Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAKIKAT SIFAT-SIFAT MANUSIA


SEBAGAI PENERIMA, PENCARI, DAN
PENGEMBANG ILMU
Dipresentasikan dalam mata kuliah
“FILSAFAT ILMU’’

Disusun oleh:
Kelompok 7
1 Aldi Heriyan 2214010219
2. Andryan Lesmana 2214010239
3. Rizky Rahmad 2214010249
4. Ahmad Zaki Ramadhan 2214010250

Dosen Pengampu:
Webrizal S.Fil, M.Ag

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga
merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun
islam.
Shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah SAW, Nabi dan
Rasul terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan sekaligus
menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu illahi.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Penulis sampaikan
terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing kepada Bapak, Webrizal S.
Fil, M. Ag dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari. Demikian
semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya
bagi penulis sendiri. Aamiin.

Padang, 4 Mei 2023

Tim Penyusu
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Filsafat dimulai ketika orang mengagumi dunia dan mencoba menjelaskan
berbagai fenomena dunia. Jika kita benar-benar hidup secara sadar di dunia ini, kita pasti
akan menghadapi berbagai pertanyaan dan masalah. Berbagai pertanyaan yang
sebenarnya tidak mudah dijawab sekaligus. Hanya manusia yang bisa mengajukan
pertanyaan seperti itu, sedangkan hewan memiliki pengetahuan yang terbatas untuk
bertahan hidup. Selain itu, hewan tidak dapat mempertanyakan atau mempertanyakan apa
yang mereka alami. Manusia memiliki sifat-sifat Tuhan, salah satunya adalah sifat
“ilmu”, oleh karena itu Tuhan telah memberikan manusia akal dan akal untuk menerima
informasi yang disampaikan melalui wahyu. Selain itu, masyarakat juga perlu
mengembangkan ilmu ini. (Anugrah & Radiana, 2022) Ketika manusia dilahirkan ke
dunia ini, mereka ditanyai semua pertanyaan yang selalu mereka inginkan jawabannya,
dan melalui ini manusia mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka yang
mendorong mereka untuk menjadi makhluk yang sempurna. Seseorang dapat
mengembangkan pengetahuan ini terutama karena dua alasan, pertama, karena orang
memiliki bahasa yang dapat menyampaikan pengetahuan dan cara berpikir yang
mendasari pengetahuan tersebut. Saat wahyu pertama yang turun di gua Hira, makhluk
pertama yang disebutkan dua kali adalah manusia. Namun, seorang pria adalah pria yang
tidak dikenal. Mengetahui sifat manusia bukanlah hal yang mudah. Kita tidak mengenal
manusia secara keseluruhan, kita hanya mengetahui bahwa manusia terdiri dari
bagianbagian tertentu. Namun, kita harus tahu bahwa manusia tidaksesederhana itu.
Manusia memiliki banyak karakteristik dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya,
termasuk kemampuan untuk menerima dan mengembangkan pengetahuan. Oleh karena
itu, kami membahas materi yang berkaitan dengan “sifat manusia sebagai penerima dan
pengembang ilmu dalam paradigma yang berbeda” (Amin, 2021).

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi hakikat manusia dan ilmu?
2. Apa itu manusia sebagai penerima dan pengembang ilmu?
3. Apa itu manusia sebagai Pencari Ilmu?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui defenisi hakikat manusia dan ilmu
2. Untuk mengetahui manusia sebagai penerima dan pengembang ilmu
3. Untuk mengetahui manusia sebagai pencari ilmu

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi hakikat manusia dan ilmu


1. Hakikat manusia
Hakikat manusia terdiri dari dua kata, yaitu kata hakikat dan manusia. Masing-
masing kata ini memiliki arti tersendiri. Makna yang disebutkan dalam penelitian ini
adalah makna secara keseluruhan, namun untuk lebih mudah dipahami terlebih dahulu
disebut makna dari setiap kata, hakekat atau dasar dan makna.(Amin, 2021) Pendapat
tentang sifat manusia sangat bervariasi tergantung pada perspektif. Ada beberapa
konsep tentang pengertian manusia, antara lain Homo sapiens yaitu makhluk yang
berakal budi, makhluk berakal hewani yaitu makhluk yang memiliki kemampuan
berpikir, Homo laquen yaitu makhluk yang memiliki kemampuan berbicara, Homo.
faber atau Homor Toolmaking Animal, yaitu makhluk yang bisa membuat perkakas.
(Djamal dalam Jalaluddin 2011:77).
Pembahasan tentang manusia sangat beragam dan tiada hentinya, hal ini
disebabkan perbedaan cara pandang yang diambil oleh masing-masing orang. Sebagian
dari mereka memandang manusia sebagai makhluk yang berpikir, makhluk yang
berakal, makhluk yang mampu berbahasa, dan makhluk yang mampu membuat alat
untuk memenuhi kebutuhannya dan melanjutkan hidupnya. Kesatuan eksistensi
manusia, fisik dan psikis, serta didukung oleh bukti-bukti yang mungkin menunjukkan
manusia adalah Ahsan at-taqwin dan menempatkan manusia pada posisi yang strategis,
yaitu: Hamba Allah ('abd Allah) dan Khalifah Allah (khalifa fi al-ardh). Ramayulis
(2008:57).
Manusia terdiri dari dua unsur, fisik dan psikis. Kedua unsur tersebut memiliki
potensi masing-masing yang saling melengkapi untuk memperkuat fitrah manusia
sebagai hamba dan khalifah Tuhan di muka bumi. Manusia juga disebut homo socius
atau zoopolitics, yang berarti makhluk sosial yang mampu bekerja sama dan mengatur
dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Ekonomi gay adalah makhluk yang hidup
berdasarkan prinsip ekonomi. Homo religiosus adalah makhluk religius. Manusia adalah
makhluk yang unik (dalam Muthahhari Jalaluddin 2011:77-78). Filsafat pendidikan
harus kembali kepada hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan, yang diawali dengan
pertanyaan Jacques Martin:"Siapa kita, di mana kita dan ke mana kita pergi?" (Connor
dalam Jalaluddin 2011:79).
Manusia diciptakan Tuhan yang diberi kesempatan untuk berusaha dan berkarya
di dunia agar kelak bisa kembali kepada Tuhan. Pertanyaan: Siapa manusia, di mana
manusia, dan ke mana manusia pergi, adalah pertanyaan yang harus dijawab jika kita
ingin membahas sifat manusia. Sifat manusia yang paling menarik adalah merujuk pada
sumber Pencipta manusia itu sendiri, yaitu Allah. Al-Qur'an menjelaskan persepsi
manusia dengan istilah:Abd Allah, Bani Adam, Bani Bashr, alInsan, al-Ins, al-Nas dan

5
Khalifah Allah. (Amin, 2021).
Konsep Abd Allah menunjukkan bahwa manusia adalah hamba yang segala
bentuk kehidupannya mengabdi kepada Allah. Konsep Bani Adam mengandung arti
bahwa manusia berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu Adam dan Hawa, yang
berbeda ras. Konsep Bani Hashr menampilkan manusia sebagai makhluk biologis yang
terdiri dari unsur-unsur material yang perlu makan dan minum, bukan sebagai keturunan
bukan manusia. Konsep Al-Insan mengandung arti bahwa manusia diciptakan sebagai
makhluk penjelajah dengan keseimbangan antara tumbuh dan berkembang. Konsep Al-
Ins menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi untuk menjadi makhluk yang
beradab dengan kemampuan berkreasi dan berinovasi. Istilah al-Nas merujuk pada
manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat. Konsep Khalifah Allah
menegaskan bahwa tugas manusia adalah melaksanakan dan memajukan tatanan
kehidupan yang serasi di muka bumi (Jaluddin 2011:79-95).
Menurut Al-Qur'an, fitrah manusia adalah bahwa manusia terdiri dari unsur
fisik, intelektual dan spiritual. Sifat manusia adalah hamba dan khalifah Allah di muka
bumi, yang terdiri dari tiga unsur yaitu: unsur jasmani, unsur intelektual dan unsur
rohani. Jadi, hakekat manusia adalah hamba dan khalifah Allah di muka bumi, yang
terdiri dari tiga unsur, yaitu:jasmani (jasmani, nafsu), ruh (hubungan) dan rohani (jiwa,
ruh). Akibat menjadi hamba dan khalifah Allah di muka bumi, manusia adalah Makhluk
yang diciptakan oleh Tuhan, makhluk yang lahir dalam keadaan tidak berdaya (dari
awal yang bersih) yang membutuhkan bantuan orang lain, makhluk dengan kemampuan
berpikir, makhluk dengan otak, makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala hal,
makhluk dengan kemampuan berpikir. makhluk yang mampu membuat alat, makhluk
sosial yang mampu bertindak secara kolektif, makhluk yang mampu mengatur dirinya
sendiri sesuai dengan kebutuhannya, makhluk yang hidup menurut prinsip ekonomi,
makhluk yang religius, makhluk yang berakal yang berhak bertindak atas dasar moral,
makhluk dengan kontrak sosial untuk menghormati dan melindungi hak orang lain.
(Abdullah, 2017).1
Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut Antropogi filsafat.
Berbicara hakikat manusia berarti berbicara mengenai apa manusia itu, ada empat aliran
yang dikemukakan yaitu: Aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, aliran
eksistensialisme.
1. Aliran Serba Zat
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu
hanyalah zat atau materi. alam ini adalah zat atau materi dan manusia
adalah unsur alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi.
2. Aliran Serba Ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di
dunia ini ialah ruh, juga hakikat manusia adalah ruh, adapun zat itu
adalah manifestasi dari pada ruh di atas dunia ini. Fitche mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang lain (selain ruh) yang rupanya ada dan hidup
hanyalah suatu jenisperumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari ruh.
Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa roh itu lebih berharga, lebih tinggi

1
Fadhilah , Yeni Erita, Desyandri (Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri ISSN Cetak : 2477-
5673 ISSN Online : 2614-722X Volume 08 Nomor 02, Desember 2022) Hal. 2484-2486

6
nilainya daripada materi. Hal ini mereka buktikan dalam kehidupan
sehari-hari, yang mana betapapun kita mencintai seseorang jika ruhnya
pisah dengan badannya, maka materi/jasadnya tidak ada artinya. Dengan
demikian aliran ini menganggap ruh itu ialah hakikat sedangkan badan
ialah penjelmaan atau bayangan.
3. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri
dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-
masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama
lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh dan ruh tidak berasal dari badan.
Perwujudannya manusia adalah gabungan dari dua unsur, jasad dan ruh.
Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang mana keduanya saling
mempengaruhi.
4. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpikir tentang hakikat manusia
merupakan eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi
intinya hakikat manusia itu yaitu apa yang menguasai manusia secara
menyeluruh. Disini manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau
serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya dari
segi eksistensi manusia itu sendiri didunia ini (Jalaluddin &. Abdullah
Idi,1997:107-108).
Aliran-aliran tentang manusia di atas tentunya, belum memiliki pengertian yang
seimbang dengan konsepsi manusia dalam Islam. Aliran tentang manusia tersebut
memberikan pandangan yang berbeda tentang hakikat manusia.
Paling tidak, manusia dalam pemikiran manusia atau manusia menurut manusia
memiliki perbedaan, belum kalau hal ini dikaji dari perspektif manusia menurut Tuhan.2

2. Ilmu
Asal kata ilmu adalah dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dari kata ini adalah
pengetahuan. Dalam bahasa Indo-nesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang
berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu “scio”, “scire” yang artinya pengetahuan. “Science”dari bahasa Latin
“scientia”, yang berarti “pengetahuan” adalah aktivitas yang sistematis yang
membangun dan mengatur penge-tahuan dalam bentuk penjelasan dan prediksi tentang
alam semesta. Berdasarkan Oxford Dictionary, ilmu didefinisikan sebagai aktivitas
intelektual dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur dan perilaku dari
dunia fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan”.
Dalam kamus bahasa Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan. Pengertian ilmu
pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang
diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk
mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. dalam kata lain dapat kita ketahui definisi

2
Zulkifli Dkk “Pengantar Pendidikan” (Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi,2023) Hal 49-50

7
arti ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan membaca dan memahami benda-
benda maupun peristiwa, diwaktu kecil kita belajar membaca huruf abjad, lalu berlanjut
menelaah kata-kata dan seiring bertambahnya usia secara sadar atau tidak sadar
sebenarnya kita terus belajar membaca, hanya saja yang dibaca sudah berkembang
bukan hanya dalam bentuk bahasa tulis namun membaca alam semesta seisinya sebagai
usaha dalam menemukan kebenaran. Dengan ilmu maka hidup menjadi mudah, karena
ilmu juga merupakan alat untuk menjalani kehidupan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu bukan sekedar
pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati / berlaku umum dan diperoleh melalui
serangkaian prosedur sistematik, diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Ilmu adalah merupakan suatu pengetahuan, sedangkan
pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui
manusia. Itulah bedanya dengan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan
yang berupa informasi yang didalami sehingga menguasai pengetahuan tersebut yang
menjadi suatu ilmu.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh
Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah:
a. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun itu menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
d. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun
dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
e. Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia
yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat
diamati oleh pancaindrea manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu
cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan
suatu proposisi dalam bentuk: “jika… maka”.
f. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan
pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hokum-hukum,
yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

Dari beberapa definisi ilmu yang dijelaskan para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, sistematik, konfrehensif,
konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan yang telah dilakukan.
Dan berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu
dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang belum

8
tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan
adalah informasi yang ada dan berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan
mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi
kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang
kuat cenderung kabur dan samarsamar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih
cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka.
Secara lebih jelas, ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut
dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi.
Sedangkan pengetahuan adalah lidilidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di
pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik. Jadi, dari asumsi-asumsi,
pendapat - pendapat yang telah dikumpulkan, maka ilmu pengetahua dapat
didefinisikan sebagai seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepas-tian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu yang ada dan
diperoleh dari keterlibatannya.3

B. Manusia sebagai penerima dan pengembang ilmu


Manusia memiliki kemampuan bernalar, kemampuan berpikir inilah yang
mendorong manusia untuk mengembangkan pengetahuan yang ada. Secara simbolis,
manusia memakan buah pengetahuan melalui Adam dan Hawa, kemudian manusia
harus hidup dengan berbekal pengetahuan tersebut. Artinya manusia, sebagai individu,
menerima ilmu dari nenek moyangnya dan dengan sungguh-sungguh mengembangkan
ilmu yang diterimanya agar dapat bertahan hidup. Orang memikirkan hal baru,
menjelajahi cakrawala baru, karena mereka tidak hanya hidup untuk bertahan hidup,
mereka hidup untuk lebih. Ini berarti bahwa orang memiliki tujuan tertentu yang lebih
tinggi dalam hidup, sehingga orang mengembangkan pengetahuan yang mereka terima
untuk membedakan orang dari makhluk lain. Jujun S Suriamantri (2009:39)
Menurut Amsal Bakhtiar (2012:98) pengetahuan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu :
1. Empirisme
Pengalaman bersifat empiris, orang memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman. Menurut David Hume (Amsal dalam Bakhtiari, 2012:100)
berpendapat bahwa pengalaman lebih persuasif daripada inferensi logis atau
kebutuhan kausal.
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah landasan kepastian ilmu,
orang memperoleh ilmu dengan cara menggenggam benda. Intelek tidak hanya
dapat memiliki materi indrawi, tetapi juga dapat menghasilkan pengetahuan
yang sama sekali tidak didasarkan pada materiindrawi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa akal dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek yang

3
Ivan Eldes Dafrita “ILMU DAN HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN DALAM NILAI AGAMA” Jurnal
Hal 159-162

9
benar-benar abstrak.
3. Intuisi
Menurut Henry Bergson (Amsal Bakhtiar, 2012:106) Intuisi adalah
hasil perkembangan pemahaman tertinggi, intuisi melampaui sifat eksternal
dari pengetahuan simbolik, yang analitis, lengkap, absolut dan tanpa bantuan
deskripsi simbolik, jadi intuisi adalah sarana pengetahuan langsung dan segera.
4. Wahyu
Wahyu adalah ilmu yang Allah berikan kepada manusia melalui
perantaraan para nabi. Nabi menerima ilmu dari Tuhan. Mengetahui dengan
cara ini merupakan ciri khusus nabi yang membedakan nabi dengan orang lain.
pengalaman serta yang mengandung pertanyaan transendental.

Ada dua faktor yang mendorong manusia untuk mengembangkan pengetahuan


yang diterima dan dimilikinya, yaitu manusia memiliki bahasa yang mampu
menyampaikan informasi dan manusia mampu berpikir dengan cara berpikir tertentu
(Jujun S. Suriamantri, 2009:40).
Mencari informasi merupakan hal yang sangat penting dan wajib. Karena
pentingnya ilmu, Al-Qur'an menyebutkan perbedaan yang jelas antara orang yang
berpengetahuan dan bodoh. Pada dasarnya ilmu yang wajib dipelajari oleh seorang
muslim adalah ilmu yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.
Hal ini karena ilmu yang bermanfaat mengantarkan manusia untuk mengenal Allah
dengan baik, memperbaiki akhlaknya dan beramal saleh sesuai petunjuk Al-Quran dan
Sunnah Nabi Muhammad.
Menurut para ahli, seorang Muslim pada dasarnya perlu mempelajari dua hal.
Pertama, ilmu yang sifatnya fardu'ain, yaitu ilmu yang wajib dipelajari setiap muslim
secara tersendiri (individual). Kedua, ilmu yang fardu kifayah, yaitu ilmu yang wajib
dipelajari umat Islam secara umum, bukan dari individu tertentu. dia yang telah
mempelajarinya tidak perlu mencari informasi tentang orang lain. Namun, setiap
muslim dianjurkan untuk mempelajari ilmu Fardhu Kifayah ini untuk meningkatkan
ketakwaan, ketaatan dan rasa takutnya kepada Allah SWT. (Widyawati, 2018)
Sayyid Abi Bakar dalam kitabnya Kifayat al-atqiya wa Minhaj al Ashfiya
(tt.24) mengungkapkan bahwa ilmu yang wajib dipelajari seorang muslim (fardu 'ain)
adalah sebagai berikut:(1) ilmu akidah yang sah, (2) ilmu ibadah yang sah, dan (3)
ilmu yang dapat membersihkan jiwa (hati) dari penyakit hati seperti kesombongan,
riya dan hasad.
Dr. Yusuf Qardhawy dikutip oleh Tim Penyusun Buku Teks PTU PAI
(2001:209) menyatakan bahwa Fardu 'ain mencakup empat jenis ilmu, yaitu,
Pertama, ilmu Aqidah Yaqiniyah (prinsip-prinsip Aqidah yang diyakini), yang
benar, aman dari lelucon dan takhayul.
Kedua, ilmu yang menuntun seseorang untuk beribadah kepada Allah SWT.
dapat bertindak dengan baik sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Secara
eksternal, itu memenuhi persyaratan niat dan keikhlasan kepada Allah.
Ketiga, ilmu yang mensucikan jiwa, mensucikan hati, diketahui semua

10
Fadhilah (kebajikan) yang diamalkan, dikenal juga dengan Raziilah (malu) atau yang
merusak untuk ditolak dan dilindungi.
Keempat, ilmu yang dapat mendisiplinkan perilaku seseorang terhadap dirinya
sendiri atau keluarganya atau masyarakat luas, baik penguasa maupun rakyat, muslim
maupun non muslim.
Dengan demikian manusia mengetahui hukum halal dan haram, wajib pilihan,
sesuai tidak sesuai, bermanfaat tidak bermanfaat. Keempat jenis ilmu itu wajib “aini”
(wajib individual) yang harus dipelajari seorang muslim. Jika salah satu dari mereka
terluka, nyawa mereka juga akan rusak. Seseorang yang tidak memiliki iman yang
murni dan langsung sesuai dengan ketentuan syara jatuh ke dalam kemusyrikan, yang
karenanya sangat fatal, seperti yang dialami oleh paham animisme, dinamisme, dan
kemusyrikan.4

C. Manusia sebagai pencari ilmu


Manusia sebagai pencari Ilmu disini di artikan Manusia pada dasarnya sangat
membutuhkan yg namanya ilmu pengetahuan sehingga manusia tersebut dituntut untuk
harus berusaha mencari ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah manusia di katakan
sebagai pencari ilmu.
Hal ini di dasari dengan adanya ilmu pengetahuan yang di miliki manusia dapat
menyelesaikan setiap permasalahan hidup yang sedang di hadapinya dengan berbagai
pengetahuan yang ia miliki.
Manusia juga merupakan makhluk yg berupaya menemukan kebernaran ini di
pengaruhi oleh manusia yg berfilsafat atau berfikir tentang kejadian yg terjadi di alam
sehingga mempengaruhi manusia untuk berfikir mencari yg namanya kebenaran,
sehingga hal ini lah yg membuat manusia harus berusaha mencari yg namanya ilmu
pengetahuan baik yg pbersifat teoritis maupun pengalaman.
Dalam proses pencariaan yg namanya Ilmu pengetahuan di dalamnya sangat
berperan penting yg namanya Akal karena akal lah yg akan berusaha memecahkan
masalah yg timbul dan mencari solusi untuk masalah tersebut.
Penuntut ilmu di dalam asal katanya ini tidak dibatasi oleh faktor usia, masa,
tingkatan, namun ia lebih pada nilai maknawi yaitu yang menghendaki, atau siapapun
yang bersedia belajar. Penuntut ilmu berasal dari kata bahasa Arab yaitu Thalibul ‘Ilmi.
Kata Thalibun bermakna pencari, penuntut, peminta dan sejenisnya. Thalibun sendiri
adalah bentuk ism fa’il dari kata kerja thalaba-yathlubu yang bermakna
memintamenuntut, mencari dan/atau sejenisnya. Sinonim serapan lain di Indonesia
disebut juga pelajar, yakni yang belajar. Dan bahkan dalam konteks yang lebih
mendalam, penuntut ilmu dimaknai sebagai Thalab Alma’rifa atau penuntut ma’rifah
dengan tujuan ideal yakni mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Maha Transenden. Jika
sudah menguasai ilmu ma’rifah maka dalam personifikasinya adalah piktoral
metakognisi, pemahaman yang tinggi akan sebab-akibat, mengetahui mengapa suatu

4
Fadhilah , Yeni Erita, Desyandri (Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri ISSN Cetak : 2477-
5673 ISSN Online : 2614-722X Volume 08 Nomor 02, Desember 2022) Hal 2486-2489

11
hal itu seperti itu, atau yang lebih dalam dari sekadar mengetahui bahwa suatu hal itu
seperti itu. Penuntut Ma’rifah ini diasosiasikan sebagai wujud individu yang mencari
dan menghendaki pada dirinya proses belajar dimana nantinya memperoleh kecerdasan,
akal budi, akal sehat, kecerdikan, dan dalam level tertinggi disebut individu yang
memiliki kebijaksanaan. Sebagaimana pengertian dasar tersebut penuntut ilmu tentulah
mempunyai kehendak yang kuat untuk belajar.
Ada cerita menarik tentang ini, dikisahkan pada masa filsafat kuno, seorang
pemuda pada suatu waktu mendatangi Sokrates (Seorang filsuf Yunani; 469-399 SM)
dan menanyakan perihal keinginannya menjadi seorang yang berilmu. “apa yang harus
aku lakukan?, tanyanya. Mendapati pertanyaan seorang anak muda ini Sokrates dengan
penuh tenang mengajaknya ke pinggir sebuah kolam “ kalau begitu ayo ikuti aku” ujar
Sokrates. Setibanya di pinggir kolam seketika itu juga Sokrates langsung mencelupkan
kepala pemuda itu ke dalam air untuk beberapa lama, sampai-sampai si pemuda itu
hampir pingsan. Anak muda itu penuh amarah atas tindakan Sokrates, tapi dengan tetap
tenang Sokrates bertanya kepadanya, “saat kepalamu berada di dalam air, apa yang
kamu inginkan?” Anak muda tersebut menjawab, “tentu saja aku ingin dapat bernafas”.
Mendengar jawaban ini Sokrates kemudian memberikan nasehatnya, “berhasratlah
untuk menjadi orang yang berilmu sebagaimana engkau ingin dapat bernafas saat
kepalamu berada di dalam air.”
Berdasarkan pembelajaran dengan sistem ‘dialektika-elenchos’nya tersebut
dapat difahami bahwa bijaksana dan atau menjadi ilmuwan haruslah memiliki hasrat
kuat dalam menuntut ilmu. Kemauan yang kuat dalam menuntut ilmu ini sangat
diapresiasi oleh Allah Swt, “Allah meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-
orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu
pengetahuan) dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Mujadalah
58: 11) dan dalam hadis disebutkan bahwa menuntut ilmu adalah suatu kewajiban dan
malaikat diilustrasikan akan meletakkan sayapnya sebagai bentuk kerelaannya kepada
orang yang menuntut ilmu. Bahkan Rasulullah saw memberikan sabda agar diupayakan
semangat menuntut ilmu, meski jarak yang ditempuh jauh dari tempat tinggal, ke negeri
Cina misalnya yang memiliki historis tradisi literer, perpustakaan berjalan (puo che),
prestise literati dan intelektual dalam khazanah pengetahuan skriptural, tulisan suci,
ritual, astrologi, kalendar, sejarah, kesusastraan dan seni kaligrafi. “Carilah ilmu walau
sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap
muslim . sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena
rela atas apa yang dia tuntut “(HR. Ibnu Abdil Bar).5

5
Kurdi Sulaiman Muqarramah “ Kearifan lebih cerdas dan pantas “ ( Banjarmasin: Universitas Islam
Negeri ANTASARI) Jurnal vol 106 .Hal 11-12

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia memiliki banyak keistimewaan atas makhluk lainnya, diantaranya
adalah kemampuan menerima akal sehingga menyebabkan manusia mengembangkan
pengetahuan yang ada. Manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dan
keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Keunggulan tersebut antara lain
karakter religius, peradaban, dan kemampuan memanfaatkan alam. Dengan kata lain,
bahwa manusia adalah makhluk yang berhubungan dengan Tuhan (hablun min al-Allah)
dan dengan sesama manusia (hablun minannas) dan dengan alam (hablun min al-alam).
Tugas manusia adalah bertindak sebagai khalifah di muka bumi, yaitu sebagai pengelola
dan pemelihara amanah Allah. Manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
(empirisme), manusia memperoleh pengetahuan dengan cara menangkap objek dengan
panca inderanya yaitu akal, yang dapat menghasilkan pengetahuan objek yang benar-
benar abstrak. (pemikiran). ), pengetahuan yang diperoleh melalui hati atau emosi tanpa
representasi simbolik, atau pengetahuan yang diperoleh secara langsung dan segera
(intuisi) dan pengetahuan yang diberikan Allah kepada manusia melalui para nabi.

B. Saran
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam makalah, masih terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami pemakalah meminta kritikan dan saran yang
mendukung dari pembaca. Saran kami dalam makalah ini adalah untuk dapat menambah ilmu
atau wawasan bagi pembaca tentang “Filsafat Ilmu”

13
DAFTAR PUSTAKA

Fadhilah , Yeni Erita, Desyandri (Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas


Mandiri ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X Volume 08
Nomor 02, Desember 2022)

Zulkifli Dkk “Pengantar Pendidikan” (Padang: PT. Global Eksekutif


Teknologi,2023)

Ivan Eldes Dafrita “ILMU DAN HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN


DALAM NILAI AGAMA” Jurnal

Kurdi Sulaiman Muqarramah “ Kearifan lebih cerdas dan pantas “ (


Banjarmasin: Universitas Islam Negeri ANTASARI) Jurnal vol 106

14

Anda mungkin juga menyukai