Anda di halaman 1dari 28

TEORI KELAS SOSIAL DAN REALITASNYA

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Bambang Supeno,M.Pd

Fahrudi Ahwan Ikhsan, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Rofiatun Sakdiyah (180210303057)

Ken Rayi Naili Adni (180210303069)

Yusup Eka Wardana (180210303078)

Rizal Hilmi (180210303083)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
hanya dengan limpahan rahmat-NYA Penulis dapat menyelesaikan makalah ini
denagn tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir
zaman. Dan terimakasih juga kepada teman-teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Teori Kelas Sosial dan
Realitasnya” ini disusun guna memenuhi tugas Sosiologi. semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jember, 29 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................ 1
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................. 3
2.1 TEORI KELAS SOSIAL............................................................ 3
2.2 REALITAS KELAS SOSIAL.................................................... 22
BAB 3 PENUTUP........................................................................... 24
3.1 KESIMPULAN........................................................................... 24
3.1 SARAN........................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kelas sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Yaitu adanya golongan dari 3 tingkat
tertinggi dan terendah, inti dari lapisan dalam masyarakat yaitu tidak adanya
keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan tanggung
jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.
Kelas sosial timbul karena adanya interaksi di antara para anggota
masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu bila individu-individu dalam suatu
masyarakat yang berinteraksi terus-menerus dalam jangka waktu lama, maka
mereka akan cenderung membandingkan dan menempatkan individu-individu lain
dalam sebuah lapisan hierarki. Karena dalam masyarakat di manapun, memiliki
sistem-sistem heirearki. Dalam hierarki ini, para anggota masyarkat ditempatkan
pada posisi sosial tertentu, baik tinggi maupun rendah, superior atau inferior, dan
biasanya ini terlihat ketika mereka saling berhubungan. Kenyataan inilah yang
kemudian disebut dengan stratifikasi sosial.
Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan
perbedaan tingkatan antara golongan satu dengan golongan yang lain. Adanya
golongan yang berlapis-lapis ini mengakibatkan terjadinya kelas sosial, baik yang
bersifat ketat ataupun terbuka. Dalam masyarakat dengan kelas sosial yang ketat
tidak memungkinkan warganya melakukan perpindahan tingkat secara mudah.
Sebaliknya, dalam masyarakat dengan kelas sosial yang bersifat terbuka, warga
bisa dengan leluasa naik atau turun dari tingkat satu ke tingkat lainnya atas dasar
faktor-faktor tertentu. Pada dasarnya setiap warga dalam suatu masyarakat
mempunyai kesempatan untuk menaikan kelas sosial mereka dalam struktur sosial
masyarakat yang bersangkutan. Termasuk dalam masyarakat yang memiliki
sistem pelapisan tertutup atau kaku. Inilah yang disebut dengan mobilitas sosial.

1.2 RUMUSAN MASALAH


2

(1) Bagaimana teori kelas sosial


(2) Bagaimana realitas kelas sosial

1.3 TUJUAN PENULISAN


Untuk mengetahui permasalahan kelas sosial yang terjadi di masyarakat
berdasarkan teori kelas sosial karl max
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI KELAS SOSIAL


Karl Marx salah satu teorisi yang mempunyai perspektif luas mencakup
berbagai persoalan sosial dan kehidupan masyarakat. Dari pandangan tersebut,
ada beberapa perspektif pemikiran Karl Marx yang dikenal dilingkungan
akademik. Diantaranya adalah sebagai berikut.
(1) Karya dan pemikiran Karl Marx tentang filsafat materialisme
Menurut Karl Marx bahwa perilaku manusia ditentukan oleh
kedudukan materinya, bukan pada ide. Pendaapat Marx ini bertolak belakang
dengan pendapat Hegel. Penekanan Marx pada sector materi menyebabkan
pemikirannya sejalan dengan pemikiran kelompok ekonomi (seperti Adam Smith
dan David Ricardpo)
Tekanan materialisme Marx awalnya sebagai reaksi terhadap itrepetasi
idealistic Hegel mengenai sejarah. Filsafat sejarah ini menganggap bahwa suatu
peranan yang paling menentukan adalah yang berasal dari evolusi ide-ide. Marx
menolak fislafat sejarah Hegel ini karena menghubungkannya dengan evolusi ide-
ide sebagai suatu peranan utama yang berdiri sendiri dalam perubahan sejarah
lepas dari hambatan-hambatan dan keterbatasan-keterbatasan situasi material atau
hubungan-hubungan sosial yang di buat orang dalam menyesuaikan dirinya
dengan situasi material.
Konssepsi materialis Marx dijelaskan dalam The German Idealogi
disusun bersama Engels. Tema pokok dalam karya ini adalah bahwa perubahan
dalam bentuk-bentuk kesadaran, ideologi-ideologi, atau asumsi-asumsi filosofis
mencerminkan, bukan menyebabkan perubahan dalam kehidupan sosial dan
materil manusia. Kondisi-kondisi materil bergantung pada sumber-sumber alam
yang ada dan kegiatan manusia yang produktif. Manusia berbeda dari binatang
dalam kemampuannya untuk menghasikan kondisi-kondisi materil untuk
kehidupannya.
4

Marx menmpatkan ideologi sebagai keseluruhan ide yang dominan dan


diusung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok sosial dan bingkai
superstruktur masyarakat. Ideologi ini dikondisikan oleh bingkai atau batas
ekonomi dan menjadi refleksi atas bingkai itu. Dengan demikian kaum borjuis
yang semakin menanjak telah menentukan pemikiran-pemikiran tentang
kebebasan, hak asasi manusia, kesetaraan dihadapan hukum. Mereka ini
cenderung memindahkan apa yang menjadi ekspresi kepentingan kelasnya
menjadi nilai-nilai universal.
Selanjutnya, Marx menganalisis mengenai kesadran palsu uang sudah
terbentuk dalam masyarakat sejak awal. Marx menempatkan agama sebagai suatu
ideology yang menyebabkan kesadaran palsu-struktur ekonomi dalam masyarakat
feudal pra-industri, pembagian kerja antara tuan tanah, penggarap dan petani
dilihat sebgai suatu takdir merupakan sesuatu yang tak dapat dirubah oleh Marx
merupakan sesuatu yang menyesatkan. Untuk itu, Marx menganggap agama
sebagai “candu bagi masyarakat”. Marx juga mengambil kesimpulan yang sama,
pada kebijakan-kebijakan negara yang berusaha menghindari konflik antara kelas
tidak lain tidak hanya memberi kesempatan pada kelompok tertentu untuk tetap
menguasai kegiatan perekonomian suatu negara.
(2) Cara-cara dan hubungan-hubungan produksi
Tekanan yang dikemukakan Marx bahwa struktur ekonomi Marx (yaitu
alat0alat produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi) merupakan
dasar dari sebuah sistem sosial budaya, baik politik, pendidikan, agama, keluarga,
kebudayaan dan semua institusi lainnya.
Hubungan-hubungan sosial diantara pihatk-pihak yang terlibat dalam
proses produksi mengakibatkan kontradiksi antara pihak-pihak yang terlibat,
sehingga berakibat pada hancurnya hubungan sosial dan hancurnya hubungan
sosial tersebut akan menggerakan perubahan sosial perubahan sosial tahap demi
tahap.
Dalam hal ini Marx memberikan gambaran mengenai hubungan antara
buruh dengan majikan yang selalu berakibat pada penderita bagi nuruh
(memperoleh posisi buruh). Pemilik modal dengan kekuatan manajemennya
5

selalu dapat mengatur kembali posisi buruh dalam hal ini dianggap sebagai alat
produksi atau suku cadang peralatan produksi dan buruh tidak pernah dilihat
sebagai personal. Pemerintah yang semula diharapkan sebagai penengah tidak
mampu memberikan kekuatan, namun justru memihak pada “legal sistem”
sehingga buruh tidak pernah mendapatkan posisi tawar yang menguntungkan bagi
nasibnya.
Hubungan-hubungan sosial dengan orang lain dalam usaha mencoba
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya (makanan, tempat tinggal, pakaian, dan
lain-lain), menimbulkan pembagian kerja sebagai akibat adanya kepemilikan akan
penguasaan yang berbeda atas sumber-sumber pokok dan berbagai alat produksi.
pemilikan dan penguasaan yang berbeda atas barang ini merupakan dasar atas
munculnya kelas-kelas sosial, sebab sumber-sumber materi yang dibutuhkan
untuk pemenuhan kebutuhan manusia bersifat langka, hubungan antara kelas-
kelas yang berbeda itu menjadi kompetitif dan antagonis. Untuk itu, menurut
pemikiran Marx bahwa siapa yang menguasai ekonomi akan berhasil menguasai
aspek lainnya.
Selanjutnya menurut Marx, masyarakat akan berkembang diawali dengan bentuk
masyarakat primitive dan berkahir ketika mencapai kematangan peradaban yang
berada pada posisi “scientific comunism” (masyarakat modern tanpa kelas). Marx
menggambarkan masyarakat tanpa kelas sebagai masyarakat yang memiliki cara
hidup yang sederhana, cara hidup ideal, kepemilikan bersama, tanpa memiliki
nafsu bersaing antar sesame. Selain itu gambaran lain mengenai masyarakat tanpa
kelas tersebut diantaranya berfikir rasional dengan logika ilmiah.
(3) Pandangan Karl Marx tentang nilai surplus di sector ekonomi
Marx merumuskan teori nilai surplus. Dalam teori ini ia menegaskan
bahwa keuntungan kapitalis menjadi basis eksploitasi tenaga kerja. Kapitalis
melakuakn muslihat sederhana dengan membayar upah tenaga kerja kurang dari
apa yang seharusnya diterima, karena mereka menerima upah yang kurang dari
nilai barang yang sebenarnya dalam suatu periode kerja. Nilai surplus ini yang
disimpan dan diinvestasikan kembali oleh kapitalis, merupakan basis dari seluruh
sistem kapitalis. Sistem kapitalis tumbuh melalui tingkatan ekspoitasi terhadap
6

tenaga kerja yang terus menerus meningkat (dank arena itu jumlah nilai surplus
pun meningkat) dan dengan menginvestasikan keuntungann untuk
mengembangkan sistem.
Selanjutnya, menurut Marx bahwa kapitalisme pada dasarnya adalah
sebuah struktur yang membuat batas pemisah antara seorang individu dan proses
produksi, produk yang diproses dan orang lain; dan akhirnya juga memisahkan
diri individu itu sendiri. Inilah makna mendasar dari konsep aliansi.
(4) Pandangan Karl Marx tentang perjuangan kelas dan konflik
Bagi Marx, bahwa adanya kelas sosial semata-mata didasarkan pada
hubungan seseorang dengan alat produksi (means of production) peralatan,
pabrik, lahan, modal yang digunakan untuk memproduksi kekayaan.lebuh lanjut
Marx percaya bahwa akar penderitaan manusia terletak oada konflik kelas,
eksploitasi kaum pekerja oleh mereka yang memiliki alat produksi. Untuk itu
dalam pandangan Marx, perubahan sosial dalam bentuk penggulingan kaum
kapitalis oleh kaum pekerja (ploletariat) merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Perjuangan tersebut lebih dikenal sebagai kesadaran kelas (class
consciousness).
Menurut Marx bahwa pengaruh ideologi memunculkan "kesadaran
palsu". Kesadaran palsu dapat berupa kepercayaan bahwa kesejahteraan materil
orang masa kini dan di masa yang akan datang terletak dalam dukungan terhadap
status-quo politik dimana kepentingan materiil seseorang sesuai dengan
kepentingan kelas penguasa atau kelas penguasa benar-benar akan memperhatikan
kesejahteraan umum. Kesetaraan palsu menciptakan ilusi yang mengaburkan
kepentingan yang sebenarnya dari kelompok masyarakat dan mendukung
kepentingan kelas dominan.
Untik menganalisis kesadaran kelas yang benar dan palsu, Marx memberi
contoh pada kesadaran kelas kaum kerja. Kesadaran palsu kaum kerja, yakni
pekerja pabrik pada jenjang hirarki organisasi yang paling bawah percaya bahwa
kalau mereka bekerja keras mereka akhirnya akan memperoleh posisi yang tinghi.
Padahaal kenyataannya peluang tersebut sangat kecil.
7

Sementara bagi pekerja yang memiliki kesadaran kelas yang benar, kaum
pekerja meyakini bahwa kesempatan mereka untuk naik ke jenjang yang lebih
tinggi sangat kecil, untuk itu mereka membentuk organisasi buruh untuk
mendesak upah dan perekrutan tenaka secara adil, kondisi kerja yang lebih baik,
otonomi yang lebih luas, hasil akhir yang menjadi sasaran perjuangan sengit ini
ialah suatu masyarakat tanoa kelas yang bebas dari eksploitasi. Untuk itu
dibutuhkan sebuah misi uang sama untuk membuang rantai-rantai perbudakan
mereka.
Menurut Marx guna membendung perkembangan kapitalisme yang yelah
mendorong perkembangan perdagangan, industri dan pusat-pusat urban sehingga
memunculkan dua kelas dalam masyarakat (borjuis dan proletar). Kelas borjuis
(bourgeois), yaitu mereka yang memiliki alat produksi dan telah mendestabilkan
rezim (tatanan) lama dalam memegang tempat yang dominan. Kelas borjuis
tersebut mendominasi dan selalu melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar.
Hal ini menjadi fokus kritikan Marx terhadap kapitalisme.
Adapun kalangan proletar atau rakyat jelata, yaitu mereka yang bekerja
untuk para pemilik alat produksi, seperti orang miskin dan terdiri dari sekumoulan
tukang di pabrik-pabrik dan para petani yang terusir dari tanahnya dan kemudian
menjadi tenaga kerja utama di bengkel kerja dan firma-firma industri besar dan
kaum buruh yang bekerja secara tidak manusiawi (16 jam per hari), eksploitasi
anak, kemelaratan, kecanduan alkohol, degradasi moral yang menimpa kaum
buruh. Menurut analisis Marx, kalangan proletar selalu mengalami ketertindasan
akibat lemahnya posisi tawar terhadap kaum borjuis.
(5) Pemikiran Karl Marx tentang filsafat dilektika
Gagasan tentang filsafat dialektis telah ada selama berabad-abad (Gadmer,
1989). Gagasan dasarnya adalah arti penting kontradiksi. Sementara kebanyakan
filsuf, dan bahkan orang awam memperlakukan kontradiksi sebagai kesalahan,
filsafat dialektis percaya bahwa kontradiksi eksis di dalam realitas dan cara yang
paling tepat untuk memahami realitas adalah dengan mempelajari perkembangan
kontradiksi tersebut.
8

Marx juga menerima arti penting kontradiksi untuk perubahan historis.


Kita dapat melihat hal ini di dalam rumusannya yang terkenal sebagai
"Kontradiksi Kapitalisme" dan "Kontradiksi Kelas". Namun berbeda dengan
Hegel, Marx tidak percaya bahwa kontradiksi ini bisa dipecahkan di dalam
pemahaman kita, yakni didalam pikiran kita. Bagi Marx kontradiksi ini benar-
benar ada dan tidak dapat dipecahkan oleh filsuf yang hanya duduk di belakang
meja tulisnya, melainkan oleh perjuangan hiduo dan mati demi mengubah dunia
sosial. Dialektika lebih membawa kita keoada minat untuk mengkaji konflik dan
kontradiksi yang terjadi diantara berbagai level realitas sosial, ketimbang minat
sosiologi tradisional terhadap level-level yang saling berhubungan secara teratur
dengan suatu keseluruhan yang kohesif.
(a) Metode Dialektis
Fokus Marx pada kontradiksi yang benar-benar ada membawa dia kepada
suatu metode khusus untuk mempelajari fenomena sosial yang disebut dialektika
(Balk,1991;Friedrichs, 1972; Ollman, 1976; Schneider, 1971)
(b) Fakta dan Nilai
Dalam analisi dialektis, nilai-nilai sosial tidak dapat dipisahkan dari fakta-
fakta sosial. Kebanyakan sosiolog menganggap nilai-nilai mereka bisa dan bahkan
harus dipisahkan ari studi mereka terhadap fakta-fakta dunia sosial, tetapi juga
tidak diinginkan karena hal itu akan menghasilkan suati sikap ketidakberpihakan.
Metode analisis dialektis bukanlah hubungan sebab akibat sederhana dan satu arah
antar bagian-bagian dunia sosial. Bagi pemikir dialektis,pengaruh sosial tidak
pernah secara sederhana mengakir di satu arah sebagaimana yang diandaikan oara
pemikir sebab akibat dalam dunia sosial. Ketika para oemikir dialektis berbicara
tentang kausalitas, bukan berarti mereka selalu melihat faktor-faktor sosial
berdasarkan hubugan timbal balik seperti yang mereka lakukan pada kehidupan
sosial.
Hubungan realitas kontemporer dengan fenomena-fenomena sosial masa
lalu dan masa yang akan datang memiliki dua implikasi yang terpisah terhadap
sosiologi dialektis. Pertama, bahwa sosiolog dialektis bergelut memoelajarai akar-
akar historis dunia kontemporer sebagaimana yang dilakukan oleh Marx (1857)
9

dalam studinya terhadap sumber-sumber kapitalis modern. Kedua, banyak pemikir


dialektis menyesuaikan diri dengan tren sosial masa sekarang untuk memahami
arah yang mungkin bagi masyarakat di masa depan.
Pemandangan diallektis yang melihat adanya hubungan antara masa
sekarang dan masa yang akan datang, bukan berarti masa yang akan datang
ditentukan oleh masa sekarang. Tarence Ball (1991) menggambarkan Narx
sebagai seorang yang meyakini "kesempatan politis" ketinbang "kepastian
sejarah". Karena fenomena sosial selalu melahirkan aksi dan reaksi, maka dunia
sosial tidak daoat dilukiskan lewat model yang sederhana dan deterministik. Masa
yang akan datang mungkin akan didasarkan pada beberapa midel yang ada pada
sekarang ini, tetapi itu bukan berarti dia sudah oasti seperti yang digambarkan
model itu.
Para pemikir dialektis juga tertarik pada dinamika hubungan aktor dan
struktur sosial, termasuk Marx yang juga sudah mengeathui saling pengaruh yang
terus terjadi antara level-level utama anaisis sosial. Inti pemikiran Marx berada
oada hubungan antara manusia dan struktur skala luas yang mereka ciptakan
(Lefebvre, 1968:8). Metode dialektis mebgakui keadaan masa lalu, masa
sekarang, dan masa yang akan datang, dan hal ini juga berlaku untuk aktor-aktor
dan struktur-struktur.
(6) Pemikiran Karl Max Tentang Sifat Dasar Manusia
Marx membangun analisis kritisnya terhadap kontradiksi masyarakat
kapitalis berdasarkan premis mengenai sifat dasar manusia, dibawah hubungan
dengan pekerja, dan potensinya bagi alienasi kapitalismenya dan terdapat
kontradiksi yang nyata didalamnya. Marx mengatakan dalam karyanya “ansambel
relasi-relasi sosial” bahwa sifat dasar dapat dijalin dengan relasi sosial kita yang
khusus dan konteks institusional, oleh karena itu sifat dasar manusia bukan sifat
yang statis atau tetap tetapi berbeda-beda sesuai latar historis dan sosial.
Bagi marx, salah jika sifat dasar manusia tidak memperhitungkan faktor-
faktor sosial dan sejarah, namun melibatkan faktor-faktor tersebut juga tidak sama
dengan tindak menggunakan onsepi tentang sifat daa manusia sama sekali, justru
faktor tersebut hanya membuat rumit dan memperdalam konsepsi tersebut.
10

Louis althusser (1969:229), berpendapat bahwa Marx dewasa tidak


menyakini adanya sifat dasar manusia apapun. Tentu saja terdapat alasan untuk
menganggap sifat dasar manusia tidak pnting bagi seseorang yang tertarik
mengubah masyarakat. Ide-ide mengenai sifat dasar manusia seperti ketamakan,
kecenderungan pada kekerasan, perbedaan gender “alamiah”, dll. walaupun begitu
Karl Marx miliki konsep sifat dasar manusia, bahkan kurang masuk akal jika
mengatakan bahwa sifat dasar manusia tidak ada. Sekalipun kita menjadi kotak
kapur kosong, namun dalam pembuatan kotak tersebut mesti terbuat dari sesuatu,
dan memiliki sifat, seperti bahwa tanda-tanda kapur bisa tampak pada kotak
tersebut.
(7) Pemikiran Karl Marx Tentang Kerja
Menurut Marx konsep dasar keja adalah suatu proes dimana manusia dan
alam sama-sama terlibat, dan dimana manusia dengan persetujuan dirinyasendiri
sama-sama terlibat, dan dimana manusia dengan persetujuan diri sendiri memulai,
mengatur, mengontrol aksi reaksi material antara dirinya dan alam dengan
bertindak terhadap dunia eksternal dan mengubahnya, manusia pada saat yang
bersamaan mengubah sifat dasar dirinya.
Marx mengembangkan kekuatan-kekuatan yang tidak aktif dan
memaksanya untuk bertindak patuh terhadap kekuasan, kita mengendalikan kerja
dalam suatu bentuk yang hanya diperuntukkkan untuk manusia. Diakhir setiap
proses kerja, kita memperoleh hasil yang sebeblumnya sudah ada didalam
imajinasi para pekerja. Dia tidak akan mengubah bentuk material bahan yang
diolah, tetapi juga berhasil sampai pada atu tujuan.
Kutipan diatas merupakan bagian-bagian penting pandangan Marx tentang
hubungan antara kerja dengan sifat dasar manusia.
(a) Yang membedakan kita dengan binatang yang lain adalah kerja kita
mewujudkan suatu hal didalam realitas yang sebelumnya hanya didalam
imajinasi.
(b) Kerja ini bersifat material. Ia bekerja dengan alam material untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan material kita.
11

(c) Marx mempercayai bahwa kerja ini tidak hanya mengubah alam, tetapi juga
mengubah kita termasuk kebutuhan, kesadaran, dan sifat dasar kita. Oleh karena
itu, pada saat yang sama merupakan objektivitas tujuan kita, pembentukan suatu
relasi yang esensial antarakebutuhan manusiadengan obyek-obyek material
kebutuhan kita, dan transformasi sifat dasar kita.
Penggunaan istilah kerja oleh Marx tidak dibatasiuntuk aktifitas ekonomi
belaka, melainkan mencakup seluruh tindakan-tindakan produktifdimana kita
mengubah dan mengolah alam material untuk tujuan kita. Apapun yang
diciptakan melalui aktifitas bertujuan bebas ini merupakan suatu ekspresi dan
transformasi hakikat kemanusiaan kita. Karya seni merupakan obyektifitas
seniman, namun benar bahwa proses penciptaan karya seni mengubah seniman.
Melalui proses produksi seni ide-ide seniman tentang seni berubah atau seniman
mungkin menjadi sadar akan sebuah visi baru yang membutuhkan obyektivitas
selanjutnya.
Kerja bahkan kerja artistic, merupakan respon terhadap kebutuhan,
transformasi yang dibawa kerja itu juga mentransformasikan kebutuhan kita.
Pemenuhan kebutuhan bisa membawa kita pada penciptaan kebutuhan baru.
Misalnya saja mobil memnuhi kebutuhan transportasi, walaupun pada awalnya
sebagian orang menganggap dahulu kebutuhan mobil, tapi sekarang kebanyakan
orang membutuhkannya. Kita bekerja sebagai terhadap kebutuhan kita, akan tetapi
kerja itu sendiri mentransformasikan kebutuhan-kebutuhan kita, yang dapat
membawa kita kepada bentuk-bentuk aktifitas produktif baru. Menurut Marx,
transformasikan kebutuhan-kebutuhan kita melalui kerja inilah yang menjadi
mesin sejarah manusia. Tidak hanya syarat-syarat obyektif yang berubah didalam
tindakan produksi, tetapi para prosedurpun berubah, mereka menghasilkan
kualitas-kualitas baru didalam diri mereka berubah, mereka menghasilkan kualitas
baru didalam mereka sendiri, mengembangkan diri mereka didalam produksi,
mentransformasikan, mengembangkan kekuatan, kekuatan, ide-ide, berbagai
bentuk hubungan kebutuhan-kebtuhan dan bahasa baru.
(8) Pandangan Karl Marx Tentang Materialisme Historis
12

Merupakan pandangan tentang faktor-faktor yang menentukan perkembangan


sejarah. Pandangan materialisme historis menutut Marx, “materialisme” dalam
Marx berarti bahwa kegiatan dasar manusia adalah kerja sosial. Disini dia
menerima pengandaian Feurbach bahwa kenyataan akhir adalah obyek indrawi itu
harus dipahami sebagai kerja atau produksi. Istilah “sejarah” mengacu pada Hegel
yang pengandaian-pengandaiannya tentang sejarah diterima oleh Marx. Tetapi,
sejarah disini bukan menyangkut perwujudan dari roh, melainkan perjuangan
kelas-kelas untuk mewujudkan dirinya mecapai kebebasan/emansipasi.
Hukum dasar perkembangan masyarakat ialah bahwa produksi kebutuhan-
kebutuhan material manusia menentukan bentuk masyarakat dan
perkembangannya. Fakta sederhana itu ialah bahwa bahwa manusia pertama-tama
harus makan, minum, bertempat tinggal, dan berpakaian. Setelah itu baru mereka
melakukan kegiatan politik, ilmu pengetahuan, seni, agama, dan seterusnya. Jadi,
produksi nafkah hidup material bersifat langsung. Dengan demikian tingkat
perkembangan ekonomis sebuah masyarakat atau jaman menjadi dasar dari
bentuk-bentuk kenegaraan, pandangan-pandangan hukum, seni, dan bahkan
perkembangan pandangan-pandangan religius orang-orang yang bersangkutan.
Keadaan sosial menyangkut produksi masyarakat, pekerjaan masyarakat.
Manusia ditentukan oleh produksi mereka, apa yang meeka produksi dan cara
mereka produksi. Pandangan ini disebut materialis karena sejarah manuia
dianggap ditentukan oleh syarat-syarat produksi materil. Jadi marx memakai kata
materialisme bukan dari dalam arti filosofis, yakni sebagai pandangan atau
kepercayaan bahwa seluruh realitas adalah materi, melainkan ia ingin menunjuk
pada faktor-faktor yang menentukan sejarah. Faktor-faktor tersebut bukanlah
pemikiran melainkan keadaan material manusia dan keadaan material adalah
produksi kebutuhan material manusia.
Cara manusia menghasilkan apa yang yang dibutuhkan untuk hidup itulah
yang disebut keadaan manusia dan cara ia bekerja. Jadi, untuk memahami sejarah
dan arah perubahannya, manusia tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan
oleh manusia, melainkan bagaimana ia bekerja dan ia berproduksi. Sejarah tidak
ditentukan oleh pikiran manusia, melaikan oleh cara ia menjalankan produksinya.
13

Maka, perubahan masyarakat tidak dapat dihasilkan oleh perubahan dalam cara
produksi.
Menurut Doyle Pual Johson dalam bukunya teori Sosiologi Klaik dan
Modern konsep materialis Marx yang diterapkan pada perubahan sejarah untuk
pertama kalinya dijelaskan dalam The german Ideologi, disusun bersama Engels.
Tema pokok dalam karya ini adalah bahwa perubahan-perubahan dalam bentuk-
bentuk kesadaran, ideologi, atau asumsi filosofis mencerminkan, bukan
menyebabkan perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial dan materil manusia.
Manusia masuk dengan hubungan-hubungan sosial dengan orang lain
dalam usaha mencoba memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Hubungan-
hubungan produksi yang pokok ini menimbulkan pembagian kerja, sangat erat
hubungannya dengan pembagian kerja itu adalah munculnya hubungan-hubungan
pemilikan yang mencakup pemilikan dan penguasaan yang berbeda atas sumber-
sumber pokok dan berbagai alat produksi. Pemilikan dan penguasaan yang
berbeda-beda atas barang milik ini merupakan dasar yang asasi untuk muncul
kelas-kelas sosial.
(9) Pemikiran Karl Marx Tentang Struktur Masyarakat Kapitalis
Eropa pada zaman Marx industrialisasi sedang meningkat, orang sedang
dipaksa meninggalkan pertanian dan keterampilan tangan serta bekerja dipabrik-
pabrik dengan kondisi yang sangat keras. Pada tahun 1840-an, ketika Marx
sedang memasuki periode yang paling produktifnya, eropa sedang mengalami
krisis sosial yang tersebar luas.
Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi dengan sejumlah besar pekerja
yang menghasilkan sedikit komoditi demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis
yang memiliki komoditi, alat-alat produksi komoditi, waktu kerja kaum pekerja
yang dibeli melalui upah. Salah satu dari wawasan sentral Marx ialah bahwa
kapitalisme jauh lebih dari sekedar sistem ekonomi. Terdapat beberapa konsep
yang terkait dengan kapitalisme :
(a) Komoditas
Dasar dari semua karya Marx mengenai struktur sosial dan letak
keterikatannya yang paling jelas dengan pandangan-pandangannya mengenai
14

potnsi-potensi manusia, adalah didalam analisisnyamengenai komoditas atau


produk-produk pekerjaan yang terutama dimakudkan untuk pertukaran, seperti
yang dinyatakan Georg Lukacs (1968) “masalah komoditas adalah masalah
struktural yang sentral bagi masyarakat kapitalis”.
(b) Pemberhalaan komoditas
Komoditas adalah produk-produk pekerjaan manusia, tetapi komoditas ini
jadi terpisah dari kebutuhan-kebutuhan dan maksud-maksud para penciptanya.
Didalam kapitalisme yang berkemang sepenuhnya, kepercayaan seperti itu
menjadi realitas ketika obyek-obyek dan pasar-pasarnya benar-benar menjadi
fenomena nyata yang independen. Komoditas menerima realitas eksternal
independen yang nyaris mistis. Marx menyebutkan proses itu sebagai
pemberhalaan komoditas.
(c) Modal, kaum kapitalis dan kaum proletariat
Marx menemukan inti masyarakat dalam komoditas, masyarakat yang
didominasi oleh benda-benda dengan nilai utamanya adalah pertukaran
menghasilkan kategori-kategori manusia tertentu. Tipe yang diperhatikan Marx
adalah Kaum Proletariat dan kapitalis. Anggota kaum proletariat adalah para
pekerja yang menjual tenaga kerja mereka dan tidak memiliki alat-alat produksi
sendiri. Mereka tidak memiliki peralatan atau pabrik sendiri, kaum proletariat
pada akhirnya kehilangan keahlian sendiri ketika mereka semakin melayani
mesin-mesin yang sudah menggantikan keahlian mereka, kaum proletariat
bergantung sepenuhnya pada upahnya, dan hal ini membuat kau proletariat
bergantung pada orang-orang yang membayar upah yaitu kaum kapitalis. Kaum
kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi, didalam suatu
sirkulasi kapitalis komoditas memiliki tujuan yaitu menghasilkan uang yang lebih
banyak, komoditas-komoditas dibeli untuk menghasilkan keuntungan, tidak harus
penggunann.
(10) Pandangan Karl Marx Tentang Konflik Kelas
Terdapat beberapa proposii yang dikembangkan Karl Marx terkait dengan
konflik dalam masyarakat diantaranya, bagi Marx kelas selalu didefinisikan dari
segi potensinya untuk konflik, para individu membentuk kelas sejauh mereka
15

berada dalam konflik bersama dengan orang-orang lain mengenai nilai surplus.
Didalam kapitalisme ada konflik kepentingan yang mendasar diantara orang-
orang yang membayar buruh upahan dan orang-orang yang bekerja diubah
menjadi nilai surplus. Konflik alami itulah yang menghasilkan kelas-kelas.
Bagi Marx, suatu baru ada bila orang-orang mejadi dasar atas hubungan
mereka yang berkonflik dengan kelas-kelas lainnya. Tanpa kesadaran itu mereka
hanya membentuk apa yang oleh Marx disebut suatu kelas dalam dirinya sendiri.
Dalam kapitalisme, analisis Marx menemukan dua kelas utama yaitu Borjuis dan
Proletariat. Borjuis adalah nama yang diberikan Marx untuk kaum kapitalis
didalam ekonomi modern. Kaum borjuis memiliki alat-alat produksi, sedangkan
kaum proletariat adalah contoh lain kontradiksi material yang nyata.
(11) Pemikiran Karl Marx tentang kapitalisme
Mark melihat capitalism terutama sebgai hal yang baik mark tidak ingin
kembali menilai ilia tradisional prakapitalisme .generasi generasi masa lampau
benar benar dieksploitasi ,perbedaannya hanyalah eksploitasi lama tidak
terselubung di balik suatu system ekonomi .meskipun ada ekspolitasi ,system
kapitalis memberikan kemungkinan untuk kebebasan dari tradisi tradisi yang
mengikat msyarakat sebelumnya .mark percaya bahwa kapitalisme adalah akar
yang menyebabkan ciri ciri penentuan zaman modern.
Ekonomi kapitalis berjalan menurut serangkaian karakteristik yang khas
.diantaranya berikut ini:
(a) Pada dasarnya produksi berasal dari produksi kooditi ,yaitu produksi yang
bertujuan untuk dijual di pasar .jika komoditi yang diproduksi tidak dijual diatas
harga yang ada prusahaan kapitalis dan borjuis secara keseluruhan tidak akan
mendapat keuntungan atau nilai lebih
(b) Produksi di jalankan dalam kondisi dimana alat produksi dimiliki secara
pribadi. Hal tersebut berarti bahwa kekuasaan megatur tenaga kerja produktif
bukan milik kolektif
(c) Produksi di jalankan untuk sebuah pasar yang tidak terbatas. Produksi diatur
oleh perintah kompetisi semenjak produksi tidak dibatasi oleh kebiasaan atau oleh
16

hokum dan peraturan setiap individu kapitalis berusaha untuk mendapatkan


keuntungan terbesar.
(d) Tujuan produksi kapitalis adalah memaksimalkan keuntungan. Kelas kapitalis
juga mengkonsumsi secara tidak produktif sebagian dari surplus sosial umumnya
mengkonsumsi dalam cara
12.Pemikiran Karl Marx Tentang Eksploitasi
Eksploitasi Tenaga Kerja Semenjak sentral dari corak produksi
kapitalisme berupa eksploitasi terhadap kelas pekerja upahan, maka perhatian kita
terhadap isyu tenaga kerja mestinya bersifat pokok (Sangaji, 2014). Lebih lanjut
menurut Sangaji, salah satu aspek penting dari soal tenaga kerja ini adalah apa
yang Marx sebut sebagai tenaga kerja cadangan (reserve army of labour) atau
kelebihan penduduk relative (relative surplus population). Tenaga kerja cadangan
adalah hal pokok yang menyangga bekerjanya sistem eksploitasi dalam corak
produksi kapitalisme.Marx menyebut formal subsumption of labouruntuk
menggambarkan bentuk perkembangan kapitalisme paling awal. Dalam tahapan
ini kapitalisme dicirikan dengan kelas kapitalis mengeksploitasi kelas pekerja
melalui apropriasi/perampasan nilai lebih absolut (absolute surplus value). Pada
dasarnya, apropriasi nilai lebih absolut tidak ditandai dengan penggunaan teknik
produski yang maju.Sedangkan riel subsumption of labour yakni eksploitasi kelas
kapitalis terhadap kelas pekerja melalui apropriasi nilai lebih relatif (relative
surplus value).Apropriasi nilai lebih relative merupakan cara paling menonjol
untuk meningkatkan eksploitasi terhadap kelas pekerja dalam tahapan sejarah
perkembangan kapitalisme yang lebih maju.Apropriasi ini ditempuh dengan
mengurangi nilai dari tenaga kerja melalui pemanfaatan kemajuan ilmu
pengetahuan dan penerapan teknologi maju di dalam proses produksi. Eskploitasi
perampasan nilai-lebih absolute dilihat dari peningkatan waktu kerja secara
ringkas dapat dicontohkan, waktu kerja adalah 8 jam sehari, sementara waktu
kerja yang diperlukan untuk menghasilkan komoditi adalah 4 jam, maka 4 jam
sisa adalah kerja lebih atau nilai lebih. Kemudian, dari 8 jam diperpanjang
menjadi 9 jam kerja, kelas kapitalis meraup nilai-lebih dari 4 jam kerja dan nilai
absolut dari 1 jam kerja. Sedangkan Eskploitasi perampasan nilai-lebih relatif dari
17

sisi jam kerja (working day) tetap sama, yakni 8 jam. Tetapi, melalui perbaikan
atau perubahan teknik produksi yang menghasilkan peningkatan produktifitas,
maka nilai dari tenaga kerja merosot, dari 4 menjadi 3 jam. Dengan demikian
kelas kapitalis meraup nilai lebih dari 6 jam kerja tersebut karena memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi maju. Jam kerja memiliki
batas waktu maksimum, yang tidak bisa diperpanjang melampaui titik tertentu.
Batas waktu maksimum ini disyaratkan oleh dua hal. Keterbatasan fisik dari
tenaga kerja: dalam 24 jam sehari, seseorang dapat bekerja dengan fisik dan
mental yang prima hanya dalam beberapa jam. Sementara beberapa jam tersisa,
tubuh manusia harus memerlukan istrahat, tidur, makan, mandi, memakai atau
mengganti pakaian. Selain kendala fisik tersebut, perpanjangan jam kerja
menghadapi kendala-kendala moral. Pekerja juga memerlukan waktu untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan intelektual dan sosial. Mereka perlu waktu
untuk pendidikan, pengembangan intelektual, memuaskan kebutuhan-kebutuhan
sosial, berinteraksi secara sosial, waktu luang yang bebas untuk memulihkan dan
mengembangkan vitalitas tubuh dan pikiran.
(13) Pandangan Karl Marx Tentang Agama
Marx juga melihat agama sebagai sebuah ideologi pernyataan Karl Marx
bahwa ‘agama adalah candu masyarakat.’‘Die Religion … ist das Opium des
Volkes’ awalnya tercantum pada pembukaan tulisan Marx: A Contribution to the
Critique of Hegel’s Philosophy of Right, yang ditulis oleh Marx pada tahun 1843
dan terbit pada tahun 1844 di Paris dalam jurnal Deutsch–Französische
Jahrbücher, yang dieditori oleh Marx dan Moses Hess. Pernyataan tersebut
kemudian melalui beberapa proses penerjemahan dalam beberapa bahasa, dengan
salah satunya yang paling sering dikenal oleh khalayak adalah dalam bahasa
Inggris yakni: ‘Religion is the opium of the people’, atau dalam bahasa Indonesia
-kurang lebih maknanya juga sedikit berubah- menjadi ‘Agama adalah candu
masyarakat’.
Yang menarik, menurut hemat saya, seorang Marx bersama dengan teman-
temannya -atau bahkan seorang Gramsci yang memfokuskan analisisnya terhadap
hegemoni budaya dan sosial- tidak pernah meramalkan bahwa ‘Die Religion … ist
18

das Opium des Volkes’ atau segala terjemahannya dalam bahasa lain akan
digunakan sebagai senjata propaganda paling mematikan dari sebuah rezim
pemerintahan di sebuah negara di Timur Asia yang umurnya masih muda -jika
dibandingkan dengan Perancis, Jerman, dan Uni Soviet- namun sempat mencetak
sejarah sebagai negara dengan basis partai komunis terbesar di dunia, yakni
Indonesia. Hal yang seringkali terjadi dalam proses penyebaran informasi ini
adalah penghilangan bagian sebelum kalimat tersebut, yang menjadikan konteks
dan pemaknaannya bergeser. Sesuai dengan terjemahan bahasa Inggris,
pernyataan penuh dari kalimat yang ditulis Marx tersebut adalah: “Religion is the
sigh of the oppressed creature, the heart of a heartless world, and the soul of
soulless conditions. It is the opium of the people” (Agama adalah keluh kesah dari
masyarakat yang tertindas, hati dari dunia yang tidak berhati, dan jiwa dari
keadaan tidak berjiwa. Agama adalah opium masyarakat). Mungkin beberapa
pembaca bisa menyadari bagaimana pengaruh dari proses terjemah, editing, dan
lain-lain dalam usaha publikasi yang ternyata jelas mengubah konteks pemaknaan
suatu pemikiran. Namun analisis ini tidak akan berhenti dalam penjelasan tekstual
saja, karena pemaknaan dari ‘Die Religion … ist das Opium des Volkes’
-khususnya di Indonesia- telah masuk pada ranah ideologis, sehingga analisis
lebih lanjut masih diperlukan.
14.Pemikiran Karl Marx tetang komunisme dan sosialisme
Sosialisme merupakan salah satu ideologi yang cukup berpengaruh di abad
ke-20. Sosialisme yang kemudian menjadi ruh perjuangan kaum tertindas dan
menjadi ruh perjuangan para kaum ‘kiri’.Sosialisme tidak identik dengan fasisme,
komunisme atau Marxisme, melainkan merekalah yang sebenarnya mendapat
pengaruh dari sosialisme itu sendiri, meskipun dikemudian mereka keluar secara
terang-terangan dari sosialisme. Sosialisme utopis, merupakan cikal bakal
lahirnya sosialisme modern. Dari sana muncul beberapa tokoh yang berpengaruh
dalam melahirkan sosialisme sebagai sebuah ideolog, sistem kehidupan, atau
bahan diskursus yang cukup penting dizamannya.
Sosialisme merupakan sebuah sistem kehidupan, ideologi, paham yang
mendambakan kehidupan masyarakat yang ideal, ’sama rata’, berkeadilan, dan
19

sejahtera.
Menurut Marx, bahwa sosialisme sebenarnya berasal dari sifat dasar
manusia sebagai mahluk sosial. Diskursus mengenai sosialis, sesungguhnya sudah
muncul pada masa pencerahan, abad ke-18, dengan beberapa tokoh, diantaranya:
Marquis de Concordet, Voltaire, J.J Rousseau, Diderot, dll. Mereka merupakan
para pemikir dan penulis revolusioner asal Perancis.
Komunisme merupakan sayap radikal sosialisme yang dikembangkan oleh
Karl Marx dan Frederich Engles. Marx secara pemikiran memang berkembang
diwilayah sosialis dan berkawan dekat dengan beberapa orang sosialis, seperti:
Proudhon, Weithling, dll. Meskipun dikemudian hari Marx bersebrangan dengan
Proudhon yang jelas-jelas menolak komunisme dan kapitalisme, dan Weithling
yang menolak pola sosialisme Marx dan Engles.
15.Pemikiran Karl Marx tentang Alienasi
Alienasi atau keterasingan adalah salah satu konsep penting pemikiran
Karl Marx (1818-1883 M) dalam mengkritik sistem kapitalisme. Marx
menggunakan konsep alienasi untuk menyatakan pengaruh produksi kapitalis
terhadap manusia dan masyarakat. Magnis Suseno menjelaskan bahwa Marx
mengkritik kapitalisme sebagai sumber penyebab keterasingan manusia karena
sistem hak milik pribadi kapitalis memecah belah manusia ke dalam kelas-kelas
sosial dan menyelewengkan makna pekerjaan menjadi sarana eksploitasi terhadap
sesama manusia. Lantas Marx memusatkan perhatian pada penghapusan hak milik
pribadi dengan menyatakan bahwa faktor penentu sejarah manusia bukanlah
politik atau ideologi melainkan sistem ekonomi. Marx kemudian memusatkan
perhatian pada sistem ekonomi kapital hingga berpendapat bahwa kapitalisme
akan mengalami kehancurannya sendiri akibat penghisapan kaum pekerja
menghasilkan pertentangan kelas tajam sehingga menimbulkan revolusi kelas
pekerja dan pada akhirnya mewujudkan masyarakat sosialis tanpa kelas.
Konsep alienasi merupakan salah satu bagian dari gagasan sosialisme
Marx yang memikat berbagai kalangan, termasuk di antaranya dari kalangan
pemikir Muslim sehingga menyerukan untuk menggunakan Marxisme sebagai
kerangka teoritis guna mencari solusi bagi permasalahan umat dewasa ini.
20

Pemikiran Marx dinilai memihak pada masyarakat kecil tertindas dan relevan
untuk menyadarkan masyarakat bahwa kemiskinan atau penindasan bukan sebuah
realitas deterministik melainkan disebabkan oleh sistem dan struktur kapitalisme.
Pemahaman tentang eksploitasi kaum kapitalis, perombakan sistem kapitalisme,
penghapusan hak milik pribadi hingga perjuangan kelas mewujudkan masyarakat
tanpa kelas sebagai bentuk pembebasan manusia dari keterasingan diri digulirkan.
Sementara perangkat teoritik dari akar tradisi dan sejarah Islam dianggap kurang
relevan lagi untuk memecahkan permasalahan kontemporer sehingga perlu untuk
ditafsirkan ulang agar sesuai dengan situasi masyarakat hari ini.
(16) Kritik Terhadap Karya Karl Marx
Yang pertama, Marx sangat mengecilkan dunia saat membagi menjadi dua
kelas berdasarkan sistem produksi dan ekonomi. Marxisme tidak melihat
kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa saja menjadikan dunia ke dalam kelas-
kelas lain, misalnya berdasarkan ideologi, agama, budaya, pandagan politik, dan
identitas kebangsaan. Sebagai contoh saat terjadi perang dingin antara Uni Soviet
dan Amerika serikat, dunia terpecah ke dalam dua kubu di mana ada kubu yang
mendukung ideologi liberalis yang condong ke Amerika Serikat dan ideologi
komunis Uni Soviet. Pada saat itu ideologi tidak hanya membagi dunia secara
luas, melainkan sampai kepada tatanan yang lebih spesifik, yaitu negara. Di mana
bisa dilihat dari pecahnya satu negara hanya karena perbedaan ideologi, seperti
yang terjadi pada Jerman Barat dan Jerman Timur pada 1961, pecahnya Vietnam
menjadi Vietnam Utara dan Timur, dan lengsernya Soekarno yang terindikasi
akibat ideologi Soekarno yang cenderung sosialis. Contoh lain yang bisa saja
membagi dunia adalah identitas kebangsaan. Identitas kebangsaan yang sangat
kuat bisa saja menyebabkan dunia terbelah menjadi beberapa bagian. Sebagai
contoh rasa superioritas Bangsa Arya, Jerman menyebabkan Hitler beserta
tentaranya ingin menguasai daratan Eropa serta memusnahkan Bangsa Yahudi di
negaranya. Dari kedua contoh yang telah dijabarkan, dapat terlihat jelas bahwa
ada faktor lain selain sistem produksi ala Marx yang bisa membagi dunia ke
dalam kelas-kelas, dan ketika kelas-kelas tersebut terbentuk, individu bisa saja
melupakan stratifikasi produksi atau sistem ekonomi orang-orang di sekitarnya
21

karena fokus kepada variabel lain, seperti variabel ideologi dan identitas
kebangsaan.
  Kritik kedua terdadap pemikiran marxis adalah anggapan marx bahwa
negara marxis atau utopian communism sebagai puncak perjuangan kelas buruh,
dan di sisi lain kapitalis sebagai jalan yang membawa kepada kehancuran
sepertinya harus ditelaah kembali. Marx menilai kebebasan publik untuk
mengatur sendiri kapital yang dimiliki sama saja membawa negara tersebut
kepada kehancuran, yang mana Marx beranggapan bahwa apabila seseorang terus
menumpuk kapital dengan cara membuka pabrik yang baru maka orang tersebut
hanya akan memperlebar gap antarkelas, sehingga ada baiknya agar negara
mengambil alih hal publik dengan cara menjadikan bnegara sosialis. Tetapi pada
kenyataannya pandangan marx bisa dibilang bertolak belakang dari relevansi di
zaman ini. 
Hal ketiga yang perlu mendapatkan kritikan ialah pandagan Marx bahwa
revolusi terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi kelas dimana salah satu kelas
mendominasikelas lainnya, sehingga menimbulkan kesadaran di kelas yang kecil
untuk melakukan reformasi secara cepat. Tetapi kenyataan bahwa revolusi hanya
terjadi di negara kapitalis tampaknya merupakan kesalahan besar dari Marx, yang
mana bisa dilihat dari revolusi Etnis Chechnya di Uni Soviet ketika berada
dibawah pimpinan. Ternyata walaupun Uni Soviet telah menerapkan sistem
sosialis di negaranya dengan menciptakan ketiadaan kelas-kelas eksklusif, tetapi
tetap saja terjadi revolusi. Realita ini bahkan bertolak belakang dengan negara
kapitalis di Eropa Barat yang bahkan terus mengalami pertumbuhan ekonomi
positif dan hampir tidak pernah mengalami isu revolusi kelas tertentu.
  Kritik keempat ialah mengenai sistem dari negara sosialis, di mana
memberikan kekuasaan pada negara untuk mengatur kelas-kelas sehingga tidak
ada satu kelas yang lebih tinggi dari kelas lainnya, dengan kata lain meniadakan
hak kepemilikan terhadap beberapa properti seperi contohnya tanah. Negara
sosialis menekankan pada fungsi pemerintah yang sangat dominan kepada
masyarakat. Akan tetapi menariknya, Marx kurang memperhatikan kemungkinan
pemerintah untuk menjadi kelas dominasi baru di dalam negara.
22

2.2 REALITAS KELAS SOSIAL


Tahun 2018 terdapat kasus mengenai kelas sosial yaitu rebutan lahan
parkir antar mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.
Kronologinya adalah salah satu mahasiswa yang memiliki akun instagram
@bungasrtika mendapat DM (Direct Message) dari kakak seniornya dikampus,
yang berisi “mbak hari senin dan selasa kemarin mobilmu Yaris putih dengan plat
xxxx parkir dibawah pohon disebelah barat? , itu tempat parkir mobil temenku,
mau ngingetin jangan parkir disana lagi biar gak nyari musuh adik tingkat ! hehe,
itu mobilmu kan ? takut salah aja soalnya aku disuruh negur mbak, temenku anak
pejabat soalnya”.
Isi dari DM tersebut di screenshoot dan dibuat story oleh bunga dan
banyak yang berkomentar tentang bagaimana kelanjutan kasus tersebut, kemudian
bunga melaporkan kasus ini kepada bagian akademik dan bunga sampai dipanggil
oleh Dekan dan Ketua akademik untuk masalah tersebut. masalah ini akhirnya
diatasi oleh kampus dan anak pejabat tersebut sedang dalam pengawasan.
Setelah diatasi oleh pihak kampus, bunga membuat klarifikasi di story
instagramnya “ hari ini aku memenuhi panggilan dari Dekan dan Ketua Akademik
ku tentang kasus ini. Aku juga sudah menyerahkan kasus ini ke pihak yang
berwenang (kampus) agar diselesaikan secara benar, karna makin kesini banyak
yang saling menuduh dan saling menghakimi. Ternyata respon dari pihak
kampusku luar biasa memuaskan dan luar biasa bijak untuk kasus seperti ini. Aku
pun sekarang di batesin untuk membahas kasus ini dimedia sosial, karena dengan
SAH aku sudah melimpahkan ini pihak kampus.
Untuk masalah anak yang nge DM aku itu NYATA ADANYA !!! dan dia
sekarang dalam pengawasan pihak kampus. Aku sudah ada tembok buat tidak
membeberkan identitas dia, (jadi jangan main hakim sendiri ke orang yang nge
DM aku).selama ada kasus ini, mohon maaf aku tidak pernah menuduh saipapun,
adapun tuduhan itu jurusan angkatan sekian itu bukan dari aku, tapi dari teman
yang pro sama kasusku.
Hubungan teori dengan kasus adalah dimana orang yang memiliki jabatan
atau kekayaan dapat berbuat semaunya seperti yang tergambar dalam kasus diatas
23

dimana mahasiswi tersebut menganggap lahan parkir itu khusus untuk dirinya
hanya karena dia merasa dia sudah sering parkir ditempat tersebut. Mahasiswi
tersebut berani angkat bicara karena ia adalah anak seorang pejabat.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kelas sosial merupakan kenyataan yang tidak bisa disangkal lagi. Betapapun
ditolaknya keberadaan kelas sosial ini, perbedaan-perbedaan yang menindikasikan
adanya kelas sosial ini selalu saja ada. Kelas sosial dibagi menjadi bebrapa
kategori, masing-masing menunjukkan adanya jenjang-jenjang dalam masyarakat.
Pengukuran kelas social dilakukan berdasarkan dimensi-dimensi tertentu seeperti
pendapatan, pendididkan dan kedudukan. Oleh karena itu, ada mobilitas dari kelas
sosial yang satu kekelas sosial yang lain. Pamasar banyak menggunakan kelas
social sebagai dasar segmentasi pasar, dan manfaatnya sudah banyak terbukti.
Perbedaan kelas sosial ditunjukan dalam perilaku para anggotanya, misalnya
dalam hal dekorasi rumah, pakaian, kegiatan waktu senggang, kebiasaan
berbelanja, kebiasaan media dan lain sebagainya.

3.2 SARAN
Perlu penelitian lapang agar dapat mengidentifikasi terkait dengan masalah
kelas sosial
DAFTAR PUSTAKA

Marx, K. 1964. Pre-Capitalsim Economic Formation. New York: International


Publiser

Soepeno, B. Fungsi dan Aplikasi TEORI DALAM PENELITIAN SOSIAL. Jember:


UPT Penerbitan Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai