Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Rizal Hilmi

NIM : 180210303083

Teori Pembentukan Jagat Raya

1. Teori Keadaan Tetap (Teori Creatio Continua)

Teori "keadaan tetap" atau teori ciptaan sinambung atau teori creatio continua
menyatakan bahwa alam semesta selama berabad-abad selalu dalam kondisi yang
sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari ketiadaan. Penambahan jumlah zat,
dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu sekitar 1000 juta tahun
untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa. Teori ini dikemukakan oleh ahli
astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris.

Dalam teori "keadaan tetap", kita harus menerima bahwa zat baru selalu
diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, oleh karena itu galaksi
baru akan terbentuk untuk menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat bahwa
zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut adalah hidrogen.

Teori keadaan tetap diterima secara skeptis oleh beberapa ahli yang lain,
sebab hal ini bertentangan dengan salah satu hukum dasar fisika, yaitu hukum
kekekalan zat. yang berbunyi "zat tidak dapat diciptakan atau dihilangkan tetapi
hanyalah dapat diubah menjadi jenis zat lain atau menjadi energi".

2. Teori Ledakan Besar (The Big Bang Theory)

Menurut teori ledakan besar dahulu kala galaksi-galaksi pernah saling


berdekatan dan berasal dari massa tunggal, kemudian dalam keadaan massa tunggal
jagat raya menyimpan suhu dan energi sangat besar. Besarnya energi dan tingginya
suhu tersebut menimbulkan ledakan besar yang menghancurkan massa tunggal
(terjadi kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu). Efek ledakan besar tersebut materi-
materi dengan jumlah sangat besar terlontar ke segala penjuru alam semesta. Materi-
materi tersebut akhirnya membentuk planet, bintang, debu kosmis, meteor, asteroid,
energi, dan partikel-partikel lain.

Teori ”Big Bang” ini didukung oleh Edwin Hubble, seorang astronom
Amerika Serikat, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Edwin, menunjukkan
bahwa jagat raya ini tidak bersifat statis. Semakin jauh jarak galaksi dari Bumi,
semakin cepat proses pengembangannya. Penemuan tersebut kemudian dikuatkan
oleh Robert Wilson dan Arno Pnezias, seorang ahli astrofisika dari Amerika Serikat,
pada tahun 1965 mereka telah mengukur tahap radiasi yang ada di angkasa raya.
Penemuan ini selanjutnya disahkan oleh ahli sains dengan memanfaatkan alat NASA
yang bernama COBE spacecraft pada tahun 1989-1993.

Kajian-kajian terkini dari laboratorium CERN (Conseil Europeen pour la


Recherche Nucleaire) yang terletak tidak jauh dari Genewa menguatkan lagi teori
"Big Bang". Selain itu teori ledakan besar juga didukung oleh Stephen Hawking,
seorang ahli fisika teoritis. Semua ini menyimpulkan bahwa pada masa lalu langit dan
Bumi pernah bersatu sebelum terpisah-pisah seperti saat ini.

3. Teori Mengembang dan Memampat (The Oscillating Theory)

Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut
teori ini, alam semesta tercipta karena adanya sebuah siklus materi yang diawali
dengan masa ekspansi atau mengembang yang diakibatkan oleh adanya reaksi inti
hidrogen, pada tahap ini terciptalah galaksi-galaksi (tahap ini diperkirakan terjadi
selama 30 milyar tahun), kemudian galaksi-galaksi dan bintang yang telah tercipta
akan meredup, selanjutnya memampat yang didahului dengan keluarnya pancaran
panas yang begitu tinggi. Setelah tahap memampat maka tahap selanjutnya adalah
tahap mengembang dan kemudian pada akhirnya memampat lagi. Teori mengembang
dan memampat ini menguatkan asumsi bahwa pertikel-partikel yang ada pada saat ini
berasal dari partikel-partikel yang ada pada zaman dahulu.

4. Teori Alam Semesta Quantum

Teori quantum didasarkan pada ide bahwa semua kemungkinan peristiwa


memiliki probabilitas untuk terjadi, tak peduli seberapa fantastik atau pandirnya
peristiwa itu. Teori ini ditemukan pada tahun 1966 oleh William Lane Craig.
William mengatakan bahwa alam semesta telah ada selamanya dan akan selalu ada
untuk selamanya pula. Dalam teori quantum, ruang hampa pada hakikatnya tidak ada,
yang ada adalah partikel-partikel subatomik

Anda mungkin juga menyukai