Sejarah Geologi
Menurut pendapat Ginger dan Fielding (2005) sejarah dari geologi Sumatera Selatan
terutama cekungan dapat dikelompokkan menjadi 3 fase megasekuen tektonik yaitu :
a. Syn-Rift Megasequense (c. 40 – c. 29 Ma)
Hasil subduksi lempeng di sepajangan Parit Sumatea Barat menghasilkan kerak kontinental
di Sumatera Selatan yang diketahui dijadikan sasaran dari aktivitas ektensional paling utama dari
masa Eocen hingga awal Oligocene. Hasil ektensi ini membuat terbukanya seluruh half-grabens
geomertri dan orientasi dari half-grabens ini mendapat pengaruhi oleh banyaknya tipe basement.
Sumber ekstensi ini orientasinya berarah mulai dari timur-barat menciptakan urutan horst dan
graben dari utara hingga selatan. Perputaran Sumatera Selatan diperkirakan 15 derajat searah
dengan jarum jam semenjak Miocene dan menciptakan orientasi dari utara himgga timur laut dan
selatan sampai barat daya.
b. Post Rift Megasequence (c. 29 – c.5 Ma)
Proses rifting terhenti sejak 29 ma lalu, sebagai keseimbagan lithosteric thermal di bawah
cekungan sumatera selatan, thinned the continental terus mengalami penurunan. Di dalam
cekungan fase ini ketebalannya mencapai lebih dari 13.000 ft. peningkatan penurunan dan
relativitas dari permukaan laut membuat proses transgesi yang lama pada cekungan dengan
capaian batas maksimum sekitar 16 ma yang lalu dan banjir yang hampir di semua daerah
cekungan.
c. Syn-Orgenic (c. 5 Ma – Sekarang)
Terjadinya perluasan orogenic dan barisan orogeny di Sumatera Selatan berawal dari 5 Ma
sampai pada saat ini, walaupun dapat ditemukan bukti dari proses pengangkatan lokal sepanjang
awal 10 Ma. Orientasi dari memanjangnya baratlaut-tenggara yakni pada lipatan transpresional
yang memiliki ukuran beragam yang terbentuk di seluruh cekungan dan banyakk melewati syn-
rift.