HAKIKAT MANUSIA
Disusun oleh:
Kelompok 1:
UNIVERSITAS IMELDA
T. A 2020/2021
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
B. Pembahasan
Manusia terdiri dari dua unsur yaitu pisik dan psikis. Kedua unsur
tersebut mempunyai potensi masing-masing yang saling melengkapi untuk
mengokohkan hakikat manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi.
Manusia juga disebut sebagai homo socius ataupun zoon politicon yaitu
makhluk sosial yang mampu bekerja sama serta mengorganisasi diri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Homo economics yaitu makhluk yang hidup
atas dasar prinsip-prinsip ekonomi. Homo religiosus yaitu makhluk yang
beragama. Manusia adalah makhluk yang serba unik (Muthahhari dalam
Jalaluddin 2011:77-78).
C. Kesimpulan
Hakikat manusia adalah sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi yang
terdiri dari tiga unsur, yaitu: jasmani (pisik, nafsu), akal (rasio), dan rohani (psikis,
roh). Sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi,
maka manusia merupakan: makhluk ciptaan Tuhan, makhluk yang terlahir dalam
kondisi tidak berdaya (kertas bersih), membutuhkan bantuan dari orang lain,
makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, makhluk yang memiliki akal budi,
makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, makhluk yang mempunyai
kemampuan berbahasa, makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan,
makhluk sosial yang mampu bekerja sama, makhluk yang mampu mengorganisasi
diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, makhluk yang hidup atas dasar
prinsipprinsip ekonomi, makhluk yang beragama, makhluk rasional yang bebas
bertindak berdasarkan alasan moral, makhluk dengan kontrak sosial untuk
menghargai dan menjaga hak orang lain.
Ubermensch Nietzsce adalah manusia unggul yang selalu siap menghadapi
segala tantangan kehidupannya, selalu mempunyai dorongan yang kuat untuk
mencapai tujuan menjadi manusia yang berkuasa. Unsur-unsur yang harus ada
dalam diri manusia unggul adalah energi, intelek, dan kebanggaan diri
(kehormatan). Ketiga unsur tersebut harus berjalan serasi bersama-sama agar
tercipta suatu kekuatan. Karena dengan memiliki kekuatan dan kebajikan, maka
manusia akan mampu terus melangsungkan kehidupannya untuk berjaya dan
menang. Manusia unggul hanya dapat tercipta melalui aristokrasi, yaitu kekuasaan
harus berada di bawah tangan para bangsawan, sehingga harus ada keberanian dan
kesiapan untuk dikorbankan. Keberanian dan kesiapan untuk dikorbankan tercipta
karena proses seleksi oleh manusia melalui pendidikan untuk meningkatkan derajat
dan keagungannya.
Superiorman Kong Fu Tse adalah manusia harus menjadi manusia budiman,
yaitu manusia yang memiliki norma-norma ideal di dalam kehidupannya. Ada
empat aspek yang menjadi inti dari manusia budiman yaitu kemanusiaan, pribadi
ideal, pola yang benar, dan memerintah dengan sikap moral yang baik. Manusia
harus banyak berbuat dan sedikit berbicara, sehingga tidak pernah putus asa apabila
mengalami kegagalan.
Insan Kamil al-Jilli adalah manusia sempurna sebagai manusia baru yang
mampu bertahan dan abadi sebagai bayangan Tuhan yang mempunyai sifat dan
bentuk ketuhanan dengan dua dimensi, yaitu dimensi kanan (aspek lahir) dan
dimensi kiri (aspek batin dan mutlak). Tahapan yang harus dilewati untuk mencapai
manusia sempurna adalah mubtadi (manusia disinari nama Tuhan), mutawasit
(manusia disinari sifat Tuhan), ma’rifat (manusia disinari zat Tuhan), dan mencapai
maqam khatam (insan kamil). Jalan untuk mencapai Insan Kamil adalah dengan
pengamalan Islam, iman, shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah.
Superman Iqbal adalah manusia hebat yang mempunyai potensi tidak
terbatas, potensi untuk merubah dunia dan dirinya sendiri. Ciri-ciri manusia hebat
adalah memiliki cinta kasih, semangat keberanian, toleransi, dan tidak
mengharapkan imbalan dunia.
Manusia adalah makhluk tanpa daya yang memiliki potensi atau
kemampuan dasar. Potensi tersebut menghendaki proses bimbingan, pembinaan,
dan pengarahan yang mengacu ke arah realisasi dan pengembangan secara wajar
dan optimal melalui proses pendidikan. Pendidikan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Manusia membutuhkan pendidikan
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia yang
berdaya guna dan berhasil guna.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sejarah dan Pemikirannya. Jakarta:
Kalam Mulia.
Kosasih, Aceng. 2012. Konsep Insan Kamil Menurut al-Jili. [Online] Available:
http://www.file.upi.edu[2012, Maret 8]
Ramayulis, Samsul Nizar. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.
Sofyan, Ayi. 2010. Kapita Selekta Filsafat. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Wattimena, Reza A.A. 2010. Membongkar Rahasia Manusia: Telaah Lintas Peradaban
(Filsafat Timur dan Filsafat Barat). Yogyakarta: Kanisius.
Dosen Pengampu :
Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa Ta’ala yang
berkat anugerah dari-Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ruang Lingkup Agama”. Sholawat serta salama kita haturkan kepada junjungan
agung Nabi Besar Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam yang telah memberikan
pedoman kepada kita jalan yang sebesar-besarnya jalan berupa ajaran agama islam
yang begitu sempurna dan menjadikan rahmat bagi alam semesta
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki
penulis, Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
menyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalh ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang memantu dalam menyesuaikan makalh ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah Amin Yaa Robbal’Alamin.
Contents
BAB 1........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
1.3Tujuan Penulisan............................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1 Defenisi Agama.........................................................................................................................6
1. Pengertian Agama Islam.........................................................................................................6
2. Klasifikasi Agama dan Agama Islam....................................................................................10
2.2 Tujuan Agama........................................................................................................................13
2.3 Fungsi Agama.........................................................................................................................13
2.4 Unsur-Unsur Agama..............................................................................................................15
2.5 Cara Beragama......................................................................................................................15
2.6 Agama dalam Pendekatan Islam..........................................................................................16
BAB III...................................................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................................17
3.2 SARAN..........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
Adapun yang akan dibahas dan menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah
:
1. Apa pengertian dan ruang lingkup agama Islam?
2. Mengetahui klasifikasi agama dan agama Islam
3. Mengetahui Agama dalam pendekatan Islam
1.3Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dan ruang lingkup agama Islam
2. Mengetahui Kerangka dasar agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian agama adalah tata cara yang mengatur peribadahan manusia kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta tata cara yang mengatur hubungan manusia yang lain
serta manusia dengan lingkungannya, yang merupakan bagian dari makhluk ciptaan
Tuhan.Agama-agama tertentu serta kepercayaan tertentu banyak mempunyai narasi,
dan symbol serta sejarah suci yang mempunyai maksud untuk menjelaskan berbagai
macam makna kehidupan dan menjelaskan asal-usul kehidupan dari alam semesta
ini. Dari berbagai macam keyakinan yang diyakini oleh mereka mengenai sifat
manusia dan perihal kosmos, seseorang akan mendapatkan etika,moralitas, berikut
hukum tentang agama berkaitan dengan gaya hidup yang dijalaninya. Berdasarkan
perkiraan penghitungan dan penelitian, setidaknya ada 4200 agama di dunia namun
hanya beberapa yang diakui.
a. Secara Etimologi
Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu
kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata
aslama, yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, paruh, dan
taat. Sedangkan muslim yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat,
menyerahkan diri, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT.
b. Secara Terminologi
Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran
yang dibawa oleh Islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai segi dari
kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap , menyeluruh dan
sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah
maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi
Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.
Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 132, Allah berfirman :
َٱصطَفَ ٰى لَ ُك ُم ٱل ِّدينَ فَاَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَنتُم ُّم ۡسلِ ُمون
ۡ َى إِ َّن ٱللَّه
َّ َِو َوص َّٰى بِہَٓا إِ ۡب َرٲ ِه ۧـ ُم بَنِي ِه َويَ ۡعقُوبُ يَ ٰـبَن
Artinya :
”Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Ya’kub,
Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam sebagai
agamamu, sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama
Islam”. (QS. Al-Baqarah, 2:132)
Nabi Isa juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan dalam ayat yang berbunyi
sebagai berikut :
ِۖ ى إِلَى ٱهَّلل ٓ ار
ِ نص َ َال َم ۡن أ َ َفَلَ َّمٓا أَ َحسَّ ِعي َس ٰى ِم ۡنہُ ُم ۡٱل ُك ۡف َر ق
ۡ نصا ُر ٱهَّلل ِ َءا َمنَّا بِٱهَّلل ِ َو
َٱشهَ ۡد بِأَنَّا ُم ۡسلِ ُمون َ َاريُّونَ ن َۡحنُ أ ۡ
ِ قَا َل ٱل َح َو
Artinya :
”Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata
dia : Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama
Allah (Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim” (QS. Ali Imran, 3:52).
Artinya :
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
Berdasarkan dari surat Al-Asr di atas ada 5 (lima) komitmen atau kerikatan seorang
muslim dan muslimat terhadap Islam. Komitmen tersebut adalah :
a. Meyakini, mengimani kebebaran agama Islam seyakin-yakinnya.
b. Mempelajari, mengilmui ajaran Islam secara baik dan benar.
meyakinkan dengan bahasa yang baik dan,
e. Sabar dalam berIslam, dalam meyakini mempelajari, mengamalkan dan
mendakwahkan agama Islam.
Menurut sumber ajaran suatu agama, agama-agama dapat dibagi menjadi (1) Agama
wahyu (revealed religion) atau agama langit dan (2) Agama budaya (cultural
religion /natural religion) yang disebut juga agama bumi atau agama alam.
Agama wahyu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya. Pada waktu agama wahyu
disampaikan malaikat (Jibril) kepada manusia pilihan yang disebut utusan atau
Rasul-Nya, pada waktu itulah agama wahyu lahir.
2. Agama tersebut disampaikan kepada manusia melalui Utusan atau Rasul
Allah.
3. Memiliki kitab suci yang berisi himpunan wahyu yang diturunkan oleh Allah.
4. Ajaran agama wahyu mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha
Benar, Maha Mengetahui segala-galanya.
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah dalam Agama wahyu, ditentu kan
sendiri oleh Allah dengan penjelasan lebih lanjut oleh Rasul-Nya.
6. Konsep ketuhanan agama wahyu adalah monoteisme murni sebagai- mana
yang disebutkan dalam ajaran agama langit itu.
7. Dasar-dasar agama wahyu bersifat mutlak, berlaku bagi seluruh umat manusia.
8. Sistem nilai agama wahyu ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaras- kan
dengan ukuran dan hakikat kemanusiaan.
9. Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudian dibuktikan
kebenarannya oleh ilmu pengetahuan(sains) modern.
10. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan
peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil, yakni manusia yang
sempurna, manusia baik yang bersih dari noda dan dosa.
Agama budaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1. Tidak dapat dipastikan kelahiranya karena mengalami proses pertumbuhan
sesuai dengan proses pertumbuhan kebudayaan masyarakat
2. Tidak mengenal Utusan atau Rasul Allah
3. Tidak memiliki kitab suci
4. Ajaran agama budaya kebenaranya relative, terikat pada ruang dan waktu
tertentu
5. Agama budaya berasal dari pengetahuan serta pengalaman manusia
6. Konsep ketuhanan agama budaya mulai dari dinamisme sampai kepada
monoteisme tidak murni atau monoteisme terbatas.
7. Dasar-dasar agama budaya bersifat relative
8. Nilai-nilai agama budaya ditentukan oleh manusia
9. Hal-hal yang disebut agama budaya tentang alam sering dibuktikan
kekeliruanya oleh sains
10. Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan manusia
Sebagai contoh agama yang masuk ke dalam kelompok agama wahyu adalah :
Islam, Yahudi dan Nasrani. Sedangkan kelompok agama budaya contohnya adalah
Kong Hu Cu, Budha dan Hindhu. Islam sebagai agama wahyu, tentunya jika
kesepuluh tolok ukur di atas diterapkan kepada agama Islam, hasilnya adalah
sebagai berikut :
1. Agama Islam dilahirkan pada tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah, bertepatan
dengan tanggal 6 Agustus 610 M.
2. Disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan
Allah.
3. Meimiliki kitab suci Alquran yang memuat asli semua wahyu yang diterima
oleh Rasul-Nyaselama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah dan kemudian
di Madinah.
4. Ajaran Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha Benar dan
Maha Mengetahui segala sesuatu.
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah disebutkan dalam Alquran, dijelaskan
dan dicontohkan pelaksanaannya oleh Rasul-Nya.
6. Konsep Ketuhanan Islam adalah tauhid, monoteisme murni, ke Esaan Allah,
esa dalam Zat, esa dalam sifat , esa dalam perbutan dan seterusnya.
7. Dasar-dasar agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk
seluruh umat manusia di manpun dia berada.
8. Nilai-nilai terutama nilai-nilai etika (akhlak) dan estetika (keindahan) yang
ditentukan oleh Agama Islam sesuai dengan fitrah manusia dan kemanu siaan.
9. Soal-soal alam (semesta) yang disebutkan dalam Agama Islam yang dahulu
diterima dengan keyakinan saja, kini telah banyak dibuktikan kebenarannya oleh
sains modern.
10. Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam
dilaksanakan dengan baik dan benar akan terbentuk insan kamil, manusia sempurna.
1. Tradisional
Artinya seseorang akan beragama berdasarkan suatu tradisi yang mengikuti tradisi
dari nenek moyang ataupun leluhurnya. Pemeluk agama jenis ini biasanya akan
lebih kuat dalam beragama dan sulit menerima hal-hal baru.
2. Fomal
Artinya seseorang akan beragama berdasarkan pada akal dan rasio yang
dipunyainya. Maka dari itu, mereka akan selalu berusaha untuk menghayati dan
memahami ajaran dalam agamanya berdaskan ilmu pengetahuan dan
pengamalannya. Orang-orang yang menganut cara beragama ini dapat berasal dari
penganut cara beragama tradisional, formal, atau bahkan atheis atau orang yang
tidak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahuluan
Artinya seseorang akan beragama dengan cara menggunakan akal dan perasaan
yang berada di kendalikan oleh wahyu. Mereka akan selalu menimba ilmu terlebih
dulu pada orang yang dianggap ahli oleh mereka dalam suatu ilmu agama dan
memegang teguh ajaran yang bersifat asli seperti halnya para ulama yang meyakini
agama islam dari Nabi Muhammad SAW yang diturunkan oleh Allah SWT melalui
malikat Jibril AS Sebagai perantaranya tadi.
Pendekatan normatif dapat diartikan studi Islam yang memandang masalah dari
sudut legal formal atau dari segi normatifnya. Dengan kata lain, pendekatan
normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang tertera dalam teks Al Qur’an dan
Hadits.
Menurut Hadidjah dan Karman al-Kuninganiy (2008:56) pendekatan normatif
mempunyai cakupan sangat luas. Pada umumnya pendekatan yang digunakan oleh
ahli ushul fikih (ushuliyyin), ahli hukum Islam (fuqaha) dan ahli tafsir (mufassirin)
dan ahli hadits (muhaditsin) yang berusaha menggali aspek legal-formal ajaran
Islam dari sumbernya selalu menggunakan pendekatan normatif.
Sehingga, umat Islam tidak hanya memahami Islam melalui pendekatan teologis
saja, agar pemahaman tentang Islam menjadi integral, universal, dan komprehensif.
Yakni, mampu menjelaskan solusi secara faktual dan empiris atas masalah dengan
tetap menjadikan Al Qur’an dan Hadits sebagai ukuran (panduan berfikir), akan
tetapi pemecahan masalah kekinian dapat dicapai.
Namun pendekatan ini biasanya berkaitan dengan tauhid dan ushuluddin semata.
Metode ini dapat dipakai misalnya, dalam mempelajari masyarakat Islam dalam hal
pengamalan, yang disebut dengan ”masyarakat Muslim” atau ”kebudayaan
Muslim”.
Kecuali sejarah yang diambil dengan riwayat shahih atau terpercaya dan sejarah
tersebut bukan diambil dari pandangan orang kafir dan orientalis. Jika hal ini
dilanggar maka studi Islam akan menjadi sebuah studi yang bersifat ‘gosip’ dan
‘fitnah’ semata.
3. Pendekatan Antropologis
Dalam konteksnya sebagai metodologi, Antropologi merupakan ilmu tentang
masyarakat dengan bertitik tolak dari unsur-unsur tradisional, mengenai aneka
warna, bahasa-bahasa dan sejarah perkembangannya serta persebarannya, dan
mengenai dasar-dasar kebudayaan manusia dalam masyarakat.
Memahami Islam secara antropologis memiliki makna memahami Islam dengan
mengungkap tentang asal-usul manusia yang berbeda dengan pandangan Teori
Evolusi (The Origin of Species)nya Charles Darwin. Bisa juga memahami misalnya,
tentang kisah Ashabul Kahfi yang tidur (baca: ditidurkan oleh Allah) selama kurang
lebih 309 tahun. Ini merupakan salah satu topik yang menarik untuk diteliti melalui
pendekatan antropologis.[4]
4. Pendekatan Sosiologis
Pada prinsipnya, Sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan dengan
aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara
kelompok yang satu dengan yang lain.
Metode ini sangat lemah, sebagaimana dikemukakan Arkoun (1994:55) bahwa sikap
filsafat mengurung diri dalam batas-batas anggitan (susunan) dan metodologi yang
telah ditetapkan oleh nalar mandiri secara berdaulat. Selain itu, terkesan metode
filsafat ini melakukan pemaksaan gagasan-gagasan.
Disamping itu, filsafat sejatinya bukan merupakan pengetahuan semata, tetapi juga
merupakan cara pandang tentang berbagai hal, baik yang bersifat teoritis maupun
praktis. Secara teoritis, filsafat menawarkan tentang apa itu kebenaran? Secara
praktis, filsafat menawarkan tentang apaitu kebaikan? Dari dua spektrum inilah
kemudian filsafat merambah ke berbagai wilayah kehidupan manusia, sekaligus
memberikan tawaran-tawaran solutifnya.
Karena itu, dalam konteks inilah, Ibn Qayyim al-Jauziyah (w.751 H/1350 M)
berkesimpulan, bahwa filsafat adalah paham (isme) di luar agama para nabi.
Ditambah lagi, filsafat memang ajaran yang murni dihasilkan oleh akal manusia.
Jika demikian faktanya, maka jelas filsafat itu—baik sebagai ajaran maupun
pengetahuan—tidak ada dalam Islam. Sebab, Islam telah mengajarkan tentang
al-haq (kebenaran) dan al-khair (kebaikan), termasuk cara pandang yang khas
tentang keduanya. Bukan hanya itu, Islam juga telah menjelaskan hakikat dan
batasan akal, metode berpikir dan pemikiran yang dihasilkannya.[7]
6. Pendekatan Psikologis
Psikologi mempelajari tentang jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat
diamati. Dalam konteks studi agama, pendekatan Psikologis diartikan sebagai
penerapan metode- metode dan data psikologis ke dalam studi tentang keyakinan
dan pemahaman keagamaan untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan
seseorang, atau dengan kata lain, pendekatan psikologis merupakan pendekatan
keagamaan dengan menggunakan paradigma dan teori- teori psikologis dalan
memahami agama dan sikap keagamaan seseorang.
Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam pendekatan ini adalah dengan cara
mempelajari jiwa seseorang melalui perilaku yang tampak yang mungkin saja
dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.
Dalam hal ini, pendekatan psikologis tidak akan mempersoalkan benar tidaknya
suatu agama atau keyakinan yang dianut seseorang, melainkan dengan
mementingkan bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam
perilaku penganutnya.
Pendekatan ini dapat dilakukan ketika berhadapan dengan masalah sikap dan
perilaku yang ditampakkan oleh para pemeluk agama. Penerapan pendekatan ini
dalam studi Islam dapat dilihat, misalnya pada pengaruh yang ditimbulkan oleh
ibadah puasa, dan haji terhadap perilaku yang nampak setelah ibadah tersebut
dilakukan.
Pendekatan ini nampak bersifat asumtif dan individualis, sehingga tidak
komprehensif, bahkan pendekatan ini hanya berbicara kelakuan para pemeluk
agama yang belum tentu mencerminkan agama Islam itu sendiri.
Pendekatan seperti ini bisa menyebabkan orang yang memandang Islam malah salah
paham, misal: jika sebuah masyarakat mayoritas muslim, lalu disana ada prostitusi,
dan mungkin yang melakukan kemesuman dan maksiat tersebut bisa jadi orang
Islam, maka dengan pendekatan psikologis bisa dianggap bahwa ajaran Islam itulah
yang membolehkan prostitusi. Disinilah letak kelemahan pendekatan psikologis.
7. Pendekatan Ideologis Komprehensif
Pendekatan ini bermula dari realitas ajaran Islam itu sendiri secara objektif, tidak
terpengaruh pandangan subjektif keilmuan Barat. Islam adalah agama (ad-din) yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad ﷺuntuk mengatur
hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya.
Islam adalah ajaran yang meliputi akidah dan sistem (nizhâm). Akidah dalam
konteks ini adalah keimanan kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat
serta Qadha dan Qadar, yang baik dan buruknya hanya dari Allah swt semata.
Sedangkan nizhâm atau syariah adalah kumpulan hukum syara’ yang mengatur
seluruh masalah manusia. Syariat Islam sendiri berisi aturan (sistem) yang bisa
diklasifikasikan:
1) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan individu dengan Penciptanya
(Allah swt), seperti ibadah, baik shalat, puasa, zakat, haji-umrah, termasuk jihad;
2) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan individu dengan dirinya
sendiri, seperti hukum terkait pakaian, makanan, minuman, dan juga hukum seputar
akhlak, yang mencerminkan sifat dan tingkah-laku seseorang;
3) Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan dengan orang lain, seperti
masalah bisnis-perdagangan, pendidikan, sosial- masyarakat, pemerintahan, politik,
sanksi hukum-peradilan dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Sebagai umat Islam, sudah menjadi kewajiban kita untuk bertaqwa kepada Allah
SWT. dan mengikuti tuntunan dari Nabi Muhammad SAW. Segala macam
peraturan ataupun kaidah yang ada di kehidupan telah diatur oleh Allah sang
pencipta, kita dapat mempelajari itu semua melalui kitab suci Al-Qur’an dan Al-
Hadits agar dalam menjalani kehidupan ini kita senantiasa berada dalam jalan Allah
SWT. yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK 3
IMAM MAHDI (2048201010)
ANNISA NURFADILAH (2048201032)
Segala puji hanya milik Allah swt, Tuhan semesta alam yang senantiasa
memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga segala
aktivitas yang dikerjakan dapat bernilai ibadah di sisi-Nya. Salam dan taslim semoga
tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw. Nabi yang telah
memberikan pencerahan akan kebenaran kepada seluruh umat manusia di muka
bumi terutama kepada penulis dalam menyusun Tugas yang berjudul “Nilai Agama
Dalam Kehidupan Beragama Islam” Tulis ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
matakuliah Pendidikan Agama Islam. Tugas ini, penulis menyadari bahwa tugas ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari penulisan maupun penyajiannya.
Oleh karena itu masukan, kritik, serta saran yang bersifat membangun sangat
dibutuhkan guna memperbaiki kekuarangan dan kesalahan yang ada. Cinta dan
penghormatan kupersembahkan kepada kedua orang tuaku,.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat Bapak Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD yang mana telah
memberikan tugas matakuliah Pendidikan agama islam.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas ini dapat memberikan
pengetahuan khususnya tentang Nilai Agama DalamKehidupan Beragama Islam.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Nilai Agama Dalam Kehidupan Beragama Islam...............................................3
2.2 Hakikat Beragama Islam.....................................................................................6
2.3 Komponen Dalam Beragama Islam (hal yang d
iperintahkan dan dilarang).........................................................................................10
2.4 Nilai Agama Dalam kehidupan (khususnya profesi kesehatan bidang
kebidanan)..................................................................................................................25
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................33
3.2 Saran....................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
a Latar Belakang
1
kegagalan dalam mengembangkan dan mengajarkan nilai-nilai keislaman kepada
peserta didik.Kegagalan Pendidikan Agama Islam terlihat dalam carut marutnya
sendi kehidupan masyarakat dan birokrasi.Masyarakat masih terbelenggu dalam
masalah kesyirikan, kekufuran, kejahiliyahan, ketahayulan,
kebid’ahan.Sementara itu, anak-anak, remaja, pemuda, dan bahkan santri juga
menjadi sasaran empuk internalisasi budaya Barat.Akibatnya, mereka seakan-
akan tidak memiliki pegangan hidup dan teracuhkan dari lingkungannya.
b Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai agama dalam kehidupan di masyarakat
2. Bagaimana komponen dalam beragama islam (hal yang dilarang
dan diperintahkan)
3. Bagaimana hakikat beragama islam
4. Bagaimana nilai agama dalam kehidupan (khususnya profesi
kesehatan di bidang kebidanan)
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Nilai Agama Dalam Kehidupan Beragama Islam
agama merupakan pedoman hidup dan menjadi tolok ukur yang mengatur
tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidaknya tindakan
seseorang tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan terhadap
agama yang diyakini. Agama berperan sangat penting dalam mengatur kehidupan
manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama. Untuk memperoleh
pemahaman tentang peranan agama lebih jauh lagi, Abul Qosim Al-Khu'i, penulis
buku Menuju Islam Rasional mengatakan, pada dasarnya kita membutuhkan agama
dikarenakan agama mampu melestarikan hubungan yang baik dan harmonis antar
manusia. (Nazwar, 2016)
Secara lebih terperinci, pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia dapat
dipahami dalam poin-poin berikut:
1. agama menghidupkan nilai luhur moralitas. Diturunkannya agama kepada
manusia mempunyai agenda menghidupkan moralitas dalam rangka mengatur
kehidupan manusia. Agama sangat mendukung nilai luhur yang menyeru kepada
prinsip kebaikan, seperti keadilan, kejujuran, toleransi, dan tolong-
menolong.Dalam proses kehidupan yang dijalani manusia, agama sangat
mendukung untuk tindakan kebaikan. Artinya, agama tidak hanya memberikan
nilai-nilai yang bersifat moralitas, namun juga menjadikannya sebagai fondasi
keyakinan. Agama mensyarakatkan moralitas sebagai bagian iman secara
keseluruhan. Tak hanya moralitas yang ditekankan agama bersifat mengikat
kepada setiap penganutnya.Abul Qosim Al-Khu'i menegaskan, tanpa bantuan
agama, dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kebajikan atau moralitas tersebut
niscaya akan kehilangan maknanya dan akan menjelma menjadi serangkaian
nasihat belaka yang bersifat tidak mengikat. Dengan kata lain, nilai-nilai tanpa
makna hanya bercorak nasihat tidak lebih dari sekedar anjuran atau seruan
belaka, misalnya, diucapkan seorang sahabat karib kita, sementara kita sendiri
bebas untuk menerima atau menolaknya.
4
diibaratkan sebagai sebuah buku maha besar yang dikarang seorang sarjana yang
sangat cerdas. Setiap halamannya yang berisi serangkaian paragraf dan kalimat,
mengandungi cahaya kebenaran yang mendorong kita untuk mempelajari dan
merenungkannya. (Nazwar, 2016)
Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi atau penting sehubungan
dengan unsur-unsur pengalaman manusia yan diperoleh dari ketidakpastian,
ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik
fundamental kondisi manusia. Dalam hal ini fungsinya ialah menyediakan dua hal.
Pertama, suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh
manusia, dalam artian dimana deprivasi (pencabutan) dan frustasi dapat dialami
6
sebagai sesuatu yang mempunyai makna. Kedua, sarana ritual yang memungkinkan
hubungan manusia dengan hal diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan
keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya.
Demikian peran agama yang telah menggerakkan peradaban manusia. Proses
terbentuknya kehidupan manusia sepanjang sejarah hingga saat ini, tidak dapat
dilepaskan dari peran agama. Dengan keimanan, agama telah mampu mengarahkan
kehidupan manusia kepada kehidupan yang baik, berkemajuan dan keharmonisan.
Mengapa Islam begitu mudah dan bisa menyebar ke seluruh dunia bahkan menjadi
salah satu agama terbesar di muka bumi?
1. Islam menghormati akal manusia
“Sesungguhnya dalam kejaidan langit dan bumi serta pertukaran malam dan
siang ada beberapa tanda untuk mereka yang mempunyai (mempergunakan)
akalnya.” (QS. Ali Imran [3]: 190).
ِ ْت َواألَر
ِ ض َربَّنَــا َمــا خَ لَ ْقتَ هَــذا بَـ
ًـاطال ِ الَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ هّللا َ قِيَاما ً َوقُعُوداً َو َعلَ َى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِي َخ ْل
ِ ق ال َّس َما َوا
ِ َّاب الن
ار َ ك فَقِنَا َع َذ
َ َُسب َْحان
“Mereka yang ingat akan Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan
berbaring dan memikirkan tentang kejadian langti dan bumi, (berkata); “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau jadikan (semua) ini dengan sia-sia. Mahatinggi Engkau,
maka lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran [3]: 191).
Hal ini sebagaimana syarat sahnya keimanan seseorang yang memang harus
berakal. Maka dalam Islam, tidak terkena hukum alias belum mukallaf anak-anak
yang belum sampai pada usia akil baligh.
Oleh karena itu tidak mengherankan jika ulama Islam terdahulu tidak saja mahir
dalam urusan agama, tetapi juga pakar dalam berbagai bidang keilmuan. Ibn Sina
misalnya, beliau sosok mufassir yang juga ahli kedokteran dan filsafat. Dengan kata
lain, Islam adalah agama yang tidak bisa dipisahkan dengan keilmuan.Bahkan,
sebuah fakta sangat mengherankan terekam oleh Souck Hurgronje yang kemudian
disampaikan dalam pidatonya di Universitas Leiden pada 1907.
“Dan beberapa kali telah kejadian, penduduk negeri (Indonesia) yang tengah
melarikan diri, dikejar oleh pasukan kita (Belanda) meninggalkan beberapa kitab.
Disini ternyatalah, bagaimana ulama-ulama itu dalam perjalan mereka mengembara
melalui hutan-hutan dan rawa-rawa, tidak meninggalkan pembacaan dan
penyelidikan ilmu.” (M. Natsir, Capita Selecta halaman 173).Lantas, darimana
kemudian hari ini ada sebagian dari anak bangsa yang beragama Islam begitu silau
dengan Barat. Sedangkan para pendahulu kita adalah sosok tangguh yang meski di
dalam hutan tak berhenti mengkaji ilmu!
ْ ُأ
)طلُبُ ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َمحْ ِد إِلَى اللَّ ْه ِد (رواه مسلم
Tapi, karena hakikat agama Islam memang melarang umatnya taklid buta
(bodoh) maka segala upaya menjatuhkan umat Islam di Indonesia (atas rahmat Allah
Ta’ala) tidak pernah bisa terjadi.Jadi, mari kembali kepada Islam dengan semangat
membangun tradisi ilmu, sehingga tidak salah kaprah. Terhadap ulama sangat kritis
sementara terhadap pikiran Barat selalu membeo.
5. ‘berpetualang’
membawa bangsa ini menjadi bangsa terbaik, menjadi rujukan dunia dalam segala
sisi kehidupannya, Insya Allah.*
Hakikatnya agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa
dipisahkan darikehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami secara seksama oleh
setiap manusia. Agama juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum-hukum
yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun
berupa larangan yang harus ditinggalkan.Setiap agama pada dasarnya terdiri dari
empat unsur, yaitu:1. Ajaran (= teori; konsep) sebagai sisi gaib2. Iman sebagai
interaksi antara pelaku dan konsep,3. Ritus (= upacara) sebagai sistem lambang,
dan4. Praktik ( = amal) sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan
individu danmasyarakat.Agama itu saling pengaruh mempengaruhi dengan sistem
organisasi kekluaragaan, perkawinan,ekonomi, hukum dan politik. Agama juga
memasuki lapangan pengobatan, sains dan teknologi.Serta agama itu telah
memberikan inspirasi untuk memberontak dan melakukan peperanagan danterutama
telah memperindah dan memperhalus karya seni. Tidak terdapat suatu
institusikebudayaan lain yang menyajikan suatu lapangan ekspresi dan implliksi
begitu halus sepertihalnya agama.
2.3 Komponen Dalam Beragama Islam (hal yang di perintahkan dan di larang)
A. PEGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Untuk mengetahui pendidikan lebih jelas, maka kita uraikan terlebih dahulu
definisi pendidikan secara umum. Dalam Dictionary of Education dijelaskan bahwa
pendidikan adalah:
a. Proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah lainnya dalam masyarakat di mana dia hidup.
b. Suatu proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol, sehingga seseorang dapat memperoleh dan mengalami
perkembangan kemampuan individual dan sosial secara optimal.
11
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen
pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan
berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat
dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan
keberadaan komponen-komponen tersebut.
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu ;
a. Ke arah mana bimbingan diberikan (Tujuan Pendidikan)
b. Subyek yang dibimbing ( Peserta didik)
c. Orang yang membimbing (Pendidik)
d. Pengaruh yang diberikan dalam pendidikan (Materi Pendidikan)
e. konteks yang memepengaruhi suasana pendidikan ( Lingkungan, Alat, dan
Metode).
1. Tujuan Pendidikan
13
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
insan yang unik. Maksudnya, anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi
yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikan
membutuhkan bantuan dan bimbingan.
b) Individu yang sedang berkembang, maksudnya perubahan yang terjadi dalam diri
peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun kearah
penyesuaian lingkungan.
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Maksudnya, dalam proses perkembangannya peserta didik membutuhkan
bantuan dan bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan hayati tidak
terlepas dari ibunya seharusnya setelah ia tumbuh berkembang menjadi dewasa
ia sudah dapat hidup sendiri. Tetapi kenyataannya untuk kebutuhan
perkembangan hidupnya, ia masih menggantungkan diri sepenuhnya kepada
orang dewasa, sepanjang ia belum dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa pada diri
peserta didik ada dua hal yang menggejala ;
1. Keadaannya yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan bantuan. Hal ini
menimbulkan kewajiban orang tua untuk membantunya.
2. Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini membutuhkan
bimbingan. Orang tua berkewajiban untuk membimbingnya. Agar bantuan dan
bimbingan itu mencapai hasil maka harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak.
d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Maksudnya dalam
perkembangan peserta didik ia mempunyai kemampuan untuk berkembang
kearah kedewasaan. Pada diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan
diri. Hal ini menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua ( si pendidik) untuk
setapak demi setapak memberikan kebebasan dan pada akhirnya mengundurkan
diri. Jadi, pendidik tidak boleh memaksakan agar peserta didik berbuat menurut
pola yang dikehendaki pendidik. Ini dimaksud agar peserta didik memperoleh
kesempatan memerdekakan diri dan bertanggung jawab sesuai dengan
kepribadiannya sendiri dan bertanggung jawab sendiri.
15
3. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat
beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang
tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Guru sebagai pendidik dalam lembaga
sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan
masyarakat.
Pendidik adalah unsur manusiawi dalam pendidikan, pendidik atau guru
adalah figur manusia sumber yang menempati posisi memegang peranan penting
dalam Pendidikan, ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan,
figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut
persoalan pendidikan formal di sekolah (Djamarah, 2000 : 1).
Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada
konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik
adalah 1) orang dewasa, 2) orang tua, 3) guru/pendidik, dan 4) pemimpin
kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.
i. Orang Dewasa Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa , yakni:
(1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap,
(2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk
cita-cita untuk mendidik,
(3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya
sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri,
(4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan
aktif penuh inisiatif, (5) manusia yang telah mencapai umur kronologs paling rendah
18 th,
(6) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat,
(7) manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga, dan
(8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.
ii. Orang Tua Kedudukan orang tua sebgai pendidik, merupakan pendidik yang
kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan
16
yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak
yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
iii. Guru/Pendidik di Sekolah Guru sebagai pendidik disekolah yang secara
lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat
untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik
dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun
persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasrkan pada ketentuan yang terkait
dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan
emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki
baik yang berhubungan dengan pesan yangingin disampaikan maupun cara
penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
iv. Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan Selain orang dewasa,
orang uta dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan
pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada
aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota
yang dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai pendidik, tampak pada aktifitas
pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada
nilai-nilai keagamaan.
4. Materi/Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk
mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang
biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan
dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan.
Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial,
susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan.
Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama. pendidikan
moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan
intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam
kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi
17
materi inti maupun materi local, materi inti bersifat nasional yang mengandung misi
pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah
mengembangkan kebinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan.
Dengan demikian jiwa dan semangat Bhinneka Tunggal Ika dapat ditumbuh
kembangkan.
5. Konteks yang Memepengaruhi Suasana Pendidikan
Lingkungan
َوإِ َذا،ُ َوإِ َذا َدعَـاكَ فَأ َ ِجبْـه، إِ َذا لَقِ ْيتَـهُ فَ َسـلِّ ْم َعلَيْـ ِه: َمـا ه َُّن يَـا َر ُسوْ َل هللاِ؟ قَـا َل:ْـل ٌّ ق ْال ُم ْسـلِ ِم َعلَى ْال ُم ْسـلِ ِم ِس
َ ت قِي ُّ َح
َ َوإِ َذا َم ِر،ُس فَ َح ِم َد هللاَ فَ َش ِّم ْته
ُ َوإِ َذا َماتَ فَاتَّبِ ْعه،ُض فَ ُع ْده َ ك فَا ْن
َ َ َوإِ َذا َعط،ُصحْ لَه َ ا ْستَ ْن.
َ ص َح
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam.” (Para Shahabat bertanya),
“Apa saja wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(1) Apabila engkau berjumpa
dengannya, maka ucapkanlah salam, (2) bila ia mengundangmu, maka penuhilah
undangannya, (3) bila ia meminta nasihat, maka nasihatilah, (4) bila ia bersin lalu
mengucapkan tahmid (alhamdulillaah), maka do’akanlah (dengan ucapan:
‘Yarhamukallaah’), (5) bila ia sakit, maka jenguklah, dan (6) bila ia wafat, maka
antarkanlah jenazahnya (ke pemakaman).”
6. Islam menyuruh agar berlaku adil kepada orang lain dan mencintai apa yang
dicintai mereka sebagaimana kita mencintai diri sendiri.
“ ا ْع ِدلُوا هُ َو أَ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى
…Berlaku adillah, karena (adil itu) lebih dekat kepada takwa….” [Al-Maa-idah:
8]
7. Islam menyuruh berikhtiar untuk mencari rizki, menjaga kehormatan diri dan
mengangkatnya dari posisi yang hina dan lemah. Dalam mencari rizki, seseorang
hendaknya berikhtiar terlebih dahulu, baru kemudian bertawakal
(menggantungkan harapan) hanya kepada Allah Azza wa Jalla, sebagaimana
yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تَ ْغ ُدوْ ِخ َماصًا َوتَرُوْ ُح بِطَانًا،ق الطَّ ْي َر َّ لَوْ أَنَّ ُك ْم تَتَ َو َّكلُوْ نَ َعلَى هللاِ َح.
ُ ق تَ َو ُّكلِ ِه لَ َر َزقَ ُك ْم َك َما يَرْ ُز
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka
sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikannya
kepada burung. Pagi hari ia keluar dalam keadaan kosong perutnya, kemudian
pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.”
8. Islam mengajarkan berlaku amanah (dipercaya), menepati janji, baik sangka
(husnu zhan), tidak tergesa-gesa dalam segala perkara dan berlomba dalam
melakukan kebajikan.
20
ك هُ ُم الظَّالِ ُمونَ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُــوا َكثِــيرًا ِّمنَ الظَّنِّ إِ َّن َ ِق بَ ْع َد اإْل ِ ي َما ِن ۚ َو َمن لَّ ْم يَتُبْ فَأُو ٰلَئ
ُ س ااِل ْس ُم ْالفُسُوَ ۖ بِ ْئ
َ ض ُكم بَ ْعضًا ۚ أَيُ ِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا هَّللا ُ ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَب بَّ ْع َ بَع
ِ ۚ إِ َّن هَّللا َ تَوَّابٌ ر
َّحي ٌم
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar
yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk (fasiq) sesudah
beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang
yang zhalim. Wahai orang-orang yang beriman. Jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [Al-Hujuraat: 10-12]
9. Islam melarang kita banyak berdebat, bertengkar, percandaan hina yang dapat
membawa kepada kejahatan dan meremehkan orang lain.
10. Islam melarang pengkhianatan, perbuatan makar, ingkar janji dan fitnah yang
dapat menyebabkan orang lain berada dalam ketidakpastian.
11. Islam melarang seorang anak durhaka kepada kedua orang tua dan memutus
hubungan silaturahmi dengan sanak kerabat famili terdekat.
12. Islam melarang berburuk sangka, memata-matai dan mencari-cari kesalahan
orang lain.
َ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع
ارفُوا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم
خَ بِي ٌر
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
22
kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain…” [Al-Hujuraat: 12]
13. Islam melarang membuat tato, mengerik bulu wajah, mencukur alis,
menyambung rambut (sanggul) dan memakai pakaian yang tidak menutup aurat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ت خَ ْل
ِق هللا ِ اَ ْل ُم َغي َِّرا،ت لِ ْل ُح ْس ِن
ِ ت َو ْال ُمتَفَلِّ َجا َ ت َو ْال ُمتَنَ ِّم
ِ صا ِ ت َو ْال ُم ْستَوْ ِش َما ِ لَ َعنَ هللاُ ْال َو.
ِ اش َما
“Allah melaknat wanita yang bertato, wanita yang meminta ditato, wanita yang
mengerik bulu wajah, wanita yang mencukur bulu alis matanya dan wanita yang
mengikir giginya agar tampak cantik, mereka telah mengubah ciptaan Allah.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita
yang menyambung rambut dan meminta disambung rambutnya.
Rasulullah Shallallahu a’alaihi wa sallam mengancam dengan masuk Neraka
bagi wanita yang tidak berbusana muslimah (berjilbab yang menutupi aurat),
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ٌ َاريَـ
ـات ِ ات ع ٌ َاسي ِ اس َونِ َسـا ٌء َك َ َّضـ ِربُوْ نَ بِهَــا النْ َ ي،ـرِ ب ْالبَقَـ
ِ قَوْ ٌم َم َعهُ ْم ِسيَاطٌ َكأ َ ْذنَــا،ار لَ ْم أَ َرهُ َما ِ َّص ْنفَا ِن ِم ْن أَ ْه ِل الن
ِ
َوإِ َّن ِري َْحهَا لَيُوْ َج ُد ِم ْن َم ِســي َْر ِة، الَيَ ْد ُخ ْلنَ ْال َجنَّةَ َوالَ يَ ِج ْدنَ ِري َْحهَا،ت ْال َمائِلَ ِة
ِ ت ُر ُؤوْ ُسه َُّن َكأ َ ْسنِ َم ِة الب ُْخٌ َت َمائِال ٌ َُم ِم ْيال
َك َذا َو َك َذا.
“Ada dua golongan penduduk Neraka, yang belum pernah aku lihat keduanya, yaitu
suatu kaum yang memegang cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia dan
wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, ia berjalan berlenggak-lenggok dan
kepalanya dicondongkan seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan
masuk Surga dan tidak akan mencium aroma Surga, padahal sesungguhnya aroma
Surga dapat tercium sejauh perjalanan begini dan begini.”
Syarat jilbab wanita muslimah yang sempurna:
a. Menutup seluruh tubuh, kecuali wajah dan dua telapak tangan.
b. Kainnya tebal, tidak tipis atau transparan.
c. Harus longgar, tidak ketat.
d. Tidak memakai wangi-wangian (parfum).
e. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
f. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
23
َت أَ ْي َمــانُهُ ْم فَـإِنَّهُ ْم َغ ْيـ ُر َملُــو ِمينَ فَ َم ِن ا ْبتَغ َٰى َو َرا َء ٰ َذلِــك
ْ َوالَّ ِذينَ هُ ْم لِفُرُو ِج ِه ْم َحافِظُونَ إِاَّل َعلَ ٰى أَ ْز َوا ِج ِه ْم أَوْ َمــا َملَ َك
َك هُ ُم ْال َعا ُدون َ ِفَأُو ٰلَئ
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka (dalam hal ini) tiada
tercela. Tetapi barangsiapa mencari yang di balik (zina dan sebagainya) itu, maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” [Mukminun: 5-7]
18. Islam melarang kita menerima uang sogokan (suap) atau menyuap orang lain.
Dalam sebuah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma :
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم الرَّا ِشى َو ْال ُمرْ تَ ِشى
َ ِلَ َعنَ َرسُوْ ُل هللا.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menyuap dan orang
yang menerima suap.” [10] Orang yang menyuap dan yang disuap hukumnya sama
bagi keduanya, yaitu berdosa. Suap menyuap hukumnya haram, meskipun mereka
memakai istilah “hadiah”, “uang jasa”, “uang damai”, dan lainnya. Demikianlah
ulasan singkat tentang perintah-perintah dan larangan-larangan Islam yang
menunjukkan kebenaran dankeindahannya.
2.4 Nilai Agama Dalam Kehidupan (khususnya profesi kesehatan bidang
kebidanan)
a. Pengertian Peran
Para ahli menyatakan bahwa secara umum pengertian Peran adalah aspek
dinamis dari kedudukan atau status. Menurut Kozier Barbaraperan adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. Peran adalah deskripsi sosial
tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan
orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan
pengaruh.Seseorang melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah menjalankan
suatu peran. kita selalu menulis kata peran tetapi kadang kita sulit mengartikan dan
definisi peran tersebut. peran biasa juga disandingk an dengan fungsi. Peran dan
status tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran tanpa kedudukan atau status, begitu
25
pula tidak ada status tanpa peran. Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran
yang dijalankan dalam pergaulan hidupnya di masyarakat. Peran menentukan apa
yang diperbuat seseorang bagi masyarakat. Peran juga menentukan kesempatan-
kesempatan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peran diatur oleh norma-
norma yang berlaku.
Peran lebih menunjukkan pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai sebuah
proses. Peran yang dimiliki oleh seseorang mencakup tiga hal antara lain..
Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang di
dalam masyarakat. Jadi, peran di sini bisa berarti peraturan yang membimbing
seseorang dalam masyarakat.
Peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dalam masyarakat.
Peran juga merupakan perilaku seseorang yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
Persepsi Peran
Pandangan kita mengenai bagaimana kita seharusnya bertindak dalam
situasi tertentu adalah persepsi peran (role perception). Berdasarkan pada sebuah
iterprestasi atas apa yang kita yakini mengenai bagaimana seharusnya kita
berperilaku, kita terlibat dalam jenis-jenis perilaku tertentu.
Ekspektasi Peran
Ekspektasi peran (role expectation) didefinisikan sebagai apa yang
diyakini orang lain mengenai bagaimana anda harus bertindak dalam suatu
situasi. Bagaimana anda berperilaku sebagian besar ditentukan oleh peran yang
didefinisikan dalam konteks dimana anda bertindak.
Konflik Peran
Ketika seorang individu dihadapkan dengan ekspektasi peran yang
berlainan, hasilnya adalah konflik peran (role conflict). Konflik ini muncul
ketika seorang individu menemukan bahwa untuk memenuhi syarat satu peran
dapat membuatnya lebih sulit untuk memenuhi peran lain.
Baca juga Tingkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Objek Pembangunan
26
b. Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi".
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi i
nidiharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada
27
agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu.
Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan
dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian yang menimpa
diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan dan menaati segenap ketetapan,
aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari tuhan
Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya
belum akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan
sangat didasari oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau
pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan
sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan
perkembangan profesi keperawatan sendiri.
28
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang
menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta
kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct
human care harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan,
domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan
praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep
menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk
melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana
perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan
sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya
senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya,
bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan
klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan
filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu
keperawatan.
Pengaplikasian Agama dalam pelayanan keperawatan sangatlah penting dimana
dalam memberiakan pelayanan keperawatan yang dapat memberikan hasil yang
maksimal.
Islam sangat menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa
yang sehat akan mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah karena
tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kapada-Nya.
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan
aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan
makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang."Wahai
sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang
Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi
juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya
maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun
belum tentu baik bagi kesehatan.
Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa
saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep
sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan,
porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan
udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim)..
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat
melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan
sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya
tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah),
yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan
akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali
berasal dari lingkungan yang kotor.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agar kita bias mengembangkan nilai agama dalam kehidupan masyarakat,
memperkuat hakikat ajaran agama islam, mengetahui apa saja yang dilarang dan di
32
perintahkan dalam agama dan kita juga mengetahui bagaimana menjadi seorang
tenaga kesehatan sesuai ajaran agama islam.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis ingin menyampaikan beberapa saran
yaitu:
Bagi penulis lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terutama dalam
memberikan Nilai Agama Dalam Kehidupan Beragama Islam.
0
DAFTAR PUSTAKA
http://ariantiyoulie.blogspot.com/2013/11/peran-dan-fungsi-agama-dalam-
masyarakat.html?m=1
https://palembang.tribunnews.com/amp/2016/06/16/peranan-agama-dalam-kehidupan-
manusia#referrer=https://www.google.com
http://kumpulanmakalah4.blogspot.com
Abudin Nata, 2001, Paradigma pendidikan islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT
Gramedia, Jakarta
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001, Ilmu Pendidikan.jakarta. PT. Rineka Cipta
Nur Uhbiyati, 1998, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Udin Syaefudin dab Abin Syamsyudin Makmun, 2005, Perencanaan Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made, 2000, Landasan Kependidikan Moral. Bandung Alfa Beta
http://m-arif-am.blogspot.com/2010/unsur-unsur-pendidikan.html.
https://almanhj.or.id/2265-keindahan-islam-yang-berupa-perintah-perintah-dan-larangan-
larangan.html
1
MAKALAH
Dosen pengampu
Disusun oleh :
Kelompok 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas MKU Agama ini dengan
baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu, adapun pembahasan pada makalah
ini adalah tentang “Filsafat ketuhanan sebagai pendekatan dalam Islam”, yang
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang bagaimana pandangan manusia
terhadap keberadaan manusia .Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi.Kami menyadari kalau masih
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Guru mata
pelajaran MKU Agama yaitu bapak Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD sebagai
selaku dosen pengampu. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam
penyelesaian makalah ini.Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih.
3
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
3.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
5
BAB I
PENDAHULUAN
A . latar belakang
6
Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang
eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh
yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat
Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini
Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin
suci Islam dan kemudian secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi
dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika
kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang
eksistensi. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau
salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang
Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni,
Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
D. MANFAAT MAKALAH
1.Secarateoritis, inti dari filsafat perenial ialah membahas tentang suatu pesan
Dasar dari tiap agama yang dikenal dalam banyak agama sebagai Tuhan. Hal
Itu bisa menambah pengetahuan tentang inti ajaran yaitu ketuhanan yang
Beragama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu
memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut
agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu
memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut
agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan
manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.] Usaha yang dilakukan manusia ini
bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, tetapi mencari
tentang Tuhan.Jadi
9
B. KEBUTUHAN FILSAFAT
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus dimiliki setiap manusia untuk
kodratnya bahwa kebutuhan setiap manusia itu beragam dan tidak ada batasnya, baik
jumlah maupun macamnya. Adapun kebutuhan dasar yang harus terpenuhi seperti
Dalam konsep teori hierarki kebutuhan Maslow mengatakan bahwa terdapat lima tingkat
kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan
rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Adapun dalam perspektif islam, kebutuhan ditentukan oleh konsep
maslahah. Maslahah adalah segala sesuatu yang memberikan manfaat baik untuk didunia
maupun diakhirat. Menurut Syatibi, kebutuhan dibedakan menjadi tiga, yaitu kebutuhan
perbaikan/tersier (tahsiniyah).
Dharuriyat (primer)
Dharuriyat (primer) adalah kebutuhan paling utama dan paling penting. Kebutuhan ini
harus terpenuhi agar manusia dapat hidup layak. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi hidup
manusia akan terancam didunia maupun akhirat. Kebutuhan ini meliputi, khifdu din
Hajiyat (sekunder)
kesulitan dalam melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan ini merupakan penguat dari
kebutuhan dharuriyat.
Tahsiniyat (tersier)
Kebutuhan tahsiniyah adalah kebutuhan yang tidak mengancam kelima hal pokok yaitu
khifdu din (menjaga agama), khifdunafs (menjaga kehidupan), khifduaql (menjaga akal),
Konsumsi dalam islam tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Seorang muslim yang baik,
pada saat akan mengkonsumsi sesuatu pasti akan melihat dari berbagai macam aspek,
Sedangkan seorang muslim yang tingkat keimanannya pada tingkat yang kurang baik,
tidak akan memperhatikan aspek tersebut, tetapi dipengarihi oleh ego, keinginan dan
Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin (“dua kalimat
Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah”. Adapun bila seseorang meyakini
dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap
sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan
lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur’an kepada Muhammad sebagai
Khataman Nabiyyin (Penutup Para Nabi) dan menganggap bahwa al-Qur’an dan Sunnah
(setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber fundamental Islam. Mereka
pembaharu dari keimanan monoteistik dari Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi lainnya (untuk
lebih lanjutnya, silakan baca artikel mengenai Para nabi dan rasul dalam Islam). Tradisi
Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang
Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan
Umat Islam juga meyakini al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang
disampaikan oleh Allah kepada Muhammad. Melalui perantara Malaikat Jibril yang
12
sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah [2]:2)Allah juga telah berjanji
Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an, umat Islam juga diwajibkan untuk
mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur’an (Zabur, Taurat,
Injil, dan suhuf atau lembaran Ibrahim) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar
adanya. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur’an, seluruh firman Allah terdahulu
telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat
Islam meyakini bahwa al-Qur’an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli
a. Politeisme
Politeisme adalah bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan atau
menyembah dewa(banyak dewa). Secara harfiah berasal dari bahasa Yunani poly + theoi,
yang berarti banyak tuhan. Lawan dari paham ini adalah monoteisme, atau kepercayaan
b. Animisme
AnimismePengertiandariAnimisme cukup banyak. Kata animisme berasal dari bahasa
Latin“anima”Yang berarti“ roh ”.9 Animisme adalah suatu kepercayaan pada makhluk
halusdan roh, serta keyakinan seperti ini sudah banyak dianut oleh bangsa-bangsa yang
13
adalah mereka selalu memohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh-roh,
darigangguan hama tanaman, hidup rukun, berhasil dalam berburu, selamat dalam
perjalananjauh dan berperang, terhindar dari bencana alam seperti banjir, gunung
meletus,gempa bumi, kebakaran, dan gangguan cuaca; mudah dalam melahirkan, masuk
surga
C .Dinamisme
DinamismeIstilah dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos. Dalam bahasa
pengaturanmemiliki kekuatan yang gaib. Dengan kata lain, dinamisme adalah keyakinan
terhadapkekuatan yang berada dalam suatu benda dan lingkungan yang mampu
memberikan suatu manfaatdanmarabahaya. Kesaktian itu bisa berasal dari api, batuan,
udara, pohon, binatang, bahkanmanusia. Dinamika yang lahir dari rasa ketergantungan
manusia terhadap daya dankekuatan lain yang berada di luar dirinya. Setiap manusia akan
selalu merasa butuh danberharap kepada zat lain yang pendekatannya mampu
mencari zat lain yang akan iasembah, karena ia merasa tenang dan nyaman jika ia selalu
mempunyai kekuatan yang luarbiasa seperti kepercayaan terhadap kekuatan batu cincin.
14
D. Ateisme
Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan
E. Monoteisme
Monoteisme (berasal dari kata Yunani μόνος (monos) yang berarti tunggal dan θεός
(theos) yang berarti Tuhan) adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah satu/tunggal dan
1. Khawarij
Aliran ini merupakan golongan yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib saat
dari bahasa Arab yang berarti keluar. Aliran ini sering disebut aliran ekstrem.
Sebab mereka menganggap keputusan Ali dan golongannya yang setuju berdamai
2. Syiah
Berseberangan dengan Khawarij, aliran Syiah sejalan dengan Ali bin Abi Thalib.
Bahkan, Syiah ini merupakan aliran yang fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib.
Terlebih lagi, golongan ini tidak mengamalkan hadis kecuali dari jalur keluarga
Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya itu, kelompok ini juga menghalalkan nikah
3. Muktazilah
Aliran selanjutnya adalah golongan yang dikenal dengan sebutan ‘kaum rasionalis
Islam’ karena dalam memahami sesuatu lebih berdasarkan pada akal. Aliran ini
berpendapat bahwa orang Islam yang berdosa besar bukan kafir juga bukan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan
dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh
17
manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan dalam
Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara
intensif.
Dalam membahas ketuhanan, setidaknya ada 5 hal yang harus dicakup antara lain, wujud,
dzat, nama, pebuatan dan Sifat-sifat Tuhan. Serta didalamnya terdapat beberapa hasil
pemikiran filosof muslim yang turut menyampaikan gagasanya mengenai wujud tuhan
B. SARAN
Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran
dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam kajian
ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Musa Asy’arie, FILSAFAT ISLAM Sunnah nabi dalam berfikir, Yogyakarta :
LESFI, 2013
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A, Filosof dan Filsafatnya, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004
Media 2006
[1] Prof. Dr. Musa Asy’arie, FILSAFAT ISLAM Sunnah nabi dalam berfikir,
[2] Prof. Dr. Musa Asy’arie, FILSAFAT ISLAM Sunnah nabi dalam berfikir,
[3] Imam Khanafie Al-Jauharie, Filsafat Islam Pendekatan Tematik, (Yogyakarta: Gama
[4] Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A, Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta : PT. Raja
TUGAS KELOMPOK
Di susun oleh :
KELOMPOK V
1. DARMAWANTI 204820100
2. LAILY AGUSTINA 2048201030
DOSEN PENGAMPU
Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD
21
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas MKU Agama ini dengan
baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu, adapun pembahasan pada makalah
ini adalah tentang “Eksistensi Tuhan Bagi Para Filsuf”, yang mengkaji tentang
pandangan manusia terhadap tuhan.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang bagaimana pandangan manusia
terhadap keberadaan manusia .Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi.Kami menyadari kalau masih
banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Guru mata
pelajaran MKU Agama yaitu bapak Achmad Zulfikar Siregar SPDI MPD sebagai
selaku dosen pengampu. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam
penyelesaian makalah ini.Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih.
PENULIS
22
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan------------------------------------------------------------------------------- 16
3.2 Saran-------------------------------------------------------------------------------------- 16
DAFTAR PUSTAKA------------------------------------------------------------------- 17
23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
yang disembah dipandang lebih berkuasa dari Tuhan lainnya, atau sekedar karena Tuhan
yang disembah itu Tuhan yang dikenali di kalangan suku atau kelompok bangsanya.
1
Ketiga, muncul kemudian ajaran monoteisme yang menganggap bahwa di seluruh
jagat raya ini hanya ada satu-satunya Tuhan Yang Maha Kuasa. Yakni Tuhan mempunyai
kepribadian dan dapat dikenali dengan jelas, sekaligus mampu menciptakan
segala yang ada dari tiada.
Keempat, dikenal dengan istilah panteisme yang sering dikaitkan dengan konsep
ketuhanan dalam ajaran Hindu dan beberapa aliran keagamaan di dunia Timur, sekalipun
konsep ketuhanan semacam ini tidak terlalu asing juga di dunia Barat. Dalam ajarannya,
tidak dibenarkan apabila Tuhan digambarkan sebagai sosok pribadi, karena pada
dasarnya kemahakuasaan Tuhan tidak dapat dibatasi oleh apapun, yang seharusnya
dipahami sebagai wujud yang identik dengan sifat alam semesta sendiri secara
keseluruhan. Dengan demikian, Tuhan bersifat immanen, sehingga memiliki hubungan
sangat dekat dengan alam.
Kelima, kemudian muncul ajaran panenteisme, berbeda dengan panteisme, yang
meyakini bahwa Tuhan harus dipandang sebagai wujud yang meliputi seluruh alam ini.
Tuhan dalam pengertian ini jauh lebih besar dari alam itu sendiri. Ini semua adalah pokok
pilihan tentang Tuhan seperti yang diajarkan oleh doktrin agama yang ada di dunia.
Tuhan yang mereka pahami itu merupakan usaha dari pengalaman yang cukup
dihayati oleh masyarakat setempat. Tentunya dengan ajaran yang disampaikan oleh
seorang pemikir atau cendikiawan kala itu. Dengan kontemplasi yang dituangkan dan
pengejewantahan argumentasi yang mapan untuk menghadirkan Tuhan mereka ke
tengah-tengah masyarakat, tentunya hal tersebut memerlukan logika yang sangat
terperinci –meski logika tersebut termodifikasi oleh mitologi. Tapi tidak semua konsepsi
ketuhanan mereka dapat dipertahankan ketika terdapat ajaran yang baru datang untuk
menggantikan.
25
2
B. RUMUSAN MASALAH
Adapaun yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini adalah mengkaji tentang
apa itu “Eksistensi Tuhan Bagi Para Filsuf”, serta apa saja pembahagiannya.
C. TUJUAN MAKALAH
D. MANFAAT MAKALAH
Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk lebih dapat memberikan wawasan
kepada pembaca untuk lebih mengenal apa itu “Eksistensi Tuhan Bagi Para Filsuf”,
serta dapat menambah wawasan kepada pembaca apa dan bagaimana yang di maksud
dengan argumen ontologis, argumen kosmologis, argumen teleologis. Serta argumen
moral dan pembahagiannya.
3
BAB II
26
PEMBAHASAN
Manusia menyebut entitas Tuhan dengan simbol - simbol yang berbeda - beda
satu sama lain. Orang islam menyebutnya "Allah", orang Yunani menyebutnya "Theos",
orang mesir menyebutnya "Dewa Amon - Ra", orang hindu menyebutnya "Sanghyang
Widi Wasa", dan banyak lagi penyebutan manusia mengenai entitas Tuhan. Secara
substansial yang mereka sebut adalah 1 realitas, yaitu realitas Tuhan, hanya simbol -
simbol yang digunakan untuk mendefinisikan / menjelaskan realitas tersebut berbeda -
beda.
Seluruh penyebutan / simbol - simbol yang muncul diantara manusia adalah
disebabkan karena dasar / pondasi keyakinannya. Kebanyakan lebih terpusat pada literalis
wahyu, atau mitologi.
4
Dan tiap - tiap kepercayaan yang dianut tersebut, selalu menunjukkan kesifatan
superioritas dari Tuhan yang disembah oleh mereka. Monopolisasi dari superioritas
Tuhan seakan semakin mengarah pada sebuah permasalahan yang baru. Tuhan seakan
menjadi lebih jamak lagi, karena tiap - tiap pengikut Tuhan akan "memonopoli" (simbol)
Tuhannya sendiri, dan akan menistakan eksistensi (simbol) Tuhan - tuhan yang selainnya.
27
5
Lihat bagaimana mereka mendoktrin umat mereka dengan paradigma bahwa satu
- satunya Tuhan adalah "Allah", dilain itu ("Simbol - simbol Tuhan" lainnya) bukanlah
Tuhan. Walaupun misalkan mereka didebat oleh sesama penganut Monotheisme, mereka
tetap tidak percaya dan tetap taqlid hanya pada simbol "Allah" yang diperkenalkan oleh
agamanya.
Mereka lupa pada substansi sebenarnya dari eksistensi Tuhan. Berbagai simbol
yang ada, mereka seperti menganggapnya sebagai eksistensi yang berbeda. Inilah bukti
nyata bahwa mereka telah terbelenggu oleh Simbol dari "Tuhan", dan melupakan hakikat
28
substansial dari Tuhan itu sendiri. Mereka pikir Tuhan hanyalah deretan simbol - simbol.
Itu sama saja merendahkan kebesaran Tuhan.
Kembali dalam Filsafat Bahasa (asal - usul bahasa), seluruh bahasa muncul akibat
sebuah aktivitas penyimbolan manusia ketika mengetahui sebuah realitas yang baru.
Seluruh realitas di dalam dimensi ruang dan waktu sejatinya punya kerumitan dan
kompleksitas yang sangat tinggi, lalu manusia berusaha menyimbolkan realitas tersebut
untuk menyederhanakannya. Realitas yang terbatas (dimensi ruang den waktu) saja,
seperti meja, manusia perlu jutaan lembar kertas untuk menerangkan realitas tersebut
tanpa meninggalkan satupun informasi di dalamnya, dari segi fisik maupun metafisik.
Namun manusia hanya menyederhanakannya dengan simbol "meja".
Sebuah simbol dipastikan tak mampu mewakili sebuah realitas yang rumit dan
kompleks. Itu baru pada realitas di dalam keterbatasan dimensi ruang dan waktu,
bagaimana kalau realitas "Theos" / "Tuhan"?? jauh lebih kompleks dan rumit lagi..
sebuah entitas yang absolut, mutlak, causa prima, pencipta, maha segalanya.. tak mungkin
bisa diwakili hanya dengan sebuah simbol yang sempit.. Pada dasarnya yang harus
dipahami oleh manusia adalah hakikat sebenarnya dari Allah / Tuhan itu.. sayangnya
malah manusia hanya kenal dan hafal saja dengan simbol.. tapi jauh sekali dari sebuah
pemahaman yang fundamental dan komprehensif mengenai suatu entitas yang absolut
tersebut. Hanya berdebat soal simbol "Allah" / "Dewa" / "Tuhan"/ "Yahweh" / "Theos",
tanpa mengetahui bagaimana sebenarnya, hakikat substansional dari entitas tersebut, dan
bagaimana sebenarnya kedudukan kita dengan-Nya? Setara? Lebih rendah? Dan pada
akhirnya akan menimbulkan sebuah penyikapan dari manusia sendiri.
6
2. Akui dan Maknai Eksistensi "Tuhan"
Sebagai contoh yang lebih kasuistik, penulis pernah menemui sebuah pemikiran
pimpinan militan pemberontak Nigeria yang bisa dikatakan sebagai pemikiran yang unik,
sekaligus mungkin dalam sudut pandang pembaca / orang Indonesia pada umumnya
merupakan pemikiran yang aneh. Seperti ini :
"I believe with God, God is the creator, but, I think, all of religion is a lies, bullshit."
Diatas itu adalah penggalan pernyataannya.
Dia mengatakan bahwa dia mempercayai eksistensi dari Tuhan, tapi menurutnya,
agama adalah suatu yang omong kosong belaka, agama adalah hasil khayalan dari
manusia.
29
Sekilas, kita mungkin pemikiran itu akan mengingatkan pada paradigma orang -
orang Quraisy jaman nabi Muhammad, mereka mengakui bahwa Allah adalah pencipta
alam semesta, tapi mereka tak mengakui Islam yang dibawa oleh Muhammad.
Sekali lagi, mereka hanya mengakui bahwa pencipta alam semesta adalah Tuhan,
namun objek penyembahan mereka bukanlah Tuhan tersebut. Ini adalah tindakan yang
secara tak langsung "meremehkan" Tuhan. Seolah, dengan kebesaran dan kuasa Tuhan
dalam meng-ada-kan apa yang sebelumnya tak ada, begitu remeh. Dan eksistensi yang
Tuhan ada-kan adalah suatu realitas yang sebenarnya luar biasa.
Perilaku meng-ilah-kan Tuhan bukanlah suatu permintaan pribadi Tuhan pada
manusia, walaupun misalkan, ekstrimnya, tak ada manusia pun yang disana menyembah
Tuhan, kebesaran dan kuasa dari Tuhan pun tetap luar biasa, tak berkurang sedikitpun.
Doktrin mitologi Yunani, malah dketahui mempunyai konsep yang berkontradiksi
dengan hakikat dari Tuhan, mereka meyakini, jika manusia meninggalkan aktivitas
Penyembahan, maka Tuhan akan menjadi semakin lemah tak berdaya.
Seolah Tuhan punya sifat yang kemakhlukan, dan sifat itu tak mungkin menjadi
ciri dari Tuhan, karena Tuhan sangat berbeda dengan makhluknya, dan itu wajib. Tanpa
itu, entitas itu tak bisa menjadi Tuhan sampai kapanpun. Seluruh entitas kemakhlukan
adalah memiliki batasan ruang dan waktu.
7
Misalkan manusia. Manusia merupakan entitas yang terbatas oleh raga kita, maka
kita disebut sebagai realitas fisik. Meja misalkan, meja terbatas oleh seberapa besar meja
tersebut, walaupun meja itu sebesar bumi sekalipun, meja itu pun masih punya batasan
ruang dan waktu.
Bahkan realitas bumi atau matahari pun masih punya batasan ruang dan waktu.
Dan terakhir, realitas kosmos, alam semesta pun punya batasan / ruang dan waktu. Tanya
saja para astronom, mereka tau bahwa alam semesta punya batasan maksimal, yang
walaupun tiap momen selalu berkembang lebih luas lagi, tak menghilangkan hakikatnya
bahwa bagaimanapun kosmos beserta isinya adalah realitas yang terbatas dimensi ruang
dan waktu.
Selain berbagai realitas fisik, kita sama - sama mengakui bahwa memang ada
realitas lain di luar realitas fisik, yaitu realitas metafisik seperti jin dan kawan -
kawannya. Namun, bagaimanapun, realitas itu pun masih punya bentuk, walaupun
30
misalkan tak beraturan (dengan kata lain, masih tergolong sebgai realitas yang terbatasi
oleh dimensi ruang dan waktu).
Dan diluar seluruh realitas yang terbatas akan dimensi ruang dan waktu itu, ada
realitas lainnya, yang absolut, mutlak, tak punya ukuran, massa, atau apapun yang disana
menjadi ciri khas dari makhluk dalam dimensi ruang dan waktu. Karena bersifat absolut
- metafisik, entitas itu bisa disebut dengan "Tuhan".
Karena kita dan kosmos semua adalah realitas kemakhlukan yang terbatasi
dimensi ruang dan waktu, maka kita akan mendefinisikan bahwa entitas (Tuhan) itulah
yang telah menciptakan kita semua dari yang awalnya tak ada menjadi suatu yang ada.
Tuhan telah "berbaik hati" menjadikan kita hidup hari ini.
Di masa kita masih dalam kandungan ibu, awalnya kita hanyalah sebuah raga
tanpa arti. Dan Tuhan-lah yang mengirimkan jiwa pada raga kosong kita, untuk mengisi
dan membuat raga kosong ini menjadi bermakna, bukan lagi raga yang mati, tapi raga
yang bergerak dan hidup. Tuhan menciptakan raga kita melalui hukum kausalitas
(hukum biologis / proses reproduksi manusia), dan meng-ada-kan jiwa kita dengan
proses penciptaan yang masih belum terjangkau akal manusia, lalu mengirimkannya
pada raga kosong manusia.
8
Makna kehidupan tentunya perlu untuk diraih oleh setiap manusia. Dan juga itu
merupakan satu hal yang menjadi ciri khas dari manusia. Manusia memulai kehidupannya
dengan pencarian aksiologi / nilai kehidupan. Bagaikan seorang manusia yang dikirimkan
ke suatu hutan belantara yang asing. Ketidaktahuan dan kebingungan muncul satu per
satu. Seperti skema dibawah ini :
31
9
Mungkin, para Atheis mengatakan bahwa kehidupan adalah sebagai proses
alamiah belaka, tapi sebenarnya Tuhan adalah sebuah entitas absolut sekaligus
pencipta kita, yang disana pasti membekali kita dengan sebuah misi. Analoginya,
misalkan ketika kita "menciptakan" sebuah kursi dari kayu. Dalam benak kita, kita
menginginkan bahwa kursi ini menjadi sebuah tempat untuk manusia duduk dan
beristirahat. Pernyataan bahwa "kursi adalah tempat duduk dan beristirahat"
merupakan misi / "jalan hidup" sebuah kursi. Mungkin karena yang dicontohkan
adalah realitas yang sama dengan manusia, yaitu terbatas oleh dimensi ruang dan
waktu, mungkin "misi"nya tak akan jauh dari kebutuhan manusia itu sendiri akan
yang diciptakannya. Namun, pada prinsipnya, sama - sama memberikan "misi /
aksiologi" atas apa yang diciptakannya.
32
Begitu pula Tuhan yang disana telah menciptakan manusia, pasti memiliki
"misi" yang disana diberikan pada manusia untuk hidup di dunia. Mustahil ketika
Tuhan menciptakan manusia tanpa sebuah misi. Karena logikanya, Tuhan tak
mungkin main -- main dan bersenda gurau ketika menciptakan milyaran manusia.
Dengan kecerdasan, keadilan, ke-absolut-an Tuhan, pasti ada sebuah aksiologi
kehidupan yang disana ditujukan untuk manusia, agar manusia -- manusia itu tak
terjebak dalam euforia kehidupan yang sia - sia. Pasti ada jalan hidup yang disana
harus kita lalui untuk hidup yang disana bermakna dan mendapatkan makna
kehidupan yang sejati.
Jalan hidup Tuhan itulah yang disebut "Agama". Kita mengenali banyak sekali
"Agama" yang ada di dunia, yang masing - masing mengklaim bahwa "agama"
mereka akan membawakan manusia akan aksiologi yang hakiki. Ini tinggal
bagaimana manusia menyikapi jamak-nya "Agama". Kita sama - sama mengakui
bahwa Tuhan telah menganugerahkan "akal" yang luar biasa hebatnya. Dan potensi
dari akal memang tak pantas dianggap remeh. Sebagai manusia yang berakal,
tentunya kita tau bahwa jalan hidup yang diberikan Tuhan pasti logis / masuk akal.
Karena Tuhan, dengan keluarbiasaan-nya mustahil untuk memberikan jalan hidup
yang irrasional dan konyol, maka itu tugas utama kita untuk mencari, memilah,
membandingkan satu per satu "Agama" yang ada. Itulah fungsi hakiki dalam
komparasi Agama.
10
Dan mungkin memang banyak Theis yang terlalu "fanatik" terhadap
keyakinannya, dan enggan terbuka dan saling kritis, maka sebenarnya dia menutup
diri dari hakikat aksiologi kehidupan. Sampai kapanpun dia tak akan menemukan
makna sejati hidupnya.
Semua yang disana berpangkal pada sebuah paradigma bahwa Theos / Tuhan
memang eksisten, maka manusia tersebut akan mendapatkan sebuah kebermaknaan
hidup, karena dia telah memecahkan misteri dunia dan menemukan tujuan hidup. Dan
ketika dia menemukan sebuah tujuan kehidupan, maka tak bisa disangkal bahwa dia
tak akan "mati konyol" selepas hidup dalam keadaan hampa dan kosong, bagaikan
sungai yang mengalir, begitu pula kehidupan yang mengalir, mengikuti arus, tanpa
mengetahui "Siapakah diriku?", "Mengapa aku disini?", "Mengapa aku hidup?".
Sampai mati pun dia hanya akan menjumpai kekosongan jiwa, dan tak memahami
betapa bermaknanya hidup yang diberikan oleh Tuhan ini.
33
11
B. PENGKAJIAN EKSISTENSI TUHAN BAGI PARA FILSUF
Eksistensi Tuhan tentu tidak sedangkal itu. Adapula yang menjawab dengan
dukungan teks kitab suci. Jawaban inipun belum kuat. Jangankan kitab suci, agama saja
tidak diyakini oleh kaum atheis. Lagian, kitab suci agama yang satu tidak menutup
kemungkinan memberikan jawaban berbeda dengan kitab suci agama yang lain.
Diperlukan sebuah jawaban yang dapat diterima akal sehat manusia secara universal,
mutlak dan obyektif.
Secara garis besar terdapat empat argumentasi atau pembuktian logis tentang
keberadaan tuhan. Diantaranya;
1. Argumen Ontologis
Dipelopori oleh plato dan al farabi. Plato berkata bahwa terdapat ide tertinggi
yang diberi nama ide kebaikan atau The Absolute Good; Yang Mutlak Baik. Sementara
al Farabi berkata bahwa hanya ada satu yang Wajib Ada. Selain wajib ada ini, pastilah
mustahil ada. Kecuali, Wajib Ada memberikan keberadaan kepada Mustahil Ada.
Sehingga yang Mustahil Ada menjadi Mungkin Ada karena diberikan keberadaan oleh
yang Wajib Ada. Keberadaan yang Mungkin Ada bergantung pada yang Wajib Ada. Jika
yang Wajib Ada mencabut keberadaan pada yang Mungkin Ada, maka yang Mungkin
34
Ada menjadi Mustahil Ada. Kesimpulannya, tidak ada Yang Ada kecuali Yang Ada itu
sendiri. Wajib ada yang dimaksud di sini disebut sebagai Tuhan.
Bagaimana bisa gagasan nonmateri, empiris atau tidak dapat diinderai seperti
Tuhan dapat hadir di akal? Jika tidak mempunyai realitas, tentulah Tuhan tidak dapat
dihukumi kebenaraan eksistensinya. Seperti kata Karl Marx; bukan Tuhan yang
menciptakan manusia, tapi manusialah yang menciptakan Tuhan. Maka, diperlukan
kerangka berpikir yang tepat untuk membuktikan eksistensi Tuhan. Adapun metode
yang dimaksud adalah prinsip niscaya lagi rasional yaitu; Prinsip Kausalitas dan Prinsip
Identitas. Kausalitas adalah suatu hubungan yang dimana setiap akibat pastilah
bergantung pada sebab. Kausalitas mendahui pengalaman inderawi.
12
Sementara Prinsip Identitas atau Non-Kontradiksi adalah suatu hukum berpikir
yang menyatakan bahwa sesuatu hanya identik dengan dirinya sendiri. Maka, sesuatu
mustahil identik dengan yang lain. Argumen Ontologis sejalan dengan prinsip identitas
bahwa hanya terdapat satu yang Ada (Tuhan). Jika ada dua yang ada (Tuhan), tentu
tertolak di akal. Karena kita tidak dapat membedakan mana Tuhan yang sesungguhnya
dan bisa saja terdapat tumpang tindih kekuasaan antara dua tuhan tersebut. Secara
ontologis dan sejalan dengan hukum berpikir prinsip Identitas, Tuhan haruslah Esa.
2. Argumen Kosmologis
Penggerak Pertama yang tidak digerakkan dan tidak bergerak inilah yang disebut sebagai
Tuhan.
Argumen ontologis dan kosmologis dikritisi oleh Immanuel Kant karena
dipandangnya merupakan argumen yang lemah. Kant kemudian mempertanyakan
mengapa Wajib Ada memberikan keberadaan pada yang Mungkin Ada. Dengan kata lain,
mengapa Tuhan menciptakan makhluk? Jika kita menjawab pertanyaan Kant, maka
Tuhan menjadi memiliki tujuan dalam menciptakan makhluk. Sementara jika Tuhan
memiliki tujuan, berarti ada yang belum dimiliki oleh Tuhan dan otomatis Tuhan
menjadi tidak sempurna. Tentulah, Tuhan tidak dapat disebut Tuhan jika Ia tidak
sempurna. Jawabannya adalah makhluk diciptakan oleh Tuhan demi eksistensi makluk,
bukan Tuhan. Tanpa makhluk, Tuhan tetap eksis.
13
3. Argumen teleologis
4. Argumen Moral
Dipelopori oleh Immanuel Kant. Kant menyatakan bahwa sejak lahir manusia
dibekali oleh perangkat bawaan yang bernama moral untuk membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk. Perintah moral mengharuskan manusia melakukan yang baik dan
meninggalkan yang buruk. Melakukan yang baik tinggalkan yang buruk merupakan
perintah moral bukanlah perintah agama. Manusia melakukan yang baik dan
meninggalkan yang buruk bukan untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
36
Karena hadiah dan hukuman sangatlah bersifat materi, sementara yang bersifat materi
membutuhkan pengalaman inderawi. Buktinya, terkadang manusia melakukan yang baik
tetapi diperlakukan buruk oleh orang lain. Terkadang pula manusia melakukan yang
buruk tetapi tidak diganjar oleh hukuman yang setimpal.
14
Pernyataan pertama bahwa perintah moral tidak berkaitan dengan pengalaman
inderawi ataupun agama. Pernyataan kedua adalah jika dunia materi bukanlah tempat
menguji obyektivitas perintah moral maka harus ada dunia lain sebagai tempat menguji
obyektivitas perintah moral tersebut. Karena dunia ini sangatlah bersifat materi yang khas
harus diukur pengalaman inderawi. Moral yang nonmateri tersebut tentu tidak
mendapatkan validitasnya di dunia materi ini. Harus ada dunia lain sebagai tempat
menguji obyektivitas dan validitas perintah moral. Dimana tempat tersebut merupakan
tempat pemberian hadiah bagi yang melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan serta
pemberian hukuman bagian menjahui kebaikan dan melakukan keburukan. Dan tempat
atau dunia tersebut haruslah memberikan hadiah atau hukuman yang adil, tidak seperti di
dunia materi. Maka lahir pernyataan ketiga, bahwa harus ada yang menilai validitas moral
tersebut. Dimana penilaiannya adalah penilaian yang paling benar dan paling adil. Sang
Penilai tersebut dinamakan Tuhan.
37
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Adapun penulisan dalam makalah ini masih terdapat kesalah di sana sini. Semoga
pembaca dapat mengambil pembelajaran dalam makalah ini dan makalah ini dapat
menjadi referensi anda. Saran saya sebagai penulis adalah sebainnya anda memiliki
banyak referensi dalam pembelajaran agar dapat memilliki lebih banyak wawasan dan
dapat menyimpulkan sendiri untuk pengetahuan anda.
16
DAFTAR PUSTAKA
38
https://www.kompasiana.com/muhamad29197/5be99857bde5753d396a10b3/filsafat-teologi-
manusia-dan-eksistensi-tuhan?page=3
https://www.google.com/search?q=c.
+Argumen+teleologis&rlz=1C1GCEB_enID916ID916&oq=c.
%09Argumen+teleologis&aqs=chrome..69i57.1373j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://id.wikipedia.org/wiki/Argumen_teleologis#:~:text=Argumen%20teleologis%20atau
%20fisiko%2Dteologis,di%20dunia%20alamiah%20maupun%20fisik%22
https://www.kompasiana.com/tonton/54f6f530a333114e0a8b4659/eksistensi-tuhan-dalam-
tinjauan-filsafat
39
OLEH KELOMPOK : 6
PRODI : S1-FARMASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hubungan Etika Dan Aqidah” tepat pada waktu yang telah ditentukan.Shalawat dan
salam semoga tercurah kepada Nabiyullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,para sahabat
dan sahabiyah yang senantiasa istiqamah dalam menjalankan syariah-Nya.Dan semoga
kita juga dimasukkan Allah SWT.dalam golongan ini,Aamiin.Tak lupa pula kami
mengucapkan terimakasih kapada Dosen kami Bapak Achmad Zulfikar SPDI MPD atas
bimbingan yang diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.Kepada senua pihak
yang telah memberikan bantuan,dorongan dan bimbingan juga kami ucapkan
terimakasih.Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kesalahan
yang dilakukan.Oleh karena itu,kami meminta saran dan kritik yang membangun
sehingga kedepannya kami bisa menjadi lebih baik lagi.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan kita semua.
Medan, 15 Desember 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
41
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 Definisi Etika :......................................................................................................................5
Jenis-Jenis Etika.............................................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................23
PENUTUP.........................................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................23
3.2 SARAN........................................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
islam adalah agama yang sangat memperhatikan binaan etika, moral, dan akhlak mulia
secara komprehensif baik segi materi, metode, pendekatan dan pelaksanaannya. Ajaran
Islam tentang iman, islam, dan ihsan misalnya, dinilai belum sempurna jika tidak
menimbulkan dampak pembinaan akhlak dan karakter mulia .Di era global yang semakin
maju ini, perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam. Umat muslim cenderung
mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, yang tidak mencerminkan bahwa mereka
umat muslim yang pada hakikat nya tidak boleh berlebih-lebihan. Bahkan lupa dengan
adanya etika, moral dan akhlak yang seharusnya dijunjung tinggi sebagai umat Nabi
Muhammad SAW. Karena pada kenyataannya manusia sekarang kurang pengetahuan
tentang etika, moral, dan akhlak.
Selama ini pelajaran etika, moral, dan akhlak sudah diperkenalkan sejak kita berada di
Sekolah Dasar, bahkan pengenalan ertika, moral, dan akhlak sudah di ajarkan dalam
lingkup keluarga. Namun ternyata pelajaran etika, moral dan akhlak itu hanya dibiarkan
saja tanpa di aplikasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran yang
telah disampaikan menjadi sia-sia dan tidak berguna.
Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi
penerus bangsa tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena itu kami menyusun
makalah ini agar setidaknya dapat menjadi acuan dalam perbaikan etika, moral, dan akhlak
masyarakat.
2. Hal-hal apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup pembahasan Etika Dan Aqidah?
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sesuatu di mana
dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Menurut James J. Spillane SJ. Etika adalah
mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambi suatu
keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi
manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku
seseorang kepada Berikut ini terdapat 16 pengertian etika menurut para ahli, terdiri atas:
1.KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan etika yaitu ilmu tentang baik dan
buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-nilai yang berkaitan
dengan akhlak; nilai mengenai benar atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut
masyarakat.
2. W. J. S. Poerwadarminto
akhlakatau moral.
3. Hamzah Yakub
Menurut Hamzah Yakub. Etika yaitu menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik dan
4. Soegarda Poerbakawatja
44
Menurut Soegarda Poerbakawatja. Etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-
Etika merupakkan pandangan manusia terhadap baik dan buruknya perilaku manusia.
6 H. A. Mustafa
. Etika merupakan ilmu yang menyelidiki mana yanhg baik dan yang buruk dengan
memperhatika amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahuin oleh akar
pikirannya.
7. Aristoteles
Aristoteles membagi pengertian etika menjadi dua, yaitu Terminius Technikus dan
Manner and Custom. Terminius Technikus merupaka etika yang dipelajari sebagai ilmu
and Custom merupakan suatu pembahasan etika yang berhubungan atau berkaitan dengan
tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalan kodrat manusia atau in herent in human
nature yang sangat terkait denag arti baik dan buruk suatu perilaku, tingkah laku atau
perbuatan manusia.
8. K. Bertens
Menurut K. Bertens. Etika merupakan nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi
Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau
Menurut Ramali dan Pamuncak. Etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar
dalam profesi.
11. Martin
Menurut Martin. Etika adalah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai acuan atau
Menurut mereka, etika merupakan seperangkat norma, aturan atau pedoman yang
mengatur segala perilaku manusia, baik yang harus dilakukan dan yang harus
13.Ahmad Amin
Menurut Ahmad Amin. Etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan tentang arti baik
dan buruk serta apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, juga menyatakan sebuah
tujuan yang harus dicapai manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah untuk
Menurut Drs. Sidi Gajabla. Etika merupakan teori tentang perilaku atau perbuatan
manusia yang dipandang dari segi baik & buruknya sejauh mana dapat ditentukan oleh
akal manusia.
Menurut Drs. H. Burhanudin Salam. Etika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang
berbicara tentang nilai -nilai dan norma yang dapat menentukan perilaku manusia dalam
kehidupannya.
tingkah laku manusia dalam mengambi suatu keputusan yang berkaitan dengan moral.
Etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk
menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.
17. Asmaran
Menurut Asmaran. Etika adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia, tidak hanya
menentukan kebenaran seperti mereka, tetapi juga untuk menyelidiki manfaat atau
Fungsi Etika
Peranan Etika
2. norma hukum cepat ketuinggalan zaman, sehingga sering terdapat celah-celah hukum,
Manfaat Etika
Berikut ini terdapat beberapa manfaat etika, terdiri atas mengajak orang bersikap kritis
Jenis-Jenis Etika
1.Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya.Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai
dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar
manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan
kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat .
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan
Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan
tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik
buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat
kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan
tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.
Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan
dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.
4. Etika Umum
49
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak
ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori teori.
5. Etika Khusus
Etika khusu merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari
oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.Namun, penerapan itu dapat juga
berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan
dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan
Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
Prinsip-Prinsip Etika
50
Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan
Otonomi (Autonomi) prinsi otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh
yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadorang lain.
Kata Akhlak (akhlaq) berasal dari bahasa arab, merupakan bentuk jama’ dari
“khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Kata tersebut mengandung persegi persesuaian dengan kata “khalq” yang berarti kejadian
(Supadie dan Sarjuni, 2012). Ibnu ‘Athir dalam Didiek, menjelaskan bahwa khuluq itu
artinya gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat bathiniah),
sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit, tinggi
rendah badan, dan lain sebagainya) (Supadie, 2015). Maka akhlak bisa dikatakan sistem
etika yang menggambarkan dan tujuan yang hendak dicapai agama. Kata khulq
merupakan bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam Al-Quran surah Al-Qalam ayat
4: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung.” (QS.
Al-Qalam: 4) Secara terminologi terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan
para ahli, diantaranya Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang
dibiasakan (Amin, 2005). Hal ini sejalan dengan pengertian akhlak yang diungkapkan
oleh Imam Al-Ghazali yang mendefinisikan akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan (al-Ghazali, Tth). Kemudian dipertegas lagi Ibnu Miskawih, beliau
menyatakan bahwa akhlak merupakan suatu hal atau situasi kejiwaan yang mendorong
seseorang melakukan suatu perbuatan dengan senang tanpa berfikir dan perencanaan
(Maskawaih, tth). Akhlak menduduki peran penting dalam kehidupan manusia,
diantaranya menjadi standar nilai bagi suatu bangsa dan menjadi tolok ukur nilai pribadi
bagi seseorang (Nasharuddin, 2007). Islam memandang akhlak itu sangat penting untuk
mewujudkan kedamaian dan keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Itu sebabnya
Nabi Muhammad SAW diutus untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga tercipta
51
ketentraman, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah AlAhzab ayat 21 yang
berbunyi: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21) Ayat tersebut memberikan
petunjuk bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan hidup bagi orang-orang
yang beriman, bagi mereka yang sempat bertemu langsung dengan Rasulullah SAW,
maka cara meneladani Rasulullah dapat mereka lakukan secara langsung. Sedangkan bagi
mereka yang tidak sezaman dengan Rasulullah SAW, maka cara meneladani Rasulullah
SAW adalah dengan mempelajari, memahami dan mengikuti berbagai petunjuk yang
termuat dalam sunnah atau Hadits beliau (Ismail, 2007). Hubungan Aqidah dengan
Akhlak Aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri
bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur.
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam aqidah Islam. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dan
al-Baihaqi). Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini,
agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai
kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya.
Atas dasar ini agama tidak mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani rasa tanggung
jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya karena
agama tersusun dari keyakinan (aqidah) dan perilaku. Oleh karena itu akhlak dalam
pandangan Islam harus berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup hanya disimpan dalam
hati, namun harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang
baik. Dengan kata lain bahwa untuk mempergunakan dan menjalankan bagian aqidah dan
ibadah, perlu pula berpegang kuat dan teguh dalam mewujudkan bagian lain yang disebut
dengan bagian akhlak. Sejarah risalah ketuhanan dalam seluruh prosesnya telah
membuktikan bahwa kebahagiaan di segenap lapangan kehidupan hanya diperoleh
dengan menempuh budi pekerti (berakhlak mulia). Hasbi Ash Shiddieqy di dalam
bukunya Al Islam mengatakan bahwa kepercayaan dan Budi pekerti dalam pandangan
Al-Quran hampir dihukum satu, dihukum setaraf, sederajat. Lantaran demikianlah Tuhan
mencurahkan kehormatan kepada akhlak dan membesarkan kedudukannya. Bahkan Allah
memerintahkan seorang muslim memelihara akhlaknya dengan kata-kata perintah yang
pasti, terang, dan jelas. Para muslim tidak dibenarkan sedikit juga menyia-nyiakan
akhlaknya, bahkan tak boleh memudah-mudahkannya (Shiddieqy, tth). Aqidah tanpa
akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berlindung di
52
saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa
aqidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu
bergerak. Oleh karena itu Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan
akhlak. Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada
kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim) Dengan
demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku
(akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya
yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat;
dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai iman yang lemah. Dengan
kata lain bahwa iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman
yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk. Nabi Muhammad SAW telah
menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan perangai yang mulia dan
rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik
dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda: ”Malu dan
iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula yang lain”.
(HR. Hakim) Kalau diperhatikan hadits di atas, nyatalah bahwa rasa malu sangat
berpautan dengan iman hingga boleh dikatakan bahwa tiap orang yang beriman pastilah
ia mempunyai rasa malu; dan jika ia tidak mempunyai rasa malu, berarti tidak beriman
atau lemah imannya. Aqidah erat hubungannya dengan akhlak. Aqidah merupakan
landasan dan dasar pijakan untuk semua perbuatan. Akhlak adalah segenap perbuatan
baik dari seorang mukalaf, baik hubungannya dengan Allah, sesama manusia, maupun
lingkungan hidupnya. Berbagai amal perbuatan tersebut akan memiliki nilai ibadah dan
terkontrol dari berbagai penyimpangan jika diimbangi dengan keyakinan aqidah yang
kuat. Oleh sebab itu, keduanya tidak dapat dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan
raga. Hal ini dipertegas oleh Allah SWT dalam Al-Quran, yang mengemukakan bahwa
orangorang yang beriman yang melakukan berbagai amal shaleh akan memperoleh
imbalan pahala disisi-Nya. Dia akan dimasukkan ke dalam surga Firdaus. Penegasan ini
dikemukakan dalam firman Allah SWT. sebagai berikut:“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat
tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya” (QS. Al-
Kahfi: 107-108). Ayat di atas memperlihatkan betapa pentingnya aqidah dan akhlak,
dengan keterpaduan keduanya seseorang akan memperoleh pahala yang besar disisi Allah
53
dengan jaminan surga Firdaus. Hubungan antara aqidah dan akhlak ini tercermin dalam
pernyataan Nabi Muhammad
2.3 Hakikat Etika Dan Aqidah Menurut Islam
Aqidah Kata Akhlak (akhlaq) berasal dari bahasa arab, merupakan bentuk jama’ dari
“khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Kata tersebut mengandung persegi persesuaian dengan kata “khalq” yang berarti kejadian
(Supadie dan Sarjuni, 2012). Ibnu ‘Athir dalam Didiek, menjelaskan bahwa khuluq itu
artinya gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat bathiniah),
sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit, tinggi
rendah badan, dan lain sebagainya) (Supadie, 2015). Maka akhlak bisa dikatakan sistem
etika yang menggambarkan dan tujuan yang hendak dicapai agama. Kata khulq
merupakan bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam Al-Quran surah Al-Qalam ayat
4: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung.” (QS.
para ahli, diantaranya Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang
dibiasakan (Amin, 2005). Hal ini sejalan dengan pengertian akhlak yang diungkapkan
oleh Imam Al-Ghazali yang mendefinisikan akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam
dan pertimbangan (al-Ghazali, Tth). Kemudian dipertegas lagi Ibnu Miskawih, beliau
menyatakan bahwa akhlak merupakan suatu hal atau situasi kejiwaan yang mendorong
seseorang melakukan suatu perbuatan dengan senang tanpa berfikir dan perencanaan
diantaranya menjadi standar nilai bagi suatu bangsa dan menjadi tolok ukur nilai pribadi
bagi seseorang (Nasharuddin, 2007). Islam memandang akhlak itu sangat penting untuk
mewujudkan kedamaian dan keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Itu sebabnya
Nabi Muhammad SAW diutus untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga tercipta
ketentraman, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah AlAhzab ayat 21 yang
berbunyi: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21) Ayat tersebut memberikan
petunjuk bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan hidup bagi orang-orang
yang beriman, bagi mereka yang sempat bertemu langsung dengan Rasulullah SAW,
maka cara meneladani Rasulullah dapat mereka lakukan secara langsung. Sedangkan bagi
mereka yang tidak sezaman dengan Rasulullah SAW, maka cara meneladani Rasulullah
SAW adalah dengan mempelajari, memahami dan mengikuti berbagai petunjuk yang
termuat dalam sunnah atau Hadits beliau (Ismail, 2007). Hubungan Aqidah dengan
Akhlak Aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri
bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur.
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam aqidah Islam. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dan
al-Baihaqi). Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini,
agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai
kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya.
Atas dasar ini agama tidak mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani rasa tanggung
jawab. Bahkan agama berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata
setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan (Sinaga, dkk, 2017). Menurut Haroen,
55
mengokohkan atau menjanjikan. Pengertian ini juga diperkuat oleh Yunahar Ilyas, beliau
menyatakan bahwa aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kokoh di dalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian (Imran, 2017). Dari beberapa pendapat di atas,
maka aqidah adalah keyakinan yang dianut oleh setiap manusia terhadap sesuatu hal yang
menjadi dasar aktivitas dan pandangan hidupnya. Aqidah Islam adalah sesuatu yang
bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari
Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada Al-Quran
dan Sunnah saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang Allah kecuali Allah itu
sendiri, dan tidak ada yang lebih tahu tentang Allah, setelah Allah sendiri, kecuali
Rasulullah SAW. Namun, sebagian ulama menambahkan ijma’ sebagai sumber ajaran
Islam ketiga setelah Al-Quran dan Sunnah. Penjelasan dari sumber-sumber aqidah akhlak
yaitu sebagai berikut: a. Al-Quran Menurut bahasa Al-Quran memiliki arti bacaan.
Menurut istilah Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW secara lisan, makna, dan gaya bahasa (ushlub) yang termaktub dalam mushaf yang
dinukil darinya secara mutawatir (Amudidin, dkk, 2006). Al-Quran adalah kalam Allah
yang hakiki, diturunkan kepada Rasulullah dari Lauh Mahfuz melalui malaikat Jibril
dengan proses wahyu, yang berfungsi sebagai pedoman bagi umat manusia. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pengertian Al-Quran adalah perkataan (kalam) Allah yang hakiki,
ibadah, disampaikan kepada kita dengan jalan mutawatir (jumlah orang yang banyak dan
tidak mungkin bersepakat untuk berbohong), dan terjaga dari penyimpangan, perubahan,
penambahan dan pengurangan. b. Sunnah Sunnah menurut bahasa Arab, adalah ath-
thariqah, yang berarti metode, kebiasaan, perjalanan hidup, atau perilaku. Kata tersebut
berasal dari kata as-sunan yang bersinonim dengan ath-thariq (yang berarti jalan).
56
Mengikuti sunnah berarti mengikuti cara Rasullulah bersikap, bertindak, berfikir dan
memutuskan (Amudidin, dkk, 2006). Sunnah (sering disebut juga dengan Hadits),
merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun ketetapan (taqrir). Sunnah merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah
Al-Quran. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-
perbuatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. c. Ijma’ Ijma’ dalam
pengertian bahasa yaitu upaya (tekad) terhadap sesuatu. Sedangkan menurut istilah, ijma’
berarti sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid umat Muhammad
SAW setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa (Rohman, et.al., 2007).
Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu tentang masalah ilmu tetapi juga memahami
a. Etika dan Akhlak Ketika Berbeda Pendapat 1) Ikhlas dan mencari yang haq serta
melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat. 2) Juga menghindari sikap show
(ingin tampil) dan membela diri dan nafsu. 3) Mengembalikan perkara yang
diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan Sunnah. Karena Allah Subhaanahu wa Ta'ala
telah berfirman yang artinya: "Dan jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Kitab) dan Rasul". (An-Nisa: 59). 4) Berbaik sangka
kepada orang yang berbeda pendapat denganmu dan tidak menuduh buruk niatnya,
memperuncing perselisihan, yaitu dengan cara menafsirkan pendapat yang keluar dari
lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik. 6) Berusaha sebisa
mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang
dalam dan difikirkan secara matang. Berlapang dada di dalam menerima kritikan yang
ditujukan kepada anda atau catatan-catatang yang dialamatkan kepada anda. 7) Sedapat
57
kasar menghadapi lawan. b. Etika dan Akhlak Ketika Bercanda 1) Hendaknya percandaan
tidak mengandung nama Allah, ayat-ayat-Nya, Sunnah rasul-Nya atau syi`ar-syi`ar Islam.
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam, yang ahli baca al-Qur`an yang artimya: "Dan jika
kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka
selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah
supaya orang lain tertawa. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Celakalah
bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dengannya orang banyak jadi tertawa.
Celakalah baginya dan celakalah". (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani). 4)
antara kamu mengambil barang temannya apakah itu hanya canda atau sungguh-sungguh;
kepadanya". (HR. Ahmad dan Abu Daud; dinilai hasan oleh Al-Albani). 5) Bercanda
tidak boleh dilakukan terhadap orang yang lebih tua darimu, atau terhadap orang yang
tidak bisa bercanda atau tidak dapat menerimanya, atau terhadap perempuan yang bukan
dan jatuhlah wibawamu dan akibatnya kamu mudah dipermainkan oleh orang lain. c.
Etika dan Akhlak Ketika Bergaul dengan Orang Lain 1) Hormati perasaan orang lain,
58
tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat. 2) Jaga dan perhatikanlah kondisi
orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka, masing-masing
menurut apa yang sepantasnya. 3) Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan
masing-masing dari mereka diberi hak dan dihargai. 4) Perhatikanlah mereka, kenalilah
keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah keadaan mereka. 5) Bersikap tawadhu'lah
kepada orang lain dan jangan merasa lebih tinggi atau takabbur dan bersikap angkuh
terhadap mereka. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan masuk
jannah (surga) barang siapa di dalam hatinya terdapat setitik kesombongan. Ada
seseorang yang berkata: “Sesungguhnya orang itu menyukai pakaian yang bagus, sandal
yang bagus.” Maka Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah menyukai
keindahan, sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” 6)
Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada
mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka. 7) Berbaik sangkalah kepada orang lain
dengan mereka. d. Etika dan Akhlak Ketika Bertamu 1) Untuk yang mengundang a)
Hendaknya mengundang orang-orang yang bertaqwa, bukan orang yang fasiq. Rasulullah
seorang mu`min, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa”. (HR.
Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani). b) Jangan hanya mengundang orang-orang
kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir. Rasulullah Shallallaahu alaihi
karena yang diundang hanya orang-orang kaya tanpa orang-orang faqir.” (Muttafaq’
berfoyafoya, akan tetapi niat untuk mengikuti sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
mengundang tamu. Di dalam hadits Anas Radhiallaahu anhu ia menuturkan: “Pada suatu
ketika kami ada di sisi Umar, maka ia berkata: “Kami dilarang memaksa diri” (membuat
diri sendiri repot).” (HR. Al-Bukhari) d) Jangan anda membebani tamu untuk
makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti menghormatinya. g) Jangan
jamuan. h) Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan
penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian. 2) Untuk yang diundang a) Allah
memasuki rumah-rumah selain rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian, agar kalian (selalu)
ingat.” (An Nuur: 27) b) Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat darinya
kecuali ada udzur, karena hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam mengatakan:
fakir dengan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu
karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya, karena hadits yang bersumber
sedangkan ia berpuasa, maka hendaklah ia menghadirinya. Jika ia suka makanlah dan jika
60
tidak, tidaklah mengapa. (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani). e) Jangan
terlalu lama menunggu di saat bertamu karena ini memberatkan yang punya rumah juga
jangan tergesa-gesa datang karena membuat yang punya rumah kaget sebelum semuanya
siap. f) Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk
tinggal lebih dari itu. g) Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang
apa saja yang terjadi pada tuan rumah. h) Hendaknya mendo`akan untuk orang yang
adalah : “Orang yang berpuasa telah berbuka puasa padamu. dan orang-orang yang baik
telah memakan makananmu dan para malaikan telah bershalawat untukmu”. (HR. Abu
Daud, dishahihkan Al-Albani). “Ya Allah, ampunilah mereka, belas kasihilah mereka,
berkahilah bagi mereka apa yang telah Engkau karunia-kan kepada mereka. Ya Allah,
berilah makan orang yang telah memberi kami makan, dan berilah minum orang yang
memberi kami minum”. e. Etika dan akhlak ketika di jalan 1) Berjalan dengan sikap
wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala
karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur. Allah
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri". (Luqman: 18). 2) Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah
bersabda: “Seseorang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan kaki, yang
berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk, kelompok sedikit memberi salam
kepada kelompok yang banyak.” (HR. Al Bukhari dan Muslim) 4) Tidak mengganggu,
yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di jalanjalan manusia, dan tidak buang air
besar atau kecil di situ atau di tempat yang dijadikan tempat mereka bernaung. 5)
Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang
bisa masuk surga. Dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwasanya
di suatu jalan, ia menemukan dahan berduri di jalan tersebut, lalu orang itu
6) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal. Ini hukumnya wajib,
karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Ada lima perkara wajib bagi
Beramar ma`ruf dan nahi munkar. Ini juga wajib dilakukan oleh setiap muslim, masing-
memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan menegur orang yang berbuat
keliru serta membela orang yang teraniaya. Di dalam hadits disebutkan: "Setiap
adil di antara manusia adalah sedekah, menolong dan membawanya di atas kendaraannya
hendaknya berjalan di pinggir jalan. Pada suatu ketika Nabi pernah melihat campur
"Meminggirlah kalian, kalain tidak layak memenuhi jalan, hendaklah kalian menelusuri
62
pinggir jalan. (HR. Abu Daud, dan dinilai shahih oleh Al-Albani). 10) Tidak ngebut bila
melapangkan jalan untuk orang lain dan memberikankesempatan kepada orang lain untuk
lewat. Semua itu tergolong di dalam tolong-menolong di dalam kebajikan. f. Etika dan
akhlak ketika makan dan minum 1) Berupaya untuk mencari makanan yang halal. Allah
antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”. (Al-Baqarah: 172). Yang baik
disini artinya adalah yang halal. 2) Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan
diniatkan agar bisa dapat beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari
makan dan minummu itu. 3) Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan
kamu kotor, dan begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang
ada di tanganmu. 4) Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang
ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam
pernah mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka ia
makan sedangkan aku menyandar”. (HR. al-Bukhari). Dan di dalam haditsnya, Ibnu
melarang dua tempat makan, yaitu duduk di meja tempat minum khamar dan makan
sambil menyungkur”. (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani). 6) Tidak makan dan
minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas dan perak. Di dalam hadits
bersabda: “... dan janganlah kamu minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas
dan perak, dan jangan pula kamu makan dengan piring yang terbuat darinya, karena
63
keduanya untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk kita di akhirat kelak”.
bersabda: “Apabila seorang diantara kamu makan, hendaklah menyebut nama Allah
Subhanahu wa Ta'ala dan jika lupa menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala pada
meridhai seorang hamba yang apabila telah makan suatu makanan ia memuji-Nya dan
dengan tangan kanan dan dimulai dari yang ada di depanmu. Rasulllah Shallallaahu alaihi
wa Sallam bersabda Kepada Umar bin Salamah: “Wahai anak, sebutlah nama Allah dan
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang di depanmu. (Muttafaq’alaih).
9) Disunnatkan makan dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu sesudahnya.
Diriwayatkan dari Ka`ab bin Malik dari ayahnya, ia menuturkan: “Adalah Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam makan dengan tiga jari dan ia menjilatinya sebelum
mengelapnya”. (HR. Muslim). 10) Disunnatkan mengambil makanan yang terjatuh dan
membuang bagian yang kotor darinya lalu memakannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi
mengambilnya dan membuang bagian yang kotor, lalu makanlah ia dan jangan
membiarkannya untuk syetan”. (HR. Muslim). 11) Tidak meniup makan yang masih
panas atau bernafas di saat minum. Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”.
(HR. AtTurmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani). 12) Tidak berlebih-lebihan di dalam
makan dan minum. Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Tiada
64
tempat yang yang lebih buruk yang dipenuhi oleh seseorang daripada perutnya, cukuplah
bagi seseorang beberapa suap saja untuk menegakkan tulang punggungnya; jikapun
terpaksa, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minu-mannya dan sepertiga
lagi untuk bernafas”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani). 13) Hendaknya
pemilik makanan (tuan rumah) tidak melihat ke muka orangorang yang sedang makan,
menyakiti perasaan mereka dan membuat mereka menjadi malu. 14) Hendaknya kamu
tidak memulai makan atau minum sedangkan di dalam majlis 15) ada orang yang lebih
berhak memulai, baik kerena ia lebih tua atau mempunyai kedudukan, karena hal tersebut
bertentangan dengan etika. 16) Jangan sekali-kali kamu melakukan perbuatan yang orang
lain bisa merasa jijik, seperti mengirapkan tangan di bejana, atau kamu mendekatkan
kepalamu kepada tempat makanan di saat makan, atau berbicara dengan nadanada yang
mengandung makna kotor dan menjijik-kan. 17) Jangan minum langsung dari bibir
bejana, berdasarkan hadits Ibnu Abbas beliau berkata, “Nabi Shallallaahu alaihi wa
Sallam melarang minum dari bibir bejana wadah air.” (HR. Al Bukhari) 18) Disunnatkan
minum sambil duduk, kecuali jika udzur, karena di dalam hadits Anas disebutkan “Bahwa
sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum sambil berdiri”. (HR.
Muslim). g. Etika dan akhlak ketika memberi salam 1) Dalam riwayat Al Bukhari
disebutkan: “Yang lebih muda memberi salam kepada yang lebih tua.” 2) Makruh
memberi salam dengan ucapan: "Alaikumus salam" karena di dalam hadits Jabir
riwayat Abu Daud disebutkan: "karena sesungguhnya ucapan "alaikas salam" itu adalah
salam untuk orangorang yang telah mati". (HR. Abu Daud dan At-Turmudzi, dishahihkan
65
oleh Al-Albani). 3) Dianjurkan mengucapkan salam tiga kali jika khalayak banyak
jumlahnya. Di dalam hadits Anas disebutkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam
apabila ia mengucapkan suatu kalimat, ia mengulanginya tiga kali. “Dan apabila ia datang
kepada suatu kaum, ia memberi salam kepada mereka tiga kali" (HR. Al-Bukhari). 4)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Engkau memberi makan orang miskin
dan memberi salam kepada orang yang kau kenal maupun tidak kau kenal.” (HR. Al
memberikan salam kepada orang yang berjalan kaki, dan orang yang berjalan kaki
memberi salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit kepada yang banyak, dan
orang yang lebih muda kepada yang lebih tua. Demikianlah disebutkan di dalam hadits
Abu Hurairah yang muttafaq'alaih. 6) Disunnatkan keras ketika memberi salam dan
demikian pula menjawabnya, kecuali jika di sekitarnya ada orang-orang yang sedang
tidur. Di dalam hadits Miqdad bin Al-Aswad disebutkan di antaranya: "dan kami pun
memerah susu (binatang ternak) hingga setiap orang dapat bagian minum dari kami, dan
kami sediakan bagian untuk Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam Miqdad berkata: Maka
Nabi pun datang di malam hari dan memberikan salam yang tidak membangunkan orang
yang sedang tidur, namun dapat didengar oleh orang yang bangun".(HR. Muslim). 7)
Disunatkan memberikan salam di waktu masuk ke suatu majlis dan ketika akan
suatu majlis hendaklah memberikan salam. Dan apabila hendak keluar, hendaklah
memberikan salam, dan tidaklah yang pertama lebih berhak daripada yang kedua. (HR.
Abu Daud dan disahihkan oleh AlAlbani). 8) Disunnatkan memberi salam di saat masuk
ke suatu rumah sekalipun rumah itu kosong, karena Allah telah berfirman yang artinya: "
Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kalian"
(AnNur: 61) Dan karena ucapan Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma : "Apabila seseorang
66
Assalamu `alaina wa `ala `ibadillahis shalihin" (HR. Bukhari di dalam Al-Adab Al-
Mufrad, dan disahihkan oleh Al-Albani). 9) Dimakruhkan memberi salam kepada orang
yang sedang di WC (buang hajat), karena hadits Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma yang
'alaihi wa sallam sedang buang air kecil, dan orang itu memberi salam. Maka Nabi tidak
menjawabnya". (HR. Muslim) 10) Disunnatkan memberi salam kepada anak-anak, karena
hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu menyebutkan: Bahwasanya ketika ia
memulai memberikan salam kepada Ahlu Kitab, sebab Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam bersabda :" Janganlah kalian terlebih dahulu memberi salam kepada orang-orang
Yahudi dan Nasrani....." (HR. Muslim). Dan apabila mereka yang memberi salam maka
kita jawab dengan mengucapkan "wa `alaikum" saja, karena sabda Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Apabila Ahlu Kitab memberi salam kepada kamu, maka
yang kamu kenal ataupun yang tidak kamu kenal. Di dalam hadits Abdullah bin Umar
Radhiallaahu 'anhu disebutkan bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Islam yang manakah yang paling baik? Jawab Nabi:
Engkau memberikan makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal
dan yang belum kamu kenal". (Muttafaq'alaih). 13) Disunnatkan menjawab salam orang
yang menyampaikan salam lewat orang lain dan kepada yang dititipinya. Pada suatu
ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam lalu
"`alaika wa`ala abikas salam" 14) Dilarang memberi salam dengan isyarat kecuali ada
67
uzur, seperti karena sedang shalat atau bisu atau karena orang yang akan diberi salam itu
jauh jaraknya. Di dalam hadits Jabir bin Abdillah Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan
memberi salam seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena sesungguhnya pemberian
salam mereka memakai isyarat dengan tangan". (HR. Al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh
Hadits Rasulullah mengatakan: "Tiada dua orang muslim yang saling berjumpa lalu
berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka berpisah" (HR. Abu
Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani). 16) Dianjurkan tidak menarik (melepas) tangan
kita terlebih dahulu di saat berjabat tangan sebelum orang yang dijabat tangani itu
melepasnya. Hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu menyebutkan: "Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila ia diterima oleh seseorang lalu berjabat tangan,
maka Nabi tidak melepas tangannya sebelum orang itu yang melepasnya...." (HR. At-
Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani) 17) Haram hukumnya mengucapkan salam
terlebih dahulu kepada orang kafir, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Nashara.” (HR. Muslim) 18) Haram hukumnya membungkukkan tubuh atau sujud ketika
memberi penghormatan, karena hadits yang bersumber dari Anas menyebutkan: Ada
seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, kalau salah seorang di antara kami berjumpa
merangkul dan menciumnya? Jawab nabi: Tidak. Orang itu bertanya: Apakah ia berjabat
tangan dengannya? Jawab Nabi: Ya, jika ia mau. (HR. At-Turmudzi dan dinilai shahih
oleh Al-Albani). Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Apabila kalian disapa dengan
suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau
68
(An Nisaa`: 86) 19) Haram berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram.
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam ketika akan dijabat tangani oleh kaum wanita di
saat baiat, beliau bersabda: "Sesung-guhnya aku tidak berjabat tangan dengan kaum
wanita". (HR.Turmudzi dan Nasai, dan dishahihkan oleh Albani). h. Etika dan akhlak
mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau
Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak
pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-
kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna". (HR.
Ahmad dan Ibnu Majah). 4) Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu
Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi
seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar".(HR. Muslim)
5) Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang
benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa sallam bersabda: "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja
tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR.
Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani) 6) Tenang dalam berbicara dan tidak
"Seorang mu'min itu pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya". (HR. Al-Bukhari
memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir
Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan
yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang
yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para sahabat bertanya:
“Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong".
menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang
12). 10) Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya,
juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak
berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. 12)
Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak
mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut
janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-
Etika dan akhlak ketika menjenguk orang sakit 1) Untuk orang yang berkunjung
(menjenguk) a) Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang
tepat untuk berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya
selamat dan disehatkan. Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu telah meriwayat-kan bahwasanya
mengucapkan: “Tidak apa-apa. Sehat (bersih) insya Allah”. (HR. AlBukhari). Dan
berdo`a tiga kali sebagai-mana dilakukan oleh Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam. d)
Subhanahu wa Ta'ala dan jangan mengatakan “tidak akan cepat sembuh”, dan hendaknya
mentalkinkan kalimat Syahadat bila ajalnya akan tiba, memejamkan kedua matanya dan
orang yang akan meninggal di antara kamu “La ilaha illallah”. (HR. Muslim). 2) Untuk
orang yang sakit a) Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih.
b) Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya adalah
makhluk yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan
mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia
karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan
sesama makhluk. Kedua hal tersebut (etika dan akhlak) merupakan hal yang paling
penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang
paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu
seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah
manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim). Perbedaan antara
akhlak dengan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan
buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan
Sunnah Rasul, sedangkan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat
oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik
pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai etika bersifat lokal dan
temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan
Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu
73
akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus
ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul
manusia”(Hadits riwayat Ahmad). Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlakyang baik
pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam
diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak
yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at
3.2 SARAN
Kami sebagai penyusun makalah ini mengharapkan,agar generasi muda penerus bangsa
memiliki Etika,Aqidah,serta Akhlak yang baik sesuai dengan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, T. Ibrahim. 2008. Membangun Akidah dan Akhlak. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri. Solo. Fakhry, Majid. 1996. Etika dalam Islam. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta: AMZAH
74
MAKALAH TENTANG
Nilai Ketuhanan Untuk Membentuk Kepribadian dalam Kehidupan Sehari-hari
Dosen Pengampu :
Achmad Zulfikar Siregar, SPDI M.Pd
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur kita limpahkan kejunjungan kehadirat allah subhana wa ta’ala yang berkat
anugrah dari-nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Nilai Ketuhanan
Untuk Membentuk Kepribadian dalam Kehidupan Sehari-hari
” sholawat serta salam kita hantarkan kepada junjungan agung nabi besar muhammad swt
yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang sebesar-besarnya jalan berupa
ajaran agama islam yang begitu sempurna dan menjadikan rahmat bagi alam semesta
75
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................................
2.2 Rumusan
2.3 Masalah...................................................................................................
2.4 Tujuan.......................................................................................................................
BAB II.........................................................................................................................................
PEMBAHASAN.........................................................................................................................
Bab III........................................................................................................................................
76
PENUTUP...................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................
3.2 SARAN..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara
yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat
menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu
keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada
Tuhan, dan masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.
2. Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk
menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju
peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus,Iebih mungkin untuk
mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum
universal. Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat
dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat
diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.
3. Persatuan Indonesia (Kebangsaan)
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan
bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa
Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari
Sabang sampai Marauke. Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan
dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih
objektif dari dunia luar. Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses
sejarah perjuangan panjang dan terdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa,
namun perbedaan tersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan
Indonesia.
4. Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain,
dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain
atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsipprinsip kerakyatan yang menjadi cita-
cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam
dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri,
walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan
pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat
berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari
belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.
79
5. Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua
bermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap
anggotanya mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta
belajar hidup pada kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat,
memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai
secara merata. Dari uraian nilai-nilai kelima butir Pancasila itu kita dapat melihat betapa
apik dan luhur nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Sehingga sangat disayangkan
apabila nilai-nilai itu hanya menjadi wacana belaka dan tidak terealisasikan sebagaimana
mestinya dalam kehidupan sehari-hari karena kurangnya kesadaraan dan sikap menjiwai
Pancasila yang kurang. Nilai-nilai tersebut mungkin bisa lebih merasuk kedalam hati dan
jiwa setiap rakyat Indonesia
serta makhluk hidup lainya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas Hidup itu
sendiri.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai
perikemanusiaan yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini antara lain sebagai berikut :
- Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban
asasinya.Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari yaitu
:Dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh
lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak
setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai
dengan ketentuanketentuan hukum yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 558). Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat
untuk mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara
agar udara yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang
ada di lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya. Nilai-nilai
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat penjabaran dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1) sampai
ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (2). Dalam
Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan,
bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan dalam
ayat (2) ditegaskan, bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan
lingkungan hidup. Dalam Pasal 7 aya(1) ditegaskan, bahwa masyarakat mempunyai
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan
hidup; dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan dengan
cara :
81
5. nilai keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek
berikut, antara lain :
Penerapan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur
masalah lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor
IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang
mengatur aspekaspek pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya
alam. Dalam ketetapan MPR ini hal itu diatur sebagai berikut (Penabur Ilmu,
1999 : 40) :
- Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.
- Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan pengunaan dengan
menerapkan teknologi ramah lingkungan.
- Mendelegasikan secara betahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan
pemeliharaan ling-kungan hidup, sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga yang
diatur dengan undangundang.
- Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseim-bangan lingkungan hidup,
pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat
lokal serta penataan ruang yang pengaturannya diatur dengan undang-undang.
83
10. Cinta tanah air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
11. Bersahabat : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
12. Cinta damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran diri.
13. Peduli sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
14. Semangat kebangsaan : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
15. Menghargai prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
16. Peduli lingkungan : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upayaupaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugasdan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
85
B. Saran
Warga Indonesia seharusnya lebih bisa memahami makna sebenarnya dari pancasila (di
setiap sila, bukan hanya sila pertama saja). Perbedaan agama juga seharusnya tidaklah
menjadi penghalang setiap warga Indonesia untuk tetap berinteraksi satu sama lain, saling
menghormati, dan saling membantu antar sesama tanpa mempedulikan perbedaan yang
ada.
Lembaga keagamaan di Indonesia juga seharusnya tidak menguntungkan agama-agama
tertentu. Keadilan terhadap umat beragama harus lebih diperhatikan agar tidak terjadi
konflik lagi antar umat beragama di Indonesia.
Daftar Pustaka
86
http://mafiaindonesia.blogspot.com/2010/06/bukti-pelanggaran-terhadap-5-sila.html
http://verkay11-ricky.blogspot.com/2009/12/arti-dari-sila-pertama-pancasila.html
http://garduopini.wordpress.com/2010/03/29/internalisasi-pancasila-pluralisme-agama-
dalam-%E2%80%9Cketuhanan-yang-maha-esa%E2%80%9D/
http://icecreamcocholate.blogspot.com/2012/02/penyimpangan-nilai-pancasila.html
http://punkestoe.wordpress.com/2009/02/02/sikap-posotif-terhadap-nilai-nilai-pancasila
87
MANGUNWIJAYA
Disusun oleh :
FAHRUDDIN ( 2048201035)
DAFTAR ISI
MOTTO ...........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan........................................................................... 12
89
Teori .................................................................................... 14
a. Humanisme Sekuler.................................................................. 20
b. Humanisme Renaisans.............................................................. 22
Penelitian ....................................................................................49
B. Hasil Penelitian..................................................................................... 66 1.
Y.
Mangunwijaya .................. 73
C. Pembahasan .........................................................................................75 .
Religius.................................................................... 75 xii
Religius........................................................... 86 3.
Mangunwijaya ................................................................................ 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 89
B. Saran .................................................................................................... 90
91
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan langkah terpenting di mana manusia sejak lahir sudah mendapat
pendidikan dari orang tuanya, saudaranya serta orang lain, sehingga yang semula tidak
tahu menjadi tahu yang semuala tidak paham menjadi paham dan seterusnya, terlebih
pendidikan humanisme dan religius, manusia lahir dalam keadaan fitrah (suci) bagai air
yang jernih. Semakin bertambahnya usia akan semakin tambah pengetahuannya pula,
manusia tak bisa hidup sendiri tentu membutuhkan orang lain untuk hidup bermasyarakat
92
antra satu sama lain hidup berdampingan harus saling melengkapi, tolong menolong,
saling paham dan memahami. Untuk mewujudkan kehidupan yang tentram dan harmonis,
akan tetapi yang terjadi saat ini masih sangat minim bahkan sangat memprihatinkan,
baik televisi, radio, handpone maupun melalui surat kabar, bahkan melihat sendiri secara
penganiayaan, penipuan, korupsi, kolusi dan lain sebagainya. Banyak manusia yang
hilang akan kemanusiannya yang gagah menindas yang lemah, yang kaya tak peduli
dengan yang miskin. Banyak orang yang mengatasnamakan lembaga atau investasi untuk
merampas, dan membohongi orang lain. Seiring perkembangan zaman manusia semakin
pintar, bahkan tidak sedikit manusia yang menggunakan kata cinta sebagi kunci atau
pelampiasan untuk memenuhi segala hasrat keinginan yang tidak berperi kemanusiaan.
Dalam aturan agama apapun yang dianutnya maupun ideologi bangasa, memerintahkan
serta taat pada Tuhannya.Di antaranya ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanuisiaan
yang adil dan beradap, dan banyak lagi diatur dalam undang-undang hak asasi manusia
(HAM) maupun syariat agama.Manusia di samping sebagai mahluk individu juga sebagai
mahluk sosial, pasti tidak bisa hidup sendiri. Sebagai mahluk sosial pada hakekatnya
tidak bisa hidup menyendiri tanpa adaya bantuan dari orang lain atau masyarakat.
Berkumpulnya individu dengan individu lain, individu dengan kelompok serta kelompok
dengan kelompok lain, akan melahirkan pranata sosial yang memerlukan adanya norma-
dinilai baik dan buruknya secara garis besar sebagai agama yang mempunyai ajaran yang
bersifat universal (Adnan, 2007: 18). Humanisme pada saat itu ingin meningkatkan
perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan alamiah manusia (Bakhtiar,
93
diri sendiri. Oleh sebab itu terjadilah 3 permusuhan antar sesama manusia, sehingga
bernyala-nyalalah api peperangan, akhirnya yang kuat menindas yang lemah, yang
berkuasa memperbudak yang kalah, dan yang kaya menganiaya simiskin. Begitu juga
membantu bahkan sangat jauh dari keadilan dan kejujuran. Dengan demikian
memperlakukan manusia baik dalam dirimu maupun dalam segenap orang lain adalah
tujuan yang tidak pernah s ematamata sebagai sarana yang diharapkan seluruh manusia
Religius merupakan keyakinan yang ada dan tertanam dalam jiwa manusia yang dijadikan
sebagai dasar untuk berperilaku, bersikap, dan berbuat sesuai dengan keyakinan agama
bila dalam berperilaku dan bersikap baik, maka orang tersebut memiliki nilai religius
yang baik pula agama yang dianutnya.Religius sebagai pendorong manusia dalam
membangun keimanan, sehingga manusia dapat selalu berbuat kebaikan dan selalu
mengingat kebesaran Tuhannya, religius itu menyangkut diri pribadi seseorang dan
tingkat religiusnya seseorang yang berbeda-beda. Menurut Johan dalam salah satu
sekolah-sekolah, sejak 4 sekolah dasar sampai perugruan tinggi, radio dan televisi setiap
dewasa umumnya. Perayaan hari-hari besar keagamaan dilaksanakan dengan biaya yang
tidak sedikit jumlahnya, rumah-rumah ibadah bermunculan dalam wujud yang tidak
jarang mengesankan bukan hanya indah tetapi juga mewah, tapi mengapa muncul
korupsi yang semakin marak. Agama sebagai inspirator sekaligus peneguh bagi setiap
bermasyarakat atas dasar basic rights dan basic human needs.Memang, kenyataan masih
jauh dari harapan, apalagi bila diperhatikan dengan seksama, masih banyak pemahaman
keagamaan yang di dalamnya juga banyak pejabat pemerintah, para pembuat kebijakan
dan pengambil keputusan, yang terbatas kepada hal-hal yang sifatnya simbolitis
belaka.Padahal dalam menjalankan fungsi kritisnya, umat beragama dalam arti seluas-
luasnya, dan para pemimpin agama tidak bisa buta terhadap politik, sosial, budaya,
hukum, ekonomi dan lain sebagainya, atau hanya membatasi dalam soal-soal doktrin,
dogma dan ritual serta peduli terhadap dirinya sendiri. Agama perlu dijadikan dasar untuk
merumuskan dan memberlakukan pratek basic human rigths dan basic human needs yang
senyata-nyatanya, tidak sebagai simbol dan alat penguat yang berkaitan dengan
kepentingan sesaat, dan karena itu mudah disatu-padukan dengan 5 kekerasan. Tetapi
kedepan tidak sebatas perodisasi masa pemerintahan, kekayaan atau jabatan dan
kekuasaan para penguasa dan elit pemerintahan atau pimpinan umat beragama (Effendi,
2010: XX-XXI). Religius memiliki dasar yang kuat sebagai cerminan bagi setiap orang
Religius merupakan dasar dari pembentukan budaya religius, karena tanpa adanya
religius sangat penting ditanamkan pada manusia sejak usia dini sebagai dasar (pondasi)
karena diusia dini adalah waktu atau kesempatan baik yang harus dimanfaatkan sebaik-
baiknya sehingga akan membangun kebiasaan dan terbentuk karakternya saat dewasa.
Buah hasil saat dewasa adalah gambaran dimana manusia sudah ditanamkan penidikan
humanisme religius ketika masih usia dini. K.H. Mahfud Ridwan dan Y.B.
terutama dalam mewujudkan dan menjujung tinggi nilai-nilai humanisme religius dalam
masyarakat. Meskipun kedua tokoh berbeda dalam keyakinan bragama akan tetapi
samasama berprinsip dalam hidupnya yaitu humanisme religius. K.H Mahfud Ridwan
mendirikan Wisma Santri mendirikan Yayasan Desaku Maju dan lain sebagainya.Sedang
Dengan uraian latar belakang diatas maka peneliti akan membahas terkait dengan judul
1. Apa saja gagasan-gagasan K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya mengenai
C. Tujuan Penelitian Berdasar rumusan masalah diatas maka peneliti merumuskan tujun
peneliti
96
sebagai berikut:
2. Untuk mengetahui gagasan-gagasan K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya mengenai
pendidikan humanisme dalam membangun nilainilai kemanusiaan religius perspektif keduanya.
7 2. Untuk mengetahui proses dan implementasi dari gagasan pendidikan humanisme dalam
membangun nilai-nilai kemanusiaan religius perspektif K.H Mahfud Ridwan dan Y.B
Mangunwijaya.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang nanti dapat di peroleh sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai salah satu sarana atau memperkaya sarana ilmu peniddikan humanisme dalam
membangun nilai-nilai kemanusiaan religius bagi seluruh manusia.
b. Sebagai sumbangsih akademik dan civitas akademika sebagai tambahan bahan bagi yang
mempelajari pendidikan humanisme dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan religius.
2. Manfaat praktis
a. Dapat digunakan sebagai refrensi pemahaman humanisme dalam membangun nilai-nilai
kemanusiaan religius, dalam rangka menciptakan kehidupan rukun, tentram, berwawasan
pendidikan humanisme religius.
b. Bagi masyarakat sebagai tambahan mempermudah dalam mengetahui pendidikan
humanisme dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan religius.
E. Penegasan Istilah Untuk memudahkan atau menjaga agar tidak terjadi kesalah fahaman serta
langkah awal menyatukan presepsi terhadap pembahasan penelitian yang berjudul, „‟Pndidikan
Humanisme Dalam Membangun Nilai-Nilai Kemanusiaan Religius Perspektif K.H Mahfud Ridwan
dan Y.B 9 Mangunwijaya”, maka perlu diberikan pegnesahan istilah dari judul diatas yaiu antara
lain:
1. Pendidikan Pendidikan adalah usaha upaya memanusiakan manusia, usaha untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu sehingga dapat hidup secara optimal, baik
sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan
sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai bentuk
usaha sadar yang bertujuan dan berusaha mendewsakan anak (Sujana, 1991 :01). Pendidikn
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran. Serta pelatihan, proses, dan cara mendidik
(Tim Penysun KBBI, 2007: 263).
10 Valla berpendapat bahwa, humanisme pada awalnya tidak anti agama.Humanisme ingin
mengurangi peranan institusi gereja dan kerajaan yang begitu besar, sehingga manusia sebagai
mahluk Tuhan kehilangan kebebasannya.Humanisme pada awal Renaisans berbeda dengan
humanisme pada abad ke-19 dan 20 kendati dalam beberapa hal ada kesamaanya. Humanisme
pada saat itu ingin meningkatkan perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan
97
3. Religius Religius adalah sumber nilai-nilai etika, yang takpernah kering, karena agama melihat
hakekat manusia pada perbuatan baiknya. Dalam agama, tinggi rendah seseorang tidak
ditentukan oleh harta, ilmu ataupun kekuasaan, tetapi ditentukan semua oleh perbuatan baik
atau taqwanya, dan seberapa jauh nilai-nilai etika menjiwai dan mewarnai segala tindakannya.
Oleh karena itu agama untuk manusia dengan sendirinya, etika atau moralitas menjadi salah
satu ajaran yang amat penting dalam agama apapun, dan dari sudut etika maupun moralitas.
Rasanya semua 11 agama sepakat mempunyai pandangan yang sama, semua agama
memerintahkan pemeluknya berbuat baik dan melarang berbuat jahat. Dalam konsep filsafat
Islam, ada empat hal pokok yang dibicarakan agama, yaitu Tuhan, manusia, alam dan
kebudayaan. Etika agama pada dasarnya mengatur manusia dengan Tuhannya, manusia dngan
sesamanya dan dengan dirinya, hubungan manusia dengan alam sekitarnya serta hubungan
manusia dengan kebudyaan ciptaanya (Asy‟ari, 2001: 17).
Religus, kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan akan adnaya kekuatan adikodrati (kepcayaan
animisme, dinamisme) agama. Kesholihan dapat di peroleh melalui pendidikan masyarakat
terasing itu, juga mengenal terentu, misal dengan mengubah perilaku religius bersifat
keagamaan (Tim Penyusun KBBI, 2007: 944). 4. Perspektif Cara melukiskan suatu benda pada
permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi panjang,
lebar dan tinggiya (Tim Penyusun KBBI, 2007: 846). 5. K.H Mahfud Ridwan dan Y.B
Mangunwijaya K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya, adalah dua tokoh yang dalam
hidupnya sama-sama saling mengedepankan nilai-nilai humanisme religius, terlihat dalam
kehidupan bermasyarakat sangat peduli dengan rakyat kecil, menolong orang-orang lemah
masyarakat yang termarjinalkan, memajukan masyarakat yang masih tertinggal. Dan dalam
berkeyakinan dengan agama yang dianutnya atau religius, sosok kedua 12 tokoh tersebut sangat
baik dalam menjujung nilai-nilai religius untuk dijadikan ukuran dalam bertindak dan bersikap,
sehingga kereligiusannya yang menjadi cerminan sebagai dasar segala aktifitasnya.
F. Sistematika penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga
pembaca nantinya dapat memahami tentang skripsi ini dengan mudah, penulis berusaha
memberikan sistematika penulisan dengan penjelasan secara garis besar. Yaitu skripsi ini terdiri
dari lima bab yang masing-masing saling berhubungan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
98
Yaitu merupakan gambaran secara global berisi dari seluruh isi skripsi mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegesaan istilah, dan
sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka.
Pada bab ini penulis membahas landasan teoritis dari karya tulis ini beserta kajian pustaka
terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini.
BAB III Metode Penelitian.Bab ini berisi tentang metode penelitian yang dipakai oleh penulis
yang meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan
data, analisis data dan pengecekan keabsahan data.
BAB V Penutup
ini berisi tentang kesimpulan, saran, daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang mendukung
penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pendidikan Pendidikan berasal dari kata education yang dapat diartikan
upbringing (pengembangan) teaching (pengajaran) intraction (perintah) pedagogy (pembiasaan
kepribadian) raising of animal (menumbuhkan) (Nata, 2011: 14). Dalam bahasa Arab kata
pendidikan merupakan terjemahan dari kata al-tarbiyah yang dapat diartikan proses
penumbuhan dan mengembangkan potensi yang terdapat pada diri seorang baik secara fisik,
psikis, sosial, maupun sepiritual. Selain itu kata tarbiyah juga dapat berarti menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik memperbaiki (aslaha) menguasai, urusan, memelihara, merawat,
memperindah, memberi makna, mengasuh, memilki, mengatur, dan menjaga kelangsungan
maupun ekstitensi seseorang. Kata al-tarbiyah sebagaimana diatas juga mencakup pengertian
al-ta’lim (pengajaran tentang ilmu pengetahuan) al-ta’dib (pendidikan budi pekerti) al-tahdzib
(pendidikan budi pekerti) almauidhah (nasihat tentang kebaikan) al-riyadhah (latihan mental
sepiritual) al-tazkiyah (pendidikan kebersihan diri) al-talqin (bimbingan dan arahan) al-tadris
99
a. Segala syarat usaha dan cara pendidikan harus sesuai kodrat dan keadaannya.
b. Untuk mengetahui garis hidup yang tetap dari suatu bangsa perlu mengetahui jaman yang
telah lalu, mengetahui menjelmanya jaman itu kejaman sekarang, mengetahui jaman yang
berlaku saat ini, untuk dapat memahami jaman yang akan datang (Kumalasari, 2010: 51).
Pendidikan merupakan persoalan hidup manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu,
kelompok sosial maupun sebagai bangsa. Pendidikan dimasadepan perlu dikembangkan agar
dapat menjadi lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi
diduina ini, dan dimasa yang akan datang (Fathurrohman, 2015: 2).
Pendidikan adalah usaha pembentukan pola pikir terhadap pese rta didik, secara kodrati
bersifat aktif dan kreaktif menjalani proses pembentukan dan perwujudan diri untuk
merangsang perkembangan yang 16 selalu aktif, peka, resekptif dan responsif terhadap
ransangan (Slamet, 2005: 23). Pendidikan yaitu suatu usaha sadar dan terrencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan. Pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.Karena pendidikan merupakan tugas dan kewajiban bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Fathurrohman, 2015:3). Pendidikan diartikan
dalam maha luas yaitu, pendidkan sama dengan hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang
mempengaruhi pertumbuhan seseorang.Pendidikan adalah pengalaman belajar.Oleh karena itu,
pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar yang tidak terbatas
oleh ruang waktu dimanapun setiap orang dapat belajar sepanjang hidupnya. Pendidikan
berlangsung tidak dalam batas usia, tetapi berlangsung sepanjang hidup sejak lahir bahkan sejak
awal hidup ketika masih dalam kandungan hingga mati (Mudyahardjo, 2010:46). Definisi
pendidikan menurut pasal 1, ayat (1) ditegaskan bahwa bentuk kegiatan pendidikan adalah
usaha sadar, yang dalam penjelasan umum menurut undang-undang nomor 2 Tahun 1989, ada
tiga unsur pokok dalam kegiatan pendidikan yaitu:
hasil yang baik yang sesuai dengan apa yang diharapkan, baik didapat dari sekolah, lingkungan
hidup (masyarakat) dan di tempat lain yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sejak lahir
hingga akhir hayatnya.
4. Pengertian Humanisme Makna kemanusiaan adalah proses menjadi manusiawi dalam interaksi
antar sesama manusia dengan konteks dan tantangan yang terus berkembang (Michael
Sastrapratedja SJ: 2006). Menurutnya, dalam situasi 18 pluralisasi kehidupan dan kebudayaan
sekarang, tidak mungkin dirumuskan satu corak humanisme. Satu hal yang tak bisa ditiadakan
dalam humanisme ialah harkat dan martabat manusia harus dihormati dan dikembangkan.
Dalam hal ini filsafat berfungsi menafsirkan pengalaman manusia dan berbagai tradisi budaya.
Dari sana tercipta pemahaman antara budaya yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi
bagi peningkatan hidup dan martabat manusia. Dan makna humanisme menjadi lebih ketara
dan berfungsi justru pada saat konsep humanisme diperdebatkan. Makna itu selalu
"menggelincir'' dari pengertian yang tetap (Subaidi, 2014: 12).
Satu-satunya yang berada dalam arti yang sesungguhnya adalah beradanya manusia.
Keberadaan benda-benda terpisah dengan yang lain, sedang beradanya manusia, mengambil
tepat ditengah-tengah dunia sekitarnya (Hakim, 2008: 334). Keberadaan manusia disebut desein
(berada ditempat).Berada artinya menempati atau mengambil tempat. Untuk itu, manusia harus
keluar dari dirinya dan berdiri ditengah-tengah segala yang berada keberadaan manusia yaitu
berada di dunia maka harus memberi tempat kepada yang lain disekitarnya, ia dapat bertemu
dengan benda-benda lain dan dengan sesama manusia, dapat bergaul dan berkomunikasi
dengan baik. Karena itu manusia terbuka dengan dunianya dan bagi sesamanya. Keterbukaan ini
bersandar atas tiga hal asasi, yaitu: befundicheit (kepekaan), verstehen (memahami) dan rede
(kata-kata, bicara) (Hakim, 2008: 335).
19 Humanisme adalah suatu cabang etika yang asal usulnya lahir pada awal abad ke-16, seiring
dengan lahirnya reformasi didunia Kristen.Kebangkitan humanisme yang terdahulu ditandai
dengan datangnya gagasan mengenai kebebasan manusia untuk menentukan nasibnya secara
sendiri yang dikemukakan oleh Erasmus.Humanisme juga muncul sebagai anak dari renaisans.
Masingmasing aliran tersebut mempunyai target dan tujuan yang berbeda. Jika rasionalisme
mempunyai target untuk menentukan ekstitensi akal dan liberalisme berada untuk membuka
ladang persaingan yang kompetitif, maka humanime secara sederhana dapat dipahami
mengukuhkan sisi kemanusiaan (Hanafi, 2007: V). Humanisme dapat diartikan sebagai martabat
(dignity) dan nilai (volue) dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan
kemampuan-kemampuan alamiah (fisik atau non fisik) secara penuh. Humanisme dapat
dinamakan pula Neo Hmanisme, Neo Humanisme berkembang pada abad ke-18 ketika para
seniman, filsuf dan kaum intelektual melihat lagi masa Yunani dan Romawi klasik, konsep
humanisme dipandang mempunyai kesamaan dengan konsep Yunani kuno tentang bentuk
tubuh dan pikiran yang harmonis (Suseno, 2007: 209).
Pada permulaan abad ke-19 dan seterusnya, humanisme dipandang sebagai perilaku sosisal
politik yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan lembag-lembaga politik dan hukum yang
sesuai dengan gagasan martabat kemanusiaan.Sejak saat itu jelas bahwa humanisme 20 telah
memasuki tahap etika poltik modern saat ini, konsep humanisme tidak dihubungkan dengan
orang-orang Eropa yakni dengan kebudayaan Romawi dan Yunani kuno.Humanisme
berkembang menjdi gerakan lintas budaya dan universal, dalam arti berbagai sikap dan kualitas
101
etis dari lembag-lembaga politik yang bertujuan membentengi martabat kemanusiaan (Suseno,
2007: 210). Humanime berasal dari kata “human” bersifat manusiawi seperti manusia yang
dibedakan dari binatang, jin dan malaikat. berperikemanusiaan baik budi, luhur budi, dan
sebagainya. “humanis” orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan
hidup yang lebih baik, berdasarkan asas kemanusiaan pengabdi kepentingan sesama umat
manusia, penganut paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting (Tim Penyusun
KBBI, 2007: 411). Humanisasi penumbuhan rasa perikemanusiaan. “humanisme” dapat
disimpulkan sebagai aliran yang bertujuan mengedepankan perikemanusiaan dan mencita-
citakan perjalanan hidup yang lebih baik, paham yang menganggap manusia sebagai objek
terpenting. Aliran zaman reaisance yang menjadikan secara klasik (dalam bahasa latin Yunani)
sebagai dasar perbedaan manusia (Tim Penyusun KBBI, 2007: 412).
5) Humanisme Sekuler Dalam bidang tertentu, kata humanisme juga mengalami perubahan
makna ketika dipakai oleh para filsuf dengan periode historis yang berbeda. Misalnya pada
zaman pencerahan (Enlightment), yang 21 ditandai dengan adanya upaya bebas dari paham
tradisional bahwa manusia hanya dapat dipahami melalui konteks tatanan Illahi dan iman,
paham humanisme juga menunjuk kepada proyek membangun kehidupan manusia dan
masyarakat menurut tatanan dan aturan akal budi.
Proyek ini juga mencakup analilis mengenai kemampuan manusia untuk memahami
realitas, yakni melalui akal budi, seperti yang dilakukan oleh Immanuel Kant (Cahya, 2004:
17).Humanisme sekuler yang berawal dari gerakan sekulerisme ini mengurus dan mengelola
kehidupan tanpa mengaitkannya dengan urusan-urusan religius, adikodrati dan
keakhiratan, melainkan mengarahkan diri pada konteks duniawi saja (Sugiharto, 2008:
85).Sekulerisme awalnya dicetuskan sebagai sistem etika dan filsafat formal oleh J.
Holoyake tahun 1846 di Inggris. Dasar pemikirannya adalah kebebasan berpikir sebagai hak
manusia demi kepentingan manusia sendiri (Sugiharto, 2008: 86). Kata sekuler sendiri
berasal dari bahasa Inggris (secular) yang berarti yang bersifat duniawi, fana, temporal,
tidak bersifat spiritual, abadi dan sakral, kehidupan diluar biara, dan sebagainya. Menurut
para peneliti, kata secular berasal dari kata saeculum, sebuah kata latin yang berarti satu
abad lebih sedikit, atau yang berarti abad sekarang. Pengertian lain menyebutkan sebagai
pembebasan manusia pertamatama dari agama dan metafisika yang mengatur nalar dan
bahasanya. Ada juga yang mendefinisikanya sebagai suatu proses yang terjadi
dalam segala sektor kehidupan masyarakat dan kebudayaan yang terlepas dari dominasi
sendiri tidak selalu menekankan bahwa kebaikan hidup didunia ini adalah kebaikan yang
juga benar-benar real.Usaha untuk memperoleh kebaikan hidup adalah dengan melakukan
kebaikan pula.Ketika manusia masih hidup didunia, manusia sebenarnya bisa mendapatan
dengan bijaksana dan penuh belas kasih.Humanisme sekuler tidak selalu menentang
agama namun tidak juga menentang adanya cahaya kebenaran, kebaikan dan adanya
bimbingan dari kenyataan real di alam ini (Sugiharto, 2008: 90).Humanisme sekuler
meyakini bahwa semua orang pada dasarnya mampu menggali pengalaman hidupnya
sendiri dan menarik banyak pelajaran, nilai dan makna yang penting dari petualanganya.
Petualangan yang akan membawa pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang luhur
b. Humanisme Renaisans Pada abad ke-14 adalah zaman yang dikenal sebagai zaman
krisis abad pertengahan dan berlangsung hingga abad ke-14. Pada abad ke- 23 16 ini
dikuasai oleh sebuah gerakan yang bernama Renaisans.Arti kata Renaisans adalah
kelahiran kembali, secara historis renaisans adalah suatu gerakan yang meliputi suatu
zaman yang orang kala itu merasa dirinya telah dilahirkan kembali dalam
keadaban.Zaman ini dapat dikatakan bahwa orang pada saat itu merujuk kembali kepada
kemasyarakatan dan kegerajaan yang telah dimulai pada pertengahan abad ke-16 di Italia,
pergerakan ini dilakukan oleh para orang humanis Italia (Hadiwjiono, 2011: 11).
c. Humanisme Modern Pendidikan humanis memiliki dasar filosofis yang berbeda. Teori
munculnya teori pendidikan humanistik pada tahun 1970.Ketiga teori filsafat ini memiliki
menjadikan semua orang berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan sesuai realitas
masyarakat. Pengaruh pemikiran ini sangat dirasakan dan bahkan 24 menjadi faktor
utama munculnya teori atau pemikiran humanisme dan progresivisme (Wahono, 2001:
14).Kuatnya pengaruh arus kedua aliran tersebut muncullah Abraham Harold Maslow
Maslow yang sebelumnya banyak belajar dari pemikiran-pemikiran kedua tokoh diatas,
psikologi madzhab ketiga atau dikenal dengan sebutan psikologi humanistik (psychology
of being). Sebuah upaya untuk mengembangkan suatu pendekatan psikologi baru yang
humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk hidup ciptaan Tuhan
sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan bebas serta dalam batas-batas eksistensinya
yang hakiki, dan juga sebagai pemimpin dibumi (Makin, 2005: 22). Dengan demikian,
humaniter sajati, yaitu manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab
sebagai manusia 25 individual, namun tidak terangkat dari kebenaran faktualnya bahwa
dirinya hidup ditengah masyarakat. Dengan demikian, ia memiliki tanggung jawab moral
104
hanya kecerdasan intelektual semata, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual.Dua
kecerdasan terakhir tidak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan hidup anak
didik. Kedua, anak didik adalah makhluk yang berkarakter dan berkepribadian serta aktif
dan dinamis dalam perkembangannya, bukan benda yang pasif dan yang hanya mampu
mereaksi atau merespon faktor eksternal Ia memiliki potensi bawaan yang penting.
Karena itu pendidikan bukan membentuk anak didik sesuai dengan keinginan guru,
teosentri (Tuhan sebagai pusat segalanya). Humanisme religius bisa dari pihak Islam dan
Kristen maupun dari agama lain. Humanisme ini 26 berkembang untuk mengimbangi
humanisme sekuler yang berkembang didunia, karena apabila humanisme sekuler tidak
diimbangi maka peran agama akan hilang secara perlahan. Marcel A Boisard berpendapat
bahwa Islam lebih dari sekedar ideologi, karena Islam merupakan humanisme
transendental yang diciptakan masyarakat khusus dan melahirkan suatu tindakan moral
yang sukar untuk ditempatkan dalam rangka yang dibentuk oleh filsafat
dalam pandangan Islam harus dipahami sebagai suatu konsep dasar kemanusiaan yang
tidak berdiri dalam posisi bebas.Hal ini mengandung pengertian bahwa makna penjabaran
105
memanusiakan manusia itu harus selalu terkait secara teologis.Dalam konteks inilah al-
Qur‟an memandang manusia sebagai wakil Allah SWT di Bumi, untuk memfungsikan
karena itu kebebasan merupakan pemberian Allah SWT yang paling penting dalam upaya
mewujudkan fungsi kekhalifahannya (Hanafi, 2007: IX). Kisah dan kejadian Adam a.s
dalam al-Qur‟an adalah pernyataan humanisme yang paling dalam dan maju. Adam
mewakili seluruh manusia dibumi, ia adalah esensi umat manusia, manusia dalam 27
pengertian filosofis dan bukan dalam pengertian biologis (Syari‟ati, 1982:111). Menurut
berdasarkan konsep dasar bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitri, karena fitrahnya
tersebut manusia memiliki sifat kesucian, yang kemudian dinyatakan dalam sikap-sikap
yang suci dan baik kepada sesamanya.Dan hakikat dasar kemanusiannya itu merupakan
sunnatullah karena adanya fitrah manusia dari Allah dan perjanjian primordial antara
manusia dengan Allah (Madjid, 1995: 51). Dari beberapa definisi diatas dapat
menghargai satu sama lainnya tanpa memandang suku, ras maupun agama, sehingga
dalam hidup bermasyarakat dan di manapun akan terasa nyman tanpa ada kekhawatiran.
pendidikan humanis juga memperoleh dukungan dari para ahli psikologi humanistik dan
progresivisme adalah prinsip pendidikan yang berpusat pada anak (child centered), peran
106
guru yang tidak otoriter, fokus pada keterlibatan dan aktivitas siswa, aspek 28 pendidikan
terhadap pendidikan tradisional yang menekankan pada metode pengajaran formal yang
kurang memberi kebebasan pada siswa sehingga siswa menjadi tidak kreatif yang sekadar
c. Belajar pasif yang menekankan mengingat data atau informasi yang diberikan guru,
d. Pendidikan yang membatasi pada ruang kelas sehingga terasing dari realita kehidupan
sosial dan
e. Penggunaan hukuman fisik atau rasa takut sebagai bentuk pembangun disiplin. Prinsip-
prinsip pendidikan humanis yang diambil dari pandangan progresivisme di atas lebih
pada keunikan siswa sebagai individu. Setiap siswa dipandang sebagai individu yang
memiliki keunikan yang berbeda dengan siswa lain. Perbedaan keunikan individu siswa
dalam kegiatan pendidikan dan belajar harus dapat tampak dan dihargai oleh pendidik
atau guru. Pandangan eksistensialis yang diambil oleh pendidik humanis adalah adanya
29 kemerdekaan atau kebebasan dalam diri individu untuk memilih apa yang dianggap
benar bagi dirinya, untuk dapat membangun dirinya menjadi (to become) seperti apa yang
Kelahiran sebagai wujud keberadaan (eksistensi) individu di dunia adalah titik awal bagi
individu untuk mengembangkan esensi dirinya. Esensi diri manusia dibangun melalui
proses kehidupan di mana individu memiliki kebebasan untuk memilih dan dia harus
107
bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilih. Individu akan terbentuk menjadi apa
adalah sesuai dengan pilihan bebas yang diambil, yang selanjutnya terbentuk menjadi
siapa dirinya, sebagai dokter, insinyur, atau guru adalah sebagai akibat dan pilihan bebas
yang dia lakukan. Nilai-nilai keagamaan berada dalam diri individu yang memperoleh
pemaknaan oleh individu masing-masing, tidak ada otoritas diluar diri individu yang
pengetahuan, nilai-nilai keagamaan, maka hal itu dilakukan oleh dirinya dengan rasa
sukarela dan bukan karena paksaan dan otoritas diluar dirinya. Oleh karenanya,
komunikasi atau dialog menjadi instrumen penting bagi perubahan pemaknaan akan
komunikasi atau dialog yang bersifat interaksi dua arah, dari guru pada siswa dan siswa
pada guru, telah diubah menjadi bentuk perintah atau penyampaian informasi yang satu
arah.Dalam hal ini, hak-hak siswa sebagai individu yang memiliki kebebasan atau
otoritas atas dirinya, telah dirampas oleh guru.Pengetahuan dan nilai 30 yang ditangkap
siswa menjadi tidak orisinal atau tidak otentik, tetapi sekadar pengetahuan yang tidak
memiliki makna bagi individu dan kehidupannya. Hanya dengan metode dialog maka
pengetahuan dan nilainilai yang dijadikan materi (isi) dialog tersebut dapat membantu
Dalam metode dialog terjadi proses komunikasi yang setara antara individu satu dengan
individu lain, tidak ada unsur pemaksaan sehingga memberi kebebasan bagi setiap
individu untuk mengambil atau tidak mengambil pengetahuan dan nilai-nilai. Hal ini juga
sesuai dengan prinsip belajar yang disampaikan Rogers, yaitu situasi belajar yang paling
efektif meningkatkan belajar yang bermakna adalah apabila: a. Situasi yang mengancam
6) Perbedaan persepsi terhadap objek pemahaman diizinkan atau difasilitasi. Paulo Freire
menjelaskan dialog adalah sebagai cara yang menusiawi untuk memaknai dunia, dalam arti
108
juga untuk memahami dan memaknai pengetahuan dan nilai-nilai. Dia mengatakan “dialog
adalah pertemuan antar orang (manusia), diperantarai oleh dunia, agar memahami
(memaknai) dunia”. Apabila ini diterapkan pada situasi belajar maka dialog adalah
perjumpaan antara guru dan siswa, diperantarai oleh materi (isi) pelajaran, agar dapat
memahami (memaknai) materi pelajaran. Dialog tidak akan terjadi di antara mereka, di
mana yang satu merampas hak orang lain (penindas) dan yang lain dirampas haknya
(tertindas). Atau 31 dengan bahasa lain bahwa dialog tidak akan terjadi antara guru yang
telah merampas hak kebebasan siswa, dengan siswa yang telah dirampas hak kebebasannya
oleh guru.
Terakhir, Friere mengatakan dialog tidak mungkin terjadi apabila tidak melibatkan berfikir
kritis.Manusia dan dunianya sebagai unsur yang tidak terpisahkan, sebagaimana guru dan
murid dengan materi pelajaran sebagai unsur yang tidak terpisahkan.Pemahaman atau
pemaknaan terhadap dunia atau materi pelajaran dengan tujuan untuk melakukan
perubahan kehidupan tidak dapat dilakukan tanpa berfikir kritis. Dalam proses pendidikan
atau belajar dengan tujuan untuk perubahan kehidupan maka guru dan siswa harus
melakukan pemahaman atau pemaknaan dengan menggunakan pemikiran kritis (Sutiyono,
2009: 5).
Dari beberapa teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan humanisme adalah
penanaman nilai-nilai perikemanusiaan yang saling memahami, saling tolong-menolong,
saling melengkapi menjaga hak-hak asasi manusia, menjaga martabat manusia, menjaga
hubungan dengan sebaik-baiknya, serta baur-membaur tanpa ada kesenjangan sedikitpun.
5. Pendidikan Religius Pendidikan atau belajar pada awalnya cenderung merupakan bagian dari
kegiatan kehidupan keberagaman dan kebudayaan. Manusia dalam kehidupan bermasyarakat di
samping menciptakan organisasi untuk mengatur kerja sama sebagai alat untuk mencapai
tujuan bersama, juga 32 mengembangkan aturan-aturan untuk mengatur perilaku di antara
warga masyarakat. Keyakinan dan nilai-nilai keagamaan adalah inti yang menjadi dasar bagi
pengembangan aturan masyarakat. Selama ini kebanyakan umat Islam disibukkan oleh aktivitas-
aktivitas keilmuan yang tidak untuk membuktikan bahwa Islam itu dinamis, kreatif, akomodatif,
pluralistik, berwawasan ke depan (prospektif), berorientasi kepada kualitas dan kemajuan,
melainkan sebaliknya umat Islam sibuk mengkaji Islam yang berwawasan kerdil, kuno, mundur,
terbelakang dan kurang maju.
Walaupun dalam kehidupan modern sumber nilai bergeser lebih ke arah penggunaan nilai
keilmuan yang lebih objektif seperti kemanusiaan dan demokrasi, tetapi nilai keagamaan tetap
tidak dapat dipisahkan dari perilaku nyata kehidupan individu dan masyarakat (Hakim, 2008:
120). Nilai-nilai keagamaan sering secara tidak sadar tetap menjadi kekuatan yang laten bagi
pilihan tindakan atau perilaku manusia dan masyarakat. Karenanya, pandangan keagamaan
memancarkan tatanan kehidupan sosial seperti keadilan, keterbukaan dan demokrasi.
Sebagaimana fenomena yang bisa kita baca dalam referensi klasik, maka kita akan menemukan
keadaan Islam yang mendekati ideal. Oleh karena itu, memahami masa klasik adalah cara
terbaik. Pendidikan keagamaan secara klasik cenderung memiliki tujuan untuk membangun
dalam diri manusia suatu kondisi moralitas yang baik atau karakter yang mulia. Ungkapan-
ungkapan dalam ajaran agama memberikan gambaran akan hal tersebut, seperti dalam hadis:
Artinya: "Tidak Kami utus kamu Muhammad, kecuali untuk meyempurnakan akhlak”.
Secara umum, para Nabi dilahirkan dalam kondisi masyarakat jahiliyah, yaitu
berkuasa (kaya) dan ketertindasan yang lemah dan miskin. Tujuan diangkatnya kenabian
secara umum adalah memperbaiki moralitas atau akhlak manusia yang terjadi pada
keilmuan yang bersifat ilmiah. Seperti gambaran rumusan tujuan pendidikan yang
pendidikan sebagai pencapaian aktualisasi diri, yaitu suatu kondisi di mana individu dapat
dapat mengembangkan kehidupannya yang lebih produktif. Ibarat sebatang pohon yang
tumbuh dan berkembang, mulai dari biji yang tumbuh dari dalam tanah, kemudian
tumbuh batang dan daun yang subur, selanjutnya pohon berbunga indah dan menarik,
yang pada akhirnya menghasilkan buah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
maupun binatang.Mungkin dapat dikatakan pohon itu telah beraktualisasi diri pada waktu
dengan rumusan tujuan pendidikan keagamaan yang klasik seperti di atas telah
disampaikan.Teori pendidikan Maslow, memang tidak lepas dari teori kebutuhan hidup
manusia yang dibangun secara ilmiah atau berdasarkan nilai-nilai dan pengetahuan (value
bersifat hirarkis atau berbentuk piramida, berangkat dari kebutuhan dasar yang bersifat
umum bagi semua menusia dan juga binatang, yaitu kebutuhan akan kehidupan fisik
(material). Setiap manusia atau juga binatang secara alamiah membutuhkan kebutuhan
hidup seperti makan, minum, udara segar, istirahat, tempat tinggal bahkan juga seksual.
Pemenuhan kebutuhan dasar ini yang menjadi dorongan dasar bagi manusia untuk dapat
manusia juga memiliki kebutuhan lain, yaitu kebutuhan rasa aman dan juga kasih sayang
(sosial), tetapi kebutuhan ini dikatakan baru dibutuhkan untuk dicapai apabila kebutuhan
dasar fisik (material) sudah dapat dicukupi (dipenuhi). Sebaliknya apabila kebutuhan
dasar fisik belum dapat terpenuhi maka kebutuhan rasa aman dan kasih sayang tidak akan
dapat dipenuhi. Begitu juga kebutuhan manusia yang lebih tinggi harga diri, berkembang
dan pencapaiannya sangat tergantung pada dapat atau tidaknya kebutuhan di bawahnya
sebagai kebutuhan tertinggi bagi kehidupan manusia merupakan harapan atau cita-cita
semua manusia untuk dapat hidup produktif, tetapi belum tentu semua manusia dapat
Rumusan tujuan pendidikan yang ditarik dari nilai-nilai pengetahuan (seperti Maslow)
cenderung diwarnai oleh pengajaran kebutuhan material lebih dulu, walaupun pada
atau kapasitas diri secara optimal sehingga menjadi individu yang produktif mungkin
aktualisasi diri diartikan sebagai pencapaian nilai kemanusiaan yang tertinggi, ibarat
111
sebatang pohon yang berbuah, di mana buahnya dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia atau binatang, diluar kebutuhan pohon itu sendiri, maka tujuan aktualisasi diri
bersifat tujuan moral, yaitu berbuat kebaikan atau ikhsan terhadap orang lain, yaitu
perwujudan dan konsep akhlakul karimah sebagaimana telah menjadi tujuan pendidikan
agama.
Banyak ahli yang tidak puas dengan bangunan teori kebutuhan Maslow, seperti Danah
Zohar dan Ian Marshal, keduanya lebih tertarik dan percaya bahwa kebutuhan spiritual
harus menjadi dasar bagi pengembangan hidup manusia yang lebih adil dan
sejahtera.Mereka menulis buku yang berjudul “Spiritual Capital” (SC) yang menjadi
bestseller dan tulisan itu memiliki visi yang mulia untuk memperbaiki 36 sistem
terwujudnya kehidupan yang berkeadilan, harmoni dan sejahtera. Zohar dan Marshall
arah tujuan yang baikan atau ikhsan seperti yang diajarkan dalam ajaran agama (Hakim,
2008: 122). Lebih dari tigaratus tahun filosofis Helan-Roman mencoba mengganti agama
rakyat, dengan menganti dengan ajaran yang dipandangnya lebih rasional untuk
keperluan hidupnya.Agama itu dianggap sebagai suatu belengu, menanamkan rasa takut
dalam hati manusia.Oleh karena itu, agama dipandang oleh suatu pengahalang utuk
hukum kausalita alam yang mengatur segala jalan hidup diduania ini sehingga rasa takut
itu tidaK pada tempatnya. Manusia harus hidup pada hukum alam dan dengan sendirinya
ia akan mencapai kesenagan hidup. Kaum Skeptis mengemukakan sikap sangsi kepada
Akan tetapi beberapa macam jalan yang ditunjukkan oleh berbagai filsafat Helen-
bangsa Yunani dan bangsa lainnya.Senang yang dibuat-buat dengan memikirkan sifat
digoda oleh keadaan tidak merdeka dibawah kekuasaan kerajaan Roma.Ajaran etik tidak
mengobati jiwa yang luka. Sungguhpun perasaan agama yang baru muncul tidak serupa
dengan bentuk agama lama, pengaruhnya sama saja. Ia tidak bersarang diotak, tetapi
hinggap disanumbari. Agama Kristen yang baru muncul dipengaruhnya tidak di Asia
Minor saja, tetapi lambat laun meluas keseluruh Helen-Roma (Hakim, 2008: 123).Karena
kearah mistik, keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan menjadi hidup kembali.Ajaran
mendidik rasa bebas dari berdiri sendiri ternyata tidak mempan.Kemudian filsafat
mistikalistiklah yang mengajak manusia menuju kepada Tuhan, dan keyakina terhadap
Tuhan sangat dirindukan karena mengajak kedamaian tentram dalam hati.Mistik telah
menutup rasio, karena orang-orang pada saat itu membutuhkan ketentraman jiwa, bukan
Tengah dan di Asia Barat.Perasaan mistik tidak dapat dipupuk dengan pikiran yang 38
rasional, melainkan dengan persaan yang murni dan mengabdi kepada Tuhan.Ada tiga
kedua, aliran Philon yang berpusat di Alexandreia, ketiga, aliran Plotinus yang sering
kepada ajaran pythagoras yang mendidik kebatinan dengan belajar mensucikan ruh. Akan
tetapi dalam perkembanganya, aliran ini berjalan sendiri.Moderatus dari Gades adalah
guru pertama aliran ini, yang hidup pada abad pertama Masehi.Untuk mendidik perasaan
cinta dan mengabdi kepada Tuhan, orang harus menghidupkan perasaannya dalam jarak
yang jauh antara Tuhan dan manusia.Makin besar jarak itu, makin besar cinta, dan makin
kuat keinginan untuk mendekatkan kepada Tuhan yang jauh itu (Hakim, 2008: 124).Teori
dalam mistik neo-pythagoras dididik perasaan demikian rupa supaya terasa benar jauhnya
Tuhan dari dunia ini, dari manusia, barang dan yang banyak di dunia ini.Itu sebagi bentuk
ialah Tuhan dan yang bernoda adalah manusia, barang dan yang banyak didunia ini.
b. Philon Alexandreia Pandangan filsafat yang diajarkan oleh philon banyak diambil dari
kitab wasiat lama. Pokok filsafatnya ialah hubungan manusia dengan Tuhan sang
pencipta. Tuhan itu maha tinggi tempatnya.Tuhan hanya dapat diketahui oleh manusia
dari kata-kata-Nya yang terkandung dalam kitab-kitab suci, dari alam, dan dari
terpisah dari dunia yang bernoda.Rupanya tuhan tidak dapat diketahui oleh manusia,
tetapi keberadan-Nya dapat dimengerti (Hakim, 2008: 125).Philon merujuk pada ajaran
Sota yang mengemukakan dua dasar dunia, yang berkerja dan yang dikerjakan, yang
berkerja ialah Tuhan, semangat seluruh dunia. Tuhan sesuci-sesucinya bersih dan tidak
114
bercampur sama sekali. Tuhan lebih baik daripada budi, Tuhan tidak bisa disamakan
lamanya, tunggal, tidak berubah-ubah. Tuhan begitu tinggi kedudukannya, maka perlu
dijadikan-Nya.Mahluk yang terutama dan yang terdekat pada Tuhan, yang meliputi
semuanya, selain dari Tuhan, ialah Logos.Logos adalah sumber dari segala cita-cita
sebagai pikiran Tuhan yang mengisi alam yang tidak bertubuh.Dengan perantaraan Logos
itu, Tuhan menjadika dunia ini dan menyatakan adnya kepada manusia.Hidup yang
berfikir dan memandang keatas bagi Philon lebih besar nilainya daripada bergelut dengan
c. Plotinus Mulanya Plotinus mempelajari filsafat dari ajaran Yunani, terutama dari buah
tangan Plato akan tetapi ia merasa pengetahuannya belum cukup dalam. Ia ingin
memperdalamnya dengan mempelajari mistik dari Persia dan India. Plotinus menawarkan
diri untuk menjadi serdadu dalam laskar Gordianus.Karena hidupnya yang sederhana,
orang besar dan orang biasa sama-sama menghormatinya. Tidak saja menghormati
bahkan ada yang mendewakannya, akan tetapi Plotinus tidak terpengaruh karena itu. Ia
tetap orang yang sederhana dan memandang perbuatannya sebagai tugas hidup belaka
(Hakim, 2008: 126). Dari uraian di atas, pendidikan keagamaan dengan tujuan untuk
membangun manusia yang berakhlak mulia adalah tidak bertentangan dengan rumusan
transendental menjadi dasar bagi aktualisasi diri mereka dan kehidupan sehari-hari
mereka, sehingga kehidupan yang produktif memiliki makna kebaikan (ikhsan) bagi
sesama manusia (Sutiyono, 2009: 6).Uraian di atas juga menggambarkan bahwa tujuan
115
pendidikan tidak cukup sekadar pencapaian tujuan humanis, tetapi lebih jauh
semua agama meletakkan tujuan pendidikan adalah untuk pengembangan moral manusia,
agar manusia dapat berkembang menjadi berkarakter baik sehingga hidupnya dapat
berguna bagi orang lain dan dirinya sendiri. Dapat dikatakan pendidikan yang dapat
membangun moral manusia yang baik dan membangun kapasitas (kemampuan) untuk
Allah, ibtigha’a mardlatillah. Jika kita berusaha memperoleh ridhla-Nya, maka apapun
yang diberikan Tuhan kepada kita, kita akan menerimanya dengan ridhla (senang) pula,
Semua agama berdedikasi untuk memuja, memuliakan yang Maha Agung yang disembah
sebagai yang Tertinggi, yang Maha Kuasa.42 hanya tradisi murid Yesuslah yang pertama
kali dalam sejarah keagamaan secara serius memulai suatu arus baru, berpaling kepada
semangat perikemanusiaan, khususnya, dan terutama terhadap mereka yang selama ini
tidak dianggap, bahkan dipaksa hidup tanpa martabat dan kemanusiaan (Mangunwijaya,
1994: 15).Faham humanisme religius ini juga tampak dalam penghayatan Romo Mangun
Panggilan imamatnya berakar dan diinspirasikan oleh daya tarik rakyat yang miskin, dan
terharu pada partisipasi rakyat dalam perang Gerilya, dan ia ingin “membayar hutang
116
kepada rakyat”. Mudah dipahami kalau dedikasinya sebagai pastor juga tidak terbatas
pada pelayanan gereja, paroki, melainkan pada sosialitas umum, pembelaan kaum miskin,
hal ini disetujui oleh Uskup sebagai atasannya. Lebih lanjut religiusitas yang melebar ini,
ia tunjukkan dalam keinginannya untuk bekerja sama dengan agama lain. Dalam gereja
Doaspora (salah satu buku ciptaan Romo Mangun), Romo Mangun dengan jelas
yang dinamis dan terbuka (Mangunwijaya, 1999: 75). 43 Romo Mangun menyebutkan
humanisme itu, kita harus menghormati martabat manusia lain seutuhnya.Jadi termasuk
juga rahasia atau misteri pribadi yang ada pada setiap manusia.Misteri disini tidak dalam
cerita detektif, atau rahasia senjata sandi militer.Lebih dari itu, misteri dalam arti
kesucian, sesuatu yang mulia, amat mendalam dan berharga, sehingga jangan dilempar,
dijamah sembarangan.Signifikan penuh makna ialah kata dalam bahasa Jawa wadi
(rahasia) untuk organ kelamin manusia yang sepantasnya ditutupi, dilindungi tirai
meskipun dapat dipastikan kalau kata ini memiliki makna positif, akan tetapi bagi para
pemeluk agama, kata humanisme bisa dipahami sebagai suatu sikap seorang yang
memandang dirinya sebagai subjek yang berdiri sendiri dan terpisah bukan saja dari
kekuasaan negara atau raja, yang sebenarnya hal itu boleh-boleh saja akan tetapi harus
dari Tuhan.
Tetapi jika anda benarbenar percaya pada Tuhan dan yakin bahwa segala sesuatu, alam
serta seisinya termasuk manusia, maka jelaslah bahwa sikap memisahkan diri dari Tuhan
Driyarkara tersebut menyiratkan pendidikan itu sebagai suatu kegiatan yang human.
Manusia
lebih dipandang sebagai subjek bukan objek semata. Dikatakan sebagai subjek, karena
manusia sebagai peserta didik harus menentukan arahnya sendiri dalam proses
humanis religius mengandung dua konsep pendidikan yang ingin diintegrasikan, yaitu
mengandung makna bahwa potensi dan bakat yang ada dalam diri hendak
keahlian, sikap dan moral yang baik sehingga manusia yang dididik tersebut menjadi
manusia yang telah mencapai realisasi diri yang optimal.Potensi-potensi diri berkembang
optimal karena ada upaya-upaya sadar untuk mengembangkannya sejak dalam kandungan
sampai pada tahap perhentian perkembangan.Maka, tujuan pendidikan menjadi salah satu
humanis religius, tujuan pendidikan di Indonesia sebenarnya juga telah memiliki konsep
Penyusunan karya ilmiah dibutuhkan berbagai dukungan teori dari berbagai sumber atau
melakukan penelitian, peneliti telah melakukan kajian terhadap karya-karya ilmiah yang
berkaitan dengan pembahasan ini.Kajian ini untuk melihat kedudukan diantara hasil-hasil
penelitian dan tulisan-tulisan yang relevan.Skripsi yang di tulis oleh saudari Isro‟atul
118
Laili (2017) yang berjudul “Peran K.H Mahfud Ridwan Dalam Mewujudkan Kerukunan
Antarumat Beragama di Salatiga Tahun 1980-2015” skripsi ini lebih menitik beratkan
kepada pengaruhnya KH. Mahfud Ridwan merupakan seorang tokoh yang memberi
kota Salatiga. K.H Mahfud merupakan seorang tokoh yang memiliki pandangan bahwa
untuk mengubah suatu hal maka dibutuhkan suatu sarana yakni organisasi.Sebuah
sebagai seorang tokoh pemuka agama mendapat sorotan dari berbagai pihak.Pemikiran
kehidupan masyarakat Salatiga yang terdiri atas berbagai agama.Pandangan K.H Mahfud
Ridwan ialah walaupun di dalam masyarakat hidup dalam keberagaman agama namun
penting untuk tetap menjaga kerukunan Antar umat beragama.menjalin silaturahmi bukan
hanya sesama pemeluk muslim namun juga dengan umat nonmuslim. Islam mengajarkan
untuk hidup rukun, 46 memahami dan menghargai ajaran agama selain Islam tidak akan
menjadi hambatan untuk seorang muslim beribadah kepada Allah SWT. dengan kegiatan
santri yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat sekitar. Berkaitan dengan
skripsi yang saya tulis terdapat kesamaan, yaitu pada nilai-nilai pluralisme dan toleransi
yang di implementasikan oleh K.H Mahfud Ridwan dan Y. B Mangunwijaya pada laku
keseharianya serta hubungan dalam sosial kemasyarakatannya terjalin dengan baik yang
tanpa memandang suku ras maupun agama. Adapun perbedaan skripsi yang di tulis oleh
saudari Isro‟atul Laili dengan dengan skripsi yang peneliti bahas yaitu, peneliti terdahulu
lebih menitik beratkan pada pengaruhnya KH. Mahfud Ridwan dalam kehidupan sosial-
kemasyarakatan diwilayah desa Gedangan dan kota Salatiga, sedangkan skripsi yang
peneliti bahas lebih kepada pemberian pertolongan kepada masyarakat khususnya bagai
mayarakat miskin dan mereka yang hidup kesusahan baik dari segi mental pendidikan
119
keterampilan maupun spiritual keagamaan secara luas. Skripsi yang ditulis oleh saudari
Stri Ana Farhana (2014) yang berjudul “ Implementasi Dan Implikasi Pendidikan
Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Kabupaten Semarang Tahun 2014)” Yang diteliti
oleh penulis lebih kepada arahnya dimasyarakat serta pada sistem kajian yang terdapat di
pondok pesantran , Bentuk pendidikan yang terdapat di Pondok Pesantren Edi Mancoro
pembelajaran ilmu-ilmu Agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan
kuning yang ditulis oleh ulama klasik menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan
pesantren sejalan dengan pemikiran masa lalu namun masih tetap berlaku pada masa
sistem yang tradisional yaitu pola pengajaran sorogan, bandongan, wetonan dan
religius semata-mata ditujukan untuk lebih dekat kepada masyarakat sekitar. Peneliti
terdahulu yang di tulis oleh saudari Striana Farhana lebih berfokus pada pendekatan
pendidikan humanisme religius lingkup pesantren dan warga sekitar pesantren dan lebih
kepada arahnya dimasyarakat serta pada sistem kajian yang terdapat di pondok pesantran,
dengan skripsi yang peneliti tulis yaitu samasama membahas tentang pendidikan
keagamaan. 48 Beberapa tulisan yang terkait dengan penelitian yang penulis teliti antara
lain; Skripsi yang di tulis Saudari Oktaviani Damayanti (2017) yang berjudul
terlepas dari faham religiusitasnya sebagai umat penganut agama Katolik. Secara fitrah
menebarkan cinta kasih kepada sesama umat baik umat yang sama agamanya ataupun
umat yang berbeda agamanya dari yang kita yakini. Hasil penelitian lebih berfokus
kepada sikap keadilan dan toleransinya dan pemerdekaan rakyat miskin melalui
terdahulu yang di tulis oleh saudari Oktaviani Damayanti dengan skripsi yang peneliti
tulis saat ini yaitu, penelitian terdahulu terletak pada sikap keadilan toleransi dan
pemerdekaan rakyat miskin sedangkan penelitian yang saya tulis yaitu pada pendidikan
BAB III
METODE PENELITIAN
121
penelitian ini peneliti bertindak secara langsung sebagai pengumpul data dan sebagai
memperoleh data-data yang valid yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti hadir
pendekatan kualitatif, yaitu “Pendekatan yang dilakukan dengan pengolahan suatu data
pendapat para ahli atau fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat (Moleong,
1. Pondok Pesantren Edi Mancoro Pondok Pesantren Edi Mancoro, yang lebih dikenal
dengan istilah Wisma Santri Edi Mancoro berdiri pada 25 Desember 1989 dibawah
naungan “Yayasan Desaku Maju” (YDM) atau yang sekarang berganti nama dengan
Pondok Pesantren Edi Mancoro pada tanggal 31 Desember 50 2006 hingga sekarang,
kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Walaupun dari luar daerah,
pesantren ini lebih akrab dengan sebutan Salatiga, karena memang secara geografis lebih
dekat dengan pusat pemerintahan kota Salatiga. Pesantren ini berada diwilayah pinggiran
Kota Salatiga yang berada disebelah baratnya sekitar 4 kilometer perbatasan antara
Kaupaten Semarang dengan Kota Salatiga.Keadaanya memang tidak terlalu ramai tapi
termasuk pendidikan keagamaan. Jarak yang tidak jauh dari pusat Kota Salatiga yang
merupakan sentral pendidikan formal, maka banyak santri yang berminat untuk
122
mendalami ilmu agama, selain ilmu agama para santri juga diajarkan ilmu umum
diantaranya:
ilmu kompiuter, menjahit, tata boga, bahasa (Inggris Arab dan Jawa) sebagai skiil
tambahan di pesantren ini, sebab kebanyakan santri yang menetap adalah para pelajar di
pendidikan formal, baik dari kalangan mahasiswa ataupun pelajar bahkan banyak juga
2. Kampung Kali Code Kampung Code, kelurahan Kota Baru, kecamatan Gondokusuman
Utara. Kampung Kali Code sangat releven untuk dijadikan lokasi penelitian, lokasi yang
berada dibawah jembatan pinggir suangai 51 Code, dulu adalah sebagai tempat
menjadi ditiadakan. Inisisasi perbaikan tata pemukiman dan lingkungan Kali code
sehingga hasilnya kawasan itu menjadi bersih dan tertata. bersam temannya Romo
yang dikenal dengan sebutan Pemberdaya Wong Cilik, ini sangat peduli dengan kaum
bawah, gagasan humanismenya sangat diterima oleh warga Kali Code, walaupun pada
waktunya dulu, orang-orang yang tinggal didaerah Kali Code belum mengerti arti dari
humanisme, tetapi mereka merasakan effect humanisme yang dibawa oleh Romo, dan
warga Kali Code pun banyak belajar tentang bagaimana manusia pada hakikatnya dalam
bertindak, berkata serta bersosialisasi yang dimana hal tersebut dipaparkan dalam
penjelasan dan pengertian sikap humanisme (Damayanti, 2017:64). Bagi warga Kali
Code, Romo Mangun banyak meninggalkan pelajaran berharga bagi penghuni sekitar,
walaupun Romo Mangun tidak pernah dilahirkan di daerah tersebut tetapi Romo
123
membantu dengan ikhlas dan tulus untuk kepentingan warga tersebut, hal yang selalu
Romo Mangun tekankan untuk masyarakat sekitar adalah, selalu belajarlah untuk apapun
hal yang bisa diambil pelajaran baiknya, dan terapkan hal tersebut 52 untuk kehidupan
C. Sumber Data Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni
sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut (Amirin, 1990:132). Adapun
sumber data yang diambil dari penelitian ini adalah hasil wawancara, baik dengan
keluarga/ahli waris, narasumber utama maupun kolega dari kedua tokoh yaitu K.H
2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli
memuat informasi data tesebut (Amirin, 1990: 132). Data yang dikumpulkan diolah dan
disaksikan oleh pihak lain biasanya dalam bentuk publikasi, jurnal atau bentuk lainnya.
Adapun data yang diambil dalam penelitian ini adalah berasal dari pandangan para tokoh
1. Observasi. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian dan tingkah laku yang digambarkan terjadi
(Arikunto, 2006: 229).Dari penelitian pengalaman ini diperoleh suatu petunjuk bahwa
gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui subjek penelitian.Dalam penelitian ini
kejadian yang ada, kemudian merekam hasil wawancara penulis dengan objek yang
diteliti.
2. Wawancara Wawancara atau interview, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
Wawancara yang akan dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti
melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subjek yang dikaji. Kedua
dan penting. Wawancara yang digunakan dengan model wawancara terbuka, artinya
seorang informan dapat mengungkapkan beberapa upaya, gagasan, strategi yang akan
dilakukan serta hambatan yang diprediksikan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara kepada keluarga, masyarakat yang bersangkutan serta para tokoh lain yang
3. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998: 236). Dalam penelitian ini dokumentasi yang
dimaksud adalah pengambilan beberapa data tetang berbagai dokumen terkait dengan
pendidikan humanisme religius perspektif K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya
implementasinya.
E. Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya
agar diperoleh data yang matang dan akurat. Adapun jenis analisa data yang diambil yaitu
125
analisa data kualitatif. Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain (Moleong, 2009: 248). Proses analisis data kualitatif yang
dikemukakan oleh Moleong diatas masih rumit dalam pemahaman penulis mengenai
tahapan-tahapannya. Oleh karena itu, penulis lebih memahami kalau proses analisis data
dilakukan melalui tahapan; reduksi data, penyajian atau display data dan kesimpulan atau
Verifikasi. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjelaskan proses analisis tersebut
sebagai berikut:
wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape
recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah
hasil wawancara dari bentuk rekamaan menjadi bentuk tertulis secara verbatim.Data yang
telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah
di dapatkan.
2. Membuat kategori data Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam
terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul
diluar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara,
peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam
transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan
dengan pokok pembicaraan.Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat,
dibuat.
126
3. Mereduksi data Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting. Dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.Reduksi
membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga
4. Menyajikan fokus data Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Muhammad
Idrus bahwa: Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
adanya penarikan kesimpulan.hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh
penyederhanaan tanpa mengurangi isinya. Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat
tahap ini peneliti berupaya 57 mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan
pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap sub pokok
5. Penarikan kesimpulan Yaitu data yang sudah disajikan dianalisis secara kritis
dalam bentuk naratif sebagai jawaban dari rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal
memberikan penjelasan secara deskriptif agar membantu pembaca mengetahui apa yang
terjadi dilingkungan pengamatan, seperti apa pandangan partisipan yang berada dilatar
penelitian (Emzir, 2012: 174). Deskripsi yang cukup dan pernyataan langsung
dimaksudkan untuk membantu pembaca memahami secara penuh dari pemikiran orang
127
yang terwakili secara naratif terkait pendidikan humanisme religius perspektif K.H
F. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Denzin (1978) membedakan
sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2009: 330).Teknik tringulasi yang
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2009: 330).
Untuk mendapatkan data yang akurat serta seperti yang diinginkan penulis, maka penulis
membandingkan keadaan versi keluarga besar K.H Mahfud Ridwan dan Y.B
BAB IV
A. Gambaran Umum
1. Biografi K.H Mahfud Ridwan a. Latar belakang keluarga K.H Mahfud Ridwan, atau
akrab dipanggil dengan sebutan Abah, beliau lahir di Pulutan, Sidoharjo Kota Salatiga,
pada tanggal 10 Oktober 1941, beliau merupakan putra pertama yang dilahirkan dari
pasangan suami istri bernama bapak H. Ridwan dan ibunya bernama Hj. Maimunah,
beliau adalah lima bersaudara yang sejak kecil hidup dalam lingkungan pesantren dimana
b. Riwayat pendidikan K.H Mahfud Ridwan dalam menempuh pendidikan dimulai dari
Sekolah Dasar (SD) Pulutan, setelah beliau lulus dari SD, beliau menlanjutkan
Dalhar (Mbah Dalhar), lalu pindah ke Jawa Timur ke pondok Pesantren Tebu Ireng
Jombang, Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantren Ploso Kediri akan tetapi
Tholibin di Rembang dibawah asuhan K.H Bisri Mustofa Ayah dari Gus Mus. Paling
129
lama beliau mondok disana, 60 Setelah itu kembali ke Pondok Pesantren Watucongol ke
tempat pertama beliau mondok, untuk berguru lagi, setelah selesai dari Watucongol lalu
meneruskan ke Madrasah Aliyah di Makkah Selama 3 Tahun, disana beliau ikut dengan
Syekh Yasin Al Fadani. Baru setelah selesai belajar di Makkah beliau melanjutkan
izin Guru beliau yaitu Syekh Yasin Al Fadani, beliau disana mengambil mata kuliah
Quryatul Adab Qismus Syari‟ah, Qismus Lughoh, Qismus Tarikh. Jadi kurang lebih
2. Biografi Romo Y.B Mangunwijaya a. Latar belakang keluarga Yusuf Bilyarta (Y.B)
Tengah, pada tanggal 6 Mei 1929. Bapaknya bernama Yulianus Sumadi Mangunwijaya,
seorang guru Sekolah Rakyat sekarang Sekolah Dasar di Desa.Begitu juga Ibunya,
Serafin Kamdanijah.Ia terlahir sulung dengan sebelas adik, tuju diantaranya perempuan,
juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun (atau dibaca "Romo Mangun"
dalam bahasa Jawa). Di dunia Kesusastraan Indonesia ia termasuk dalam angkatan 1980-
sedang mencengkram. Pada saat itulah ia mulai berkenalan dengan sastra. 61 Karya
Sastra yang dibacanaya dan membekas sampaai ia menjadi Novelis adalah Max Havelaar
karya Multatuli. Struktur cerita Max Havelaar pernah diakuinya sebagai model novelnya
yang berjudul Burung-Burung Manyar. Sementara itu dalam salah satu karangannya yang
sebenarnya sejak awal telah ditanamkan oleh kedua orang tuanya di samping juga dengan
situasi konduktif yang dialaminya tatkala ia menjadi murid Sekolah Dasar. Guru-gurunya
Mereka benar-benar mendidik untuk berpikir, memperdalam rasa kebenaran fairplay dan
didikanya melalui pendidikan agar para siswa gemar mencari cakrawala-cakrawala yang
luas. Mereka mengajarkan ilmu bumi bukan sekadar di mana letak kota, sungai, atau laut
tertentu, tetapi ilmu bumi yang dapat menyalakan fantasi para siswa ke Negeri-negeri
jauh dengan tidak lupa membeberkan adat kebudayaan asing yang menarik minat para
sejarah yang terkenal disuatu tempat yang sedang dijadikan bahan pelajaran, sehingga
imajinasi para siswa tumbuh subur dan mampu menembus ruang dan waktu.
Metode pendidikan lain yang diakuinya sangat menguntungkan bakatnya sebagai seorang
penulis, ialah adanya mata pelajaran ekspresi gagasan dan perasaan dalam bentuk latihan
berbicara dimuka kelas dan membuat karanagan tertulis. Setiap Minggunya, dua jenis
Guru-guru masa sekarang dan Guru-gurunya di sekolah dasar saat itu. Mata pelajaran SD
zaman Belanda dibuat tidak untuk dihafalkan, absrtak, dan tidak bersangkut paut dengan
kehidupan real, tetapi benar-benar berakar pada kebutuhan serta situasional si anak
dengan dimensi pembukaan pintu gerbang masa depan. Lebih lanjut, Mangunwijaya
memberikan kesaksian bahwa pada saat itu belajar di sekolah dasar setiap Minggu anak-
anak diminta membuat karangan dengan judul-judul wajib yang kongkrit, seperti
Masa yang dirasakannya sangat mengerikan adalah saat Indonesia dibawah pendudukan
fasis militer Jepang. Ketika itu keluarganya tinggal di kota Magelang, kota tangsi yang
penghalusan akal budi dan pencerdasan akal sehat, digantikan dengan suasana militeristis
Prajurit BKR, TKR Divisi III, Batalyon X, Kompi Zeni. Oleh karena itu tidak
yang ingin kembali merebut kota Yogyakarta. Pada bagian kedua pada novel Burung-
Burung Manyar, hampir seratus halaman ia berkisah tentang sepak terjang serdadu-
serdadu KNIL seperti Mayor Verbruggen, dan Setodewa serdadu KNIL yang berkulit
bahkan sempat menjabat sebagai komendan seksi TP Brigade XVII, Kompi Kedu, dan
ikut menyaksikan bagaimana Palagan Ambarawa membara (Rahmanto, 2001: 4). Selama
pada warga Kali Code yang terancam penggusuran. Dia melakukan protes, Berkat
pengupayaan dan pembuatan perumahan untuk warga Kali Code, pada tahun 1992 ia
mendapat penghargaan The Aga Khan Award Pada tahun 1986-1994, dia melakukan
pendampingan lagi, yakni untuk warga Kedung Ombo yang menjadi korban pembuatan
waduk. Di samping itu, Romo Mangun juga mendirikan Laboratorium Dinamika Edukasi
sekitar 13 kilometer sebelah timur Yogyakarta. Pada 26 Mei 1998, dia menjadi salah satu
ceramah dalam seminar yang bertema “Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya
Militer Jepang sedang mencengkram. Pada saat itulah ia mulai berkenalan dengan sastra.
Tahun 1949 lulus sekolah Teknik (setingkat SMP) kemudian melanjutkan SLTA di
Malang, dan tamat tahun 1951. Pada tahun itu juga saat berumur dua puluh tahun
Magelang. Lulus dari sana, ia lalu masuk ke Institut Filsafat dan Teologi Sancti Pauli,
Yogyakarta, lulus dan ditahbiskan sebagai imam tahun 1959. Setelah menjadi imam, ia
belajar Arsitektur di ITB hingga tahun 1960, dan dari sana melanjutkan kuliahnya di
Sekolah Teknik Tinggi Rhein, Westfalen, Aachen Repbulik Federasi Jerman hingga lulus
tahun 65 1966. Ia pulang dan menjadi Pastor Desa di Salam. Selain itu ia juga sebagai
dosen luar biasa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik di Universitas Gajah Mada
kolom-kolom yang berupa Esai diberbagai surat kabar dan majalah, akhirnya di
kumpulkan dicetak dan diterbitkan oleh Gramedia (1978), dengan judul PuntungPuntung
Roro Mendut, dan Bunga Ramapai Soempah Pemoeda terbitan balai pustaka. Di tengah
kesibukan yang luar biasa, Mangunwijaya pada tahun 1978 masih sempat mengikuti
Fellow of Aspen Instut for Humanistic Studies di Aspen, Colorado, Amerika Serikat
c. Karya-karya
sehingga banyak karya yang di hasilkannya baik bukubuku novel cerpan maupun
artikael-artikel yang di tulis oleh beliau diantaranya yang berupa tulisan ialah: Burung-
1978), Dari Jodoh samapi Supiyah (Djambatan, 1976), Bunga Ramapi Soempah Pemoeda
(Balai Pustaka, 1978), Cerpen Rumah Bambu (Kepustakaan Populer Gramedia, 2000), Di
Bawah Bayang-Bayang Adikuasa 1987, Tumbal 1994, Grundelan Orang Republik 1995,
Romo Rahadi (Pustaka Jaya, 1981), Ikan-Ikan Hiu Ido Homa (Sinar Harapan, 1983),
Genduk Duku (Gramedia, 1987), Lusi Lindri (Gramedia, 1988), 66 Durga Umayi
(Pustaka Utama Grafiti, 1991), Balada Becak 1985, Burungg-Burung Rantau (Gramedia
Pustaka Utama, 1992), Dara-Dara Mendut (Yayasan Dinamika Edukasi, 1992), Pohon-
Pohon Sesawi (Kepustakaan Populer Gramedia, 1999). Kemudian karya yang dihasilkan
Yogyakarta, Gedung Keuskupan Agung Semarang Jawa Tengah, Gereja Katolik Jetis
Jawa Tengah, Gereja Maria Sapta Duka Mendut Yogyakarta, Gereja Wisma Salam
Magelang Jawa Tengah, Rumah Bambu Arif Budiman Salatiga Jawa Tengah.
B. Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil temuan penelitian mengenai Pendidikan
Humanisme Religius Perspektif K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya yang
dilakukan pada tanggal 02 November 2018 sampai selesai. Untuk memudahkan pembaca
dalam memahami penelitian ini maka penulis membagi menjadi dua bagian.Pertama,
dimasyarakat.
134
terjadi sebuah diskusi didalamnya. Sebagaimana disampaikan oleh AN, di Masjid Darussalam
Dusun Bandungan yaitu:
“Dulu Salatiga belum terbentuk namanya forum lintas agama sehingga Islam hidup sendiri,
Kristen sendiri, Budha sendiri dan lain-lain, sampai Aliran-aliran agama hidup sendiri. mereka
adalah saudara bukan musuh, mereka itu tetangga bukan lawan, ketika sudah bicara
masalah humanisme kemanusiaan beliau sangat peduli dengan hal itu, maka dengan adanya
Forum Gedangan (FORGED), itulah menjadi salah satu bentuk untuk mewujudkan kerukunan
antar umat beragama saling menjaga memberi penghargaan kepada agama-agama yanga
lain, maka perbedaan itu menjadi ruh untuk belajar pedewasaan berfikir” (AN/M/07-11-
2018/20:35 WIB) Gagasan pendidikan humanisme religius terkait dengan mewujudkan
kerukunan antar umat beragama yaitu dengan membentuk Forum Gedangan (FORGED) yang
dilakukan oleh K.H Mahfud Ridwan. Sama halnya disampaikan oleh MH di BLK Edi Macoro
yaitu: “Apa yang menjadikan beliau itu banyak dikenal para tokoh agama, tokoh Bangsa dan
bahkan tidak hanya tokoh Bangsa Indonesia saja, juga dari Negara lain, yang beliau
tanamkan ialah berbuat kebaiakan. Ketika berbuat kebaiakan itu, orang tidak pernah tanya
apa agamanya, maka berbuat baik dengan siapapun beliau tidak pernah memandang agama,
tidak pandang bulu itu sampai kapanpun, yaitulah nilai-nilai yang di tanamkan oleh beliau
kepada anak-anaknya kepada dan para santrinya dan kepada siapapun” (MH/P/08-11-
2018/20:45 WIB) Sosok K.H Mahfud Ridwan memanag banayak dikenal oleh tokoh agama
maupun tokoh bangsa, yaitu dengan prinsip berbuat kebaiakan, maka orang ketika berbuat
baiak dengan siapapun orang 70 tidak akan pernah tanaya apa agamanya. Sama halnya ada
kemiripan yang disampaikan oleh MZ di rumah beliau yaitu: “K.H Mahfud Ridwan itu sosok
tokoh panutan bagi masyarakat, menurut padangan saya para kiai kususnya di Kabupaten
Semarang itu beliau menjadi kiblatnya, hubunganya antar sesama kiai didaerah Kabupaten
Semarang bisa terjalin dengan baik bahkan tidak hanya kiai toh dari tokoh agama lain,
terbukti saat di bulan Ramadhan dalam acara Asramanisaisi Ramandan di dalam acara itu
terjadi semacam diskusi antar kiai dan para tokoh agama yang datang dari Salatiga dan
daerah Kabupaten Semarang, jadi disitu membahas suatu masalah dari beberapa sudut
pandang, contoh dari Islam bagaimana, dari Kristen bagaimana, dari Buda bagaimana, dari
Hindu bagaimana dan agama yang lain, maka disinilah terjalinnya silaturahim, kemudian
mengangkat suatu masalah, sebagai contoh masalah poligami dilihat dari beberapa
pandangan agama, ini diadakan setiap tahuan yang kemudian disebut diskusi lintas agama,
dan masih banyak terjadi diskusi dengan tokoh-tokoh formal mulai dari jajaran Kepela Desa,
Camat, Bupati, Aparat negara baik Polisi TNI, Menteri, Gubernur, bahkan sampai Presiden.
Dulu pernah terjadi semacam gejolak diwilayah Salatiga lalu untuk mengatasi tidak
nyamannya kota salatiga K.H Mahfud Ridwan mengumpulkan tokoh-tokoh Agama, tokoh
Masyarakat, yang kemudian disitulah lahirnya Forum Gedangan (FORGED).” (MZ/S/05-11-
2018/16:15 WIB) Dari hasil wawancara tersebut dapat simpulkan bahwa K.H Mahfud Ridwan
adalah sosok yang sangat toleran dengan siapapun agama apapun, serta dengan organisasi
apapun, kepedulian beliau kepada masyarakat sangat tinggi, sehingga beliau dalam
mengatasi permasalahan tersebut beliau mengundang para tokoh agama untuk berkumpul
menyelesaikan maslah yang terjadi di masyarakat, saling bertukar fikiran dari berbagai sudut
pandang para tokoh agama, demi mewujudkan masyarakat yang rukun damai dan
berperikemanusiaan.
136
C. Pembahasan
137
Religius Perspektif K.H. Mahfud Ridwan K.H. Mahfud Ridwan ialah sosok yang bener-
bener menjadi pengayom pendamping bagi masyarakat secara penuh dengan bekal
pendidikan yang sangat laus, baik pendidikan umum maupun ilmu agama. Beliau sangat
mementingkan orang lain di banding kepentingan pribadinya maka beliau sangat dikenal
dengan orang yang sangat peduli dengan kemanusian membela masyarakat yang miskin,
pendidikannya selain sangat peduli dengan kemanusiaan belaiu tetap taat menjalankan
ibadah sebagai bentuk sorang hamba kepada Tuhannya, dengan agama atau keyakinan
yang dianutnya beliau sebagai orang islam sanagt banyak gagasan yang diberikan kepada
masyrakat mualai dari rakyat biasa sampai para pejabat dan orang-orang jalanan. Makna
kemanusiaan adalah proses menjadi manusiawi dalam interaksi antar sesama manusia
dengan konteks dan tantangan yang terus berkembang (Michael Sastrapratedja SJ: 2006).
76 K.H Mahfud Ridwan sangat diakui bagi masyarakat berkat jasa beliau yang telah
banyak memberi pengaruh positif bagi masyarakat kususnya wilayah Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang dan tidak hanya disekitar itu beliau juga berpaeran pada peristiwa
Waduk Kedung Ombo yang berada diwilah Sragen Purwodadi Boyolali, masyarakat
sekitar situ telah mengakui jasa beliu yang pada waktu mengadakan rapat kepada para
tokoh masyarakat dan pemerintah untuk membahas peristiwa yang terjadi di Kedung
Ombo. K.H Mahfud Ridwan dalam mengajarkan pendidikan kepada masyarakat tidak
hanya menyuruh memberi tahu akan tetapi beliau ikut terjun mendampingi membimbing
membantu ditanya apa kendalanya kemudian dicarikan jalan keluarnya sampai bener-
bener bisa melaksakan masing-masing warga binaanya, beliau adalah sosok yang sangat
peduli dengan masyrakat yang kurang mampu menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
138
berpandangan bahwa agama ialah sebagai dasar hidup untuk memperbaiaki hidupnya
akan tetapi urusan kemmanusiaan wajib bagi beliau untuk membela menjaga keutuhan
martabatnya. Pendidikan atau belajar pada awalnya cenderung merupakan bagian dari
adalah inti yang menjadi dasar bagi pengembangan aturan masyarakat Bimbingan adalah
jenis pendidikan yang terutama tertuju pada pertumbuhan kepribadian manusia Indonesia
yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, memelihara memelihara budi pekerti
kemanusiaan, dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur (Mudyahardjo,
2008:57). Jadi dapat dikatakan bahwa K.H Mahfud Ridwan dalam mendampingi
ketika ada yng kesulitan maka beliau mencarikan jalan keluarrnya yang harapannya dapat
meskipun dapat dipastikan kalo kata ini memiliki makna positif, akan tetapi bagi para
pemeluk agama, kata humanisme bisa dipahami sebagai suatu sikap seorang yang
memandang dirinya sebagai subjek yang berdiri sendiri dan terpisah bukan saja dari
kekuasaan negara atau raja, yang sebenarnya hal itu boleh-boleh saja akan tetapi harus
dari Tuhan. Tetapi 78 jika anda benar-benar percaya pada Tuhan dan yakin bahwa segala
sesuatu, alam serta seisinya termasuk manusia, maka jelaslah bahwa sikap memisahkan
139
diri dari Tuhan itu termasuk penghinaan kepada Tuhan.(Suseno, 2007:208). Nilai
keagamaan tetap tidak dapat dipisahkan dari perilaku nyata kehidupan individu dan
masyarakat.Nilai-nilai keagamaan sering secara tidak sadar tetap menjadi kekuatan yang
paten bagi pilihan tindakan atau perilaku manusia dan masyarakat.Karenanya, pandangan
pengetahuan nilai-nilai masih diartikan sebagai objek pemilikan (having) bukan menjadi
Ada keterpisahan antara pengetahuan dan nilainilai dengan diri manusianya, dan karena
nilai, dan keterampilan dibangun manusia sebenarnya adalah sebuah konstruksi, kreasi
(ciptaan), atau penciptaan kembali yang berada dan melekat dalam diri manusia
sekolah tradisional pengetahuan dan nilai berubah menjadi sekadar kata-kata, ucapan-
manusia menjadi manusia yang utuh, menjalin relasi baik dengan Tuhan yang
maupun dengan alam semesta sebagai sama-sama makhluk Tuhan. kesadaran ketuhanan
ini menjadi dasar untuk cara pandang, bertindak dan bersikap. Beliau dalam hidupnya
juga tidak lepas dari dasar “Tri Bina”, yakni bina manusia, bina usaha dan bina
lingkungan. Romo Mangun sangat menekankan orientasi belajar kemandirian, anak didik
140
menolak kurikulum yang berakhir pada pembunuhan karakter anak didik, dalam proses
pembelajaranpun beliau mewujudkan belajar sejati yaitu mengantar dan menolong anak
didik untuk mengenal dan mengembangkan potensi dirinya agar menjadi manusia yang
makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan fitrahfitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup, ia
kepada manusia sebagai makhluk Allah yang mulia dan bebas serta dalam batas-batas
eksistensinya yang hakiki, dan juga sebagai pemimpin di bumi (Makin, 2005: 22) Jadi
menjalin relasi baik dengan Tuhan yang menciptakannya serta relasi atas dasar
humanisme yang dibangun Y.B mangunwijaya terdapat suatu prinsip dasar cara pandang,
bawah bahkan sampai kaum marjinal yang berada dikolong jembatan maupun dipinggir
jalan dan ditrotoar. Kedua tokoh tersebut sangat peduli dengan kemrosotan pendidikan,
moral maupun ekonomi bagi masyarakat.Sehingga K.H Mahfud dan Romo Mangun
sering terjun ke masyarakat untuk membantu mengubah masyrakat agar menjadi 81 lebih
141
baik, terbina dan tertata lingkunganya.Maju dalam segi pendidikan dan sumberdaya
yang tinggi dalam menjaga martabat kemanusiaan seutuhnya, dan tidak lupa pula didasari
dengan nilai-nilai religius keimanan yang tinggi sebagai mahluk hamba (abdullah).Sudah
sepantasnya sebagai seorang hamba untuk tetap menjalin relasi dengan baik dan
sungguhsungguh, dalam segala upaya selalu disandarkan kepada Allah Tuhan semesta
alam. Kedua tokoh tersebut memang sosok pendamping masyrakat khodimul umah yang
keduanya memang sama-sama mempunyai sifat kepribadian yang sangat toleran kepada
siapapun, dengan tanpa memandang agama maupun golongan, karena kedunya sama-
sama berprinsip kalau urusan keyakian itu sudah terbawa dari hati nurani masing-masing
sebagai dasar dalam bersikap, bertindak dan berucap, tentunya semua agama sama-sam
mengajarkan kebaikan, karena yang diyakini oleh keduanya tidak ada agama yang
mengajarkan keburukan, jadi kalau sudah urusan agama atau keyakinan itu sudah urusan
mereka dengan tuhan. Kedua tokoh yaitu K.H Mahfud dan Romo Mangun memang tokoh
bangsa, keduanya tidak cukup hanya bekal belajar dalam negeri saja. Keduanya yaitu
sama-sama belajar diluar negeri, Kiai Mahfud diantaranya belajar ke Bagdad, dan Romo
Mangun ke Jerman, sampai situlah perjuangan kedua tokoh yang dikenal sebagai
persamaan humanisme religius antara kedua tokoh tersebut sehingga terdapat juga
K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya, yaitu terletak pada proses menuju
pendampingan yang dilaluinya. K.H Mahfud Ridwan dalam meraih pendidikan banyak
142
didapatkan dari pendidikan non formal, yaitu dibeberapa pesantren dan itu dimulai sejak
K.H Mahfud Ridwan tamat dari Sekolah Dasar, hingga sampai tamat dari perguruan
tinggi, beliau banyak menghabiskan waktu belaajar yaitu di pendidikan pesantren, tentu
itu adalah waktu yang tidak sedikit yang dilalui oleh beliau, dari situlah pasti berpengaruh
besar bagi karakter sudut pandang K.H Mahfud Ridwan. Sedangkan Y.B Mangunwijaya
banyak menghabiskan waktunya yaitu di lembaga sekolah formal, meskipun beliau juga
masuk ke Seminari seperti halnya pesantren kalau dalam islam, akan tetapi lebih banyak
di pendidikan formalnya.
Y.B Mangunwijaya lebih kepada pendalaman tetang 83 karyanya baik itu berupa tulisan
maupun bangunan karena beliau juga meneruskan bakatnya yaitu sebagai arsitektur.
Akan tetapi beliau juga terkenal sebagai rohaniawan budayawan, disitulah beliau banyak
meggagas tentang religus dan kemanusiaan atau humanise. Melalui karya yang berupa
tulisan itulah beliau banyak penghayatan tetang kepeduliannya kepada rakyat miskin,
masyrakat bawah dan kaum lemah.Lain halnya dengan K.H Mahfud Ridwan beliau
membawa bekal pendidikan yang banyak diperoleh dari pesantren sehingga beliau dalam
tersebut.
Religius
memiliki tujuan untuk membangun dalam diri manusia suatu kondisi moralitas yang baik atau
karakter yang mulia. Ungkapan-ungkapan dalam ajaran agama memberikan gambaran akan hal
tersebut, seperti ungkapan: Tidak kami utus kamu Muhammad, kecuali untuk memperbaiki
akhlak. Secara umum, para nabi dilahirkan dalam kondisi masyarakat jahiliyah, yaitu masyarakat
yang warganya mengalami kerusakan karakter sehingga kehidupan penuh dengan perilaku
buruk, penghancuran hakhak manusia, penindasan atau perampasan secara semenamena,
pengkhianatan dan kedengkian dalam hubungan, arogansi yang berkuasa (kaya) dan
ketertindasan yang lemah dan miskin. Tujuan diangkatnya kenabian secara umum adalah
memperbaiki moralitas atau akhlak manusia yang terjadi pada zamannya. Dalam kehidupan
modern, tujuan pendidikan lebih dirumuskan menggunakan nilai-nilai keilmuan yang bersifat
ilmiah. Seperti gambaran rumusan tujuan pendidikan yang disampaikan oleh Maslow (tokoh
psikologi humanistik) yang merumuskan tujuan pendidikan sebagai pencapaian aktualisasi diri,
yaitu suatu kondisi dimana individu dapat menggunakan potensi-potensi (bakat, talenta,
kapasitas) dirinya secara penuh sehingga dapat mengembangkan kehidupannya yang lebih
produktif. Ibaratnya sebatang pohon yang tumbuh dan berkembang, 85 mulai dari biji yang
tumbuh dari dalam tanah, kemudian tumbuh batang dan daun yang subur, selanjutnya pohon
berbunga indah dan menarik, dan pada akhirnya menghasilkan buah-buah yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia maupun binatang. Mungkin dapat dikatakan pohon itu
telah beraktualisasi diri pada waktu pohon itu berbuah. K.H Mahfud Ridwan sangat
mengutamakan nilai-nilai humanisme dalam upaya memberi pengayaoman kepada masyarakat
yang dan tidak lepas dari prinsip-prinsip religius yang beliau lakukan Esensi diri manusia
dibangun melalui proses kehidupan dimana individu memiliki kebebasan untuk memilih dan dia
harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilih. Individu akan terbentuk menjadi apa
adalah sesuai dengan pilihan bebas yang diambil, yang selanjutnya terbentuk menjadi siapa
dirinya, sebagai dokter, insinyur, atau guru adalah sebagai akibat dan pilihan bebas yang dia
lakukan. Nilai-nilai keagamaan berada dalam diri individu yang memperoleh pemaknaan oleh
individu masing-masing, tidak ada otoritas di luar diri individu yang dapat memberikan makna.
Apabila individu melakukan perubahan makna akan pengetahuan, nilai-nilai, atau keagamaan
maka hal itu dilakukan oleh dirinya dengan rasa sukarela dan bukan karena paksaan dan otoritas
di luar dirinya. 86 b. Implementasi Pendidikan Humanisme dalam Membangun NilaiNilai
Kemanusiaan Religius Perspetif Y.B Mangunwijaya Pendidikan humanisme yang di ajarkan oleh
Romo Mangun yaitu sangat menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menjaga kerukunan antar
umat berbeda keyakinan, bahkan dengan orang lain yang berbeda agama beliau sering
mengingatkan ketika tiba waktunya beribadah, beliau sangat menghargai kepada orang islam
dan tidak hanya kepada orang islam saja akan tetapi kepada semua umat berbeda agama.
Pendidikan tidak cukup sekadar pencapaian tujuan humanis, tetapi lebih jauh membutuhkan
pencapaian tujuan kebutuhan spiritual transendental (religius).
Pencapaian tujuan kebutuhan spiritual transendental secara umum menjadi tujuan pendidikan
keagamaan (religius). Sebagaimana didepan telah disampaikan bahwa hampir semua agama
meletakkan tujuan pendidikan adalah untuk pengembangan moral manusia, agar manusia dapat
berkembang menjadi berkarakter baik sehingga hidupnya dapat berguna bagi orang lain dan
dirinya sendiri. Konsep memerdekaan manusia yang sangat diperjuangkan oleh beliau dan tidak
ada hubungannya dengan agama apapun, tidak ada unsur pamrih yang Ia lakukan semua murni
datang dari hati nuraninya beliau sangat peduli dengan kaum yang lemah yang terpinggirkan
beliau banyak sekali melakukan pendampingan kepada masyarakat 87 terutama masyarakat
144
bawah masyarakat yang kurang mampu baik itu pendidikannya maupun segi ekonominya.
Konsep humanisme tidak dihubungkan denan orang-orang Eropa yakni dengan kebudayaan
Romawi dan Yunani kuno.Humanisme berkembang menjdi gerakan lintas budaya dan universal,
dalam arti berbagai sikap dan kualitas etis dari lembag-lembaga politik yang bertujuan
membentengi martabat kemanusiaan (Suseno, 2007: 209- 210). Setiap siswa dipandang sebagai
individu yang memiliki keunikan yang berbeda dengan siswa lain. Perbedaan keunikan individu
siswa dalam kegiatan pendidikan dan belajar harus dapat tampak dan dihargai oleh pendidik
atau guru. Pandangan eksistensialis yang di ambil oleh pendidik humanis adalah adanya
kemerdekaan atau kebebasan dalam diri individu untuk memilih apa yang dianggap benar bagi
dirinya untuk dapat membangun dirinya menjadi (to become) seperti apa yang diinginkan.
F. Sudut Pandang Epistemologi K.H Mahfud Ridwan dan Y.B Mangunwijaya Pandangan K.H
Mahfud Ridwan dalam berkeyakinan sebagai tokoh muslim yaitu berpedoman kepada al-
Qur‟an, Hadis, dan Ijtihat para Ulama. dasar keilmuan beliau banyak didapat dari pondok
pesantren baik itu pengetahuan agama mupun umum. Sehingga dari situlah terbentuk
karakter pemikiran beliau, sebagai seorang kiai yang juga dikenal sebagai 88 sosok
pendamping masyarkat secara totalitas melaluai kereligiusannya maupun humanismenya.
Sedang Romo Mangunwijaya ialah sebagai tokoh katolik yang berpedoman kepada al-kitab,
beliau banyak meraih ilmu dari sekolah umum maupun sekolah seminari. Namun beliau juga
mempunyai banyak guru yang mempengaruhi karakter pemikiran beliau, maka beliau
sebagai rohaniawan yang memang bener-bener melayani umat secara penuh dan sungguh-
sungguh. karena ketekunannya dalam belajar sehingga beliau menjadi tokoh humanisme
religius yang sangat berpengaruh bagi masyarakat tentang keimannaya sebagai Romo
maupun sesial kemanusiaannya. K.H Mahfud Ridwan dalam mennyampaikan gagasan-
gagasannya baik kapada masyarakat, santri, maupun para pengikutnya yaitu melalui
pengajian dimasjid, dimasyarakat, dirumah maupun dipondok yang di dirikannya, beliau juga
terjun memberi pendampingan secara lasung maupun di balik layar. Tak hanya dengan cara
seperti itu beliau juga sering mengundang para tokoh agama tokoh masyarakat pejabat
pemerintah maupun orang umum, disitu diajak diskusi atau musyawarah yang bertujuan
untuk mempererat parsaudaraan saling tukar pemikiran kemudian melihat problem yang
terjadi di masyrakat untuk diselesaikan secara bersama. Tak beda jauh dengan Y.B
Mangunwijaya, sebagai seorang romo tentu dalam menyampaikan gagasanya juga melaluai
pidato di Gereja kepada para jemaatnya, lembaga mapun dalam kegiatan mengisi seminar.
145
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Gagasan kedua tokoh tersebut mengenai pendidikan humanisme dalam membangun nilai-
nilai kemanusiaan religius hampir sepaham, yaitu samasama berpendapat bahwa agama hadir
sebagai dasar untuk membentuk kepribadian manusia dalam bertindak, berkeyakinan, dan
bersosial dengan moral yang baik serta rasa nasionalisme yang tinggi. Pandangan K.H Mahfud
Ridwan dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilihat dari prinsipnya yaitu sebaik-baik manusia
ialah yang bermanfaat bagi orang lain. prinsip beliau bahwa hidup untuk melayani masyarakat.
Dengan prinsip pendidikan humanisme religius tersebut maka harapan beliau para santrinya
ketika sudah pulang ke masyarakat bisa menjadi pelayan umat, mendampingi masyarakat secara
sungguh-sungguh.Sedangkan Y.B Mangunwijaya sebagai seorang rohaniawan sastrawan
budayawan berpandangan bahwa semua manusia berhak mendapat pendidikan tanpa
membeda-bedakan agamanya. Beliau dalam hidupnya tidak cukup melakukan pengabdian
hanya pada Tuhan, akan tetapi juga peduli dengan 90 kemanusiaan dan keseimbangan alam. Hal
ini sesuai dengan prinsip beliau yang tertera pada dasar “Tri Bina”, yakni bina manusia, bina
usaha dan bina lingkungan.
B. SARAN
Dari peneliti yang dilakukan, ada beberapa saran yang perlu kiranya ntuk di pertimbangkan,
yaitu:
1. Bagi masayarakat jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, yang dapat mendampingi
masyarakat secara penuh tulus ikhlas dan sungguhsungguh tanpa pamrih, dengan tanpa
membeda-bedakan suku, ras maupun agama.
2. Bagi peneliti sendiri diharapkan jangan hanya sekadar meneliti kedua tokoh tersebut, akan
tetapi dapat mencotoh kepribadiannya dan budi pekerti luhurnya.
3. Bagi pembaca semoga bermanfaat, dapat meneladani tokoh tersebut dan dapat menjadi
refrensi bagi peneliti selanjutnya.
147
Disusun Oleh:
Eka arisa nadra (2048201005)
A aliyah namira (2048201011)
Prodi : S1 farmasi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik allah swt, tuhan semesta alam yang senantiasa
memberikan rahmat hidayah dan karunia nya kepada kita semua, sehingga segala
aktivitas yang dikerjakan dapat bernilai ibadah di sisinya.salam dan taslim semoga
tercurahkan kepada baginda rasulullah muhammad saw.nabi yang telah memberikan
pencerahan akan kebenaran kepada seluruh umat manusia dimuka bumi terutama kepada
penulis dalam menyusun tugas yang berjudul"cara mengurus fardhu kifayah"tulis ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam.tugas ini
penulis menyadari bahwa tugas ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,baik dari
penulisan maupun penyajiannya, oleh karena itu masukan,kritik,dan saran yang bersifat
membangun sangat dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat bapak achmad zulfikar Siregar, SPDI M.Pd yang mana telah memberikan tugas
mata kuliah pendidikan agama islami.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Jenazah………………………………..…………………………… 2
2.2. Memandikan Jenazah................................................................................. 2
2.3. Mengkafani Jenazah................................................................................... 5
2.4. Menshalatkan Jenazah............................................................................... 8
2.5. Menguburkan Jenazah............................................................................... 11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 14
3.2. Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian
yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah
SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang
muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban
Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim
lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4
perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang
telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan
mencoba menguraikan dalam penjelasan berikut ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab ( )جن ذحyang berarti tubuh mayat dan kata جن ذ
yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang
tertutup
Jenazah, mayat, jasad atau kadaver dalam istilah medis, literal, dan legal,
atau saat dimaksudkan dalam pembedahan, adalah tubuh yang sudah tidak
bernyawa.
2.2. Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi
jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam
sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:
فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلتــه فمــا ت ا غســلو ه بمــا ء و سد ر:عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم قا ل
)(رواه ا لبخرو مسلم
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang yang
jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (H.R
Bukhari dan Muslim)
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Orang yang utama memandikan jenazah
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang
yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan
istrinya.
اذ ما تت ا لمر أ ة مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر أ ة غير ها و ا لر جل مع النسا ء ليس معهن ر جل غيره فأ
)نهما ييممان و يد فنا ن و هما بمنز لة من لم يجد ا لما ء (رواه ه بو داود و ا لبيحقى
Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan
tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu
Daud dan Baihaqi)
2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah
2) Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak
dimandikan
2) Air secukupnya.
b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak
kelihatan.
e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan
perutnya perlahan-lahan.
g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,
gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
5
i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur
dengan wangi-wangian.
k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah
yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak
perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menyulur
kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang.
tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi
kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R Bukhari)
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi
seluruh tubuh mayat.
Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan
luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain
kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara
yang lembut.
Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga
atau lima ikatan.
Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun
7
kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar
menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang
terdiri dari:
Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
Pakaikan sarung.
Pakaikan kerudung.
Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain
kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu kifayah.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:
)صلو ا على مو تا كم (رواه ابن ما جه
Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”
Orang paling utama untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:
a. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah.
e. Keluarga terdekat.
Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah SWT.
Sebelum shalat jenazah dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum
hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat laki-laki imam
berdiri sejajar dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat perempuan, imam
berdiri di tengah-tengah sejajar pusat si mayat.
Lafal niat shalat jenazah:
a. Untuk mayat laki-laki
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan,
(yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
ا للهم صل على محمد و على ا ل محمد كما صليت على ا بر ا هيم و على ا ل ا براهيم و بــا رك على محمــد
و على ا ل محمد كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا ل ا بر هيم فى ا لعا لمين ا نك حميد مجيد.
Artinya: “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana engkau telah memberikan kesejahteraan kepada Ibrahim dan
keluarganya. Berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah
memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi
bijaksana”
c. Takbir ketiga dan membaca do’a untuk si mayat
)ا للحم ا غفر له (ها) و ا ر حمه (ها) و عا فه(ها) و ا عف عنه (ها) و ا كر م نز له (ها) ووسع مد خله (ها
و ا غسله (ها) بما ء و ثلج و بر د و نقه (ها) من ا لخطا يا كم ينقى ا لثو ب من ا لد نس و ا بد له (هــا) دا را
خيرا من دا ر ه (ها) و ا هال خيرا من ا هله (ها) و ادخله (ها) ا لجنة و ا عنــذ ه (هــا) من عــذا ب ا لقــبر و
عذا ب ا لنا ر.
10
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya, sucikanlah dia
dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari kesalahannya, sebagaimana sucinya
kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik
daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan keluarga yang lebih baik,
masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari siksa kubur dan siksa neraka.”
d. Takbir keempat lalu diam sejenak dan membaca do’a
)ا للحم ال تحر منا ا جر ه (ها) وال تفتنا بعد ه (ها) و ا غفر لنا و له (ها
Artinya: “ Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan janganlah
engkau tinggalkan fitnah untuk kami setelah kepergiannya”
2. 5 Menguburkan Jenazah
Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas
pundak dari keempat sudut usungan.
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan
binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah
ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita
(non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani
dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar
kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
11
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).
Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab
tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang
telah dijelaskan.
Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping)
Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya
Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam
liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke
atas jenazah tersebut.
12
Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini
terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206).
Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu
nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar
padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal
tersebut. (HR. Muslim)
Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat diambil beberapa
hikmah, antara lain:
Memperoleh pahala yang besar.
Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
3.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri
15
untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya
dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5070080328265217955#_ftn2
https://www.google.com/search?
q=pengertian+jenazah+menurut+islam&oq=pengertian+jenazah&aqs=chrome.1.69i
57j0l7.6620j0j1&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta: Amzah
Abd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
17
Disusun Oleh :
S1 farmasi
ANGKATAN II
T.A 2020/2021
18
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang,kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Nya yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah,dan inayah Nya kepada kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami tentang Cara Mengurus Fardhu Kifayah Lanjutan
:
a. Menshalatkan jenazah
Syarat-syarat shalat jenazah
Rukun-rukun sholat jenazah
b. Menguburkan jenazah
Cara meletakkan jenazah dalam kubur
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah kami.
Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini dapat memberikan manfaat maupun
Kelompok 10
19
20
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
A. Rumusan Masalah............................................................................2
B. Tujuan Masalah................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3
A. Kesimpulan .....................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................5
21
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai Umat Beraga Islam, Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw. Dalam
masalah penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan
berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus
memperlakukan jenazah/mayat.
jenazah ini merupakan aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan yang
kemudian bertemu dengan Rabbnya dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya
itu, keluarga , orang-orang yang terdekat dan para tetangga sang mayat pun
disiapkan sebagai barisan orang-orang yang memuji Allah SWT dan memintakan
a. Rumusan Masalah :
b. Tujuan Makalah :
2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara yang terbaik dalam mengiring jenazah
22
terakhir baginya.
BAB II
PEMBAHASAN
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami
Apabila ada orang yang meninggal dunia, maka kita sebagai orang islam diharuskan
b. Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain yang dikenakannya.
kematiannya.
Hukum merawat Jenazah adalah Wajib Kifayah artinya cukup dikerjakan oleh
sebagian masyarakat , bila seluruh masyarakat tidak ada yang merawat maka
seluruh masyarakat akan dituntut dihadapan Allah Swt.sedang bagi orang yang
1) Memandikan Jenazah
Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir
aadalah orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada syarat tertentu
Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar orang itu hanya
menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi mana-man yang jelek tentang si
mayat.
Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang yang diberi
wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram dari pihak laki-laki, dan
Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak ada
oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Rosulullah saw
tidak ada laki-laki selainnya maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu
24
dimakamkan. Keduanya itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.
a. Memulai memandikannya dari sebelah kanan, dan anggota badan yang dibasuh
ketika berwudhu
seterusnya)
atau sejenisnya
f. Menguraikan rambutnya
g. Hendaklah yang memandikan mayat laki-laki adalah orang laki-laki, dan yang
Dianjurkan untuk memotong kukunya jenazah, mencukur bulu ketiak dan kemaluan,
2) Mengkafani Jenazah
jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat
menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim
dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah. Kafan yang digunakan utuk
– Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
– Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima
lapis.
wangian.
dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi jenazah
laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan. Kain kafan tersebut
Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah
diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah
telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti
Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul
lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian
menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung
lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya,
Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk menutupi
bagian bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya, baju kurung (yang
terbuka sisi kanan dan kirinya) serta dua helai kain yang digunakan untuk menutupi
sekujur tubuhnya.
a. Sholat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir dalam rangka
hendaklah berdiri setentang/Sejajar dengan kepala jenazah, dan berdiri tepat pada
b. Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama, membaca ta’awudz,
c. Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca dalam
tashyahud
d. Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir keempat juga
membaca doa lalu mengucapkan sekali salam kekanan. Pada setiap takbir
Niat
Niat sholat jenazah bisa dilafalkan dalam hati dan dilakukannya bersamaan dengan
takbiratul ihram.
Lafal niat sholat jenazah secara sendirian dan jenazah berjenis kelamin laki-laki:
َ ُأ
ِ ِّصلِّ ْي َعلَى هَ َذا ْال َمي
ت فَرْ ضًا هلِل ِ تَ َعالَى
Ushalli 'alâ hâdzal mayyiti fardlan lillâhi ta'âlâ
Artinya: "Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena Allah ta'âlâ."
28
Lafal niat sholat jenazah secara sendirian dan jenazah berjenis kelamin perempuan:
َ ُأ
صلِّى َعلَى هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة فَرْ ضًا هلِل ِ تَ َعالَى
Artinya, "Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah ta'âlâ."
Lafal niat sholat jenazah berjamaah untuk jenazah berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan:
صلَّى َعلَ ْي ِه اإْل ِ َما ُم َمأْ ُمو ًما فَرْ ضًا هلل تَ َعالَى َ ُأ
َ صلِّ ْى َعلَى َم ْن
Ushalli 'alâ man shalla 'alaihil imâmu ma'mûman fardlan lillâhi ta'âlâ
Artinya, "Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah
ta'âlâ."
3. PENGUBURAN JENAZAH
dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m agar bau tubuh yang
tempatkan pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali
pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung.
dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kea rah kiblat.
Sementara kepala dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap
kiblat.
Artinya:”Dengan menyebut Asma Allah dan atas agama Rasulullah”. (HR. Tirmidzi
a. meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak diratakan
c. hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar
d. Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan
tanah atau bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau
bambu sehingga waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah.
e. Ucapan sesudah pemakaman bagi orang yang berada di atas kuburan menaburkan
tanah dengan dua tangan nya, tiga (3) kali kearah kepala nya, dan dianjurkan
30
kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan ampunan bagi jenazah,
seraya menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan hal yang sama.
إِ ْستَ ْغفِرُوْ ا ِألَ ِخ ْي ُك ْم َو ْسئَلُوْ ا لَهُ التَّ ْثبِيْتَ فَإِنَّهُ ْاآلنَ يُ ْسئَ ُل
)(متفق عليه
َ َ إِ ْستَ ْغفِرُوْ ا ِألَ ِخ ْي ُك ْم َو ْسئَلُوْ ا لَهُ فَإِنَّهُ ْاآلن: ت َوقَفَ َعلَ ْي ِه فَقَا َل
ِ ِّصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا فَ َر َغ ِم ْن َد ْف ِن ْال َمي َّ ِانَ النَّب
َ ي
Artinya : “Bahwa Nabi saw, apabila telah selesai menguburkan jenazah, beliau
malaikat).
karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud, dari
BAB III
KESIMPULAN
Tata cara dalam mengurus jenazah perlu diperhatikan seperti apa dan bagaimana
prosedur yang harus dilakukan, mengingat jenazah tersebut akan dikubur dan
ruhnya akan bertemu dengan Rabbnya, maka sebisa mungkin kondisi dari jenazah
Hidup dan mati adalah hak Allah swt. Apabila Allah swt telah menghendaki
kematian seseorang, tidak seorang pun dapat menghindari dan lari dari takdir-Nya.
Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang
bagus. Allah swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi
balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat
balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh
Orang yang mati wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang mulia.
Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur)
33
dikuburkan.
DAFTAR PUSTAKA
Gema Insani
MAKALAH TENTANG
HUBUNGAN AGAMA DENGAN IPTEK
Dosen Pengampu :
Achmad Zulfikar Siregar, SPDI M.Pd
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur tidak liipa kita panjatkan kehadirat allah subhana wa ta’ala yang berkat
anugrah dari-nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan
agama dengan iptek” sholawat serta ssalam kita hanturkan kepada junjungan agung
nabi besar muhammad swt yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang
sebesar-besarnya jalan berupa ajaran agama islam yang begitu sempurna dan
menjadikan rahmat bagi alam semesta
Dalanm penulisan maklah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisa maupun materi, mengigat kemampuan yang
dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
dami menyempurnakan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapa terima kasih ang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam memyesuaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah amin ya robbal’alamin
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.....................................................................................................................4
2.2 Ruumusan
Masalah...................................................................................................4
2.3
Tujuan.......................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian IPTEK........................................................................................................................6
2.2 Pandangan Islam Tentang IPTEK................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14
3.2 SARAN.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
38
BAB 1
PENDAHULUAN
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan
standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar
syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban
barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru
dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh
39
perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru
gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak
negatif yang diakibatkanya.
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan
atau aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan
dapat mendorong manusia utk berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita
harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan
teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana
upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya,
manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah SDA yang di
berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam pengembangan iptek harus
didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua
masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Disatu sisi telah terjadi
perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun oelaksanaan
pembangunan IPTEK masih belum merata.
41
Menurut Quraish Shihah dalam Wawasan Al-Qur’an, kata sakhara dalam ayat
tersebut arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah
agar alam raya dengan segala, manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk
dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya di bawah manusia. Karen aitu
tidak wajar apabila hal itu justru terbalik, artinya tidak wajar sendiri telah
ditundukkan untuk manusia. Kepasrahan atau ketundukan manusia kepada
sesuatu yang lebih rendah, yang ditundukkan kepada manusia adalah suatu
sikap yang tidak wajar, yang bertentangan dengan maksud Allah, karena
manusia sebagai khalifah-Nya memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan
dengan segala makhluk yang Allah ciptaan.
… )185 : ي ُِر ْي ُد هللاُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َوالَ ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر … (البقرة
Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah (2) :185).
Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang
dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata-mata karena faktor diri
pribadi manusia, tetapi ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan
memperoleh jalan untuk mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu
Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah
SWT. Kesempurnaan alam dengan struktur dan sistemnya tidak bisa
dibayangkan akan terbentuk dengan sempurna apabila tidak ada kesengajaan
pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan Maha Sempurna. Semakin luas dan
dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam ini, maka semakin dekat
manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang Khalik. Ketika
pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan
contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh.
Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah
telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa dengan
stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain
sebagainya. Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah
menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih
44
mengenal dan mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami
dari berbagai ayat Al-Qur’an, diantaranya:
Artinya: “ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan
hidup sampai waktu yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah (2): 36).
Seorang pekerja bangunan yang kuat dan masih muda, masih memiliki
semangat kerja dan daya tahan tubuh tinggi menggali tanah dengan peralatan
tradisional untuk pondasi bangunan dalam satu hari ia hanya mampu menggali
beberapa meter kubik, begitu pula pekerja tambang, dan lain-lain. Ketika para
pekerja tersebut menggunakan peralatan berat, ia mampu meningkatkan
produktivitas kerja berlipat ganda. Bahkan banyak kekayaan alam yang tidak
mungkin dideteksi keberadaannya dan dilakukan eksplorasi tanpa menggunakan
teknologi canggih, seperti sumber minyak yang berada di kedalaman ribuan
meter atau di dasar laut. Padahal semua itu disediakan oleh Allah untuk
kesejahteraan hidup manusia.
Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak
terkontrol sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan
kerusakan alam, terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan
mengakibatkan timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir, pencemaran
lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam firman Allah:
: (الروم. َْض الَّ ِذي َع ِملُوْ ا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُوْ ن ِ َّت أَ ْي ِدي الن
َ اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع ْ َظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب
)41
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
(QS. Ar-Rum (30):41).
47
: (األعراف. َض بَ ْع َد إِصْ الَ ِحهَا َوا ْد ُعوْ هُ خَ وْ فًا َوطَ َمعًا إِ َّن َرحْ َمةَ هللاِ قَ ِريْبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِ ْين
ِ َْوالَ تُ ْف ِس ُدوْ ا فِي ْاألَر
)56
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. al-A’raf (7) : 56).
Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal
yang diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada-Nya
sebagai pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu
melipat-gandakan nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada-Nya pun
juga akan berlipat ganda. Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah
mengucapkan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang
sebenarnya adalah memanfaatkan nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan
ketakwaannya kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk
mewujudkan rasa syukur dalam amal kehidupan secara riil. Allah
mengingatkan:
)7 : (إبراهيم.َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِد ْي ٌد
Artinya: “Dan (ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih “.
QS. Ibrahim (14) : 7).
48
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang
islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat
manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK
menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK
akan bermanfaat apabila
1. mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya,
2. dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
3. dapat memberikan pedoman bagi sesama,
4. dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat
dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti
luas.
50
Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat
disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan
satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa
masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama
dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan
ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada
wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak
dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya
berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal,
pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola
hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa
untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.
51
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran
ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga
tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek,
ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat di mana
pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk
mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk
mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam
masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan
agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu,
persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh
kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara komunal
pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-apa.
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama
dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori,
pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung
pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama,
pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung
pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan
demikian pula sebaliknya.
Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan pokok,
yakni:
52
Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara
barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di
negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat
Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.
Pentingnya Umat Beragama Mengikuti Perkembangan IPTEK
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya
terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu
oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui
Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam
semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita
pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan
manusia (knowledge and science).
Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir
dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan
maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus
memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika
hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan
tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu
menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara memadukan
kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai
fitrahnya.
Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang
akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan
bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi
tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan
manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan.
53
Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai dasar
nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk keberadaan
manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena
empat alasan:
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa
kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada
tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan
miskin secara maknawi.
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi,
seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal
mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman
dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang
tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.
Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan
didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal – amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-
Nya”. (Q.S An-Nur : 39)
Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang
tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia dan kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan
kepada Allah.
َ َو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ
ِ َّاب الن
ار
Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup
atau
55
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya
ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan
iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.
3.2 SARAN
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini yaitu
Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi,
perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah.
56
Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat
memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
DAFTAR PUSTAKA
http://aqwam.com/fikih/menjadi-muslim-terbaik
http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-
arus-globalisasi/
http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=54:mkdu-4221-berkehidupan-
bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77
http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-kedalam-
pembelajaran/
http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/39
57
MAKALAH TENTANG
HUBUNGAN AGAMA DENGAN IPTEK
Dosen Pengampu :
Achmad Zulfikar Siregar, SPDI M.Pd
Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur tidak liipa kita panjatkan kehadirat allah subhana wa ta’ala yang berkat
anugrah dari-nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan
agama dengan iptek” sholawat serta ssalam kita hanturkan kepada junjungan agung
nabi besar muhammad swt yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang
sebesar-besarnya jalan berupa ajaran agama islam yang begitu sempurna dan
menjadikan rahmat bagi alam semesta
Dalanm penulisan maklah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisa maupun materi, mengigat kemampuan yang
dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
dami menyempurnakan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapa terima kasih ang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam memyesuaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah amin ya robbal’alamin
58
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.....................................................................................................................4
2.2 Ruumusan
Masalah...................................................................................................4
2.3
Tujuan.......................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian IPTEK........................................................................................................................6
2.2 Pandangan Islam Tentang IPTEK................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14
3.2 SARAN.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
60
BAB 1
PENDAHULUAN
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan
standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar
syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban
barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru
dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh
61
perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru
gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak
negatif yang diakibatkanya.
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan
atau aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan
dapat mendorong manusia utk berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita
harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan
teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana
upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya,
manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah SDA yang di
berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam pengembangan iptek harus
didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua
masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Disatu sisi telah terjadi
perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun oelaksanaan
pembangunan IPTEK masih belum merata.
63
Menurut Quraish Shihah dalam Wawasan Al-Qur’an, kata sakhara dalam ayat
tersebut arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah
agar alam raya dengan segala, manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk
dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya di bawah manusia. Karen aitu
tidak wajar apabila hal itu justru terbalik, artinya tidak wajar sendiri telah
ditundukkan untuk manusia. Kepasrahan atau ketundukan manusia kepada
sesuatu yang lebih rendah, yang ditundukkan kepada manusia adalah suatu
sikap yang tidak wajar, yang bertentangan dengan maksud Allah, karena
manusia sebagai khalifah-Nya memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan
dengan segala makhluk yang Allah ciptaan.
… )185 : ي ُِر ْي ُد هللاُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َوالَ ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر … (البقرة
Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah (2) :185).
Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang
dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata-mata karena faktor diri
pribadi manusia, tetapi ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan
memperoleh jalan untuk mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu
Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah
SWT. Kesempurnaan alam dengan struktur dan sistemnya tidak bisa
dibayangkan akan terbentuk dengan sempurna apabila tidak ada kesengajaan
pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan Maha Sempurna. Semakin luas dan
dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam ini, maka semakin dekat
manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang Khalik. Ketika
pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan
contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh.
Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah
telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa dengan
stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain
sebagainya. Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah
menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih
66
mengenal dan mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami
dari berbagai ayat Al-Qur’an, diantaranya:
Artinya: “ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan
hidup sampai waktu yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah (2): 36).
Seorang pekerja bangunan yang kuat dan masih muda, masih memiliki
semangat kerja dan daya tahan tubuh tinggi menggali tanah dengan peralatan
tradisional untuk pondasi bangunan dalam satu hari ia hanya mampu menggali
beberapa meter kubik, begitu pula pekerja tambang, dan lain-lain. Ketika para
pekerja tersebut menggunakan peralatan berat, ia mampu meningkatkan
produktivitas kerja berlipat ganda. Bahkan banyak kekayaan alam yang tidak
mungkin dideteksi keberadaannya dan dilakukan eksplorasi tanpa menggunakan
teknologi canggih, seperti sumber minyak yang berada di kedalaman ribuan
meter atau di dasar laut. Padahal semua itu disediakan oleh Allah untuk
kesejahteraan hidup manusia.
Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak
terkontrol sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan
kerusakan alam, terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan
mengakibatkan timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir, pencemaran
lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam firman Allah:
: (الروم. َْض الَّ ِذي َع ِملُوْ ا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُوْ ن ِ َّت أَ ْي ِدي الن
َ اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع ْ َظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب
)41
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
(QS. Ar-Rum (30):41).
69
: (األعراف. َض بَ ْع َد إِصْ الَ ِحهَا َوا ْد ُعوْ هُ خَ وْ فًا َوطَ َمعًا إِ َّن َرحْ َمةَ هللاِ قَ ِريْبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِ ْين
ِ َْوالَ تُ ْف ِس ُدوْ ا فِي ْاألَر
)56
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. al-A’raf (7) : 56).
Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal
yang diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada-Nya
sebagai pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu
melipat-gandakan nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada-Nya pun
juga akan berlipat ganda. Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah
mengucapkan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang
sebenarnya adalah memanfaatkan nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan
ketakwaannya kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk
mewujudkan rasa syukur dalam amal kehidupan secara riil. Allah
mengingatkan:
)7 : (إبراهيم.َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِد ْي ٌد
Artinya: “Dan (ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih “.
QS. Ibrahim (14) : 7).
70
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang
islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat
manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK
menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK
akan bermanfaat apabila
e) mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya,
f) dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
g) dapat memberikan pedoman bagi sesama,
h) dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat
dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti
luas.
72
Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat
disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan
satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa
masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama
dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan
ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada
wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak
dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya
berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal,
pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola
hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa
untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.
73
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran
ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga
tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek,
ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat di mana
pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk
mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk
mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam
masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan
agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu,
persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh
kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara komunal
pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-apa.
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama
dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori,
pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung
pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama,
pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung
pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan
demikian pula sebaliknya.
Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan pokok,
yakni:
74
Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara
barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di
negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat
Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.
Pentingnya Umat Beragama Mengikuti Perkembangan IPTEK
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya
terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu
oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui
Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam
semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita
pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan
manusia (knowledge and science).
Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir
dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan
maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus
memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika
hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan
tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu
menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara memadukan
kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai
fitrahnya.
Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang
akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan
bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi
tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan
manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan.
75
Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai dasar
nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk keberadaan
manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena
empat alasan:
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa
kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada
tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan
miskin secara maknawi.
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi,
seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal
mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman
dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang
tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.
Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan
didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal – amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-
Nya”. (Q.S An-Nur : 39)
Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang
tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia dan kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan
kepada Allah.
َ َو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ
ِ َّاب الن
ار
Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup
atau
77
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya
ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan
iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.
3.2 SARAN
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini yaitu
Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi,
perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah.
78
Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat
memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
DAFTAR PUSTAKA
http://aqwam.com/fikih/menjadi-muslim-terbaik
http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-
arus-globalisasi/
http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=54:mkdu-4221-berkehidupan-
bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77
http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-kedalam-
pembelajaran/
http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/39
79
OLEH KELOMPOK: 13
PRODI : S1 FARMASI
MPD
PRODI S1 KEBIDANAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
kami buat guna memenuhi tugas dari dosen.Makalah ini membahas tentang
“PENTINGNYA IPTEK DALAM ISLAM”, semoga dengan makalah yang kami
susun ini kita sebagai mahasiswa Almuslim dapat menambah dan memperluas
pengetahuan kita.Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh
dari sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari
bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena
kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.Semoga
makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN 5
2.1Defenisi Iptek 5
BAB III 14
PENUTUP
14
3.1 KESIMPULAN 14
3.2 SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA
16
82
BAB 1
PENDAHULUAN
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.Standar atau kriteria inilah
yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan
iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek
dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini
dipimpin oleh perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak
83
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pandangan islam tentang IPTEK.
2. Untuk memahami dampak positif dan negatif tentang perkembangan IPTEK.
3. Untuk memehami tentang Pentingnya Umat Beragama Mengikuti IPTEK.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian IPTEK
84
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.Adapun teknoogi adl terapan atau
aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan dapat
mendorong manusia utk berkembang lbh maju lagi.Sebagai umat Islam kita harus
menyadari bahwa dasar-dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa
dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-
keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana upaya
tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya, manusia
mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Dimana dalam pengembangan iptek harus didasari terhadap moral dan
kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara
merata. Disatu sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek
telekomunikasi, namun oelaksanaan pembangunan IPTEK masih belum merata.
Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu
agama dan ilmu non-agama.Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang
dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu
sendiri.Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah.Yang
dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu
mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara
alamiah.Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia
ketingkat yang lebih rendah martabatnya.
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari
yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat
manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa
yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran
agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan
cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan
oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman Galileio-
Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan
gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo
dipersalahkan dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan
masyarakat.
Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat
disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan
satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa
masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama
dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama
dan ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada
wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek
tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena
keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun
komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang
lain. Pola hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang
sudah terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran
ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga
tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan
88
iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat
di mana pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong
orang untuk mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong
orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat
terjadi dalam masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan
pemisahan agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan
dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena
tampak terasa aneh kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada,
tetapi secara komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan
dampak apa-apa.
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya
pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran
agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler.
Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama
mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung
ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama
tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung
pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.
Dalam wujud pertama, pendalaman dan penghayatan ajaran agama akan mendukung
pengembangan iptek walau pengembangan iptek tidak akan mendorong orang untuk
mendalami ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua, pengembangan iptek akan
mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama walaupun tidak
sebaliknya terjadi. Pada wujud ke tiga, pengembangan iptek akan mendorong orang
untuk lebih mendalami dan menghayati ajaran agama dan pendalaman serta
penghayatan ajaran agama akan mendorong orang untuk mengembangkan iptek.
Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan
pokok, yakni:
Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-
negara barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
89
- Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya
terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu
oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita
melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia
tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini,
maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan
dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science).
- Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang
akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini
dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah
ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup,
dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan.
90
Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai
dasar nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk
keberadaan manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena
empat alasan:
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa
kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan
pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil
dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik,
dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama
yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani,
tetapi juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual).
Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan
kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat
kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga,
lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut
duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias
gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu,
tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan
fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.
Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang dahaga,
tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya
91
(ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal – amal
dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Q.S An-Nur : 39)
Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang
tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih kebaikan
dunia dan kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah.
َ َو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ
ِ َّاب الن
ار
Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita
sanggup atau tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi
masing-masing. Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat
tiga kelompok, yaitu: (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat
netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari
ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK
92
moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat
menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya
adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas
dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek
setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma
pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai
standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat
(utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam
mengaplikasikan iptek.
3.2 Saran
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini yaitu
Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi,
perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah.
Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita
dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
93
DAFTAR PUSTAKA
http://aqwam.com/fikih/menjadi-muslim-terbaik
http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-arus-
globalisasi/
http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html
Din Syamsuddin, M, Dr, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, penerbit
kalimat, Jakarta, 2001
94
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=54:mkdu-4221-berkehidupan-
bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77
http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-kedalam-
pembelajaran/
http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/39