Dosen Pengampu:
Oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
hanya dengan limpahan rahmat-NYA Penulis dapat menyelesaikan makalah ini
denagn tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir
zaman. Dan terimakasih juga kepada teman-teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Teori Kelas Sosial dan
Realitasnya” ini disusun guna memenuhi tugas Sosiologi. semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................ 1
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................. 3
2.1 TEORI KELAS SOSIAL............................................................ 3
2.2 REALITAS KELAS SOSIAL.................................................... 22
BAB 3 PENUTUP........................................................................... 24
3.1 KESIMPULAN........................................................................... 24
3.1 SARAN........................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
selalu dapat mengatur kembali posisi buruh dalam hal ini dianggap sebagai alat
produksi atau suku cadang peralatan produksi dan buruh tidak pernah dilihat
sebagai personal. Pemerintah yang semula diharapkan sebagai penengah tidak
mampu memberikan kekuatan, namun justru memihak pada “legal sistem”
sehingga buruh tidak pernah mendapatkan posisi tawar yang menguntungkan bagi
nasibnya.
Hubungan-hubungan sosial dengan orang lain dalam usaha mencoba
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya (makanan, tempat tinggal, pakaian, dan
lain-lain), menimbulkan pembagian kerja sebagai akibat adanya kepemilikan akan
penguasaan yang berbeda atas sumber-sumber pokok dan berbagai alat produksi.
pemilikan dan penguasaan yang berbeda atas barang ini merupakan dasar atas
munculnya kelas-kelas sosial, sebab sumber-sumber materi yang dibutuhkan
untuk pemenuhan kebutuhan manusia bersifat langka, hubungan antara kelas-
kelas yang berbeda itu menjadi kompetitif dan antagonis. Untuk itu, menurut
pemikiran Marx bahwa siapa yang menguasai ekonomi akan berhasil menguasai
aspek lainnya.
Selanjutnya menurut Marx, masyarakat akan berkembang diawali dengan bentuk
masyarakat primitive dan berkahir ketika mencapai kematangan peradaban yang
berada pada posisi “scientific comunism” (masyarakat modern tanpa kelas). Marx
menggambarkan masyarakat tanpa kelas sebagai masyarakat yang memiliki cara
hidup yang sederhana, cara hidup ideal, kepemilikan bersama, tanpa memiliki
nafsu bersaing antar sesame. Selain itu gambaran lain mengenai masyarakat tanpa
kelas tersebut diantaranya berfikir rasional dengan logika ilmiah.
(3) Pandangan Karl Marx tentang nilai surplus di sector ekonomi
Marx merumuskan teori nilai surplus. Dalam teori ini ia menegaskan
bahwa keuntungan kapitalis menjadi basis eksploitasi tenaga kerja. Kapitalis
melakuakn muslihat sederhana dengan membayar upah tenaga kerja kurang dari
apa yang seharusnya diterima, karena mereka menerima upah yang kurang dari
nilai barang yang sebenarnya dalam suatu periode kerja. Nilai surplus ini yang
disimpan dan diinvestasikan kembali oleh kapitalis, merupakan basis dari seluruh
sistem kapitalis. Sistem kapitalis tumbuh melalui tingkatan ekspoitasi terhadap
6
tenaga kerja yang terus menerus meningkat (dank arena itu jumlah nilai surplus
pun meningkat) dan dengan menginvestasikan keuntungann untuk
mengembangkan sistem.
Selanjutnya, menurut Marx bahwa kapitalisme pada dasarnya adalah
sebuah struktur yang membuat batas pemisah antara seorang individu dan proses
produksi, produk yang diproses dan orang lain; dan akhirnya juga memisahkan
diri individu itu sendiri. Inilah makna mendasar dari konsep aliansi.
(4) Pandangan Karl Marx tentang perjuangan kelas dan konflik
Bagi Marx, bahwa adanya kelas sosial semata-mata didasarkan pada
hubungan seseorang dengan alat produksi (means of production) peralatan,
pabrik, lahan, modal yang digunakan untuk memproduksi kekayaan.lebuh lanjut
Marx percaya bahwa akar penderitaan manusia terletak oada konflik kelas,
eksploitasi kaum pekerja oleh mereka yang memiliki alat produksi. Untuk itu
dalam pandangan Marx, perubahan sosial dalam bentuk penggulingan kaum
kapitalis oleh kaum pekerja (ploletariat) merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Perjuangan tersebut lebih dikenal sebagai kesadaran kelas (class
consciousness).
Menurut Marx bahwa pengaruh ideologi memunculkan "kesadaran
palsu". Kesadaran palsu dapat berupa kepercayaan bahwa kesejahteraan materil
orang masa kini dan di masa yang akan datang terletak dalam dukungan terhadap
status-quo politik dimana kepentingan materiil seseorang sesuai dengan
kepentingan kelas penguasa atau kelas penguasa benar-benar akan memperhatikan
kesejahteraan umum. Kesetaraan palsu menciptakan ilusi yang mengaburkan
kepentingan yang sebenarnya dari kelompok masyarakat dan mendukung
kepentingan kelas dominan.
Untik menganalisis kesadaran kelas yang benar dan palsu, Marx memberi
contoh pada kesadaran kelas kaum kerja. Kesadaran palsu kaum kerja, yakni
pekerja pabrik pada jenjang hirarki organisasi yang paling bawah percaya bahwa
kalau mereka bekerja keras mereka akhirnya akan memperoleh posisi yang tinghi.
Padahaal kenyataannya peluang tersebut sangat kecil.
7
Sementara bagi pekerja yang memiliki kesadaran kelas yang benar, kaum
pekerja meyakini bahwa kesempatan mereka untuk naik ke jenjang yang lebih
tinggi sangat kecil, untuk itu mereka membentuk organisasi buruh untuk
mendesak upah dan perekrutan tenaka secara adil, kondisi kerja yang lebih baik,
otonomi yang lebih luas, hasil akhir yang menjadi sasaran perjuangan sengit ini
ialah suatu masyarakat tanoa kelas yang bebas dari eksploitasi. Untuk itu
dibutuhkan sebuah misi uang sama untuk membuang rantai-rantai perbudakan
mereka.
Menurut Marx guna membendung perkembangan kapitalisme yang yelah
mendorong perkembangan perdagangan, industri dan pusat-pusat urban sehingga
memunculkan dua kelas dalam masyarakat (borjuis dan proletar). Kelas borjuis
(bourgeois), yaitu mereka yang memiliki alat produksi dan telah mendestabilkan
rezim (tatanan) lama dalam memegang tempat yang dominan. Kelas borjuis
tersebut mendominasi dan selalu melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar.
Hal ini menjadi fokus kritikan Marx terhadap kapitalisme.
Adapun kalangan proletar atau rakyat jelata, yaitu mereka yang bekerja
untuk para pemilik alat produksi, seperti orang miskin dan terdiri dari sekumoulan
tukang di pabrik-pabrik dan para petani yang terusir dari tanahnya dan kemudian
menjadi tenaga kerja utama di bengkel kerja dan firma-firma industri besar dan
kaum buruh yang bekerja secara tidak manusiawi (16 jam per hari), eksploitasi
anak, kemelaratan, kecanduan alkohol, degradasi moral yang menimpa kaum
buruh. Menurut analisis Marx, kalangan proletar selalu mengalami ketertindasan
akibat lemahnya posisi tawar terhadap kaum borjuis.
(5) Pemikiran Karl Marx tentang filsafat dilektika
Gagasan tentang filsafat dialektis telah ada selama berabad-abad (Gadmer,
1989). Gagasan dasarnya adalah arti penting kontradiksi. Sementara kebanyakan
filsuf, dan bahkan orang awam memperlakukan kontradiksi sebagai kesalahan,
filsafat dialektis percaya bahwa kontradiksi eksis di dalam realitas dan cara yang
paling tepat untuk memahami realitas adalah dengan mempelajari perkembangan
kontradiksi tersebut.
8
(c) Marx mempercayai bahwa kerja ini tidak hanya mengubah alam, tetapi juga
mengubah kita termasuk kebutuhan, kesadaran, dan sifat dasar kita. Oleh karena
itu, pada saat yang sama merupakan objektivitas tujuan kita, pembentukan suatu
relasi yang esensial antarakebutuhan manusiadengan obyek-obyek material
kebutuhan kita, dan transformasi sifat dasar kita.
Penggunaan istilah kerja oleh Marx tidak dibatasiuntuk aktifitas ekonomi
belaka, melainkan mencakup seluruh tindakan-tindakan produktifdimana kita
mengubah dan mengolah alam material untuk tujuan kita. Apapun yang
diciptakan melalui aktifitas bertujuan bebas ini merupakan suatu ekspresi dan
transformasi hakikat kemanusiaan kita. Karya seni merupakan obyektifitas
seniman, namun benar bahwa proses penciptaan karya seni mengubah seniman.
Melalui proses produksi seni ide-ide seniman tentang seni berubah atau seniman
mungkin menjadi sadar akan sebuah visi baru yang membutuhkan obyektivitas
selanjutnya.
Kerja bahkan kerja artistic, merupakan respon terhadap kebutuhan,
transformasi yang dibawa kerja itu juga mentransformasikan kebutuhan kita.
Pemenuhan kebutuhan bisa membawa kita pada penciptaan kebutuhan baru.
Misalnya saja mobil memnuhi kebutuhan transportasi, walaupun pada awalnya
sebagian orang menganggap dahulu kebutuhan mobil, tapi sekarang kebanyakan
orang membutuhkannya. Kita bekerja sebagai terhadap kebutuhan kita, akan tetapi
kerja itu sendiri mentransformasikan kebutuhan-kebutuhan kita, yang dapat
membawa kita kepada bentuk-bentuk aktifitas produktif baru. Menurut Marx,
transformasikan kebutuhan-kebutuhan kita melalui kerja inilah yang menjadi
mesin sejarah manusia. Tidak hanya syarat-syarat obyektif yang berubah didalam
tindakan produksi, tetapi para prosedurpun berubah, mereka menghasilkan
kualitas-kualitas baru didalam diri mereka berubah, mereka menghasilkan kualitas
baru didalam mereka sendiri, mengembangkan diri mereka didalam produksi,
mentransformasikan, mengembangkan kekuatan, kekuatan, ide-ide, berbagai
bentuk hubungan kebutuhan-kebtuhan dan bahasa baru.
(8) Pandangan Karl Marx Tentang Materialisme Historis
12
Maka, perubahan masyarakat tidak dapat dihasilkan oleh perubahan dalam cara
produksi.
Menurut Doyle Pual Johson dalam bukunya teori Sosiologi Klaik dan
Modern konsep materialis Marx yang diterapkan pada perubahan sejarah untuk
pertama kalinya dijelaskan dalam The german Ideologi, disusun bersama Engels.
Tema pokok dalam karya ini adalah bahwa perubahan-perubahan dalam bentuk-
bentuk kesadaran, ideologi, atau asumsi filosofis mencerminkan, bukan
menyebabkan perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial dan materil manusia.
Manusia masuk dengan hubungan-hubungan sosial dengan orang lain
dalam usaha mencoba memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Hubungan-
hubungan produksi yang pokok ini menimbulkan pembagian kerja, sangat erat
hubungannya dengan pembagian kerja itu adalah munculnya hubungan-hubungan
pemilikan yang mencakup pemilikan dan penguasaan yang berbeda atas sumber-
sumber pokok dan berbagai alat produksi. Pemilikan dan penguasaan yang
berbeda-beda atas barang milik ini merupakan dasar yang asasi untuk muncul
kelas-kelas sosial.
(9) Pemikiran Karl Marx Tentang Struktur Masyarakat Kapitalis
Eropa pada zaman Marx industrialisasi sedang meningkat, orang sedang
dipaksa meninggalkan pertanian dan keterampilan tangan serta bekerja dipabrik-
pabrik dengan kondisi yang sangat keras. Pada tahun 1840-an, ketika Marx
sedang memasuki periode yang paling produktifnya, eropa sedang mengalami
krisis sosial yang tersebar luas.
Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi dengan sejumlah besar pekerja
yang menghasilkan sedikit komoditi demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis
yang memiliki komoditi, alat-alat produksi komoditi, waktu kerja kaum pekerja
yang dibeli melalui upah. Salah satu dari wawasan sentral Marx ialah bahwa
kapitalisme jauh lebih dari sekedar sistem ekonomi. Terdapat beberapa konsep
yang terkait dengan kapitalisme :
(a) Komoditas
Dasar dari semua karya Marx mengenai struktur sosial dan letak
keterikatannya yang paling jelas dengan pandangan-pandangannya mengenai
14
berada dalam konflik bersama dengan orang-orang lain mengenai nilai surplus.
Didalam kapitalisme ada konflik kepentingan yang mendasar diantara orang-
orang yang membayar buruh upahan dan orang-orang yang bekerja diubah
menjadi nilai surplus. Konflik alami itulah yang menghasilkan kelas-kelas.
Bagi Marx, suatu baru ada bila orang-orang mejadi dasar atas hubungan
mereka yang berkonflik dengan kelas-kelas lainnya. Tanpa kesadaran itu mereka
hanya membentuk apa yang oleh Marx disebut suatu kelas dalam dirinya sendiri.
Dalam kapitalisme, analisis Marx menemukan dua kelas utama yaitu Borjuis dan
Proletariat. Borjuis adalah nama yang diberikan Marx untuk kaum kapitalis
didalam ekonomi modern. Kaum borjuis memiliki alat-alat produksi, sedangkan
kaum proletariat adalah contoh lain kontradiksi material yang nyata.
(11) Pemikiran Karl Marx tentang kapitalisme
Mark melihat capitalism terutama sebgai hal yang baik mark tidak ingin
kembali menilai ilia tradisional prakapitalisme .generasi generasi masa lampau
benar benar dieksploitasi ,perbedaannya hanyalah eksploitasi lama tidak
terselubung di balik suatu system ekonomi .meskipun ada ekspolitasi ,system
kapitalis memberikan kemungkinan untuk kebebasan dari tradisi tradisi yang
mengikat msyarakat sebelumnya .mark percaya bahwa kapitalisme adalah akar
yang menyebabkan ciri ciri penentuan zaman modern.
Ekonomi kapitalis berjalan menurut serangkaian karakteristik yang khas
.diantaranya berikut ini:
(a) Pada dasarnya produksi berasal dari produksi kooditi ,yaitu produksi yang
bertujuan untuk dijual di pasar .jika komoditi yang diproduksi tidak dijual diatas
harga yang ada prusahaan kapitalis dan borjuis secara keseluruhan tidak akan
mendapat keuntungan atau nilai lebih
(b) Produksi di jalankan dalam kondisi dimana alat produksi dimiliki secara
pribadi. Hal tersebut berarti bahwa kekuasaan megatur tenaga kerja produktif
bukan milik kolektif
(c) Produksi di jalankan untuk sebuah pasar yang tidak terbatas. Produksi diatur
oleh perintah kompetisi semenjak produksi tidak dibatasi oleh kebiasaan atau oleh
16
sisi jam kerja (working day) tetap sama, yakni 8 jam. Tetapi, melalui perbaikan
atau perubahan teknik produksi yang menghasilkan peningkatan produktifitas,
maka nilai dari tenaga kerja merosot, dari 4 menjadi 3 jam. Dengan demikian
kelas kapitalis meraup nilai lebih dari 6 jam kerja tersebut karena memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi maju. Jam kerja memiliki
batas waktu maksimum, yang tidak bisa diperpanjang melampaui titik tertentu.
Batas waktu maksimum ini disyaratkan oleh dua hal. Keterbatasan fisik dari
tenaga kerja: dalam 24 jam sehari, seseorang dapat bekerja dengan fisik dan
mental yang prima hanya dalam beberapa jam. Sementara beberapa jam tersisa,
tubuh manusia harus memerlukan istrahat, tidur, makan, mandi, memakai atau
mengganti pakaian. Selain kendala fisik tersebut, perpanjangan jam kerja
menghadapi kendala-kendala moral. Pekerja juga memerlukan waktu untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan intelektual dan sosial. Mereka perlu waktu
untuk pendidikan, pengembangan intelektual, memuaskan kebutuhan-kebutuhan
sosial, berinteraksi secara sosial, waktu luang yang bebas untuk memulihkan dan
mengembangkan vitalitas tubuh dan pikiran.
(13) Pandangan Karl Marx Tentang Agama
Marx juga melihat agama sebagai sebuah ideologi pernyataan Karl Marx
bahwa ‘agama adalah candu masyarakat.’‘Die Religion … ist das Opium des
Volkes’ awalnya tercantum pada pembukaan tulisan Marx: A Contribution to the
Critique of Hegel’s Philosophy of Right, yang ditulis oleh Marx pada tahun 1843
dan terbit pada tahun 1844 di Paris dalam jurnal Deutsch–Französische
Jahrbücher, yang dieditori oleh Marx dan Moses Hess. Pernyataan tersebut
kemudian melalui beberapa proses penerjemahan dalam beberapa bahasa, dengan
salah satunya yang paling sering dikenal oleh khalayak adalah dalam bahasa
Inggris yakni: ‘Religion is the opium of the people’, atau dalam bahasa Indonesia
-kurang lebih maknanya juga sedikit berubah- menjadi ‘Agama adalah candu
masyarakat’.
Yang menarik, menurut hemat saya, seorang Marx bersama dengan teman-
temannya -atau bahkan seorang Gramsci yang memfokuskan analisisnya terhadap
hegemoni budaya dan sosial- tidak pernah meramalkan bahwa ‘Die Religion … ist
18
das Opium des Volkes’ atau segala terjemahannya dalam bahasa lain akan
digunakan sebagai senjata propaganda paling mematikan dari sebuah rezim
pemerintahan di sebuah negara di Timur Asia yang umurnya masih muda -jika
dibandingkan dengan Perancis, Jerman, dan Uni Soviet- namun sempat mencetak
sejarah sebagai negara dengan basis partai komunis terbesar di dunia, yakni
Indonesia. Hal yang seringkali terjadi dalam proses penyebaran informasi ini
adalah penghilangan bagian sebelum kalimat tersebut, yang menjadikan konteks
dan pemaknaannya bergeser. Sesuai dengan terjemahan bahasa Inggris,
pernyataan penuh dari kalimat yang ditulis Marx tersebut adalah: “Religion is the
sigh of the oppressed creature, the heart of a heartless world, and the soul of
soulless conditions. It is the opium of the people” (Agama adalah keluh kesah dari
masyarakat yang tertindas, hati dari dunia yang tidak berhati, dan jiwa dari
keadaan tidak berjiwa. Agama adalah opium masyarakat). Mungkin beberapa
pembaca bisa menyadari bagaimana pengaruh dari proses terjemah, editing, dan
lain-lain dalam usaha publikasi yang ternyata jelas mengubah konteks pemaknaan
suatu pemikiran. Namun analisis ini tidak akan berhenti dalam penjelasan tekstual
saja, karena pemaknaan dari ‘Die Religion … ist das Opium des Volkes’
-khususnya di Indonesia- telah masuk pada ranah ideologis, sehingga analisis
lebih lanjut masih diperlukan.
14.Pemikiran Karl Marx tetang komunisme dan sosialisme
Sosialisme merupakan salah satu ideologi yang cukup berpengaruh di abad
ke-20. Sosialisme yang kemudian menjadi ruh perjuangan kaum tertindas dan
menjadi ruh perjuangan para kaum ‘kiri’.Sosialisme tidak identik dengan fasisme,
komunisme atau Marxisme, melainkan merekalah yang sebenarnya mendapat
pengaruh dari sosialisme itu sendiri, meskipun dikemudian mereka keluar secara
terang-terangan dari sosialisme. Sosialisme utopis, merupakan cikal bakal
lahirnya sosialisme modern. Dari sana muncul beberapa tokoh yang berpengaruh
dalam melahirkan sosialisme sebagai sebuah ideolog, sistem kehidupan, atau
bahan diskursus yang cukup penting dizamannya.
Sosialisme merupakan sebuah sistem kehidupan, ideologi, paham yang
mendambakan kehidupan masyarakat yang ideal, ’sama rata’, berkeadilan, dan
19
sejahtera.
Menurut Marx, bahwa sosialisme sebenarnya berasal dari sifat dasar
manusia sebagai mahluk sosial. Diskursus mengenai sosialis, sesungguhnya sudah
muncul pada masa pencerahan, abad ke-18, dengan beberapa tokoh, diantaranya:
Marquis de Concordet, Voltaire, J.J Rousseau, Diderot, dll. Mereka merupakan
para pemikir dan penulis revolusioner asal Perancis.
Komunisme merupakan sayap radikal sosialisme yang dikembangkan oleh
Karl Marx dan Frederich Engles. Marx secara pemikiran memang berkembang
diwilayah sosialis dan berkawan dekat dengan beberapa orang sosialis, seperti:
Proudhon, Weithling, dll. Meskipun dikemudian hari Marx bersebrangan dengan
Proudhon yang jelas-jelas menolak komunisme dan kapitalisme, dan Weithling
yang menolak pola sosialisme Marx dan Engles.
15.Pemikiran Karl Marx tentang Alienasi
Alienasi atau keterasingan adalah salah satu konsep penting pemikiran
Karl Marx (1818-1883 M) dalam mengkritik sistem kapitalisme. Marx
menggunakan konsep alienasi untuk menyatakan pengaruh produksi kapitalis
terhadap manusia dan masyarakat. Magnis Suseno menjelaskan bahwa Marx
mengkritik kapitalisme sebagai sumber penyebab keterasingan manusia karena
sistem hak milik pribadi kapitalis memecah belah manusia ke dalam kelas-kelas
sosial dan menyelewengkan makna pekerjaan menjadi sarana eksploitasi terhadap
sesama manusia. Lantas Marx memusatkan perhatian pada penghapusan hak milik
pribadi dengan menyatakan bahwa faktor penentu sejarah manusia bukanlah
politik atau ideologi melainkan sistem ekonomi. Marx kemudian memusatkan
perhatian pada sistem ekonomi kapital hingga berpendapat bahwa kapitalisme
akan mengalami kehancurannya sendiri akibat penghisapan kaum pekerja
menghasilkan pertentangan kelas tajam sehingga menimbulkan revolusi kelas
pekerja dan pada akhirnya mewujudkan masyarakat sosialis tanpa kelas.
Konsep alienasi merupakan salah satu bagian dari gagasan sosialisme
Marx yang memikat berbagai kalangan, termasuk di antaranya dari kalangan
pemikir Muslim sehingga menyerukan untuk menggunakan Marxisme sebagai
kerangka teoritis guna mencari solusi bagi permasalahan umat dewasa ini.
20
Pemikiran Marx dinilai memihak pada masyarakat kecil tertindas dan relevan
untuk menyadarkan masyarakat bahwa kemiskinan atau penindasan bukan sebuah
realitas deterministik melainkan disebabkan oleh sistem dan struktur kapitalisme.
Pemahaman tentang eksploitasi kaum kapitalis, perombakan sistem kapitalisme,
penghapusan hak milik pribadi hingga perjuangan kelas mewujudkan masyarakat
tanpa kelas sebagai bentuk pembebasan manusia dari keterasingan diri digulirkan.
Sementara perangkat teoritik dari akar tradisi dan sejarah Islam dianggap kurang
relevan lagi untuk memecahkan permasalahan kontemporer sehingga perlu untuk
ditafsirkan ulang agar sesuai dengan situasi masyarakat hari ini.
(16) Kritik Terhadap Karya Karl Marx
Yang pertama, Marx sangat mengecilkan dunia saat membagi menjadi dua
kelas berdasarkan sistem produksi dan ekonomi. Marxisme tidak melihat
kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa saja menjadikan dunia ke dalam kelas-
kelas lain, misalnya berdasarkan ideologi, agama, budaya, pandagan politik, dan
identitas kebangsaan. Sebagai contoh saat terjadi perang dingin antara Uni Soviet
dan Amerika serikat, dunia terpecah ke dalam dua kubu di mana ada kubu yang
mendukung ideologi liberalis yang condong ke Amerika Serikat dan ideologi
komunis Uni Soviet. Pada saat itu ideologi tidak hanya membagi dunia secara
luas, melainkan sampai kepada tatanan yang lebih spesifik, yaitu negara. Di mana
bisa dilihat dari pecahnya satu negara hanya karena perbedaan ideologi, seperti
yang terjadi pada Jerman Barat dan Jerman Timur pada 1961, pecahnya Vietnam
menjadi Vietnam Utara dan Timur, dan lengsernya Soekarno yang terindikasi
akibat ideologi Soekarno yang cenderung sosialis. Contoh lain yang bisa saja
membagi dunia adalah identitas kebangsaan. Identitas kebangsaan yang sangat
kuat bisa saja menyebabkan dunia terbelah menjadi beberapa bagian. Sebagai
contoh rasa superioritas Bangsa Arya, Jerman menyebabkan Hitler beserta
tentaranya ingin menguasai daratan Eropa serta memusnahkan Bangsa Yahudi di
negaranya. Dari kedua contoh yang telah dijabarkan, dapat terlihat jelas bahwa
ada faktor lain selain sistem produksi ala Marx yang bisa membagi dunia ke
dalam kelas-kelas, dan ketika kelas-kelas tersebut terbentuk, individu bisa saja
melupakan stratifikasi produksi atau sistem ekonomi orang-orang di sekitarnya
21
karena fokus kepada variabel lain, seperti variabel ideologi dan identitas
kebangsaan.
Kritik kedua terdadap pemikiran marxis adalah anggapan marx bahwa
negara marxis atau utopian communism sebagai puncak perjuangan kelas buruh,
dan di sisi lain kapitalis sebagai jalan yang membawa kepada kehancuran
sepertinya harus ditelaah kembali. Marx menilai kebebasan publik untuk
mengatur sendiri kapital yang dimiliki sama saja membawa negara tersebut
kepada kehancuran, yang mana Marx beranggapan bahwa apabila seseorang terus
menumpuk kapital dengan cara membuka pabrik yang baru maka orang tersebut
hanya akan memperlebar gap antarkelas, sehingga ada baiknya agar negara
mengambil alih hal publik dengan cara menjadikan bnegara sosialis. Tetapi pada
kenyataannya pandangan marx bisa dibilang bertolak belakang dari relevansi di
zaman ini.
Hal ketiga yang perlu mendapatkan kritikan ialah pandagan Marx bahwa
revolusi terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi kelas dimana salah satu kelas
mendominasikelas lainnya, sehingga menimbulkan kesadaran di kelas yang kecil
untuk melakukan reformasi secara cepat. Tetapi kenyataan bahwa revolusi hanya
terjadi di negara kapitalis tampaknya merupakan kesalahan besar dari Marx, yang
mana bisa dilihat dari revolusi Etnis Chechnya di Uni Soviet ketika berada
dibawah pimpinan. Ternyata walaupun Uni Soviet telah menerapkan sistem
sosialis di negaranya dengan menciptakan ketiadaan kelas-kelas eksklusif, tetapi
tetap saja terjadi revolusi. Realita ini bahkan bertolak belakang dengan negara
kapitalis di Eropa Barat yang bahkan terus mengalami pertumbuhan ekonomi
positif dan hampir tidak pernah mengalami isu revolusi kelas tertentu.
Kritik keempat ialah mengenai sistem dari negara sosialis, di mana
memberikan kekuasaan pada negara untuk mengatur kelas-kelas sehingga tidak
ada satu kelas yang lebih tinggi dari kelas lainnya, dengan kata lain meniadakan
hak kepemilikan terhadap beberapa properti seperi contohnya tanah. Negara
sosialis menekankan pada fungsi pemerintah yang sangat dominan kepada
masyarakat. Akan tetapi menariknya, Marx kurang memperhatikan kemungkinan
pemerintah untuk menjadi kelas dominasi baru di dalam negara.
22
dimana mahasiswi tersebut menganggap lahan parkir itu khusus untuk dirinya
hanya karena dia merasa dia sudah sering parkir ditempat tersebut. Mahasiswi
tersebut berani angkat bicara karena ia adalah anak seorang pejabat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kelas sosial merupakan kenyataan yang tidak bisa disangkal lagi. Betapapun
ditolaknya keberadaan kelas sosial ini, perbedaan-perbedaan yang menindikasikan
adanya kelas sosial ini selalu saja ada. Kelas sosial dibagi menjadi bebrapa
kategori, masing-masing menunjukkan adanya jenjang-jenjang dalam masyarakat.
Pengukuran kelas social dilakukan berdasarkan dimensi-dimensi tertentu seeperti
pendapatan, pendididkan dan kedudukan. Oleh karena itu, ada mobilitas dari kelas
sosial yang satu kekelas sosial yang lain. Pamasar banyak menggunakan kelas
social sebagai dasar segmentasi pasar, dan manfaatnya sudah banyak terbukti.
Perbedaan kelas sosial ditunjukan dalam perilaku para anggotanya, misalnya
dalam hal dekorasi rumah, pakaian, kegiatan waktu senggang, kebiasaan
berbelanja, kebiasaan media dan lain sebagainya.
3.2 SARAN
Perlu penelitian lapang agar dapat mengidentifikasi terkait dengan masalah
kelas sosial
DAFTAR PUSTAKA