Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Rizal Hilmi

NIM : 180210303083

1).Karena semakin bnyak poppulasi manusia dan semakin banyak kebutuhan tempat tinggl
sehingga menyebabkan pergantian antara lahan pertanian menjadi lahan tempat untuk kebutuhan
manusia seperti sawah menjadi perumahan . tata cara Pertama, Pemerintah Pusat dan daerah
segera lakukan inventarisasi secara menyeluruh di mana saja dan masih berapa luas lahan
produktif yang masih tersisa saat ini dan wilayah mana saja yang harus dipertahankan serta
menentukan wilayah wilayah baru di Indonesia yang akan dijadikan lahan produktif melalui
program penyediaan lahan produktif sejuta hektare.
Kedua, Pemerintah Pusat dan dikuti dengan pemerintah daerah segera menyusun regulasi
tentang alih fungsi lahan kaitannya dengan arah program ketahanan pangan masa depan.
Perwilayahan (zoning) terhadap lahan produktif yang harus dipertahankan didasari atas peraturan
yang mengikat dan ada sanksinya jika dilanggar.

Ketiga, kebijakan insentif dan charge serta kompensasi diterapkan. Kebijakan pemberian
insentif diberikan kepada warga masyarakat yang tetap mempertahankan lahan produktifnya
melalui keringanan membayar pajak bumi dan bangunan (PBB), kemudahan memperoleh
bantuan permodalan, bantuan sarana produksi pertanian, bantuan penyuluhan, manajemen pasca-
panen, bantuan pemasaran yang kesemuanya dilakukan dengan menjaga kestabilan harga
komoditas pertanian.

2Inventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan lahan
yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya.
Penggunaan lahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang
diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut.
Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam
penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan
untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah. Contohnya
penggunaan lahan untuk usaha pertanian atau budidaya dan permukiman. Dalam perencanaan
bidang pertanian, citra satelit dapat dimanfaatkan antara lain untuk perencanaan pola tanam dan
perencanaan peremajaan tanaman. Ketersediaan data citra dapat membantu dalam menetukan
kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditi tertentu sesuai dengan kelas kemampuan lahan.
Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi. Citra dapat dengan
cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh pengamatan langsung (lapangan)
melalui intrepretasi citra. Intrepretasi citra untuk mengenali objek dilakukan melalui tahapan
deteksi, identifikasi dan analisis citra. Salah satu keuntungan dari data citra satelit untuk deteksi
dan inventarisasi sumberdaya lahan pertanian adalah setiap lembar (scene) citra ini mencakup
wilayah yang sangat luas yaitu sekitar 60–180 km2 (360.000–3.240.000 ha). Dengan mengamati
daerah yang sangat luas sekaligus, beserta keadaan lahan yang mencakup topografi/relief,
pertumbuhan tanaman/ vegetasi dan fenomena alam yang terekam dalam citra member peluang
untuk mengamati, mempelajari pengaruh iklim, vegetasi, litologi dan topografi terhadap
penyebaran sumberdaya lahan dan lahan pertanian (Puslit. Tanah dan Agroklimat, 2000)

3). Cara memetakan lahan pertanian dengan yang terdmpak banjir yang pertama kita dapat
melakukan pembagian wilayah dan skoring terhadap wilayah yang akan dipetakan lalu setelah
itu mencari data bps untuk jumlah warga yang berada di wilayah tersebut dan langsung membuat
data raster untuk bisa langsung dikerjakan dalam bentuk arcgis

4. solusi untuk mengatasi atau mengurangi perubahan lahan pertanian yaitu dengan cara
Pemanfaatan citra satelit dan GIS dalam perencanaan pengembangan pertanian sangat
dibutuhkan utamanya dalam perencanaan pengelolaan produksi tanaman, perencanaan sistem
irigasi, dan perencanaan peremajaan tanaman. Namun demikian terdapat kendala yang juga
merupakan tantangan dan hambatan dalam aplikasinya antara lain mengenai ketersediaan data
yang masih terbatas, harga yang cukup mahal, serta sumber daya manuasia dalam bidang ini
yang masih terbatas. Untuk itu diperlukan pelatihan secara intensif untuk mengembangkan
kapasitas sumber daya manusia serta komitmen pemerintah untuk pemakaian teknologi GIS
terutama dalam hal perencanaan. Sistem GIS ini bukan semata-mata software atau aplikasi
komputer, namun merupakan keseluruhan dari pekerjaan managemen pengelolaan lahan
pertanian, pemetaan lahan, pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database, perencanaan
system dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan ulang pengelolaan
pertanian menjadi sistem yang terintegrasi. Dalam jangka panjang, bisa direduksi kemungkinan
permasalahan lahan baik fisik maupun sosial. Bahkan dapat menjamin keberlangsungan
perkebunan sebagai contohnya, dengan syarat pihak managemen senantiasa mempelajari
berjalannya sistem ini dan mengambil keputusan managerial yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai