TUGAS
(Disusun untuk memenuhi ujian tengah semester mata kuliah geografi koservasi
dan rehabilitasi lahan)
Dosen Pengampu :
Drs. Yagus Wijayanto, MA., Ph.D.
Disusun Oleh :
Rizal Hilmi
NIM. 180210303083
Kelas I, tanah di kelas ini memiliki beberapa faktor pembatas dan memiliki risiko kerusakan
yang kecil. Jenis tanah di kelas ini sangat baik dan dapat dibudidayakan untuk semua jenis
pertanian. Tanah ini umumnya relatif datar, dengan bahaya erosi kecil, solum tanah yang dalam,
drainase yang baik, mudah diproses, penahan air yang baik dan responsif terhadap pemupukan.
Kelas II, tanah pada kelas ini mempunyai sedikit faktor pembatas yang dapat mengurangi pilihan
penggunaannya atau membutuhkan tindakan konservasi yang sedang. Oleh sebab itu tanah pada
kelas ini membutuhkan pengelolaan tanah yang cukup hati-hati meliputi tindakan konservasi,
menghindari kerusakan dan memperbaiki hubungan air-udara dalam tanah bila ditanami faktor
pembatas dalam kelas ini dapat merupakan satu atau kombinasi dari faktor-faktor lereng landai,
kepekaan erosi sedang dan struktur tanah yang kurang baik. Adanya faktor-faktor ini tentu saja
memerlukan perhatian yang agak serius jika kita ingin mengusahakan tanah, seperti pengolahan
tanah secara kontur, strip cropping, pergiliran tanaman, pemupukan dan pengapuran, dan
pembuatan saluran – saluran air.
Kelas III, tanah pada kelas ini mempunyai lebih banyak faktor pembatas daripada tanah pada
kelas II, dan apabila digunakan untuk usaha pertanian akan memerlukan tindakan konservasi
yang serius, yang umumnya lebih sulit baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya. Faktor
– faktor pembatas pada lahan kelas ini dapat berupa lereng yang agak miring, cukup peka
terhadap erosi, drainase jelek, permeabilitas tanah sangat lambat, solum dangkal, kapasitas
menahan air rendah, kesuburan dan produk aktifitas tanah rendah dan sulit untuk diperbaiki.
Kelas IV, tanah pada kelas ini merupakan faktor pembatas yang lebih besar dari pada kelas III,
sehingga jenis penggunaan / jenis tanaman yang diusahakan juga sangat terbatas. Tanah pada
kelas ini terletak pada lereng yang cukup curam (15% - 30%), sehingga sangat peka terhadap
erosi, drainase nya jelek, solumnya dangkal, dan kapasitas menahan air rendah.
Kelas V, tanah pada kelas ini terletak pada tempat yang datar/ agak cekung, selalu basah
/tergenang air,atau terlalu banyak batu di atas permukaan tanah. Karena itu tanah pada kelas ini
tidak sesuai untuk usaha pertanian tanaman semusim, namun lebih sesuai untuk ditanami dengan
vegetasi permanen seperti tanaman makanan ternak/ dihutankan.
Kelas VI, tanah pada kelas ini terletak pada daerah yang mempunyai lereng yang cukup curam,
sehingga mudah ter-erosi/ telah mengalami erosi yang sangat berat/ mempunyai solum yang
sangat dangkal. Tanah pada kelas ini tidak sesuai di jadikan lahan pertanian namun lebih sesuai
untuk vegetasi permanen.
Kelas VII, tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang cukup curang, telah tererosi berat,
solum sangat dangkal dan berbatu. Karena itu tanah ini hanya cocok untuk ditanami dengan
vegetasi permanen
Kelas VIII, tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang sangat curam, permukaan sangat kasar,
tertutup batuan lepas/ batuan singkapan/ tanah pasir pantai. Karena itu tanah pada kelas ini
dibiarkan pada keadaan alami dibawah vegetasi alami (cagar alam, hutan lindung, atau tempat
rekreasi).
Rehabilitasi lahan adalah suatu usaha memulihkan kembali, memperbaiki dan
meningkatkan kondisi lahan yang rusak supaya dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai
lahan produksi, media pengatur tata air, ataupun sebagai unsur perlindungan alam dan
lingkungannya Rehabilitasi hutan dan lahan atau RHL merupakan bagian dari sistem
pengelolaan hutan dan lahan, yang dilokasikan pada kerangka daerah aliran sungai. Kegiatan
Rehabilitasi ini menempati posisi untuk mengisi kekosongan ketika sistem perlindungan tidak
dapat mengimbangi hasil sitem budidaya lahan dan hutan, sehingga terjadi deforestasi serta
degredasi fungsi hutan dan lahan.Definisi Rehabilitasi Hutan dan Lahan menurut Undang–
Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999, Rehabilitasi Hutan dan Lahan dimaksudkan
untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem keidupan tetap terjaga.
Pembagian Kelas kemampuan lahan dibagi menjadi sub-kelas kemampuna lahan.
menggunakan simbol huruf : “e”, “w”, “c” dan “s”.
Pada klasifikasi ini dikenal prioritas penanganan penghambat berdasarkan tingkat
kemudahan penanganannya. Pada kelas yang sama, bilamana mempunyai beberapa penghambat
maka akan dipilih prioritas penghambat yang paling besar. Urutan prioritas penghambat tersebut
adalah (dari yang paling mudah diatasi) e – w – – s – c, e (erosi), w (drainase), s (tanah), c
(iklim)
Jadi apabila hasil klasifikasi dalam satu unit lahan menunjukkan Klas IVe, IVw dan IVs,
maka akan ditetapkan sebagai Klas IVs karena mempunyai jenis penghambat yang paling sulit
ditangani.
B). pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien
mungkin dan pengaturan waktu aliran air dengan cara meresapkan air ke dalam tanah agar pada
musim hujan tidak terjadi banjir dan pada musim kemarau air untuk kebutuhan hidup masih
tersedia.
contoh: penanaman pohon di pinggir jalan
Penanaman pohon di pinggir jalan bertujuan agar air hujan yang turun dapat dibantu
peresapannya oleh pohon agar air hujan tidak terbuang sia-sia
DAFTAR PUSTAKA
Edriani, Annisa Fitria, Khairul Amri, and M. Faiz Barchia. ANALISIS TINGKAT EROSI
DAN KEKRITISAN LAHAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI
SUB DAS BENGKULU HILIR DAS AIR BENGKULU. Diss. Universitas Bengkulu.
Pirngadie, Budi Heri, and Dosen PWK Unpas. kAJIAN KETERKAITAN PERUBAHAN GUNA
LAHAN DAN POLA PEMANFAATAN RUANG TERHADAP LAHAN KRITIS DALAM
RANGKA USULANKONSERVASI LAHAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI
CISANGKUY. Diss. Fakultas Teknik Unpas, 2010.