Anda di halaman 1dari 22

KAJIAN KRIMINOLOGI TERHADAP KEJAHATAN PENCABULAN ANAK DI

BAWAH UMUR

Dosen Pengampu : Jainuddin M.Hum

NAMA KELOMPOK

1. HIJRATUL HAQ

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH BIMA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Tahun 2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Bismillah, segala puji kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang memberikan rahmat dan

hidayahnya hingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah

Sejarah pemikiran islam yang dibimbing oleh bapak dengan judul “PERSPEKTIF DALAM

SOSIOLOGI KELUARGA”. Dimana makalah ini akan membahas Tentang bagaimanakah

perspektif dalam sosiologi keluarga. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua

pihak yang telah bersedia membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini. Yang semoga

dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca terkait perekonomian serta

dapat dijadikan bahan referensi ilmu.

Meski demikian makalah ini juga tidak luput dari kekurangan, maka dari itu penulis

memohon maaf, serta meminta masukan serta saran dari pembaca guna memperbaiki karya-

karya tulis kami berikutnya. Sekian termakasih.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................

A. PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI KELUARGA.........................................................


1. Structural fungsionalisme.............................................................................................
2. Konflik .........................................................................................................................
3. Interaksionis simbolik ..................................................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam masyarakat senantiasa ditemukan adanya satuan-satuan sosial. Setiap

satuan sosial memiliki bentuk dan sifatnya masing-masing. Salah satu satuan sosial

tersebut adalah berupa kelompok primer atau kelompok utama, yang umumnya dikenal

dengan keluarga. Keluarga disebut kelompok utama karena mereka adalah satuan sosial

paling kecil yang membentuk satuan sosial yang lebih besar, satuan mereka ini

merupakan wujud dari sebuah masyarakat. Maka keluarga dan masyarakat memiliki

ikatan kehidupan bersama, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada masyarakat

tanpa kehadiran keluarga di dalamnya.

Pembicaraan studi mengenai keluarga tidak dapat dilepaskan dari studi tentang

kemasyarakatan. Dalam studi kemasyarakatan kita terhubung dengan disiplin ilmu

Sosiologi. Oleh sebab itu, studi tentang sosiologi keluarga tentu tidak lepas atau

berhubungan dengan pemahaman kita mengenai Sosiologi. Di seluruh dunia tercatat

adanya sejumlah besar ahli di bidang Sosiologi dan memberikan beberapa pengertian

definitif mengenai sosiologi. Secara umum definisi Sosiologi dapat dikemukakan sebagai

ilmu yang mempelajari struktur masyarakat, kelompok-kelompok sosial, pola hubungan,

pengaruh hubungan timbal balik gejala-gejala sosial, pola tingkah laku, proses dan

perubahan sosial, pelapisan sosial serta berusaha mencari pengertian-pengertian rasional,

empiris yang bersifat umum.


A. RUMUSAN MASAL AH

1. Perspektif Dalam Sosiologi Keluarga

2. Structural Fungsionalisme

3. Konflik

4. Interaksionis Simbolik

B. TUJUAN PENULISAN

1. Agar bisa mengetahui apa itu sosiologi keluarga

2. Agar bisa mengetahui apa itu structural fungsionalisme

3. Agar bisa mengetahui konflik apa sajakah yang terdapat pada sosiologi keluarga

4. Agar bisa mengetahui apa itu interaksionis simbolik


BAB II

PEMBAHASAN

A. PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI KELUARGA

Secara historis, sejak awal masehi hingga abad XIX, Eropa menjadi pusat

tumbuhnya peradaban dunia. Pada saat itu para ilmuwan menyadari perlunya

mempelajari kondisi kehidupan dan perubahan sosial (masyarakat). Kemudian mereka

berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan cirri-ciri pokok masyarakat pada

setiap tahap peradaban manusia. Setiap perkembangan masyarakat memiliki hubungan

dengan ciri sesuai dengan kondisi kehidupan masing-masing, serta kehidupan keluarga-

keluarganya. Setiap tahap perkembangan masyarakat ditandai oleh tingkat

rasionalitasnya.

Secara umum definisi Sosiologi dapat dikemukakan sebagai ilmu yang

mempelajari struktur masyarakat, kelompok-kelompok sosial, pola hubungan, pengaruh

hubungan timbal balik gejala-gejala sosial, pola tingkah laku, proses dan perubahan

sosial, pelapisan sosial serta berusaha mencari pengertian-pengertian rasional, empiris

yang bersifat umum.

Berdasarkan pemikiran itu, A. Comte membedakan sifat sosiologi menjadi dua,

yaitu sosiologi statis dan sosiologi dinamis.

 Sosiologi statis yaitu memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis

yang menjadi dasar adanya masyarakat. Contohnya, masyarakat dilihat


dan dipahami menurut unsur-unsur, seperti nilai, norma, peranan,

lembaga, stratifikasi, dan struktur sosial.

 Sosiologi yang bersifat dinamis yaitu memusatkan perhatian terhadap

perkembangan masyarakat berdasarkan perubahan yang terencana atau

yang terarah oleh proses pembangunan. Dasar pemikiran ini juga yang

menjadi dasar dalam melihat perkembangan hidup keluarga. Pada

masanya rintisan pemikiran Comte tersebut disambut hangat oleh

masyarakat luas.

Pandangan Herbert Spencer tentang masyarakat mengambil ibarat tentang kondisi

tubuh manusia atau memahaminya menurut analogi organik; di mana antara bagian yang

satu berhubungan secara fungsional dengan bagian lainnya. Masyarakat sebagai suatu

organisasi yang terdiri atas bagianbagian yang memiliki hubungan ketergantungan satu

sama lain atau bersifat organik. Maka cara pandang dan pemahaman yang sama

sebagaimana disebut, diterapkan juga terhadap usaha untuk mempelajari Sosiologi

Keluarga.

Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli yang

mendasari perumusan pengertian sosiologi keluarga.

 Pitirim Sorokin Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan

pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala

ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala social


dengan gejala nonsosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain

 Roucek dan Warren Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan

antara manusia dalam kelompok-kelompok.

 William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkof Sosiologi adalah penelitian

secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi

sosial.

 J.A.A. Van Dorn dan C.J. Lammers Sosiologi adalah ilmu pengetahuan

tentang struktur-struktur dan prosesproses kemasyarakatan yang bersifat

stabil.

 Max Weber Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-

tindakan sosial.

 Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi Sosiologi adalah ilmu

kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial

termasuk perubahan sosial.

 Paul B. Horton Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada

kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

 Soerjono Soekanto Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian

pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk

mendapatkan polapola umum kehidupan masyarakat.

 William Kornblum Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk

mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan


masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi

kehidupan kelompok.

 E.M. Duval Sosiologi keluarga (dalam Eshleman) adalah mempelajari

aspek-aspek dan tahapan kehidupan keluarga, yaitu masa pacaran dan

pemilihan jodoh,.

keluarga menurut analogi organic adalah menunjukkan pada kita mengenai

gambaran sebuah organisasi yang terdiri dari unsur-unsur, seperti orang tua (ayah dan

ibu) serta anak. Dalam kehidupan rutin (setiap hari) ayah, ibu, dan anak memiliki

hubungan yang bersifat dinamis di antara satu dengan lainnya. Status dan peranan ayah,

ibu dan anak berbeda, namun dalam kehidupan rutin, mereka saling membutuhkan.

Keluarga juga bisa diartikan sebagai satu kumpulan manusia yang dihubungkan

dan dipertemukan melalui pertalian/hubungan darah, perkawinan atau melalui adopsi

(pengambilan) anak angkat. Di Barat (negara-negara industri Eropa dan Amerika Utara)

yang masyarakatnya hidup dan bekerja di bidang industri maka keluarga didefinisikan

sebagai satu satuan sosial terkecil yang mempunyai hubungan darah atau memiliki

pertalian hubungan sah melalui perkawinan, pengambilan anak angkat dan sebagainya.

Secara umum, keluarga inti yang kita kenal, memiliki komposisi unsur yang terdiri atas

ayah, ibu, dan anak-anak. Hubungan-hubungan sosial keluarga berlangsung intim

berdasarkan ikatan perasaan dan batin yang kuat, di mana orang tua berperan mengawasi

serta memotivasi untuk mengembangkan tanggung jawab sosial dalam keluarga dan

masyarakat.
Menurut perspektif burgess (dalam Eshleman) mengemukakan tentang

karakteristik keluarga secara umum sebagai berikut.

 Keluarga terdiri dari orang-orang yang terikat oleh perkawinan, hubungan

darah atau adopsi.

 Anggota keluarga hidup bersama di bawah satu atap (rumah) merupakan

satuan rumah tangga atau mereka menganggapnya sebagai rumah sendiri.

 Keluarga terdiri atas orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi

satu dengan yang lain menurut peranan masing-masing, seperti misalnya

sebagai suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, kakak atau

adik laki-laki atau perempuan.

 Keluarga menghidupkan kebiasaan dan budaya tertentu yang diturunkan

dari budaya umum (masyarakat) dan keluarga sering kali

mempraktikkannya sendiri dalam bentuk tertentu.1

1. Struktural-Fungsional

Salah satu teori yang melandasi studi keluarga diantaranya adalah Teori Struktural

fungsional/Teori Sistem. Pendekatan teori sosiologi struktural-fungsional biasa

digunakan oleh Spencer dan Durkheim yang menyangkut struktur (aturan pola sosial) dan

fungsinya dalam masyarakat.

1
Prof. Dr R.B Soemanto, M.A Modul 1 Pengertian Dan Ruang Lingkup Sosiologi Keluarga
Struktural Fungsional dalam Keluarga meliputi :

 Berkaitan dengan pola kedudukan dan peran dari anggota keluarga tersebut,

hubungan antara orangtua dan anak, ayah dan ibu, ibu dan anak perempuannya,

dll.

 Setiap masyarakat mempunyai peraturan-peraturan dan harapan-harapan yang

menggambarkan orang harus berperilaku.

 Tipe keluarga terdiri atas keluarga dengan suami istri utuh beserta anak-anak

(intact families), keluarga tunggal dengan suami/istri dan anak-anaknya (single

families), keluarga dengan anggota normal atau keluarga dengan anggota yang

cacat, atau keluarga berdasarkan tahapannya, dan lain-lain.

 Aspek struktural menciptakan keseimbangan sebuah sistem sosial yang tertib

(social order). Ketertiban keluarga akan tercipta kalau ada struktur atau strata

dalam keluarga, dimana masing-masing mengetahui peran dan posisinya dan

patuh pada nilai yang melandasi struktur tersebut.

 Terdapat 2 (dua) Bentuk keluarga yaitu:

 Keluarga Inti (nuclear family), dan

 Keluarga Luas (extended family).

 Struktur dalam keluarga dapat dijadikan institusi keluarga sebagai sistem kesatuan

dengan elemen- elemen utama yang saling terkait:

 Status social yaitu Pencari nafkah, ibu rumahtangga, anak sekolah, dan

lain-lain.

 Fungsi dan peran social yaitu Perangkat tingkah laku yang diharapkan

dapat memotivasi tingkah laku seseorang yang menduduki status sosial


tertentu (peran instrumental/ mencari nafkah; peran emosional ekspresif /

pemberi cinta, kasih sayang).

 Norma sosial yaitu Peraturan yang menggambarkan bagaimana

sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu.

2. Konflik

Teori konflik sosial muncul pada Abad ke-18 dan 19 sebagai respon dari lahirnya

dual revolution, yaitu demokratisasi dan industrialisasi, sehingga kemunculan sosiologi

konflik modern, di Amerika khususnya, merupakan pengikutan, atau akibat dari, realitas

konflik dalam masyarakat Amerika (Mc Quarrie 1995). Teori konflik sosial mulai

populer pada Tahun 1960an sejalan dengan gelombang kebebasan individu di Barat,

tetapi sebetulnya telah berkembang sejak Abad 17.

Selain itu teori sosiologi konflik adalah alternatif dari ketidakpuasaan terhadap

analisis fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan Robert K. Merton, yang menilai

masyarakat dengan paham konsensus dan integralistiknya. Beberapa kritikan terhadap

teori strukturalfungsional berkisar pada sistem sosial yang berstruktur, dan adanya

perbedaan fungsi atau diferensiasi peran (division of labor). Institusi keluarga dalam

perspektif struktural-fungsional dianggap melanggengkan kekuasaan yang cenderung

menjadi cikal bakal timbulnya ketidakadilan dalam masyarakat

Teori konflik lebih menitikberatkan analisisnya pada asal-usul terjadinya suatu

aturan atau tertib sosial. Teori ini tidak bertujuan untuk menganalisis asal usulnya

terjadinya pelanggaran peraturan atau latar belakang seseorang berperilaku menyimpang.

Perspektif konflik lebih menekankan sifat pluralistik dari masyarakat dan

ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara berbagai kelompoknya.


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konflik adalah fenomena sosial biasa dan

merupakan kenyataan bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya.

Konfllik dipandang sebagai suatu proses sosial, proses perubahan dari tatanan

sosial yang lama ke tatanan sosial yang baru yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi masyarakat. Perspektif konflik dianggap sebagai “the new sociology” sebagai

kritik terhadap teori struktural fungsional yang berkaitan dengan sistem sosial yang

terstruktur dan adanya perbedaan fungsi dan diferensiasi peran (division of labor).

Sosiologi konflik mempunyai asumsi bahwa masyarakat selalu dalam kondisi

bertentangan, pertikaian, dan perubahan. Semua itu adalah sebagai bagian dari terlibatnya

10 kekuatan-kekuatan masyarakat dalam saling berebut sumber daya langka dengan

menggunakan nilai-nilai dan ide (ideologi) sebagai alat untuk meraihnya (Wallace dan

Wolf 1986). 2

Asumsi dasar yang melandasi Teori Konflik Sosial (Klein dan White 1996)

adalah:

 Manusia tidak mau tunduk pada consensus

 Manusia adalah individu otonom yang mempunyai kemauan sendiri tanpa

harus tunduk kepada norma dan nilai. Manusia secara garis besar

dimotivasi oleh keinginannya sendiri.

 Konflik adalah endemik dalam grup social.

 Tingkatan masyarakat yang normal lebih cenderung mempunyai konflik

daripada harmoni.

2
Blumer, helbert, Sosiologi lImu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta Rajawali
 Konflik merupakan suatu proses konfrontasi antara individu, grup atas

sumber daya yang langka, konfrontasi suatu pegangan hidup yang sangat

berarti. Oleh karena itu konsensus dan negosiasi adalah tehnik yang

masih ampuh untuk digunakan sebagai alat mengelola konflik.

Paradigma sosial konflik yang dikembangkan oleh Karl Marx didasarkan pada

dua asumsi yaitu:

 Kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua kegiatan

masyarakat.

 Melihat masyarakat manusia dari sudut konflik di sepanjang sejarahnya.

Marx, dalam Materialisme Historis-nya memasukkan determinisme

ekonomi sebagai basis struktur yang dalam proses relasi sosial dalam

tubuh masyarakat akan menimbulkan konflik antara kelas atas dan kelas

bawah.

Ringkasnya, ada sedikitnya empat hal yang penting dalam memahami teori

konflik sosial, antara lain:

 Kompetisi (atas kelangkaan sumberdaya seperti makanan, kesenangan,

partner seksual, dan sebagainya. Dasar interaksi manusia bukanlah

konsensus seperti yang ditawarkan fungsionalisme, namun lebih kepada

kompetisi.

 Terdapat ketidaksamaan struktural dalam hal kekuasaan.

 Individu dan kelompok yang ingin mendapatkan keuntungan maksimal.


 Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari konflik antara keinginan

(interest) yang saling berkompetisi dan bukan sekadar adaptasi. Perubahan

sosial sering terjadi secara cepat dan revolusioner daripada evolusioner.

Dengan demikian Teori struktural fungsional lebih dijadikan pegangan untuk

keluarga konservatif dan Teori konflik sosial lebih dijadikan pegangan bagi keluarga

kontemporer.

Contoh-contoh konflik dalam keluarga meliputi:

 Konflik peran suami dan istri di dalam keluarga.

 Konflik komunikasi antara suami dan istri atau antara orangtua dan anak

 Konflik kelas dalam masyarakat (kelas borjuis vrsus proletar, kelas gender

dan kelas sosial ekonomi)

 Konflik antara keluarga inti dan keluarga luasnya.

3. Interaksionis simbolik

Teori interaksionis simbolik merupakan salah satu teori keluarga yang terkait

dengan ilmu psikologi dan komunikasi. Menurut kerangka psikologi sosial, terdapat dua

hal yang sangat penting dalam keluarga, yaitu sosialisasi dan personalitas.

Sosialisasi menitik beratkan pada bagaimana cara manusia menerima sesuatu,

kemudian menerapkan perilaku menurut pola dan cara berfikir serta perasaan masyarakat.

Sedangkan personalitas menitikberatkan pada sikap, nilai, dan perilaku yang telah

diorganisir.

Teori ini terfokus pada hubungan antara simbol (pemberian makna) dan interaksi

(aksi verbal, non verbal, dan komunikasi).


Interaksi simbolik mengindikasikan suatu pendekatan yang mempelajari kehidupan grup

dan perilaku individu sebagai makhluk hidup. Interaksi simbolik memberikan sumbangan

khusus kepada family studies dalam dua hal. Pertama, menekankan proposisi bahwa

keluarga adalah social groups. Kedua, menegaskan bahwa individu mengembangkan

konsep jati diri (self) dan identitas mereka melalui interaksi sosial, serta memungkinkan

mereka untuk secara independen menilai dan memberikan value kepada keluarganya

(Burgess dan Handel 1985 dalam LaRossa dan Reitzes 1993).

Klein dan White (1996) mengemukakan empat asumsi yang mendasari teori

interaksi simbolik, yaitu:

 Perilaku manusia harus dipahami melalui arti/makna dari aktor (pelaku).

Mustahil seseorang dapat menjelaskan perilaku manusia tanpa mengetahui

makna atau arti dari perilaku tersebut. Para penganut teori ini percaya

bahwa untuk menjadi manusia pasti menggunakan simbol.Manusia hidup

dalam dunia simbol dan apa yang kita lakukan memiliki bentuk fisik dan

simbol.

 Aktor (pelaku) mendefinisikan arti atau makna dari konteks dan situasi.

 Individu memiliki mind (jiwa). Mind adalah kemampuan seseorang untuk

merefleksikan proses dalam dirinya sehingga dapat membangun dirinya

sendiri sebagai aktor (I) dan sebagai objek (me).

 Masyarakat mendahului individu.

Asumsi yang pertama bahwa manusia hidup dalam dunia simbol dan dengan

pikirannya ia akan memanipulasi dan menginterpretasikan simbol tersebut. Dengan kata

lain, ketika seorang manusia lahir, ia berada di tengahtengah masyarakat yang sudah
memiliki simbol. Menurut konsep Mead tentang mind, pikiran individu merupakan hasil

dari masyarakat, bukan sebaliknya.

Teori interaksi simbolik merupakan salah satu teori keluarga yang terkait dengan

ilmu psikologi dan komunikasi. Menurut kerangka psikologi sosial, terdapat dua hal yang

sangat penting dalam keluarga, yaitu sosialisasi dan personalitas. Sosialisasi menitik

beratkan pada bagaimana cara manusia menerima sesuatu, kemudian menerapkan

perilaku menurut pola dan cara berfikir serta perasaan masyarakat. Sedangkan

personalitas menitikberatkan pada sikap, nilai, dan perilaku yang telah diorganisir.

Teori ini terfokus pada hubungan antara simbol (pemberian makna) dan interaksi

(aksi verbal dan non verbal, dan komunikasi). Interaksi simbolik mengindikasikan suatu

pendekatan yang mempelajari kehidupan grup dan perilaku individu sebagai makhluk

hidup. Interaksi simbolik memberikan sumbangan khusus kepada family studies dalam

dua hal.

Pertama, menekankan proposisi bahwa keluarga adalah social groups. Kedua,

menegaskan bahwa individu mengembangkan konsep jati diri dan identitas mereka

melalui interaksi sosial, serta memungkinkan mereka untuk secara independen menilai

dan memberikan value kepada keluarganya (Burgess dan Handel 1985 dalam LaRossa

dan Reitzes 1993).

Klein dan White mengemukakan empat asumsi yang mendasari teori interaksi

simbolik, yaitu:

 Perilaku manusia harus dipahami melalui arti/makna dari aktor (pelaku).

Mustahil seseorang dapat menjelaskan perilaku manusia tanpa mengetahui


makna atau arti dari perilaku tersebut. Para penganut teori ini percaya

bahwa untuk menjadi manusia pasti menggunakan simbol.Manusia hidup

dalam dunia simbol dan apa yang kita lakukan memiliki bentuk fisik dan

simbol.

 Aktor (pelaku) mendefinisikan arti atau makna dari konteks dan situasi.

 Individu memiliki mind (jiwa). Mind adalah kemampuan seseorang untuk

merefleksikan proses dalam dirinya sehingga dapat membangun dirinya

sendiri sebagai aktor dan sebagai objek.

 Masyarakat mendahului individu. Asumsi yang pertama bahwa manusia

hidup dalam dunia simbol dan dengan pikirannya ia akan memanipulasi

dan menginterpretasikan simbol tersebut. Dengan kata lain, ketika seorang

manusia lahir, ia berada di tengah-tengah masyarakat yang sudah memiliki

simbol.

Menurut konsep Mead tentang mind, pikiran individu merupakan hasil dari

masyarakat, bukan sebaliknya. Teori interaksi simbolik merupakan salah satu teori

keluarga yang terkait dengan ilmu psikologi dan komunikasi.

Menurut kerangka psikologi sosial, terdapat dua hal yang sangat penting dalam

keluarga, yaitu sosialisasi dan personalitas. Sosialisasi menitik beratkan pada bagaimana

cara manusia menerima sesuatu, kemudian menerapkan perilaku menurut pola dan cara

berfikir serta perasaan masyarakat. Sedangkan personalitas menitikberatkan pada sikap,

nilai, dan perilaku yang telah diorganisir.


Teori ini terfokus pada hubungan antara simbol (pemberian makna) dan interaksi

(aksi verbal, non verbal, dan komunikasi). Interaksi simbolik mengindikasikan suatu

pendekatan yang mempelajari kehidupan grup dan perilaku individu sebagai makhluk

hidup. Interaksi simbolik memberikan sumbangan khusus kepada family studies dalam

dua hal.

Pertama, menekankan proposisi bahwa keluarga adalah social groups. Kedua,

menegaskan bahwa individu mengembangkan konsep jati diri (self) dan identitas mereka

melalui interaksi sosial serta memungkinkan mereka untuk secara independen menilai

dan memberikan value kepada keluarganya .

Klein dan White (1996) mengemukakan empat asumsi yang mendasari teori

interaksi simbolik, yaitu:

 Perilaku manusia harus dipahami melalui arti/makna dari aktor (pelaku).

Mustahil seseorang dapat menjelaskan perilaku manusia tanpa mengetahui

makna atau arti dari perilaku tersebut. Para penganut teori ini percaya

bahwa untuk menjadi manusia pasti menggunakan simbol.Manusia hidup

dalam dunia simbol dan apa yang kita lakukan memiliki bentuk fisik dan

simbol.

 Aktor (pelaku) mendefinisikan arti atau makna dari konteks dan situasi.
 Individu memiliki mind (jiwa). Mind adalah kemampuan seseorang untuk

merefleksikan proses dalam dirinya sehingga dapat membangun dirinya

sendiri sebagai aktor dan sebagai objek

 Masyarakat mendahului individu.

Asumsi yang pertama bahwa manusia hidup dalam dunia simbol dan dengan

pikirannya ia akan memanipulasi dan menginterpretasikan simbol tersebut. Dengan kata

lain, ketika seorang manusia lahir, ia berada di tengahtengah masyarakat yang sudah

memiliki simbol. Menurut konsep Mead tentang mind, pikiran individu merupakan hasil

dari masyarakat, bukan sebaliknya.

3
Ibid
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara umum definisi Sosiologi dapat dikemukakan sebagai ilmu yang

mempelajari struktur masyarakat, kelompok-kelompok sosial, pola hubungan, pengaruh

hubungan timbal balik gejala-gejala sosial, pola tingkah laku, proses dan perubahan

sosial, pelapisan sosial serta berusaha mencari pengertian-pengertian rasional, empiris

yang bersifat umum.

keluarga menurut analogi organic adalah menunjukkan pada kita mengenai

gambaran sebuah organisasi yang terdiri dari unsur-unsur, seperti orang tua (ayah dan

ibu) serta anak. Dalam kehidupan rutin (setiap hari) ayah, ibu, dan anak memiliki

hubungan yang bersifat dinamis di antara satu dengan lainnya. Status dan peranan ayah,

ibu dan anak berbeda, namun dalam kehidupan rutin, mereka saling membutuhkan.

Sosiologi konflik mempunyai asumsi bahwa masyarakat selalu dalam kondisi

bertentangan, pertikaian, dan perubahan. Semua itu adalah sebagai bagian dari terlibatnya

10 kekuatan-kekuatan masyarakat dalam saling berebut sumber daya langka dengan

menggunakan nilai-nilai dan ide (ideologi) sebagai alat untuk meraihnya .

Teori interaksionis simbolik merupakan salah satu teori keluarga yang terkait

dengan ilmu psikologi dan komunikasi. Menurut kerangka psikologi sosial, terdapat dua

hal yang sangat penting dalam keluarga, yaitu sosialisasi dan personalitas.
DAFTAR PUSTAKA

Prof Dr Soemanto R.B. M.A, Modul 1 Pengertian Dan Ruang Lingkup Sosiologi

Keluarga

Blumer helbert, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Rajawali Jakarta

Anda mungkin juga menyukai