Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Kehidupan berkelompok

Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan.

Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang

lain dalam kelompok. Naluri berkelompok itu juga yang mendorong manusia

untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan

manusia lain disekelilingnya.

Di dalam kelompok masing-masing anggota saling berkomunikasi, saling

berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan dalam

kelompok tersebut memengaruhi dan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang

melembaga bagi setiap anggota kelompok. Kebiasaan itu menciptakan pola

perilaku yang dilakukan terus menerus. Perilaku yang sudah terpola akan

membentuk sikap setiap anggota kelompok.

Kebiasaan yang melembaga, perilaku, dan sikap tersebut berjalan secara

simultan di antara individu dan kelompok.

Kelompok memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan masing-masing pribadi dalam

kelompok dan tujuan kelompok itu sendiri.Setiap tujuan individu harus sejalan

dengan tujuan kelompok, sedangkan tujuan kelompok harus memberi kepastian

kepada tercapainya tujuan-tujuan individu.

Pengertian konflik

Menurut Ralf Dahrendorf konflik merupakan fenomena yang selalu hadir

(Inherent omni-presence) dalam setiap masyarakat manusia. Menurutnya,


perbedaan pandangan dan kepentingan diantara keompok-kelompok masyarakat

tersebut merupakan hal yang cenderung alamiah dan tidak terhindarkan.

Macam-Macam Konflik Sosial

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :

 Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara

peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))

 Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

 Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

 Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

 Konflik antar atau tidak antar agama

 Konflik antar politik.

Akibat konflik sosial

Terlepas dari teori konflik yang menganggap konflik memiliki nilai positif,

sejarah jaman maupun kenyataan hingga kini membuktikan bahwa konflik sosial

secara langsung selalu menimbulkan akibat negatif. Bentrokan, kekejaman

maupun kerusuhan yang terjadi antara individu dengan individu, suku dengan

suku, bangsa dengan bangsa, golongan penganut agama yang satu dengan

golongan penganut agama yang lain. Kesemuanya itu secara langsung

mengakibatkan korban jiwa, materiil, dan juga spiritual, serta berkobarnya rasa

kebencian dan dendam kesumat. Misalnya Perang Amerika dan Irak, Konflik

Etnis (=Kerusuhan Sosial) di Kalimantan Barat. Akibat lanjutannya adalah

terhentinya kerjasama antara kedua belah pihak yang terlibat konflik, terjadi rasa
permusuhan, terjadi hambatan, bahkan kemandegan perkembangan kemajuan

masyarakat; dan akhirnya dapat memunculkan kondisi dan situasi disintegrasi

sosial maupun disintegrasi nasional yang menghambat pembangunan.

Penyelesaian Konflik

a. Konsiliasi

Konsiliasi berasal dari kata Latin conciliatio atau perdamaian yaitu suatu cara

untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna mencapai persetujuan

bersama untuk berdamai.

b. Mediasi

Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara menyelesaikan

pertikaian dengan menggunakan seorang pengantara (mediator).

c. Arbitrasi

Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan, dengan

seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan

d. Koersi

Koersi ialah suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan

paksaan fisik atau pun psikologis

e. Detente

Detente berasal dari kata Perancis yang berarti mengendorkan. Pengertian yang

diambil dari dunia diplomasi ini berarti mengurangi hubungan tegang antara

dua pihak yang bertikai.


Kesimpulan

Indonesia adalah negara yang multi kultural dilihat dari segi ras, suku,

agama,dan antar golongan yang dapat menimbulkan dampak positif maupun

negatifnya. Ditinjau dari segi geografisnya Indonesia merupakan negara

kepulauan ,menyebabkan setiap daerah memiliki budaya yang berbeda selain itu

paham etnosentrisme yang masih ada di masyarakat Indonesia dapat memicu

terjadinya masalah ataupun konflik sosial. Konflik sosial ini dapat merugikan

banyak hal.Sementara itu disadari bahwa diluar masalah kerusakan dan kerugian

material yang harus ditanggung, dampak terbersar dari konflik yang

membutuhkan perhatian dan penangan serius justru ialah pada aspek psiko-sosial

masyarakat. Ini karena konflik telah membuat masyarakat selalu dihinggapi rasa

takut dan tidak aman, akibatnya diantara kelompok-kelompok masyrakat timbul

rasa saling curiga dan mengikis rasa kepercayaan diantara warga masyarakat.

Sementara itu upaya menangani sebab-sebab konflik dan berusaha

membangun hubungan baru dan bisa bertahan lama diantara kelompok-kelompok

yang bermusuhan. Dengan demikian untuk, untuk dapat mewujudkan pengelolaan

konflik yang baik, ada prasyarat utama yang harus dipenuhi oleh segenap

komponen masyarakat yang bertikai. Hal yang dibutuhkan disana bukan hanya

kepemimpinan yang berwawasan kedepan, melainkan juga perlu adanya

keinginan yang kuat dari segenap komponen masyarakat untuk menyudahi konflik

tanapa kedua hal tersebut maka penganan konflik akan menjadi persoalan yang

berlarut-larut. Keinginan masyrakat untuk menyudahi konflik dapa dilihat dari

berbagai indikator yang meliputi kesediaan mereka untuk saling memaafkan,


mengerti, tolong menolong, menghormati hak orang lain menerima perbedaan

serta kesediaan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai