Anda di halaman 1dari 13

ISSN: 2085 – 160X AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai- Vol.XIII No.

26, Juli-Desermber 2020

71
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 72


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
ISSN: 2085 – 160X AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai- Vol.XIII No.26, Juli-Desermber 2020

HAKIKAT MANUSIA, AKAL PIKIRAN DAN HAKIKAT KEBAHAGIAAN


(Tinjauan Filosofis Islam dan Implikasinya terhadap Dunia Pendidikan)

Oleh: Nuthpaturahman
Dosen Pada Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Washliyah Barabai

Abstrak

Alquran menggambarkan beberapa konsep yang berkenaan dengan manusia, yaitu


konsep al- Basyar, al-Insan, al-Naas, al-Ins, Bani Adam, serta konsep Khalifah dan
Abdullah. Alquran juga sebagai sumber ilmu telah menggambarkan bagaimana hakekat
kemanusiaan mulai dari asal usul penciptaannya, potensi yang diberikan Allah kepadanya,
tugas serta tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri. menempatkan manusia sebagai
makhluk Allah Swt yang mulia dan tertinggi dibandingkan makhluk-Nya yang lain,
dikarenakan manusia memiliki segala unsur dari makhluk hidup lainnya, ditambah dengan
memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal dan kalbu.
Manusia yang diinginkan oleh pendidikan Islam adalah manusia yang mengenal
dirinya, mengenal Allah, serta menjadi Khalifah dan Abdullah, yaitu dengan berikhtiar
menumbuh kembangkan fitrahnya secara optimal melalui proses pendidikan sepanjang
hayatnya. Keberhasilan proses pendidikan itu sendiri perlu pemahaman akan hakikat manusia,
akal pikiran, dan makna kebahagiaan. Sehingga setiap langkah yang diambil bisa sinergis
dengan fitrah manusia dan perkembangannya, serta selaras dengan tujuan manusia yaitu untuk
menjadikan manusia melaksanakan segala peran yang diperintahkan Allah di muka bumi.

Kata Kunci: Manusia, Akal, Kebahagiaan, Pendidikan

A. Pendahuluan segala sesuatu yang berkaitan dengan


Pembahasan tentang manusia sudah tubuh adalah hina. (Noer dan S. Munzier,
menjadi hal yang menarik bagi kaum 2000)
pemikir sejak jaman dahulu. Keingintahuan Secara psikologi, manusia adalah
tersebut sudah membawa manusia pada individu yang belajar, bersifat unik, banyak
jamannya masing-masing menuju berbagai persamaan daripada perbedaannya,
perkembangan ilmu, seperti pemikirnya mempunyai kecenderungan-kecenderungan
Plato yang menyatakan adanya dualisme dalam bertingkah laku, dan merupakan
akal dan tubuh, akal berasal dari metafisik, motivator dirinya sendiri. Implikasinya
sedangkan tubuh berasal dari fisik. Yang terhadap praktek pendidikan adalah bahwa
akhirnya pandangan ini berimplikasi pada konsep-konsep tersebut menjadi dasar
sejumlah aplikasi kependidikan, misalnya pelaksanaan proses kegiatan belajar
bahwa segala sesuatu yang berkaitan mengajar dan bahwa pendidikan berarti
dengan akal adalah sesuatu yang luhur dan individualisasi atau proses pengembangan
individu.

71
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

Menurut filsafat antropologi, atau masyarakat. Implikasi pada pandangan


manusia seutuhnya adalah manusia atau ini mengharuskan dan memungkinkan
animal symbolicum, merupakan satu upaya dalam pendidikan, keragaman
kesatuan yang di dalamnya terkandung kegiatan pendidikan berdasarkan sistem
banyak aspek, yaitu hewan yang budaya, kesatuan budaya regional, dan
mempunyai kemampuan menggunakan kelompok subkultur, serta pendidikan
simbol-simbol pikiran sebagai milik adalah enkulturasi atau proses pemindahan
manusia yang unik untuk budaya dari generasi ke generasi.
mengkomunikasikan pikirannya, untuk Beberapa hal tersebut masih
bernalar, untuk mengkombinasikan unsur- menjadi perdebatan dan belum ada
unsur yang menghasilkan suatu yang kesepakatan tentang hakikat manusia, Islam
kreatif, bisa membedakan hal-hal berkaitan pun hadir memberikan jalan keluar dengan
moral, dan menyadari diri sendiri sebagai konsep yang tidak diragukan lagi.
pribadi. Hal ini berimplikasi pada praktek Pemahaman tentang hakikat manusia ini
pendidikan bahwa konsep manusia sangatlah penting agar dalam mengambil
seutuhnya sebagai dasar tujuan pendidikan. setiap kebijakan agar bisa tepat sasaran,
Pendidikan merupakan proses termasuk dalam hal kebijakan pendidikan.
humanisasi, dan tujuan utama dalam hidup
adalah mencapai perwujudan diri sendiri B. Hakikat Manusia Menurut Tinjauan
secara kooperatif. Sedangkan implikasi Filosofis Islam
dalam pengembangan teori pendidikan
adalah timbul kebutuhan studi yang tertuju Ketika Adam diciptakan dan
pada hakikat anak (apakah anak dilahirkan kemudian Allah mengajarkan nama-nama,
membawa dosa asal dari Adam dan Hawa, pada dasarnya mengindikasikan bahwa
apakah anak dilahirkan suci, apakah anak Adam (Manusia) merupakan Makhluk yang
dilahirkan baik, anak dilahirkan tidak bisa berpikir dan berpengetahuan, dan
berdaya tapi penuh potensi, dan dengan pengetahuan itu Adam dapat
sebagainya), dan juga mendorong lahirnya melanjutkan kehidupannya di dunia.
ilmu pedagogik yang memadukan aspek Bahkan dengan berpikir manusia mampu
faktual dengan aspek normatif. mengeksplorasi, memilih dan menetapkan
(Mudyahardjo, 2002) keputusan-keputusan penting untuk
Selain itu menurut ilmu kehidupannya. pernyataan ini pada
Antropologi Biologis atau Fisik, manusia dasarnya menggambarkan keagungan
adalah Homo Sapiens yang merupakan manusia berkaitan dengan karakteristik
puncak evolusi organik dari makhluk eksistensial manusia sebagai upaya
hidup, yang berimplikasi pada pandangan memaknai kehidupannya dan sebagai
bahwa keharusan dan kemungkinan bagian dari alam ini. Beberapa definisi
pendidikan serta keragaman praktek tentang manusia yang dikemukakan oleh
pendidikan, baik dalam sejarah umat para ahli:
manusia maupun dalam bentuk pendidikan 1. Ibnu Sina (980-1037 M). manusia
suatu jaman. (Mudyahardjo: 2002). Secara adalah makhluk yang mempunyai
Antropologi Budaya, manusia dianggap kesanggupan; a) makan, b) tumbuh, c)
sebagai organisme sosial-budaya, yang berkembang biak, d) pengamatan hal-
merupakan bagian dari suatu kelompok hal yang istimewa, e) pergerakan di

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 72


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

bawah kekuasaan, f) ketahuan (penge- Dengan demikian terdapat


tahuan tentang) hal-hal yang umum, dan perbedaan dan persamaan antara manusia
g) kehendak bebas. Menurutnya, tum- dengan makhluk lain (hewan) secara aspek
buhan hanya mempunyai kesanggupan fisikal/biologis dan aspek kemampuan
1, 2, dan 3, dan hewan mempunyai berpikir, bermasyarakat, berbudaya, serta
kesanggupan 1, 2, 3, 4, dan 5. bertuhan. Ini berarti jika manusia dalam
2. Ibnu Khaldun (1332–1406). Manusia kehidupannya hanya dalam urusan-urusan
adalah hewan dengan kesanggupan fisik/biologis seperti makan, minum,
berpikir, kesanggupan ini merupakan beristirahat, maka kedudukannya setara
sumber dari kesempurnaan dan puncak dengan hewan. Maka untuk mengangkat
dari segala kemuliaan dan ketinggian di manusia lebih tinggi adalah dari
atas makhluk-makhluk lain. penggunaan akal untuk berpikir dan
3. Ibnu Miskawaih. Menyatakan bahwa berpengetahuan, yang kemudian
manusia adalah makhluk yang mengaplikasikannya bagi kepentingan
mempunyai kekuatan-kekuatan yaitu: 1) kehidupan sehingga berkembanglah
Al-Quwwatul Aqliyah, yaitu kekuatan masyarakat yang beradab dan berbudaya.
berpikir atau mengolah akal, 2) Al- Kemampuan tersebut juga telah
Quwwatul Godhbiyyah, yaitu Marah, 3) mendorong manusia untuk berpikir
Al-Quwwatu Syahwiyah, yaitu sahwat. melebihi pengalamannya seperti keyakinan
4. Widodo (2008) mengatakan bahwa pada Tuhan yang merupakan inti dari
dalam perspektif Islam, manusia adalah seluruh ajaran Agama (Irfan, dkk, 2020).
mahluk yang paling mulia (At Tiin:4 Sedangkan konsep manusia dalam
dan Al Isra:70), manusia sebagai hamba Alquran mengacu pada makna pokok
Allah (Al Dzariyat:56), manusia manusia, yakni al-Insan, Basyar, dan al-
sebagai khalifah, pelestari, dan peneliti Nas, yang ketiganya jelas memiliki makna
alam (Al An’am:165), manusia sebagai signifikan (Irfan dan Mastuki, 2000; Aziz,
makhluk yang bertanggung jawab (At 2012; Buseri, 2014), yakni:
Takatsur:8; An Nur:24), manusia 1. Menggunakan kata yang terdiri dari
merupakan makhluk yang terbatas, huruf alif, nun dan sin, ins, naas atau
manusia dilahirkan dalam keadaan unas.
fitrah (Ar Rum:30), dan manusia 2. Menggunakan kata basyar.
sebagai makhluk yang dapat dididik dan 3. Menggunakan kata Bani adam dan
mendidik (Al-Baqarah: 31, Lukman: Dzuriyat Adam.
13). Ketiga kata di atas menunjukkan
Bagan dari uraian di atas sebagai arti pada manusia, tetapi secara khusus
berikut: memiliki pengertian yang berbeda. Al-
Manusia Insan terbentuk dari kata ‫ﯾﻨﺲ‬ َ – ‫ﻧﺴﻲ‬
yang berarti lupa. Kata insan bila dilihat
Hewani Insani asal kata al-Nas, berarti melihat,
Jasad/fisik/biologis: Jiwa/Akal/Rohani: mengetahui, dan minta izin. Kata tersebut
- Makan - Berpikir mengandung petunjuk adanya kaitan
- Minum - Berpengetahuan substansial antara manusia dengan
- Tumbuh - Bermasyarakat
- Berkembang biak - Berbudaya
kemampuan penalarannya. Manusia dapat
- Bertuhan

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/338832626

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 73


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

mengambil pelajaran dari hal-hal yang menjadikan dirinya makhluk yang


dilihatnya, dapat mengetahui apa yang berbudaya dan berperadaban.
benar dan apa yang salah, serta dapat Istilah al-Nas, dihubungkan dengan
meminta izin ketika akan menggunakan fungsi manusia sebagai makhluk sosial
sesuatu yang bukan miliknya. yang mengutamakan keharmonisan
bermasyarakat. Kata an-Nas digunakan
1. Al-Insan untuk seluruh manusia secara umum tanpa
melihat statusnya apakah beriman atau
Menurut Shihab (dikutip dalam kafir. Meskipun manusia telah
Buseri, 2014), Penggunaan kata al-Insan dianugerahkan Allah Swt dengan berbagai
disebutkan dalam Alquran sebanyak 65 potensi yang bisa digunakan, namun hanya
kali, ins sebayak 18 kali, naas sebayak 243 sebagian manusia saja yang mau
kali, dan sebanyak unas 5 kali. Digunakan mempergunakannya, karena karakteristik
pada keistimewaan manusia sebagai manusia senantiasa berada dalam setiap
penyandang predikat Abdullah dan keadaan (mudah goyah atau labil),
Khalifah di muka bumi, sekaligus sehingga mempergunakan potensi tersebut
dihubungkan dengan proses penciptaannya, untuk menentang kekuasaan Tuhan. Dari
sehingga menempatkan manusia sebagai sini terlihat bahwa manusia mempunyai
makhluk Allah Swt yang mulia dan dimensi ganda, yaitu sebagai makhluk yang
tertinggi dibandingkan makhluk-Nya yang mulia dan yang tercela.
lain, karena memiliki potensi dasar, yaitu Penggunaan kata al-Nas lebih
fitrah akal dan kalbu. Kata insan, juga bersifat umum dalam mendefinisikan
digunakan untuk menunjuk kepada hakikat manusia dibanding dengan kata al-
manusia dengan seluruh totalitas, jiwa dan Insan. Jika kembali ke asal mula terjadinya
raganya, yang berbeda antara seseorang manusia yang bermula dari pasangan laki-
dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan
mental dan kecerdasan. Dalam QS. at-Tiin berkembang menjadi masyarakat di dunia
ayat 4; ini, maka menunjukkan bahwa manusia
(٤) ‫ﻟَﻘَ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻹ ْﻧ َﺴﺎنَ ﻓِﻲ أَﺣْ َﺴ ِﻦ ﺗَ ْﻘ ِﻮ ٍﯾﻢ‬ harus hidup bersaudara dan tidak boleh
Artinya: saling menjatuhkan. Secara sederhana,
Sesungguhnya kami telah menciptakan inilah sebenarnya fungsi manusia dalam
manusia dalam bentuk yang sebaik- konsep an-Nas.
baiknya.
Berdasarkan pengertian tersebut, 2. Al-Basyar
tampak bahwa manusia mempunyai
potensi untuk dididik. Potensi manusia ini Istilah al-Basyar menunjukkan
dapat diarahkan pada upaya mendorong bentuk material yang memerlukan makan
manusia untuk berkreasi dan berinovasi, dan berjalan, hal ini menunjukkan unsur
sehingga menghasilkan sejumlah kegiatan fisik biologis. Al-Basyar berasal dari akar
berupa pemikiran, ilmu pengetahuan, kata yang pada mulanya berarti penam-
kesenian, serta mampu merekayasa pakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari
temuan-temuan baru dalam berbagai akar kata yang sama lahir kata Basyarah
bidang. Dengan demikian manusia dapat yang berarti kulit (Hasan Langgulung
dikutip dalam Buseri, 2014). Secara

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 74


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

sederhana, Quraish Shihab (1996: 279) Artinya:


menyatakan bahwa manusia dinamai Katakanlah: Sesungguhnya aku ini
Basyar karena kulitnya yang tampak jelas manusia biasa seperti kamu, yang
dan berbeda dengan kulit-kulit binatang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
yang lain. Penelitian terhadap kata manusia Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
yang disebut Alquran sebanyak 36 kali Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
dengan menggunakan kata Basyar perjumpaan dengan Tuhannya, Maka
menyebutkan bahwa yang dimaksud hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
manusia Basyar adalah anak turunan Adam, dan janganlah ia mempersekutukan
makhluk fisik yang suka makan dan seorangpun dalam beribadat kepada
berjalan-jalan. Kata-kata tersebut diungkap Tuhannya.
dalam bentuk tunggal dan sekali dalam Dengan demikian penggunaan kata al-
bentuk Mutsanna (dual) untuk menunjuk- Basyar pada manusia menunjukkan
kan manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaan dengan makhluk Allah Swt
persamaannya dengan manusia seluruhnya. lainnya pada aspek material atau dimensi
Aspek fisik itulah yang membuat jasmaniahnya.
pengertian Basyar mencakup anak turunan
Adam secara keseluruhan. 3. Bani Adam
Berdasarkan konsep Basyar,
manusia tidak jauh berbeda dengan Istilah bani Adam atau zurriyat
makhluk biologis lainnya, seperti Adam di dalam Alquran disebutkan
berkembang biak, mengalami fase sebanyak 18 kali, yang berarti anak Adam
pertumbuhan dan perkembangan dalam atau keturunan Adam digunakan untuk
mencapai tingkat kematangan serta menyatakan manusia bila dilihat dari asal
kedewasaan. Pemaknaan manusia dengan keturunannya (Quraish Shihab, 1996: 278).
al-Basyar memberikan pengertian bahwa Penggunaan kata bani Adam menunjuk
manusia adalah makhluk biologis serta pada arti manusia secara umum. Istilah
memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, Bani Adam dikaji dalam tiga aspek, yaitu:
seperti makan, minum, perlu hiburan, Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai
hubungan intim dan lain sebagainya. dengan ketentuan Allah, seperti berpakaian
Karena kata al-Basyar ditunjukkan kepada untuk menutup auratnya. Kedua,
seluruh manusia tanpa terkecuali, ini mengingatkan pada keturunan Adam agar
berarti Nabi dan Rasul pun memiliki tidak mengikuti bujukan setan yang
dimensi al-Basyar seperti yang mengajak kepada keingkaran. Ketiga,
diungkapkan firman Allah Swt dalam memanfaatkan semua yang ada di alam
Alquran QS. Al-Kahfi ayat 110; semesta dalam rangka ibadah dan
menauhidkan-Nya. Kesemuanya itu
‫ﻲ أَﻧ ﱠ َﻤﺎ إِﻟَﮭ ُ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ﻗُﻞْ إِﻧ ﱠ َﻤﺎ أَﻧَﺎ ﺑَ َﺸ ٌﺮ ِﻣ ْﺜﻠ ُ ُﻜ ْﻢ ﯾ ُﻮ َﺣﻰ إِﻟَ ﱠ‬ merupakan anjuran dan peringatan Allah
untuk memuliakan keturunan Adam
ْ‫إِﻟَﮫ ٌ َوا ِﺣ ٌﺪ ﻓَ َﻤ ْﻦ َﻛﺎنَ ﯾَﺮْ ﺟُﻮ ﻟِﻘَﺎ َء َرﺑﱢ ِﮫ ﻓَ ْﻠﯿ َ ْﻌ َﻤﻞ‬ dibanding makhluk-Nya yang lain.
‫ﺻﺎﻟِﺤًﺎ َوﻻ ﯾ ُ ْﺸ ِﺮ ْك ﺑ ِ ِﻌﺒَﺎ َد ِة َرﺑﱢ ِﮫ أَ َﺣﺪًا‬َ ‫َﻋ َﻤﻼ‬ Konsep Bani Adam dalam bentuk
menyeluruh adalah mengacu kepada peng-
hormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 75


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

bahwa manusia dalam konsep Bani Adam, kualitas moral/akhlak, sehingga tidak hanya
adalah sebuah usaha pemersatu yang tidak masalah kekuatan fisik dan kognitif, tapi
ada perbedaan sesamanya, yang mengacu juga menyangkut akhlak, sebagaimana
pada nilai-nilai penghormatan yang Rasul diutus untuk memperbaiki akhlak
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. manusia. (Hasan, 2004).
Alquran tidak menggolongkan
C. Manusia dan Akal Pikirannya manusia ke dalam kelompok binatang
selama ia menggunakan akal dan karunia
Akal yang dalam bahasa Yunani Tuhan lainnya. Namun, apabila akal dan
disebut nous atau logos atau intelek potensi lainnya yang bernilai tinggi
(intellect) dalam bahasa Inggris adalah daya (pemikiran/ rasio, kalbu, jiwa, raga
berpikir yang terdapat dalam otak, pancaindra) tersebut tidak digunakan, maka
sedangkan ‘hati” adalah daya jiwa (nafs derajatnya akan turun bahkan lebih rendah
nathiqah). Daya jiwa berpikir yang ada dari pada binatang, sebagaimana QS. al
pada otak di kepala disebut akal. A'raf ayat 179;
Sedangkan yang ada pada hati (jantung) di
ْ
dada disebut rasa (dzauq). Karena itu ada
dua sumber pengetahuan, yaitu
‫ﺲ‬ِ ‫َوﻟَﻘَ ْﺪ َذ َرأ َﻧﺎ ِﻟ َﺠ َﮭﻨﱠ َﻢ َﻛ ِﺜﯿﺮً ا ِﻣﻦَ ْاﻟ ِﺠﻦﱢ َواﻹ ْﻧ‬
pengetahuan akal (ma'rifat aqliyah) dan ‫ﻟَﮭُ ْﻢ ﻗُﻠُﻮبٌ ﻻ ﯾَ ْﻔﻘَﮭُﻮنَ ِﺑﮭَﺎ َوﻟَﮭُ ْﻢ أَ ْﻋﯿ ٌُﻦ ﻻ‬
pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). ‫ان ﻻ ﯾَ ْﺴ َﻤﻌُﻮنَ ﺑِﮭَﺎ‬ ٌ ‫ْﺼﺮُونَ ﺑِﮭَﺎ َوﻟَﮭُ ْﻢ آ َذ‬ ِ ‫ﯾُﺒ‬
Kalau para filsuf mengunggulkan ُ
‫ﺿﻞﱡ أوﻟَﺌِﻚَ ھُ ُﻢ‬ َ ‫أُوﻟَﺌِﻚَ َﻛﺎﻷ ْﻧ َﻌ ِﺎم ﺑَﻞْ ھُ ْﻢ أ‬
َ
pengetahuan akal, para sufi lebih
mengunggulkan pengetahuan hati (rasa). . َ‫ْاﻟ َﻐﺎﻓِﻠُﻮن‬
Sebagian filosof dan pemikir Artinya:
berpendapat bahwa akal dan tubuh dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi
merupakan hal yang terpisah bahkan neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
kontradiktif. Hal ini diakui oleh Plato (427- manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
347 SM) yang menjadikannya sebagai tidak dipergunakannya untuk memahami
landasan teorinya tentang akhlak, politik, (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
sosial serta pendidikan (Aly dan Suparta, mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
2003). Akal dianggap lebih mulia daripada melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
tubuh, sehingga terjadi pengkultusan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
terhadap ilmu-ilmu teoritis. Di samping itu dipergunakannya untuk mendengar (ayat-
ada juga yang berpendapat bahwa akal dan ayat Allah). mereka itu sebagai binatang
tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
dapat terpisahkan (Asrori, 2008). mereka Itulah orang-orang yang lalai.
Pandangan kedua inilah yang lebih banyak
dianut, oleh karena itu, teori-teori Sebuah hadits riwayat Bukhari dan
pendidikan tidak terlepas pada masalah Muslim dikatakan bahwa dalam tubuh
perkembangan akal dan kaitannya dengan manusia terdapat segumpal daging, bila ia
perkembangan fisik manusia. baik maka baik pula seluruh tubuh, dan bila
Sementara itu dalam Islam, ia rusak, rusak pula seluruh tubuh,
keturunan yang berkualitas mencakup tiga segumpal daging inilah yang disebut
hal, yakni kualitas fisik, kualitas akal dan dengan hati (kalbu). Maka penting kiranya
bahwa aspek pendidikan tidak hanya

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 76


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

memperhatikan masalah pengembangan (kekayaan, keluarga, popularitas), taufik


dan pembinaan fisik dan akal atau kognitif, dan bimbingan Allah (hidayah/petunjuk
tadi juga mengasah kalbu sesuai dengan Allah, irsyad/bimbingan Allah,
ajaran Islam, karena dengan ketiga hal tasdid/dukungan Allah, ta’yid/bantuan
inilah, seorang muslim akan dapat Allah), serta bahagia akhirat (Kamrani
menjalani hidup ini dengan baik dan benar. Buseri, 2014). Dalam QS. al-Baqarah ayat
156 bahwa hakikat kehidupan manusia
D. Hakikat Kebahagiaan adalah untuk kembali kepadanya;
“Sesungguhnya kami (berasal) dari Allah,
Kebahagiaan menunjukkan suasana dan akan kembali kepada-Nya.”
batin seseorang saat bersentuhan dengan Menurut Aziz (2012),
kondisi dirinya, saat dan situasi di mana dia sesungguhnya keberadaan manusia di sisi
berada. Kebahagiaan merupakan hal Allah baru menemukan hakikatnya ketika
yang sangat berharga dalam kehidupan mereka sepenuhnya mengabdi kepada
manusia, sehingga setiap orang akan Allah, dan inilah yang menjadi nilai
berupaya untuk mendapatkannya. Menurut dirinya. Maka bagi seorang muslim,
Iwan P. Pontjowinoto (dikutip dalam kebahagiaan yang dicari bukan hanya
Buseri, 2014), sebagian besar manusia akan kebahagiaan di dunia, tapi juga
merasa bahagia bila telah mencapai cita- kebahagiaan di akhirat.
cita hidupnya, namun cita-cita hidup
manusia tidak selalu sama, sementara itu E. Implikasi Tinjauan Filosofis Islam
pusat segala kebahagiaan adalah bertemu Tentang Hakikat Manusia, Akal
dengan sang Khalik. Pikirannya, Serta Makna
Menurut para filsuf Islam, akal Kebahagiaan Terhadap Dunia
yang telah mencapai tingkatan tertinggi Pendidikan
akal perolehan (akal mustafad) ia dapat Alat potensial dasar atau fitrah
mengetahui kebahagiaan dan berusaha manusia haruslah ditumbuh kembangkan
memperolehnya. Akal yang demikian akan secara optimal dan terpadu melalui proses
menjadikan jiwanya kekal dalam pendidikan sepanjang hayatnya. Manusia
kebahagiaan (Jannah). Namun, jika akal diberi kebebasan untuk berikhtiar
yang telah mengenal kebahagiaan itu mengembangkan alat-alat potensialnya
berpaling, berarti ia tidak berusaha Namun dalam perkembangannya tidak bisa
memperolehnya. Jiwa yang demikian akan dilepaskan, karena adanya batas-batas
kekal dalam kesengsaraan (neraka). tertentu, yaitu adanya hukum-hukum yang
Al-Ghazali sebagaimana dikutip pasti dan tetap menguasai alam, atau
K.H. Anwar Sanusi, menyebutkan hukum-hukum yang biasa disebut dengan
beberapa unsur yang berkaitan dengan takdir, yaitu keharusan universal atau
kebahagiaan, yakni akal budi (sempurna kepastian umum sebagai batas akhir dari
akal dengan ilmu, iffah/menjaga ikhtiar manusia dalam kehidupannya di
kehormatan, syaja’ah/berani berbuat baik dunia.
dan menghindari yang jahat, serta berbuat Pertumbuhan dan perkembangan
adil), tubuh (yang sehat secara fisik dan alat potensial atau fitrah manusia itu
psikis, fisik yang gagah dan cantik, dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas
anugerah “umur panjang), luar badan (penurunan sifat dari orangtua), lingkungan

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 77


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

geografis, lingkungan sosial, sejarah dan pragmatisme dan pendidikan menjadi


faktor-faktor temporal. Sebab itu filsafat pendidikan pragmatisme, idealisme
pendidikan yang dilakukan harus juga dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan
melihat faktor lingkungan di samping idealisme. Maka dalam konteks inilah,
faktor-faktor yang lain, seperti tujuan filsafat yang menjadi kajian relevan ketika
pendidik, peserta didik, dan alat dihubungkan dengan masalah pendidikan.
pendidikan. Semuanya saling berkaitan dan Dalam mengenal arti dan tujuan
mempengaruhi antara satu faktor dengan manusia merupakan salah satu permasalah-
faktor lainnya. an filsafat dan dunia pendidikan, yakni arti,
Tujuan hidup manusia adalah makna dan tujuan kehidupan manusia yang
mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan mencakup semua aspek haruslah
manusia akan dapat diwujudkan dengan berlandaskan ajaran Islam, demikian pula
sendirinya melalui dua jalan. Pertama, halnya dengan filsafat pendidikan. Menurut
melalui sifat pertengahan antara mengikuti As Said (2009) ada beberapa hal yang harus
dorongan sifat kebinatangan dan dipenuhi:
kemanusiaan, yakni nafsu makan, hasrat, 1. Tidak mengandung pertentangan
dan nafsu yang berada di bawah bimbingan dengan aqidah Islam
akal. Kedua, kebahagiaan itu terjadi pada 2. Dapat diterima oleh akal sehat yang
pengguna akal dalam melakukan penelitian selaras dengan fitrah
ilmu pengetahuan dan merenungkan 3. Mengandung berbagai prinsip dan
tentang kebenaran (Alavin Zianuddin, undang-undang yang mengatur
2002). hubungan antara manusia dengan
Untuk melihat etika keilmuan dan Tuhan, dan dengan segala yang ada
implikasi filsafat dalam dunia pendidikan, dalam jagat ini-termasuk unsur-unsur
dapat ditinjau dari modus hubungan antara material, spiritual, benda-benda jamadi,
filsafat dan pendidikan. Imam Barnadib binatang, tumbuhan dan hubungan
(2002) mengemukakan bahwa pada manusia dengan sesamanya.
hakikatnya, hubungan antara filsafat dan 4. Mempersiapkan manusia untuk
pendidikan merupakan hubungan kehidupan dunia dan sekaligus
keharmonisan, bukan hanya hubungan kehidupan akhirat.
insidental semata. Bahkan untuk Dari uraian di atas dapat dikatakan
memahami filsafat pendidikan, perlu bahwa untuk keberhasilan proses pendidik-
dilihat pendekatan mengenai apa dan an, maka pemahaman akan hakikat manu-
bagaimana filsafat itu sendiri. Menurutnya, sia, akal pikiran, dan makna kebahagiaan
pendekatan itu dapat dilihat melalui yang sesungguhnya haruslah dipertimbang-
beberapa sudut pandang. kan. Segala aspek seperti desain dan
Salah satu sudut pandang tersebut pengembangan kurikulum, materi
adalah filsafat pendidikan dapat tersusun pembelajaran, pendekatan atau metode
karena adanya hubungan linier antara yang digunakan dalam pembelajaran,
filsafat dan pendidikan. Sebagai contoh, bahkan tipe atau peranan yang harus
sejumlah aliran filsafat dapat dihubungkan diambil oleh para pendidik hendaklah
sedemikian rupa menjadi filsafat berdasarkan pemahaman terhadap berbagai
pendidikan. Realisme dan pendidikan hakikat di atas, sehingga setiap langkah
menjadi filsafat pendidikan realisme, yang diambil bisa sinergis dengan fitrah

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 78


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

manusia dan perkembangannya. Muhaimin berupa tugas terhadap diri sendiri, keluarga,
(2009) mengemukakan, manusia yang masyarakat serta tugas kekhalifahan
diinginkan oleh pendidikan Islam adalah terhadap alam.
manusia yang mengenal dirinya
(kemampuan, bakat, minat dan sebagainya) F. Simpulan
dan tempat-tempat segala sesuatu dalam
tatanan wujud, serta mengadakan Agama akan memelihara manusia
pengakuan atau mewujudkan kemampuan, dari penyimpangan, kesalahan dan
bakat dan minatnya dalam kehidupannya menjauhkannya dari tingkah laku yang
untuk menuju kepada pengenalan dan negatif. Dalam Alquran ada beberapa
pengakuan manusia akan Kekuasaan dan konsep, yaitu: a) konsep al-Basyar, yaitu
Keagungan Tuhan di dalam tataran wujud. aspek fisik yang membuat pengertian
Bagi umat Islam, jelas pemahaman Basyar mencakup anak turun Adam secara
tentang hakikat manusia, akal dan keseluruhan. Kata basyar dalam Alquran
kebahagiaan yang diikuti adalah yang disebutkan sebanyak 36 kali dalam bentuk
sesuai dengan ajaran Islam, yakni manusia tunggal. b) konsep al-Insan, kata insan bila
adalah ciptaan Tuhan, bukan terjadi dengan dilihat asal kata al-Nas yang berarti
sendirinya, yang memiliki tugas sebagai melihat, mengetahui, dan minta izin, yang
Khalifatullah, yang dibekali dengan akal mengandung petunjuk adanya kaitan antara
dan kemauan serta nafsu, sehingga di manusia dengan kemampuan penalaran
samping fitrah patuh kepada aturan Allah, atau berpikir. c) konsep al-Naas, yang pada
juga ada potensi pemberontakan. umumnya dihubungkan dengan fungsi ma-
Islam juga menuntut agar umat nusia sebagai makhluk sosial yang mengu-
muslim hidup secara seimbang, tidak hanya tamakan keharmonisan bermasyarakat,
mengandalkan akal tapi juga kalbu, karena manusia tidak bisa hidup sendiri. d)
keimanan dan ketakwaan, rasa takut dan konsep Bani Adam, menyatakan manusia
harap, kebahagiaan dunia dan akhirat, bila dilihat dari asal keturunannya. e)
sehingga pendidikan haruslah memberikan Konsep al-Ins, dalam Alquran disebutkan
masukan atau mengembangkan tidak hanya sebanyak 18 kali. f) konsep Abdullah dan
pada akal tapi juga kalbunya, tidak sekedar Khalifatullah.
mengejar materi tapi juga kepuasan rohani. Alquran tidak menggolongkan
Dengan demikian, setiap ilmu akan manusia ke dalam kelompok binatang
menghasilkan amal, dan amal yang ikhlas selama ia menggunakan akal dan potensi
akhirnya akan membuahkan kebahagiaan lainnya yang bernilai tinggi (pemikiran/
yang hakiki. rasio,kalbu, jiwa, raga pancaindra), tetapi
Maka dengan demikian pendidikan jika tidak digunakan maka derajatnya akan
dalam Islam adalah untuk membimbing dan setara dan lebih rendah dari pada binatang,
mengarahkan manusia agar mampu sebagaimana QS. al-A’raf ayat 179.
mengemban amanat dari Allah Swt, yaitu Sesungguhnya manusia akan menemukan
menjalankan tugas-tugas dalam hakikat dirinya ketika ia sepenuhnya
kehidupannya sebagai Abdullah yang harus mengabdi kepada Allah, dan inilah yang
tunduk dan taat terhadap segala aturan dan menjadikan dirinya bernilai. Maka
kehendak-Nya serta mengabdi hanya kebahagiaan yang dicari bukan hanya
kepada-Nya dan juga sebagai Khalifatullah kebahagiaan di dunia, tapi juga

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 79


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

kebahagiaan di akhirat. Tujuan hidup untuk DAFTAR PUSTAKA


mendapatkan kebahagiaan akan terwujud
memalui jalan pertengahan, yaitu; jalan di
antara mengikuti dorongan sifat Aly, Hery Noer dan S. Munzier.
kebinatangan (nafsu, makan, hasrat) di Pendidikan Islam Kini dan
bawah bimbingan akal dan jalan Mendatang. Jakarta: CV. Triasco,
kemanusiaan dengan pengguna akal dalam 2003.
merenungkan tentang kebenaran.
________. Watak Pendidikan Islam.
Jakarta Utara: Friska Agung Insani,
2000.

As Said, Muhammad. Filsafat Pendidikan


Islam. Barabai: STAI Al Washliyah
Barabai, 2009.

Asfar, M.Irfan Taufan. dkk. “Implikasi


Pandangan Filosofis Tentang Manusia
Dalam Pendidikan (Implications Of
Philosophical Views Of People In
Education)”. Education Philosophy.
Januari 2020,
https://www.researchgate.net/publicat
ion/338832626.

Asrori, Mohammad. Psikologi


Pembelajaran. Bandung: Wacana
Prima, 2008.

Aziz, Amka Abdul. Hati Pusat Pendidikan


Karakter: Melahirkan Bangsa
Berakhlak Mulia. Klaten: Cempaka
Putih, 2012.

Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan.


Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,
2002.

Buseri, Kamrani. Dasar, Asas dan Prinsip


Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2014.

Haryanto, Sri. “Manusia Jawa dalam


Terminologi Al-Qur’an”. SPEKTRA
(Jurnal Kajian Pendidikan Sains).
Jawa Tengah, 2016.

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 80


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X
Nuthpaturahman, Hakikat Manusia, Akal .....

Hasan, Muhammad Tholhah. Islam dan


Masalah Sumber Daya Manusia.
Jakarta Selatan: Lantabora Press,
2004.

Mohammad Irfan dan Mastuki HS. Teologi


Pendidikan: Tauhid sebagai
Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta
Pusat: Friska Agung Insani, 2000.

Mudyahardjo, Redja. Pengantar


Pendidikan: Sebuah Studi Awal
tentang Dasar-dasar Pendidikan pada
Umumnya dan Pendidikan di
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002.

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum


Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi.
Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Suparta, M. dan Aly, Herry Noer.


Metodologi Pengajaran Agama Islam.
Jakarta: Amissco, 2003.

Zianuddin, Alavin. Pemikiran Islam.


Bandung: Angkasa, 2003.

AT-TARWIYAH, Jurnal STAI Al-Washliyah Barabai 81


Vol.XIII No.26 (Juli-Desermber 2020) - ISSN 2085 -160X

Anda mungkin juga menyukai