Anda di halaman 1dari 7

PERAN AYAH SEBAGAI SIGNIFICANT OTHER DALAM

PENCEGAHAN TERJADINYA LGBT PADA ANAK USIA DINI

Anwardiani Iftaqul Janah


Mahasiswa PGPAUD UAD Yogyakarta
Email: anwardianiiftaqul@gmail.com

Abstract
In the process of life, a person is required to perform life activities that do not deviate, so that as human being he/she can be
accepted by the social environment. Various methods and strategies have been strived to prevent LGBT as early as possible, like
determining personal identity through the fathers’ role in the children lives ,especially in the teachings of gender roles in the family
circle. In fact, there is currently crisis of supervision from parents that tend to ignore the development of gender understanding
within the children. Recognizing the problem of LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender) are importantly connected
with the development phase of early childhood because at the time children are very easy to absorb information from others
without being able to filter them. The role of a mother in a family environment to educate children would not be separated from
the role of a father as they both have different functions that complement each other. This paper aimed to give further perspective
of LGBT prevention by strengthening the role of father.

Keywords: The role of Father and Mother, LGBT, Early Childhood.

PENDAHULUAN

Dalam proses berlangsungnya kehidupan, memahami fungsi organ tubuh, dan tahu kapan
manusia dituntut untuk menjalani aktivitas boleh atau tidaknya berinteraksi langsung dengan
hidupnya supaya tidak menyimpang dari norma teman sesama jenis atau lawan jenisnya.
agama dan norma sosial agar dapat diterima oleh
Seksualitas merupakan suatu identitas diri
lingkungan. Salah satunya seperti menentukan
tentang bagaimana cara berbicara, bagaimana
sebuah identitas pribadi yang paling penting,
cara berpenampilan, dan bagaimana cara
tentang manusia yang menggolongkan dirinya
berfikir. Seksualitas memiliki sifat cair sehingga
sebagai laki-laki atau perempuan. Sebab, dalam
jenis kelamin tidak hanya terdiri dari laki-laki
menjalani suatu kehidupan manusia sangat
dan perempuan, namun juga homoseksual dan
banyak dihadapkan dengan sebuah pilihan yang
biseksual. Hal ini dipengaruhi oleh interaksi
tentunya kita wajib untuk memilihnya. Secara
pada faktor sejarah, psikologis, agama, politik,
hakikat peran seks tidak hanya yang berkaitan
biologis, sosial, dan ekonomi (Definisi WHO
dengan fungsi organ fisik saja, melainkan juga
dalam Ardhanary Institute dan HIVOS). Ada
dalam fungsi secara psikologis. Secara logis
dua pandangan tentang seksualitas yang saling
tentunya masih sangat dini untuk seorang anak
berlawanan, yaitu tentang antar kelompok yang
memahami, apabila membahas organ seks
mendasarkan pemikiran tentang seksualitas
sebagai fungsi reproduksi karena memang belum
pada aliran esensialism dan social constructionism.
pada waktunya untuk anak usia dini memahami
Kelompok esensialism memiliki pendapat bahwa
hal tersebut.
jenis kelamin, orientasi seksual, dan identitas
Pendidikan merupakan hal penting dan seksual sebagai hal yang bersifat natural sehingga
utama dalam kehidupan, khususnya bagi seorang tidak dapat dirubah. Jenis kelamin hanya terdiri
anak yang berhak mendapatkan pendidikan dari dari 2 jenis yaitu laki-laki dan perempuan, dan
lingkup terkecil yaitu keluarga. Salah satu bentuk identitas gender harus selaras dengan jenis
pendidikan tersebut adalah pendidikan seks kelamin (laki-laki- maskulin dan perempuan-
yang dapat dimulai dari mengenali diri sendiri, feminim) hal ini menimbulkan perbedaan pada

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


95
kelompok yang berada di luar kewajaran tersebut 1. Fase Oral
dianggap sebagai abnormal. Sebaliknya, dalam Tahap oral merupakan sumber
pandangan social constructionism bukan hanya utama bagi bayi, interaksi tersebut terjadi
gender saja, tetapi juga mengenai jenis kelamin, melalui mulut sehingga refleks menghisap
orientasi seksual, maupun identitas gender merupakan hal penting. Bayi akan merasa
merupakan hasil pada konstruksi sosial. senang karena mendapat rangsangan
Pada usia taman kanak-kanak disebut oral melalui kegiatan memuaskan seperti
usia keemasan, hal ini merupakan masa-masa menghisap dan mencicip, karena bayi
penting dimana peran orangtua dan lingku- ngan sepenuhnya tergantung pada pengasuh
sekitarnya menjadi fasilitas pendukung dalam yang memberikan makanan selain itu bayi
membentuk kehidupan anak selanjutnya. Di sisi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan
lain anak adalah peniru yang luar biasa tidak peduli kenyamanan melalui stimulasi oral. Freud
terhadap apa yang terjadi di lingkungannya, akan mengatakan bahwa “Jika bayi bisa berbicara,
tetapi sebenarnya anak sedang memperhatikan tanpa diragukan lagi dia akan mengakui
apa yang sedang dilakukan oleh orangtua yang bahwa tindakan menghisap puting ibunya
menjadi role modelnya saat itu. Ada 3 aspek yang adalah hal terpenting dalam hidupnya”
berkaitan dengan hubungan sosial yaitu: (1). (1920, h.323). Menyusu merupakan hal vital
Berkaitan dengan kisaran jumlah antara teman karena air susu menyediakan makanan bagi
lakilaki dan perempuan, (2). Berkaitan dengan bayi karena itu dia harus terus menghisap
bagaimana hubungan konseli dengan teman puting ibu demi kelangsungan hidupnya.
dekatnya, (3). Berkaitan dengan karakteristik Konflik utama pada tahap ini merupakan
teman-teman dan lingkungan yang menjadi proses menghentikan aktivitas dalam
tempat untuk berhubungan secara sosial. Menurut menyusu, anak menjadi bergantung pada
Arestoteles menyatakan bahwa “Makhluk sosial pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap
merupakan manusia yang berhubungan secara ini, Freud percaya individu akan memiliki
timbal balik dengan manusia lain dan tidak akan masalah dengan ketergantungan. Fiksasi oral
pernah bisa melepaskan diri dari pengaruh orang da- pat mengakibatkan masalah de- ngan
lain”. Anak-anak tidak memasuki program anak minum, merokok, makan, menggigit kuku,
usia dini sebagai kertas putih yang kosong yang tak atau mengginggit barang-barang yang ada
berisikan apapun mengenai perbedaan. Namun, disekitarnya.
sebaliknya mereka membawa bank data sendiri
Pada tahap ini tugas ayah dalam fase
yang berisi pengamatan mengenai karakteristik
oral adalah memberikan kepercayaan yang
seseorang, pengalaman dengan respon orang
penuh untuk anak, sehingga anak akan
dewasa terhadap pertanyaan mereka yang bisa
memberikan kepercayaannya kepada orang
mencerminkan tingkat ketidaknyamanan yang
lain, percaya pada diri sendiri, serta percaya
beragam mengenai kelompok tertentu tentang
pada dunianya.
sebab dan pengaruh keragaman (Derman Sparks,
1992). 2. Fase Anal
Selama tahun kedua kehidupan anak,
Tahap Perkembangan Seksual Menurut wilayah anal menjadi fokus ketertarikan
Sigmund Freud seksual mereka. Anak-anak jadi semakin
sadar dengan sensasi menyenangkan yang
Tahap perkembangan seksual ini sangat ditimbulkan dari gerakangerakan isi perut
berkaitan erat untuk menjelaskan mengenai di membran selaput lendir daerah anal.
perilaku menyimpang (LGBT), salah satu tokoh Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus
yang konsen menjelaskan tentang perkembangan utama dari libido adalah pada pengendalian
seksual anak adalah Sigmund Freud beliau kandung kemih dan buang air besar. Konflik
membagi dalam 5 tahapan antara lain: utama pada tahap ini merupakan pelatihan

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


96
toilet anak harus belajar untuk mengendalikan mudah dibuat senang dan berubah bentuk,
kebutuhan tubuhnya. kaya akan sensasi, dan timbul rasa ingin tahu
yang tinggi. Pada tahap ini ayah memiliki
Menurut Sigmund Freud, ke- berhasilan
peran untuk memberikan kasih sayang dan
pada tahap ini tergantung pada cara
rasa cinta sesuai yang dibutuhkan oleh anak,
dimana orangtua melakukan pendekatan
sehingga anak tidak merasa tersaingi dengan
pelatihan toilet pada anak. Orangtua yang
keberadaan ayah dan cenderung akan
memanfaatkan pujian dan penghargaan
menerima ayah sebagai figur yang menjadi
untuk menggunakan toi- let pada saat yang
contoh untuknya. Akhirnya, anak mulai
tepat akan mendorong pada hasil yang positif
menyadari dan mengidentifikasi dengan
dan membantu anak merasa mampu dan
induk yang sama tentang seks sebagai bentuk
produktif. Pengalaman positif selama tahap
melakukan sesuatu hal untuk orang lain.
ini berperan sebagai dasar seseorang untuk
menjadi orang dewasa yang menjadi penentu 4. Fase Latensi Terciptanya pertahanan
masa depan dan kreatif. Akan tetapi, tidak yang kuat terhadap perasaan Odipal, anak
semua orangtua memberikan dukungan dan memasuki periode latensi yang bertahan
dorongan bahwa seorang anak memerlukan sampai sekitar usia 11 tahun. Represi seksual
stimulus dalam tahap ini. pada tahap ini sangat luas karena tidak hanya
mencakup perasaan dan memori Odipal saja,
Jika orangtua terlalu ketat atau memulai
namun juga perasaan serta memori oral dan
toilet training terlalu dini, maka kepribadian
anal. Periode laten merupakan saat eksplorasi
yang kuat pada tahap anal akan berkembang
dimana energi seksual itu tetap ada, dengan
dimana individu tersebut menjadi tertib,
diarahkan ke daerah lain seperti pengajaran
kaku, dan obsesif. Peran ayah dalam fase
intelektual dan interaksi sosial. Tahap
anal adalah melatih anak untuk belajar
ini sangat penting dalam pengembangan
mandiri, dengan ini ayah dapat memberikan
keterampilan so- sial dan komunikasi dalam
pengajaran tentang bagaimana cara mandi
kepercayaan diri, fase latensi sebagai salah
sendiri, makan sendiri, dan melatih pada
satu hal yang relatif stabil. Dalam fase ini
toilet training. Hal ini dapat dilakukan secara
ayah memiliki peran untuk menjadi contoh
terusmenerus sampai anak mencapai pada
terhadap anaknya, karena pada umur 5-
tingkat keberhasilan.
12 tahun anak sibuk mencari figur ideal
3. Fase Falik atau Odipal Pada tahap falik fokus yang dianggapnya sempurna, waktu yang
utama dari libido pada alat kelamin, setelah seperti ini adalah waktu yang tepat dalam
itu anak juga akan menemukan perbedaan ayah menampilkan diri sebagai figur yang
pada laki-laki dan perempuan, anak laki-laki baik untuk anak. 5. Fase Genital Pada fase
mulai melihat peran ayah yang bijaksana, adil, pubertas yang dimulai sekitar usia 11 tahun
dan tegas begitu juga anak perempuan yang untuk anak perempuan dan 13 tahun untuk
mulai melihat peran ibu yang lemah lembut, anak laki-laki, energi seksual sudah terbentuk
penyayang, dan sabar. Oleh karena itu anak dalam kekuatan penuh orang dewasa dan
akan menyontoh apa yang sudah ada yaitu mengancam untuk mengambil paksa
orangtuanya sendiri. Kompleks Oedipus pertahanan yang sudah dibangun selama ini.
meng- gambarkan perasaan ingin memiliki Tahap akhir perkembangan psikoseksual,
ibu dan keinginan untuk menggantikan individu mengembangkan minat seksual yang
ayah. Krisis Odipal anak laki-laki, krisis ini kuat pada lawan jenis. Dimana pada tahap-
dimulai saat anak laki-laki mulai tertarik tahap awal hanya fokus pada kebutuhan
kepada penisnya. Kompleks Odipus anak individu, kepentingan kesejahteraan
perempuan terdapat komplek Odipus pada orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika
anak perempuan, namun dia mengaku bahwa tahap lainnya telah selesai dengan sukses,
pemahaman pada dirinya dititik ini dalam individu sekarang harus seimbang, hangat,
sejumlah alasan yang tidak bisa dipahami. dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah
Organ ini merupakan hal yang begitu untuk menetapkan keseimbangan antara

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


97
berbagai bidang kehidupan. Terakhir pada begitu juga halnya anak perempuan kurang
perkembangan seksual yang dikemukakan memahami peran seorang ibu.
oleh Freud tentang anak yang mulai membagi 2. Hilangnya Peran Ayah Tidak sedikit
rasa cintanya untuk orang lain terutama pada orangtua yang keliru saat mengasuh anak
lawan jenisnya, hal ini ayah memiliki peran laki-laki. Kenapa anak laki-laki? Karena
untuk bekerjasama dengan ibu untuk sepakat menurut penelitian, otak kiri laki-laki selalu
terusmenerus menghujani dan memberi rasa lebih kuat dibanding otak kiri perempuan.
cinta terhadap anak sehingga anak tidak Namun, sambungan antara otak kanan dan
merasa haus kasih sayang dan cenderung otak kiri pada wanita lebih baik. Sehingga
mencaricari kasih sayang dari orang lain para laki-laki sangat mudah fokus pada suatu
diluar sana. hal berbeda dengan peran yang mampu
memikirkan banyak hal dalam satu waktu.
Pengertian LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Anak lakilaki menjadi banyak yang salah
Transgender) asuh karena kurangnya sosok ayah dalam
Menurut David O Sears (1994), Psikologi kehidupannya untuk mengembangkan otak
sosial merupakan ilmu yang berusaha secara kirinya tersebut. kebanyakan ayah biasanya
sistematis untuk memahami perilaku sosial sibuk mencari nafkah sehingga hanya punya
mengenai bagaimana kita mengamati orang lain, waktu beberapa jam dimalam hari dan akhir
bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita, pekan untuk keluarga. Untuk itu, seorang
dan bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi ayah perlu lebih meluangkan waktu agar
sosial. Kondisi emosional meliputi kecemasan dapat bermain dan berinteraksi dengan
dan depresi yang tidak sesuai dengan situasi, hal anakanak.
ini merupakan suatu bentuk respon yang tidak 3. Anak Lelaki Terlalu Banyak Berinteraksi
diharapkan untuk terjadi pada diri kita. dengan Ibu. Seorang ayah mempunyai
kewajiban dalam memenuhi kebutuhan
Faktor Penyebab LGBT Pada Anak Usia keluarga maka ayah akan banyak
Dini menghabiskan waktu untuk bekerja,
maka ibulah yang mendidik anak laki-laki
Penyebab seseorang menjadi LGBT itu sepenuhnya. Hal ini bisa membuat anak
sangat kompleks, beberapa hal yang menjadi tidak punya model identifikasi untuk menjadi
penyebab LGBT pada anak usia dini antara lakilaki seutuhnya, mengenai bagaimana
lain: berperilaku dan bersikap. Dikhawatirkan, hal
1. Orangtua yang Tidak Peduli Kebanyakan ini juga bisa menjadi penyebab anak menjadi
orangtua masa bodoh, kurang peduli, LGBT.
bahkan seolah tidak mau tahu terhadap 4. Kurang Pemahaman Agama. Seharusnya
anak-anak mereka. Mungkin banyak hal penanaman nilai-nilai agama dan perilaku
yang menjadi alasan untuk orangtua yang ditanamkan sejak dini karena pada usia dini
kurang memperdulikan anaknya, bisa jadi pengenalan dan penerapan akan mudah
karena faktor ekonomi yang diharuskan apabila kita melakukannya secara berangsur-
orangtua untuk bekerja lebih keras sehingga angsur. Anak memiliki otak yang bersifat
waktu untuk anak itu kurang bahkan tidak seperti spons yang menyerap banyak dan
ada, faktor sosial orangtua yang kurang mudah untuk mengingat.
memiliki wawasan maka cenderung akan 5. Bebas Menggunakan Gadget
berfikir bahwa anaknya akan baik-baik saja Hal lain yang berpotensi jadi pemicu anak
tanpa harus membimbingnya. Hal ini dapat menjadi LGBT ialah para orangtua banyak
menyebabkan anak khususnya anak laki-laki yang belum paham dengan fungsi gadget
menjadi lemah dalam berfikir, memilih, dan seperti smartpone, tablet, dan komputer.
mengambil suatu keputusan. Itu sebabnya Anak laki-laki menjadi sasaran utama
anak laki-laki tidak memahami peran ayah dari pornografi dan narkoba. Kurangnya

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


98
pengawasan dari orangtua kepada anak Tanggung jawab kebersamaan
dalam mengoperasikan smartphone, maka ayah dan ibu dalam menjalankan peran
anak akan bebas untuk menggunakannya pengasuhan cukup ting- gi, karena
tanpa ada perjanjian batasan yang diberikan 86% responden menyatakan bahwa
kepada orangtua untuk anak. pengasuhan anak adalah tugas bersama.
Temuan mengenai rata-rata waktu yang
6. Anak Terpapar Pornografi Semuanya digunakan ayah dalam berinteraksi
berawal dari gadget, dari segala aplikasi yang dengan anak adalah 6 jam. Secara
ada di dalamnya gadget memiliki peran yang kuantitas dapat dikatakan bahwa waktu
sangat penting dalam terpaparnya pornografi ayah bersama anak cukup memadai
pada anak. Segala informasi yang luas dan untuk melakukan aktifitas bersama
hal negatif dengan mudah didapatkan anak dengan anak.
dari gadget yang diberikan oleh orangtuanya
sejak dini, karena banyak orangtua yang b. Peran Keluarga
beranggapan kalau anak sudah diberikan Pola dalam hubungan keluarga
gadget maka anak akan diam dan tidak memiliki pengaruh besar ter-hadap
mengganggu urusan orangtuanya, bahkan perilaku seksual anak. Berbagai aktivitas
mengalahkan segala asuhan orangtuanya. orang dewasa secara tidak langsung yang
Pada akhirnya orangtua hanya dijadikan berada didalam satu rumah memberi
sesosok penegak hukum, di mana anak bisa dampak perkembangan seksual pada
menjadi sosok yang berbeda ketika berada anak. Siapapun tentu tidak ingin anaknya
di hadapan orangtuanya. Pornografi masuk tumbuh dan berkembang tidak normal,
melalui mata, kemudian diolah dengan hati, baik dari segi fisik, moral, seksual,
pada akhirnya merangsang dopamin dan kecerdasan, dan tingkah laku.
dapat menyebabkan ketagihan sehingga
Pada segi seksualitas, hubungan
berusaha meniru bahkan mencoba-coba.
harmonis, kasih sayang dalam keluarga
Terpaan pornografi bisa berujung pada rasa
dan perilaku yang memperhatikan
penasaran yang bisa memicunya terlibat
perbedaan jenis kelamin sangat baik
dalam fenomena LGBT.
dikembangkan untuk anak agar tidak
7. Cara Penanggulangan LGBT Melalui mengalami kelainan seksual. Hal yang
Penguatan Peran Ayah dapat dilakukan pada lingkungan
a. Konsep Ayah keluarga yaitu:
Peran ayah dalam ikut serta
1) Ikut andil dalam pencegahan LGBT
memberikan kontri busi penting bagi
pada anak
perkembangan anak, pengalaman
yang dialami bersama dengan ayah, 2) Memiliki kepedulian yang penuh,
akan mempengaruhi seorang anak ketika anak mengalami hal
hingga dewasa nanti. Penelitian ini menyimpang segera memberikan
bertujuan memperoleh gambaran teguran atau nasehat, sehingga anak
deskriptif mengenai keterlibatan ayah tidak salah jalan.
dalam pengasuhan anak serta dalam 3) Ikut mengontrol gerak anak ketika
pengumpulan datanya mengunakan berada diluar rumah
kuesioner berupa pertanyaan terbuka 4) Melakukan pendekatan agama
yang akan mengungkap pengasuhan secara terus-menerus agar anak
ayah dari perspektif ayah itu sendiri, tidak minim pemahaman dalam
sebanyak 100 orang laki-laki dewasa dan agama
me-miliki anak terlibat dalam penelitian
ini. Hasil penelitian ini menggambarkan 5) Mengajak anak untuk mendekatkan
proses parenting yang melibatkan peran diri pada Allah
ayah (fathering). SWT

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


99
c. Peran Ayah anak serta memunculkan kreativitas
Peran pertama, ayah merupakan yang tak terduga.
tempat mencurahkan isi hati dan kasih Peran keempat, ayah dapat terlibat
sayang bagi anakanak. Bersama dengan dalam semua aktivitas yang biasa
ibu, ayah juga seharusnya menjadi dilakukan ibu setiap harinya. Misalnya
tempat curahan kasih sayang kepada memasak, men- cuci, menyapu, dan
anak-anaknya. Perhatian dan kasih melakukan pekerjaan rumah lainnya.
sayang yang diberikan secara tulus dan Kebiasaan seperti ini bisa dilihat lang-
langsung dirasakan oleh anak, maka akan sung oleh anak dan akan memberikan
dampaknya akan berpengaruh langsung pembelajaran kepada mereka bahwa
terhadap perkembangan kejiwaan anak. ayah dan ibu dapat bekerjasama dalam
Anak akan tumbuh menjadi manusia melaksanakan pekerjaan rumah tangga.
yang memiliki jiwa yang sehat, stabil, Akan lebih baik lagi apabila anak-
dan berkarakter positif karena tercukupi anak ikut dilibatkan dalam berbagai
kebutuhan jiwanya akan perhatian dan aktivitas tersebut, sehingga anak akan
kasih sayang dari kedua orangtuanya. mendapatkan pengalaman yang baru,
Peran kedua, ayah dalam lingkup belajar berinisiatif dalam melaksanakan
keluarga adalah sebagai pemimpin pekerjaan. Selama anak belajar akan
keluarga, oleh karena itu anak secara pentingnya kerjasama, juga ia akan
berangsur-angsur mulai diberikan belajar berinisiatif dalam melaksanakan
pemahaman tentang ayahnya sebagai pekerjaan rumah dimana seorang ayah
pemimpin keluarga. Keputusan dan juga mampu melakukan hal itu.
kebijakan ayah dalam keluarga harus Peran kelima, ayah adalah teman
dihormati, ditaati, dan dilaksanakan bermain dan belajar untuk anak atau
bersama perintahnya dalam keluarga. bisa disebut dengan fasilitator. Selain
Ajak anak untuk belajar memahami ibu, sebaiknya ayah juga meluangkan
dan mematuhi keputusan ayah sebagai waktu untuk mendampingi anak-anak
pemimpin, hal ini akan berdampak pada dalam bermain dan belajar. Sesibuk
pemahaman anak bahwa dalam aktivitas apapun kegiatan ayah dalam melakukan
pemimpin sangatlah penting. Karena pekerjaan, luangkan waktu sebentar untuk
anak akan belajar tentang kemimpinan memperhatikan dan menjalin kedekatan
secara sederhana dan harapannya nanti dengan anak-anak seperti mendampingi
dimasa yang akan datang nantinya anak pada saat anak melakukan aktivitasnya.
dapat menjadi pemimpin. Kedekatan ayah dengan anak melalui
Peran ketiga, ayah sebagai aktivitas bermain dan belajar akan
pelindung yang memberikan rasa berpengaruh terhadap proses tumbuh
aman dan nyaman saat anak-anak kembang anak, bahkan sebagian ahli
melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. pendidikan percaya bahwa ayah yang
Kehadiran ayah dalam kegiatan anak sering terlibat dalam aktivitas harian
akan membawa perasaan senang, aman, anak sejak dini akan membawa dampak
dan nyaman bagi anak. Mereka tidak pada proses stimulasi perkembangan
merasa khawatir akan hal-hal yang dapat kecerdasan anak secara signifikan.
mengusik berbagai aktivitas yang sedang
dilakukannya. Bila anak mendapatkan
rasa aman dan nyaman, proses eksplorasi SIMPULAN
lingkung- an sekitar melalui berbagai
Pendidikan seks merupakan hal terpenting
aktivitas yang dilakukan anak akan dapat
bagi anak, sebagai upaya mencegah dalam
berjalan dengan lancar dan itu akan
segala macam perilaku penyalahgunaan seks.
menumbuhkan pengetahuan baru pada
Diharapkan dengan pendidikan seks yang baik,

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


100
anak akan tumbuh menjadi manusia dewasa kecil ke yang kompleks. Dalam konteks ini yang
yang unggul dan menjadi generasi yang lebih terpenting dalam mengajarkan seks pada anak
berkualitas. Pendidikan seks dilakukan secara usia dini adalah sikap mental dari orangtua,
bertahap sesuai tahapan umur, dan perkembangan yaitu menghilangkan perasaan malu, risih, dan
anak baik secara psikologis, biologis, maupun menganggap masalah seks sesuatu hal yang tabu
sosialnya. Dalam hal ini peran ayah sebagai dan hanya seputar masalah hubungan intim,
significant other harus bisa berkomunikasi secara sehingga pendidikan seks selalu bisa diajarakan
suportif dan intens, sehingga terjalin kedekatan dimanapun dan kapanpun dengan kemasan
dan keterbukaan terhadap anak mulai dari hal penyampaian yang lebih sederhana agar mudah
dipahami oleh anak.

DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Khilman Rofi. 2015. “Enam Kontinum Dalam Konseling Transgender Sebagai Alternatif Solusi
Untuk Konseli
LGBT”. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1 (1): 50 – 57., diakses tanggal 9 April 2016.
Crain, William. 2007. Teori Perkembangan
Konsep dan Aplikasi. (Edisi ke3). Terjemahan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press.
Jarvis, Matt. 2006. Teori-Teori Psikologi Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan, dan
Pikiran Manusia. Terjemahan oleh SPA-Teamwork. Bandung: Nusa Media.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2008. Psikologi Per- kembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Matsumoto, David. 2004. Pengantar Psiko- logi Lintas Budaya. Terjemahan oleh Anindito Aditomo.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Oetomo, Dede. 2008. “Dari Suara Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT) - Jalan Lain Memahami
Hak Minoritas. Jurnal Sosial dan Politik.- jalan+lain + memahami+hak+minoritas. Diakses pada tanggal 10
April 2016.
Patmonodewo, Soemiarti. 2008. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Roopnarine, Jaipaul L. dan Johnson, James
E. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Pendekatan (Edisi ke-5, Jilid ke-1). Terjemahan oleh
Sari Narulita. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sunarto, dan Hartono, Agung. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


101

Anda mungkin juga menyukai