, yang disebut dengan ”masyarakat Muslim” atau ”kebudayaan
Muslim”.

Metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode komparative (perbandingan).


Contohnya ialah seperti yang digunakan oleh Geertz yang membandingkan
bagaimana Islam berkembang di Indonesia (Jawa) dan di Maroko.

Berdasarkan penjelasan tersebut, sejarah sebenarnya hanya merupakan gambaran


pelaksanaan sebuah aturan, ajaran dan ideologi tertentu. Namun ia tetaplah bersifat
subjektif, artinya dia tidak bisa menjadi kaidah atau sumber hukum.

Kecuali sejarah yang diambil dengan riwayat shahih atau terpercaya dan sejarah
tersebut bukan diambil dari pandangan orang kafir dan orientalis. Jika hal ini
dilanggar maka studi Islam akan menjadi sebuah studi yang bersifat ‘gosip’ dan
‘fitnah’ semata.

3. Pendekatan Antropologis
Dalam konteksnya sebagai metodologi, Antropologi merupakan ilmu tentang
masyarakat dengan bertitik tolak dari unsur-unsur tradisional, mengenai aneka
warna, bahasa-bahasa dan sejarah perkembangannya serta persebarannya, dan
mengenai dasar-dasar kebudayaan manusia dalam masyarakat.
Memahami Islam secara antropologis memiliki makna memahami Islam dengan
mengungkap tentang asal-usul manusia yang berbeda dengan pandangan Teori
Evolusi (The Origin of Species)nya Charles Darwin. Bisa juga memahami misalnya,
tentang kisah Ashabul Kahfi yang tidur (baca: ditidurkan oleh Allah) selama kurang
lebih 309 tahun. Ini merupakan salah satu topik yang menarik untuk diteliti melalui
pendekatan antropologis.[4]

Namun pendekatan ini penggunaannya bersifat asumtif sehingga tidak bisa


membahas perkara akidah, bahkan perkara syariah, karena karakteristik pendekatan
dan metode ini yang terlalu berpijak pada teori-teori barat dan bahkan menjauhi
metodologi Dirasat Islamiyyah para ulama muktabar.[5]

4. Pendekatan Sosiologis
Pada prinsipnya, Sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan dengan
aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara
kelompok yang satu dengan yang lain.

Pendekatan Sosiologi merupakan sebuah pendekatan dalam memahami Islam dari


kerangka ilmu sosial, atau yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia
antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang
lain.

Namun pendekatan ini juga, lagi-lagi penggunaannya bersifat asumtif sehingga


tidak bisa membahas perkara akidah, bahkan perkara syariah, karena karakteristik
pendekatan dan metode ini yang terlalu berpijak pada teori-teori barat dan bahkan
menjauhi metodologi Dirasat Islamiyyah para ulama muktabar.

Bahkan pendekatan sosiologis ini bisa menyebabkan pragmatisme dalam memahami


Islam, atau Islam hanya diamalkan jika bermanfaat saja, bukan semata-mata
menjalankan perintah Allah.[6]
5. Pendekatan (Metode) Filosofis
Metode filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang
universal dengan meneliti akar permasalahannya. Metode ini bersifat mendasar
dengan cara radikal dan integral, karena memperbincangkan sesuatu dari segi esensi
(hakikat sesuatu).

Harun Nasution (1979:36) mengemukakan bahwa berfilsafat intinya adalah berfikir


secara mendalam, seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya, tidak terikat kepada
apapun, sehingga sampai kepada dasar segala dasar.

Metode ini sangat lemah, sebagaimana dikemukakan Arkoun (1994:55) bahwa sikap
filsafat mengurung diri dalam batas-batas anggitan (susunan) dan metodologi yang
telah ditetapkan oleh nalar mandiri secara berdaulat. Selain itu, terkesan metode
filsafat ini melakukan pemaksaan gagasan-gagasan.

Hal ini dikemukakan Amal dan Panggabean (1992:19), gagasan-gagasan yang


dipaksakan terlihat dalam penjelasan para filosof Muslim mengenai kebangkitan
manusia di akhirat kelak. Kemudian, sejumlah besar gagasan asing lainnya telah
disampaikan oleh para filosof ke dalam Alquran ketika membahas tentang
kekekalan dunia, doktrin kenabian, dan lain-Iain.

Disamping itu, filsafat sejatinya bukan merupakan pengetahuan semata, tetapi juga
merupakan cara pandang tentang berbagai hal, baik yang bersifat teoritis maupun
praktis. Secara teoritis, filsafat menawarkan tentang apa itu kebenaran? Secara
praktis, filsafat menawarkan tentang apaitu kebaikan? Dari dua spektrum inilah
kemudian filsafat merambah ke berbagai wilayah kehidupan manusia, sekaligus
memberikan tawaran-tawaran solutifnya.

Karena itu, dalam konteks inilah, Ibn Qayyim al-Jauziyah (w.751 H/1350 M)
berkesimpulan, bahwa filsafat adalah paham (isme) di luar agama para nabi.
Ditambah lagi, filsafat memang ajaran yang murni dihasilkan oleh akal manusia.
Jika demikian faktanya, maka jelas filsafat itu—baik sebagai ajaran maupun
pengetahuan—tidak ada dalam Islam. Sebab, Islam telah mengajarkan tentang
al-haq (kebenaran) dan al-khair (kebaikan), termasuk cara pandang yang khas
tentang keduanya. Bukan hanya itu, Islam juga telah menjelaskan hakikat dan
batasan akal, metode berpikir dan pemikiran yang dihasilkannya.[7]

6. Pendekatan Psikologis
Psikologi mempelajari tentang jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat
diamati. Dalam konteks studi agama, pendekatan Psikologis diartikan sebagai
penerapan metode- metode dan data psikologis ke dalam studi tentang keyakinan
dan pemahaman keagamaan untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan
seseorang, atau dengan kata lain, pendekatan psikologis merupakan pendekatan
keagamaan dengan menggunakan paradigma dan teori- teori psikologis dalan
memahami agama dan sikap keagamaan seseorang.

Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam pendekatan ini adalah dengan cara
mempelajari jiwa seseorang melalui perilaku yang tampak yang mungkin saja
dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.

Dalam hal ini, pendekatan psikologis tidak akan mempersoalkan benar tidaknya
suatu agama atau keyakinan yang dianut seseorang, melainkan dengan
mementingkan bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam
perilaku penganutnya.

Pendekatan ini dapat dilakukan ketika berhadapan dengan masalah sikap dan
perilaku yang ditampakkan oleh para pemeluk agama. Penerapan pendekatan ini
dalam studi Islam dapat dilihat, misalnya pada pengaruh yang ditimbulkan oleh
ibadah puasa, dan haji terhadap perilaku yang nampak setelah ibadah tersebut
dilakukan.
Pendekatan ini nampak bersifat asumtif dan individualis, sehingga tidak
komprehensif, bahkan pendekatan ini hanya berbicara kelakuan para pemeluk
agama yang belum tentu mencerminkan agama Islam itu sendiri.

Pendekatan seperti ini bisa menyebabkan orang yang memandang Islam malah salah
paham, misal: jika sebuah masyarakat mayoritas muslim, lalu disana ada prostitusi,
dan mungkin yang melakukan kemesuman dan maksiat tersebut bisa jadi orang
Islam, maka dengan pendekatan psikologis bisa dianggap bahwa ajaran Islam itulah
yang membolehkan prostitusi. Disinilah letak kelemahan pendekatan psikologis.
7. Pendekatan Ideologis Komprehensif
Pendekatan ini bermula dari realitas ajaran Islam itu sendiri secara objektif, tidak
terpengaruh pandangan subjektif keilmuan Barat. Islam adalah agama (ad-din) yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬untuk mengatur
hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya.

Islam adalah ajaran yang meliputi akidah dan sistem (nizhâm). Akidah dalam
konteks ini adalah keimanan kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat
serta Qadha dan Qadar, yang baik dan buruknya hanya dari Allah swt semata.

Sedangkan nizhâm atau syariah adalah kumpulan hukum syara’ yang mengatur
seluruh masalah manusia. Syariat Islam sendiri berisi aturan (sistem) yang bisa
diklasifikasikan:
1) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan individu dengan Penciptanya
(Allah swt), seperti ibadah, baik shalat, puasa, zakat, haji-umrah, termasuk jihad;
2) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan individu dengan dirinya
sendiri, seperti hukum terkait pakaian, makanan, minuman, dan juga hukum seputar
akhlak, yang mencerminkan sifat dan tingkah-laku seseorang;
3) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan dengan orang lain, seperti
masalah bisnis-perdagangan, pendidikan, sosial- masyarakat, pemerintahan, politik,
sanksi hukum-peradilan dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Arti yang terkandung dalam perkataan Islam adalah kedamaian, kesejahteraan,


keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan, dan kepatuhan dengan sepenuh hati
kepada kehendak Illahi. Kehendak Illahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati
oleh manusia itu, manfaatnya bukanlah untuk Allah sendiri tetapi untuk
kemaslahatan atau kebaikan manusia dan lingkungan hidupnya.

3.2 SARAN

Sebagai umat Islam, sudah menjadi kewajiban kita untuk bertaqwa kepada Allah
SWT. dan mengikuti tuntunan dari Nabi Muhammad SAW. Segala macam
peraturan ataupun kaidah yang ada di kehidupan telah diatur oleh Allah sang
pencipta, kita dapat mempelajari itu semua melalui kitab suci Al-Qur’an dan Al-
Hadits agar dalam menjalani kehidupan ini kita senantiasa berada dalam jalan Allah
SWT. yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriarahmana. 2011. Pengertian Agama Islam dan Ruang Lingkup Ajaranya.


Diunduh dari http://fitriarahmana.blogspot.com/2011/03/pengertian-agama-islam-
dan-ruang.html pada tanggal 24 Oktober 2012
Noname. 2012. Aqidah. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Syari’at_Islam
dengan perubahan pada tanggal 24 Oktober 2012
Noname. 2012. Syariat Islam. Diunduh dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Syari’at_Islam dengan perubahan pada tanggal 24
Oktober 2012
TimPenyusun. 2005. Pendidikan Agama Islam. Kebumen : Universitas Sebelas
Maret
TimPenyusun. 2004. Islam Mulai Akar ke Daunnya. Bogor : BKIM IPB Press.
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
NILAI AGAMA DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPU : Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD

KELOMPOK 3
IMAM MAHDI (2048201010)
ANNISA NURFADILAH (2048201032)

FAKULTAS S1. FARMASI

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah swt, Tuhan semesta alam yang senantiasa
memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga segala
aktivitas yang dikerjakan dapat bernilai ibadah di sisi-Nya. Salam dan taslim semoga
tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw. Nabi yang telah
memberikan pencerahan akan kebenaran kepada seluruh umat manusia di muka
bumi terutama kepada penulis dalam menyusun Tugas yang berjudul “Nilai Agama
Dalam Kehidupan Beragama Islam” Tulis ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
matakuliah Pendidikan Agama Islam. Tugas ini, penulis menyadari bahwa tugas ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari penulisan maupun penyajiannya.
Oleh karena itu masukan, kritik, serta saran yang bersifat membangun sangat
dibutuhkan guna memperbaiki kekuarangan dan kesalahan yang ada. Cinta dan
penghormatan kupersembahkan kepada kedua orang tuaku,.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat Bapak Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD yang mana telah
memberikan tugas matakuliah Pendidikan agama islam.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas ini dapat memberikan
pengetahuan khususnya tentang Nilai Agama DalamKehidupan Beragama Islam.

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii

i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Nilai Agama Dalam Kehidupan Beragama Islam...............................................3
2.2 Hakikat Beragama Islam.....................................................................................6
2.3 Komponen Dalam Beragama Islam (hal yang d
iperintahkan dan dilarang).........................................................................................10
2.4 Nilai Agama Dalam kehidupan (khususnya profesi kesehatan bidang
kebidanan)..................................................................................................................25
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................33
3.2 Saran....................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a Latar Belakang

Nilai-nilai keislaman merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang


yang benar dalam beragama, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia
dan akhirat. Namun apabila seseorang tidak benar dalam beragama maka akan
menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang
akan membawa kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab neraka.
Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam alQur‘an QS. An-Nisa(4): 48
‫إِ َّن هَّللا َ ال يَ ْغفِ ُر أَ ْن يُ ْش َركَ بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ َذلِكَ لِ َم ْن يَ َشا ُء َو َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفت ََرى إِ ْث ًما َع ِظي ًما‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) jika Dia (Allah)
dipersekutukan dengan yang lain, dan Dia (Allah) mengampuni segala dosa
selain (syirik)itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar”.
Untuk memahami, mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkan serta
menanamkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan
pembelajaran, pendalaman, pengamalan, dan pemahaman Pendidikan Agama
Islam. Pendidikan Agama Islam ditinjau sangat penting dalam mengembangkan
nilai-nilai Islam, karena di dalam Pendidikan Agama Islam diajarkan tentang
penerapan nilai-nilai keislamanan dalam kehidupan seharihari. Pendidikan
Agama Islam sangat penting sekali dipelajari dan diajarkan kepada peserta didik,
karena peserta didik adalah penerus bangsa maka nilai. nilai keislaman harus
ditanamkan dalam jiwa peserta didik sejak dini melalui Pendidikan Agama
Islam.Pendidikan Agama Islam di Indonesia menjadi titik tolak keberhasilan
dalam meluruskan aqidah, keimanan keyakinan serta kepercayaan peserta didik
sebagai penerus bangsa.
Apabila Pendidikan Agama Islam diajarkan dengan benar kepada peserta didik,
maka akan muncul generasi muda bangsa yang memiliki keimanan yang baik.
Namun pada kenyataannya, pada saat ini Pendidikan Agama Islam mengalami

1
kegagalan dalam mengembangkan dan mengajarkan nilai-nilai keislaman kepada
peserta didik.Kegagalan Pendidikan Agama Islam terlihat dalam carut marutnya
sendi kehidupan masyarakat dan birokrasi.Masyarakat masih terbelenggu dalam
masalah kesyirikan, kekufuran, kejahiliyahan, ketahayulan,
kebid’ahan.Sementara itu, anak-anak, remaja, pemuda, dan bahkan santri juga
menjadi sasaran empuk internalisasi budaya Barat.Akibatnya, mereka seakan-
akan tidak memiliki pegangan hidup dan teracuhkan dari lingkungannya.
b Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai agama dalam kehidupan di masyarakat
2. Bagaimana komponen dalam beragama islam (hal yang dilarang
dan diperintahkan)
3. Bagaimana hakikat beragama islam
4. Bagaimana nilai agama dalam kehidupan (khususnya profesi
kesehatan di bidang kebidanan)

1.3 Tujuan penelitian


1. Agar mengetahui nilai agama dalam kehidupan di masyarakat
2. Agar mengetahuikomponen dalam beragama islam (hal yang
dilarang dan diperintahkan)
3. Agar mengetahui hakikat beragama islam
4. Agar mengetahui nilai agama dalam kehidupan (khususnya profesi
kesehatan di bidang kebidanan)

2
3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Nilai Agama Dalam Kehidupan Beragama Islam
agama merupakan pedoman hidup dan menjadi tolok ukur yang mengatur
tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidaknya tindakan
seseorang tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan terhadap
agama yang diyakini. Agama berperan sangat penting dalam mengatur kehidupan
manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama. Untuk memperoleh
pemahaman tentang peranan agama lebih jauh lagi, Abul Qosim Al-Khu'i, penulis
buku Menuju Islam Rasional mengatakan, pada dasarnya kita membutuhkan agama
dikarenakan agama mampu melestarikan hubungan yang baik dan harmonis antar
manusia. (Nazwar, 2016)
Secara lebih terperinci, pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia dapat
dipahami dalam poin-poin berikut:
1. agama menghidupkan nilai luhur moralitas. Diturunkannya agama kepada
manusia mempunyai agenda menghidupkan moralitas dalam rangka mengatur
kehidupan manusia. Agama sangat mendukung nilai luhur yang menyeru kepada
prinsip kebaikan, seperti keadilan, kejujuran, toleransi, dan tolong-
menolong.Dalam proses kehidupan yang dijalani manusia, agama sangat
mendukung untuk tindakan kebaikan. Artinya, agama tidak hanya memberikan
nilai-nilai yang bersifat moralitas, namun juga menjadikannya sebagai fondasi
keyakinan. Agama mensyarakatkan moralitas sebagai bagian iman secara
keseluruhan. Tak hanya moralitas yang ditekankan agama bersifat mengikat
kepada setiap penganutnya.Abul Qosim Al-Khu'i menegaskan, tanpa bantuan
agama, dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kebajikan atau moralitas tersebut
niscaya akan kehilangan maknanya dan akan menjelma menjadi serangkaian
nasihat belaka yang bersifat tidak mengikat. Dengan kata lain, nilai-nilai tanpa
makna hanya bercorak nasihat tidak lebih dari sekedar anjuran atau seruan
belaka, misalnya, diucapkan seorang sahabat karib kita, sementara kita sendiri
bebas untuk menerima atau menolaknya.
4

2. agama memberi kekuatan dalam menanggung penderitaan hidup. Agama


menghidupkan kekuatan dalam diri manusia untuk mampu menghadapi pelbagai
penderitaan hidup dan berperan sebagai benteng kokoh yang melindunginya dari
serangan keputusasaan dan hilangnya harapan. Berkat keimanan yang kuat dan
keyakinan bahwa Allah pasti memberi pertolongan, setiap masalah yang muncul
dan setiap jalan buntu yang ditemui dalam kehidupannya dapat dipecahkan dan
diatasi. Alhasil, ia akan mampu menghindar dari rongrongan keputusasaan dan
kesia-siaan. (Nazwar, 2016)Jadi, selain peran iman sebagai kekuatan
pendorong/motivasi, tetapi juga merupakan faktor yang memungkinkan manusia
sanggup menghadapi dan menanggung cobaan hidup dengan penuh ketegaran
dan menyelamatkannya dari kepahitan akibat kegagalan dan kekecewaan yang
alami.

3. agama menjadi pegangan dan pedoman hidup. Al-qur'an merupakan pedoman


hidup yang tidak pernah berubah setiap zaman. Meskipun terdapat berbagai
perbedaan tafsiran dalam memahaminya, namun tidak pernah ada perubahan
dalam kitab suci yang diyakini kebenarannya tersebut.Pada faktanya, manusia
tidak dapat hidup tanpa adanya pegangan atau pedoman yang menjadi acuan
dalam hidup. Karenya, ia akan cenderung berusaha mengisi hidupnya dengan
cara dan jenis pedoman hidup apapun, meski pedoman tersebut beserta nilai-nilai
yang dikandungnya itu keliru dan menyesatkan. Pada saat itu, kehidupan
intelektualnya tidak diisi dengan keyakinan yang masuk akal dan ajaran yang
sehat. Dalam keadaan demikian, agama dapat menjadi pegangan hidup dan
intelektual dengan ajaran yang sehat dan mampu menyelamatkan seseorang dari
dorongan kecenderungan ke arah kesia-siaan dalam menjalani kehidupan.

4. agama mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Selain memberikan pedoman


hidup yang bersifat spiritual, agama juga mendorong kemajuan ilmu
pengetahuan. Keyakinan agama mengajarkan kepada manusia bahwa
pengetahuan tak terbatas merupakan sumber dari keteraturan alam yang berlaku
di jagat raya ini (yang menjadi dasar dari teori ilmu pengetahuan), yang
5

diibaratkan sebagai sebuah buku maha besar yang dikarang seorang sarjana yang
sangat cerdas. Setiap halamannya yang berisi serangkaian paragraf dan kalimat,
mengandungi cahaya kebenaran yang mendorong kita untuk mempelajari dan
merenungkannya. (Nazwar, 2016)

5. agama sebagai integrator (menyatu padukan), baik individual maupun sosial,


dalam arti bahwa agama mengintregasikan dan menyerasikan segenap aktivitas
manusia, baik sebagai perseorangan maupun anggota masyarakat, yaitu integrasi
dan keserasian sebagai insan yang taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta
integrasi dan keserasian antara manusia sebagai makhluk social dalam
hubungannya dengan sesama dan lingkungannya. Dengan kata lain, integrasi dan
keserasian antara mengejar kebaikan dunia dan akhirat.

6. agama sebagai sublimator (memperindah)  agama menyandukan dan


mengkuduskan segala perbuatan manusia, sehingga perbuatan manusia, bukan
hanya yang bersifat keagamaan saja, tetapi setiap perbuatan dijalan kan dengan
tulus ikhlas dan penuh pengabdian karena keyakinan agama, bahwa segala
pekerjaan yang baik merupakan bagian pelaksanaan ibadah insan terhadap Sang
pencipta atau al-kholiqnya atau Tuhan Yang Maha Esa. 

7. agama sebagai sumber inspirasi (ilham) budaya bangsa Indonesia, melahirkan


hasil budaya fisik berupa cara pakaian yang sopan dan indah, gaya arsitektur,
dan lain-lain, serta hasil budaya nonfisik seperti seni budaya yang menafaskan
agama kehidupan beragama yang jauh dari syirik dan musyrik. (Youlie, 2013)

Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi atau penting sehubungan
dengan unsur-unsur pengalaman manusia yan diperoleh dari ketidakpastian,
ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik
fundamental kondisi manusia. Dalam hal ini fungsinya ialah menyediakan dua hal.
Pertama, suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh
manusia, dalam artian dimana deprivasi (pencabutan) dan frustasi dapat dialami
6

sebagai sesuatu yang mempunyai makna. Kedua, sarana ritual yang memungkinkan
hubungan  manusia dengan hal diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan
keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya.
Demikian peran agama yang telah menggerakkan peradaban manusia. Proses
terbentuknya kehidupan manusia sepanjang sejarah hingga saat ini, tidak dapat
dilepaskan dari peran agama. Dengan keimanan, agama telah mampu mengarahkan
kehidupan manusia kepada kehidupan yang baik, berkemajuan dan keharmonisan.

2.2 Hakikat Beragama Islam


Kata hakikat (Haqiqat)merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab
yaitu dari kata “Al-Haqq”, dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata
“hak“ yang berarti milik(ke¬punyaan), kebenaran, atau yang benar-¬benar
ada.agama adalah sendi peri kehidupan manusia di dunia karena agama mengatur
kehidupan manusiaagama adalah intisari kebajikan peradaban paripurnakarena
agama adalah pengalaman lakusejarah manusiaMenurut bahasa, Islam berasal dari
kata salamayang atinya damai atau selamat. DalamAl-Qur’an kata tersebut
digunakan dengan beberapa perubahan dan tambahan.
Islam dengan kata salmyang berarti damai Q.S Muhammad : 35Artinya :
Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang lebih ungguldan
Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-
amalmu.Menurut istilah, Islam berarti ketundukkan dan kepatuhan kepada peraturan-
peraturan Allahyang disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw untuk mencapai
keselamatan dan kesejahteraanhidup, baik di dunia maupun di akhirat.Jadi Agama
Islamadalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, baik dalam hal
‘aqidah,syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya. Agama Islam adalah satu - stunya
agama wahyu yang memiliki kitab suci yang asli dan autentik,tidak mengalami
perubahan sejak diturunkannya pada abad ke -6 Masehi sampai
sekarang bahkan sampai akhir zaman. Ajaran Islam berlaku universal untuk segala te
mpat dan bangsaserta berlaku abadi. Sebagaimana firman Allah swt. Dalam Q.S Al-
Anbiyaa’ : 21 yangterjemahannya sebagai berikut :
7

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)rahmat bagi semesta


alam.Agama pada hakekatnya bagi kehidupan manusia
a. Hakekat agama bagi manusia

Agama pada hakekatnya bagi kehidupan manusiaadalah :


1. Agama merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia.
2. Tanpa Agama manusia akan sesat dalam kehidupannya di dunia dan juga di
akheratkelak.
3. Agama merupakan Petunjuk bagi kehidupan manusia.
4. Agama/Tuhan dibutuhkan oleh manusia sebagai sandaran vertikal pada saat
manusiaterkena musibah/sesuatu yang memberatkan menimpa dirinya

b. Hakekat beragama islam terdiri dari 5 bagian yaitu:

Mengapa Islam begitu mudah dan bisa menyebar ke seluruh dunia bahkan menjadi
salah satu agama terbesar di muka bumi?
1. Islam menghormati akal manusia

“Sesungguhnya dalam kejaidan langit dan bumi serta pertukaran malam dan
siang ada beberapa tanda untuk mereka yang mempunyai (mempergunakan)
akalnya.” (QS. Ali Imran [3]: 190).

ِ ْ‫ت َواألَر‬
ِ ‫ض َربَّنَــا َمــا خَ لَ ْقتَ هَــذا بَـ‬
ً‫ـاطال‬ ِ ‫الَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ هّللا َ قِيَاما ً َوقُعُوداً َو َعلَ َى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِي َخ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬
َ َ‫ُسب َْحان‬

“Mereka yang ingat akan Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan
berbaring dan memikirkan tentang kejadian langti dan bumi, (berkata); “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau jadikan (semua) ini dengan sia-sia. Mahatinggi Engkau,
maka lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran [3]: 191).

Meminjam istilah Dr Hamid Fahmy Zarkasy dalam Ikhtitam Islamia edisi


Januari 2016, prinsipnya dalam Islam berlaku ‘intellego ut credam’ (saya faham
supaya saya beriman).
8

Hal ini sebagaimana syarat sahnya keimanan seseorang yang memang harus
berakal. Maka dalam Islam, tidak terkena hukum alias belum mukallaf anak-anak
yang belum sampai pada usia akil baligh.
Oleh karena itu tidak mengherankan jika ulama Islam terdahulu tidak saja mahir
dalam urusan agama, tetapi juga pakar dalam berbagai bidang keilmuan. Ibn Sina
misalnya, beliau sosok mufassir yang juga ahli kedokteran dan filsafat. Dengan kata
lain, Islam adalah agama yang tidak bisa dipisahkan dengan keilmuan.Bahkan,
sebuah fakta sangat mengherankan terekam oleh Souck Hurgronje yang kemudian
disampaikan dalam pidatonya di Universitas Leiden pada 1907.

“Dan beberapa kali telah kejadian, penduduk negeri (Indonesia) yang tengah
melarikan diri, dikejar oleh pasukan kita (Belanda) meninggalkan beberapa kitab.
Disini ternyatalah, bagaimana ulama-ulama itu dalam perjalan mereka mengembara
melalui hutan-hutan dan rawa-rawa, tidak meninggalkan pembacaan dan
penyelidikan ilmu.” (M. Natsir, Capita Selecta halaman 173).Lantas, darimana
kemudian hari ini ada sebagian dari anak bangsa yang beragama Islam begitu silau
dengan Barat. Sedangkan para pendahulu kita adalah sosok tangguh yang meski di
dalam hutan tak berhenti mengkaji ilmu!

2. menuntut ilmu wajib hukumnya

Agama islam mewajibkan tiap-tiap pemeluknya, lelaki dan perempuan menuntut


ilmu dan menghormati mereka yang mempunyai ilmu.

ْ ُ‫أ‬
)‫طلُبُ ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َمحْ ِد إِلَى اللَّ ْه ِد (رواه مسلم‬

Artinya: “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat.”(HR. Muslim)

3. dilarang taklid buta

Agama Islam melarang orang bertaklid buta, menerima sesuatu sebelum


diperiksa, walaupun datangnya dari kalangan sebangsa dan seagama, ataupun dari
ibu-bapak dan nenek moyang sekalipun.Hal ini bisa dilihat dari bagaimana peran
media memompakan misinya melalui beragam bentuk tulisan, tayangan dan program
untuk mengelabui umat Islam.
9

Tapi, karena hakikat agama Islam memang melarang umatnya taklid buta
(bodoh) maka segala upaya menjatuhkan umat Islam di Indonesia (atas rahmat Allah
Ta’ala) tidak pernah bisa terjadi.Jadi, mari kembali kepada Islam dengan semangat
membangun tradisi ilmu, sehingga tidak salah kaprah. Terhadap ulama sangat kritis
sementara terhadap pikiran Barat selalu membeo.

4. mendorong lahirnya penemuan dan pembaharuan

Agama Islam menggembirakan pemeluknya supaya selalu berusaha


mengadakan barang yang belum ada, merintis jalan yang belum ditempuh, membuat
inisiatif dalam hal keduniaan yang memberi manfaat bagi masyarakat.

“Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia


mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah
menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan
kedudukan Allah pada dirinya.” (HR. Al Hakim)

5. ‘berpetualang’

Agama Islam menggemarkan pemeluknya, pergi meninggalkan kampung dan


halaman, berjalan ke negeri lain, memperhubungkan silaturrahim dengan bangsa dan
golongan lain, saling bertukar pengetahuan, pemandangan-pemandangan dan
perasaan.

َ ‫ان يَ ْسـ َمعُونَ بِهَــا فَإِنَّهَــا اَل تَ ْع َمى اأْل َب‬


‫ْصـا ُر َولَ ِكن تَ ْع َمى‬ ٌ ‫ض فَتَ ُكونَ لَهُ ْم قُلُوبٌ يَ ْعقِلُــونَ بِهَــا أَوْ آ َذ‬
ِ ْ‫أَفَلَ ْم يَ ِسيرُوا فِي اأْل َر‬
ِ ‫ْالقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّ د‬
‫ُور‬

 “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka


mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata
itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj [22]:
46).

Demikianlah lima hakikat agama Islam menurut Mohammad Natsir


dalam Capita Selecta (tepatnya tulisan Natsir di Pandji Islam pada Oktber 1938),
yang jika dipahami dan diamalkan dengan benar, niscaya umat Islam akan bisa
10

membawa bangsa ini menjadi bangsa terbaik, menjadi rujukan dunia dalam segala
sisi kehidupannya, Insya Allah.*

 Kesimpulan hakekat beragama

Hakikatnya agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa
dipisahkan darikehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami secara seksama oleh
setiap manusia. Agama juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum-hukum
yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun
berupa larangan yang harus ditinggalkan.Setiap agama pada dasarnya terdiri dari
empat unsur, yaitu:1. Ajaran (= teori; konsep) sebagai sisi gaib2. Iman sebagai
interaksi antara pelaku dan konsep,3. Ritus (= upacara) sebagai sistem lambang,
dan4. Praktik ( = amal) sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan
individu danmasyarakat.Agama itu saling pengaruh mempengaruhi dengan sistem
organisasi kekluaragaan, perkawinan,ekonomi, hukum dan politik. Agama juga
memasuki lapangan pengobatan, sains dan teknologi.Serta agama itu telah
memberikan inspirasi untuk memberontak dan melakukan peperanagan danterutama
telah memperindah dan memperhalus karya seni. Tidak terdapat suatu
institusikebudayaan lain yang menyajikan suatu lapangan ekspresi dan implliksi
begitu halus sepertihalnya agama.
2.3 Komponen Dalam Beragama Islam (hal yang di perintahkan dan di larang)
A. PEGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Untuk mengetahui pendidikan lebih jelas, maka kita uraikan terlebih dahulu
definisi pendidikan secara umum. Dalam Dictionary of Education dijelaskan bahwa
pendidikan adalah:
a. Proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah lainnya dalam masyarakat di mana dia hidup.
b. Suatu proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol, sehingga seseorang dapat memperoleh dan mengalami
perkembangan kemampuan individual dan sosial secara optimal.
11

 Pengertian pendidikan menurut para ahli


a. Langeveled Pendidikan adalah usaha, pengaruh dan perlindungan yang diberikan
kepada anak tertuju pada pendewasaan anak supaya cakap di dalam
melaksanakan tugas hidupnya.
b. J.J. Rousseau Pendidikan adalah memberi kita pembekalan uang tidak ada pada
masa anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada waktu dewasa.
c. Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak agar mereka sehingga anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
d. Dwikara  Pendidikan adalah pemanusiaan manusia/mengangkat manusia ke taraf
insani.

 Pengertian pendidikan menurut UU

UU Sisdiknas tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan


peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan bagi peranannya di
masa akan datang.
UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya untuk
masyarakat, bangsa, bangsa dan negara.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu upaya atau
proses mempercepat perkembangan manusia untuk kemampuan mengemban tugas
dan beban hidup, sebagai kodrat manusia yang memiliki pikiran, yakni manusia
yang dapat terdidik dan mendidik.
 Pengertian Pendidikan Islam

H. Haidar Putar Daulay Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan


untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi
manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.
12

Marimba Pendidikan Islam adalah adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan


hukum-hukum agama Islam, menuju terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.
Dari pengertian pendidikan maupun pendidikan Islam di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pendidian Islam adalah usaha sadar untuk mengarahkan
peserta didik menjadi pribadi muslim yang kamil dan berasaskan Islam. Pendidikan
Islam merupakan hal yang terintegrasi dan tak dapat dipisahkan dari ajaran Islam itu
sendiri. Konsep ilmu dalam Islam sebagai salah satu unsur pendidikan hendaknya
mengacu kepada lingkungan dan kebutuhan masyarakat . Karena itu harus bersifat
applicable. Hal ini dapat dilacak dari beragamnya pengetahuan yang diberikan Allah
kepada para nabi dan umat mereka, misalnya, Nabi Nuh (as) mendapatkan
pengetahuan tentang pembuatan bahtera (surat Hud, 11:37), Nabi Daud diberi
pengetahuan tentang pembuatan baju besi (surat al-Anbiya’, 21:80), umat Nabi
Shaleh memiliki keahlian memahat gunung untuk dijadikan tempat tinggal (surat al-
Hijr, 15:82).
B. KOMPONEN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen
pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan
berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat
dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan
keberadaan komponen-komponen tersebut.
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu ;
a.    Ke arah mana bimbingan diberikan (Tujuan Pendidikan)
b.    Subyek yang dibimbing ( Peserta didik)
c.    Orang yang membimbing (Pendidik)
d.   Pengaruh yang diberikan dalam pendidikan (Materi Pendidikan)
e.    konteks yang memepengaruhi suasana pendidikan ( Lingkungan, Alat, dan
Metode).
1.    Tujuan Pendidikan
13

Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik


maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang
didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan
pendidik dalam suatu masyarakat.
Adapun tujuan pendidikan Islam itu sendiri identik dengan tujuan Islam
sendiri. Tujuan pendidikan Islam adalah memebentuk manusia yang berpribadi
muslim kamil serta berdasarkan ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dalam firman
Allah yang berbunyi.
ْ‫ َواَل تَ ُموْ تُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُمو‬،‫ق تُقَاتِ ِه‬
َّ ‫يَـآ َءيُّها الَّـ ِذ ينَ ا َمنُوا اتَّقُوْ ا هللاَ َح‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkandalam keadaan
beragama Islam. [QS. Ali Imran ayat 102].
Ahmadi, et.all, mengatakan Tujuan pendidikan adalah agar anak didik dapat
mewujudkan atau menikmati nilai-nilai hidup tersebut, memiliki kekayaan harta
menghayati keindahan / kesenian, pengetahuan luas, berwatak sosial, berperan dalam
bidang kekuasaan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (1985: 101).
Mengenai tujuan pendidikan, menurut Klaus Mollenhaver yang
memunculkan “Teori Interaksi” menyatakan bahwa “di dalam pendidikan itu selalu
ada (dijumpai) mengenai masalah tujuan pendidikan”.
2.    Peserta Didik
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981
mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam
pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat
peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan
apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan
bahasa anak di sekolah ?
Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan
perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan
penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak dididk.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah :
14

a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
insan yang unik. Maksudnya, anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi
yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikan
membutuhkan bantuan dan bimbingan.
b) Individu yang sedang berkembang, maksudnya perubahan yang terjadi dalam diri
peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun kearah
penyesuaian lingkungan.
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Maksudnya, dalam proses perkembangannya peserta didik membutuhkan
bantuan dan bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan hayati tidak
terlepas dari ibunya seharusnya setelah ia tumbuh berkembang menjadi dewasa
ia sudah dapat hidup sendiri. Tetapi kenyataannya untuk kebutuhan
perkembangan hidupnya, ia masih menggantungkan diri sepenuhnya kepada
orang dewasa, sepanjang ia belum dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa pada diri
peserta didik ada dua hal yang menggejala ;
1. Keadaannya yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan bantuan. Hal ini
menimbulkan kewajiban orang tua untuk membantunya.
2. Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini membutuhkan
bimbingan. Orang tua berkewajiban untuk membimbingnya. Agar bantuan dan
bimbingan itu mencapai hasil maka harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak.
d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Maksudnya dalam
perkembangan peserta didik ia mempunyai kemampuan untuk berkembang
kearah kedewasaan. Pada diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan
diri. Hal ini menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua ( si pendidik) untuk
setapak demi setapak memberikan kebebasan dan pada akhirnya mengundurkan
diri. Jadi, pendidik tidak boleh memaksakan agar peserta didik berbuat menurut
pola yang dikehendaki pendidik. Ini dimaksud agar peserta didik memperoleh
kesempatan memerdekakan diri dan bertanggung jawab sesuai dengan
kepribadiannya sendiri dan bertanggung jawab sendiri.
15

3.    Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat
beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang
tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Guru sebagai pendidik dalam lembaga
sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan
masyarakat.
Pendidik adalah unsur manusiawi dalam pendidikan, pendidik atau guru
adalah figur manusia sumber yang menempati posisi memegang peranan penting
dalam Pendidikan, ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan,
figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut
persoalan pendidikan formal di sekolah (Djamarah, 2000 : 1).
Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada
konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik
adalah 1) orang dewasa, 2) orang tua, 3) guru/pendidik, dan 4) pemimpin
kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan. 
  i.     Orang Dewasa Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa , yakni:
(1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap,
(2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk
cita-cita untuk mendidik,
(3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya
sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri,
(4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan
aktif penuh inisiatif, (5) manusia yang telah mencapai umur kronologs paling rendah
18 th,
(6) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat,
(7) manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga, dan
(8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.                                
ii.     Orang Tua Kedudukan orang tua sebgai pendidik, merupakan pendidik yang
kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan
16

yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak
yang lahir di lingkungan keluarga mereka.                             
iii.     Guru/Pendidik di Sekolah Guru sebagai pendidik disekolah yang secara
lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat
untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik
dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun
persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasrkan pada ketentuan yang terkait
dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan
emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki
baik yang berhubungan dengan pesan yangingin disampaikan maupun cara
penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat
dipertanggungjawabkan.                            
   iv.     Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan Selain orang dewasa,
orang uta dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan
pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada
aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota
yang dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai pendidik, tampak pada aktifitas
pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada
nilai-nilai keagamaan.
4.    Materi/Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk
mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang
biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan
dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan.
Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial,
susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan.
Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama. pendidikan
moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan
intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam
kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi
17

materi inti maupun materi local, materi inti bersifat nasional yang mengandung misi
pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah
mengembangkan kebinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan.
Dengan demikian jiwa dan semangat Bhinneka Tunggal Ika dapat ditumbuh
kembangkan.
5.    Konteks yang Memepengaruhi Suasana Pendidikan
 Lingkungan

Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal


ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang
tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat
dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan
kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial.
Lingkungan pendidikan biasanya disebut dengan tri pusat pendidikan pendidikan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
a.    Pendidikan keluarga Pada mulanya keluargalah yang terutama berperan baik
pada pendidikan anak, aspek kebuadayaan, maupun penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan.
b.    Pendidikan Sekolah Dengan meningkatnya kebutuhandan aspirasi anak, maka
keluarga pada umumnya tidak mampu memenuhinya . oleh karena itu, sebagian dari
tujuan pendidikan itu akan dicapai melalui jalur pendidikan sekolah.
c.    Pendidikan Masyarakat. Fungsi pendidikan sebagai pusat pendidikan sangat
tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber
belajar yang tersedia di dalamnya.
Sarana/Alat dan Metode Sarana atau media pendidikan berguna untuk
membantu dalam proses pendidikan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan.
Metode dimaksudkan sebagai jalan dalam sebuah transfer nilai pendidikan oleh
pendidik kepada peserta didik. Oleh karena itu pemakaian metode dalam pendidikan
Islam mutlak dibutuhkan.
Sarana/Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan
efektivitasnya. alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
18

ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat


pendidikan dibedakan atas yang preventif dan yang kuratif.
1)   Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang
tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga hukuman.
2)   Yang bersifat kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya ajakan
contoh,nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga
hukuman.
3)   Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu ;
-       Kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai
-       Kesesuaiannya dengan peserta didik.
Demikianlah komponen- komponen dalam Pendidikan Agama Islam,
keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan dalam proses pendidikan Islam yang bertujuan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
C. HAL YANG DIPERINTAHKAN DAN DILARANG AGAMA

a. Keindahan Islam yang Berupa Perintah-Perintah:


1. Islam memerintahkan kita agar bertauhid secara murni (beribadah hanya kepada
Allah Azza wa jalla saja, tidak kepada yang selain-Nya), ber‘aqidah yang benar
sesuai dengan pemahaman para Shahabat karena yang demikian itu dapat
membawa kepada ketentraman hati. ‘Aqidah yang diajarkan Islam dapat
menjadikan mulia, menampakkan harga diri dan memberikan kelezatan iman.
2. Islam memerintahkan agar berbakti kepada kedua orang tua, menghubungkan
silaturahmi dan menghormati tetangga.
3. Islam mengajarkan agar berbuat dan berupaya untuk memenuhi dan membantu
kebutuhan-kebutuhan kaum Muslimin dan meringankan beban kesengsaraan
mereka.
4. Islam menganjurkan terlebih dahulu memberi ucapan salam kepada setiap
muslim yang kita jumpai dan menolong kaum Muslimin.
19

5. Islam mengajurkan agar menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah,


berziarah kubur, dan mendo’akan sesama kaum Muslimin. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َوإِ َذا‬،ُ‫ َوإِ َذا َدعَـاكَ فَأ َ ِجبْـه‬،‫ إِ َذا لَقِ ْيتَـهُ فَ َسـلِّ ْم َعلَيْـ ِه‬:‫ َمـا ه َُّن يَـا َر ُسوْ َل هللاِ؟ قَـا َل‬:‫ْـل‬ ٌّ ‫ق ْال ُم ْسـلِ ِم َعلَى ْال ُم ْسـلِ ِم ِس‬
َ ‫ت قِي‬ ُّ ‫َح‬
َ ‫ َوإِ َذا َم ِر‬،ُ‫س فَ َح ِم َد هللاَ فَ َش ِّم ْته‬
ُ‫ َوإِ َذا َماتَ فَاتَّبِ ْعه‬،ُ‫ض فَ ُع ْده‬ َ ‫ك فَا ْن‬
َ َ‫ َوإِ َذا َعط‬،ُ‫صحْ لَه‬ َ ‫ا ْستَ ْن‬.
َ ‫ص َح‬
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam.” (Para Shahabat bertanya),
“Apa saja wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(1) Apabila engkau berjumpa
dengannya, maka ucapkanlah salam, (2) bila ia mengundangmu, maka penuhilah
undangannya, (3) bila ia meminta nasihat, maka nasihatilah, (4) bila ia bersin lalu
mengucapkan tahmid (alhamdulillaah), maka do’akanlah (dengan ucapan:
‘Yarhamukallaah’), (5) bila ia sakit, maka jenguklah, dan (6) bila ia wafat, maka
antarkanlah jenazahnya (ke pemakaman).”
6. Islam menyuruh agar berlaku adil kepada orang lain dan mencintai apa yang
dicintai mereka sebagaimana kita mencintai diri sendiri.
‫“ ا ْع ِدلُوا هُ َو أَ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى‬
…Berlaku adillah, karena (adil itu) lebih dekat kepada takwa….” [Al-Maa-idah:
8]
7. Islam menyuruh berikhtiar untuk mencari rizki, menjaga kehormatan diri dan
mengangkatnya dari posisi yang hina dan lemah. Dalam mencari rizki, seseorang
hendaknya berikhtiar terlebih dahulu, baru kemudian bertawakal
(menggantungkan harapan) hanya kepada Allah Azza wa Jalla, sebagaimana
yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ تَ ْغ ُدوْ ِخ َماصًا َوتَرُوْ ُح بِطَانًا‬،‫ق الطَّ ْي َر‬ َّ ‫لَوْ أَنَّ ُك ْم تَتَ َو َّكلُوْ نَ َعلَى هللاِ َح‬.
ُ ‫ق تَ َو ُّكلِ ِه لَ َر َزقَ ُك ْم َك َما يَرْ ُز‬
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka
sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikannya
kepada burung. Pagi hari ia keluar dalam keadaan kosong perutnya, kemudian
pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.”
8. Islam mengajarkan berlaku amanah (dipercaya), menepati janji, baik sangka
(husnu zhan), tidak tergesa-gesa dalam segala perkara dan berlomba dalam
melakukan kebajikan.
20

b. Keindahan Islam Yang Berupa Larangan-Larangan:

Di antara keindahan Islam adalah larangan-larangan yang memperingatkan


seorang muslim agar tidak terjerumus ke dalam keburukan dan ancaman keras atas
akibat buruk dari perbuatan tercela itu. Di antara larangan Islam itu adalah:
1. Islam melarang syirik, yaitu menyekutukan Allah Azza wa Jalla dengan sesuatu.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
َ ِ‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذل‬
‫ك لِ َمن يَ َشا ُء ۚ َو َمن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفت ََر ٰى إِ ْث ًما َع ِظي ًما‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر أَن يُ ْش َر‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya
(syirik), dan Allah mengampuni (dosa) selainnya bagi siapa yang Dia kehendaki.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.” [An-Nisaa’: 48]
2. Islam melarang kekafiran, kefasikan, kedurhakaan dan menuruti keinginan hawa
nafsu.
3. Islam melarang bid’ah (mengadakan sesuatu ibadah yang baru dalam agama).
4. Islam melarang riba dan makan harta riba. Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknat
orang yang makan riba, wakilnya, saksi dan penulisnya.
5. Islam melarang sifat takabur, dengki, ujub (bangga diri), hasad, mencela, memaki
orang lain dan mengganggu tetangga.
6. Islam melarang perbuatan menggunjing (ghibah), yaitu membicarakan keburukan
orang lain dan mengadu domba (namimah), yaitu mengadakan provokasi di antara
sesama untuk menimbulkan kerusakan dan permusuhan.
7. Islam melarang banyak berbicara yang tidak berguna, menyebarluaskan rahasia
orang lain, memperolok-olok dan menganggap remeh orang lain.
8. Islam juga melarang mencaci-maki, mengutuk, mencela dan ungkapan-ungkapan
buruk dan memanggil orang lain dengan panggilan-panggilan buruk.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Baca Juga  Azas Islam Adalah Tauhid Dan Menjauhkan Syirik
‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمــونَ يَــا أَيُّهَــا الَّ ِذينَ آ َمنُــوا اَل يَ ْسـخَرْ قَــوْ ٌم ِّمن قَــوْ ٍم‬
ِ ‫َع َس ٰى أَن يَ ُكونُوا َخ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َسا ٌء ِّمن نِّ َسا ٍء َع َس ٰى أَن يَ ُك َّن َخ ْيرًا ِّم ْنه َُّن ۖ َواَل ت َْل ِم ُزوا أَنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوا بِاأْل َ ْلقَــا‬
‫ب‬
21

‫ك هُ ُم الظَّالِ ُمونَ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُــوا َكثِــيرًا ِّمنَ الظَّنِّ إِ َّن‬ َ ِ‫ق بَ ْع َد اإْل ِ ي َما ِن ۚ َو َمن لَّ ْم يَتُبْ فَأُو ٰلَئ‬
ُ ‫س ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬َ ‫ۖ بِ ْئ‬
َ ‫ض ُكم بَ ْعضًا ۚ أَيُ ِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا هَّللا‬ ُ ‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَب بَّ ْع‬ َ ‫بَع‬
ِ ‫ۚ إِ َّن هَّللا َ تَوَّابٌ ر‬
‫َّحي ٌم‬
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar
yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk (fasiq) sesudah
beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang
yang zhalim. Wahai orang-orang yang beriman. Jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [Al-Hujuraat: 10-12]
9. Islam melarang kita banyak berdebat, bertengkar, percandaan hina yang dapat
membawa kepada kejahatan dan meremehkan orang lain.
10. Islam melarang pengkhianatan, perbuatan makar, ingkar janji dan fitnah yang
dapat menyebabkan orang lain berada dalam ketidakpastian.
11. Islam melarang seorang anak durhaka kepada kedua orang tua dan memutus
hubungan silaturahmi dengan sanak kerabat famili terdekat.
12. Islam melarang berburuk sangka, memata-matai dan mencari-cari kesalahan
orang lain.
َ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع‬
‫ارفُوا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم‬
‫خَ بِي ٌر‬
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
22

kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain…” [Al-Hujuraat: 12]
13. Islam melarang membuat tato, mengerik bulu wajah, mencukur alis,
menyambung rambut (sanggul) dan memakai pakaian yang tidak menutup aurat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ‫ت خَ ْل‬
ِ‫ق هللا‬ ِ ‫ اَ ْل ُم َغي َِّرا‬،‫ت لِ ْل ُح ْس ِن‬
ِ ‫ت َو ْال ُمتَفَلِّ َجا‬ َ ‫ت َو ْال ُمتَنَ ِّم‬
ِ ‫صا‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْستَوْ ِش َما‬ ِ ‫لَ َعنَ هللاُ ْال َو‬.
ِ ‫اش َما‬
“Allah melaknat wanita yang bertato, wanita yang meminta ditato, wanita yang
mengerik bulu wajah, wanita yang mencukur bulu alis matanya dan wanita yang
mengikir giginya agar tampak cantik, mereka telah mengubah ciptaan Allah.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita
yang menyambung rambut dan meminta disambung rambutnya.
Rasulullah Shallallahu a’alaihi wa sallam mengancam dengan masuk Neraka
bagi wanita yang tidak berbusana muslimah (berjilbab yang menutupi aurat),
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ٌ ‫َاريَـ‬
‫ـات‬ ِ ‫ات ع‬ ٌ َ‫اسي‬ ِ ‫اس َونِ َسـا ٌء َك‬ َ َّ‫ضـ ِربُوْ نَ بِهَــا الن‬ْ َ‫ ي‬،‫ـر‬ِ ‫ب ْالبَقَـ‬
ِ ‫ قَوْ ٌم َم َعهُ ْم ِسيَاطٌ َكأ َ ْذنَــا‬،‫ار لَ ْم أَ َرهُ َما‬ ِ َّ‫ص ْنفَا ِن ِم ْن أَ ْه ِل الن‬
ِ
‫ َوإِ َّن ِري َْحهَا لَيُوْ َج ُد ِم ْن َم ِســي َْر ِة‬،‫ الَيَ ْد ُخ ْلنَ ْال َجنَّةَ َوالَ يَ ِج ْدنَ ِري َْحهَا‬،‫ت ْال َمائِلَ ِة‬
ِ ‫ت ُر ُؤوْ ُسه َُّن َكأ َ ْسنِ َم ِة الب ُْخ‬ٌ َ‫ت َمائِال‬ ٌ َ‫ُم ِم ْيال‬
‫ َك َذا َو َك َذا‬.
“Ada dua golongan penduduk Neraka, yang belum pernah aku lihat keduanya, yaitu
suatu kaum yang memegang cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia dan
wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, ia berjalan berlenggak-lenggok dan
kepalanya dicondongkan seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan
masuk Surga dan tidak akan mencium aroma Surga, padahal sesungguhnya aroma
Surga dapat tercium sejauh perjalanan begini dan begini.”
Syarat jilbab wanita muslimah yang sempurna:
a. Menutup seluruh tubuh, kecuali wajah dan dua telapak tangan.
b. Kainnya tebal, tidak tipis atau transparan.
c. Harus longgar, tidak ketat.
d. Tidak memakai wangi-wangian (parfum).
e. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
f. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
23

14. Islam melarang minuman keras (khamr), mengkonsumsi atau memperjualbelikan


narkoba dan melarang perjudian.
Baca Juga  Dasar Islam Adalah Al-Qur'an Dan As-Sunnah Yang Shahih Menurut
Pemahaman Salafush Shalih (2) Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ِ َ‫صابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيط‬
‫ان فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُـونَ ِإنَّ َمــا‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َمي ِْس ُر َواأْل َن‬
‫الصـاَل ِة ۖ فَهَــلْ أَنتُم‬ َّ ‫ص َّد ُك ْم عَن ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َع ِن‬ ُ َ‫ضا َء فِي ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر َوي‬
َ ‫َاوةَ َو ْالبَ ْغ‬
َ ‫ي ُِري ُد ال َّش ْيطَانُ أَن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعد‬
َ‫ُّمنتَهُون‬
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr (minuman keras), berjudi,
(berkorban untuk) berhala dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah (per-buatan-perbuatan itu) agar
kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu syaitan bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, maka tidakkah kamu mau berhenti?”
[Al-Maa-idah: 90-91].
15. Islam melarang promosi palsu dan dusta, curang dalam takaran dan timbangan.
Menggunakan harta kekayaan dalam hal yang diharamkan. Allah Azza wa Jalla
berfirman:
َ‫اس يَ ْستَوْ فُونَ َوإِ َذا َكالُوهُ ْم أَو َّو َزنُوهُ ْم ي ُْخ ِسرُون‬
ِ َّ‫“ َو ْي ٌل لِّ ْل ُمطَفِّفِينَ الَّ ِذينَ إِ َذا ا ْكتَالُوا َعلَى الن‬
Celakalah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.” [Al-Muthaffifin:
1-3]
16. Islam melarang perbuatan saling menjauhi satu sama lain, saling bermusuhan,
acuh tak acuh dan melarang seorang muslim tidak menegur saudaranya sesama
muslim lebih dari tiga hari. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ْرضُ هَ َذا َو َخ ْي ُرهُ َما الَّ ِذي يَ ْبدَأُ بِال َّسالَ ِم‬ ِ ‫ يَ ْلتَقِيَا ِن فَيُع‬:‫ث لَيَا ٍل‬
ِ ‫ْرضُ هَ َذا َويُع‬ َ ْ‫الَ يَ ِحلُّ لِ ُم ْسلِ ٍم أَ ْن يَ ْه ُج َر أَخَاهُ فَو‬.
ِ َ‫ق ثَال‬
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk membiarkan saudaranya lebih dari tiga hari,
keduanya bertemu tetapi saling memalingkan muka. Dan yang terbaik dari keduanya
adalah yang memulai mengucapkan salam.”
17. Islam melarang onani, perzinahan, homoseks, lesbian dan membunuh jiwa yang
diharamkan Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman:
24

َ‫ت أَ ْي َمــانُهُ ْم فَـإِنَّهُ ْم َغ ْيـ ُر َملُــو ِمينَ فَ َم ِن ا ْبتَغ َٰى َو َرا َء ٰ َذلِــك‬
ْ ‫َوالَّ ِذينَ هُ ْم لِفُرُو ِج ِه ْم َحافِظُونَ إِاَّل َعلَ ٰى أَ ْز َوا ِج ِه ْم أَوْ َمــا َملَ َك‬
َ‫ك هُ ُم ْال َعا ُدون‬ َ ِ‫فَأُو ٰلَئ‬
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka (dalam hal ini) tiada
tercela. Tetapi barangsiapa mencari yang di balik (zina dan sebagainya) itu, maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” [Mukminun: 5-7]
18. Islam melarang kita menerima uang sogokan (suap) atau menyuap orang lain.
Dalam sebuah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma :
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم الرَّا ِشى َو ْال ُمرْ تَ ِشى‬
َ ِ‫لَ َعنَ َرسُوْ ُل هللا‬.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menyuap dan orang
yang menerima suap.” [10] Orang yang menyuap dan yang disuap hukumnya sama
bagi keduanya, yaitu berdosa. Suap menyuap hukumnya haram, meskipun mereka
memakai istilah “hadiah”, “uang jasa”, “uang damai”, dan lainnya. Demikianlah
ulasan singkat tentang perintah-perintah dan larangan-larangan Islam yang
menunjukkan kebenaran dankeindahannya.
2.4 Nilai Agama Dalam Kehidupan (khususnya profesi kesehatan bidang
kebidanan)
a. Pengertian Peran
       
Para ahli menyatakan bahwa secara umum pengertian Peran adalah aspek
dinamis dari kedudukan atau status. Menurut Kozier Barbaraperan adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. Peran adalah deskripsi sosial
tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan
orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan
pengaruh.Seseorang melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah menjalankan
suatu peran. kita selalu menulis kata peran tetapi kadang kita sulit mengartikan dan
definisi peran tersebut. peran biasa juga disandingk an dengan fungsi. Peran dan
status tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran tanpa kedudukan atau status, begitu
25

pula tidak ada status tanpa peran. Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran
yang dijalankan dalam pergaulan hidupnya di masyarakat. Peran menentukan apa
yang diperbuat seseorang bagi masyarakat. Peran juga menentukan kesempatan-
kesempatan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peran diatur oleh norma-
norma yang berlaku.
            Peran lebih menunjukkan pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai sebuah
proses. Peran yang dimiliki oleh seseorang mencakup tiga hal antara lain..
 Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang di
dalam masyarakat. Jadi, peran di sini bisa berarti peraturan yang membimbing
seseorang dalam masyarakat.
 Peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dalam masyarakat.
 Peran juga merupakan perilaku seseorang yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.

 Persepsi Peran
Pandangan kita mengenai bagaimana kita seharusnya bertindak dalam
situasi tertentu adalah persepsi peran (role perception). Berdasarkan pada sebuah
iterprestasi atas apa yang kita yakini mengenai bagaimana seharusnya kita
berperilaku, kita terlibat dalam jenis-jenis perilaku tertentu.
 Ekspektasi Peran
Ekspektasi peran (role expectation) didefinisikan sebagai apa yang
diyakini orang lain mengenai bagaimana anda harus bertindak dalam suatu
situasi. Bagaimana anda berperilaku sebagian besar ditentukan oleh peran yang
didefinisikan dalam konteks dimana anda bertindak.
 Konflik Peran
Ketika seorang individu dihadapkan dengan ekspektasi peran yang
berlainan, hasilnya adalah konflik peran (role conflict).  Konflik ini muncul
ketika seorang individu menemukan bahwa untuk memenuhi syarat satu peran
dapat membuatnya lebih sulit untuk memenuhi peran lain.
Baca juga Tingkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Objek Pembangunan
26

Teori Peran Menurut Para Ahli


 Peran menurut Soekanto (2009:212-213) adalah proses dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan
peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-
pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. 
 Sedangkan menurut Merton (dalam Raho 2007 : 67) mengatakan bahwa peranan
didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang
menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set).
Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan
berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status social
khusus.
 Selanjutnya Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003: 55)
teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam
organisasi.  Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan produk
sebagai lawan dari perilaku atau tindakan” (h. 143).

b. Pengertian Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi".
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan

Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi i
nidiharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada
27

agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu.
Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya.

Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan


keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige dll.

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan
dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian yang menimpa
diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan dan menaati segenap ketetapan,
aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari tuhan

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu


penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur,
ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang
mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

c. Peranan Agama dalam Bidang Keperawatan

Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya
belum akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan
sangat didasari oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau
pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan
sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan
perkembangan profesi keperawatan sendiri.
28

Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang
menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta
kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct
human care harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan,
domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan
praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep
menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk
melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana
perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan
sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya
senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya,
bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan
klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan
filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu
keperawatan.
Pengaplikasian Agama dalam pelayanan keperawatan sangatlah penting dimana
dalam memberiakan pelayanan keperawatan yang dapat memberikan hasil yang
maksimal.

1) Peran Keperawatan dalam Islam


Islam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah
penganut agama Islam di Indonesia sangat banyak dibandingan penganut agama non
Islam. Islam adalah agama yang benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga
Allah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim)
khusus untuk umat Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat yang
menerangkan bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat
dan rohmat bagi orang – orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini
zaman nabi pun ada tapi belum semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi.
Tokoh Islam yang terkenal di dunia kesehatan salah satunya yaitu Ibnu Sina.
29

Islam sangat menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa
yang sehat akan mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah karena
tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kapada-Nya.
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan
aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan
makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang."Wahai
sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang
Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi
juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya
maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun
belum tentu baik bagi kesehatan.
Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa
saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep
sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan,
porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan
udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim)..
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat
melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan
sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya
tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah),
yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan
akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali
berasal dari lingkungan yang kotor.
30

Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan


menjalankan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama
sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat
pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain.
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”
(al-Baqarah:: l95).
Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal dari
pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar
disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya;
darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan
kematian karena kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit
dan peperangan.
Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko
kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya
menghindari. Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi
di darat, laut dan udara dan pengaruh global yang semakin menurunkan derajat
kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah
sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu
tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia
merasakan sakit.

2) Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen


Agama Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan
dimana agama merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan
seseorang. Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen
memandang bahwa seseorang yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka
dari itu dalam merawat seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.
Tindakan medis dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka
tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai
sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
31

3) Perkembangan keperawatan dalam Agama Budha


Agama budha mengajarkan kepada semua umatnya untuk menghargai makhluk
hidup tanpa terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran
agama budha. Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas
pelayanan perawat.

4) Perkembangan Keperawatan dalam Agama hindu


Dalam ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut
untuk membersihkn diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia.
Jika umat hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana
pembersihan diri dan pikiran untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi
kelaut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agar kita bias mengembangkan nilai agama dalam kehidupan masyarakat,
memperkuat hakikat ajaran agama islam, mengetahui apa saja yang dilarang dan di
32

perintahkan dalam agama dan kita juga mengetahui bagaimana menjadi seorang
tenaga kesehatan sesuai ajaran agama islam.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis ingin menyampaikan beberapa saran
yaitu:
 Bagi penulis lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terutama dalam
memberikan Nilai Agama Dalam Kehidupan Beragama Islam.
0

DAFTAR PUSTAKA
http://ariantiyoulie.blogspot.com/2013/11/peran-dan-fungsi-agama-dalam-
masyarakat.html?m=1
https://palembang.tribunnews.com/amp/2016/06/16/peranan-agama-dalam-kehidupan-
manusia#referrer=https://www.google.com
http://kumpulanmakalah4.blogspot.com
Abudin Nata, 2001, Paradigma pendidikan islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT
Gramedia, Jakarta
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001, Ilmu Pendidikan.jakarta. PT. Rineka Cipta
Nur Uhbiyati, 1998, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Udin Syaefudin dab Abin Syamsyudin Makmun, 2005, Perencanaan Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made, 2000, Landasan Kependidikan Moral. Bandung Alfa Beta
http://m-arif-am.blogspot.com/2010/unsur-unsur-pendidikan.html.
https://almanhj.or.id/2265-keindahan-islam-yang-berupa-perintah-perintah-dan-larangan-
larangan.html
1

MAKALAH

FILSAFAT KETUHANAN SEBAGAI PENDEKATAN DALAM ISLAM

Dosen pengampu

Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD

Disusun oleh :

Kelompok 4

1.WIKA AFRIANI 2048201025

2.NABILA NAZWA 2048201031

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

T.A 2020 / 2021


2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,

taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas MKU Agama ini dengan

baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu, adapun pembahasan pada makalah

ini adalah tentang “Filsafat ketuhanan sebagai pendekatan dalam Islam”, yang

mengkaji tentang pandangan manusia terhadap tuhan.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang bagaimana pandangan manusia

terhadap keberadaan manusia .Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa

menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi.Kami menyadari kalau masih

banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna

kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Guru mata

pelajaran MKU Agama yaitu bapak Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD sebagai

selaku dosen pengampu. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam

penyelesaian makalah ini.Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima

kasih.
3

MEDAN, Senin , 15 Desember 2020

PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

1.3 Tujuan Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3


4

1.4 Manfaat Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 pengertian filsafat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

2.1.1 filsafat kebutuhan dalam isalam . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

2.1.2 sebagai kepercayaan dalam islam . . . . . . . . . . . . . . . . 6

2.1.3 pemikiran aliran dalam Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

3.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
5

BAB I

PENDAHULUAN

A . latar belakang
6

Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang

eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh

yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat

bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam

membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat.

Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini

kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan

Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin

suci Islam dan kemudian secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi

dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan

tasawuf dalam penafsiran Islam.

Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika

kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang

eksistensi. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau

salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang

Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus

yang dipengaruhi oleh faktor tertentu.

Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni,

Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi

Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.


7

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep tentang Tuhan dalam kajian Islam ?

2. Bagaimana pembuktian wujud tuhan dalam islam ?

3. Bagaimana pemikiran para filosof muslim tentang tuhan ?

C. TUJUAN MAKALAH

1. Ingin mengetahui konsep filsafat ketuhanan

2. Ingin mengetahui konsep filsafat ketuhanan dalam perspektif Filsafat perenial

D. MANFAAT MAKALAH

1.Secarateoritis, inti dari filsafat perenial ialah membahas tentang suatu pesan

Dasar dari tiap agama yang dikenal dalam banyak agama sebagai Tuhan. Hal

Itu bisa menambah pengetahuan tentang inti ajaran yaitu ketuhanan yang

Dianut tiap pemeluk agama.


8

2.Secara aplikatif, filsafat perenial berusaha ingin menciptakan toleransi dalam

Beragama.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu

memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut

agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan

wahyu di dalam usaha memikirkannya.

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu

memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut

agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan

wahyu di dalam usaha memikirkannya.Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para

manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.] Usaha yang dilakukan manusia ini

bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, tetapi mencari

pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran

tentang Tuhan.Jadi
9

B. KEBUTUHAN FILSAFAT
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus dimiliki setiap manusia untuk

mempertahankan hidup dan memperoleh kesejahteraan serta kenyamanan. Sudah menjadi

kodratnya bahwa kebutuhan setiap manusia itu beragam dan tidak ada batasnya, baik

jumlah maupun macamnya. Adapun kebutuhan dasar yang harus terpenuhi seperti

sandang, pangan, papan dan cinta.

Konsep kebutuhan dalam Islam

Dalam konsep teori hierarki kebutuhan Maslow mengatakan bahwa terdapat lima tingkat

kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan

rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan

aktualisasi diri. Adapun dalam perspektif islam, kebutuhan ditentukan oleh konsep

maslahah. Maslahah adalah segala sesuatu yang memberikan manfaat baik untuk didunia

maupun diakhirat. Menurut Syatibi, kebutuhan dibedakan menjadi tiga, yaitu kebutuhan

pokok/primer (dharuriyah), kebutuhan pelengkap/sekunder (hajjiyah), dan kebutuhan

perbaikan/tersier (tahsiniyah).

Dharuriyat (primer)

Dharuriyat (primer) adalah kebutuhan paling utama dan paling penting. Kebutuhan ini

harus terpenuhi agar manusia dapat hidup layak. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi hidup

manusia akan terancam didunia maupun akhirat. Kebutuhan ini meliputi, khifdu din

(menjaga agama), khifdunafs (menjaga kehidupan), khifdu ‘aql (menjaga akal),

khifdunasl (menjaga keturunan), dan khifdu mal (menjaga harta).


10

Hajiyat (sekunder)

Kebutuhan hajiyat adalah kebutuhan sekunder atau kebutuhan setelah kebutuhan

dharuriyat. Apabila kebutuhan hajiyat tidak terpenuhi tidak akan mengancam

keselamatan kehidupan umat manusia, namun manusia tersebut akan mengalami

kesulitan dalam melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan ini merupakan penguat dari

kebutuhan dharuriyat.

Tahsiniyat (tersier)

Kebutuhan tahsiniyah adalah kebutuhan yang tidak mengancam kelima hal pokok yaitu

khifdu din (menjaga agama), khifdunafs (menjaga kehidupan), khifduaql (menjaga akal),

khifdunasl (menjaga keturunan), serta khifdumaal (menjaga harta) serta tidak

menimbulkan kesulitan umat manusia. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan

dharuriyah dan kebutuhan hajiyat terpenuhi.

Kebutuhan manusia dalam pandangan islam

Konsumsi dalam islam tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Seorang muslim yang baik,

pada saat akan mengkonsumsi sesuatu pasti akan melihat dari berbagai macam aspek,

seperti dari halal dan haramnya, kemaslahatannnya, kebutuhan dan kewajibannya.

Sedangkan seorang muslim yang tingkat keimanannya pada tingkat yang kurang baik,

tidak akan memperhatikan aspek tersebut, tetapi dipengarihi oleh ego, keinginan dan

rasionelisme serta utility (kepuasan).


11

C. SEBAGAI KEPERCAYAAN DALAM ISLAM

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin (“dua kalimat

persaksian”), yaitu “Laailahaillallah, Muhammadur Rasulullah” — yang berarti “Tiada

Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah”. Adapun bila seseorang meyakini

dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap

sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan

lamanya).

Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur’an kepada Muhammad sebagai

Khataman Nabiyyin (Penutup Para Nabi) dan menganggap bahwa al-Qur’an dan Sunnah

(setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber fundamental Islam. Mereka

tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai

pembaharu dari keimanan monoteistik dari Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi lainnya (untuk

lebih lanjutnya, silakan baca artikel mengenai Para nabi dan rasul dalam Islam). Tradisi

Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang

Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan

intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.

Umat Islam juga meyakini al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang

disampaikan oleh Allah kepada Muhammad. Melalui perantara Malaikat Jibril yang
12

sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah [2]:2)Allah juga telah berjanji

akan menjaga keotentikanal-Qur’an hingga akhir zaman dalam suatu ayat.

Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an, umat Islam juga diwajibkan untuk

mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur’an (Zabur, Taurat,

Injil, dan suhuf atau lembaran Ibrahim) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar

adanya. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur’an, seluruh firman Allah terdahulu

telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat

Islam meyakini bahwa al-Qur’an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli

dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya

a. Politeisme

Politeisme adalah bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan atau

menyembah dewa(banyak dewa). Secara harfiah berasal dari bahasa Yunani poly + theoi,

yang berarti banyak tuhan. Lawan dari paham ini adalah monoteisme, atau kepercayaan

yang hanya mengakui satu Tuhan.

b. Animisme
AnimismePengertiandariAnimisme cukup banyak. Kata animisme berasal dari bahasa

Latin“anima”Yang berarti“ roh ”.9 Animisme adalah suatu kepercayaan pada makhluk

halusdan roh, serta keyakinan seperti ini sudah banyak dianut oleh bangsa-bangsa yang
13

belumbersentuhan ataupun belum pernah menerima ajaran yang berdasarkan

agamasamawi (wahyu).10 The thefirthofthesocietythatisthe paham paham ini, antaralain

adalah mereka selalu memohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh-roh,

misalnya untuk penyembuhan penyakit, sukses dalam bercocok tanam, terhindar

darigangguan hama tanaman, hidup rukun, berhasil dalam berburu, selamat dalam

perjalananjauh dan berperang, terhindar dari bencana alam seperti banjir, gunung

meletus,gempa bumi, kebakaran, dan gangguan cuaca; mudah dalam melahirkan, masuk

surga

C .Dinamisme

DinamismeIstilah dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos. Dalam bahasa

Inggrisdisebutdinamis,Artinya adalah kekuatan, daya, atau khasiat. Dalam hal

ini,dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda di sekitar manusia karena

pengaturanmemiliki kekuatan yang gaib. Dengan kata lain, dinamisme adalah keyakinan

terhadapkekuatan yang berada dalam suatu benda dan lingkungan yang mampu

memberikan suatu manfaatdanmarabahaya. Kesaktian itu bisa berasal dari api, batuan,

udara, pohon, binatang, bahkanmanusia. Dinamika yang lahir dari rasa ketergantungan

manusia terhadap daya dankekuatan lain yang berada di luar dirinya. Setiap manusia akan

selalu merasa butuh danberharap kepada zat lain yang pendekatannya mampu

memberikan berbagai pertolongandengan kekuatan yang dimilikinya. Manusia tersebut

mencari zat lain yang akan iasembah, karena ia merasa tenang dan nyaman jika ia selalu

berada di dekat zat tersebut.13Dalam konteks ini, sebagian masyarakat Kota

Lhokseumawe dan Kabupaten AcehUtara masih memercayai benda-benda tertentu yang

mempunyai kekuatan yang luarbiasa seperti kepercayaan terhadap kekuatan batu cincin.
14

Mereka menyakini bahwa cincintersebut memiliki kekuatan gaib yang dapat

menghindarinya dari berbagai bahaya. Selai

D. Ateisme
Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan

dewa-dewi[1] ataupun penolakan terhadap teisme.[2][3] Dalam pengertian yang paling

luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan.

E. Monoteisme
Monoteisme (berasal dari kata Yunani μόνος (monos) yang berarti tunggal dan θεός

(theos) yang berarti Tuhan) adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah satu/tunggal dan

berkuasa penuh atas segala sesuatu.


15

F. PEMIKIRAN ALIRAN DALAM ISLAM

1. Khawarij
Aliran ini merupakan golongan yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib saat

menyikapi perdamaian peristiwa Tahkim oleh Muawiyah. Kata Khawarij berasal

dari bahasa Arab yang berarti keluar. Aliran ini sering disebut aliran ekstrem.

Sebab mereka menganggap keputusan Ali dan golongannya yang setuju berdamai

dengan Muawiyah adalah kafir dan halal darahnya.

2. Syiah
Berseberangan dengan Khawarij, aliran Syiah sejalan dengan Ali bin Abi Thalib.

Bahkan, Syiah ini merupakan aliran yang fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib.

Mereka memiliki pandangan tentang Islam di antaranya menganggap bahwa


16

Alquran yang sekarang mengalami perubahan dan pengurangan. Menurut mereka,

Alquran yang asli berada di tangan Al Imam Al Mastur (Syiah Imamiyah).

Terlebih lagi, golongan ini tidak mengamalkan hadis kecuali dari jalur keluarga

Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya itu, kelompok ini juga menghalalkan nikah

mut’ah atau yang sering disebut kawin kontrak.

3. Muktazilah
Aliran selanjutnya adalah golongan yang dikenal dengan sebutan ‘kaum rasionalis

Islam’ karena dalam memahami sesuatu lebih berdasarkan pada akal. Aliran ini

berpendapat bahwa orang Islam yang berdosa besar bukan kafir juga bukan

mukmin, tetapi berada di antara keduanya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan

dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh
17

manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan dalam

Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara

intensif.

Dalam membahas ketuhanan, setidaknya ada 5 hal yang harus dicakup antara lain, wujud,

dzat, nama, pebuatan dan Sifat-sifat Tuhan. Serta didalamnya terdapat beberapa hasil

pemikiran filosof muslim yang turut menyampaikan gagasanya mengenai wujud tuhan

yakni Ibnu Sina, Al Kindi, Ibnu Thufail dan Al Ghazali.

B. SARAN
Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran

dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam kajian

ini.
18

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Musa Asy’arie, FILSAFAT ISLAM Sunnah nabi dalam berfikir, Yogyakarta :

LESFI, 2013

Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A, Filosof dan Filsafatnya, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2004

Imam Khanafie Al-Jauharie, Filsafat Islam Pendekatan Tematik, Yogyakarta: Gama

Media 2006

https://baktiraharjo.wordpress.com/48/ (diakses tanggal 25 September 2015)

[1] Prof. Dr. Musa Asy’arie, FILSAFAT ISLAM Sunnah nabi dalam berfikir,

(Yogyakarta : LESFI, 2013) hlm. 153

[2] Prof. Dr. Musa Asy’arie, FILSAFAT ISLAM Sunnah nabi dalam berfikir,

(Yogyakarta : LESFI, 2013) hlm. 159

[3] Imam Khanafie Al-Jauharie, Filsafat Islam Pendekatan Tematik, (Yogyakarta: Gama

Media 2006) hlm. 45

[4] Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A, Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2004) hlm. 216

[5] Ibid, h. 220


19
20

TUGAS KELOMPOK

MENGKAJI EKSISTENSI TUHAN BAGI PARA FILSUF

Di susun oleh :

KELOMPOK V

1. DARMAWANTI 204820100
2. LAILY AGUSTINA 2048201030

DOSEN PENGAMPU
Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD
21

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


TA.2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas MKU Agama ini dengan
baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu, adapun pembahasan pada makalah
ini adalah tentang “Eksistensi Tuhan Bagi Para Filsuf”, yang mengkaji tentang
pandangan manusia terhadap tuhan.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang bagaimana pandangan manusia
terhadap keberadaan manusia .Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi.Kami menyadari kalau masih
banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Guru mata
pelajaran MKU Agama yaitu bapak Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD sebagai
selaku dosen pengampu. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam
penyelesaian makalah ini.Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih.

MEDAN,Minggu, 15 Desember 2020

PENULIS
22

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------ ii

DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------- iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang-------------------------------------------------------------------------- 1


1.2 Rumusan Masalah---------------------------------------------------------------------- 3
1.3 Tujuan Makalah------------------------------------------------------------------------ 3
1.4 Manfaat Makalah----------------------------------------------------------------------- 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Argumen Eksitensi Tuhan Bagi Para Filsuf


2.1.1 Terjebak Simbol “Tuhan”--------------------------------------------------- 4
2.1.2 Akui Dan Maknai Eksistensi “Tuhan”------------------------------------ 7
2.1.3 Penyembahan “Tuhan” Dan Eksiologi Kehidupan--------------------- 9

2.2 Pengkajian Eksitensi Tuhan Bagi Para Fisuf


2.2.1 Argumen Antologis------------------------------------------------------------ 12
2.2.2 Argumen Kosmologis--------------------------------------------------------- 13
2.2.3 Argumen Teleologis----------------------------------------------------------- 14
2.2.4 Argumen Moral---------------------------------------------------------------- 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan------------------------------------------------------------------------------- 16
3.2 Saran-------------------------------------------------------------------------------------- 16

DAFTAR PUSTAKA------------------------------------------------------------------- 17
23

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seorang atheis tentu menertawakan tanggapan semacam itu. Selain jawabannya


tersebut tidak metodologis, hati berfungsi untuk menetralisir racun. Eksistensi Tuhan
tentu tidak sedangkal itu. Adapula yang menjawab dengan dukungan teks kitab suci.
Jawaban inipun belum kuat. Jangankan kitab suci, agama saja tidak diyakini oleh kaum
atheis. Lagian, kitab suci agama yang satu tidak menutup kemungkinan memberikan
jawaban berbeda dengan kitab suci agama yang lain. Diperlukan sebuah jawaban yang
dapat diterima akal sehat manusia secara universal, mutlak dan obyektif.
Pada mulanya, setiap manusia mempunyai konsepsi tentang Tuhannya masing-
masing. Mereka mencoba untuk menghadirkan di tengah-tengah kehidupan sehari-hari.
Masyarakat Mesir Kuno, misalnya, menggambarkan Tuhan mereka dengan sebuah
simbol matahari, yang disebut dengan Dewa RA. Demikian pula dengan orang-orang
Persia, memiliki konsep Tuhan Baik dan Buruk. Pada perkembangan berikutnya,
konsepsi ketuhanan mulai diarahkan pada ke-esaan-Nya. Semua itu merupakan bentuk
dari konsepsi yang dipengaruhi oleh batas-batas cakrawala pengetahuan dari setiap
individu.
Untuk memetakan pandangan-pandangan yang berbeda itu, sebagaimana
digambarkan oleh Fauzan Saleh, ada beberapa peristilahan yang dipakai yaitu, politeisme,
henoteisme, monoteisme, panteisme dan panenteisme. Yang pertama, adalah politeisme,
suatu keyakinan tentang adanya banyak Tuhan, seperti yang banyak diikuti oleh
masyarakat primitif dan tampak jelas dalam mitologi Yunani dan bangsa Nordik. Kedua,
henoteisme yang mengakui adanya banyak Tuhan. Sedikit berbeda dengan politeisme,
ajaran ini membatasi sesembahan mereka hanya pada satu Tuhan, baik karena Tuhan
24

yang disembah dipandang lebih berkuasa dari Tuhan lainnya, atau sekedar karena Tuhan
yang disembah itu Tuhan yang dikenali di kalangan suku atau kelompok bangsanya.

1
Ketiga, muncul kemudian ajaran monoteisme yang menganggap bahwa di seluruh
jagat raya ini hanya ada satu-satunya Tuhan Yang Maha Kuasa. Yakni Tuhan mempunyai
kepribadian dan dapat dikenali dengan jelas, sekaligus mampu menciptakan
segala yang ada dari tiada.
Keempat, dikenal dengan istilah panteisme yang sering dikaitkan dengan konsep
ketuhanan dalam ajaran Hindu dan beberapa aliran keagamaan di dunia Timur, sekalipun
konsep ketuhanan semacam ini tidak terlalu asing juga di dunia Barat. Dalam ajarannya,
tidak dibenarkan apabila Tuhan digambarkan sebagai sosok pribadi, karena pada
dasarnya kemahakuasaan Tuhan tidak dapat dibatasi oleh apapun, yang seharusnya
dipahami sebagai wujud yang identik dengan sifat alam semesta sendiri secara
keseluruhan. Dengan demikian, Tuhan bersifat immanen, sehingga memiliki hubungan
sangat dekat dengan alam.
Kelima, kemudian muncul ajaran panenteisme, berbeda dengan panteisme, yang
meyakini bahwa Tuhan harus dipandang sebagai wujud yang meliputi seluruh alam ini.
Tuhan dalam pengertian ini jauh lebih besar dari alam itu sendiri. Ini semua adalah pokok
pilihan tentang Tuhan seperti yang diajarkan oleh doktrin agama yang ada di dunia.
Tuhan yang mereka pahami itu merupakan usaha dari pengalaman yang cukup
dihayati oleh masyarakat setempat. Tentunya dengan ajaran yang disampaikan oleh
seorang pemikir atau cendikiawan kala itu. Dengan kontemplasi yang dituangkan dan
pengejewantahan argumentasi yang mapan untuk menghadirkan Tuhan mereka ke
tengah-tengah masyarakat, tentunya hal tersebut memerlukan logika yang sangat
terperinci –meski logika tersebut termodifikasi oleh mitologi. Tapi tidak semua konsepsi
ketuhanan mereka dapat dipertahankan ketika terdapat ajaran yang baru datang untuk
menggantikan.
25

2
B. RUMUSAN MASALAH

Adapaun yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini adalah mengkaji tentang
apa itu “Eksistensi Tuhan Bagi Para Filsuf”, serta apa saja pembahagiannya.

C. TUJUAN MAKALAH

Adapun tujuan dari malah ini adalah:


1. agar pembaca dapat mengetahui apa yang di maksud dengan “Eksistensi Tuhan Bagi
Para Filsuf”.
2. Mengetahui apa itu Argumen ontologis
3. Memahami apa yang di maksud dengan Argumen kosmologis
4. Memahami Argumen teleologis, serta
5. Mengetahui Argumen moral.

D. MANFAAT MAKALAH

Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk lebih dapat memberikan wawasan
kepada pembaca untuk lebih mengenal apa itu “Eksistensi Tuhan Bagi Para Filsuf”,
serta dapat menambah wawasan kepada pembaca apa dan bagaimana yang di maksud
dengan argumen ontologis, argumen kosmologis, argumen teleologis. Serta argumen
moral dan pembahagiannya.

3
BAB II
26

PEMBAHASAN

A. ARGUMEN EKSISTENSI TUHAN BAGI PARA FILSUF

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa: “Eksistensi artinya


Keberadaan, keadaan, adanya . Selain itu dalam kamus besar bahasa Indonesia
dikemukakan bahwa: “Eksistensi: keberadaan, adanya . Berdasarkan penjelasan tersebut
di atas, maka yang dimaksud dengan eksistensi adalah suatu keberadaan atau keadaan
kegiatan usahanya masih ada dari dulu hingga sampai sekarang dan masih diterima oleh
lingkungan masyarakat perawang, dan keadaannya tersebut lebih dikenal atau lebih eksis
dikalangan masyarakat.
Bagi kalangan Atheisme tentunya akan mati - matian menolak paradigma
eksistensi Tuhan. Karena yang saya bahas kali ini adalah manusia yang disana terjebak
oleh simbol Tuhan, maka yang pasti adalah batasannya hanya sampai pada lingkup para
penganut Theisme saja. Soal paradigma Atheisme, hanya akan dibahas singkat. Soal
Monotheisme atau Polytheisme, akan dibahas juga di bawah ini.
1. Terjebak Simbol "Tuhan"

Manusia menyebut entitas Tuhan dengan simbol - simbol yang berbeda - beda
satu sama lain. Orang islam menyebutnya "Allah", orang Yunani menyebutnya "Theos",
orang mesir menyebutnya "Dewa Amon - Ra", orang hindu menyebutnya "Sanghyang
Widi Wasa", dan banyak lagi penyebutan manusia mengenai entitas Tuhan. Secara
substansial yang mereka sebut adalah 1 realitas, yaitu realitas Tuhan, hanya simbol -
simbol yang digunakan untuk mendefinisikan / menjelaskan realitas tersebut berbeda -
beda.
Seluruh penyebutan / simbol - simbol yang muncul diantara manusia adalah
disebabkan karena dasar / pondasi keyakinannya. Kebanyakan lebih terpusat pada literalis
wahyu, atau mitologi. 

4
Dan tiap - tiap kepercayaan yang dianut tersebut, selalu menunjukkan kesifatan
superioritas dari Tuhan yang disembah oleh mereka. Monopolisasi dari superioritas
Tuhan seakan semakin mengarah pada sebuah permasalahan yang baru. Tuhan seakan
menjadi lebih jamak lagi, karena tiap - tiap pengikut Tuhan akan "memonopoli" (simbol)
Tuhannya sendiri, dan akan menistakan eksistensi (simbol) Tuhan - tuhan yang selainnya.
27

Soal jumlah / bilangan Tuhan yang disana menjadi perdebatan, antara


monotheisme dan polytheisme, juga akan menjadi salah satu pokok bahasan. Secara
logika, penguasaan absolut terhadap suatu hal, bisa melahirkan yang namanya keteraturan
yang luar biasa dalam tiap - tiap perhitungan cermat penciptaan realitas kosmos, dari
realitas atomik sampai yang luar biasa besarnya, tidak mungkin dilakukan oleh lebih dari
1 individu.
Karena tiap -- tiap individu punya kepentingan dan kehendak yang berlainan satu
sama lain, yang akan membuat dunia kosmos akan hancur jauh lebih cepat, dan
keteraturan yang dinikmati oleh seluruh manusia tak akan bisa eksisten lagi sebagai suatu
sistem / hukum alamiah yang bekerja sampai hari ini.
Yang namanya kemutlakan, selalu identik dengan penguasaan 1 individu, kita
semua sepakat apabila penguasaan sesuatu oleh lebih dari 1 individu, bukanlah sebuah
penguasaan absolut, dan penguasanya tak pantas sedikitpun disebut absolut sama sekali,
karena kekuasaannya saja terbagi dengan individu lainnya.
Disini muncul bahwa "Tuhan" mulai dimonopoli eksistensinya oleh pengikut -
pengikutnya sendiri. Ini menandakan bahwa pengikut Tuhan sekalipun mulai terjebak
dalam sebuah kesesatan fundamental, yaitu bagaimana memaknai eksistensi Tuhan. Salah
paham atas makna dari keberadaan Tuhan sendiri, akan membat seluruh penyembahan
yang dilakukannya menjadi sebuah ke-sia-sia-an belaka.
Karena Tuhan pun ingin di-presepsi hambanya dengan benar, jika sampai salah
satu paradigma yang disana salah muncul, maka logikanya manusia tersebut akan
menjadi seorang hamba yang mengecewakan Tuhannya sendiri. Bisa kita lihat faktanya,
misalkan orang Islam.

5
Lihat bagaimana mereka mendoktrin umat mereka dengan paradigma bahwa satu
- satunya Tuhan adalah "Allah", dilain itu ("Simbol - simbol Tuhan" lainnya) bukanlah
Tuhan. Walaupun misalkan mereka didebat oleh sesama penganut Monotheisme, mereka
tetap tidak percaya dan tetap taqlid hanya pada simbol "Allah" yang diperkenalkan oleh
agamanya.   
Mereka lupa pada substansi sebenarnya dari eksistensi Tuhan. Berbagai simbol
yang ada, mereka seperti menganggapnya sebagai eksistensi yang berbeda. Inilah bukti
nyata bahwa mereka telah terbelenggu oleh Simbol dari "Tuhan", dan melupakan hakikat
28

substansial dari Tuhan itu sendiri. Mereka pikir Tuhan hanyalah deretan simbol - simbol.
Itu sama saja merendahkan kebesaran Tuhan.
Kembali dalam Filsafat Bahasa (asal - usul bahasa), seluruh bahasa muncul akibat
sebuah aktivitas penyimbolan manusia ketika mengetahui sebuah realitas yang baru.
Seluruh realitas di dalam dimensi ruang dan waktu sejatinya punya kerumitan dan
kompleksitas yang sangat tinggi, lalu manusia berusaha menyimbolkan realitas tersebut
untuk menyederhanakannya. Realitas yang terbatas (dimensi ruang den waktu) saja,
seperti meja, manusia perlu jutaan lembar kertas untuk menerangkan realitas tersebut
tanpa meninggalkan satupun informasi di dalamnya, dari segi fisik maupun metafisik.
Namun manusia hanya menyederhanakannya dengan simbol "meja".
Sebuah simbol dipastikan tak mampu mewakili sebuah realitas yang rumit dan
kompleks. Itu baru pada realitas di dalam keterbatasan dimensi ruang dan waktu,
bagaimana kalau realitas "Theos" / "Tuhan"?? jauh lebih kompleks dan rumit lagi..
sebuah entitas yang absolut, mutlak, causa prima, pencipta, maha segalanya.. tak mungkin
bisa diwakili hanya dengan sebuah simbol yang sempit.. Pada dasarnya yang harus
dipahami oleh manusia adalah hakikat sebenarnya dari Allah / Tuhan itu.. sayangnya
malah manusia hanya kenal dan hafal saja dengan simbol.. tapi jauh sekali dari sebuah
pemahaman yang fundamental dan komprehensif mengenai suatu entitas yang absolut
tersebut. Hanya berdebat soal simbol "Allah" / "Dewa" / "Tuhan"/ "Yahweh" / "Theos",
tanpa mengetahui bagaimana sebenarnya, hakikat substansional dari entitas tersebut, dan
bagaimana sebenarnya kedudukan kita dengan-Nya? Setara? Lebih rendah? Dan pada
akhirnya akan menimbulkan sebuah penyikapan dari manusia sendiri.
6
2. Akui dan Maknai Eksistensi "Tuhan"

Sebagai contoh yang lebih kasuistik, penulis pernah menemui sebuah pemikiran
pimpinan militan pemberontak Nigeria yang bisa dikatakan sebagai pemikiran yang unik,
sekaligus mungkin dalam sudut pandang pembaca / orang Indonesia pada umumnya
merupakan pemikiran yang aneh. Seperti ini :
"I believe with God, God is the creator, but,  I think, all of religion is a lies, bullshit."
Diatas itu adalah penggalan pernyataannya.
Dia mengatakan bahwa dia mempercayai eksistensi dari Tuhan, tapi menurutnya,
agama adalah suatu yang omong kosong belaka, agama adalah hasil khayalan dari
manusia.
29

Sekilas, kita mungkin pemikiran itu akan mengingatkan pada paradigma orang -
orang Quraisy jaman nabi Muhammad, mereka mengakui bahwa Allah adalah pencipta
alam semesta, tapi mereka tak  mengakui Islam yang dibawa oleh Muhammad. 
Sekali lagi, mereka hanya mengakui bahwa pencipta alam semesta adalah Tuhan,
namun objek penyembahan mereka bukanlah Tuhan tersebut. Ini adalah tindakan yang
secara tak langsung "meremehkan" Tuhan. Seolah, dengan kebesaran dan kuasa Tuhan
dalam meng-ada-kan apa yang sebelumnya tak ada, begitu remeh. Dan eksistensi yang
Tuhan ada-kan adalah suatu realitas yang sebenarnya luar biasa.
Perilaku meng-ilah-kan Tuhan bukanlah suatu permintaan pribadi Tuhan pada
manusia, walaupun misalkan, ekstrimnya, tak ada manusia pun yang disana menyembah
Tuhan, kebesaran dan kuasa dari Tuhan pun tetap luar biasa, tak berkurang sedikitpun.
Doktrin mitologi Yunani, malah dketahui mempunyai konsep yang berkontradiksi
dengan hakikat dari Tuhan, mereka meyakini, jika manusia meninggalkan aktivitas
Penyembahan, maka Tuhan akan menjadi semakin lemah tak berdaya. 
Seolah Tuhan punya sifat yang kemakhlukan, dan sifat itu tak mungkin menjadi
ciri dari Tuhan, karena Tuhan sangat berbeda dengan makhluknya, dan itu wajib. Tanpa
itu, entitas itu tak bisa menjadi Tuhan sampai kapanpun. Seluruh entitas kemakhlukan
adalah memiliki batasan ruang dan waktu. 
7
Misalkan manusia. Manusia merupakan entitas yang terbatas oleh raga kita, maka
kita disebut sebagai realitas fisik. Meja misalkan, meja terbatas oleh seberapa besar meja
tersebut, walaupun meja itu sebesar bumi sekalipun, meja itu pun masih punya batasan
ruang dan waktu. 
Bahkan realitas bumi atau matahari pun masih punya batasan ruang dan waktu.
Dan terakhir, realitas kosmos, alam semesta pun punya batasan / ruang dan waktu. Tanya
saja para astronom, mereka tau bahwa alam semesta punya batasan maksimal, yang
walaupun tiap momen selalu berkembang lebih luas lagi, tak menghilangkan hakikatnya
bahwa bagaimanapun kosmos beserta isinya adalah realitas yang terbatas dimensi ruang
dan waktu.
Selain berbagai realitas fisik, kita sama - sama mengakui bahwa memang ada
realitas lain di luar realitas fisik, yaitu realitas metafisik seperti jin dan kawan -
kawannya. Namun, bagaimanapun, realitas itu pun masih punya bentuk, walaupun
30

misalkan tak beraturan (dengan kata lain, masih tergolong sebgai realitas yang terbatasi
oleh dimensi ruang dan waktu).
Dan diluar seluruh realitas yang terbatas akan dimensi ruang dan waktu itu, ada
realitas lainnya, yang absolut, mutlak, tak punya ukuran, massa, atau apapun yang disana
menjadi ciri khas dari makhluk dalam dimensi ruang dan waktu. Karena bersifat absolut
- metafisik, entitas itu bisa disebut dengan "Tuhan". 
Karena kita dan kosmos semua adalah realitas kemakhlukan yang terbatasi
dimensi ruang dan waktu, maka kita akan mendefinisikan bahwa entitas (Tuhan) itulah
yang telah menciptakan kita semua dari yang awalnya tak ada menjadi suatu yang ada.
Tuhan telah "berbaik hati" menjadikan kita hidup hari ini.
Di masa kita masih dalam kandungan ibu, awalnya kita hanyalah sebuah raga
tanpa arti. Dan Tuhan-lah yang mengirimkan jiwa pada raga kosong kita, untuk mengisi
dan membuat raga kosong ini menjadi bermakna, bukan lagi raga yang mati, tapi raga
yang bergerak dan hidup. Tuhan menciptakan raga kita melalui hukum kausalitas
(hukum biologis / proses reproduksi manusia), dan meng-ada-kan jiwa kita dengan
proses penciptaan yang masih belum terjangkau akal manusia, lalu mengirimkannya
pada raga kosong manusia.
8

3. Penyembahan "Tuhan" & Aksiologi Kehidupan

Makna kehidupan tentunya perlu untuk diraih oleh setiap manusia. Dan juga itu
merupakan satu hal yang menjadi ciri khas dari manusia. Manusia memulai kehidupannya
dengan pencarian aksiologi / nilai kehidupan. Bagaikan seorang manusia yang dikirimkan
ke suatu hutan belantara yang asing. Ketidaktahuan dan kebingungan muncul satu per
satu. Seperti skema dibawah ini :
31

9
Mungkin, para Atheis mengatakan bahwa kehidupan adalah sebagai proses
alamiah belaka, tapi sebenarnya Tuhan adalah sebuah entitas absolut sekaligus
pencipta kita, yang disana pasti membekali kita dengan sebuah misi. Analoginya,
misalkan ketika kita "menciptakan" sebuah kursi dari kayu. Dalam benak kita, kita
menginginkan bahwa kursi ini menjadi sebuah tempat untuk manusia duduk dan
beristirahat. Pernyataan bahwa "kursi adalah tempat duduk dan beristirahat"
merupakan misi / "jalan hidup" sebuah kursi. Mungkin karena yang dicontohkan
adalah realitas yang sama dengan manusia, yaitu terbatas oleh dimensi ruang dan
waktu, mungkin "misi"nya tak akan jauh dari kebutuhan manusia itu sendiri akan
yang diciptakannya. Namun, pada prinsipnya, sama - sama memberikan "misi /
aksiologi" atas apa yang diciptakannya.
32

Begitu pula Tuhan yang disana telah menciptakan manusia, pasti memiliki
"misi" yang disana diberikan pada manusia untuk hidup di dunia. Mustahil ketika
Tuhan menciptakan manusia tanpa sebuah misi. Karena logikanya, Tuhan tak
mungkin main -- main dan bersenda gurau ketika menciptakan milyaran manusia.
Dengan kecerdasan, keadilan, ke-absolut-an Tuhan, pasti ada sebuah aksiologi
kehidupan yang disana ditujukan untuk manusia, agar manusia -- manusia itu tak
terjebak dalam euforia kehidupan yang sia - sia. Pasti ada jalan hidup yang disana
harus kita lalui untuk hidup yang disana bermakna dan mendapatkan makna
kehidupan yang sejati.
Jalan hidup Tuhan itulah yang disebut "Agama". Kita mengenali banyak sekali
"Agama" yang ada di dunia, yang masing - masing mengklaim bahwa "agama"
mereka akan membawakan manusia akan aksiologi yang hakiki. Ini tinggal
bagaimana manusia menyikapi jamak-nya "Agama". Kita sama - sama mengakui
bahwa Tuhan telah menganugerahkan "akal" yang luar biasa hebatnya. Dan potensi
dari akal memang tak pantas dianggap remeh. Sebagai manusia yang berakal,
tentunya kita tau bahwa jalan hidup yang diberikan Tuhan pasti logis / masuk akal.
Karena Tuhan, dengan keluarbiasaan-nya mustahil untuk memberikan jalan hidup
yang irrasional dan konyol, maka itu tugas utama kita untuk mencari, memilah,
membandingkan satu per satu "Agama" yang ada. Itulah fungsi hakiki dalam
komparasi Agama.
10
Dan mungkin memang banyak Theis yang terlalu "fanatik" terhadap
keyakinannya, dan enggan terbuka dan saling kritis, maka sebenarnya dia menutup
diri dari hakikat aksiologi kehidupan. Sampai kapanpun dia tak akan menemukan
makna sejati hidupnya.
 Semua yang disana berpangkal pada sebuah paradigma bahwa Theos / Tuhan
memang eksisten, maka manusia tersebut akan mendapatkan sebuah kebermaknaan
hidup, karena dia telah memecahkan misteri dunia dan menemukan tujuan hidup. Dan
ketika dia menemukan sebuah tujuan kehidupan, maka tak bisa disangkal bahwa dia
tak akan "mati konyol" selepas hidup dalam keadaan hampa dan kosong, bagaikan
sungai yang mengalir, begitu pula kehidupan yang mengalir, mengikuti arus, tanpa
mengetahui "Siapakah diriku?", "Mengapa aku disini?", "Mengapa aku hidup?".
Sampai mati pun dia hanya akan menjumpai kekosongan jiwa, dan tak memahami
betapa bermaknanya hidup yang diberikan oleh Tuhan ini.
33

11
B. PENGKAJIAN EKSISTENSI TUHAN BAGI PARA FILSUF

Eksistensi Tuhan tentu tidak sedangkal itu. Adapula yang menjawab dengan
dukungan teks kitab suci. Jawaban inipun belum kuat. Jangankan kitab suci, agama saja
tidak diyakini oleh kaum atheis. Lagian, kitab suci agama yang satu tidak menutup
kemungkinan memberikan jawaban berbeda dengan kitab suci agama yang lain.
Diperlukan sebuah jawaban yang dapat diterima akal sehat manusia secara universal,
mutlak dan obyektif.
Secara garis besar terdapat empat argumentasi atau pembuktian logis tentang
keberadaan tuhan. Diantaranya;
1. Argumen Ontologis

Dipelopori oleh plato dan al farabi. Plato berkata bahwa terdapat ide tertinggi
yang diberi nama ide kebaikan atau The Absolute Good; Yang Mutlak Baik.  Sementara
al Farabi berkata bahwa hanya ada satu yang Wajib Ada.  Selain wajib ada ini, pastilah
mustahil ada. Kecuali, Wajib Ada memberikan keberadaan kepada Mustahil Ada.
Sehingga yang Mustahil Ada menjadi Mungkin Ada karena diberikan keberadaan oleh
yang Wajib Ada. Keberadaan yang Mungkin Ada bergantung pada yang Wajib Ada. Jika
yang Wajib Ada mencabut keberadaan pada yang Mungkin Ada, maka yang Mungkin
34

Ada menjadi Mustahil Ada. Kesimpulannya, tidak ada Yang Ada kecuali Yang Ada itu
sendiri. Wajib ada yang dimaksud di sini disebut sebagai Tuhan.
Bagaimana bisa gagasan nonmateri, empiris atau tidak dapat diinderai seperti
Tuhan dapat hadir di akal? Jika tidak mempunyai realitas, tentulah Tuhan tidak dapat
dihukumi kebenaraan eksistensinya. Seperti kata Karl Marx; bukan Tuhan yang
menciptakan manusia, tapi manusialah yang  menciptakan Tuhan. Maka, diperlukan
kerangka berpikir yang tepat untuk membuktikan eksistensi Tuhan.        Adapun metode
yang dimaksud adalah prinsip niscaya lagi rasional yaitu; Prinsip Kausalitas dan Prinsip
Identitas. Kausalitas adalah suatu hubungan yang dimana setiap akibat pastilah
bergantung pada sebab. Kausalitas mendahui pengalaman inderawi.

12
Sementara Prinsip Identitas atau Non-Kontradiksi adalah suatu hukum berpikir
yang menyatakan bahwa sesuatu hanya identik dengan dirinya sendiri. Maka, sesuatu
mustahil identik dengan yang lain. Argumen Ontologis sejalan dengan prinsip identitas
bahwa hanya terdapat satu yang Ada (Tuhan). Jika ada dua yang ada (Tuhan), tentu
tertolak di akal. Karena kita tidak dapat membedakan mana Tuhan yang sesungguhnya
dan bisa saja terdapat tumpang tindih kekuasaan antara dua tuhan tersebut. Secara
ontologis dan sejalan dengan hukum berpikir prinsip Identitas, Tuhan haruslah Esa.
2. Argumen Kosmologis

Argumen ini dipelopori oleh Aristoteles. Lebih lanjut, Aristoteles menyatakan


bahwa setiap yang bergerak pasti digerakkan oleh penggerak. Penggerak tersebut juga
digerakkan oleh penggerak lainnya. Begitu seterusnya hingga berujung pada Penggerak
Pertama yang tidak digerakkan. Karena jika Penggerak Pertama tidak ada, maka tidak ada
pula yang menggerakkan gerak. Dan jika Penggerak Pertama juga digerakkan, maka ia
tidak dapat dikatakan Penggerak Pertama. Gerak adalah berpindahnya titik potensi
menuju titik aktual yang dipengaruhi oleh faktor eksternal. Titik potensi berupa materi
yang terus bergerak. Sementara titik aktual berupa bentuk yang kekal. Tidak ada bentuk
yang belum teraktual. Sebagaimana tidak ada materi yang tidak berpotensi. Potensi
menuju aktual seperti materi menuju bentuk. Penggerak Pertama tidak boleh bergerak.
Karena jika Penggerak Pertama bergerak, maka ia adalah potensi yang tentunya materi.
35

Penggerak Pertama yang tidak digerakkan dan tidak bergerak inilah yang disebut sebagai
Tuhan.
Argumen ontologis dan kosmologis dikritisi oleh Immanuel Kant karena
dipandangnya merupakan argumen yang lemah. Kant kemudian mempertanyakan
mengapa Wajib Ada memberikan keberadaan pada yang Mungkin Ada. Dengan kata lain,
mengapa Tuhan menciptakan makhluk? Jika kita menjawab pertanyaan Kant, maka
Tuhan menjadi memiliki tujuan dalam menciptakan makhluk. Sementara jika Tuhan
memiliki tujuan, berarti ada yang belum dimiliki oleh Tuhan dan otomatis  Tuhan
menjadi tidak sempurna. Tentulah, Tuhan tidak dapat disebut Tuhan jika Ia tidak
sempurna. Jawabannya adalah makhluk diciptakan oleh Tuhan demi eksistensi makluk,
bukan Tuhan. Tanpa makhluk, Tuhan tetap eksis.
13

3. Argumen teleologis

Argumen teleologis atau fisiko-teologis, juga di kenal sebagai  argumen


perancangan atau argumen perancangan cerdas adalah argumen atas keberadaan
Tuhan atau, lebih umum, atas pencipta yang cerdas "berdasarkan bukti yang diperoleh
atas perancangan disengaja di dunia alamiah maupun fisik". Ini adalah argumen teologi
alamiah.
Versi tercatat paling awal dari argumen ini terkait dengan Socrates pada Yunani
kuno, meskipun telah dikatakan bahwa ia mengadopsi argumen yang lebih tua. Plato,
muridnya, dan Aristoteles, murid Plato, mengembangkan pendekatan kompleks proposal
ini bahwa alam semesta tercipta oleh suatu kecerdasan, tetapi Stoa-lah yang, di bawah
pengaruh mereka, "mengembangkan deretan argumen penciptaan yang secara luas
dikenal dengan label 'Argumen dari Perancangan''

4. Argumen Moral

Dipelopori oleh Immanuel Kant.  Kant menyatakan bahwa sejak lahir manusia
dibekali oleh perangkat bawaan yang bernama moral untuk membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk. Perintah moral mengharuskan manusia melakukan yang baik dan
meninggalkan yang buruk. Melakukan yang baik tinggalkan yang buruk merupakan
perintah moral bukanlah perintah agama. Manusia melakukan yang baik dan
meninggalkan yang buruk bukan untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
36

Karena hadiah dan hukuman sangatlah bersifat materi, sementara yang bersifat materi
membutuhkan pengalaman inderawi. Buktinya, terkadang manusia melakukan yang baik
tetapi diperlakukan buruk oleh orang lain. Terkadang pula manusia melakukan yang
buruk tetapi tidak diganjar oleh hukuman yang setimpal.

14
Pernyataan pertama bahwa perintah moral tidak berkaitan dengan pengalaman
inderawi ataupun agama. Pernyataan kedua adalah jika dunia materi bukanlah tempat
menguji obyektivitas perintah moral maka harus ada dunia lain sebagai tempat menguji
obyektivitas perintah moral tersebut. Karena dunia ini sangatlah bersifat materi yang khas
harus diukur pengalaman inderawi. Moral yang nonmateri tersebut tentu tidak
mendapatkan validitasnya di dunia materi ini. Harus ada dunia lain sebagai tempat
menguji obyektivitas dan validitas perintah moral. Dimana tempat tersebut merupakan
tempat pemberian hadiah bagi yang melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan serta
pemberian hukuman bagian menjahui kebaikan dan melakukan keburukan. Dan tempat
atau dunia tersebut haruslah memberikan hadiah atau hukuman yang adil, tidak seperti di
dunia materi. Maka lahir pernyataan ketiga, bahwa harus ada yang menilai validitas moral
tersebut. Dimana penilaiannya adalah penilaian yang paling benar dan paling adil. Sang
Penilai tersebut dinamakan Tuhan.
37

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Argumen Ontologis, Kosmologis,teleologi dan Moral di atas merupakan jawaban


yang segar bagi akal dan hati manusia di tengah keringnya pertanyaan filsafat mengenai
eksistensi Tuhan. Perlu diperhatikan, bahwa jawaban dari teks kitab suci dari kaum
agamawan bukan berarti tidak obyektif. Hanya saja, kita perlu berlaku adil dalam
berpengetahuan. Baik bagi subyek pengetahuan (manusia), maupun obyek pengetahuan
(pertanyaan mengenai eksistensi Tuhan). Pertama, dengan menjawab pertanyaan si atheis
berdasarkan akal sehat yang dapat diterima secara universal, obyektif dan mutlak oleh
seluruh manusia. Karena seluruh manusia berakal, termasuk si atheist ado. Kedua, dengan
menjawab pertanyaan sesuai dengan kategori pertanyaan. Pertanyaan mengenai eksistensi
Tuhan adalah kategori pertanyaan filsafat, maka harus dijawab dengan jawaban khas
filsafat pula. Izinkan saya menutupnya dengan kutipan dari Dostoyevski dalam buku
Revolusi Harapannya Erich Fromm; Jika Tuhan tidak ada, maka segalanya menjadi tidak
mungkin.

B. SARAN

Adapun penulisan dalam makalah ini masih terdapat kesalah di sana sini. Semoga
pembaca dapat mengambil pembelajaran dalam makalah ini dan makalah ini dapat
menjadi referensi anda. Saran saya sebagai penulis adalah sebainnya anda memiliki
banyak referensi dalam pembelajaran agar dapat memilliki lebih banyak wawasan dan
dapat menyimpulkan sendiri untuk pengetahuan anda.

16
DAFTAR PUSTAKA
38

https://www.kompasiana.com/muhamad29197/5be99857bde5753d396a10b3/filsafat-teologi-
manusia-dan-eksistensi-tuhan?page=3
https://www.google.com/search?q=c.
+Argumen+teleologis&rlz=1C1GCEB_enID916ID916&oq=c.
%09Argumen+teleologis&aqs=chrome..69i57.1373j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://id.wikipedia.org/wiki/Argumen_teleologis#:~:text=Argumen%20teleologis%20atau
%20fisiko%2Dteologis,di%20dunia%20alamiah%20maupun%20fisik%22
https://www.kompasiana.com/tonton/54f6f530a333114e0a8b4659/eksistensi-tuhan-dalam-
tinjauan-filsafat
39

MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG HUBUNGAN

ETIKA DAN AQIDAH

OLEH KELOMPOK : 6

NAMA : SITI AMINAH ( 2048201034)

: DEWI ORIJA ( 2048201003)

PRODI : S1-FARMASI

MKU : AGAMA ISLAM

DOSEN : ACHMAD ZULFIKAR SIREGAR SPDI MPD

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN ( UIM)


T.A 2020/2021
40

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hubungan Etika Dan Aqidah” tepat pada waktu yang telah ditentukan.Shalawat dan
salam semoga tercurah kepada Nabiyullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,para sahabat
dan sahabiyah yang senantiasa istiqamah dalam menjalankan syariah-Nya.Dan semoga
kita juga dimasukkan Allah SWT.dalam golongan ini,Aamiin.Tak lupa pula kami
mengucapkan terimakasih kapada Dosen kami Bapak Achmad Zulfikar SPDI MPD atas
bimbingan yang diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.Kepada senua pihak
yang telah memberikan bantuan,dorongan dan bimbingan juga kami ucapkan
terimakasih.Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kesalahan
yang dilakukan.Oleh karena itu,kami meminta saran dan kritik yang membangun
sehingga kedepannya kami bisa menjadi lebih baik lagi.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan kita semua.
Medan, 15 Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
41

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 Definisi Etika :......................................................................................................................5
Jenis-Jenis Etika.............................................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................23
PENUTUP.........................................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................23
3.2 SARAN........................................................................................................................................23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


42

islam adalah agama yang sangat memperhatikan binaan etika, moral, dan akhlak mulia
secara komprehensif baik segi materi, metode, pendekatan dan pelaksanaannya. Ajaran
Islam tentang iman, islam, dan ihsan misalnya, dinilai belum sempurna jika tidak
menimbulkan dampak pembinaan akhlak dan karakter mulia .Di era global yang semakin
maju ini, perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam. Umat muslim cenderung
mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, yang tidak mencerminkan bahwa mereka
umat muslim yang pada hakikat nya tidak boleh berlebih-lebihan. Bahkan lupa dengan
adanya etika, moral dan akhlak yang seharusnya dijunjung tinggi sebagai umat Nabi
Muhammad SAW. Karena pada kenyataannya manusia sekarang kurang pengetahuan
tentang etika, moral, dan akhlak.
Selama ini pelajaran etika, moral, dan akhlak sudah diperkenalkan sejak kita berada di
Sekolah Dasar, bahkan pengenalan ertika, moral, dan akhlak sudah di ajarkan dalam
lingkup keluarga. Namun ternyata pelajaran etika, moral dan akhlak itu hanya dibiarkan
saja tanpa di aplikasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran yang
telah disampaikan menjadi sia-sia dan tidak berguna.
Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi
penerus bangsa tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena itu kami menyusun
makalah ini agar setidaknya dapat menjadi acuan dalam perbaikan etika, moral, dan akhlak
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Aqidah?

2. Hal-hal apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup pembahasan Etika Dan Aqidah?

3. Apa Yang dimaksud dengan Etika?

4. Apa hubungan antara Etika Dan Aqidah?

5. Apa perbedaan antara Etika Dan Aqidah?

6. Apa persamaan antara Etika Dan Aqidah?

1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui apa itu Aqidah

2.Untuk mengetahui ruang lingkup pembahasan Etika Dan Aqidah

3.Untuk mengetahui apa itu etika

4.Untuk mengetahui hubungan antara Etika Dan Aqidah

5.Untuk mengetahui perbedaan antara Etika Dan Aqidah


43

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sesuatu di mana
dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Menurut James J. Spillane SJ. Etika  adalah
mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambi suatu
keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi
manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku
seseorang kepada Berikut ini terdapat 16 pengertian etika menurut para ahli, terdiri atas:

1.KBBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan etika yaitu ilmu tentang baik dan
buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-nilai yang berkaitan
dengan akhlak; nilai mengenai benar atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut
masyarakat.

2. W. J. S. Poerwadarminto

Menurut W. J. S. Poerwadarminto .Etika merupakan ilmu pengetahuan tentang asas-asas

akhlakatau moral.

3. Hamzah Yakub

Menurut Hamzah Yakub. Etika yaitu menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik dan

mana yang buruk.

4. Soegarda Poerbakawatja
44

Menurut Soegarda Poerbakawatja. Etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-

nilai, tentang baik dan buruknya tindakan an kesusilaan.

5. Menurut Drs. O. P. Simorang.

Etika merupakkan pandangan manusia terhadap baik dan buruknya perilaku manusia.

6 H. A. Mustafa

. Etika merupakan ilmu yang menyelidiki mana yanhg baik dan yang buruk dengan

memperhatika amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahuin oleh akar

pikirannya.

7. Aristoteles

Aristoteles membagi pengertian etika menjadi dua, yaitu Terminius Technikus dan

Manner and Custom. Terminius Technikus merupaka etika yang dipelajari sebagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.Manner

and Custom merupakan suatu pembahasan etika yang berhubungan atau berkaitan dengan

tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalan kodrat manusia atau in herent in human

nature yang sangat terkait denag arti baik dan buruk suatu perilaku, tingkah laku atau

perbuatan manusia.

8. K. Bertens

Menurut K. Bertens. Etika merupakan nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur perilaku.


45

9. Prof. DR. Franz Magnis Suseno

Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau

ilmu yang memberikan arah dan pijakan dalam tindakan manusia.

10. Ramali dan Pamuncak

Menurut Ramali dan Pamuncak. Etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar

dalam profesi.

11. Martin

Menurut Martin. Etika adalah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai acuan atau

pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau perilaku manusia.

12.Maryani dan Ludigdo

Menurut mereka, etika merupakan seperangkat norma, aturan atau pedoman yang

mengatur segala perilaku manusia, baik yang harus dilakukan dan yang harus

ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok masyarakat atau segolongan masyarakat.

13.Ahmad Amin

Menurut Ahmad Amin. Etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan tentang arti baik

dan buruk serta apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, juga menyatakan sebuah

tujuan yang harus dicapai manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah untuk

melakukan apa yang seharusnya didilakukan oleh manusia.


46

14.Drs. Sidi Gajabla

Menurut Drs. Sidi Gajabla. Etika merupakan teori tentang perilaku atau perbuatan

manusia yang dipandang dari segi baik & buruknya sejauh mana dapat ditentukan oleh

akal manusia.

15. Drs. H. Burhanudin Salam

Menurut Drs. H. Burhanudin Salam. Etika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang

berbicara tentang nilai -nilai dan norma yang dapat menentukan perilaku manusia dalam

kehidupannya.

16. James J. Spillane SJ

Menurut James J. Spillane SJ. Etika adalah mempertimbangkan atau memperhatikan

tingkah laku manusia dalam mengambi suatu keputusan yang berkaitan dengan moral.

Etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk

menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.

17. Asmaran

Menurut Asmaran. Etika adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia, tidak hanya

menentukan kebenaran seperti mereka, tetapi juga untuk menyelidiki manfaat atau

keuntungan dari semua perilaku manusia.

Fungsi Etika

Berikut ini terdapat beberapa fungsi etika, terdiri atas:


47

 Hati nurani paling mengetahui paling mengetahui kapan perbuatan individu


melanggar Etika atau sesuai etika
 Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit
 Mampu melakukan tindakan yang benar mencegah tindakan yang merugikan,
memperlakukan manusia secara adil, menjelaskan dengan benar menepati janji yang
telah disepakati , menjaga kerahasiaan.
 Tempat untuk mendapatkan orientasi kritis yang berhadapan dengan berbagai suatu
moralitas yang membingungkan.
 Untuk menunjukan suatu keterampilan intelektual yakni suatu keterampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis.
 Untuk Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil suatu sikap yang wajar dalam
suasana

Peranan Etika

Berikut ini terdapat beberapa peranan etika, terdiri atas:

1. norma hukum tidak menjangkau wilayah abu-ab

2. norma hukum cepat ketuinggalan zaman, sehingga sering terdapat celah-celah hukum,

3. ketika mempersyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang kejujuran, keadilan dan

prosedur yang wajar terhadap manusia, dan masyarakat,

4. asas legalitas harus tunduk pada asas moralitas.

Manfaat Etika

Berikut ini terdapat beberapa manfaat etika, terdiri atas mengajak orang bersikap kritis

dan rasional dalam mengambil keputusan secara otonom,

 mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang tertib, teratur,


damai dan sejahtera.
48

Jenis-Jenis Etika

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis etika, terdiri atas:

1.Etika Deskriptif

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya.Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.

2. Etika Normatif

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai
dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar
manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan
kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat .

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan

menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:

 Jenis pertama,  etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan
tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
 Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik
buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat
kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan
tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
 Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.
Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan
dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.

4. Etika Umum
49

Etika yang berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak

secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-

prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak

ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan

dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori teori.

5. Etika Khusus

Etika khusu merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan

yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan

bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari

oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.Namun, penerapan itu dapat juga

berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan

dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia

bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan

teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.

Etika khusus dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya

sendiri.

Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia

sebagai anggota umat manusia

Prinsip-Prinsip Etika
50

Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan

layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat, terdiri atas:

Otonomi (Autonomi) prinsi otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu

berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu

memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak

kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh

yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadorang lain.

2.2 Definisi Akhlak

Kata Akhlak (akhlaq) berasal dari bahasa arab, merupakan bentuk jama’ dari
“khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Kata tersebut mengandung persegi persesuaian dengan kata “khalq” yang berarti kejadian
(Supadie dan Sarjuni, 2012). Ibnu ‘Athir dalam Didiek, menjelaskan bahwa khuluq itu
artinya gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat bathiniah),
sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit, tinggi
rendah badan, dan lain sebagainya) (Supadie, 2015). Maka akhlak bisa dikatakan sistem
etika yang menggambarkan dan tujuan yang hendak dicapai agama. Kata khulq
merupakan bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam Al-Quran surah Al-Qalam ayat
4: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung.” (QS.
Al-Qalam: 4) Secara terminologi terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan
para ahli, diantaranya Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang
dibiasakan (Amin, 2005). Hal ini sejalan dengan pengertian akhlak yang diungkapkan
oleh Imam Al-Ghazali yang mendefinisikan akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan (al-Ghazali, Tth). Kemudian dipertegas lagi Ibnu Miskawih, beliau
menyatakan bahwa akhlak merupakan suatu hal atau situasi kejiwaan yang mendorong
seseorang melakukan suatu perbuatan dengan senang tanpa berfikir dan perencanaan
(Maskawaih, tth). Akhlak menduduki peran penting dalam kehidupan manusia,
diantaranya menjadi standar nilai bagi suatu bangsa dan menjadi tolok ukur nilai pribadi
bagi seseorang (Nasharuddin, 2007). Islam memandang akhlak itu sangat penting untuk
mewujudkan kedamaian dan keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Itu sebabnya
Nabi Muhammad SAW diutus untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga tercipta
51

ketentraman, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah AlAhzab ayat 21 yang
berbunyi: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21) Ayat tersebut memberikan
petunjuk bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan hidup bagi orang-orang
yang beriman, bagi mereka yang sempat bertemu langsung dengan Rasulullah SAW,
maka cara meneladani Rasulullah dapat mereka lakukan secara langsung. Sedangkan bagi
mereka yang tidak sezaman dengan Rasulullah SAW, maka cara meneladani Rasulullah
SAW adalah dengan mempelajari, memahami dan mengikuti berbagai petunjuk yang
termuat dalam sunnah atau Hadits beliau (Ismail, 2007). Hubungan Aqidah dengan
Akhlak Aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri
bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur.
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam aqidah Islam. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dan
al-Baihaqi). Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini,
agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai
kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya.
Atas dasar ini agama tidak mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani rasa tanggung
jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya karena
agama tersusun dari keyakinan (aqidah) dan perilaku. Oleh karena itu akhlak dalam
pandangan Islam harus berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup hanya disimpan dalam
hati, namun harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang
baik. Dengan kata lain bahwa untuk mempergunakan dan menjalankan bagian aqidah dan
ibadah, perlu pula berpegang kuat dan teguh dalam mewujudkan bagian lain yang disebut
dengan bagian akhlak. Sejarah risalah ketuhanan dalam seluruh prosesnya telah
membuktikan bahwa kebahagiaan di segenap lapangan kehidupan hanya diperoleh
dengan menempuh budi pekerti (berakhlak mulia). Hasbi Ash Shiddieqy di dalam
bukunya Al Islam mengatakan bahwa kepercayaan dan Budi pekerti dalam pandangan
Al-Quran hampir dihukum satu, dihukum setaraf, sederajat. Lantaran demikianlah Tuhan
mencurahkan kehormatan kepada akhlak dan membesarkan kedudukannya. Bahkan Allah
memerintahkan seorang muslim memelihara akhlaknya dengan kata-kata perintah yang
pasti, terang, dan jelas. Para muslim tidak dibenarkan sedikit juga menyia-nyiakan
akhlaknya, bahkan tak boleh memudah-mudahkannya (Shiddieqy, tth). Aqidah tanpa
akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berlindung di
52

saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa
aqidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu
bergerak. Oleh karena itu Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan
akhlak. Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada
kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim) Dengan
demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku
(akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya
yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat;
dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai iman yang lemah. Dengan
kata lain bahwa iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman
yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk. Nabi Muhammad SAW telah
menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan perangai yang mulia dan
rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik
dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda: ”Malu dan
iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula yang lain”.
(HR. Hakim) Kalau diperhatikan hadits di atas, nyatalah bahwa rasa malu sangat
berpautan dengan iman hingga boleh dikatakan bahwa tiap orang yang beriman pastilah
ia mempunyai rasa malu; dan jika ia tidak mempunyai rasa malu, berarti tidak beriman
atau lemah imannya. Aqidah erat hubungannya dengan akhlak. Aqidah merupakan
landasan dan dasar pijakan untuk semua perbuatan. Akhlak adalah segenap perbuatan
baik dari seorang mukalaf, baik hubungannya dengan Allah, sesama manusia, maupun
lingkungan hidupnya. Berbagai amal perbuatan tersebut akan memiliki nilai ibadah dan
terkontrol dari berbagai penyimpangan jika diimbangi dengan keyakinan aqidah yang
kuat. Oleh sebab itu, keduanya tidak dapat dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan
raga. Hal ini dipertegas oleh Allah SWT dalam Al-Quran, yang mengemukakan bahwa
orangorang yang beriman yang melakukan berbagai amal shaleh akan memperoleh
imbalan pahala disisi-Nya. Dia akan dimasukkan ke dalam surga Firdaus. Penegasan ini
dikemukakan dalam firman Allah SWT. sebagai berikut:“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat
tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya” (QS. Al-
Kahfi: 107-108). Ayat di atas memperlihatkan betapa pentingnya aqidah dan akhlak,
dengan keterpaduan keduanya seseorang akan memperoleh pahala yang besar disisi Allah
53

dengan jaminan surga Firdaus. Hubungan antara aqidah dan akhlak ini tercermin dalam
pernyataan Nabi Muhammad
2.3 Hakikat Etika Dan Aqidah Menurut Islam

Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,

menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sedangkan akhlak sebagai

sistem etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama.

Akhlak dalam pandangan Islam harus berpijak pada keimanan. Menurut bahasa, kata

Aqidah Kata Akhlak (akhlaq) berasal dari bahasa arab, merupakan bentuk jama’ dari

“khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.

Kata tersebut mengandung persegi persesuaian dengan kata “khalq” yang berarti kejadian

(Supadie dan Sarjuni, 2012). Ibnu ‘Athir dalam Didiek, menjelaskan bahwa khuluq itu

artinya gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat bathiniah),

sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit, tinggi

rendah badan, dan lain sebagainya) (Supadie, 2015). Maka akhlak bisa dikatakan sistem

etika yang menggambarkan dan tujuan yang hendak dicapai agama. Kata khulq

merupakan bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam Al-Quran surah Al-Qalam ayat

4: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung.” (QS.

Al-Qalam: 4) Secara terminologi terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan

para ahli, diantaranya Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang

dibiasakan (Amin, 2005). Hal ini sejalan dengan pengertian akhlak yang diungkapkan

oleh Imam Al-Ghazali yang mendefinisikan akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam

jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan (al-Ghazali, Tth). Kemudian dipertegas lagi Ibnu Miskawih, beliau

menyatakan bahwa akhlak merupakan suatu hal atau situasi kejiwaan yang mendorong

seseorang melakukan suatu perbuatan dengan senang tanpa berfikir dan perencanaan

(Maskawaih, tth). Akhlak menduduki peran penting dalam kehidupan manusia,


54

diantaranya menjadi standar nilai bagi suatu bangsa dan menjadi tolok ukur nilai pribadi

bagi seseorang (Nasharuddin, 2007). Islam memandang akhlak itu sangat penting untuk

mewujudkan kedamaian dan keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Itu sebabnya

Nabi Muhammad SAW diutus untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga tercipta

ketentraman, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah AlAhzab ayat 21 yang

berbunyi: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21) Ayat tersebut memberikan

petunjuk bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan hidup bagi orang-orang

yang beriman, bagi mereka yang sempat bertemu langsung dengan Rasulullah SAW,

maka cara meneladani Rasulullah dapat mereka lakukan secara langsung. Sedangkan bagi

mereka yang tidak sezaman dengan Rasulullah SAW, maka cara meneladani Rasulullah

SAW adalah dengan mempelajari, memahami dan mengikuti berbagai petunjuk yang

termuat dalam sunnah atau Hadits beliau (Ismail, 2007). Hubungan Aqidah dengan

Akhlak Aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri

bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur.

Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam aqidah Islam. Rasulullah SAW bersabda

yang artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dan

al-Baihaqi). Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini,

agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai

kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya.

Atas dasar ini agama tidak mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani rasa tanggung

jawab. Bahkan agama berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata

‘aqadaya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘Aqdan berarti simpulan, ikatan perjanjian dan kokoh,

setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan (Sinaga, dkk, 2017). Menurut Haroen,
55

aqidah yang berasal dari ‘aqada berarti mengikat, membuhul, menyimpulkan,

mengokohkan atau menjanjikan. Pengertian ini juga diperkuat oleh Yunahar Ilyas, beliau

menyatakan bahwa aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kokoh di dalam hati, bersifat

mengikat dan mengandung perjanjian (Imran, 2017). Dari beberapa pendapat di atas,

maka aqidah adalah keyakinan yang dianut oleh setiap manusia terhadap sesuatu hal yang

menjadi dasar aktivitas dan pandangan hidupnya. Aqidah Islam adalah sesuatu yang

bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari

Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada Al-Quran

dan Sunnah saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang Allah kecuali Allah itu

sendiri, dan tidak ada yang lebih tahu tentang Allah, setelah Allah sendiri, kecuali

Rasulullah SAW. Namun, sebagian ulama menambahkan ijma’ sebagai sumber ajaran

Islam ketiga setelah Al-Quran dan Sunnah. Penjelasan dari sumber-sumber aqidah akhlak

yaitu sebagai berikut: a. Al-Quran Menurut bahasa Al-Quran memiliki arti bacaan.

Menurut istilah Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW secara lisan, makna, dan gaya bahasa (ushlub) yang termaktub dalam mushaf yang

dinukil darinya secara mutawatir (Amudidin, dkk, 2006). Al-Quran adalah kalam Allah

yang hakiki, diturunkan kepada Rasulullah dari Lauh Mahfuz melalui malaikat Jibril

dengan proses wahyu, yang berfungsi sebagai pedoman bagi umat manusia. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa pengertian Al-Quran adalah perkataan (kalam) Allah yang hakiki,

diturunkan kepada Rasulullah SAW dengan proses wahyu, membacanya termasuk

ibadah, disampaikan kepada kita dengan jalan mutawatir (jumlah orang yang banyak dan

tidak mungkin bersepakat untuk berbohong), dan terjaga dari penyimpangan, perubahan,

penambahan dan pengurangan. b. Sunnah Sunnah menurut bahasa Arab, adalah ath-

thariqah, yang berarti metode, kebiasaan, perjalanan hidup, atau perilaku. Kata tersebut

berasal dari kata as-sunan yang bersinonim dengan ath-thariq (yang berarti jalan).
56

Mengikuti sunnah berarti mengikuti cara Rasullulah bersikap, bertindak, berfikir dan

memutuskan (Amudidin, dkk, 2006). Sunnah (sering disebut juga dengan Hadits),

merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,

maupun ketetapan (taqrir). Sunnah merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah

Al-Quran. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-

perbuatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. c. Ijma’ Ijma’ dalam

pengertian bahasa yaitu upaya (tekad) terhadap sesuatu. Sedangkan menurut istilah, ijma’

berarti sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid umat Muhammad

SAW setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa (Rohman, et.al., 2007).

Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu tentang masalah ilmu tetapi juga memahami

dan mengamal kan.

2.4 Penerapan Etika Dan Aqidah Dalam Kehidupan Sehari-hari

a. Etika dan Akhlak Ketika Berbeda Pendapat 1) Ikhlas dan mencari yang haq serta

melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat. 2) Juga menghindari sikap show

(ingin tampil) dan membela diri dan nafsu. 3) Mengembalikan perkara yang

diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan Sunnah. Karena Allah Subhaanahu wa Ta'ala

telah berfirman yang artinya: "Dan jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Kitab) dan Rasul". (An-Nisa: 59). 4) Berbaik sangka

kepada orang yang berbeda pendapat denganmu dan tidak menuduh buruk niatnya,

mencela dan menganggapnya cacat. 5) Sebisa mungkin berusaha untuk tidak

memperuncing perselisihan, yaitu dengan cara menafsirkan pendapat yang keluar dari

lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik. 6) Berusaha sebisa

mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang

dalam dan difikirkan secara matang. Berlapang dada di dalam menerima kritikan yang

ditujukan kepada anda atau catatan-catatang yang dialamatkan kepada anda. 7) Sedapat
57

mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah. 8) Berpegang

teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan, bantahmembantah 9) dan

kasar menghadapi lawan. b. Etika dan Akhlak Ketika Bercanda 1) Hendaknya percandaan

tidak mengandung nama Allah, ayat-ayat-Nya, Sunnah rasul-Nya atau syi`ar-syi`ar Islam.

Karena Allah telah berfirman tentang orang-orang yang memperolok-olokan shahabat

Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam, yang ahli baca al-Qur`an yang artimya: "Dan jika

kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka

menjawab: "Sesungguh-nya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja".

Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya TERAMPIL 18 kamu

selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah

beriman". (At-Taubah: 65-66). 2) Hendaknya percandaan itu adalah benar tidak

mengandung dusta. 3) Dan hendaknya pecanda tidak mengada-ada cerita-cerita khayalan

supaya orang lain tertawa. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Celakalah

bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dengannya orang banyak jadi tertawa.

Celakalah baginya dan celakalah". (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani). 4)

Hendaknya percandaan tidak mengandung unsur menyakiti perasaan salah seorang di

antara manusia. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah seorang di

antara kamu mengambil barang temannya apakah itu hanya canda atau sungguh-sungguh;

dan jika ia telah mengambil tongkat temannya, maka ia harus mengembalikannya

kepadanya". (HR. Ahmad dan Abu Daud; dinilai hasan oleh Al-Albani). 5) Bercanda

tidak boleh dilakukan terhadap orang yang lebih tua darimu, atau terhadap orang yang

tidak bisa bercanda atau tidak dapat menerimanya, atau terhadap perempuan yang bukan

mahrammu. 6) Hendaknya anda tidak memperbanyak canda hingga menjadi tabiatmu,

dan jatuhlah wibawamu dan akibatnya kamu mudah dipermainkan oleh orang lain. c.

Etika dan Akhlak Ketika Bergaul dengan Orang Lain 1) Hormati perasaan orang lain,
58

tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat. 2) Jaga dan perhatikanlah kondisi

orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka, masing-masing

menurut apa yang sepantasnya. 3) Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan

masing-masing dari mereka diberi hak dan dihargai. 4) Perhatikanlah mereka, kenalilah

keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah keadaan mereka. 5) Bersikap tawadhu'lah

kepada orang lain dan jangan merasa lebih tinggi atau takabbur dan bersikap angkuh

terhadap mereka. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan masuk

jannah (surga) barang siapa di dalam hatinya terdapat setitik kesombongan. Ada

seseorang yang berkata: “Sesungguhnya orang itu menyukai pakaian yang bagus, sandal

yang bagus.” Maka Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah menyukai

keindahan, sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” 6)

Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada

mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka. 7) Berbaik sangkalah kepada orang lain

dan jangan memata-matai mereka. 8) Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan

mencari-cari kesalahankesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka. 9)

Dengarkanlah pembicaraan mereka dan hindarilah perdebatan dan bantahmembantah

dengan mereka. d. Etika dan Akhlak Ketika Bertamu 1) Untuk yang mengundang a)

Hendaknya mengundang orang-orang yang bertaqwa, bukan orang yang fasiq. Rasulullah

Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan

seorang mu`min, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa”. (HR.

Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani). b) Jangan hanya mengundang orang-orang

kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir. Rasulullah Shallallaahu alaihi

wa Sallam bersabda: “Seburuk-buruk makanan adalah makanan pengantinan (walimah),

karena yang diundang hanya orang-orang kaya tanpa orang-orang faqir.” (Muttafaq’

alaih). c) Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbangga-bangga dan


59

berfoyafoya, akan tetapi niat untuk mengikuti sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa

Sallam dan membahagiakan teman-teman sahabat. Tidak memaksamaksakan diri untuk

mengundang tamu. Di dalam hadits Anas Radhiallaahu anhu ia menuturkan: “Pada suatu

ketika kami ada di sisi Umar, maka ia berkata: “Kami dilarang memaksa diri” (membuat

diri sendiri repot).” (HR. Al-Bukhari) d) Jangan anda membebani tamu untuk

membantumu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan. e) Jangan kamu

menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlahkegembiraan dengan

kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah. f) Hendaklah segera menghidangkan

makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti menghormatinya. g) Jangan

tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hida-ngan) sebelum tamu selesai menikmati

jamuan. h) Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan

penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian. 2) Untuk yang diundang a) Allah

subhanahu wata’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian

memasuki rumah-rumah selain rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam

kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian, agar kalian (selalu)

ingat.” (An Nuur: 27) b) Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat darinya

kecuali ada udzur, karena hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam mengatakan:

“Barangsiapa yang diundang kepada walimah atau yang serupa, hendaklah ia

memenuhinya”. (HR. Muslim). c) Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang

fakir dengan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu

merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya. d) Jangan tidak hadir sekalipun

karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya, karena hadits yang bersumber

dari Jabir Shallallaahu alaihi wa Sallam menyebutkan bahwasanya Rasulullah

Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda:”Barangsiapa yang diundang untuk jamuan

sedangkan ia berpuasa, maka hendaklah ia menghadirinya. Jika ia suka makanlah dan jika
60

tidak, tidaklah mengapa. (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani). e) Jangan

terlalu lama menunggu di saat bertamu karena ini memberatkan yang punya rumah juga

jangan tergesa-gesa datang karena membuat yang punya rumah kaget sebelum semuanya

siap. f) Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk

tinggal lebih dari itu. g) Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang

apa saja yang terjadi pada tuan rumah. h) Hendaknya mendo`akan untuk orang yang

mengundangnya seusai menyantap hidangannya. Dan di antara do`a yang ma’tsur

adalah : “Orang yang berpuasa telah berbuka puasa padamu. dan orang-orang yang baik

telah memakan makananmu dan para malaikan telah bershalawat untukmu”. (HR. Abu

Daud, dishahihkan Al-Albani). “Ya Allah, ampunilah mereka, belas kasihilah mereka,

berkahilah bagi mereka apa yang telah Engkau karunia-kan kepada mereka. Ya Allah,

berilah makan orang yang telah memberi kami makan, dan berilah minum orang yang

memberi kami minum”. e. Etika dan akhlak ketika di jalan 1) Berjalan dengan sikap

wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala

karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur. Allah

Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan

mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi

dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri". (Luqman: 18). 2) Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki

maupun perempuan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Katakanlah

kepada orang lakilaki beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan

memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka.

Sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah

kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan

memelihara kemaluannya...." (An-Nur: 30-31). 3) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam


61

bersabda: “Seseorang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan kaki, yang

berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk, kelompok sedikit memberi salam

kepada kelompok yang banyak.” (HR. Al Bukhari dan Muslim) 4) Tidak mengganggu,

yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di jalanjalan manusia, dan tidak buang air

besar atau kecil di situ atau di tempat yang dijadikan tempat mereka bernaung. 5)

Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang

bisa masuk surga. Dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwasanya

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Ketika ada seseorang sedang berjalan

di suatu jalan, ia menemukan dahan berduri di jalan tersebut, lalu orang itu

menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosanya..." Di

dalam suatu riwayat disebutkan: maka Allah memasukkannya ke surga". (Muttafaq'alaih).

6) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal. Ini hukumnya wajib,

karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Ada lima perkara wajib bagi

seorang muslim terhadap saudaranyadiantaranya: menjawab salam". (Muttafaq alaih). 7)

Beramar ma`ruf dan nahi munkar. Ini juga wajib dilakukan oleh setiap muslim, masing-

masing sesuai kemampuannya. 8) Menunjukkan orang yang tersesat (salah jalan),

memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan menegur orang yang berbuat

keliru serta membela orang yang teraniaya. Di dalam hadits disebutkan: "Setiap

persendian manusia mempunyai kewajiban sedekah...dan disebutkan diantaranya: berbuat

adil di antara manusia adalah sedekah, menolong dan membawanya di atas kendaraannya

adalah sedekah atau mengangkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah

sedekah dan menunjukkan jalan adalah sedekah...." (Muttafaq alaih). 9) Perempuan

hendaknya berjalan di pinggir jalan. Pada suatu ketika Nabi pernah melihat campur

baurnya laki-laki dengan wanita di jalanan, maka ia bersabda kepada wanita:

"Meminggirlah kalian, kalain tidak layak memenuhi jalan, hendaklah kalian menelusuri
62

pinggir jalan. (HR. Abu Daud, dan dinilai shahih oleh Al-Albani). 10) Tidak ngebut bila

mengendarai mobil khususnya di jalan-jalan yang ramai dengan pejalan kaki,

melapangkan jalan untuk orang lain dan memberikankesempatan kepada orang lain untuk

lewat. Semua itu tergolong di dalam tolong-menolong di dalam kebajikan. f. Etika dan

akhlak ketika makan dan minum 1) Berupaya untuk mencari makanan yang halal. Allah

Shallallaahu alaihi wa Sallam berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di

antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”. (Al-Baqarah: 172). Yang baik

disini artinya adalah yang halal. 2) Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan

diniatkan agar bisa dapat beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari

makan dan minummu itu. 3) Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan

kamu kotor, dan begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang

ada di tanganmu. 4) Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang

ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam

haditsnya menuturkan: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam sama sekali tidak

pernah mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka ia

tinggalkan”. (Muttafaq’alaih). 5) Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam

keadaan menyungkur. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda; “Aku tidak

makan sedangkan aku menyandar”. (HR. al-Bukhari). Dan di dalam haditsnya, Ibnu

Umar Radhiallaahu anhu menuturkan: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah

melarang dua tempat makan, yaitu duduk di meja tempat minum khamar dan makan

sambil menyungkur”. (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani). 6) Tidak makan dan

minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas dan perak. Di dalam hadits

Hudzaifah dinyatakan di antaranya bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah

bersabda: “... dan janganlah kamu minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas

dan perak, dan jangan pula kamu makan dengan piring yang terbuat darinya, karena
63

keduanya untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk kita di akhirat kelak”.

(Muttafaq’alaih). 7) Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca

Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam

bersabda: “Apabila seorang diantara kamu makan, hendaklah menyebut nama Allah

Subhanahu wa Ta'ala dan jika lupa menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala pada

awalnya maka hendaknya mengatakan : Bismillahi awwalihi wa akhirihi”. (HR. Abu

Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani). Adapun mengakhirinya dengan Hamdalah,

karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat

meridhai seorang hamba yang apabila telah makan suatu makanan ia memuji-Nya dan

apabila minum minuman ia pun memuji-Nya”. (HR. Muslim). 8) Hendaknya makan

dengan tangan kanan dan dimulai dari yang ada di depanmu. Rasulllah Shallallaahu alaihi

wa Sallam bersabda Kepada Umar bin Salamah: “Wahai anak, sebutlah nama Allah dan

makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang di depanmu. (Muttafaq’alaih).

9) Disunnatkan makan dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu sesudahnya.

Diriwayatkan dari Ka`ab bin Malik dari ayahnya, ia menuturkan: “Adalah Rasulullah

Shallallaahu alaihi wa Sallam makan dengan tiga jari dan ia menjilatinya sebelum

mengelapnya”. (HR. Muslim). 10) Disunnatkan mengambil makanan yang terjatuh dan

membuang bagian yang kotor darinya lalu memakannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi

wa Sallam bersabda: “Apabila suapan makan seorang kamu jatuh hendaklah ia

mengambilnya dan membuang bagian yang kotor, lalu makanlah ia dan jangan

membiarkannya untuk syetan”. (HR. Muslim). 11) Tidak meniup makan yang masih

panas atau bernafas di saat minum. Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi

Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”.

(HR. AtTurmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani). 12) Tidak berlebih-lebihan di dalam

makan dan minum. Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Tiada
64

tempat yang yang lebih buruk yang dipenuhi oleh seseorang daripada perutnya, cukuplah

bagi seseorang beberapa suap saja untuk menegakkan tulang punggungnya; jikapun

terpaksa, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minu-mannya dan sepertiga

lagi untuk bernafas”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani). 13) Hendaknya

pemilik makanan (tuan rumah) tidak melihat ke muka orangorang yang sedang makan,

namun seharusnya ia menundukkan pandangan matanya, karena hal tersebut dapat

menyakiti perasaan mereka dan membuat mereka menjadi malu. 14) Hendaknya kamu

tidak memulai makan atau minum sedangkan di dalam majlis 15) ada orang yang lebih

berhak memulai, baik kerena ia lebih tua atau mempunyai kedudukan, karena hal tersebut

bertentangan dengan etika. 16) Jangan sekali-kali kamu melakukan perbuatan yang orang

lain bisa merasa jijik, seperti mengirapkan tangan di bejana, atau kamu mendekatkan

kepalamu kepada tempat makanan di saat makan, atau berbicara dengan nadanada yang

mengandung makna kotor dan menjijik-kan. 17) Jangan minum langsung dari bibir

bejana, berdasarkan hadits Ibnu Abbas beliau berkata, “Nabi Shallallaahu alaihi wa

Sallam melarang minum dari bibir bejana wadah air.” (HR. Al Bukhari) 18) Disunnatkan

minum sambil duduk, kecuali jika udzur, karena di dalam hadits Anas disebutkan “Bahwa

sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum sambil berdiri”. (HR.

Muslim). g. Etika dan akhlak ketika memberi salam 1) Dalam riwayat Al Bukhari

disebutkan: “Yang lebih muda memberi salam kepada yang lebih tua.” 2) Makruh

memberi salam dengan ucapan: "Alaikumus salam" karena di dalam hadits Jabir

Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwasanya ia menuturkan : Aku pernah menjumpai

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam maka aku berkata: "Alaikas salam ya

Rasulallah". Nabi menjawab: "Jangan kamu mengatakan: Alaikas salam". Di dalam

riwayat Abu Daud disebutkan: "karena sesungguhnya ucapan "alaikas salam" itu adalah

salam untuk orangorang yang telah mati". (HR. Abu Daud dan At-Turmudzi, dishahihkan
65

oleh Al-Albani). 3) Dianjurkan mengucapkan salam tiga kali jika khalayak banyak

jumlahnya. Di dalam hadits Anas disebutkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam

apabila ia mengucapkan suatu kalimat, ia mengulanginya tiga kali. “Dan apabila ia datang

kepada suatu kaum, ia memberi salam kepada mereka tiga kali" (HR. Al-Bukhari). 4)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Engkau memberi makan orang miskin

dan memberi salam kepada orang yang kau kenal maupun tidak kau kenal.” (HR. Al

Bukhari dan Muslim) 5) Termasuk sunnah adalah orang mengendarai kendaraan

memberikan salam kepada orang yang berjalan kaki, dan orang yang berjalan kaki

memberi salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit kepada yang banyak, dan

orang yang lebih muda kepada yang lebih tua. Demikianlah disebutkan di dalam hadits

Abu Hurairah yang muttafaq'alaih. 6) Disunnatkan keras ketika memberi salam dan

demikian pula menjawabnya, kecuali jika di sekitarnya ada orang-orang yang sedang

tidur. Di dalam hadits Miqdad bin Al-Aswad disebutkan di antaranya: "dan kami pun

memerah susu (binatang ternak) hingga setiap orang dapat bagian minum dari kami, dan

kami sediakan bagian untuk Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam Miqdad berkata: Maka

Nabi pun datang di malam hari dan memberikan salam yang tidak membangunkan orang

yang sedang tidur, namun dapat didengar oleh orang yang bangun".(HR. Muslim). 7)

Disunatkan memberikan salam di waktu masuk ke suatu majlis dan ketika akan

meninggalkannya. Karena hadits menyebutkan: "Apabila salah seorang kamu sampai di

suatu majlis hendaklah memberikan salam. Dan apabila hendak keluar, hendaklah

memberikan salam, dan tidaklah yang pertama lebih berhak daripada yang kedua. (HR.

Abu Daud dan disahihkan oleh AlAlbani). 8) Disunnatkan memberi salam di saat masuk

ke suatu rumah sekalipun rumah itu kosong, karena Allah telah berfirman yang artinya: "

Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kalian"

(AnNur: 61) Dan karena ucapan Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma : "Apabila seseorang
66

akan masuk ke suatu rumah yang tidak berpenghuni, makahendaklah ia mengucapkan :

Assalamu `alaina wa `ala `ibadillahis shalihin" (HR. Bukhari di dalam Al-Adab Al-

Mufrad, dan disahihkan oleh Al-Albani). 9) Dimakruhkan memberi salam kepada orang

yang sedang di WC (buang hajat), karena hadits Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma yang

menyebutkan "Bahwasanya ada seseorang yang lewat sedangkan Rasulullah Shallallaahu

'alaihi wa sallam sedang buang air kecil, dan orang itu memberi salam. Maka Nabi tidak

menjawabnya". (HR. Muslim) 10) Disunnatkan memberi salam kepada anak-anak, karena

hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu menyebutkan: Bahwasanya ketika ia

lewat di sekitar anak-anak ia memberi salam, dan ia mengatakan: "Demikianlah yang

dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam". (Muttafaq'alaih). 11) Tidak

memulai memberikan salam kepada Ahlu Kitab, sebab Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa

sallam bersabda :" Janganlah kalian terlebih dahulu memberi salam kepada orang-orang

Yahudi dan Nasrani....." (HR. Muslim). Dan apabila mereka yang memberi salam maka

kita jawab dengan mengucapkan "wa `alaikum" saja, karena sabda Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Apabila Ahlu Kitab memberi salam kepada kamu, maka

jawablah: wa `alaikum".(Muttafaq'alaih). 12) Disunnatkan memberi salam kepada orang

yang kamu kenal ataupun yang tidak kamu kenal. Di dalam hadits Abdullah bin Umar

Radhiallaahu 'anhu disebutkan bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi

Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Islam yang manakah yang paling baik? Jawab Nabi:

Engkau memberikan makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal

dan yang belum kamu kenal". (Muttafaq'alaih). 13) Disunnatkan menjawab salam orang

yang menyampaikan salam lewat orang lain dan kepada yang dititipinya. Pada suatu

ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam lalu

berkata: Sesungguhnya ayahku menyampaikan salam untukmu. Maka Nabi menjawab :

"`alaika wa`ala abikas salam" 14) Dilarang memberi salam dengan isyarat kecuali ada
67

uzur, seperti karena sedang shalat atau bisu atau karena orang yang akan diberi salam itu

jauh jaraknya. Di dalam hadits Jabir bin Abdillah Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan

bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian

memberi salam seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena sesungguhnya pemberian

salam mereka memakai isyarat dengan tangan". (HR. Al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh

Al-Albani). 15) Disunnatkan kepada seseorang berjabat tangan dengan saudaranya.

Hadits Rasulullah mengatakan: "Tiada dua orang muslim yang saling berjumpa lalu

berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka berpisah" (HR. Abu

Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani). 16) Dianjurkan tidak menarik (melepas) tangan

kita terlebih dahulu di saat berjabat tangan sebelum orang yang dijabat tangani itu

melepasnya. Hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu menyebutkan: "Nabi

Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila ia diterima oleh seseorang lalu berjabat tangan,

maka Nabi tidak melepas tangannya sebelum orang itu yang melepasnya...." (HR. At-

Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani) 17) Haram hukumnya mengucapkan salam

terlebih dahulu kepada orang kafir, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Janganlah kalian memulai (mengucapkan) salam kepada orang-orang Yahudi dan

Nashara.” (HR. Muslim) 18) Haram hukumnya membungkukkan tubuh atau sujud ketika

memberi penghormatan, karena hadits yang bersumber dari Anas menyebutkan: Ada

seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, kalau salah seorang di antara kami berjumpa

dengan temannya, apakah ia harus membungkukkan tubuhnya kepadanya? Nabi

Shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Tidak". Orang itu bertanya: Apakah ia

merangkul dan menciumnya? Jawab nabi: Tidak. Orang itu bertanya: Apakah ia berjabat

tangan dengannya? Jawab Nabi: Ya, jika ia mau. (HR. At-Turmudzi dan dinilai shahih

oleh Al-Albani). Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Apabila kalian disapa dengan

suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau
68

balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”

(An Nisaa`: 86) 19) Haram berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam ketika akan dijabat tangani oleh kaum wanita di

saat baiat, beliau bersabda: "Sesung-guhnya aku tidak berjabat tangan dengan kaum

wanita". (HR.Turmudzi dan Nasai, dan dishahihkan oleh Albani). h. Etika dan akhlak

ketika berbicara 1) Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhaanahu

wa Ta'ala berfirman yang artinya:"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikbisikan

mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau

berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia". (An-Nisa: 114)”. 2)

Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak

pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-

buat atau dipaksa-paksakan. 3) Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna

bagimu. Hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam menyatakan: "Termasuk

kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna". (HR.

Ahmad dan Ibnu Majah). 4) Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu

dengar. Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu di dalam hadisnya menuturkan : Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi

seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar".(HR. Muslim)

5) Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang

benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi

wa sallam bersabda: "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja

yang menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di

tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR.

Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani) 6) Tenang dalam berbicara dan tidak

tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu 'anha. telah menuturkan: "Sesungguhnya Nabi


69

Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada

orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya". (Mutta-faq'alaih). 7)

Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Seorang mu'min itu pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya". (HR. Al-Bukhari

di dalam Al-Adab Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani). 8) Menghindari sikap

memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir

Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan

yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang

yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para sahabat bertanya:

“Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong".

(HR. At- Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani). 9) Menghindari perbuatan

menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang

artinya: "Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain".(Al-Hujurat:

12). 10) Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya,

juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak

menganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya. 11) Jangan memonopoli dalam

berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. 12)

Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak

mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut

dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan. 13) Menghindari sikap

mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang yang berbicara. Allah

Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman,

janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang

diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-

wanita (mengolokolokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang


70

diperolokolokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan)” (AlHujurat: 11). i.

Etika dan akhlak ketika menjenguk orang sakit 1) Untuk orang yang berkunjung

(menjenguk) a) Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang

tepat untuk berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya

untuk menghibur dan membahagiakannya. b) Hendaknya mendekat kepada si sakit dan

menanyakan keadaan dan penyakit yang dirasakannya, seperti mengata-kan: “Bagaimana

kamu rasakan keadaanmu?”. Sebagai-mana pernah dilakukan oleh Rasulullah

Shallallaahu alaihi wa Sallam. c) Mendo`akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah,

selamat dan disehatkan. Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu telah meriwayat-kan bahwasanya

Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam apabila beliau menjenguk orang sakit, ia

mengucapkan: “Tidak apa-apa. Sehat (bersih) insya Allah”. (HR. AlBukhari). Dan

berdo`a tiga kali sebagai-mana dilakukan oleh Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam. d)

Mengusap si sakit dengan tangan kanannya, dan berdo`a: “Hilangkanlah kesengsaraan

(penyakitnya) wahai Tuhan bagi manusia, sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh,

tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan

penyakit”. (Muttafaq’alaih). e) Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah

Subhanahu wa Ta'ala dan jangan mengatakan “tidak akan cepat sembuh”, dan hendaknya

tidak mengharapkan kematiannya sekalipun penyakitnya sudah kronis. f) Hendaknya

mentalkinkan kalimat Syahadat bila ajalnya akan tiba, memejamkan kedua matanya dan

mendo`akan-nya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: “Talkinlah

orang yang akan meninggal di antara kamu “La ilaha illallah”. (HR. Muslim). 2) Untuk

orang yang sakit a) Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih.

b) Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya adalah

makhluk yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah

Subhanahu wa Ta'ala tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak mem-butuhkan


71

ketaatannya. c) Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang

dilakukan olehnya, dan segera mem-bayar/menunaikan hak-hak dan kewajiban kepada

pemi-liknya, dan menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.


72

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan

mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat

diketahui oleh akal pikiran. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter

manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan

sesama makhluk. Kedua hal tersebut (etika dan akhlak) merupakan hal yang paling

penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang

paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu

seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah

manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim). Perbedaan antara

akhlak dengan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan

buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan

Sunnah Rasul, sedangkan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat

oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik

pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai etika bersifat lokal dan

temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan

Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu
73

akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus

ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul

sebagaimana disabdakannya: “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak

manusia”(Hadits riwayat Ahmad). Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlakyang baik

pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam

diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak

yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at

Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

3.2 SARAN

Kami sebagai penyusun makalah ini mengharapkan,agar generasi muda penerus bangsa

memiliki Etika,Aqidah,serta Akhlak yang baik sesuai dengan ajaran islam dalam

kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, T. Ibrahim. 2008. Membangun Akidah dan Akhlak. Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri. Solo. Fakhry, Majid. 1996. Etika dalam Islam. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta: AMZAH
74

MAKALAH TENTANG
Nilai Ketuhanan Untuk Membentuk Kepribadian dalam Kehidupan Sehari-hari

Disusun Oleh Kelompok 7 :


FITRI RAMADHANI (2048201007)
NUR DINDA (2048201018)

Dosen Pengampu :
Achmad Zulfikar Siregar, SPDI M.Pd

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


. PRODI S1-FARMASI
TA.2020/2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur kita limpahkan kejunjungan kehadirat allah subhana wa ta’ala yang berkat
anugrah dari-nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Nilai Ketuhanan
Untuk Membentuk Kepribadian dalam Kehidupan Sehari-hari
” sholawat serta salam kita hantarkan kepada junjungan agung nabi besar muhammad swt
yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang sebesar-besarnya jalan berupa
ajaran agama islam yang begitu sempurna dan menjadikan rahmat bagi alam semesta
75

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisa maupun materi, mengigat kemampuan yang dimiliki penulis,
untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan dami
menyempurnakan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapa terima kasih Yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam memyesuaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah amin ya robbal’alamin

Medan, 15 desember 2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................

PENDAHULUAN...........................................................................................................................

1.1 Latar belakang.............................................................................................................

2.2 Rumusan
2.3 Masalah...................................................................................................
2.4 Tujuan.......................................................................................................................
BAB II.........................................................................................................................................

PEMBAHASAN.........................................................................................................................

2.1 Penerapan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa ...............................................................

2.2 Penyimpangan Nilai Ketuhanan yang Maha Esa .......................................................

2.3 Solusi Rasisme yang Menyimpang dari Agama

Bab III........................................................................................................................................
76

PENUTUP...................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................

3.2 SARAN..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

Penerapan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

Penyimpangan Nilai Ketuhanan yang Maha Esa

Solusi Rasisme yang Menyimpang dari Agama

Bagaimana Pandangan Islam tentang IPTEK?


Pentingkah umat beragama mengikuti perkembangan IPTEK ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

Untuk memahami tentang Penerapan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa


Untuk memahami tentang Penyimpangan Nilai Ketuhanan yang Maha Esa
Untuk memehami tentang penerapan Akidah dan Etika dalam kehidupan Sehari-hari
77

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai

adalah ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan keyakinan-keyakinan yang ada di


dalam masyarakat. Nilai digunakan sebagai patokan seseorang berperilaku dalam
masyarakat. Selain itu, nilai memberi arah bagi tindakan seseorang.. Nilai dianut oleh
banyak orang dalam suatu masyarakat mengenai sesuatu yang benar, pantas, luhur, dan
baik untuk dilakukan. Menurut Laning Dwi Vina dan Wismulyani Endar (2009), fungsi
nilai :
a. Nilai sebagai pembentuk cara berfikir dan berprilaku yang ideal dalam masyarakat.
b. Nilai dapat menciptakan semangat pada manusia untuk mencapai sesuatu yang
diinginkannya.
c. Nilai dapat digunakan sebagai alat pengawas prilaku seseorang dalam masyarakat.
d. Nilai dapat mendorong, menuntun, dan menekan orang untuk berbuat baik.
e. Nilai dapat berfungsi sebagai alat solideritas di antara anggota masyarakat.
Makna Dan Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila
Makna Dan Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila
Pancasila yang merupakan dasar Negara Republik Indonesia memiliki makna dan
nilai-nilai luhur dalam setiap sila-silanya, karena setiap butir pancasila itu dirumuskan
dari nilai-nilai yang sudah ada sejak zaman dulu dalam kehidupan pribadi bangsa
Indonesia. Adapun makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila itu adalah
sebagai berikut :
1. Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu
yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami
Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan,
yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk
mencapai ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut
78

pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara
yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat
menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu
keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada
Tuhan, dan masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.
2. Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk
menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju
peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus,Iebih mungkin untuk
mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum
universal. Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat
dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat
diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.
3. Persatuan Indonesia (Kebangsaan)
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan
bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa
Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari
Sabang sampai Marauke. Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan
dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih
objektif dari dunia luar. Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses
sejarah perjuangan panjang dan terdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa,
namun perbedaan tersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan
Indonesia.
4. Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain,
dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain
atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsipprinsip kerakyatan yang menjadi cita-
cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam
dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri,
walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan
pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat
berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari
belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.
79

5. Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua
bermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap
anggotanya mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta
belajar hidup pada kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat,
memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai
secara merata. Dari uraian nilai-nilai kelima butir Pancasila itu kita dapat melihat betapa
apik dan luhur nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Sehingga sangat disayangkan
apabila nilai-nilai itu hanya menjadi wacana belaka dan tidak terealisasikan sebagaimana
mestinya dalam kehidupan sehari-hari karena kurangnya kesadaraan dan sikap menjiwai
Pancasila yang kurang. Nilai-nilai tersebut mungkin bisa lebih merasuk kedalam hati dan
jiwa setiap rakyat Indonesia

2.2 Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-Hari


Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila Sila ke V yang
harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup
adalah sebagai berikut :
1. Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara
lain :
a. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu
dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha
Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya;
Contohnya :
Menyayangi tumbuh-tumbuhan dan merawatnya; selalu menjaga kebersihan dan
sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak suka pada orang-orang
yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap orang-orang yang
selalu bertakwa dan selalu berbuat baik. Lingkungan hidup Indonesia yang
dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan
karunia dan rahmat-NYA yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya
agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia
80

serta makhluk hidup lainya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas Hidup itu
sendiri.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai
perikemanusiaan yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini antara lain sebagai berikut :
- Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban
asasinya.Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari yaitu
:Dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh
lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak
setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai
dengan ketentuanketentuan hukum yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 558). Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat
untuk mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara
agar udara yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang
ada di lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya. Nilai-nilai
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat penjabaran dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1) sampai
ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (2). Dalam
Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan,
bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan dalam
ayat (2) ditegaskan, bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan
lingkungan hidup. Dalam Pasal 7 aya(1) ditegaskan, bahwa masyarakat mempunyai
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan
hidup; dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan dengan
cara :
81

1. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;


2. Menumbuhkembangkan kemampauan dan kepeloporan masyarakat;
3. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masya-rakat untuk melakukan pengwasan social
4. Memberikan saran pendapat;
5. Menyampaikan informasi dan/atau menyam-paikan laporan
3. Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa,
dalam arti dalam hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan
aspek-aspek sebagai berikut :
- Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia
serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme);
- Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan kebudayaan
bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan
kesatuan bangsa;
- Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme).Penerapan
sila ini dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :Dengan melakukan inventarisasi
tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam pengambilan
kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah dan
mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan
penyuluhan dalam pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang
mendorong perilaku manusia untuk melindungi sumber daya dan lingkungan
(Salladien dalam Burhan Bungin dan Laely Widjajati , 1992 : 156-158). Di beberapa
daerah tidak sedikit yang mempunyai ajaran turun temurun mewarisi nilai-nilai
leluhur agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ketentuan-
ketentuan adat di daerah yang bersangkutan, misalnya ada larangan untuk
menebang pohonpohon tertentu tanpa ijin sesepuh adat; ada juga yang dilarang
memakan binatang-bintang tertentu yang sangat dihormati pada kehidupan
masyarakat yang bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak langsung sebenarnya
ajaranajaran nenek leluhur ini ikut secara aktif melindungi kelestarian alam dan
kelestarian lingkungan di daerah itu. Bukankah hal ini sudah mengamalkan
Pancasila dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan sehari-hari.
82

4. Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan


Dalam Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan.
Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus dicermati, yakni :
- Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup

5. nilai keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek
berikut, antara lain :
Penerapan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur
masalah lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor
IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang
mengatur aspekaspek pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya
alam. Dalam ketetapan MPR ini hal itu diatur sebagai berikut (Penabur Ilmu,
1999 : 40) :
- Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.
- Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan pengunaan dengan
menerapkan teknologi ramah lingkungan.
- Mendelegasikan secara betahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan
pemeliharaan ling-kungan hidup, sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga yang
diatur dengan undangundang.
- Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseim-bangan lingkungan hidup,
pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat
lokal serta penataan ruang yang pengaturannya diatur dengan undang-undang.
83

2.4 Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter


Kebanyakan orang menyepelekan makna yang terkandung dalam pancasila itu sendiri.
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sebenernya merupakan berawal dari tidak
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada karakter. Oleh karena itu,
memaknai kandungan nilai-nilai dalam pancasila seperti nilai ketuhan,
kemanusiaan,persatuan,kemasyarakatan serta sebuah keadilan merupakan suatu hal yang
perlu diterapkan melalui pendidikan karakter agar bangsa Indonesia menjadi manusia
yang taat beragama, berkemanusiaan, adil dan berguna bagi dirinya, oranglain, bangsa
dan negara. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan siswa
menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan,
kemauan, dan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga
negara (Puskur, 2010 : 8).
 Nilai Pendidikan Karakter
1. Religius : Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari diri.
4. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh –sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki
7. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas sendiri.
8. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
84

10. Cinta tanah air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
11. Bersahabat : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
12. Cinta damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran diri.
13. Peduli sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
14. Semangat kebangsaan : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
15. Menghargai prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
16. Peduli lingkungan : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upayaupaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugasdan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
85

BAB III Penutup


Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa penyebab terjadinya


penyimpangan sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ di Indonesia salah satunya adalah kerena
pancasila sebagai Ideologi, falsafah, dasar negara, serta sebagai pandangan hidup, tidak
dapat dipahami dan dihayati secara menyeluruh oleh bangsa ini.
Makna sebenarnya dari Sila Ketuhanan yang maha Esa adalah bahwa segala aspek
penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan.
Faktor lainnya yaitu, lembaga keagamaan di Indonesia seringkali masih menguntungkan
agama-agama tertentu. Hal ini tentu saja memunculkan rasa ketidakadilan terhadap
penganut agama yang tidak dominan dan memacu terjadinya konflik antar umat
beragama.

B. Saran
Warga Indonesia seharusnya lebih bisa memahami makna sebenarnya dari pancasila (di
setiap sila, bukan hanya sila pertama saja). Perbedaan agama juga seharusnya tidaklah
menjadi penghalang setiap warga Indonesia untuk tetap berinteraksi satu sama lain, saling
menghormati, dan saling membantu antar sesama tanpa mempedulikan perbedaan yang
ada.
Lembaga keagamaan di Indonesia juga seharusnya tidak menguntungkan agama-agama
tertentu. Keadilan terhadap umat beragama harus lebih diperhatikan agar tidak terjadi
konflik lagi antar umat beragama di Indonesia.

Daftar Pustaka
86

http://mafiaindonesia.blogspot.com/2010/06/bukti-pelanggaran-terhadap-5-sila.html
http://verkay11-ricky.blogspot.com/2009/12/arti-dari-sila-pertama-pancasila.html
http://garduopini.wordpress.com/2010/03/29/internalisasi-pancasila-pluralisme-agama-
dalam-%E2%80%9Cketuhanan-yang-maha-esa%E2%80%9D/
http://icecreamcocholate.blogspot.com/2012/02/penyimpangan-nilai-pancasila.html
http://punkestoe.wordpress.com/2009/02/02/sikap-posotif-terhadap-nilai-nilai-pancasila
87

PENDIDIKAN HUMANISME DALAM MEMBANGUN NILAI-NILAI

KEMANUSIAAN RELIGIUS PERSPEKTIF K.H MAHFUD RIDWAN DAN Y.B

MANGUNWIJAYA

Disusun oleh :

FAHRUDDIN ( 2048201035)

MIFTAHUL HUSNI ( 2048201015)


88

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO .................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

i PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v

MOTTO ...........................................................................................................vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

ABSTRAK ...................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 8

E. Penegasan Istilah .................................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan........................................................................... 12
89

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan

Teori .................................................................................... 14

1.Pengertian Pendidikan .................................................................. 14

2. Pengertian Humanisme ................................................................ 17

a. Humanisme Sekuler.................................................................. 20

b. Humanisme Renaisans.............................................................. 22

c. Humanisme Modern ................................................................ 23

d. Humanisme Religius ............................................................... 25

3. Pendidikan Humanisme ................................................................ 27 xi

4. Pendidikan Religius ...................................................................... 31 5.

Pendidikan Humanisme Religius ................................................. 43

B. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................ 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis

Penelitian ....................................................................................49

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 48

C. Sumber Data ......................................................................................... 52

D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 53

E. Analisis Data ....................................................................................... 54

F. Pengecekan keabsahan Data ................................................................ 57

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A.


90

Gambaran Umum ................................................................................ 59 1

. Biografi K.H Mahfud Ridwan....................................................... 59 2.

Biografi Romo Y.B Mangunwijaya ............................................. 60

B. Hasil Penelitian..................................................................................... 66 1.

Pendidikan Humanisme dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan Religius Perspektif

K.H Mahfud Ridwan................ 67 2.

Pendidikan Humanisme dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan ReligiusPerspektif

Y.

Mangunwijaya .................. 73

C. Pembahasan .........................................................................................75 .

Gagasan penidikan Humanisme dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan

Religius.................................................................... 75 xii

2. Implementasi Pendidikan Humanisme dalam Membangun NilaiNilai Kemanusiaan

Religius........................................................... 86 3.

Sudut Pandang Epistemologi K.H Mahfud Ridwan dan Y.B

Mangunwijaya ................................................................................ 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 89

B. Saran .................................................................................................... 90
91

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan langkah terpenting di mana manusia sejak lahir sudah mendapat

pendidikan dari orang tuanya, saudaranya serta orang lain, sehingga yang semula tidak

tahu menjadi tahu yang semuala tidak paham menjadi paham dan seterusnya, terlebih

pendidikan humanisme dan religius, manusia lahir dalam keadaan fitrah (suci) bagai air

yang jernih. Semakin bertambahnya usia akan semakin tambah pengetahuannya pula,

manusia tak bisa hidup sendiri tentu membutuhkan orang lain untuk hidup bermasyarakat
92

antra satu sama lain hidup berdampingan harus saling melengkapi, tolong menolong,

saling paham dan memahami. Untuk mewujudkan kehidupan yang tentram dan harmonis,

akan tetapi yang terjadi saat ini masih sangat minim bahkan sangat memprihatinkan,

terbukti kejahatan masih terjadi merajalela di mana-mana dikabarkan melalui medsos

baik televisi, radio, handpone maupun melalui surat kabar, bahkan melihat sendiri secara

lasung seperti pelecehan seksual, pembunuhan perkelahian tawuran antar pelajar,

penganiayaan, penipuan, korupsi, kolusi dan lain sebagainya. Banyak manusia yang

hilang akan kemanusiannya yang gagah menindas yang lemah, yang kaya tak peduli

dengan yang miskin. Banyak orang yang mengatasnamakan lembaga atau investasi untuk

merampas, dan membohongi orang lain. Seiring perkembangan zaman manusia semakin

pintar, bahkan tidak sedikit manusia yang menggunakan kata cinta sebagi kunci atau

pelampiasan untuk memenuhi segala hasrat keinginan yang tidak berperi kemanusiaan.

Dalam aturan agama apapun yang dianutnya maupun ideologi bangasa, memerintahkan

untuk hidup menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme religius, memanusiakan manusia

serta taat pada Tuhannya.Di antaranya ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanuisiaan

yang adil dan beradap, dan banyak lagi diatur dalam undang-undang hak asasi manusia

(HAM) maupun syariat agama.Manusia di samping sebagai mahluk individu juga sebagai

mahluk sosial, pasti tidak bisa hidup sendiri. Sebagai mahluk sosial pada hakekatnya

tidak bisa hidup menyendiri tanpa adaya bantuan dari orang lain atau masyarakat.

Berkumpulnya individu dengan individu lain, individu dengan kelompok serta kelompok

dengan kelompok lain, akan melahirkan pranata sosial yang memerlukan adanya norma-

norma sosial sebagai pijakan untuk mengaktualisasikan tingkahnya, sehingga dapat

dinilai baik dan buruknya secara garis besar sebagai agama yang mempunyai ajaran yang

bersifat universal (Adnan, 2007: 18). Humanisme pada saat itu ingin meningkatkan

perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan alamiah manusia (Bakhtiar,
93

2015: 148).Kehidupan manusia dalam beberapa fase dan tingkatannya mengalami

bermacam-macam bahaya dan malapetaka, disebabkan persengketaan dan permusuhan

sesama manusia.Masing-masing mereka ingin berkuasa dan mementingkan kemuslihatan

diri sendiri. Oleh sebab itu terjadilah 3 permusuhan antar sesama manusia, sehingga

bernyala-nyalalah api peperangan, akhirnya yang kuat menindas yang lemah, yang

berkuasa memperbudak yang kalah, dan yang kaya menganiaya simiskin. Begitu juga

kehidupan manusia memiliki bermacam-macam kebatilan, perhubungan manusia dengan

sesamanya penuh kedzaliman penganiayaan.Tak ada tolong-menolong dan bantu-

membantu bahkan sangat jauh dari keadilan dan kejujuran. Dengan demikian

memperlakukan manusia baik dalam dirimu maupun dalam segenap orang lain adalah

tujuan yang tidak pernah s ematamata sebagai sarana yang diharapkan seluruh manusia

dalam kehidupan bermasyarakat, masing-masing orang dihargai identitasnya begitulah

pentingnya humanisme dalam hidup bermasyarakat.

Religius merupakan keyakinan yang ada dan tertanam dalam jiwa manusia yang dijadikan

sebagai dasar untuk berperilaku, bersikap, dan berbuat sesuai dengan keyakinan agama

yanng dianutnya.Religius sangat berpengaruh dalam berperilaku dan bersikap, seorang

bila dalam berperilaku dan bersikap baik, maka orang tersebut memiliki nilai religius

yang baik pula agama yang dianutnya.Religius sebagai pendorong manusia dalam

membangun keimanan, sehingga manusia dapat selalu berbuat kebaikan dan selalu

mengingat kebesaran Tuhannya, religius itu menyangkut diri pribadi seseorang dan

tingkat religiusnya seseorang yang berbeda-beda. Menurut Johan dalam salah satu

tulisannya mengatakan begini, pendidikan agama sejak puluhan tahun diberikan di

sekolah-sekolah, sejak 4 sekolah dasar sampai perugruan tinggi, radio dan televisi setiap

pagi memprogramkan kuliah subuh, khotbah-khotbah keagamaan diberikan di berbagai


94

kalangan remaja, anak-anak, pemuda, perempuan, dikantor-kantor dan pada orang-orang

dewasa umumnya. Perayaan hari-hari besar keagamaan dilaksanakan dengan biaya yang

tidak sedikit jumlahnya, rumah-rumah ibadah bermunculan dalam wujud yang tidak

jarang mengesankan bukan hanya indah tetapi juga mewah, tapi mengapa muncul

tindakan-tindakan kekerasan atas nama agama yang semakin membudaya termasuk

korupsi yang semakin marak. Agama sebagai inspirator sekaligus peneguh bagi setiap

pemeluknya, untuk memikirkan dan memberlakukan segala kegiatan hidup

bermasyarakat atas dasar basic rights dan basic human needs.Memang, kenyataan masih

jauh dari harapan, apalagi bila diperhatikan dengan seksama, masih banyak pemahaman

keagamaan yang di dalamnya juga banyak pejabat pemerintah, para pembuat kebijakan

dan pengambil keputusan, yang terbatas kepada hal-hal yang sifatnya simbolitis

belaka.Padahal dalam menjalankan fungsi kritisnya, umat beragama dalam arti seluas-

luasnya, dan para pemimpin agama tidak bisa buta terhadap politik, sosial, budaya,

hukum, ekonomi dan lain sebagainya, atau hanya membatasi dalam soal-soal doktrin,

dogma dan ritual serta peduli terhadap dirinya sendiri. Agama perlu dijadikan dasar untuk

merumuskan dan memberlakukan pratek basic human rigths dan basic human needs yang

senyata-nyatanya, tidak sebagai simbol dan alat penguat yang berkaitan dengan

kepentingan sesaat, dan karena itu mudah disatu-padukan dengan 5 kekerasan. Tetapi

agama yang menghargai perbedaan, menghargai kepentingan kehidupan manusia jauh

kedepan tidak sebatas perodisasi masa pemerintahan, kekayaan atau jabatan dan

kekuasaan para penguasa dan elit pemerintahan atau pimpinan umat beragama (Effendi,

2010: XX-XXI). Religius memiliki dasar yang kuat sebagai cerminan bagi setiap orang

yang mendalami keyakinannya.

Religius merupakan dasar dari pembentukan budaya religius, karena tanpa adanya

penanaman nilai religius tidak akan terbentuk karakternya. Pendidikan humanisme


95

religius sangat penting ditanamkan pada manusia sejak usia dini sebagai dasar (pondasi)

karena diusia dini adalah waktu atau kesempatan baik yang harus dimanfaatkan sebaik-

baiknya sehingga akan membangun kebiasaan dan terbentuk karakternya saat dewasa.

Buah hasil saat dewasa adalah gambaran dimana manusia sudah ditanamkan penidikan

humanisme religius ketika masih usia dini. K.H. Mahfud Ridwan dan Y.B.

Mangunwijaya adalah tokoh yang sangat berperan dalam memajukan masyarakat,

terutama dalam mewujudkan dan menjujung tinggi nilai-nilai humanisme religius dalam

masyarakat. Meskipun kedua tokoh berbeda dalam keyakinan bragama akan tetapi

samasama berprinsip dalam hidupnya yaitu humanisme religius. K.H Mahfud Ridwan

menolong membina mamajukan orang-orang miskin pedesaan, diantaranya melalui

mendirikan Wisma Santri mendirikan Yayasan Desaku Maju dan lain sebagainya.Sedang

Y.B Mangunwijaya menolong pada masyarakat miskin perkotaan dngan mendirikan

Sekolahan, mendirikan 6 bangunan rumah untuk menampung masyarakat miskin, kaum

marjinal diperkotaan yang berada dikolong-kolong jembatan dengan dikasih binaan.

Dengan uraian latar belakang diatas maka peneliti akan membahas terkait dengan judul

“Pendidikan Humanisme dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan Religius

Perspektif K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya”.

B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka

permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja gagasan-gagasan K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya mengenai

pendidikan humanisme dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan religius.?

2. Bagaimana pendidikan humanisme dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan religius

yang diimplementasikan oleh K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya.?

C. Tujuan Penelitian Berdasar rumusan masalah diatas maka peneliti merumuskan tujun

peneliti
96

sebagai berikut:

2. Untuk mengetahui gagasan-gagasan K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya mengenai
pendidikan humanisme dalam membangun nilainilai kemanusiaan religius perspektif keduanya.
7 2. Untuk mengetahui proses dan implementasi dari gagasan pendidikan humanisme dalam
membangun nilai-nilai kemanusiaan religius perspektif K.H Mahfud Ridwan dan Y.B
Mangunwijaya.

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang nanti dapat di peroleh sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai salah satu sarana atau memperkaya sarana ilmu peniddikan humanisme dalam
membangun nilai-nilai kemanusiaan religius bagi seluruh manusia.
b. Sebagai sumbangsih akademik dan civitas akademika sebagai tambahan bahan bagi yang
mempelajari pendidikan humanisme dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan religius.
2. Manfaat praktis
a. Dapat digunakan sebagai refrensi pemahaman humanisme dalam membangun nilai-nilai
kemanusiaan religius, dalam rangka menciptakan kehidupan rukun, tentram, berwawasan
pendidikan humanisme religius.
b. Bagi masyarakat sebagai tambahan mempermudah dalam mengetahui pendidikan
humanisme dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan religius.
E. Penegasan Istilah Untuk memudahkan atau menjaga agar tidak terjadi kesalah fahaman serta
langkah awal menyatukan presepsi terhadap pembahasan penelitian yang berjudul, „‟Pndidikan
Humanisme Dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan Religius Perspektif K.H Mahfud Ridwan
dan Y.B 9 Mangunwijaya”, maka perlu diberikan pegnesahan istilah dari judul diatas yaiu antara
lain:
1. Pendidikan Pendidikan adalah usaha upaya memanusiakan manusia, usaha untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu sehingga dapat hidup secara optimal, baik
sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan
sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai bentuk
usaha sadar yang bertujuan dan berusaha mendewsakan anak (Sujana, 1991 :01). Pendidikn
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran. Serta pelatihan, proses, dan cara mendidik
(Tim Penysun KBBI, 2007: 263).

2. Humanisme Humanisme menegaskan bahwa manusia adalah ukuran segala


sesuatu.Kebesaran manusia harus dihidupkan kembali, yang selama ini terkubur pada abad
pertengahan.Oleh karena itu, warisan filsafat klasik harus dihidupkan dan warisan abad
pertengahan ditinggalkan.Kebebasan manusia adalah salah satu tema pokok humanisme.Piko
salah satu seorang tokoh humanisme berkata manusia dianugrahi kebebasan memilih oleh
Tuhan dan menjadikannya pusat perhatian dunia.Dengan posisi itu dia bebas memandang dan
memilih yang terbaik.

10 Valla berpendapat bahwa, humanisme pada awalnya tidak anti agama.Humanisme ingin
mengurangi peranan institusi gereja dan kerajaan yang begitu besar, sehingga manusia sebagai
mahluk Tuhan kehilangan kebebasannya.Humanisme pada awal Renaisans berbeda dengan
humanisme pada abad ke-19 dan 20 kendati dalam beberapa hal ada kesamaanya. Humanisme
pada saat itu ingin meningkatkan perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan
97

alamiah manusia (Bakhtiar,2015:148). Humanis adalah orang yang mengedepankan dan


memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas
perikemanusiaan pengabdi kepentingan sesama umat manusia.Aliran yang menghidupkan
perikemanusiaan dan mencitacitakan pergaulan hidup yang lebih baik (Tim Penyusun KBBI,
2007: 412).

3. Religius Religius adalah sumber nilai-nilai etika, yang takpernah kering, karena agama melihat
hakekat manusia pada perbuatan baiknya. Dalam agama, tinggi rendah seseorang tidak
ditentukan oleh harta, ilmu ataupun kekuasaan, tetapi ditentukan semua oleh perbuatan baik
atau taqwanya, dan seberapa jauh nilai-nilai etika menjiwai dan mewarnai segala tindakannya.
Oleh karena itu agama untuk manusia dengan sendirinya, etika atau moralitas menjadi salah
satu ajaran yang amat penting dalam agama apapun, dan dari sudut etika maupun moralitas.
Rasanya semua 11 agama sepakat mempunyai pandangan yang sama, semua agama
memerintahkan pemeluknya berbuat baik dan melarang berbuat jahat. Dalam konsep filsafat
Islam, ada empat hal pokok yang dibicarakan agama, yaitu Tuhan, manusia, alam dan
kebudayaan. Etika agama pada dasarnya mengatur manusia dengan Tuhannya, manusia dngan
sesamanya dan dengan dirinya, hubungan manusia dengan alam sekitarnya serta hubungan
manusia dengan kebudyaan ciptaanya (Asy‟ari, 2001: 17).

Religus, kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan akan adnaya kekuatan adikodrati (kepcayaan
animisme, dinamisme) agama. Kesholihan dapat di peroleh melalui pendidikan masyarakat
terasing itu, juga mengenal terentu, misal dengan mengubah perilaku religius bersifat
keagamaan (Tim Penyusun KBBI, 2007: 944). 4. Perspektif Cara melukiskan suatu benda pada
permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi panjang,
lebar dan tinggiya (Tim Penyusun KBBI, 2007: 846). 5. K.H Mahfud Ridwan dan Y.B
Mangunwijaya K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya, adalah dua tokoh yang dalam
hidupnya sama-sama saling mengedepankan nilai-nilai humanisme religius, terlihat dalam
kehidupan bermasyarakat sangat peduli dengan rakyat kecil, menolong orang-orang lemah
masyarakat yang termarjinalkan, memajukan masyarakat yang masih tertinggal. Dan dalam
berkeyakinan dengan agama yang dianutnya atau religius, sosok kedua 12 tokoh tersebut sangat
baik dalam menjujung nilai-nilai religius untuk dijadikan ukuran dalam bertindak dan bersikap,
sehingga kereligiusannya yang menjadi cerminan sebagai dasar segala aktifitasnya.

F. Sistematika penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga
pembaca nantinya dapat memahami tentang skripsi ini dengan mudah, penulis berusaha
memberikan sistematika penulisan dengan penjelasan secara garis besar. Yaitu skripsi ini terdiri
dari lima bab yang masing-masing saling berhubungan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
98

Yaitu merupakan gambaran secara global berisi dari seluruh isi skripsi mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegesaan istilah, dan
sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka.
Pada bab ini penulis membahas landasan teoritis dari karya tulis ini beserta kajian pustaka
terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

BAB III Metode Penelitian.Bab ini berisi tentang metode penelitian yang dipakai oleh penulis
yang meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan
data, analisis data dan pengecekan keabsahan data.

BAB IV Paparan dan Analisis Data


ini berisi tentang paparan data hasil penelitian yang kemudian dianalisa oleh penulis secara
terperinci.

BAB V Penutup
ini berisi tentang kesimpulan, saran, daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang mendukung
penelitian ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Pendidikan Pendidikan berasal dari kata education yang dapat diartikan
upbringing (pengembangan) teaching (pengajaran) intraction (perintah) pedagogy (pembiasaan
kepribadian) raising of animal (menumbuhkan) (Nata, 2011: 14). Dalam bahasa Arab kata
pendidikan merupakan terjemahan dari kata al-tarbiyah yang dapat diartikan proses
penumbuhan dan mengembangkan potensi yang terdapat pada diri seorang baik secara fisik,
psikis, sosial, maupun sepiritual. Selain itu kata tarbiyah juga dapat berarti menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik memperbaiki (aslaha) menguasai, urusan, memelihara, merawat,
memperindah, memberi makna, mengasuh, memilki, mengatur, dan menjaga kelangsungan
maupun ekstitensi seseorang. Kata al-tarbiyah sebagaimana diatas juga mencakup pengertian
al-ta’lim (pengajaran tentang ilmu pengetahuan) al-ta’dib (pendidikan budi pekerti) al-tahdzib
(pendidikan budi pekerti) almauidhah (nasihat tentang kebaikan) al-riyadhah (latihan mental
sepiritual) al-tazkiyah (pendidikan kebersihan diri) al-talqin (bimbingan dan arahan) al-tadris
99

(pengajaran) al-tafaqquh (memberikan pengertian 15 dan pemahaman) al-tabayun (penjelasan)


al-tazkirah (memberikan peringatan) dan al-irsyad (memberikan bimbingan) (Nata, 2011: 15).
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu upaya untuk memajukan perkembangan budi
pekerti (kekuatan batin), pikiran (intlektual), dan jasmani anak-anak.Dalam artian, supaya kita
dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan selaras dengan alam
dan masyarakatnya. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti:

a. Segala syarat usaha dan cara pendidikan harus sesuai kodrat dan keadaannya.
b. Untuk mengetahui garis hidup yang tetap dari suatu bangsa perlu mengetahui jaman yang
telah lalu, mengetahui menjelmanya jaman itu kejaman sekarang, mengetahui jaman yang
berlaku saat ini, untuk dapat memahami jaman yang akan datang (Kumalasari, 2010: 51).
Pendidikan merupakan persoalan hidup manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu,
kelompok sosial maupun sebagai bangsa. Pendidikan dimasadepan perlu dikembangkan agar
dapat menjadi lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi
diduina ini, dan dimasa yang akan datang (Fathurrohman, 2015: 2).

Pendidikan adalah usaha pembentukan pola pikir terhadap pese rta didik, secara kodrati
bersifat aktif dan kreaktif menjalani proses pembentukan dan perwujudan diri untuk
merangsang perkembangan yang 16 selalu aktif, peka, resekptif dan responsif terhadap
ransangan (Slamet, 2005: 23). Pendidikan yaitu suatu usaha sadar dan terrencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan. Pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.Karena pendidikan merupakan tugas dan kewajiban bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Fathurrohman, 2015:3). Pendidikan diartikan
dalam maha luas yaitu, pendidkan sama dengan hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang
mempengaruhi pertumbuhan seseorang.Pendidikan adalah pengalaman belajar.Oleh karena itu,
pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar yang tidak terbatas
oleh ruang waktu dimanapun setiap orang dapat belajar sepanjang hidupnya. Pendidikan
berlangsung tidak dalam batas usia, tetapi berlangsung sepanjang hidup sejak lahir bahkan sejak
awal hidup ketika masih dalam kandungan hingga mati (Mudyahardjo, 2010:46). Definisi
pendidikan menurut pasal 1, ayat (1) ditegaskan bahwa bentuk kegiatan pendidikan adalah
usaha sadar, yang dalam penjelasan umum menurut undang-undang nomor 2 Tahun 1989, ada
tiga unsur pokok dalam kegiatan pendidikan yaitu:

17 a. Bimbingan, b. Pengajaran dan c. Latihan.Bimbingan adalah jenis pendidikan yang terutama


tertuju pada pertumbuhan kepribadian manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, memelihara budi pekerti kemanusiaan, dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur (Mudyahardjo, 2008: 57).Pengajaran adalah jenis kegiatan pendidikan yang utama
tertuju pada pengembangan kemampuan intelektual dalam menguasai ilmu
teknologi.Sedangkan latihan adalah jenis kegiatan pendidikan yang terutama bertujuan
mempolakan kinerja atau tampilan kerja yang sesuai dengan standar kerja yang diharapkan
(Mudyahardjo, 2008: 57).Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahawa
pendidikan merupakan tugas pokok yang harus dilakuakan oleh beberapa pihak yang
bersangkutan antara diri sendiri, orang tua, masyarakat dan pemerintah. Untuk mendapatkan
100

hasil yang baik yang sesuai dengan apa yang diharapkan, baik didapat dari sekolah, lingkungan
hidup (masyarakat) dan di tempat lain yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sejak lahir
hingga akhir hayatnya.

4. Pengertian Humanisme Makna kemanusiaan adalah proses menjadi manusiawi dalam interaksi
antar sesama manusia dengan konteks dan tantangan yang terus berkembang (Michael
Sastrapratedja SJ: 2006). Menurutnya, dalam situasi 18 pluralisasi kehidupan dan kebudayaan
sekarang, tidak mungkin dirumuskan satu corak humanisme. Satu hal yang tak bisa ditiadakan
dalam humanisme ialah harkat dan martabat manusia harus dihormati dan dikembangkan.
Dalam hal ini filsafat berfungsi menafsirkan pengalaman manusia dan berbagai tradisi budaya.
Dari sana tercipta pemahaman antara budaya yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi
bagi peningkatan hidup dan martabat manusia. Dan makna humanisme menjadi lebih ketara
dan berfungsi justru pada saat konsep humanisme diperdebatkan. Makna itu selalu
"menggelincir'' dari pengertian yang tetap (Subaidi, 2014: 12).

Satu-satunya yang berada dalam arti yang sesungguhnya adalah beradanya manusia.
Keberadaan benda-benda terpisah dengan yang lain, sedang beradanya manusia, mengambil
tepat ditengah-tengah dunia sekitarnya (Hakim, 2008: 334). Keberadaan manusia disebut desein
(berada ditempat).Berada artinya menempati atau mengambil tempat. Untuk itu, manusia harus
keluar dari dirinya dan berdiri ditengah-tengah segala yang berada keberadaan manusia yaitu
berada di dunia maka harus memberi tempat kepada yang lain disekitarnya, ia dapat bertemu
dengan benda-benda lain dan dengan sesama manusia, dapat bergaul dan berkomunikasi
dengan baik. Karena itu manusia terbuka dengan dunianya dan bagi sesamanya. Keterbukaan ini
bersandar atas tiga hal asasi, yaitu: befundicheit (kepekaan), verstehen (memahami) dan rede
(kata-kata, bicara) (Hakim, 2008: 335).

19 Humanisme adalah suatu cabang etika yang asal usulnya lahir pada awal abad ke-16, seiring
dengan lahirnya reformasi didunia Kristen.Kebangkitan humanisme yang terdahulu ditandai
dengan datangnya gagasan mengenai kebebasan manusia untuk menentukan nasibnya secara
sendiri yang dikemukakan oleh Erasmus.Humanisme juga muncul sebagai anak dari renaisans.
Masingmasing aliran tersebut mempunyai target dan tujuan yang berbeda. Jika rasionalisme
mempunyai target untuk menentukan ekstitensi akal dan liberalisme berada untuk membuka
ladang persaingan yang kompetitif, maka humanime secara sederhana dapat dipahami
mengukuhkan sisi kemanusiaan (Hanafi, 2007: V). Humanisme dapat diartikan sebagai martabat
(dignity) dan nilai (volue) dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan
kemampuan-kemampuan alamiah (fisik atau non fisik) secara penuh. Humanisme dapat
dinamakan pula Neo Hmanisme, Neo Humanisme berkembang pada abad ke-18 ketika para
seniman, filsuf dan kaum intelektual melihat lagi masa Yunani dan Romawi klasik, konsep
humanisme dipandang mempunyai kesamaan dengan konsep Yunani kuno tentang bentuk
tubuh dan pikiran yang harmonis (Suseno, 2007: 209).

Pada permulaan abad ke-19 dan seterusnya, humanisme dipandang sebagai perilaku sosisal
politik yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan lembag-lembaga politik dan hukum yang
sesuai dengan gagasan martabat kemanusiaan.Sejak saat itu jelas bahwa humanisme 20 telah
memasuki tahap etika poltik modern saat ini, konsep humanisme tidak dihubungkan dengan
orang-orang Eropa yakni dengan kebudayaan Romawi dan Yunani kuno.Humanisme
berkembang menjdi gerakan lintas budaya dan universal, dalam arti berbagai sikap dan kualitas
101

etis dari lembag-lembaga politik yang bertujuan membentengi martabat kemanusiaan (Suseno,
2007: 210). Humanime berasal dari kata “human” bersifat manusiawi seperti manusia yang
dibedakan dari binatang, jin dan malaikat. berperikemanusiaan baik budi, luhur budi, dan
sebagainya. “humanis” orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan
hidup yang lebih baik, berdasarkan asas kemanusiaan pengabdi kepentingan sesama umat
manusia, penganut paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting (Tim Penyusun
KBBI, 2007: 411). Humanisasi penumbuhan rasa perikemanusiaan. “humanisme” dapat
disimpulkan sebagai aliran yang bertujuan mengedepankan perikemanusiaan dan mencita-
citakan perjalanan hidup yang lebih baik, paham yang menganggap manusia sebagai objek
terpenting. Aliran zaman reaisance yang menjadikan secara klasik (dalam bahasa latin Yunani)
sebagai dasar perbedaan manusia (Tim Penyusun KBBI, 2007: 412).

5) Humanisme Sekuler Dalam bidang tertentu, kata humanisme juga mengalami perubahan
makna ketika dipakai oleh para filsuf dengan periode historis yang berbeda. Misalnya pada
zaman pencerahan (Enlightment), yang 21 ditandai dengan adanya upaya bebas dari paham
tradisional bahwa manusia hanya dapat dipahami melalui konteks tatanan Illahi dan iman,
paham humanisme juga menunjuk kepada proyek membangun kehidupan manusia dan
masyarakat menurut tatanan dan aturan akal budi.

Proyek ini juga mencakup analilis mengenai kemampuan manusia untuk memahami
realitas, yakni melalui akal budi, seperti yang dilakukan oleh Immanuel Kant (Cahya, 2004:
17).Humanisme sekuler yang berawal dari gerakan sekulerisme ini mengurus dan mengelola
kehidupan tanpa mengaitkannya dengan urusan-urusan religius, adikodrati dan
keakhiratan, melainkan mengarahkan diri pada konteks duniawi saja (Sugiharto, 2008:
85).Sekulerisme awalnya dicetuskan sebagai sistem etika dan filsafat formal oleh J.
Holoyake tahun 1846 di Inggris. Dasar pemikirannya adalah kebebasan berpikir sebagai hak
manusia demi kepentingan manusia sendiri (Sugiharto, 2008: 86). Kata sekuler sendiri
berasal dari bahasa Inggris (secular) yang berarti yang bersifat duniawi, fana, temporal,
tidak bersifat spiritual, abadi dan sakral, kehidupan diluar biara, dan sebagainya. Menurut
para peneliti, kata secular berasal dari kata saeculum, sebuah kata latin yang berarti satu
abad lebih sedikit, atau yang berarti abad sekarang. Pengertian lain menyebutkan sebagai
pembebasan manusia pertamatama dari agama dan metafisika yang mengatur nalar dan
bahasanya. Ada juga yang mendefinisikanya sebagai suatu proses yang terjadi

dalam segala sektor kehidupan masyarakat dan kebudayaan yang terlepas dari dominasi

lembaga-lembaga dan simbol-simbol keagamaan (Praja, 2003: 188). Humanisme sekuler

sendiri tidak selalu menekankan bahwa kebaikan hidup didunia ini adalah kebaikan yang

juga benar-benar real.Usaha untuk memperoleh kebaikan hidup adalah dengan melakukan

kebaikan pula.Ketika manusia masih hidup didunia, manusia sebenarnya bisa mendapatan

kehidupan yang baik.Manusia tidak seharusnya hidup dalam kemiskinan, kebodohan,


102

ketertindasan dan keserakahan, melainkan harus hidup untuk memajukan kehidupannya

dengan bijaksana dan penuh belas kasih.Humanisme sekuler tidak selalu menentang

agama namun tidak juga menentang adanya cahaya kebenaran, kebaikan dan adanya

bimbingan dari kenyataan real di alam ini (Sugiharto, 2008: 90).Humanisme sekuler

meyakini bahwa semua orang pada dasarnya mampu menggali pengalaman hidupnya

sendiri dan menarik banyak pelajaran, nilai dan makna yang penting dari petualanganya.

Petualangan yang akan membawa pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang luhur

mengenai kebenaran, kebaikan, keindahan, kematangan, kesucian dan sebagainya

(Sugiharto, 2008: 90).

b. Humanisme Renaisans Pada abad ke-14 adalah zaman yang dikenal sebagai zaman

krisis abad pertengahan dan berlangsung hingga abad ke-14. Pada abad ke- 23 16 ini

dikuasai oleh sebuah gerakan yang bernama Renaisans.Arti kata Renaisans adalah

kelahiran kembali, secara historis renaisans adalah suatu gerakan yang meliputi suatu

zaman yang orang kala itu merasa dirinya telah dilahirkan kembali dalam

keadaban.Zaman ini dapat dikatakan bahwa orang pada saat itu merujuk kembali kepada

keindahan sumber-sumber murni yang dihasilkan oleh pengetahuan sehingga dapat

menghasilkan keindahan.Gerakan ini dimulai pada pembaharuan di bidang kerohanian,

kemasyarakatan dan kegerajaan yang telah dimulai pada pertengahan abad ke-16 di Italia,

pergerakan ini dilakukan oleh para orang humanis Italia (Hadiwjiono, 2011: 11).

c. Humanisme Modern Pendidikan humanis memiliki dasar filosofis yang berbeda. Teori

filsafat pragmatisme, progresivisme, dan eksistensialisme merupakan peletak dasar

munculnya teori pendidikan humanistik pada tahun 1970.Ketiga teori filsafat ini memiliki

karakteristik masing-masing dalam menyoroti pendidikan.Ide utama pragmatisme dalam

pendidikan adalah memelihara keberlangsungan pengetahuan dengan aktifitas yang

dengan sengaja mengubah lingkungan. Pragmatisme memandang pendidikan (sekolah)


103

seharusnya merupakan kehidupan dan lingkungan belajar yang demokratis, yang

menjadikan semua orang berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan sesuai realitas

masyarakat. Pengaruh pemikiran ini sangat dirasakan dan bahkan 24 menjadi faktor

utama munculnya teori atau pemikiran humanisme dan progresivisme (Wahono, 2001:

14).Kuatnya pengaruh arus kedua aliran tersebut muncullah Abraham Harold Maslow

(1908-1970) yang mencoba memformulasikan gagasan-gagasan dua tokoh pendahulunya.

Maslow yang sebelumnya banyak belajar dari pemikiran-pemikiran kedua tokoh diatas,

Sigmund Freud dan John

B. Watson, pada gilirannya memperkenalkan sebuah metode psikologi yang dinamai

psikologi madzhab ketiga atau dikenal dengan sebutan psikologi humanistik (psychology

of being). Sebuah upaya untuk mengembangkan suatu pendekatan psikologi baru yang

lebih positif mengenai manusia, nilai-nilai tertinggi, cita-cita, pertumbuhan dan

aktualisasi potensi manusia (Komarudin, 2009: 63).Sedangkan pendidikan yang

humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk hidup ciptaan Tuhan

dengan fitrahfitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup, ia harus melangsungkan,

mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya. Pendidikan humanistik adalah

pendidikan yang mampu memperkenalkan apresiasinya yang tinggi kepada manusia

sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan bebas serta dalam batas-batas eksistensinya

yang hakiki, dan juga sebagai pemimpin dibumi (Makin, 2005: 22). Dengan demikian,

pendidikan humanistik bermaksud membentuk manusia yang memiliki komitmen

humaniter sajati, yaitu manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab

sebagai manusia 25 individual, namun tidak terangkat dari kebenaran faktualnya bahwa

dirinya hidup ditengah masyarakat. Dengan demikian, ia memiliki tanggung jawab moral
104

kepada lingkungannya, berupa kepekaan kepedulian untuk mengabdikan dirinya demi

kemaslahatan masyarakatnya (Makin, 2005: 23). Paradigma humanisme bependapat:

Pertama, perilaku manusia itu dipertimbangkan oleh multiple intelligence-nya. Bukan

hanya kecerdasan intelektual semata, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual.Dua

kecerdasan terakhir tidak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan hidup anak

didik. Kedua, anak didik adalah makhluk yang berkarakter dan berkepribadian serta aktif

dan dinamis dalam perkembangannya, bukan benda yang pasif dan yang hanya mampu

mereaksi atau merespon faktor eksternal Ia memiliki potensi bawaan yang penting.

Karena itu pendidikan bukan membentuk anak didik sesuai dengan keinginan guru,

orangtua atau masyarakat, melainkan pembentukan kepribadian itulah yang paling

memegang peran penting.Ketiga, berbeda dengan behaviorisme yang lebih menekankan

to have dalam orientasi pendidikannya, humanisme justru menekankan to be dan

aktualisasi diri (Thobroni, 2008: 122).

d. Humanisme Religius Humanisme religius merupakan humanisme yang bercorak

teosentri (Tuhan sebagai pusat segalanya). Humanisme religius bisa dari pihak Islam dan

Kristen maupun dari agama lain. Humanisme ini 26 berkembang untuk mengimbangi

humanisme sekuler yang berkembang didunia, karena apabila humanisme sekuler tidak

diimbangi maka peran agama akan hilang secara perlahan. Marcel A Boisard berpendapat

bahwa Islam lebih dari sekedar ideologi, karena Islam merupakan humanisme

transendental yang diciptakan masyarakat khusus dan melahirkan suatu tindakan moral

yang sukar untuk ditempatkan dalam rangka yang dibentuk oleh filsafat

Barat.Humanisme tidak mengesampingkan monoteisme mutlak yang sebenarnya dan

memungkinkan untuk memperkembangkan kebajikan (Marscel, 1982: 151).Humanisme

dalam pandangan Islam harus dipahami sebagai suatu konsep dasar kemanusiaan yang

tidak berdiri dalam posisi bebas.Hal ini mengandung pengertian bahwa makna penjabaran
105

memanusiakan manusia itu harus selalu terkait secara teologis.Dalam konteks inilah al-

Qur‟an memandang manusia sebagai wakil Allah SWT di Bumi, untuk memfungsikan

ke-khalifah-annya, Allah SWT telah melengkapi manusia dengan intelektual dan

spiritual. Manusia memliliki kapasitas kemampuan dan pengetahuan untuk memilih,

karena itu kebebasan merupakan pemberian Allah SWT yang paling penting dalam upaya

mewujudkan fungsi kekhalifahannya (Hanafi, 2007: IX). Kisah dan kejadian Adam a.s

dalam al-Qur‟an adalah pernyataan humanisme yang paling dalam dan maju. Adam

mewakili seluruh manusia dibumi, ia adalah esensi umat manusia, manusia dalam 27

pengertian filosofis dan bukan dalam pengertian biologis (Syari‟ati, 1982:111). Menurut

Nurcholis Madjid bahwa agama Ibrahim terdapat wawasan kemanusiaan yang

berdasarkan konsep dasar bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitri, karena fitrahnya

tersebut manusia memiliki sifat kesucian, yang kemudian dinyatakan dalam sikap-sikap

yang suci dan baik kepada sesamanya.Dan hakikat dasar kemanusiannya itu merupakan

sunnatullah karena adanya fitrah manusia dari Allah dan perjanjian primordial antara

manusia dengan Allah (Madjid, 1995: 51). Dari beberapa definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa humanisme ialah memenusisakan manusia, saling menghormati

menghargai satu sama lainnya tanpa memandang suku, ras maupun agama, sehingga

dalam hidup bermasyarakat dan di manapun akan terasa nyman tanpa ada kekhawatiran.

3. Pendidikan Humanimse Pendidikan telah berkembang dengan mengadopsi prinsip-

prinsip pendidikan dari dua aliran, yaitu progresivisme dan eksistensialisme.Tetapi

pendidikan humanis juga memperoleh dukungan dari para ahli psikologi humanistik dan

ahli pendidikan kritis.Prinsip-prinsip pendidik humanis yang diambil dari prinsip

progresivisme adalah prinsip pendidikan yang berpusat pada anak (child centered), peran
106

guru yang tidak otoriter, fokus pada keterlibatan dan aktivitas siswa, aspek 28 pendidikan

yang demokratis dan kooperatif.Prinsip-prinsip pendidikan ini adalah sebagai reaksi

terhadap pendidikan tradisional yang menekankan pada metode pengajaran formal yang

kurang memberi kebebasan pada siswa sehingga siswa menjadi tidak kreatif yang sekadar

mengikuti program pendidikan yang ditetapkan oleh orang dewasa. Prinsip-prinsip

pendidikan tradisional yang ditolak humanis adalah:

a. Guru yang otoriter,

b. Metode pengajaran yang menekankan pada buku teks semata,

c. Belajar pasif yang menekankan mengingat data atau informasi yang diberikan guru,

d. Pendidikan yang membatasi pada ruang kelas sehingga terasing dari realita kehidupan

sosial dan

e. Penggunaan hukuman fisik atau rasa takut sebagai bentuk pembangun disiplin. Prinsip-

prinsip pendidikan humanis yang diambil dari pandangan progresivisme di atas lebih

menekankan individu sebagai satuan sosial (anggota masyarakat).Sedangkan prinsip

pendidikan humanis yang diambil dari pandangan eksistensialisme adalah menekankan

pada keunikan siswa sebagai individu. Setiap siswa dipandang sebagai individu yang

memiliki keunikan yang berbeda dengan siswa lain. Perbedaan keunikan individu siswa

dalam kegiatan pendidikan dan belajar harus dapat tampak dan dihargai oleh pendidik

atau guru. Pandangan eksistensialis yang diambil oleh pendidik humanis adalah adanya

29 kemerdekaan atau kebebasan dalam diri individu untuk memilih apa yang dianggap

benar bagi dirinya, untuk dapat membangun dirinya menjadi (to become) seperti apa yang

diinginkan (Sutiyono, 2009: 3).

Kelahiran sebagai wujud keberadaan (eksistensi) individu di dunia adalah titik awal bagi

individu untuk mengembangkan esensi dirinya. Esensi diri manusia dibangun melalui

proses kehidupan di mana individu memiliki kebebasan untuk memilih dan dia harus
107

bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilih. Individu akan terbentuk menjadi apa

adalah sesuai dengan pilihan bebas yang diambil, yang selanjutnya terbentuk menjadi

siapa dirinya, sebagai dokter, insinyur, atau guru adalah sebagai akibat dan pilihan bebas

yang dia lakukan. Nilai-nilai keagamaan berada dalam diri individu yang memperoleh

pemaknaan oleh individu masing-masing, tidak ada otoritas diluar diri individu yang

dapat memberikan makna. Apabila individu melakukan perubahan makna akan

pengetahuan, nilai-nilai keagamaan, maka hal itu dilakukan oleh dirinya dengan rasa

sukarela dan bukan karena paksaan dan otoritas diluar dirinya. Oleh karenanya,

komunikasi atau dialog menjadi instrumen penting bagi perubahan pemaknaan akan

pengetahuan, nilai-nilai maupun keagamaan. Dalam model pendidikan tradisional,

komunikasi atau dialog yang bersifat interaksi dua arah, dari guru pada siswa dan siswa

pada guru, telah diubah menjadi bentuk perintah atau penyampaian informasi yang satu

arah.Dalam hal ini, hak-hak siswa sebagai individu yang memiliki kebebasan atau

otoritas atas dirinya, telah dirampas oleh guru.Pengetahuan dan nilai 30 yang ditangkap

siswa menjadi tidak orisinal atau tidak otentik, tetapi sekadar pengetahuan yang tidak

memiliki makna bagi individu dan kehidupannya. Hanya dengan metode dialog maka

pengetahuan dan nilainilai yang dijadikan materi (isi) dialog tersebut dapat membantu

mengubah pengetahuan subjektif menjadi pengetahuan objektif (Sutiyono, 2009: 4).

Dalam metode dialog terjadi proses komunikasi yang setara antara individu satu dengan

individu lain, tidak ada unsur pemaksaan sehingga memberi kebebasan bagi setiap

individu untuk mengambil atau tidak mengambil pengetahuan dan nilai-nilai. Hal ini juga

sesuai dengan prinsip belajar yang disampaikan Rogers, yaitu situasi belajar yang paling

efektif meningkatkan belajar yang bermakna adalah apabila: a. Situasi yang mengancam

diri siswa dikurangi seminimal mungkin,

6) Perbedaan persepsi terhadap objek pemahaman diizinkan atau difasilitasi. Paulo Freire
menjelaskan dialog adalah sebagai cara yang menusiawi untuk memaknai dunia, dalam arti
108

juga untuk memahami dan memaknai pengetahuan dan nilai-nilai. Dia mengatakan “dialog
adalah pertemuan antar orang (manusia), diperantarai oleh dunia, agar memahami
(memaknai) dunia”. Apabila ini diterapkan pada situasi belajar maka dialog adalah
perjumpaan antara guru dan siswa, diperantarai oleh materi (isi) pelajaran, agar dapat
memahami (memaknai) materi pelajaran. Dialog tidak akan terjadi di antara mereka, di
mana yang satu merampas hak orang lain (penindas) dan yang lain dirampas haknya
(tertindas). Atau 31 dengan bahasa lain bahwa dialog tidak akan terjadi antara guru yang
telah merampas hak kebebasan siswa, dengan siswa yang telah dirampas hak kebebasannya
oleh guru.

Terakhir, Friere mengatakan dialog tidak mungkin terjadi apabila tidak melibatkan berfikir
kritis.Manusia dan dunianya sebagai unsur yang tidak terpisahkan, sebagaimana guru dan
murid dengan materi pelajaran sebagai unsur yang tidak terpisahkan.Pemahaman atau
pemaknaan terhadap dunia atau materi pelajaran dengan tujuan untuk melakukan
perubahan kehidupan tidak dapat dilakukan tanpa berfikir kritis. Dalam proses pendidikan
atau belajar dengan tujuan untuk perubahan kehidupan maka guru dan siswa harus
melakukan pemahaman atau pemaknaan dengan menggunakan pemikiran kritis (Sutiyono,
2009: 5).
Dari beberapa teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan humanisme adalah
penanaman nilai-nilai perikemanusiaan yang saling memahami, saling tolong-menolong,
saling melengkapi menjaga hak-hak asasi manusia, menjaga martabat manusia, menjaga
hubungan dengan sebaik-baiknya, serta baur-membaur tanpa ada kesenjangan sedikitpun.

5. Pendidikan Religius Pendidikan atau belajar pada awalnya cenderung merupakan bagian dari
kegiatan kehidupan keberagaman dan kebudayaan. Manusia dalam kehidupan bermasyarakat di
samping menciptakan organisasi untuk mengatur kerja sama sebagai alat untuk mencapai
tujuan bersama, juga 32 mengembangkan aturan-aturan untuk mengatur perilaku di antara
warga masyarakat. Keyakinan dan nilai-nilai keagamaan adalah inti yang menjadi dasar bagi
pengembangan aturan masyarakat. Selama ini kebanyakan umat Islam disibukkan oleh aktivitas-
aktivitas keilmuan yang tidak untuk membuktikan bahwa Islam itu dinamis, kreatif, akomodatif,
pluralistik, berwawasan ke depan (prospektif), berorientasi kepada kualitas dan kemajuan,
melainkan sebaliknya umat Islam sibuk mengkaji Islam yang berwawasan kerdil, kuno, mundur,
terbelakang dan kurang maju.

Walaupun dalam kehidupan modern sumber nilai bergeser lebih ke arah penggunaan nilai
keilmuan yang lebih objektif seperti kemanusiaan dan demokrasi, tetapi nilai keagamaan tetap
tidak dapat dipisahkan dari perilaku nyata kehidupan individu dan masyarakat (Hakim, 2008:
120). Nilai-nilai keagamaan sering secara tidak sadar tetap menjadi kekuatan yang laten bagi
pilihan tindakan atau perilaku manusia dan masyarakat. Karenanya, pandangan keagamaan
memancarkan tatanan kehidupan sosial seperti keadilan, keterbukaan dan demokrasi.
Sebagaimana fenomena yang bisa kita baca dalam referensi klasik, maka kita akan menemukan
keadaan Islam yang mendekati ideal. Oleh karena itu, memahami masa klasik adalah cara
terbaik. Pendidikan keagamaan secara klasik cenderung memiliki tujuan untuk membangun
dalam diri manusia suatu kondisi moralitas yang baik atau karakter yang mulia. Ungkapan-
ungkapan dalam ajaran agama memberikan gambaran akan hal tersebut, seperti dalam hadis:

‫انما بعثت ال تمم مكا رم االخال ق‬


109

Artinya: "Tidak Kami utus kamu Muhammad, kecuali untuk meyempurnakan akhlak”.

Secara umum, para Nabi dilahirkan dalam kondisi masyarakat jahiliyah, yaitu

masyarakat yang warganya mengalami kerusakan karakter, sehingga kehidupan penuh

dengan perilaku buruk, penghancuran hak-hak manusia, penindasan atau perampasan

secara semen-amena, pengkhianatan dan kedengkian dalam hubungan, arogansi yang

berkuasa (kaya) dan ketertindasan yang lemah dan miskin. Tujuan diangkatnya kenabian

secara umum adalah memperbaiki moralitas atau akhlak manusia yang terjadi pada

zamannya (Hakim, 2008: 120).

Dalam kehidupan modern, tujuan pendidikan lebih dirumuskan menggunakan nilai-nilai

keilmuan yang bersifat ilmiah. Seperti gambaran rumusan tujuan pendidikan yang

disampaikan oleh Maslow (tokoh psikologi humanistik) yang merumuskan tujuan

pendidikan sebagai pencapaian aktualisasi diri, yaitu suatu kondisi di mana individu dapat

menggunakan potensi-potensi (bakat, talenta, kapasitas) dirinya secara penuh, sehingga

dapat mengembangkan kehidupannya yang lebih produktif. Ibarat sebatang pohon yang

tumbuh dan berkembang, mulai dari biji yang tumbuh dari dalam tanah, kemudian

tumbuh batang dan daun yang subur, selanjutnya pohon berbunga indah dan menarik,

yang pada akhirnya menghasilkan buah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia

maupun binatang.Mungkin dapat dikatakan pohon itu telah beraktualisasi diri pada waktu

pohon itu berbuah.

34 Rumusan tujuan pendidikan Maslow tersebut apakah bertentangan atau berbeda

dengan rumusan tujuan pendidikan keagamaan yang klasik seperti di atas telah

disampaikan.Teori pendidikan Maslow, memang tidak lepas dari teori kebutuhan hidup

manusia yang dibangun secara ilmiah atau berdasarkan nilai-nilai dan pengetahuan (value

of science). Berdasarkan nilai-nilai pengetahuan, dia merumuskan kebutuhan manusia


110

bersifat hirarkis atau berbentuk piramida, berangkat dari kebutuhan dasar yang bersifat

umum bagi semua menusia dan juga binatang, yaitu kebutuhan akan kehidupan fisik

(material). Setiap manusia atau juga binatang secara alamiah membutuhkan kebutuhan

hidup seperti makan, minum, udara segar, istirahat, tempat tinggal bahkan juga seksual.

Pemenuhan kebutuhan dasar ini yang menjadi dorongan dasar bagi manusia untuk dapat

menjaga eksistensinya atau memenuhi kelangsungan hidupnya.Karena begitu pentingnya

kebutuhan fisik (material) untuk memenuhi kelangsungan hidup manusia, maka

kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan melebihi segala-galanya. Menurut Maslow

manusia juga memiliki kebutuhan lain, yaitu kebutuhan rasa aman dan juga kasih sayang

(sosial), tetapi kebutuhan ini dikatakan baru dibutuhkan untuk dicapai apabila kebutuhan

dasar fisik (material) sudah dapat dicukupi (dipenuhi). Sebaliknya apabila kebutuhan

dasar fisik belum dapat terpenuhi maka kebutuhan rasa aman dan kasih sayang tidak akan

dapat dipenuhi. Begitu juga kebutuhan manusia yang lebih tinggi harga diri, berkembang

dan pencapaiannya sangat tergantung pada dapat atau tidaknya kebutuhan di bawahnya

dipenuhi. Aktualisasi diri

sebagai kebutuhan tertinggi bagi kehidupan manusia merupakan harapan atau cita-cita

semua manusia untuk dapat hidup produktif, tetapi belum tentu semua manusia dapat

mencapainya (Hakim, 2008: 121).

Rumusan tujuan pendidikan yang ditarik dari nilai-nilai pengetahuan (seperti Maslow)

cenderung diwarnai oleh pengajaran kebutuhan material lebih dulu, walaupun pada

akhirnya bertujuan pencapaian kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu aktualisasi

diri.Aktualisasi diri apabila diartikan sekadar kemampuan menggunakan potensi, talenta,

atau kapasitas diri secara optimal sehingga menjadi individu yang produktif mungkin

belum menyentuh nilai-nilai spiritual yang bersifat transendental. Tetapi apabila

aktualisasi diri diartikan sebagai pencapaian nilai kemanusiaan yang tertinggi, ibarat
111

sebatang pohon yang berbuah, di mana buahnya dapat bermanfaat bagi kehidupan

manusia atau binatang, diluar kebutuhan pohon itu sendiri, maka tujuan aktualisasi diri

bersifat tujuan moral, yaitu berbuat kebaikan atau ikhsan terhadap orang lain, yaitu

perwujudan dan konsep akhlakul karimah sebagaimana telah menjadi tujuan pendidikan

agama.

Banyak ahli yang tidak puas dengan bangunan teori kebutuhan Maslow, seperti Danah

Zohar dan Ian Marshal, keduanya lebih tertarik dan percaya bahwa kebutuhan spiritual

harus menjadi dasar bagi pengembangan hidup manusia yang lebih adil dan

sejahtera.Mereka menulis buku yang berjudul “Spiritual Capital” (SC) yang menjadi

bestseller dan tulisan itu memiliki visi yang mulia untuk memperbaiki 36 sistem

kehidupan masyarakat kapitalistik yang sering mendorong keserakahan

material.Perjalanan kehidupan masyarakat kapitalistik bersifat membahayakan bagi

terwujudnya kehidupan yang berkeadilan, harmoni dan sejahtera. Zohar dan Marshall

menganjurkan sistem sosial kemasyarakatan, ekonomi lebih didasarkan pada modal

spiritual (nilainilai spiritual sebagai modal), sehingga masyarakat lebih berkembang ke

arah tujuan yang baikan atau ikhsan seperti yang diajarkan dalam ajaran agama (Hakim,

2008: 122). Lebih dari tigaratus tahun filosofis Helan-Roman mencoba mengganti agama

rakyat, dengan menganti dengan ajaran yang dipandangnya lebih rasional untuk

keperluan hidupnya.Agama itu dianggap sebagai suatu belengu, menanamkan rasa takut

dalam hati manusia.Oleh karena itu, agama dipandang oleh suatu pengahalang utuk

memperoleh suatu kesenagnagan hidup.Kaum Sota memusatkan ajaranya kepada adanya

hukum kausalita alam yang mengatur segala jalan hidup diduania ini sehingga rasa takut

itu tidaK pada tempatnya. Manusia harus hidup pada hukum alam dan dengan sendirinya

ia akan mencapai kesenagan hidup. Kaum Skeptis mengemukakan sikap sangsi kepada

ajaran-ajaran orang cerdik, pandai akan mencapai kesenagan.


112

Akan tetapi beberapa macam jalan yang ditunjukkan oleh berbagai filsafat Helen-

Roman.Untuk memperoleh kesenangan hidup tidak mencapai tujuan pada lahirnya 37

bangsa Yunani dan bangsa lainnya.Senang yang dibuat-buat dengan memikirkan sifat

kesenangan, tidak menimbulkan kesenangan yang sebenarnya.Perasaan mereka senatiasa

digoda oleh keadaan tidak merdeka dibawah kekuasaan kerajaan Roma.Ajaran etik tidak

dapat memberikan obat, bahkan rasionalisasi filosofi pun menghadapi

kebuntuan.Perasaan agama yang muncul sesudah beberapa abad terpendam dapat

mengobati jiwa yang luka. Sungguhpun perasaan agama yang baru muncul tidak serupa

dengan bentuk agama lama, pengaruhnya sama saja. Ia tidak bersarang diotak, tetapi

hinggap disanumbari. Agama Kristen yang baru muncul dipengaruhnya tidak di Asia

Minor saja, tetapi lambat laun meluas keseluruh Helen-Roma (Hakim, 2008: 123).Karena

agama sangat berpengaruh, filsafatpun terpengaruh sehingga filosofisnya cenderung

kearah mistik, keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan menjadi hidup kembali.Ajaran

filosofis Helan-Yunani yang menunjukan orang mengetahui tempatnya didunia dengan

mendidik rasa bebas dari berdiri sendiri ternyata tidak mempan.Kemudian filsafat

mistikalistiklah yang mengajak manusia menuju kepada Tuhan, dan keyakina terhadap

Tuhan sangat dirindukan karena mengajak kedamaian tentram dalam hati.Mistik telah

menutup rasio, karena orang-orang pada saat itu membutuhkan ketentraman jiwa, bukan

kebingungan rasio.Pengaruh pemikiran mistik sangat kuat kepada kehidupan di Asia

Tengah dan di Asia Barat.Perasaan mistik tidak dapat dipupuk dengan pikiran yang 38

rasional, melainkan dengan persaan yang murni dan mengabdi kepada Tuhan.Ada tiga

aliran mistik yang membelokan alam pikiran Yunani.Pertama, aliran neo-Pytagoras,

kedua, aliran Philon yang berpusat di Alexandreia, ketiga, aliran Plotinus yang sering

juga disebut neoPlatonisme.


113

a. Aliran Neo-Pythagoras Aliran ini disebut aliran neo-Pythagoras karena ia berpangkal

kepada ajaran pythagoras yang mendidik kebatinan dengan belajar mensucikan ruh. Akan

tetapi dalam perkembanganya, aliran ini berjalan sendiri.Moderatus dari Gades adalah

guru pertama aliran ini, yang hidup pada abad pertama Masehi.Untuk mendidik perasaan

cinta dan mengabdi kepada Tuhan, orang harus menghidupkan perasaannya dalam jarak

yang jauh antara Tuhan dan manusia.Makin besar jarak itu, makin besar cinta, dan makin

kuat keinginan untuk mendekatkan kepada Tuhan yang jauh itu (Hakim, 2008: 124).Teori

dalam mistik neo-pythagoras dididik perasaan demikian rupa supaya terasa benar jauhnya

Tuhan dari dunia ini, dari manusia, barang dan yang banyak di dunia ini.Itu sebagi bentuk

penguat perasaan pengabdi kepada Tuhan, menanam cinta yang sebesar-besarnya

kepadaNya. Tuhan dan manusia digambarkan oleh neo-pythagoras sebagai perbedaan

sebersih-bersinya dengan yang bernoda, sebersih-bersihnya

ialah Tuhan dan yang bernoda adalah manusia, barang dan yang banyak didunia ini.

Sehingga sesajen-sesajen yang dipanjatkan kepada Tuhan mengotori-Nya.Tuhan hanya

dapat didekati dengan kesucian serta ketulusan do‟a.

b. Philon Alexandreia Pandangan filsafat yang diajarkan oleh philon banyak diambil dari

kitab wasiat lama. Pokok filsafatnya ialah hubungan manusia dengan Tuhan sang

pencipta. Tuhan itu maha tinggi tempatnya.Tuhan hanya dapat diketahui oleh manusia

dari kata-kata-Nya yang terkandung dalam kitab-kitab suci, dari alam, dan dari

sejarah.Dari situ, dapat diketahui secara terus-menerus.Tuhan sendiri tidak dapat

diketahui oleh manusia dengan pancaindranya.Karena sempurna-Nya dan suciNya.Tuhan

terpisah dari dunia yang bernoda.Rupanya tuhan tidak dapat diketahui oleh manusia,

tetapi keberadan-Nya dapat dimengerti (Hakim, 2008: 125).Philon merujuk pada ajaran

Sota yang mengemukakan dua dasar dunia, yang berkerja dan yang dikerjakan, yang

berkerja ialah Tuhan, semangat seluruh dunia. Tuhan sesuci-sesucinya bersih dan tidak
114

bercampur sama sekali. Tuhan lebih baik daripada budi, Tuhan tidak bisa disamakan

dengan yang ada didunia ini.Kedudukannya di atas segala-galanya.Ia ada selama-

lamanya, tunggal, tidak berubah-ubah. Tuhan begitu tinggi kedudukannya, maka perlu

ada mahlukmahluk perantara yang menghubungkan Tuhan dengan alam yang 40

dijadikan-Nya.Mahluk yang terutama dan yang terdekat pada Tuhan, yang meliputi

semuanya, selain dari Tuhan, ialah Logos.Logos adalah sumber dari segala cita-cita

sebagai pikiran Tuhan yang mengisi alam yang tidak bertubuh.Dengan perantaraan Logos

itu, Tuhan menjadika dunia ini dan menyatakan adnya kepada manusia.Hidup yang

berfikir dan memandang keatas bagi Philon lebih besar nilainya daripada bergelut dengan

keadaan sehari-hari.kewajiban manusia yang pertama adalah memelihara jiwa yang

murni, dan hidup yang sebesar-besarnya ialah mengabdikan kepada Tuhan.

c. Plotinus Mulanya Plotinus mempelajari filsafat dari ajaran Yunani, terutama dari buah

tangan Plato akan tetapi ia merasa pengetahuannya belum cukup dalam. Ia ingin

memperdalamnya dengan mempelajari mistik dari Persia dan India. Plotinus menawarkan

diri untuk menjadi serdadu dalam laskar Gordianus.Karena hidupnya yang sederhana,

orang besar dan orang biasa sama-sama menghormatinya. Tidak saja menghormati

bahkan ada yang mendewakannya, akan tetapi Plotinus tidak terpengaruh karena itu. Ia

tetap orang yang sederhana dan memandang perbuatannya sebagai tugas hidup belaka

(Hakim, 2008: 126). Dari uraian di atas, pendidikan keagamaan dengan tujuan untuk

membangun manusia yang berakhlak mulia adalah tidak bertentangan dengan rumusan

tujuan pendidikan yang dirumuskan berdasar nilainilai dan ilmu pengetahuan.Bahkan,

dalam kehidupan pascamodern 41 manusia merasakan pentingnya nilai-nilai spiritual

transendental menjadi dasar bagi aktualisasi diri mereka dan kehidupan sehari-hari

mereka, sehingga kehidupan yang produktif memiliki makna kebaikan (ikhsan) bagi

sesama manusia (Sutiyono, 2009: 6).Uraian di atas juga menggambarkan bahwa tujuan
115

pendidikan tidak cukup sekadar pencapaian tujuan humanis, tetapi lebih jauh

membutuhkan pencapaian tujuan kebutuhan spiritual transendental (religius).

Pencapaian tujuan kebutuhan spiritual transendental secara umum menjadi tujuan

pendidikan keagamaan (religius). Sebagaimana didepan telah disampaikan bahwa hampir

semua agama meletakkan tujuan pendidikan adalah untuk pengembangan moral manusia,

agar manusia dapat berkembang menjadi berkarakter baik sehingga hidupnya dapat

berguna bagi orang lain dan dirinya sendiri. Dapat dikatakan pendidikan yang dapat

membangun moral manusia yang baik dan membangun kapasitas (kemampuan) untuk

merealisasikan tujuan kehidupan secara produktif adalah pendidikan yang bersifat

humanis religius.Sebagaimana tujuan manusia hidup adalah untuk menggapai ridhla

Allah, ibtigha’a mardlatillah. Jika kita berusaha memperoleh ridhla-Nya, maka apapun

yang diberikan Tuhan kepada kita, kita akan menerimanya dengan ridhla (senang) pula,

ridhla dan diridhlai, radliyatan mardliyyah (Sutiyono, 2009: 7).

Semua agama berdedikasi untuk memuja, memuliakan yang Maha Agung yang disembah

sebagai yang Tertinggi, yang Maha Kuasa.42 hanya tradisi murid Yesuslah yang pertama

kali dalam sejarah keagamaan secara serius memulai suatu arus baru, berpaling kepada

manusia, berikhtiar mengangkat nasibnya, menyembuhkannya dari berbagai derita, sakit,

kesewenangannya dalam banyak dimensi.Semangat Kristiani disamakan dengan

semangat perikemanusiaan, khususnya, dan terutama terhadap mereka yang selama ini

tidak dianggap, bahkan dipaksa hidup tanpa martabat dan kemanusiaan (Mangunwijaya,

1994: 15).Faham humanisme religius ini juga tampak dalam penghayatan Romo Mangun

sebagai Pastor, yang tidak konvensional.

Panggilan imamatnya berakar dan diinspirasikan oleh daya tarik rakyat yang miskin, dan

bukan panggilan kegerejaan atau keagamaan sebagaimana kebanyakan Pastor, karena

terharu pada partisipasi rakyat dalam perang Gerilya, dan ia ingin “membayar hutang
116

kepada rakyat”. Mudah dipahami kalau dedikasinya sebagai pastor juga tidak terbatas

pada pelayanan gereja, paroki, melainkan pada sosialitas umum, pembelaan kaum miskin,

hal ini disetujui oleh Uskup sebagai atasannya. Lebih lanjut religiusitas yang melebar ini,

ia tunjukkan dalam keinginannya untuk bekerja sama dengan agama lain. Dalam gereja

Doaspora (salah satu buku ciptaan Romo Mangun), Romo Mangun dengan jelas

mengidealkan gereja sebagai istilah-istilah yang ia gunakan memperlihatkan religusitas

yang dinamis dan terbuka (Mangunwijaya, 1999: 75). 43 Romo Mangun menyebutkan

humanisme itu, kita harus menghormati martabat manusia lain seutuhnya.Jadi termasuk

juga rahasia atau misteri pribadi yang ada pada setiap manusia.Misteri disini tidak dalam

cerita detektif, atau rahasia senjata sandi militer.Lebih dari itu, misteri dalam arti

kesucian, sesuatu yang mulia, amat mendalam dan berharga, sehingga jangan dilempar,

dijamah sembarangan.Signifikan penuh makna ialah kata dalam bahasa Jawa wadi

(rahasia) untuk organ kelamin manusia yang sepantasnya ditutupi, dilindungi tirai

penghormatan (Mangunwijaya, 1997: 35).

5. Pendidikan Humanisme Religius Humanisme merupakan kata yang ambivalen,

meskipun dapat dipastikan kalau kata ini memiliki makna positif, akan tetapi bagi para

pemeluk agama, kata humanisme bisa dipahami sebagai suatu sikap seorang yang

memandang dirinya sebagai subjek yang berdiri sendiri dan terpisah bukan saja dari

kekuasaan negara atau raja, yang sebenarnya hal itu boleh-boleh saja akan tetapi harus

dari Tuhan.

Tetapi jika anda benarbenar percaya pada Tuhan dan yakin bahwa segala sesuatu, alam

serta seisinya termasuk manusia, maka jelaslah bahwa sikap memisahkan diri dari Tuhan

itu termasuk penghinaan kepada Tuhan (Suseno, 2007: 208).Driyarkara (1989: 9)

berpendapat yaitu, sebagai salah seorang pendidik humanis di Indonesia menyatakan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk memanusiakan manusia.Pengertian


117

Driyarkara tersebut menyiratkan pendidikan itu sebagai suatu kegiatan yang human.

Manusia

lebih dipandang sebagai subjek bukan objek semata. Dikatakan sebagai subjek, karena

manusia sebagai peserta didik harus menentukan arahnya sendiri dalam proses

pendidikan menuju pada kedewasaan. Sodiq A. Kuntoro mengemukakan pengertian

pendidikan humanis religius yang lebih jelas.Dikatakannya bahwa istilah pendidikan

humanis religius mengandung dua konsep pendidikan yang ingin diintegrasikan, yaitu

pendidikan humanis dan pendidikan religius.Pendidikan humanis yang menekankan

aspek kemerdekaan individu diintegrasikan dengan pendidikan religius agar dapat

membangun kehidupan individual-sosial yang memiliki kemerdekaan, tetapi dengan tidak

meninggalkan nilai-nilai keagamaan (Rukiyati, 2013:2).Memanusiakan manusia

mengandung makna bahwa potensi dan bakat yang ada dalam diri hendak

diaktualisasikan sehingga menjadi kenyataan.Wujudnya dapat berupa pengetahuan,

keahlian, sikap dan moral yang baik sehingga manusia yang dididik tersebut menjadi

manusia yang telah mencapai realisasi diri yang optimal.Potensi-potensi diri berkembang

optimal karena ada upaya-upaya sadar untuk mengembangkannya sejak dalam kandungan

sampai pada tahap perhentian perkembangan.Maka, tujuan pendidikan menjadi salah satu

pembahasan yang fundamental dalam pendidikan.Terkait dengan konsep pendidikan

humanis religius, tujuan pendidikan di Indonesia sebenarnya juga telah memiliki konsep

yang bersifat humanis religius (Rukiyati, 2013:5).45 B. Kajian Penelitian Terdahulu

Penyusunan karya ilmiah dibutuhkan berbagai dukungan teori dari berbagai sumber atau

rujukan yang mempunyai relevansi dengan rencana sebuah penelitian.Sebelum

melakukan penelitian, peneliti telah melakukan kajian terhadap karya-karya ilmiah yang

berkaitan dengan pembahasan ini.Kajian ini untuk melihat kedudukan diantara hasil-hasil

penelitian dan tulisan-tulisan yang relevan.Skripsi yang di tulis oleh saudari Isro‟atul
118

Laili (2017) yang berjudul “Peran K.H Mahfud Ridwan Dalam Mewujudkan Kerukunan

Antarumat Beragama di Salatiga Tahun 1980-2015” skripsi ini lebih menitik beratkan

kepada pengaruhnya KH. Mahfud Ridwan merupakan seorang tokoh yang memberi

pengaruh besar dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan diwilayah desa Gedangan dan

kota Salatiga. K.H Mahfud merupakan seorang tokoh yang memiliki pandangan bahwa

untuk mengubah suatu hal maka dibutuhkan suatu sarana yakni organisasi.Sebuah

organisasi mampu mengubah tatanan dalam masyarakat.Sosok K.H Mahfud Ridwan

sebagai seorang tokoh pemuka agama mendapat sorotan dari berbagai pihak.Pemikiran

hidup rukun dalam perbedaan ditunjukkkan melalui pandangan beliau mengenai

kehidupan masyarakat Salatiga yang terdiri atas berbagai agama.Pandangan K.H Mahfud

Ridwan ialah walaupun di dalam masyarakat hidup dalam keberagaman agama namun

penting untuk tetap menjaga kerukunan Antar umat beragama.menjalin silaturahmi bukan

hanya sesama pemeluk muslim namun juga dengan umat nonmuslim. Islam mengajarkan

untuk hidup rukun, 46 memahami dan menghargai ajaran agama selain Islam tidak akan

menjadi hambatan untuk seorang muslim beribadah kepada Allah SWT. dengan kegiatan

santri yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat sekitar. Berkaitan dengan

skripsi yang saya tulis terdapat kesamaan, yaitu pada nilai-nilai pluralisme dan toleransi

yang di implementasikan oleh K.H Mahfud Ridwan dan Y. B Mangunwijaya pada laku

keseharianya serta hubungan dalam sosial kemasyarakatannya terjalin dengan baik yang

tanpa memandang suku ras maupun agama. Adapun perbedaan skripsi yang di tulis oleh

saudari Isro‟atul Laili dengan dengan skripsi yang peneliti bahas yaitu, peneliti terdahulu

lebih menitik beratkan pada pengaruhnya KH. Mahfud Ridwan dalam kehidupan sosial-

kemasyarakatan diwilayah desa Gedangan dan kota Salatiga, sedangkan skripsi yang

peneliti bahas lebih kepada pemberian pertolongan kepada masyarakat khususnya bagai

mayarakat miskin dan mereka yang hidup kesusahan baik dari segi mental pendidikan
119

keterampilan maupun spiritual keagamaan secara luas. Skripsi yang ditulis oleh saudari

Stri Ana Farhana (2014) yang berjudul “ Implementasi Dan Implikasi Pendidikan

Humanisme Religius Pada Pondok Pesantren Bagi Masyarakat (Studi di Pondok

Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Kabupaten Semarang Tahun 2014)” Yang diteliti

oleh penulis lebih kepada arahnya dimasyarakat serta pada sistem kajian yang terdapat di

pondok pesantran , Bentuk pendidikan yang terdapat di Pondok Pesantren Edi Mancoro

adalah penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan 47 tradisional. Dan

pembelajaran ilmu-ilmu Agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan

menggunakan kitab-kitab klasik berbahasa Arab.Keterkaitan materi pendidikan dengan

tradisi yang ada di pondok pesantren.Kurikulum yang menekankan pengkajian kitab

kuning yang ditulis oleh ulama klasik menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan

pesantren sejalan dengan pemikiran masa lalu namun masih tetap berlaku pada masa

sekarang.Sistem pendidikan Pondok Pesantren Edi Mancoro menggunakan beberapa

sistem yang tradisional yaitu pola pengajaran sorogan, bandongan, wetonan dan

musyawarah dalam mengkaji kitab-kitab agama.Semua kegiatan yang berlangsung dalam

masyarakat sekitar Pondok Pesantren Edi Mancoro untuk mewujudkan humanisme

religius semata-mata ditujukan untuk lebih dekat kepada masyarakat sekitar. Peneliti

terdahulu yang di tulis oleh saudari Striana Farhana lebih berfokus pada pendekatan

pendidikan humanisme religius lingkup pesantren dan warga sekitar pesantren dan lebih

kepada arahnya dimasyarakat serta pada sistem kajian yang terdapat di pondok pesantran,

Bentuk pendidikan yang terdapat di Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah

penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan tradisional. Sedangkan persamaan

dengan skripsi yang peneliti tulis yaitu samasama membahas tentang pendidikan

humanisme religius yang di dalamnya membahas tentang pengarahan kepada

kemanusiaan, hidup bermasyarakat keseimbangan antara nilai-nilai kemanusiaan dan


120

keagamaan. 48 Beberapa tulisan yang terkait dengan penelitian yang penulis teliti antara

lain; Skripsi yang di tulis Saudari Oktaviani Damayanti (2017) yang berjudul

“Implementasi Humanisme Dalam Pandangan Yusuf Bilyarta Mangunwijaya: Sebuah

Konsep Teologi Pembebasan di Yogyakarta” membahas tentang kemanusiaan tidak

terlepas dari faham religiusitasnya sebagai umat penganut agama Katolik. Secara fitrah

manusia lahir untuk saling menolong, memberi dan diberi, dan

menebarkan cinta kasih kepada sesama umat baik umat yang sama agamanya ataupun

umat yang berbeda agamanya dari yang kita yakini. Hasil penelitian lebih berfokus

kepada sikap keadilan dan toleransinya dan pemerdekaan rakyat miskin melalui

keseimbangan antara humanisme religiusnya. Beberapa letak perbedaan antara penelitan

terdahulu yang di tulis oleh saudari Oktaviani Damayanti dengan skripsi yang peneliti

tulis saat ini yaitu, penelitian terdahulu terletak pada sikap keadilan toleransi dan

pemerdekaan rakyat miskin sedangkan penelitian yang saya tulis yaitu pada pendidikan

humanisme religius serta pemberian bimbingan pendampingan kepada warga masyarakat

yang tertinggal yang kehidupannya membutuhkan bimbingan mental, pengarahan,

pendmpingan baik secara pemberian material maupun pendidikannya.

BAB III

METODE PENELITIAN
121

A. .Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fild reaserch).Dalam

penelitian ini peneliti bertindak secara langsung sebagai pengumpul data dan sebagai

instrumen penelitian dalam upaya mengumpulkan data-data dilapangan.Untuk

memperoleh data-data yang valid yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti hadir

secara langsung dilokasi penelitian (Moleong, 2009:1) Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif, yaitu “Pendekatan yang dilakukan dengan pengolahan suatu data

tanpa menggunakan hitungan (statistik), namun melalui pemaparan suatu pemikiran,

pendapat para ahli atau fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat (Moleong,

2009:3).Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi untuk memahami dan

menafsirkan nilai-nilai dan penerapan pendidikan humanisme religius perspektif K.H

Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Pondok Pesantren Edi Mancoro Pondok Pesantren Edi Mancoro, yang lebih dikenal

dengan istilah Wisma Santri Edi Mancoro berdiri pada 25 Desember 1989 dibawah

naungan “Yayasan Desaku Maju” (YDM) atau yang sekarang berganti nama dengan

Pondok Pesantren Edi Mancoro pada tanggal 31 Desember 50 2006 hingga sekarang,

terletak diwilayah Kabupaten Semarang, tepatnya di dusun Bandungan, desa Gedangan,

kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Walaupun dari luar daerah,

pesantren ini lebih akrab dengan sebutan Salatiga, karena memang secara geografis lebih

dekat dengan pusat pemerintahan kota Salatiga. Pesantren ini berada diwilayah pinggiran

Kota Salatiga yang berada disebelah baratnya sekitar 4 kilometer perbatasan antara

Kaupaten Semarang dengan Kota Salatiga.Keadaanya memang tidak terlalu ramai tapi

dekat dengan Kota Salatiga.Sehingga merupakan tempat strategis untuk pendidikan

termasuk pendidikan keagamaan. Jarak yang tidak jauh dari pusat Kota Salatiga yang

merupakan sentral pendidikan formal, maka banyak santri yang berminat untuk
122

mendalami ilmu agama, selain ilmu agama para santri juga diajarkan ilmu umum

diantaranya:

ilmu kompiuter, menjahit, tata boga, bahasa (Inggris Arab dan Jawa) sebagai skiil

tambahan di pesantren ini, sebab kebanyakan santri yang menetap adalah para pelajar di

pendidikan formal, baik dari kalangan mahasiswa ataupun pelajar bahkan banyak juga

dari masyarakat sekitar yang ikut mencari ilmu di pesantren ini.

2. Kampung Kali Code Kampung Code, kelurahan Kota Baru, kecamatan Gondokusuman

kawasan bantaran Kampung Code, dibawah jenbatan Gondolayu, RT 01 RW 01 Code

Utara. Kampung Kali Code sangat releven untuk dijadikan lokasi penelitian, lokasi yang

berada dibawah jembatan pinggir suangai 51 Code, dulu adalah sebagai tempat

pembunagan sampah, kemudi dapat dijadikan tempat penghunian (Kampung) dimulai

dari mengubah mentalitas membuang sampah sembarangan dibantaran Kali Code,

menjadi ditiadakan. Inisisasi perbaikan tata pemukiman dan lingkungan Kali code

sehingga hasilnya kawasan itu menjadi bersih dan tertata. bersam temannya Romo

Mangun mendirikan Yayasan Pondhok Rakyat (YPR) yang merupakan wadah

pemberdayaan masyarakat dalam bidang lingkungan dan pendidikan. Romo Mangun

yang dikenal dengan sebutan Pemberdaya Wong Cilik, ini sangat peduli dengan kaum

bawah, gagasan humanismenya sangat diterima oleh warga Kali Code, walaupun pada

waktunya dulu, orang-orang yang tinggal didaerah Kali Code belum mengerti arti dari

humanisme, tetapi mereka merasakan effect humanisme yang dibawa oleh Romo, dan

warga Kali Code pun banyak belajar tentang bagaimana manusia pada hakikatnya dalam

bertindak, berkata serta bersosialisasi yang dimana hal tersebut dipaparkan dalam

penjelasan dan pengertian sikap humanisme (Damayanti, 2017:64). Bagi warga Kali

Code, Romo Mangun banyak meninggalkan pelajaran berharga bagi penghuni sekitar,

walaupun Romo Mangun tidak pernah dilahirkan di daerah tersebut tetapi Romo
123

membantu dengan ikhlas dan tulus untuk kepentingan warga tersebut, hal yang selalu

Romo Mangun tekankan untuk masyarakat sekitar adalah, selalu belajarlah untuk apapun

hal yang bisa diambil pelajaran baiknya, dan terapkan hal tersebut 52 untuk kehidupan

keluarga sendiri, sebarkan ke kehidupan warga sekitar (Damayanti, 2017:65).

C. Sumber Data Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan skunder yaitu :

1. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni

sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut (Amirin, 1990:132). Adapun

sumber data yang diambil dari penelitian ini adalah hasil wawancara, baik dengan

keluarga/ahli waris, narasumber utama maupun kolega dari kedua tokoh yaitu K.H

Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya dalam mewujudkan pendidikan humanisme

religius perspektif mereka.

2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli

memuat informasi data tesebut (Amirin, 1990: 132). Data yang dikumpulkan diolah dan

disaksikan oleh pihak lain biasanya dalam bentuk publikasi, jurnal atau bentuk lainnya.

Adapun data yang diambil dalam penelitian ini adalah berasal dari pandangan para tokoh

masyarakat mengenai pendidikan humanisme religius perspektif K.H Mahfud Ridwan

dan Y.B Mangunwijaya. 53 D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Observasi. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang

disusun berisi item-item tentang kejadian dan tingkah laku yang digambarkan terjadi

(Arikunto, 2006: 229).Dari penelitian pengalaman ini diperoleh suatu petunjuk bahwa

mencatat data observasi bukanlah sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan

pertimbangan kemudian mengadakan penelitian kedalam suatu perkara bertingkat

(Arikunto, 2006: 229).Observsi adalah sebuah pengumpulan data dengan jalan


124

pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian.Dalam metode ini penulis

gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui subjek penelitian.Dalam penelitian ini

selain penulis mengamati langsung dilapangan melainkan juga mencatat kejadian-

kejadian yang ada, kemudian merekam hasil wawancara penulis dengan objek yang

diteliti.

2. Wawancara Wawancara atau interview, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1998: 145).

Wawancara yang akan dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti

melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subjek yang dikaji. Kedua

melakukan wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih banyak 54

dan penting. Wawancara yang digunakan dengan model wawancara terbuka, artinya

seorang informan dapat mengungkapkan beberapa upaya, gagasan, strategi yang akan

dilakukan serta hambatan yang diprediksikan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

wawancara kepada keluarga, masyarakat yang bersangkutan serta para tokoh lain yang

membantu kedua narasumber utama dalam melaksanakan pendidikan humanisme religius

perspektif K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya.

3. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998: 236). Dalam penelitian ini dokumentasi yang

dimaksud adalah pengambilan beberapa data tetang berbagai dokumen terkait dengan

pendidikan humanisme religius perspektif K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya

mulai dari gagasan-gagasan mereka, pelaksanaan dari gagasan-gagasan tersebut dan

implementasinya.

E. Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya

agar diperoleh data yang matang dan akurat. Adapun jenis analisa data yang diambil yaitu
125

analisa data kualitatif. Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, 55 mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain (Moleong, 2009: 248). Proses analisis data kualitatif yang

dikemukakan oleh Moleong diatas masih rumit dalam pemahaman penulis mengenai

tahapan-tahapannya. Oleh karena itu, penulis lebih memahami kalau proses analisis data

dilakukan melalui tahapan; reduksi data, penyajian atau display data dan kesimpulan atau

Verifikasi. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjelaskan proses analisis tersebut

sebagai berikut:

1. Mengorganisasikan data Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui

wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape

recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah

hasil wawancara dari bentuk rekamaan menjadi bentuk tertulis secara verbatim.Data yang

telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah

di dapatkan.

2. Membuat kategori data Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam

terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul

diluar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara,

peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam

melakukan coding. Dengan pedoman 56 ini, peneliti kemudian kembali membaca

transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan

dengan pokok pembicaraan.Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat,

kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah

dibuat.
126

3. Mereduksi data Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting. Dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.Reduksi

data bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi.Abstraksi merupakan usaha

membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga

sehingga tetap berada dalam data penelitian (Moleong, 2009: 247).

4. Menyajikan fokus data Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Muhammad

Idrus bahwa: Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan (Idrus, 2009:151). Langkah ini dilakukan

dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan.hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh

selama proses, penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan

penyederhanaan tanpa mengurangi isinya. Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat

gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada

tahap ini peneliti berupaya 57 mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan

pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap sub pokok

permasalahan (Kusaeri, 2014: 209).

5. Penarikan kesimpulan Yaitu data yang sudah disajikan dianalisis secara kritis

berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan. Penarikan kesimpulan dikemukakan

dalam bentuk naratif sebagai jawaban dari rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal

(Sugiyono, 2013: 345). Penggunaan metode analisis dan interpretasi bertujuan

memberikan penjelasan secara deskriptif agar membantu pembaca mengetahui apa yang

terjadi dilingkungan pengamatan, seperti apa pandangan partisipan yang berada dilatar

penelitian (Emzir, 2012: 174). Deskripsi yang cukup dan pernyataan langsung

dimaksudkan untuk membantu pembaca memahami secara penuh dari pemikiran orang
127

yang terwakili secara naratif terkait pendidikan humanisme religius perspektif K.H

Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya.

F. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting

dalam penelitian.Maka fakta-fakta ini nanti digunakan penulis sebagai bahan

pembahasan. Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Dengan tujuan untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Denzin (1978) membedakan

empat macam tringulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2009: 330).Teknik tringulasi yang

digunakan penulis yaitu pemeriksaan melalui sumber.Tringulasi dengan sumber yaitu

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2009: 330).

Untuk mendapatkan data yang akurat serta seperti yang diinginkan penulis, maka penulis

akan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

membandingkan keadaan versi keluarga besar K.H Mahfud Ridwan dan Y.B

Mangunwijaya dan koleganya, dengan perspektif masyarakat sekitar lokasi penelitian.


128

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum

1. Biografi K.H Mahfud Ridwan a. Latar belakang keluarga K.H Mahfud Ridwan, atau

akrab dipanggil dengan sebutan Abah, beliau lahir di Pulutan, Sidoharjo Kota Salatiga,

pada tanggal 10 Oktober 1941, beliau merupakan putra pertama yang dilahirkan dari

pasangan suami istri bernama bapak H. Ridwan dan ibunya bernama Hj. Maimunah,

beliau adalah lima bersaudara yang sejak kecil hidup dalam lingkungan pesantren dimana

Pulutan waktu itu menjadi salah satu sentral pesantren di Salatiga.

b. Riwayat pendidikan K.H Mahfud Ridwan dalam menempuh pendidikan dimulai dari

Sekolah Dasar (SD) Pulutan, setelah beliau lulus dari SD, beliau menlanjutkan

pendidikanya ke Pondok Pesantren Watucongol, Magelang, mengaji kepad Kiai Nahrowi

Dalhar (Mbah Dalhar), lalu pindah ke Jawa Timur ke pondok Pesantren Tebu Ireng

Jombang, Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantren Ploso Kediri akan tetapi

beliau tidak lama di sana berpindah-pindah kemudian ke Pondok Pesantren Roudhotul

Tholibin di Rembang dibawah asuhan K.H Bisri Mustofa Ayah dari Gus Mus. Paling
129

lama beliau mondok disana, 60 Setelah itu kembali ke Pondok Pesantren Watucongol ke

tempat pertama beliau mondok, untuk berguru lagi, setelah selesai dari Watucongol lalu

meneruskan ke Madrasah Aliyah di Makkah Selama 3 Tahun, disana beliau ikut dengan

Syekh Yasin Al Fadani. Baru setelah selesai belajar di Makkah beliau melanjutkan

pendidikanya ke Bagdad Untuk menempuh pendidikanyan SI di Universitas Bagdad, atas

izin Guru beliau yaitu Syekh Yasin Al Fadani, beliau disana mengambil mata kuliah

Quryatul Adab Qismus Syari‟ah, Qismus Lughoh, Qismus Tarikh. Jadi kurang lebih

selama 8 tahun beliau belajar di sana.

2. Biografi Romo Y.B Mangunwijaya a. Latar belakang keluarga Yusuf Bilyarta (Y.B)

Mangunwijaya nama lengkapnya. Ia dilahirkan di Ambarawa, Kbupaten Semarang Jawa

Tengah, pada tanggal 6 Mei 1929. Bapaknya bernama Yulianus Sumadi Mangunwijaya,

seorang guru Sekolah Rakyat sekarang Sekolah Dasar di Desa.Begitu juga Ibunya,

Serafin Kamdanijah.Ia terlahir sulung dengan sebelas adik, tuju diantaranya perempuan,

Mangunwija dikenal sebagai Rohaniwan, Budayawan, Arsitek, Penulis, dan Aktivis. Ia

juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun (atau dibaca "Romo Mangun"

dalam bahasa Jawa). Di dunia Kesusastraan Indonesia ia termasuk dalam angkatan 1980-

1990an Ia menamatkan SD di Magelang tahun 1943, tatkala pendudukan miiliter Jepang

sedang mencengkram. Pada saat itulah ia mulai berkenalan dengan sastra. 61 Karya

Sastra yang dibacanaya dan membekas sampaai ia menjadi Novelis adalah Max Havelaar

karya Multatuli. Struktur cerita Max Havelaar pernah diakuinya sebagai model novelnya

yang berjudul Burung-Burung Manyar. Sementara itu dalam salah satu karangannya yang

berjudul “Pengakuan Seorang Amatir”, dipaparkanya bahwa proses kepenulisannya

sebenarnya sejak awal telah ditanamkan oleh kedua orang tuanya di samping juga dengan

situasi konduktif yang dialaminya tatkala ia menjadi murid Sekolah Dasar. Guru-gurunya

di SD saat itu adalah Biarawan-Biarawan Belanda (Rahmanto, 2001: 1).


130

Mereka benar-benar mendidik untuk berpikir, memperdalam rasa kebenaran fairplay dan

memupuk cita-cita manusia yang berhati mulia.Guru-guru itu mengantarkan anak

didikanya melalui pendidikan agar para siswa gemar mencari cakrawala-cakrawala yang

luas. Mereka mengajarkan ilmu bumi bukan sekadar di mana letak kota, sungai, atau laut

tertentu, tetapi ilmu bumi yang dapat menyalakan fantasi para siswa ke Negeri-negeri

jauh dengan tidak lupa membeberkan adat kebudayaan asing yang menarik minat para

siswa, untuk menekuninya mereka juga tidak lupa mengisahkan peristiwa-peristiwa

sejarah yang terkenal disuatu tempat yang sedang dijadikan bahan pelajaran, sehingga

imajinasi para siswa tumbuh subur dan mampu menembus ruang dan waktu.

Metode pendidikan lain yang diakuinya sangat menguntungkan bakatnya sebagai seorang

penulis, ialah adanya mata pelajaran ekspresi gagasan dan perasaan dalam bentuk latihan

berbicara dimuka kelas dan membuat karanagan tertulis. Setiap Minggunya, dua jenis

latihan seperti itu selalu dilakukan. Mangunwijaya kemudian membandingkan bagaimana

Guru-guru masa sekarang dan Guru-gurunya di sekolah dasar saat itu. Mata pelajaran SD

zaman Belanda dibuat tidak untuk dihafalkan, absrtak, dan tidak bersangkut paut dengan

kehidupan real, tetapi benar-benar berakar pada kebutuhan serta situasional si anak

dengan dimensi pembukaan pintu gerbang masa depan. Lebih lanjut, Mangunwijaya

memberikan kesaksian bahwa pada saat itu belajar di sekolah dasar setiap Minggu anak-

anak diminta membuat karangan dengan judul-judul wajib yang kongkrit, seperti

“Melihat-lihat di Pasar”, “Membeli Barang di Toko”, Pengalaman dalam Liburan”, dan

“Melihat Borobudur.” (Rahmanto, 2001: 2).

Masa yang dirasakannya sangat mengerikan adalah saat Indonesia dibawah pendudukan

fasis militer Jepang. Ketika itu keluarganya tinggal di kota Magelang, kota tangsi yang

bersuasana militer Belanda. Suasana pendidikan yang sangat memperhatikan segi-segi


131

penghalusan akal budi dan pencerdasan akal sehat, digantikan dengan suasana militeristis

yang memporak-porandakan ekonomi dan kebudayaan.Dunia fasis yang sangat kasar

sangat dibencinya. 63 Begitu proklamasi dikumandangkan, ia ikut angkat senjata menjadi

Prajurit BKR, TKR Divisi III, Batalyon X, Kompi Zeni. Oleh karena itu tidak

mengherankan dalam Burung-Burung Manyar dan Durga Umayi Mangunwijaya banyak

mengkisahkan pertempuran-pertempuran yang bergerliya dan serdadu-serdadu Belanda

yang ingin kembali merebut kota Yogyakarta. Pada bagian kedua pada novel Burung-

Burung Manyar, hampir seratus halaman ia berkisah tentang sepak terjang serdadu-

serdadu KNIL seperti Mayor Verbruggen, dan Setodewa serdadu KNIL yang berkulit

gelap dalam bertempur melawan geriliyawan. Pada tahun 1947-1948, Mangunwijaya

bahkan sempat menjabat sebagai komendan seksi TP Brigade XVII, Kompi Kedu, dan

ikut menyaksikan bagaimana Palagan Ambarawa membara (Rahmanto, 2001: 4). Selama

1980-1986, atas dorongan Dr. Soedjatmoko, Romo Mangun melakukan pendampingan

pada warga Kali Code yang terancam penggusuran. Dia melakukan protes, Berkat

pengupayaan dan pembuatan perumahan untuk warga Kali Code, pada tahun 1992 ia

mendapat penghargaan The Aga Khan Award Pada tahun 1986-1994, dia melakukan

pendampingan lagi, yakni untuk warga Kedung Ombo yang menjadi korban pembuatan

waduk. Di samping itu, Romo Mangun juga mendirikan Laboratorium Dinamika Edukasi

Dasar (DED) dan menerapkan eksperimennya di SD Kanisius Mangunan (SDKM) yang

bertempat di Dusun Mangunan Desa Kalitirto, 64 Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,

sekitar 13 kilometer sebelah timur Yogyakarta. Pada 26 Mei 1998, dia menjadi salah satu

pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan terbunuhnya Moses Gatutkaca di

Yogyakarta. Setahun kemudian, tepat pada 10 Februari 1999, setelah memberikan

ceramah dalam seminar yang bertema “Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya

Membentuk Masyarakat Indonesia Baru” di hotel Le Maridian Jakarta, Romo Mangun


132

meninggal dunia akibat serangan jantung. b. Riwayat pendidikan Mangunwijaya

menamatkan pendidikan SD di Magelang pada tahun 1934, pada waktu pendudukan

Militer Jepang sedang mencengkram. Pada saat itulah ia mulai berkenalan dengan sastra.

Tahun 1949 lulus sekolah Teknik (setingkat SMP) kemudian melanjutkan SLTA di

Malang, dan tamat tahun 1951. Pada tahun itu juga saat berumur dua puluh tahun

Mangunwijaya memutuskan untuk masuk Seminari Menengah di Jalan Code, Yogyakarta

hingga tahun 1952.Setahun kemudian, dilanjutkan di Seminari Menengah Mertoyudan,

Magelang. Lulus dari sana, ia lalu masuk ke Institut Filsafat dan Teologi Sancti Pauli,

Yogyakarta, lulus dan ditahbiskan sebagai imam tahun 1959. Setelah menjadi imam, ia

belajar Arsitektur di ITB hingga tahun 1960, dan dari sana melanjutkan kuliahnya di

Sekolah Teknik Tinggi Rhein, Westfalen, Aachen Repbulik Federasi Jerman hingga lulus

tahun 65 1966. Ia pulang dan menjadi Pastor Desa di Salam. Selain itu ia juga sebagai

dosen luar biasa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik di Universitas Gajah Mada

Yogyakarta (UGM). Beberapa tahun kemudian, Mangunwijaya mulai aktif menulis

kolom-kolom yang berupa Esai diberbagai surat kabar dan majalah, akhirnya di

kumpulkan dicetak dan diterbitkan oleh Gramedia (1978), dengan judul PuntungPuntung

Roro Mendut, dan Bunga Ramapai Soempah Pemoeda terbitan balai pustaka. Di tengah

kesibukan yang luar biasa, Mangunwijaya pada tahun 1978 masih sempat mengikuti

Fellow of Aspen Instut for Humanistic Studies di Aspen, Colorado, Amerika Serikat

(Rahmanto, 2001: 5).

c. Karya-karya

Romo Mangun adalah seorang rohaniawan arsitektur budayawan dan sastrawan

sehingga banyak karya yang di hasilkannya baik bukubuku novel cerpan maupun

artikael-artikel yang di tulis oleh beliau diantaranya yang berupa tulisan ialah: Burung-

Burung Manyar (Djambatan, 1981), Puntung-Puntung Roro Mendut (Balai Pustaka,


133

1978), Dari Jodoh samapi Supiyah (Djambatan, 1976), Bunga Ramapi Soempah Pemoeda

(Balai Pustaka, 1978), Cerpen Rumah Bambu (Kepustakaan Populer Gramedia, 2000), Di

Bawah Bayang-Bayang Adikuasa 1987, Tumbal 1994, Grundelan Orang Republik 1995,

Romo Rahadi (Pustaka Jaya, 1981), Ikan-Ikan Hiu Ido Homa (Sinar Harapan, 1983),

Genduk Duku (Gramedia, 1987), Lusi Lindri (Gramedia, 1988), 66 Durga Umayi

(Pustaka Utama Grafiti, 1991), Balada Becak 1985, Burungg-Burung Rantau (Gramedia

Pustaka Utama, 1992), Dara-Dara Mendut (Yayasan Dinamika Edukasi, 1992), Pohon-

Pohon Sesawi (Kepustakaan Populer Gramedia, 1999). Kemudian karya yang dihasilkan

dari arsitekurnya yaitu:

Pemukiman Warga Tepi Kali Code Yogyakarta, Kompleks Religi Sendangsono

Yogyakarta, Gedung Keuskupan Agung Semarang Jawa Tengah, Gereja Katolik Jetis

Yogyakarta, Markas Kowihan II Magelang, Biara Trappist Gedono Getasan Semarang

Jawa Tengah, Gereja Maria Sapta Duka Mendut Yogyakarta, Gereja Wisma Salam

Magelang Jawa Tengah, Rumah Bambu Arif Budiman Salatiga Jawa Tengah.

B. Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil temuan penelitian mengenai Pendidikan

Humanisme Religius Perspektif K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya yang

dilakukan pada tanggal 02 November 2018 sampai selesai. Untuk memudahkan pembaca

dalam memahami penelitian ini maka penulis membagi menjadi dua bagian.Pertama,

temuan penelitian mengenai pendidikan humanisme religius perspektif K.H Mahfud

Ridwan beserta implementasiny.Kedua, penemuan penelitian mengenai pendidikan

humanisme religius perspektif Y.B Mangunwijaya dan implementasinya yang diterapkan

dimasyarakat.
134

D. Pendidikan Humanisme Dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan Religius Perspektif K.H


Mahfud Ridwan K.H Mahfud Ridwan dalam memberi pendidikan terkait dengan pendidikan
humanisme yaitu melalui lembaga-lembaga, Yayasan serta dikenalkan dengan kelompok-
kelompok usaha, lalu setelah para warga masyarakat mengenal kemudian disana beliau
mendampingi, membimbing dan mengarahkan. Seperti halnya disampaikan oleh bapak MZ
melalui wawancara dirumah beliau. “K.H Mahfud Ridwan sosok yang sangat diakui sebagi
tokoh pemberdaya pendamping masyarakat, dengan adanya Yayasan Desaku Maju (YDM),
dengan berbagai macam kegiatan itulah sebagai sarana untuk mengembangkan masyarakat
melalui kegiatan pertanian dan industri, banyak berkerjasama dengan kelompok-kelompok
lain, dan juga berkerjasama dengan perbankan, bank Indonesia. Dengan program PHBK,
disitu saya mulai banyak terlibat sekitar tahun 1991 dikenalkan klompokklompok yang ada di
pedesaan, dikenalkan dengan lembaga keuangan (bank), dulu namanya orang ndeso itu
tidak kenal dengan bank bahkan pada takut dengan bank, lalu sama beliau dijembatani
dibimbing agar kenal dengan bank, dengan program PHBK. dulu orang yang punya usaha
menitipkan uang satu juta itu hanya bisa pinjam limaratus ribu, tapi dengan adanya proram
ini orang punya uang satu juta bisa pinjam dua juta, tiga juta, bahkan sampai lima juta.
Sehingga dengan adanya program itu banyak sekali bermunculan di Dusun-dusun.”
(MZ/S/05-11- 2018/16:15 WIB) Pandangan K.H Mahfud Ridwan tentang pendampingan
masyarakat Sama halnya disampaikan oleh AN yaitu ada kemiripan yang disampaikan
terletak pada pendampingan, pengarahan dan perubahan kepada masyarakat. “Dulu
masyarakat sini sebagai sentral penderes kelapa, dan masih banyak yang berhubungan
dengan pihak bank (titil), kemudian oleh beliau didirikan koperasi yang notabenya 68
berbagai rasa, disitu terbentuk simpan pinjam yang cukup ringan dan betul-betul untuk
memnbantu akses masyarakat menjadi mudah, kususnya para penderes kelapa, kemudian
berlanjut sampai urusan pendampingan keekonomian, di dirikannya BMT Assya’adah oleh
K.H Mahfud Ridwan untuk merubah kultur masyarakat yang dulu masyarakat masih
berhubungan dengan bank titil masalah keuangan, kemudian dengan adanya BMT itu
membantu masyarakat yang notabenya kembali ke syariaat, masyarakat juga menjadi ringan
dan sesuai dengan kaidahkaidah syariat.” (AN/M/07-11-2018/20:35 WIB). Perubahan yang
dilakukan oleh K.H Mahfud Ridwan kepada masyarakat terkait pendidikan humanisme yaitu
dengan cara mendirikan BMT untuk memudahakan masyarakat dalam bentuk keuangan. Hal
yang sama disampaikan juga oleh MH di BLK Edi Mancoro yaitu. “Beliau bersama beberapa
teman mendirikan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk mengentaskan orang-orang yang
seperti itu kurang mampu, tertinggal, dengan menggunakan bentuk sumberdaya masyrakat
membentuk koprasi yang hasilnya sangat mudah mendapatkan keringanan, dilakukan oleh
seorang kiai, yang secara literatur tidak di kenal melihat masyarakat sangat krosial dan
kejem saat itu, dan memang mendiriakan koprerasi untuk mensejahterakan masyarakat.”
(MH/P/08-11-2018/21:15 WIB). Dari hasil wawancara dengan informan tersebut, peneliti
memperoleh informasi bahwa K.H Mahfud Ridwan dalam melakukan pendampingan kepada
masyarakat terkait dengan keunagan, beliau mengenalkan sistim perbankkan kepada
masyarakat, agar masyarakat lebih ringan lebih terarah akses keuangannya, maka beliau
mendirikan koperasi BMT Assya‟adah sebagai wadah keuangan bagi masyarakat. K.H
Mahfud Ridwan dalam menjaga kerukunan antar umat beragama solidaritas kepada lintas
iman, dan para tokoh masyarakat 69 beliau membentuk yang namanya Forum Gedangan
(FORGED), para tokoh agama maupun tokoh masyarakat bertemu dalam forum tersebut lalu
135

terjadi sebuah diskusi didalamnya. Sebagaimana disampaikan oleh AN, di Masjid Darussalam
Dusun Bandungan yaitu:

“Dulu Salatiga belum terbentuk namanya forum lintas agama sehingga Islam hidup sendiri,
Kristen sendiri, Budha sendiri dan lain-lain, sampai Aliran-aliran agama hidup sendiri. mereka
adalah saudara bukan musuh, mereka itu tetangga bukan lawan, ketika sudah bicara
masalah humanisme kemanusiaan beliau sangat peduli dengan hal itu, maka dengan adanya
Forum Gedangan (FORGED), itulah menjadi salah satu bentuk untuk mewujudkan kerukunan
antar umat beragama saling menjaga memberi penghargaan kepada agama-agama yanga
lain, maka perbedaan itu menjadi ruh untuk belajar pedewasaan berfikir” (AN/M/07-11-
2018/20:35 WIB) Gagasan pendidikan humanisme religius terkait dengan mewujudkan
kerukunan antar umat beragama yaitu dengan membentuk Forum Gedangan (FORGED) yang
dilakukan oleh K.H Mahfud Ridwan. Sama halnya disampaikan oleh MH di BLK Edi Macoro
yaitu: “Apa yang menjadikan beliau itu banyak dikenal para tokoh agama, tokoh Bangsa dan
bahkan tidak hanya tokoh Bangsa Indonesia saja, juga dari Negara lain, yang beliau
tanamkan ialah berbuat kebaiakan. Ketika berbuat kebaiakan itu, orang tidak pernah tanya
apa agamanya, maka berbuat baik dengan siapapun beliau tidak pernah memandang agama,
tidak pandang bulu itu sampai kapanpun, yaitulah nilai-nilai yang di tanamkan oleh beliau
kepada anak-anaknya kepada dan para santrinya dan kepada siapapun” (MH/P/08-11-
2018/20:45 WIB) Sosok K.H Mahfud Ridwan memanag banayak dikenal oleh tokoh agama
maupun tokoh bangsa, yaitu dengan prinsip berbuat kebaiakan, maka orang ketika berbuat
baiak dengan siapapun orang 70 tidak akan pernah tanaya apa agamanya. Sama halnya ada
kemiripan yang disampaikan oleh MZ di rumah beliau yaitu: “K.H Mahfud Ridwan itu sosok
tokoh panutan bagi masyarakat, menurut padangan saya para kiai kususnya di Kabupaten
Semarang itu beliau menjadi kiblatnya, hubunganya antar sesama kiai didaerah Kabupaten
Semarang bisa terjalin dengan baik bahkan tidak hanya kiai toh dari tokoh agama lain,
terbukti saat di bulan Ramadhan dalam acara Asramanisaisi Ramandan di dalam acara itu
terjadi semacam diskusi antar kiai dan para tokoh agama yang datang dari Salatiga dan
daerah Kabupaten Semarang, jadi disitu membahas suatu masalah dari beberapa sudut
pandang, contoh dari Islam bagaimana, dari Kristen bagaimana, dari Buda bagaimana, dari
Hindu bagaimana dan agama yang lain, maka disinilah terjalinnya silaturahim, kemudian
mengangkat suatu masalah, sebagai contoh masalah poligami dilihat dari beberapa
pandangan agama, ini diadakan setiap tahuan yang kemudian disebut diskusi lintas agama,
dan masih banyak terjadi diskusi dengan tokoh-tokoh formal mulai dari jajaran Kepela Desa,
Camat, Bupati, Aparat negara baik Polisi TNI, Menteri, Gubernur, bahkan sampai Presiden.
Dulu pernah terjadi semacam gejolak diwilayah Salatiga lalu untuk mengatasi tidak
nyamannya kota salatiga K.H Mahfud Ridwan mengumpulkan tokoh-tokoh Agama, tokoh
Masyarakat, yang kemudian disitulah lahirnya Forum Gedangan (FORGED).” (MZ/S/05-11-
2018/16:15 WIB) Dari hasil wawancara tersebut dapat simpulkan bahwa K.H Mahfud Ridwan
adalah sosok yang sangat toleran dengan siapapun agama apapun, serta dengan organisasi
apapun, kepedulian beliau kepada masyarakat sangat tinggi, sehingga beliau dalam
mengatasi permasalahan tersebut beliau mengundang para tokoh agama untuk berkumpul
menyelesaikan maslah yang terjadi di masyarakat, saling bertukar fikiran dari berbagai sudut
pandang para tokoh agama, demi mewujudkan masyarakat yang rukun damai dan
berperikemanusiaan.
136

E. Pendidikan Humanisme Dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan Religius Perspektif Y.B


Mangunwijaya a. Gagasan Pendidikan Humanisme Dalam Membangun Nilai-Nilai
Kemanusiaan Religius Perspektif Y.B Mangunwijaya. Romo Mangun menyampaikan
gagasannya yaitu melalui mendirikan rumah-rumah di Kampung Code baik itu rumah yaitu
rumah kereta rumah susun sebagai dukunganfinansial dari beliau.
Seperti halnya disampaikan oleh DS di masjid kampung code yaitu: “Romo Mangun sangat
baik, sangat dekat dengan warga kali code dukungan finansialnya, dari mulai membangun
rumah bambu, rumah kereta, rumah susun di kampung sini sampe mengalahkan arsitek
Amerika, pada tahun 1992 terbukti pada tahun itu ia mendapat penghargaan The Aga Khan
Award (DS/TM/03-11-2018/15:30 WIB) Y.B Mangunwijaya memang terkenal orang yang
ramah kepada siapapun beliau banyak memberi bantuan di Kampung Code melalui
keahliannya sebagai arsitektur. Seperti yang disamapikan C di masjid Kampung Code
mengatakan yaitu: “Romo Mangun niku sae sanget kaleh warga masyarakat mriki mas, kaleh
bocah-bocah alit nggeh sae kaleh tiang sepuh nggeh sae kaleh bocah nom-nom nggeh sae
pokok,e kaleh sinten mawon sae. Teng mriki katah mas bangunaipun ciri khas Romo niku
rumah bambu mas misale ajeng di tembok nggeh kedahe sek separo niku bambu. Riyen
nganti angsal penghargaan tapi sakniki pun di pindah teng greja Jetis.”(HS/W/03-11-
2018/15:30 WIB) Kedua hasil dari informan tersebut dapat di simpulkan bahwa Romo
Mangunwijaya adalah orang yang sangat ramah kepada siapapun tanpa memandang usia,
kepedulian beliau kepada warga masyarakat 74 yang lemah sangat tinggi, sehingga beliau
telah mampu menata kampung dengan baik. Pelayanan yang dilakukan Romo Mangun
terkait dengan gagasan beliau yaitu melakukan pendampingan kepada warga masyarakat
yang disitu terancam akan kenyamanannya. Seperti di sampaikan DS dimasjid kampung
Code beliauyaitu: “Romo Mangun melakukan pendampingan pada warga Kali Code yang
terancam penggusuran. Dia melakukan protes.Berkat pengupayaan dan pembuatan
perumahan untuk warga Kali Code. beliau juga mendirikan Laboratorium Dinamika Edukasi
Dasar (DED) dan menerapkan Eksperimennya di SD Kanisius Mangunan (SDKM) yang
bertempat di Dusun Mangunan, Desa Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Seleman itu
adalah bentuk kepedulian Romo kepada masyrakat atau generasi untuk mengupayakan
pembelajaran yang efektif.” (DS/TM/03-11- 2018/15:30 WIB) Kepedulian beliau kepada
anak-anak dalam hal pembelajaran sangat tinggi degan didirikannya SD Kanisius tentu sangat
memberi pengaruh positif kepada masyarakat. Hal yang hampir mirip disampaikan oleh C
dimasjid kampung Code yaitu:
“Romo Mnagun niku teng masyarakat mriki nggeh ngajari belajar lare-lare, kaleh kiambak,e
damel perpustakaan teng kampung mriki kangge mbantu belajar warga mriki.” (HS/W/03-
11-2018/15:30 WIB) Hasil di atas dapat ditarik kesamaan bahwa Romo Mangun dalam
melangsungkan pendidikan bagi anak beliau menggunakan penerapan eksperimen yang
beda dengan kurikulum yang diterapkan pemerintah sehingga para peserta didik lebih
nyaman dalam kelangsungan 75 belajarnya, dan juga mendirikan perpustakaan disebuah
kampung untuk menfasilitasi belajar anak-anak antara lain di warga Code.

C. Pembahasan
137

1. Gagasan Penidikan Humanisme Dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan

Religius a. Gagasan Penidikan Humanisme Dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan

Religius Perspektif K.H. Mahfud Ridwan K.H. Mahfud Ridwan ialah sosok yang bener-

bener menjadi pengayom pendamping bagi masyarakat secara penuh dengan bekal

pendidikan yang sangat laus, baik pendidikan umum maupun ilmu agama. Beliau sangat

mementingkan orang lain di banding kepentingan pribadinya maka beliau sangat dikenal

dengan orang yang sangat peduli dengan kemanusian membela masyarakat yang miskin,

lemah, bahkan orang-orang yang terbelakang baik pengalamannya maupun

pendidikannya selain sangat peduli dengan kemanusiaan belaiu tetap taat menjalankan

ibadah sebagai bentuk sorang hamba kepada Tuhannya, dengan agama atau keyakinan

yang dianutnya beliau sebagai orang islam sanagt banyak gagasan yang diberikan kepada

masyrakat mualai dari rakyat biasa sampai para pejabat dan orang-orang jalanan. Makna

kemanusiaan adalah proses menjadi manusiawi dalam interaksi antar sesama manusia

dengan konteks dan tantangan yang terus berkembang (Michael Sastrapratedja SJ: 2006).

76 K.H Mahfud Ridwan sangat diakui bagi masyarakat berkat jasa beliau yang telah

banyak memberi pengaruh positif bagi masyarakat kususnya wilayah Kota Salatiga dan

Kabupaten Semarang dan tidak hanya disekitar itu beliau juga berpaeran pada peristiwa

Waduk Kedung Ombo yang berada diwilah Sragen Purwodadi Boyolali, masyarakat

sekitar situ telah mengakui jasa beliu yang pada waktu mengadakan rapat kepada para

tokoh masyarakat dan pemerintah untuk membahas peristiwa yang terjadi di Kedung

Ombo. K.H Mahfud Ridwan dalam mengajarkan pendidikan kepada masyarakat tidak

hanya menyuruh memberi tahu akan tetapi beliau ikut terjun mendampingi membimbing

membantu ditanya apa kendalanya kemudian dicarikan jalan keluarnya sampai bener-

bener bisa melaksakan masing-masing warga binaanya, beliau adalah sosok yang sangat

peduli dengan masyrakat yang kurang mampu menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
138

spenuhnya tanpa membeda-mbedakan etnis agama memandang agama, karena beliau

berpandangan bahwa agama ialah sebagai dasar hidup untuk memperbaiaki hidupnya

akan tetapi urusan kemmanusiaan wajib bagi beliau untuk membela menjaga keutuhan

martabatnya. Pendidikan atau belajar pada awalnya cenderung merupakan bagian dari

kegiatan kehidupan keberagaman dan kebudayaan. Manusia dalam kehidupan

bermasyarakat di samping menciptakan organisasi untuk mengatur kerja sama sebagai

alat untuk mencapai tujuan 77 bersama, juga mengembangkan aturan-aturan untuk

mengatur perilaku diantara warga masyarakat. Keyakinan dan nilai-nilai keagamaan

adalah inti yang menjadi dasar bagi pengembangan aturan masyarakat Bimbingan adalah

jenis pendidikan yang terutama tertuju pada pertumbuhan kepribadian manusia Indonesia

yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, memelihara memelihara budi pekerti

kemanusiaan, dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur (Mudyahardjo,

2008:57). Jadi dapat dikatakan bahwa K.H Mahfud Ridwan dalam mendampingi

masyarakat bener-benar tulus untuk mewujudkan masyrakat agar hidupnya tentram,

ketika ada yng kesulitan maka beliau mencarikan jalan keluarrnya yang harapannya dapat

mengatasi maslah yang di alami oleh masyarakat.Dengan adanya pendampingan itulah

sehingga memudahkan atau mengurangi kesulitan yang terjadi pada masyarakat.

b. Gagasan Pendidikan Humanisme Dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan

Religius Perspektif Y.B Mangunwijaya Humanisme merupakan kata yang ambivilan,

meskipun dapat dipastikan kalo kata ini memiliki makna positif, akan tetapi bagi para

pemeluk agama, kata humanisme bisa dipahami sebagai suatu sikap seorang yang

memandang dirinya sebagai subjek yang berdiri sendiri dan terpisah bukan saja dari

kekuasaan negara atau raja, yang sebenarnya hal itu boleh-boleh saja akan tetapi harus

dari Tuhan. Tetapi 78 jika anda benar-benar percaya pada Tuhan dan yakin bahwa segala

sesuatu, alam serta seisinya termasuk manusia, maka jelaslah bahwa sikap memisahkan
139

diri dari Tuhan itu termasuk penghinaan kepada Tuhan.(Suseno, 2007:208). Nilai

keagamaan tetap tidak dapat dipisahkan dari perilaku nyata kehidupan individu dan

masyarakat.Nilai-nilai keagamaan sering secara tidak sadar tetap menjadi kekuatan yang

paten bagi pilihan tindakan atau perilaku manusia dan masyarakat.Karenanya, pandangan

keagamaan memancarkan tatanan kehidupan sosial seperti keadilan, keterbukaan, dan

demokrasi.Pendidikan dalam realitanya masih menderita dehumanisasi karena

pengetahuan nilai-nilai masih diartikan sebagai objek pemilikan (having) bukan menjadi

pengetahuan dan nilai yang membangun perubahan diri (being).

Ada keterpisahan antara pengetahuan dan nilainilai dengan diri manusianya, dan karena

keterpisahan itu manusia mengalami proses dehumanisasi, dan manusia mengalami

penurunan martabatnya menjadi serendah binatang yang serakah. Pengetahuan, nilai-

nilai, dan keterampilan dibangun manusia sebenarnya adalah sebuah konstruksi, kreasi

(ciptaan), atau penciptaan kembali yang berada dan melekat dalam diri manusia

(seseorang) dan digunakan untuk memecahkan masalah kehidupannya untuk

mewujudkan tujuan kehidupan yang mulia.Namun, dalam realita yang 79 dilakukan di

sekolah tradisional pengetahuan dan nilai berubah menjadi sekadar kata-kata, ucapan-

ucapan kosong yang bersifat verbalistik. Pendidikan humanisme menurut Y.B

mangunwijaya seperti wawancara DS yang terekam bersama peneliti di atas bahwa ”

Romo Mangun sosok orang yang mempunyai prinsip mengembangkan kehidupan

manusia menjadi manusia yang utuh, menjalin relasi baik dengan Tuhan yang

menciptakannya. menjalin hubungan dengan harmonis baik dengan sesama manusia

maupun dengan alam semesta sebagai sama-sama makhluk Tuhan. kesadaran ketuhanan

ini menjadi dasar untuk cara pandang, bertindak dan bersikap. Beliau dalam hidupnya

juga tidak lepas dari dasar “Tri Bina”, yakni bina manusia, bina usaha dan bina

lingkungan. Romo Mangun sangat menekankan orientasi belajar kemandirian, anak didik
140

dengan pola-pola kurikulum yang kontekstual, dinamis, demokratis, humanis, sehingga

menolak kurikulum yang berakhir pada pembunuhan karakter anak didik, dalam proses

pembelajaranpun beliau mewujudkan belajar sejati yaitu mengantar dan menolong anak

didik untuk mengenal dan mengembangkan potensi dirinya agar menjadi manusia yang

mandiri, dewasa dan utuh” (DS/T/3/11/ 2018 pukul 15:15-selesai).

Sedangkan pendidikan yang humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni

makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan fitrahfitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup, ia

harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya. Pendidikan 80

humanistik adalah pendidikan yang mampu memperkenalkan apresiasinya yang tinggi

kepada manusia sebagai makhluk Allah yang mulia dan bebas serta dalam batas-batas

eksistensinya yang hakiki, dan juga sebagai pemimpin di bumi (Makin, 2005: 22) Jadi

pendidikan humanisme religius menurut Y.B mangunwijaya adalah orang yang

mempunyai prinsip mengembangkan kehidupan manusia menjadi manusia yang utuh,

menjalin relasi baik dengan Tuhan yang menciptakannya serta relasi atas dasar

humanisme yang dibangun Y.B mangunwijaya terdapat suatu prinsip dasar cara pandang,

bertindak dan bersikap.

c. Persamaan dan Perbedaan Pendidikan Humanisme dalam Membangun Nilai-Nilai

Kemanusiaan Religius Perspektif K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya 1)

Persamaan Kedua tokoh tersebut sama-sama menjadi pendamping, pengayaom dan

pemberdaya masyarakat miskin, terutama memberi pendampingan pengarahan bagi

masyarakat yang tertinggal, masyarakat-masyarakat yang kurang mampu atau masyrakat

bawah bahkan sampai kaum marjinal yang berada dikolong jembatan maupun dipinggir

jalan dan ditrotoar. Kedua tokoh tersebut sangat peduli dengan kemrosotan pendidikan,

moral maupun ekonomi bagi masyarakat.Sehingga K.H Mahfud dan Romo Mangun

sering terjun ke masyarakat untuk membantu mengubah masyrakat agar menjadi 81 lebih
141

baik, terbina dan tertata lingkunganya.Maju dalam segi pendidikan dan sumberdaya

masyarakat, seperti masyrakat pada umumnya.Keduanya sama-sama mempunyai prinsip

yang tinggi dalam menjaga martabat kemanusiaan seutuhnya, dan tidak lupa pula didasari

dengan nilai-nilai religius keimanan yang tinggi sebagai mahluk hamba (abdullah).Sudah

sepantasnya sebagai seorang hamba untuk tetap menjalin relasi dengan baik dan

sungguhsungguh, dalam segala upaya selalu disandarkan kepada Allah Tuhan semesta

alam. Kedua tokoh tersebut memang sosok pendamping masyrakat khodimul umah yang

dalam perjalanan hidupnya banyak dilakukan untuk pelayanan masyarakat, antara

keduanya memang sama-sama mempunyai sifat kepribadian yang sangat toleran kepada

siapapun, dengan tanpa memandang agama maupun golongan, karena kedunya sama-

sama berprinsip kalau urusan keyakian itu sudah terbawa dari hati nurani masing-masing

sebagai dasar dalam bersikap, bertindak dan berucap, tentunya semua agama sama-sam

mengajarkan kebaikan, karena yang diyakini oleh keduanya tidak ada agama yang

mengajarkan keburukan, jadi kalau sudah urusan agama atau keyakinan itu sudah urusan

mereka dengan tuhan. Kedua tokoh yaitu K.H Mahfud dan Romo Mangun memang tokoh

humanisme religius.Sama-sama menjadi seorang imam pemimpin dalam agama yang

diyakini masing-masing, utuk menjadi tokoh 82 pengaruh bagi masyarakat maupun

bangsa, keduanya tidak cukup hanya bekal belajar dalam negeri saja. Keduanya yaitu

sama-sama belajar diluar negeri, Kiai Mahfud diantaranya belajar ke Bagdad, dan Romo

Mangun ke Jerman, sampai situlah perjuangan kedua tokoh yang dikenal sebagai

pendamping, pengayom dan pemberdaya masyarakat. Setelah peneliti memaparkan

persamaan humanisme religius antara kedua tokoh tersebut sehingga terdapat juga

perbedaan pemikiran tersebut yaitu. 2) Perbedaan Perbedaan humanisme religius antara

K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya, yaitu terletak pada proses menuju

pendampingan yang dilaluinya. K.H Mahfud Ridwan dalam meraih pendidikan banyak
142

didapatkan dari pendidikan non formal, yaitu dibeberapa pesantren dan itu dimulai sejak

K.H Mahfud Ridwan tamat dari Sekolah Dasar, hingga sampai tamat dari perguruan

tinggi, beliau banyak menghabiskan waktu belaajar yaitu di pendidikan pesantren, tentu

itu adalah waktu yang tidak sedikit yang dilalui oleh beliau, dari situlah pasti berpengaruh

besar bagi karakter sudut pandang K.H Mahfud Ridwan. Sedangkan Y.B Mangunwijaya

banyak menghabiskan waktunya yaitu di lembaga sekolah formal, meskipun beliau juga

masuk ke Seminari seperti halnya pesantren kalau dalam islam, akan tetapi lebih banyak

di pendidikan formalnya.

Y.B Mangunwijaya lebih kepada pendalaman tetang 83 karyanya baik itu berupa tulisan

maupun bangunan karena beliau juga meneruskan bakatnya yaitu sebagai arsitektur.

Akan tetapi beliau juga terkenal sebagai rohaniawan budayawan, disitulah beliau banyak

meggagas tentang religus dan kemanusiaan atau humanise. Melalui karya yang berupa

tulisan itulah beliau banyak penghayatan tetang kepeduliannya kepada rakyat miskin,

masyrakat bawah dan kaum lemah.Lain halnya dengan K.H Mahfud Ridwan beliau

membawa bekal pendidikan yang banyak diperoleh dari pesantren sehingga beliau dalam

menyamapaikan kepeduliannya kepada masyarakat bawah yaiatu melalui penyamapain

pidatonya, atau pengajian-pengajian baik dipondok pesantrennya, dimasyarakat,

dimasjid-masjid maupun dirumah beliau.Disitulah letak perbedannya kedua tokoh

tersebut.

2. Implementasi Pendidikan Humanisme dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan

Religius

1. Implementasi Pendidikan Humanisme dalam Membangun NilaiNilai Kemanusiaan Religius


Perspektif K.H Mahfud Ridwan K.H Mahfud Ridwan memang sosok kiai yang bener-bener
mengutamakan kepentingan orang lain, membantu dengan sepenuh hati tanpa pamrih dan
mengedepankn keistiqomahan dan kesabaran jadi segala sesuatu yang terjadi senantiasa
diserahkan kepada Allah SWT. Beliau melakukan pendampingan kepada masyarakat secara
sungguh- 84 sungguh tanpa memandang agama jadi dengan siapaun beliau selalu terbuka
siapapun dalam memberi kemaslahatan. Pendidikan keagamaan secara klasik cenderung
143

memiliki tujuan untuk membangun dalam diri manusia suatu kondisi moralitas yang baik atau
karakter yang mulia. Ungkapan-ungkapan dalam ajaran agama memberikan gambaran akan hal
tersebut, seperti ungkapan: Tidak kami utus kamu Muhammad, kecuali untuk memperbaiki
akhlak. Secara umum, para nabi dilahirkan dalam kondisi masyarakat jahiliyah, yaitu masyarakat
yang warganya mengalami kerusakan karakter sehingga kehidupan penuh dengan perilaku
buruk, penghancuran hakhak manusia, penindasan atau perampasan secara semenamena,
pengkhianatan dan kedengkian dalam hubungan, arogansi yang berkuasa (kaya) dan
ketertindasan yang lemah dan miskin. Tujuan diangkatnya kenabian secara umum adalah
memperbaiki moralitas atau akhlak manusia yang terjadi pada zamannya. Dalam kehidupan
modern, tujuan pendidikan lebih dirumuskan menggunakan nilai-nilai keilmuan yang bersifat
ilmiah. Seperti gambaran rumusan tujuan pendidikan yang disampaikan oleh Maslow (tokoh
psikologi humanistik) yang merumuskan tujuan pendidikan sebagai pencapaian aktualisasi diri,
yaitu suatu kondisi dimana individu dapat menggunakan potensi-potensi (bakat, talenta,
kapasitas) dirinya secara penuh sehingga dapat mengembangkan kehidupannya yang lebih
produktif. Ibaratnya sebatang pohon yang tumbuh dan berkembang, 85 mulai dari biji yang
tumbuh dari dalam tanah, kemudian tumbuh batang dan daun yang subur, selanjutnya pohon
berbunga indah dan menarik, dan pada akhirnya menghasilkan buah-buah yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia maupun binatang. Mungkin dapat dikatakan pohon itu
telah beraktualisasi diri pada waktu pohon itu berbuah. K.H Mahfud Ridwan sangat
mengutamakan nilai-nilai humanisme dalam upaya memberi pengayaoman kepada masyarakat
yang dan tidak lepas dari prinsip-prinsip religius yang beliau lakukan Esensi diri manusia
dibangun melalui proses kehidupan dimana individu memiliki kebebasan untuk memilih dan dia
harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilih. Individu akan terbentuk menjadi apa
adalah sesuai dengan pilihan bebas yang diambil, yang selanjutnya terbentuk menjadi siapa
dirinya, sebagai dokter, insinyur, atau guru adalah sebagai akibat dan pilihan bebas yang dia
lakukan. Nilai-nilai keagamaan berada dalam diri individu yang memperoleh pemaknaan oleh
individu masing-masing, tidak ada otoritas di luar diri individu yang dapat memberikan makna.
Apabila individu melakukan perubahan makna akan pengetahuan, nilai-nilai, atau keagamaan
maka hal itu dilakukan oleh dirinya dengan rasa sukarela dan bukan karena paksaan dan otoritas
di luar dirinya. 86 b. Implementasi Pendidikan Humanisme dalam Membangun NilaiNilai
Kemanusiaan Religius Perspetif Y.B Mangunwijaya Pendidikan humanisme yang di ajarkan oleh
Romo Mangun yaitu sangat menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menjaga kerukunan antar
umat berbeda keyakinan, bahkan dengan orang lain yang berbeda agama beliau sering
mengingatkan ketika tiba waktunya beribadah, beliau sangat menghargai kepada orang islam
dan tidak hanya kepada orang islam saja akan tetapi kepada semua umat berbeda agama.
Pendidikan tidak cukup sekadar pencapaian tujuan humanis, tetapi lebih jauh membutuhkan
pencapaian tujuan kebutuhan spiritual transendental (religius).
Pencapaian tujuan kebutuhan spiritual transendental secara umum menjadi tujuan pendidikan
keagamaan (religius). Sebagaimana didepan telah disampaikan bahwa hampir semua agama
meletakkan tujuan pendidikan adalah untuk pengembangan moral manusia, agar manusia dapat
berkembang menjadi berkarakter baik sehingga hidupnya dapat berguna bagi orang lain dan
dirinya sendiri. Konsep memerdekaan manusia yang sangat diperjuangkan oleh beliau dan tidak
ada hubungannya dengan agama apapun, tidak ada unsur pamrih yang Ia lakukan semua murni
datang dari hati nuraninya beliau sangat peduli dengan kaum yang lemah yang terpinggirkan
beliau banyak sekali melakukan pendampingan kepada masyarakat 87 terutama masyarakat
144

bawah masyarakat yang kurang mampu baik itu pendidikannya maupun segi ekonominya.
Konsep humanisme tidak dihubungkan denan orang-orang Eropa yakni dengan kebudayaan
Romawi dan Yunani kuno.Humanisme berkembang menjdi gerakan lintas budaya dan universal,
dalam arti berbagai sikap dan kualitas etis dari lembag-lembaga politik yang bertujuan
membentengi martabat kemanusiaan (Suseno, 2007: 209- 210). Setiap siswa dipandang sebagai
individu yang memiliki keunikan yang berbeda dengan siswa lain. Perbedaan keunikan individu
siswa dalam kegiatan pendidikan dan belajar harus dapat tampak dan dihargai oleh pendidik
atau guru. Pandangan eksistensialis yang di ambil oleh pendidik humanis adalah adanya
kemerdekaan atau kebebasan dalam diri individu untuk memilih apa yang dianggap benar bagi
dirinya untuk dapat membangun dirinya menjadi (to become) seperti apa yang diinginkan.

F. Sudut Pandang Epistemologi K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya Pandangan K.H
Mahfud Ridwan dalam berkeyakinan sebagai tokoh muslim yaitu berpedoman kepada al-
Qur‟an, Hadis, dan Ijtihat para Ulama. dasar keilmuan beliau banyak didapat dari pondok
pesantren baik itu pengetahuan agama mupun umum. Sehingga dari situlah terbentuk
karakter pemikiran beliau, sebagai seorang kiai yang juga dikenal sebagai 88 sosok
pendamping masyarkat secara totalitas melaluai kereligiusannya maupun humanismenya.
Sedang Romo Mangunwijaya ialah sebagai tokoh katolik yang berpedoman kepada al-kitab,
beliau banyak meraih ilmu dari sekolah umum maupun sekolah seminari. Namun beliau juga
mempunyai banyak guru yang mempengaruhi karakter pemikiran beliau, maka beliau
sebagai rohaniawan yang memang bener-bener melayani umat secara penuh dan sungguh-
sungguh. karena ketekunannya dalam belajar sehingga beliau menjadi tokoh humanisme
religius yang sangat berpengaruh bagi masyarakat tentang keimannaya sebagai Romo
maupun sesial kemanusiaannya. K.H Mahfud Ridwan dalam mennyampaikan gagasan-
gagasannya baik kapada masyarakat, santri, maupun para pengikutnya yaitu melalui
pengajian dimasjid, dimasyarakat, dirumah maupun dipondok yang di dirikannya, beliau juga
terjun memberi pendampingan secara lasung maupun di balik layar. Tak hanya dengan cara
seperti itu beliau juga sering mengundang para tokoh agama tokoh masyarakat pejabat
pemerintah maupun orang umum, disitu diajak diskusi atau musyawarah yang bertujuan
untuk mempererat parsaudaraan saling tukar pemikiran kemudian melihat problem yang
terjadi di masyrakat untuk diselesaikan secara bersama. Tak beda jauh dengan Y.B
Mangunwijaya, sebagai seorang romo tentu dalam menyampaikan gagasanya juga melaluai
pidato di Gereja kepada para jemaatnya, lembaga mapun dalam kegiatan mengisi seminar.
145

BAB V PENUTUPAN

A. Kesimpulan

1. Gagasan kedua tokoh tersebut mengenai pendidikan humanisme dalam membangun nilai-
nilai kemanusiaan religius hampir sepaham, yaitu samasama berpendapat bahwa agama hadir
sebagai dasar untuk membentuk kepribadian manusia dalam bertindak, berkeyakinan, dan
bersosial dengan moral yang baik serta rasa nasionalisme yang tinggi. Pandangan K.H Mahfud
Ridwan dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilihat dari prinsipnya yaitu sebaik-baik manusia
ialah yang bermanfaat bagi orang lain. prinsip beliau bahwa hidup untuk melayani masyarakat.
Dengan prinsip pendidikan humanisme religius tersebut maka harapan beliau para santrinya
ketika sudah pulang ke masyarakat bisa menjadi pelayan umat, mendampingi masyarakat secara
sungguh-sungguh.Sedangkan Y.B Mangunwijaya sebagai seorang rohaniawan sastrawan
budayawan berpandangan bahwa semua manusia berhak mendapat pendidikan tanpa
membeda-bedakan agamanya. Beliau dalam hidupnya tidak cukup melakukan pengabdian
hanya pada Tuhan, akan tetapi juga peduli dengan 90 kemanusiaan dan keseimbangan alam. Hal
ini sesuai dengan prinsip beliau yang tertera pada dasar “Tri Bina”, yakni bina manusia, bina
usaha dan bina lingkungan.

2. Implementasi pendidikan humanisme dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan religius


yang dilakukan kedua tokoh di atas ialah sama-sama sebagai tokoh agama yang nasionalais,
pluralis, humanis religius. Kehidupnya banyak bersentuhan denngan masyarakat lemah, yang
hidupnya di kalangan bawah, memberi pendampinagan kepada masyarakat secara sungguh-
sungguh dan memang datang dari keinginan hati nuraninya tanpa mengaharap imbalan kepada
pihak yang bersangkutan.
146

B. SARAN

Dari peneliti yang dilakukan, ada beberapa saran yang perlu kiranya ntuk di pertimbangkan,
yaitu:
1. Bagi masayarakat jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, yang dapat mendampingi
masyarakat secara penuh tulus ikhlas dan sungguhsungguh tanpa pamrih, dengan tanpa
membeda-bedakan suku, ras maupun agama.
2. Bagi peneliti sendiri diharapkan jangan hanya sekadar meneliti kedua tokoh tersebut, akan
tetapi dapat mencotoh kepribadiannya dan budi pekerti luhurnya.
3. Bagi pembaca semoga bermanfaat, dapat meneladani tokoh tersebut dan dapat menjadi
refrensi bagi peneliti selanjutnya.
147

MAKALAH CARA MENGURUS FARDHU KIFAYAH

Mata Kuliah: Agama Islam


Dosen Pengampu: Achmad Zulfikar Siregar, SPDI M.Pd

Disusun Oleh:
Eka arisa nadra (2048201005)
A aliyah namira (2048201011)
Prodi : S1 farmasi

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


ANGKATAN II
T.A 2020/2021
i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik allah swt, tuhan semesta alam yang senantiasa
memberikan rahmat hidayah dan karunia nya kepada kita semua, sehingga segala
aktivitas yang dikerjakan dapat bernilai ibadah di sisinya.salam dan taslim semoga
tercurahkan kepada baginda rasulullah muhammad saw.nabi yang telah memberikan
pencerahan akan kebenaran kepada seluruh umat manusia dimuka bumi terutama kepada
penulis dalam menyusun tugas yang berjudul"cara mengurus fardhu kifayah"tulis ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam.tugas ini
penulis menyadari bahwa tugas ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,baik dari
penulisan maupun penyajiannya, oleh karena itu masukan,kritik,dan saran yang bersifat
membangun sangat dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat bapak achmad zulfikar Siregar, SPDI M.Pd yang mana telah memberikan tugas
mata kuliah pendidikan agama islami.
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Jenazah………………………………..…………………………… 2
2.2. Memandikan Jenazah................................................................................. 2
2.3. Mengkafani Jenazah................................................................................... 5
2.4. Menshalatkan Jenazah............................................................................... 8
2.5. Menguburkan Jenazah............................................................................... 11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 14
3.2. Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian
yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah
SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang
muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban
Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim
lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4
perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang
telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan
mencoba menguraikan dalam penjelasan berikut ini.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian jenazah?

2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?

3. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?

4. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?

5. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?


2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫جن ذ‬
yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang
tertutup
Jenazah, mayat, jasad atau kadaver dalam istilah medis, literal, dan legal,
atau saat dimaksudkan dalam pembedahan, adalah tubuh yang sudah tidak
bernyawa.
2.2. Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi
jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam
sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:
‫ فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلتــه فمــا ت ا غســلو ه بمــا ء و سد ر‬:‫عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم قا ل‬
)‫(رواه ا لبخرو مسلم‬
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang yang
jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (H.R
Bukhari dan Muslim)
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Orang yang utama memandikan jenazah

a. Untuk mayat laki-laki

Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang
yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan
istrinya.

b. Untuk mayat perempuan


3

Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,


keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan

Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan


sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.
d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya
laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki
meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak
mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.[3]
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya:

‫اذ ما تت ا لمر أ ة مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر أ ة غير ها و ا لر جل مع النسا ء ليس معهن ر جل غيره فأ‬
)‫نهما ييممان و يد فنا ن و هما بمنز لة من لم يجد ا لما ء (رواه ه بو داود و ا لبيحقى‬
Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan
tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu
Daud dan Baihaqi)
2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah

1) Muslim, berakal, dan baligh

2) Berniat memandikan jenazah

3) Jujur dan sholeh

4) Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya


sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat.

3. Mayat yang wajib untuk dimandikan

1) Mayat seorang muslim dan bukan kafir


4

2) Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak
dimandikan

3) Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan

4) Bukan mayat yang mati syahid

4. Tatacara memandikan jenazah

Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu:


a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala sesuatu
yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:

1) Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.

2) Air secukupnya.

3) Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.

4) Sarung tangan untuk memandikan.

5) Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.

6) Kain basahan, handuk, dll.

b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak
kelihatan.

c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.

d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.

e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan
perutnya perlahan-lahan.

f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.

g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,
gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.

h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
5

i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur
dengan wangi-wangian.

j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota


tubuhnya.

k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah
yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.

l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak
perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.

m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menyulur
kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang.

n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak


membasahi kain kafannya.

o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung


alkohol.

2.3 Mengkafani Jenazah


Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang
dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim
dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai
berikut:
‫ها جر نا سع ر سو ل ا هلل صلى ا هلل عليه و سلم كلتمس و جه ا هلل فو قع ا جرنا على هللا فمنا من ما ت لم يــأ كــل من ا‬
,‫ ا ذا غطينا بها ر أ سه خــر جت ر جال ه‬,‫جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو م ا حد فلم نجد ما لكفنه ا ال بر د ة‬
‫و ا ذا غطينا بها ر جليه حر ج ر أ سه فأ مر نا ا لنـبي صـلى ا هلل عليـه و سلم ا ن نغطي ر أ سه و ا ن نجعــل على ر‬
)‫جليه من ا ال ذ خر (رواه ا لبخا ر ى‬
Artinya: “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah
SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada
yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab
bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali
selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya
6

tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi
kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R Bukhari)
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
 Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi
seluruh tubuh mayat.

 Kain kafan hendaknya berwarna putih.

 Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.

 Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.

 Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:


1. Untuk mayat laki-laki

 Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan
luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

 Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain
kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

 Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

 Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara
yang lembut.

 Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga
atau lima ikatan.

 Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun
7

kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar
menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

2. Untuk mayat perempuan

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang
terdiri dari:
 Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

 Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.

 Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

 Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.

 Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


 Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan
letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan
kapur barus.

 Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

 Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

 Pakaikan sarung.

 Pakaikan baju kurung.

 Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

 Pakaikan kerudung.

 Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain
kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

 Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.


8

2.4 Menshalatkan Jenazah

Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu kifayah.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:
)‫صلو ا على مو تا كم (رواه ابن ما جه‬
Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”
Orang paling utama untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:
a. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah.

b. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.

c. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.

d. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.

e. Keluarga terdekat.

f. Kaum muslimim seluruhnya.

Rukun shalat jenazah ialah:


a. Berniat menshalatkan jenazah.

b. Takbir empat kali.

c. Berdiri bagi yang kuasa.

Adapun tata cara melakukan shalat jenazah adalah sebagai berikut:


1. Niat shalat jenazah

Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah SWT.
Sebelum shalat jenazah dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum
hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat laki-laki imam
berdiri sejajar dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat perempuan, imam
berdiri di tengah-tengah sejajar pusat si mayat.
Lafal niat shalat jenazah:
a. Untuk mayat laki-laki

‫ ا ما ما هلل تعا لى‬/‫ا صلى على هذ اا لميت ار بع تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما‬


b. Untuk mayat perempuan
9

‫ ا ما ما هلل تعا لى‬/‫ا صلى على هذ اا لميتة ار بع تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما‬


2. Takbir 4 kali

a. Takbir pertama dimulai dengan mengangkat tangan dan membaca Al-Fatihah.

Artinya:
 Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,

 Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,

 Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,

 Yang menguasai di hari Pembalasan,

 Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan,

 Tunjukilah kami jalan yang lurus,

 (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

b. Takbir kedua dan membaca shalawat

‫ا للهم صل على محمد و على ا ل محمد كما صليت على ا بر ا هيم و على ا ل ا براهيم و بــا رك على محمــد‬
‫و على ا ل محمد كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا ل ا بر هيم فى ا لعا لمين ا نك حميد مجيد‬.
Artinya: “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana engkau telah memberikan kesejahteraan kepada Ibrahim dan
keluarganya. Berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah
memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi
bijaksana”
c. Takbir ketiga dan membaca do’a untuk si mayat

)‫ا للحم ا غفر له (ها) و ا ر حمه (ها) و عا فه(ها) و ا عف عنه (ها) و ا كر م نز له (ها) ووسع مد خله (ها‬
‫و ا غسله (ها) بما ء و ثلج و بر د و نقه (ها) من ا لخطا يا كم ينقى ا لثو ب من ا لد نس و ا بد له (هــا) دا را‬
‫خيرا من دا ر ه (ها) و ا هال خيرا من ا هله (ها) و ادخله (ها) ا لجنة و ا عنــذ ه (هــا) من عــذا ب ا لقــبر و‬
‫عذا ب ا لنا ر‬.
10

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya, sucikanlah dia
dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari kesalahannya, sebagaimana sucinya
kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik
daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan keluarga yang lebih baik,
masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari siksa kubur dan siksa neraka.”
d. Takbir keempat lalu diam sejenak dan membaca do’a

)‫ا للحم ال تحر منا ا جر ه (ها) وال تفتنا بعد ه (ها) و ا غفر لنا و له (ها‬
Artinya: “ Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan janganlah
engkau tinggalkan fitnah untuk kami setelah kepergiannya”

2. 5 Menguburkan Jenazah
 Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas
pundak dari keempat sudut usungan.

 Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa.


Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping
kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

 Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.

 Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan
binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

 Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah
ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita
(non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani
dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar
kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
11

Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).
 Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

 Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur

 Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang


lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan.
Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

 Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan:


“BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma
Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika
menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam

 Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya


(dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali
kepala dan kedua kaki.

 Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab
tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang
telah dijelaskan.

 Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping)

 Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya

 Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam
liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke
atas jenazah tersebut.
12

 Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak


dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk
makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).

 Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini
terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206).
Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.

 Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu
nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar
padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal
tersebut. (HR. Muslim)

 Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab


pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah
selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan
kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-
sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.Wallahu
a’lam bish-shawab.

Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat diambil beberapa
hikmah, antara lain:
 Memperoleh pahala yang besar.

 Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.

 Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa


atas musibah yang dideritanya.

 Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

 Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
1. Memandikan

2. Mengkafani

3. Menshalatkan

4. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.

b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.

c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa


atas musibah yang dideritanya.

d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

3.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri
15

untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya
dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.
16

DAFTAR PUSTAKA

http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5070080328265217955#_ftn2
https://www.google.com/search?
q=pengertian+jenazah+menurut+islam&oq=pengertian+jenazah&aqs=chrome.1.69i
57j0l7.6620j0j1&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta: Amzah
Abd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
17

Makala Cara Mengurus Fardhu Kifayah

Mata Kuliah : Agama Islam

Dosen Pengampu : Achmad Zulfikar Siregar, SPDI M.Pd

Disusun Oleh :

Dirham guntoro (2048201004

Nurhot mrly ana 2048201019

S1 farmasi

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

ANGKATAN II

T.A 2020/2021
18

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang,kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Nya yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah,dan inayah Nya kepada kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami tentang Cara Mengurus Fardhu Kifayah Lanjutan
:
a. Menshalatkan jenazah
 Syarat-syarat shalat jenazah
 Rukun-rukun sholat jenazah
b. Menguburkan jenazah
 Cara meletakkan jenazah dalam kubur

Doa yang dipanjatkan ketika jenazah sudah terkubur.


Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai

pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik

dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,dengan tangan terbuka

kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki

makalah kami.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini dapat memberikan manfaat maupun

inspirasi terhadap pembaca.

Medan, 15 Desember 2020

Kelompok 10
19
20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

A. Rumusan Masalah............................................................................2
B. Tujuan Masalah................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3

A. Tatacara pengurusan jenazah ..........................................................3


B. Mensholatkan jenazah .....................................................................3
C. Menguburkan jenazah .....................................................................3 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................5
21

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai Umat Beraga Islam, Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw. Dalam

masalah penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan

berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus

jenazah didalamnya mencakup aturan yang memperhatikan sang mayat. Termasuk

member tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya keluarga dan kerabatnya

memperlakukan jenazah/mayat.

Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Dalam mengurus

jenazah ini merupakan aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan yang

sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk

kemudian bertemu dengan Rabbnya dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya

itu, keluarga , orang-orang yang terdekat dan para tetangga sang mayat pun

disiapkan sebagai barisan orang-orang yang memuji Allah SWT dan memintakan

ampunan serta Rahmat-Nya bagi yang meninggal dunia.

a. Rumusan Masalah :

1. Tata Cara Mengurus Jenazah

2. Tata Cara Shalat Jenazah

3. Tata Cara Pengurusan Jenazah

4. Tata Cara Penguburan Jenazah

5. Mempraktikkan tata cara pengurusan Jenazah

b. Tujuan Makalah :

1. Untuk mengetahui tuntunan dalam mengurus jenazah sesuai syariat Islam.

2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara yang terbaik dalam mengiring jenazah
22

hingga mengantarkannya ke dalam liang kubur sebagai bentuk penghormatan

terakhir baginya.

BAB II

PEMBAHASAN

1. TATA CARA MENGURUS JENAZAH

Firman Allah S.W.T. :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami

kamu dikembalikan. ( QS. Al ‘Ankabuut : 57).

Apabila ada orang yang meninggal dunia, maka kita sebagai orang islam diharuskan

untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Segera memejamkan mata sang mayat dan mendoakannya.

b. Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain yang dikenakannya.

c. Menyegerakan pengurusan jenazah hingga proses pemakamannya bila telah nyata

kematiannya.

Hukum merawat Jenazah adalah Wajib Kifayah artinya cukup dikerjakan oleh

sebagian masyarakat , bila seluruh masyarakat tidak ada yang merawat maka

seluruh masyarakat akan dituntut dihadapan Allah Swt.sedang bagi orang yang

mengerjakannya, mendapat pahala yang banyak.disisi Allah Swt


23

1) Memandikan Jenazah

Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir

aadalah orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada syarat tertentu

yang harus diperhatikan, antara lain :

Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur.

Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat.

Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar orang itu hanya

menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi mana-man yang jelek tentang si

mayat.

Orang yang utama memandikan jenazah.

Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang yang diberi

wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram dari pihak laki-laki, dan

boleh juga istrinya.

Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya, neneknya, atau

keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika anak

perempuan boleh laki-laki memandikannya,

Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak ada

suaminya atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi ditayamumkan

oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Rosulullah saw

bersabda yang Artinya :

Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada

perempuan lain atau laki-laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan dan

tidak ada laki-laki selainnya maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu
24

dimakamkan. Keduanya itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.

(HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)

Dalam memandikan mayat, hendaknya menjaga hal-hal sebagai berikut:

a. Memulai memandikannya dari sebelah kanan, dan anggota badan yang dibasuh

ketika berwudhu

b. Memandikan tiga kali atau lebih sesuai dengan yang dibutuhkan

c. Hendaklah memandikan dengan hitungan ganjil (3 kali, 5 kali, 7 kali, dan

seterusnya)

d. Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan dicampurkan dengan sabun

atau sejenisnya

e. Pada saat akhir memandikannya hendaknya mencampuri airnya dengan parfum,

kapur barus, atau sejenisnya

f. Menguraikan rambutnya

g. Hendaklah yang memandikan mayat laki-laki adalah orang laki-laki, dan yang

yang memandikan mayat perempuan adalah orang-orang perempuan

h. Cara memandikannya dengan menggunakan kain pembersih atau sejenisnya. Lalu

digosok-gosokkan di bawah kain penutup, setelah pakaiannya dilepaskan.

Dianjurkan untuk memotong kukunya jenazah, mencukur bulu ketiak dan kemaluan,

menyisir rambut jenazah. Lalu menyekanya dengan handuk.


25

2) Mengkafani Jenazah

Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Mengafani

jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat

menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim

dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah. Kafan yang digunakan utuk

membungkus jenazah hendaklah mencukupi untuk menutup seluruh tubuhnya.

Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:

– Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.

– kain kafan hendaklah berwarnah putih.

– Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima

lapis.

– Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-

wangian.

– Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.

Mengkafani jenazah dilakukan dengan cara:

dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi jenazah

laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan. Kain kafan tersebut

dibubuhi wewangian kemudian membalut jenazah dengan kain kafan tersebut.

Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah

diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah

dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang

telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti

popok) kemudian hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah.


26

Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul

lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian

menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung

lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya,

kemudian lipat kea rah kaki dan arah kepala.

Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk menutupi

bagian bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya, baju kurung (yang

terbuka sisi kanan dan kirinya) serta dua helai kain yang digunakan untuk menutupi

sekujur tubuhnya.

 2. MENSOLATKAN JENAZAH

Mensholatkan jenazah orang Islam Hukumnya adalah fardhu kifayah.

Rasulullah saw., bersabda :

‫صلُّوْ ا َعلَى َموْ تَا ُك ْم‬


َ : .‫م‬.‫قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص‬

)‫(رواه إبن ماجه‬

Artinya : “Bersabda Rasulullah saw., sholatlah olehmu orang-orang yang

meninggal”. (HR. Ibnu Majah )

Mensholatkan jenazah dengan cara sebagai berikut:

a. Sholat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir dalam rangka

mendo’akan orang muslim yang meninggal, apabila jenazahnya laki-laki Imam

hendaklah berdiri setentang/Sejajar dengan kepala jenazah, dan berdiri tepat pada

bagian tengah jenazah apabila jenazahnya perempuan


27

b. Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama, membaca ta’awudz,

kemudian surat al-fatihah

c. Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca dalam

tashyahud

d. Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir keempat juga

membaca doa lalu mengucapkan sekali salam kekanan. Pada setiap takbir

mengangkat kedua tangan

 Syarat agar shalat jenazah sah menurut syari'at

1. Orang yang menyalatkan harus mukallaf ( islam, baligh dan berakal)


2. Orang yang menyakatkan  harus menutup aurat
3. Orang yang menyakatkan harus suci dari najis dan hadats
4. Menghadap kiblat
5. Jenzah harus jenazah muslim
6. Jenzah harus di mandikan dan di kafankan terlebih dahulu ( kecuali jenazah
orang mati syahid)

 Rukun mensholatkan Jenazah

Niat

Niat sholat jenazah bisa dilafalkan dalam hati dan dilakukannya bersamaan dengan

takbiratul ihram.

Lafal niat sholat jenazah secara sendirian dan jenazah berjenis kelamin laki-laki:

َ ُ‫أ‬
ِ ِّ‫صلِّ ْي َعلَى هَ َذا ْال َمي‬
‫ت فَرْ ضًا هلِل ِ تَ َعالَى‬
Ushalli 'alâ hâdzal mayyiti fardlan lillâhi ta'âlâ

Artinya: "Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena Allah ta'âlâ."
28

Lafal niat sholat jenazah secara sendirian dan jenazah berjenis kelamin perempuan:

َ ُ‫أ‬
‫صلِّى َعلَى هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة فَرْ ضًا هلِل ِ تَ َعالَى‬

Ushalli 'alâ hâdzihil mayyitati fardlan lillâhi ta'âlâ

Artinya, "Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah ta'âlâ."

Lafal niat sholat jenazah berjamaah untuk jenazah berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan:

‫صلَّى َعلَ ْي ِه اإْل ِ َما ُم َمأْ ُمو ًما فَرْ ضًا هلل تَ َعالَى‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫صلِّ ْى َعلَى َم ْن‬

Ushalli 'alâ man shalla 'alaihil imâmu ma'mûman fardlan lillâhi ta'âlâ

Artinya, "Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah

ta'âlâ."

3. PENGUBURAN JENAZAH

Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh

empat orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubanng kubur

dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m agar bau tubuh yang

membusuk tidak tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai

manusia. Selanjutnya, secara perlahan jenazah dimasukkan ke dalam kubur di


29

tempatkan pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali

pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung.

Dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, hendaknya membaringkan jenazah

dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kea rah kiblat.

Sementara kepala dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap

kiblat.

Saatmeletakkan jenazah hendak membaca :

ِ‫بِس ِْم هللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة َرسُوْ ِل هللا‬

)‫(رواه الترمذى و أبو داود‬

Artinya:”Dengan menyebut Asma Allah dan atas agama Rasulullah”. (HR. Tirmidzi

dan Abu Daud)

Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti berikut:

a. meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak diratakan

dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan.

b. hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk.

c. hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar

diketahui bagi keluarganya.

d. Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan

tanah atau bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau

bambu sehingga waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah.

e. Ucapan sesudah pemakaman bagi orang yang berada di atas kuburan menaburkan

tanah dengan dua tangan nya, tiga (3) kali kearah kepala nya, dan dianjurkan
30

membaca doa ketika menaburkan tanah

– taburan pertama ( ‫) منها خلقنا كم‬

– taburan kedua ( ‫) و فيها نعيدـ كم‬

– taburan ketiga ( ‫) ومنها نخرجكم تارة أخرى‬

f. hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk memohonkan

kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan ampunan bagi jenazah,

seraya menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan hal yang sama.

Rasulullah saw., bersabda :

‫إِ ْستَ ْغفِرُوْ ا ِألَ ِخ ْي ُك ْم َو ْسئَلُوْ ا لَهُ التَّ ْثبِيْتَ فَإِنَّهُ ْاآلنَ يُ ْسئَ ُل‬

)‫(متفق عليه‬

Artinya:”Mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintakanlah keteguhan iman

baginya, karena ia sekarang sedang diperiksa”. ( HR. Bukhori dan Muslim )

َ َ‫ إِ ْستَ ْغفِرُوْ ا ِألَ ِخ ْي ُك ْم َو ْسئَلُوْ ا لَهُ فَإِنَّهُ ْاآلن‬: ‫ت َوقَفَ َعلَ ْي ِه فَقَا َل‬
ِ ِّ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا فَ َر َغ ِم ْن َد ْف ِن ْال َمي‬ َّ ِ‫انَ النَّب‬
َ ‫ي‬

)‫(رواه ابو داود‬ ‫يُ ْسئَ ُل‬

Artinya : “Bahwa Nabi saw, apabila telah selesai menguburkan jenazah, beliau

berdiri diatasnya dan bersabda: mohonkanlah ampun untuk saudaramu dan

mintakanlah untuknya supaya di beri ketabahan karena sesungguhnya ia sekarang

sedang ditanya”. (HR. Abu Daud)


31

Dianjurkan untuk mendoakan jenazah pasca pemakaman

Di antara bentuk doanya adalah

ُ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ اللَّهُ َّم ثَــبـِّـــ ْته‬

Ya Allah, ampunilah dia dan kuatkanlah dia (untuk menjawab pertanyaan

malaikat).

Ini berdasarkan hadis bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam selesai menguburkan jenazah, kemudian beliau berdiri dan mengatakan,

‫استغفِروا ألخيكم واسألوا له التثبيتَ فإنه اآلن يُسْأَل‬

“Mohonkanlah ampun untuk saudara kalian dan mintalah kekuatan untuknya

karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud, dari

‘Utsman bin Affan, dan dishahihkan Al-Albani)


32

BAB III

KESIMPULAN

Tata cara dalam mengurus jenazah perlu diperhatikan seperti apa dan bagaimana

prosedur yang harus dilakukan, mengingat jenazah tersebut akan dikubur dan

ruhnya akan bertemu dengan Rabbnya, maka sebisa mungkin kondisi dari jenazah

tersebut harus dalam keadaan baik.

Hidup dan mati adalah hak Allah swt. Apabila Allah swt telah menghendaki

kematian seseorang, tidak seorang pun dapat menghindari dan lari dari takdir-Nya.

Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang

bagus. Allah swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi

balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat

balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh

akan menerima ganjaran -Nya.

Orang yang mati wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang mulia.

Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur)
33

hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan

dikuburkan.

Hukum mengurus, mengantarkan, dan mendoakan jenazah adalah sunnah.

Pengurusan mayat disunnahkan dilakukan dengan kelembutan dan kasih sayang

karena roh jenazah masih menyaksikan keluarga yang ditinggalkan.

DAFTAR PUSTAKA

M. Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta:

Gema Insani

Ust. Abdurahim.Tuntunan Perawatan Jenazah.Jakarta:SANDRO JAYA Jakarta

Christriyati Ariani. 2002. Motivasi Peziarah. Yogyakarta: Putra Widya


34

Buku P3KMI terbitan IAIN Surakarta 2012


35

MAKALAH TENTANG
HUBUNGAN AGAMA DENGAN IPTEK

Disusun Oleh Kelompok 11 :


1. Annisa nur fadila (2048201032)
2. Wika afriani (2048201025)

Dosen Pengampu :
Achmad Zulfikar Siregar, SPDI M.Pd

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


PRODI S1-FARMASI
TA.2020/2021
36

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur tidak liipa kita panjatkan kehadirat allah subhana wa ta’ala yang berkat
anugrah dari-nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan
agama dengan iptek” sholawat serta ssalam kita hanturkan kepada junjungan agung
nabi besar muhammad swt yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang
sebesar-besarnya jalan berupa ajaran agama islam yang begitu sempurna dan
menjadikan rahmat bagi alam semesta
Dalanm penulisan maklah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisa maupun materi, mengigat kemampuan yang
dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
dami menyempurnakan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapa terima kasih ang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam memyesuaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah amin ya robbal’alamin

Medan, 15 desember 2020


37

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.....................................................................................................................4
2.2 Ruumusan

Masalah...................................................................................................4

2.3

Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian IPTEK........................................................................................................................6
2.2 Pandangan Islam Tentang IPTEK................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14
3.2 SARAN.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
38

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.

Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan
standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar
syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban
barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru
dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh
39

perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru
gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak
negatif yang diakibatkanya.

1.2Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

Apa Pengertian IPTEK


Bagaimana Pandangan Islam tentang IPTEK?
Pentingkah umat beragama mengikuti perkembangan IPTEK ?

1.3Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

Untuk memahami pandangan islam tentang IPTEK.


Untuk memahami dampak positif dan negatif tentang perkembangan IPTEK.
Untuk memehami tentang Pentingnya Umat Beragama Mengikuti IPTEK.
40

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IPTEK

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan
atau aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan
dapat mendorong manusia utk berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita
harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan
teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana
upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya,
manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah SDA yang di
berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam pengembangan iptek harus
didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua
masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Disatu sisi telah terjadi
perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun oelaksanaan
pembangunan IPTEK masih belum merata.
41

Masih banyak masyarakat kurang mampuyang putus harapannya untuk


mendapatkan pengetahuan dan teknologi. Hal itu dikarenakan tingginy biaya
pendidikan yang harus mereka tanggung. Makadari itu pemerintah perlu menyikapi
dan menanggapi masalah-masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan
untuk meningkatkan SDM yang ada. Perkrmbangan IPTEK disamping bermanfaat
untukkemajuan hidup Indonesia juga memberikan dampak negatif. Hal yang perlu
diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan dampaknya seminimal
mungkin antara lain:

Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.


Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah timbulnya
permasalahan di tempat itu.
Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada.
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan
penguatan iptek mutlak diperlukan untuk mencapaikesejahteraan bangsa. Visi dan
Misi iptek dirumuskan sebagai paduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya
iptek yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.Undang-undang No.18 Tahun2002
tentang Sistem Nasional Penelitiha, Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang yelah berlaku sejak 29 Juli 2002, merupakan
penjabaran dari visi dan misi Iptek sebagaimana termaksud dalam UUD 1945
Amandemen pasal 31 ayat 5, agar dapat dilaksann kan oleh pemerintah beserta
seluruh rakyat dengan sebaik baiknya. Selain itu pula perkembangan iptek di
berbagai bidang di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat semestinya
dapat meningkatkan kualitas SDM di tengah bermunculannya dampak negatif dari
adanya perkembangan iptek, sehingga diperlukan pemikiran yang serius dan
mantap dalam menghadapi permasalahan dalam penemuan-penemuan baru tersebut.

A. Definisi ilmu pengetahuan


Ilmu pengetahuan ialah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus
menerus sampain menjelaskan fenomena yang bersumber dari wahyu, hati dan
semesta sehingga dapat diperiksa atau dikaji secara kritis denga tujuan untuk
meemahami hakikat, landasan dasar dan asal usulnya, sehingga dapat juga
memproleh hasil yang logis.
42

B. Manfaat teknologi dalam islam


1. Memperoleh Kemudahan
Kemampuan fisik manusia untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat
terbatas. Pandangan mata, pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula
kekuatan dan keterampilan tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu
tidak sebanding dengan kebutuhan yang diinginkan. Tetapi manusia sebagai
khalifah Allah diberikan kemampuan akal-pikiran untuk memanfaatkannya
menemukan cara-cara yang tepat dan efektif guna meraih kebutuhan hidup yang
tidak mungkin dicapai melalui kemampuan fisik semata. Akal-pikiran manusia
mampu mendayagunakan segala yang Allah ciptakan di bumi ini. Kemampuan
itu memang telah ditentukan oleh Allah Swt sebagaimana Allah nyatakan dalam
firman-Nya

)13 : ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُوْ نَ (الجاثية‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي ْاألَر‬


َ ِ‫ض َج ِميعًا ِم ْنهُ إِ َّن فِي َذل‬
ٍ ‫ك آَل يَا‬ ِ ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال َّس َم َوا‬
Artinya: “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kaum yang berpikir (QS. Al-Jatsiyah (45):13).

Menurut Quraish Shihah dalam Wawasan Al-Qur’an, kata sakhara dalam ayat
tersebut arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah
agar alam raya dengan segala, manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk
dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya di bawah manusia. Karen aitu
tidak wajar apabila hal itu justru terbalik, artinya tidak wajar sendiri telah
ditundukkan untuk manusia. Kepasrahan atau ketundukan manusia kepada
sesuatu yang lebih rendah, yang ditundukkan kepada manusia adalah suatu
sikap yang tidak wajar, yang bertentangan dengan maksud Allah, karena
manusia sebagai khalifah-Nya memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan
dengan segala makhluk yang Allah ciptaan.

Memperoleh kemudahan dalam hidup dengan mengembangkan potensi diri dan


dengan memanfaatkan segala yang Allah tundukkan bagi manusia di alam ini
sejalan dengan kehendak Allah. Allah menghendaki manusia memperoleh
43

kemudahan, dan tidak menghendaki menghadapi kesusahan hidup. Hal itu


dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

… )185 : ‫ي ُِر ْي ُد هللاُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َوالَ ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر … (البقرة‬
Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah (2) :185).

Allah menyatakan, bahwa memang Allah sengaja memberikan berbagai


kemudahan kepada manusia agar manusia hidup dengan mudah.

)8 : ‫ (األعلى‬.‫َونُيَ ِّسرُكَ لِ ْليُ ْس َرى‬


Artinya: “Dan Kami memberimu kemudahan agar kamu memperoleh
kemudahan”. (QS. al-A’la (87) : 8).

b. Mengenal dan Mengagungkan Allah.

Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang
dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata-mata karena faktor diri
pribadi manusia, tetapi ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan
memperoleh jalan untuk mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu
Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah
SWT. Kesempurnaan alam dengan struktur dan sistemnya tidak bisa
dibayangkan akan terbentuk dengan sempurna apabila tidak ada kesengajaan
pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan Maha Sempurna. Semakin luas dan
dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam ini, maka semakin dekat
manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang Khalik. Ketika
pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan
contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh.
Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah
telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa dengan
stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain
sebagainya. Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah
menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih
44

mengenal dan mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami
dari berbagai ayat Al-Qur’an, diantaranya:

c. Meningkatkan Kualitas Pengabdian Kepada Allah

Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi kepada-Nya.


Demikian dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

َ ‫ت ْال ِج َّن َو ْا ِإل ْن‬


)56 : ‫ـ (الذاريات‬.‫س ِإالَّ ِليَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
Artinya: “Dan tidaklah Au menciptakan jin dan manusia melainkan untuk
mengabdi kepada-Ku”. (QS. al- Dzariyat (51) : 56).

Seluruh aktivitas hidup manusia hendaknya diwujudkan sebagai pelaksanaan


pengabdian kepada Allah tersebut. Pengabdian manusia kepada Allah di sini
adalah pengabdian dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas, yang memenuhi
kriteria (1) diniatkan untuk menaati aturan Allah; (2) dilakukan dengan
mengikuti ketentuan yang diberikan alah, baik dalam bentuk kegiatan yang
telah ditentukan tata caranya maupun dalam bentuk penggalian jenis kegiatan
yang bermanfaat yang sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang ditunjukkan
Allah; dan (3) dimaksudkan untuk memperoleh ridha Allah.

Nilai sebuah pengabdian manusia kepada aalah membuat manusia harus


mengesampingkan kesenangan atau kepuasan pribadi, dengan catatan bahwa
apa yang Allah ridhai bagi manusia adalah sesuatu yang terbaik bagi manusia.
Allah Maha Tahu akan segala sesuatu yang paling bermanfaat bagi manusia,
dan Allah tidak menginginkan kesenangan-Nya sendiri dengan mengorbankan
kepentingan manusia. Alah Maha Kaya dan Maha Kuasa sehingga Dia tidak
menginginkan apapun dari pengabdian manusia kepada-Nya. Kewajiban yang
Allah berikan pada manusia untuk mengabdi kepada-Nya adalah untuk
kepentingan manusia sendiri, untuk kemaslahatan manusia.

Teknologi apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar dalam konteks


tugas pengabdian manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan mampu
45

meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah


produk teknologi yang dimanfaatkan oleh umat Islam setiap hari untukl
mengetahui waktu-waktu shalat sehingga umat Islam dapat menunaikan ibadah
shalat tepat pada waktunya, begitu pula kompas dimanfaatkan untuk
mengetahui arah kiblat sehingga tidak terjadi salah arah dalam shalat. Dalam hal
produk teknologi pangan, dengan banyaknya produk makanan yang beredar di
masyarakat, kita mampu mengetahui komponen-komponen yang dipergunakan
sebagai bahan, proses pembuatannya, sehingga kita dapat mengetahui apakah
makanan yang kita konsumsi itu halal atau haram, begitu pula dengan
produk-produk teknologi lainnya.

d. Memperoleh Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup

Kemudahan-kemudahan yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan teknologi


membuat manusia dapat memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup serta
tetap dalam koridor kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai
Allah. Allah tidak menghendaki manusia hidup susah, tetapi sebaliknya Allah
menghendaki manusia hidup senang, hidup bahagia. Ketika Allah menempatkan
Adam dan istrinya di bumi, Allah berfirman:

… )36 : ‫ (البقرة‬.‫ع ِإلَى ِح ْي ٍن‬ ِ ْ‫َولَ ُك ْم فِي ْاألَر‬


ٌ ‫ض ُم ْستَقَ ٌّر َو َمتَا‬

Artinya: “ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan
hidup sampai waktu yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah (2): 36).

Untuk memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup yang disediakan oleh


Allah itu, manusia diberikan sarana kebutuhan yang serba lengkap di bumi,
sebagaimana Allah nyatakan:

e. Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Kekayaan Alam


46

Seorang pekerja bangunan yang kuat dan masih muda, masih memiliki
semangat kerja dan daya tahan tubuh tinggi menggali tanah dengan peralatan
tradisional untuk pondasi bangunan dalam satu hari ia hanya mampu menggali
beberapa meter kubik, begitu pula pekerja tambang, dan lain-lain. Ketika para
pekerja tersebut menggunakan peralatan berat, ia mampu meningkatkan
produktivitas kerja berlipat ganda. Bahkan banyak kekayaan alam yang tidak
mungkin dideteksi keberadaannya dan dilakukan eksplorasi tanpa menggunakan
teknologi canggih, seperti sumber minyak yang berada di kedalaman ribuan
meter atau di dasar laut. Padahal semua itu disediakan oleh Allah untuk
kesejahteraan hidup manusia.

Teknologi meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan


alam tersebut secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki
kekayaan alam memadai tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih
hidup lebih sejahtera dibandingkan dengan negara, bangsa yang memiliki
kekayaan alam melimpah tetapi teknologinya tertinggal. Jepang umpamanya,
adalah sebuah negara kecil, yang miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan
teknologinya tinggi, ia lebih kaya dibandingkan dengan Indonesia yang
kekayaannya melimpah tetapi tertinggal kemajuan teknologinya dibandingkan
dengan Jepang. Masih banyak negara di dunia ini yang kaya seperti Jepang dan
yang tertinggal seperti Indonesia.

Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak
terkontrol sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan
kerusakan alam, terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan
mengakibatkan timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir, pencemaran
lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam firman Allah:

: ‫ (الروم‬. َ‫ْض الَّ ِذي َع ِملُوْ ا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُوْ ن‬ ِ َّ‫ت أَ ْي ِدي الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬
)41
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
(QS. Ar-Rum (30):41).
47

Bumi ini Allah ciptakan dengan baik, artinya memiliki kesempurnaan


dankeseimbangan sehingga dapat bertahan dan menyediakan berbagai
kebutuhan hidup manusia. Karena itu Allah mengingatkan agar pemanfaatan
kekayaan alam yang ada di bumi ini jangan sampai mengganggu keseimbangan
alam tersebut. Hal itu Allah ingatkan dalam firman-Nya:

:‫ (األعراف‬. َ‫ض بَ ْع َد إِصْ الَ ِحهَا َوا ْد ُعوْ هُ خَ وْ فًا َوطَ َمعًا إِ َّن َرحْ َمةَ هللاِ قَ ِريْبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
ِ ْ‫َوالَ تُ ْف ِس ُدوْ ا فِي ْاألَر‬
)56
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. al-A’raf (7) : 56).

f. Menumbuhkan Rasa Syukur Kepada Allah.

Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal
yang diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada-Nya
sebagai pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu
melipat-gandakan nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada-Nya pun
juga akan berlipat ganda. Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah
mengucapkan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang
sebenarnya adalah memanfaatkan nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan
ketakwaannya kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk
mewujudkan rasa syukur dalam amal kehidupan secara riil. Allah
mengingatkan:

)7 : ‫ (إبراهيم‬.‫َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِد ْي ٌد‬
Artinya: “Dan (ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih “.
QS. Ibrahim (14) : 7).
48

Sekalipun demikian, memang banyak manusia, bahkan kebanyakan manusia


tidak menyadari kalau nikmat itu adalah anugerah Allah sehingga ia tidak
mensyukuri nikmat tersebut. Hal ini juga diingatkan oleh Allah dalam firman-
Nya:

ِ َّ‫اس َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬


… )243 : ‫ (البقرة‬. َ‫اس الَ يَ ْش ُكرُوْ ن‬ ِ َّ‫إِ َّن هللاَ لَ ُذوْ فَضْ ٍل َعلَى الن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur” (QS. Al-Baqarah (2): 243).

Teknologi membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin


ringan beban hidup yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa
diperoleh. Kemudahan, keringanan, dan kenikmatan itu tidak mustahil membuat
manusia semakin lupa kepada Allah, semakin jauh dari-Nya, apabila tidak
disikapi secara cermat dan diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu ilmu
pengetahuan dan teknologi harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya
terarah untuk meningkatkan kualitas takwanya kepada Allah SWT.

2.2 Pandangan Islam Tentang IPTEK


Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk
mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah
1. indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
2. naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara
pribadi maupun sosial,
3. pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan
kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi).
Akal juga merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi,
4. imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan
menyempurnakan pengetahuannya,
5. hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran
tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
49

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK


yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan
norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani
(1995), dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok;
1. Kelompok yang menganggap IPTEK modern bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran
yang sesuai;
2. Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen
yang tidak islami,
3. Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir
istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak
ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada
dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan”
untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam
haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah
bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan
derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang
merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah
martabatnya.

Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang
islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat
manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK
menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK
akan bermanfaat apabila
1. mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya,
2. dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
3. dapat memberikan pedoman bagi sesama,
4. dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat
dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti
luas.
50

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

Berseberangan atau bertentangan.


Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
Tidak bertentangan satu sama lain
Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang
dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama
dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran
ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan cenderung untuk
menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Pola
hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman Galileio-Galilei. Ketika Galileo
berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa
matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan dan dikalahkan. Ia
dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat.

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat
disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan
satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa
masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama
dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan
ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada
wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak
dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya
berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal,
pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola
hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa
untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.
51

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran
ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga
tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek,
ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat di mana
pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk
mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk
mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam
masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan
agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu,
persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh
kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara komunal
pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-apa.

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama
dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori,
pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung
pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama,
pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung
pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan
demikian pula sebaliknya.

Dalam wujud pertama, pendalaman dan penghayatan ajaran agama akan


mendukung pengembangan iptek walau pengembangan iptek tidak akan mendorong
orang untuk mendalami ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua,
pengembangan iptek akan mendorong orang untuk mendalami dan menghayati
ajaran agama walaupun tidak sebaliknya terjadi. Pada wujud ke tiga, pengembangan
iptek akan mendorong orang untuk lebih mendalami dan menghayati ajaran agama
dan pendalaman serta penghayatan ajaran agama akan mendorong orang untuk
mengembangkan iptek.

Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan pokok,
yakni:
52

Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara
barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di
negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat
Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.
Pentingnya Umat Beragama Mengikuti Perkembangan IPTEK
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya
terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu
oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui
Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam
semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita
pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan
manusia (knowledge and science).

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir
dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan
maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus
memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika
hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan
tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu
menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara memadukan
kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai
fitrahnya.

Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang
akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan
bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi
tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan
manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan.
53

Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai dasar
nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk keberadaan
manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.

Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena
empat alasan:

Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa
kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada
tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan
miskin secara maknawi.

Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah


menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan
hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang
dianut oleh bangsa kita.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani,


tetapi juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh
karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan
menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan
yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia
dan akhirat.

Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi,
seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal
mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman
dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang
tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an :


54

Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan
didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal – amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-
Nya”. (Q.S An-Nur : 39)

Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang
tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia dan kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan
kepada Allah.

َ ‫َو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬

Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)

Sehubungan dengan alasan yang disebutkan di atas, maka perlu dikembangkan


usaha perbaikan yang lebih mendasar terhadap pendekatan dan metode
pembelajaran misalnya usaha-usaha yang berhubungan dengan psikologi belajar,
mengintensifkan program imtaq di sekolah-sekolah salah satunya dapat dilakukan
dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama (imtaq) ke dalam setiap mata pelajaran.
Dengan kata lain model pembelajaran harus memadukan antaraIptek dengan imta

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup
atau
55

tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi masing-masing.


Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat tiga kelompok,
yaitu: (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan
berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-
Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi
berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-
elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan
berusaha membangunnya.

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya
ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan
iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.

Adapun dampak negatif maupun positif dalam perkembangan iptek, Kemajuan


dalam bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan
umat manusia. Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat
luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan.
Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam
kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan
kemanusiaan.

3.2 SARAN

Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini yaitu
Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi,
perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah.
56

Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat
memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.

DAFTAR PUSTAKA

http://aqwam.com/fikih/menjadi-muslim-terbaik

http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-
arus-globalisasi/

http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html

Din Syamsuddin, M, Dr, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani,


penerbit kalimat, Jakarta, 2001

http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=54:mkdu-4221-berkehidupan-
bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77

http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-kedalam-
pembelajaran/

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/39
57

MAKALAH TENTANG
HUBUNGAN AGAMA DENGAN IPTEK

Disusun Oleh Kelompok 12 :


c. NABILA NAZWA (2048201031
d. DARMAWANTI (2048201002)

Dosen Pengampu :
Achmad Zulfikar Siregar, SPDI M.Pd

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


PRODI S1-FARMASI
TA.2020/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur tidak liipa kita panjatkan kehadirat allah subhana wa ta’ala yang berkat
anugrah dari-nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan
agama dengan iptek” sholawat serta ssalam kita hanturkan kepada junjungan agung
nabi besar muhammad swt yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang
sebesar-besarnya jalan berupa ajaran agama islam yang begitu sempurna dan
menjadikan rahmat bagi alam semesta
Dalanm penulisan maklah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisa maupun materi, mengigat kemampuan yang
dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
dami menyempurnakan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapa terima kasih ang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam memyesuaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah amin ya robbal’alamin
58

Medan, 15 desember 2020


59

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.....................................................................................................................4
2.2 Ruumusan

Masalah...................................................................................................4

2.3

Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian IPTEK........................................................................................................................6
2.2 Pandangan Islam Tentang IPTEK................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14
3.2 SARAN.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
60

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.

Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan
standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar
syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban
barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru
dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh
61

perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru
gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak
negatif yang diakibatkanya.

1.2Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

Apa Pengertian IPTEK


Bagaimana Pandangan Islam tentang IPTEK?
Pentingkah umat beragama mengikuti perkembangan IPTEK ?

1.3Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

Untuk memahami pandangan islam tentang IPTEK.


Untuk memahami dampak positif dan negatif tentang perkembangan IPTEK.
Untuk memehami tentang Pentingnya Umat Beragama Mengikuti IPTEK.
62

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IPTEK

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan
atau aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan
dapat mendorong manusia utk berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita
harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan
teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana
upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya,
manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah SDA yang di
berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam pengembangan iptek harus
didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua
masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Disatu sisi telah terjadi
perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun oelaksanaan
pembangunan IPTEK masih belum merata.
63

Masih banyak masyarakat kurang mampuyang putus harapannya untuk


mendapatkan pengetahuan dan teknologi. Hal itu dikarenakan tingginy biaya
pendidikan yang harus mereka tanggung. Makadari itu pemerintah perlu menyikapi
dan menanggapi masalah-masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan
untuk meningkatkan SDM yang ada. Perkrmbangan IPTEK disamping bermanfaat
untukkemajuan hidup Indonesia juga memberikan dampak negatif. Hal yang perlu
diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan dampaknya seminimal
mungkin antara lain:

Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.


Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah timbulnya
permasalahan di tempat itu.
Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada.
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan
penguatan iptek mutlak diperlukan untuk mencapaikesejahteraan bangsa. Visi dan
Misi iptek dirumuskan sebagai paduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya
iptek yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.Undang-undang No.18 Tahun2002
tentang Sistem Nasional Penelitiha, Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang yelah berlaku sejak 29 Juli 2002, merupakan
penjabaran dari visi dan misi Iptek sebagaimana termaksud dalam UUD 1945
Amandemen pasal 31 ayat 5, agar dapat dilaksann kan oleh pemerintah beserta
seluruh rakyat dengan sebaik baiknya. Selain itu pula perkembangan iptek di
berbagai bidang di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat semestinya
dapat meningkatkan kualitas SDM di tengah bermunculannya dampak negatif dari
adanya perkembangan iptek, sehingga diperlukan pemikiran yang serius dan
mantap dalam menghadapi permasalahan dalam penemuan-penemuan baru tersebut.

A. Definisi ilmu pengetahuan


Ilmu pengetahuan ialah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus
menerus sampain menjelaskan fenomena yang bersumber dari wahyu, hati dan
semesta sehingga dapat diperiksa atau dikaji secara kritis denga tujuan untuk
meemahami hakikat, landasan dasar dan asal usulnya, sehingga dapat juga
memproleh hasil yang logis.
64

B. Manfaat teknologi dalam islam


7) Memperoleh Kemudahan
Kemampuan fisik manusia untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat
terbatas. Pandangan mata, pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula
kekuatan dan keterampilan tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu
tidak sebanding dengan kebutuhan yang diinginkan. Tetapi manusia sebagai
khalifah Allah diberikan kemampuan akal-pikiran untuk memanfaatkannya
menemukan cara-cara yang tepat dan efektif guna meraih kebutuhan hidup yang
tidak mungkin dicapai melalui kemampuan fisik semata. Akal-pikiran manusia
mampu mendayagunakan segala yang Allah ciptakan di bumi ini. Kemampuan
itu memang telah ditentukan oleh Allah Swt sebagaimana Allah nyatakan dalam
firman-Nya

)13 : ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُوْ نَ (الجاثية‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي ْاألَر‬


َ ِ‫ض َج ِميعًا ِم ْنهُ إِ َّن فِي َذل‬
ٍ ‫ك آَل يَا‬ ِ ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال َّس َم َوا‬
Artinya: “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kaum yang berpikir (QS. Al-Jatsiyah (45):13).

Menurut Quraish Shihah dalam Wawasan Al-Qur’an, kata sakhara dalam ayat
tersebut arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah
agar alam raya dengan segala, manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk
dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya di bawah manusia. Karen aitu
tidak wajar apabila hal itu justru terbalik, artinya tidak wajar sendiri telah
ditundukkan untuk manusia. Kepasrahan atau ketundukan manusia kepada
sesuatu yang lebih rendah, yang ditundukkan kepada manusia adalah suatu
sikap yang tidak wajar, yang bertentangan dengan maksud Allah, karena
manusia sebagai khalifah-Nya memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan
dengan segala makhluk yang Allah ciptaan.

Memperoleh kemudahan dalam hidup dengan mengembangkan potensi diri dan


dengan memanfaatkan segala yang Allah tundukkan bagi manusia di alam ini
sejalan dengan kehendak Allah. Allah menghendaki manusia memperoleh
65

kemudahan, dan tidak menghendaki menghadapi kesusahan hidup. Hal itu


dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

… )185 : ‫ي ُِر ْي ُد هللاُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َوالَ ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر … (البقرة‬
Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah (2) :185).

Allah menyatakan, bahwa memang Allah sengaja memberikan berbagai


kemudahan kepada manusia agar manusia hidup dengan mudah.

)8 : ‫ (األعلى‬.‫َونُيَ ِّسرُكَ لِ ْليُ ْس َرى‬


Artinya: “Dan Kami memberimu kemudahan agar kamu memperoleh
kemudahan”. (QS. al-A’la (87) : 8).

b. Mengenal dan Mengagungkan Allah.

Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang
dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata-mata karena faktor diri
pribadi manusia, tetapi ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan
memperoleh jalan untuk mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu
Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah
SWT. Kesempurnaan alam dengan struktur dan sistemnya tidak bisa
dibayangkan akan terbentuk dengan sempurna apabila tidak ada kesengajaan
pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan Maha Sempurna. Semakin luas dan
dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam ini, maka semakin dekat
manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang Khalik. Ketika
pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan
contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh.
Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah
telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa dengan
stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain
sebagainya. Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah
menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih
66

mengenal dan mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami
dari berbagai ayat Al-Qur’an, diantaranya:

c. Meningkatkan Kualitas Pengabdian Kepada Allah

Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi kepada-Nya.


Demikian dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

َ ‫ت ْال ِج َّن َو ْا ِإل ْن‬


)56 : ‫ـ (الذاريات‬.‫س ِإالَّ ِليَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
Artinya: “Dan tidaklah Au menciptakan jin dan manusia melainkan untuk
mengabdi kepada-Ku”. (QS. al- Dzariyat (51) : 56).

Seluruh aktivitas hidup manusia hendaknya diwujudkan sebagai pelaksanaan


pengabdian kepada Allah tersebut. Pengabdian manusia kepada Allah di sini
adalah pengabdian dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas, yang memenuhi
kriteria (1) diniatkan untuk menaati aturan Allah; (2) dilakukan dengan
mengikuti ketentuan yang diberikan alah, baik dalam bentuk kegiatan yang
telah ditentukan tata caranya maupun dalam bentuk penggalian jenis kegiatan
yang bermanfaat yang sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang ditunjukkan
Allah; dan (3) dimaksudkan untuk memperoleh ridha Allah.

Nilai sebuah pengabdian manusia kepada aalah membuat manusia harus


mengesampingkan kesenangan atau kepuasan pribadi, dengan catatan bahwa
apa yang Allah ridhai bagi manusia adalah sesuatu yang terbaik bagi manusia.
Allah Maha Tahu akan segala sesuatu yang paling bermanfaat bagi manusia,
dan Allah tidak menginginkan kesenangan-Nya sendiri dengan mengorbankan
kepentingan manusia. Alah Maha Kaya dan Maha Kuasa sehingga Dia tidak
menginginkan apapun dari pengabdian manusia kepada-Nya. Kewajiban yang
Allah berikan pada manusia untuk mengabdi kepada-Nya adalah untuk
kepentingan manusia sendiri, untuk kemaslahatan manusia.

Teknologi apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar dalam konteks


tugas pengabdian manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan mampu
67

meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah


produk teknologi yang dimanfaatkan oleh umat Islam setiap hari untukl
mengetahui waktu-waktu shalat sehingga umat Islam dapat menunaikan ibadah
shalat tepat pada waktunya, begitu pula kompas dimanfaatkan untuk
mengetahui arah kiblat sehingga tidak terjadi salah arah dalam shalat. Dalam hal
produk teknologi pangan, dengan banyaknya produk makanan yang beredar di
masyarakat, kita mampu mengetahui komponen-komponen yang dipergunakan
sebagai bahan, proses pembuatannya, sehingga kita dapat mengetahui apakah
makanan yang kita konsumsi itu halal atau haram, begitu pula dengan
produk-produk teknologi lainnya.

d. Memperoleh Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup

Kemudahan-kemudahan yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan teknologi


membuat manusia dapat memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup serta
tetap dalam koridor kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai
Allah. Allah tidak menghendaki manusia hidup susah, tetapi sebaliknya Allah
menghendaki manusia hidup senang, hidup bahagia. Ketika Allah menempatkan
Adam dan istrinya di bumi, Allah berfirman:

… )36 : ‫ (البقرة‬.‫ع ِإلَى ِح ْي ٍن‬ ِ ْ‫َولَ ُك ْم فِي ْاألَر‬


ٌ ‫ض ُم ْستَقَ ٌّر َو َمتَا‬

Artinya: “ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan
hidup sampai waktu yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah (2): 36).

Untuk memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup yang disediakan oleh


Allah itu, manusia diberikan sarana kebutuhan yang serba lengkap di bumi,
sebagaimana Allah nyatakan:

e. Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Kekayaan Alam


68

Seorang pekerja bangunan yang kuat dan masih muda, masih memiliki
semangat kerja dan daya tahan tubuh tinggi menggali tanah dengan peralatan
tradisional untuk pondasi bangunan dalam satu hari ia hanya mampu menggali
beberapa meter kubik, begitu pula pekerja tambang, dan lain-lain. Ketika para
pekerja tersebut menggunakan peralatan berat, ia mampu meningkatkan
produktivitas kerja berlipat ganda. Bahkan banyak kekayaan alam yang tidak
mungkin dideteksi keberadaannya dan dilakukan eksplorasi tanpa menggunakan
teknologi canggih, seperti sumber minyak yang berada di kedalaman ribuan
meter atau di dasar laut. Padahal semua itu disediakan oleh Allah untuk
kesejahteraan hidup manusia.

Teknologi meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan


alam tersebut secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki
kekayaan alam memadai tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih
hidup lebih sejahtera dibandingkan dengan negara, bangsa yang memiliki
kekayaan alam melimpah tetapi teknologinya tertinggal. Jepang umpamanya,
adalah sebuah negara kecil, yang miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan
teknologinya tinggi, ia lebih kaya dibandingkan dengan Indonesia yang
kekayaannya melimpah tetapi tertinggal kemajuan teknologinya dibandingkan
dengan Jepang. Masih banyak negara di dunia ini yang kaya seperti Jepang dan
yang tertinggal seperti Indonesia.

Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak
terkontrol sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan
kerusakan alam, terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan
mengakibatkan timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir, pencemaran
lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam firman Allah:

: ‫ (الروم‬. َ‫ْض الَّ ِذي َع ِملُوْ ا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُوْ ن‬ ِ َّ‫ت أَ ْي ِدي الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬
)41
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
(QS. Ar-Rum (30):41).
69

Bumi ini Allah ciptakan dengan baik, artinya memiliki kesempurnaan


dankeseimbangan sehingga dapat bertahan dan menyediakan berbagai
kebutuhan hidup manusia. Karena itu Allah mengingatkan agar pemanfaatan
kekayaan alam yang ada di bumi ini jangan sampai mengganggu keseimbangan
alam tersebut. Hal itu Allah ingatkan dalam firman-Nya:

:‫ (األعراف‬. َ‫ض بَ ْع َد إِصْ الَ ِحهَا َوا ْد ُعوْ هُ خَ وْ فًا َوطَ َمعًا إِ َّن َرحْ َمةَ هللاِ قَ ِريْبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
ِ ْ‫َوالَ تُ ْف ِس ُدوْ ا فِي ْاألَر‬
)56
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. al-A’raf (7) : 56).

f. Menumbuhkan Rasa Syukur Kepada Allah.

Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal
yang diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada-Nya
sebagai pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu
melipat-gandakan nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada-Nya pun
juga akan berlipat ganda. Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah
mengucapkan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang
sebenarnya adalah memanfaatkan nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan
ketakwaannya kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk
mewujudkan rasa syukur dalam amal kehidupan secara riil. Allah
mengingatkan:

)7 : ‫ (إبراهيم‬.‫َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِد ْي ٌد‬
Artinya: “Dan (ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih “.
QS. Ibrahim (14) : 7).
70

Sekalipun demikian, memang banyak manusia, bahkan kebanyakan manusia


tidak menyadari kalau nikmat itu adalah anugerah Allah sehingga ia tidak
mensyukuri nikmat tersebut. Hal ini juga diingatkan oleh Allah dalam firman-
Nya:

ِ َّ‫اس َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬


… )243 : ‫ (البقرة‬. َ‫اس الَ يَ ْش ُكرُوْ ن‬ ِ َّ‫إِ َّن هللاَ لَ ُذوْ فَضْ ٍل َعلَى الن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur” (QS. Al-Baqarah (2): 243).

Teknologi membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin


ringan beban hidup yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa
diperoleh. Kemudahan, keringanan, dan kenikmatan itu tidak mustahil membuat
manusia semakin lupa kepada Allah, semakin jauh dari-Nya, apabila tidak
disikapi secara cermat dan diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu ilmu
pengetahuan dan teknologi harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya
terarah untuk meningkatkan kualitas takwanya kepada Allah SWT.

2.2 Pandangan Islam Tentang IPTEK


Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk
mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah
1. indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
2. naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara
pribadi maupun sosial,
3. pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan
kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi).
Akal juga merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi,
4. imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan
menyempurnakan pengetahuannya,
5. hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran
tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
71

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK


yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan
norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani
(1995), dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok;
5. Kelompok yang menganggap IPTEK modern bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran
yang sesuai;
6. Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen
yang tidak islami,
7. Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir
istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak
ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada
dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan”
untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam
haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah
bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan
derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang
merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah
martabatnya.

Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang
islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat
manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK
menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK
akan bermanfaat apabila
e) mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya,
f) dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
g) dapat memberikan pedoman bagi sesama,
h) dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat
dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti
luas.
72

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

Berseberangan atau bertentangan.


Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
Tidak bertentangan satu sama lain
Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang
dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama
dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran
ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan cenderung untuk
menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Pola
hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman Galileio-Galilei. Ketika Galileo
berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa
matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan dan dikalahkan. Ia
dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat.

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat
disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan
satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa
masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama
dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan
ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada
wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak
dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya
berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal,
pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola
hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa
untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.
73

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran
ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga
tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek,
ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat di mana
pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk
mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk
mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam
masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan
agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu,
persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh
kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara komunal
pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-apa.

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama
dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori,
pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung
pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama,
pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung
pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan
demikian pula sebaliknya.

Dalam wujud pertama, pendalaman dan penghayatan ajaran agama akan


mendukung pengembangan iptek walau pengembangan iptek tidak akan mendorong
orang untuk mendalami ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua,
pengembangan iptek akan mendorong orang untuk mendalami dan menghayati
ajaran agama walaupun tidak sebaliknya terjadi. Pada wujud ke tiga, pengembangan
iptek akan mendorong orang untuk lebih mendalami dan menghayati ajaran agama
dan pendalaman serta penghayatan ajaran agama akan mendorong orang untuk
mengembangkan iptek.

Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan pokok,
yakni:
74

Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara
barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di
negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat
Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.
Pentingnya Umat Beragama Mengikuti Perkembangan IPTEK
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya
terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu
oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui
Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam
semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita
pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan
manusia (knowledge and science).

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir
dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan
maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus
memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika
hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan
tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu
menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara memadukan
kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai
fitrahnya.

Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang
akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan
bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi
tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan
manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan.
75

Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai dasar
nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk keberadaan
manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.

Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena
empat alasan:

Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa
kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada
tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan
miskin secara maknawi.

Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah


menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan
hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang
dianut oleh bangsa kita.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani,


tetapi juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh
karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan
menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan
yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia
dan akhirat.

Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi,
seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal
mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman
dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang
tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an :


76

Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan
didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal – amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-
Nya”. (Q.S An-Nur : 39)

Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang
tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia dan kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan
kepada Allah.

َ ‫َو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬

Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)

Sehubungan dengan alasan yang disebutkan di atas, maka perlu dikembangkan


usaha perbaikan yang lebih mendasar terhadap pendekatan dan metode
pembelajaran misalnya usaha-usaha yang berhubungan dengan psikologi belajar,
mengintensifkan program imtaq di sekolah-sekolah salah satunya dapat dilakukan
dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama (imtaq) ke dalam setiap mata pelajaran.
Dengan kata lain model pembelajaran harus memadukan antaraIptek dengan imta

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup
atau
77

tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi masing-masing.


Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat tiga kelompok,
yaitu: (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan
berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-
Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi
berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-
elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan
berusaha membangunnya.

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya
ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan
iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.

Adapun dampak negatif maupun positif dalam perkembangan iptek, Kemajuan


dalam bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan
umat manusia. Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat
luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan.
Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam
kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan
kemanusiaan.

3.2 SARAN

Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini yaitu
Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi,
perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah.
78

Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat
memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.

DAFTAR PUSTAKA

http://aqwam.com/fikih/menjadi-muslim-terbaik

http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-
arus-globalisasi/

http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html

Din Syamsuddin, M, Dr, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani,


penerbit kalimat, Jakarta, 2001

http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=54:mkdu-4221-berkehidupan-
bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77

http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-kedalam-
pembelajaran/

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/39
79

MAKALAH AGAMA ISLAM

TENTANG PENTINGNYA IPTEK DALAM ISLAM

OLEH KELOMPOK: 13

NAMA :SITI AMINAH( 2048201034 )

: DEWI ORIJA (2048201003)

;EKA ARISA NADRA

PRODI : S1 FARMASI

MKU : AGAMA ISLAM

DOSEN : ACHMAD ZULFIKAR SIREGAR SPDI

MPD

PRODI S1 KEBIDANAN

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


80

T.A 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
kami buat guna memenuhi tugas dari dosen.Makalah ini membahas tentang
“PENTINGNYA IPTEK DALAM ISLAM”, semoga dengan makalah yang kami
susun ini kita sebagai mahasiswa Almuslim dapat menambah dan memperluas
pengetahuan kita.Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh
dari sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari
bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena
kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.Semoga
makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 15 Desember 2020


81

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah 4


1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
BAB II

PEMBAHASAN 5

2.1Defenisi Iptek 5
BAB III 14

PENUTUP

14

3.1 KESIMPULAN 14
3.2 SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA

16
82

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua).


 Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler
seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam
wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala
macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat
diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan
tidak boleh diamalkan.

 Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.Standar atau kriteria inilah
yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan
iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek
dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini
dipimpin oleh perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak
83

orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material yang


dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi
dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap
segala dampak negatif yang diakibatkanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian IPTEK
2. Bagaimana Pandangan Islam tentang IPTEK?
3. Pentingkah umat beragama mengikuti perkembangan IPTEK ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pandangan islam tentang IPTEK.
2. Untuk memahami dampak positif dan negatif tentang perkembangan IPTEK.
3. Untuk memehami tentang Pentingnya Umat Beragama Mengikuti IPTEK.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian IPTEK
84

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.Adapun teknoogi adl terapan atau
aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan dapat
mendorong manusia utk berkembang lbh maju lagi.Sebagai umat Islam kita harus
menyadari bahwa dasar-dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa
dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-
keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana upaya
tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya, manusia
mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Dimana dalam pengembangan iptek harus didasari terhadap moral dan
kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara
merata. Disatu sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek
telekomunikasi, namun oelaksanaan pembangunan IPTEK masih belum merata.

Masih banyak masyarakat kurang mampuyang putus harapannya untuk


mendapatkan pengetahuan dan teknologi.Hal itu dikarenakan tingginy biaya pendidikan
yang harus mereka tanggung.Makadari itu pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi
masalah-masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan untuk meningkatkan
SDM yang ada.Perkrmbangan IPTEK disamping bermanfaat untukkemajuan hidup
Indonesia juga memberikan dampak negatif.

 Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan


dampaknya seminimal mungkin antara lain:
 Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.
 Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah
timbulnya permasalahan di tempat itu.
 Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada.
85

 Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan


dan penguatan iptek mutlak diperlukan untuk mencapaikesejahteraan bangsa.
Visi dan Misi iptek dirumuskan sebagai paduan untuk mengoptimalkan setiap
sumber daya iptek yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.Undang-undang No.18
Tahun2002 tentang Sistem Nasional Penelitiha, Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang yelah berlaku sejak 29 Juli 2002,
merupakan penjabaran dari visi dan misi Iptek sebagaimana termaksud dalam
UUD 1945 Amandemen pasal 31 ayat 5, agar dapat dilaksanakan oleh
pemerintah beserta seluruh rakyat dengan sebaik baiknya. Selain itu pula
perkembangan iptek di berbagai bidang di tengah perkembangan zaman yang
semakin pesat semestinya dapat meningkatkan kualitas SDM di tengah
bermunculannya dampak negatif dari adanya perkembangan iptek, sehingga
diperlukan pemikiran yang serius dan mantap dalam menghadapi permasalahan
dalam penemuan-penemuan baru tersebut.

 Pandangan Islam Tentang IPTEK


Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk mencapai dan
membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah:
1. indera, untuk menangkap kebenaran fisik.
2. naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara
pribadi maupun social.
3. pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan
kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi).
Akal juga merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi.
4. imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan
menyempurnakan pengetahuannya.
5. hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran
tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK


yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan
norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut.Menurut Mehdi Ghulsyani (1995).
86

Dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan


dalam tiga kelompo:
1. Kelompok yang menganggap IPTEK modern bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran
yang sesuai.
2. Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang
tidak islami
3. Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir
istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”.

Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu
agama dan ilmu non-agama.Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang
dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu
sendiri.Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah.Yang
dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu
mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara
alamiah.Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia
ketingkat yang lebih rendah martabatnya.
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari
yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat
manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt.

Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya


IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila:
1. mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya.
2. dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik).
3. dapat memberikan pedoman bagi sesame.
4. dapat menyelesaikan persoalan umat.

Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran


apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.
 Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:
- Berseberangan atau bertentangan.
87

- Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai


- Tidak bertentangan satu sama lain
- Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau
iptek mendasari penghayatan agama.

 Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa
yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran
agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan
cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan
oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman Galileio-
Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan
gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo
dipersalahkan dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan
masyarakat.
 Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat
disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan
satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa
masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama
dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama
dan ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada
wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek
tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena
keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun
komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang
lain. Pola hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang
sudah terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.

 Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran
ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga
tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan
88

iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat
di mana pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong
orang untuk mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong
orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat
terjadi dalam masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan
pemisahan agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan
dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena
tampak terasa aneh kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada,
tetapi secara komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan
dampak apa-apa.

 Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya
pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran
agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler.
Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama
mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung
ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama
tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung
pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.

Dalam wujud pertama, pendalaman dan penghayatan ajaran agama akan mendukung
pengembangan iptek walau pengembangan iptek tidak akan mendorong orang untuk
mendalami ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua, pengembangan iptek akan
mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama walaupun tidak
sebaliknya terjadi. Pada wujud ke tiga, pengembangan iptek akan mendorong orang
untuk lebih mendalami dan menghayati ajaran agama dan pendalaman serta
penghayatan ajaran agama akan mendorong orang untuk mengembangkan iptek.

 Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan
pokok, yakni:

 Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-
negara barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
89

 Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di


negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
 Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat
Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.

 Pentingnya Umat Beragama Mengikuti Perkembangan IPTEK

- Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya
terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu
oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita
melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia
tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini,
maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan
dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science).

- Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari


zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai
kemanusiaan maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak,
melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia yang
menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat
mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula
kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi
martabat manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi
penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.

- Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang
akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini
dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah
ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup,
dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan.
90

 Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai
dasar nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk
keberadaan manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.

 Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena
empat alasan:
 Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa
kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan
pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil
dan miskin secara maknawi.
 Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik,
dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama
yang dianut oleh bangsa kita.
 Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani,
tetapi juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual).
Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan
kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat
kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga,
lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
 Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut
duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias
gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu,
tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan
fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.

 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an :

Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang dahaga,
tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya
91

(ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal – amal
dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Q.S An-Nur : 39)

Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang
tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih kebaikan
dunia dan kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah.

َ ‫َو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬

Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)

Sehubungan dengan alasan yang disebutkan di atas, maka perlu dikembangkan


usaha perbaikan yang lebih mendasar terhadap pendekatan dan metode pembelajaran
misalnya usaha-usaha yang berhubungan dengan psikologi belajar, mengintensifkan
program imtaq di sekolah-sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan nilai-nilai agama (imtaq) ke dalam setiap mata pelajaran. Dengan kata
lain model pembelajaran harus memadukan antaraIptek dengan imtaq.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita
sanggup atau tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi
masing-masing. Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat
tiga kelompok, yaitu: (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat
netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari
ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK
92

moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat
menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya
adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.

 Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas
dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek
setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma
pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai
standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat
(utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam
mengaplikasikan iptek.

 Adapun dampak negatif maupun positif dalam perkembangan iptek, Kemajuan


dalam bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan
umat manusia. Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang
amat luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh
perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran
nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai
agama, moral, dan kemanusiaan.

3.2 Saran

 Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini yaitu
Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi,
perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah.
Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita
dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
93

DAFTAR PUSTAKA

http://aqwam.com/fikih/menjadi-muslim-terbaik

http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-arus-
globalisasi/

http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html

Din Syamsuddin, M, Dr, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, penerbit
kalimat, Jakarta, 2001
94

http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=54:mkdu-4221-berkehidupan-
bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77

http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-kedalam-
pembelajaran/

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/39

Anda mungkin juga menyukai