Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR SOSIOLOGI INDUSTRI


“Peran Pendidikan dalam Masyarakat Industri”

Dosen Pengampu :
Onni Meirezaldi, M.M., S.Sos.

Disusun Oleh :
Indah Adhania Sriwandini (225030201111064)
Naily Durri Badria (225030201111065)
Marta Dwi Cahya (225030201111066)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya. Hal ini memungkinkan kami untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk dan isi yang sederhana, dan tidak terlepas dari
kerjasama kelompok yang saling membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami
berharap makalah ini dapat digunakan sebagai referensi, panduan dan panduan bagi pembaca
tentang perubahan dan inovasi organisasi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman, serta dapat kami perbaiki bentuk dan isi makalah ini agar menjadi lebih baik
lagi.

Kami akui makalah ini masih memiliki banyak kekurangan karena pengalaman kami yang
masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan-masukan yang
membangun dari para pembaca untuk menyelesaikan makalah ini.

Malang, 3 Oktober 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………5
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..5
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..6
2.1 Fungsi Pendidikan secara umum…………………………………………………………..6
2.2 Peran pendidikan terhadap masyarakat indonesia…………………………………………7
2.3 Keterkaitan Industri dan Pendidikan………………………………………………………8
1. Pengaruh Industri Terhadap
Pendidikan……………………………………………….8
2. Pengaruh Pendidikan Terhadap
Industri……………………………………………...10
3. Sekolah dan
Kerja…………………………………………………………………….11
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………13
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...13
B. Saran………………………………………………………………………………….13

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………..14
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Perkembangan industri Indonesia saat ini berada di tengah era teknologi, dengan
berdirinya perusahaan-perusahaan besar dengan peralatan yang sangat canggih dan
pertumbuhan yang berkelanjutan dari berbagai sektor seperti pertanian, pendidikan, real
estate, kerajinan tangan dan tekstil. Industri dapat didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah atau produk setengah jadi menjadi komoditas yang bernilai
lebih tinggi. Menurut Arsyad (1992:31) Di sisi lain, proses industrialisasi merupakan suatu
rangkaian tindakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka
meningkatkan dan meningkatkan taraf hidup. Oleh karena itu, konsep pembangunan sering
dikaitkan dengan proses industrialisasi. Salah satu pembangunan nasional yang mendapat
perhatian pemerintah adalah pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi lebih merupakan tujuan daripada pembangunan. Karena
pembangunan adalah upaya untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Keadaan yang lebih baik ini tidak hanya ditandai dengan perkembangan fisik, tetapi
perkembangan mental juga merupakan faktor penting dalam memaknai arti perkembangan.
Karena peran pendidikan merupakan faktor utama yang perlu kita perhatikan.
Kontribusi pendidikan terhadap perubahan dan perkembangan telah berubah secara
historis dengan kemajuan teknologi dan komunikasi. Perubahan yang terjadi telah mengubah
tatanan kehidupan dan cara pandang masyarakat. Materialisme, kapitalisme, efisiensi dan
efektivitas menjadi tujuan dan semangat hidup. Perubahan sikap masyarakat juga telah
mengubah persepsi mereka tentang keberhasilan dan kualitas pendidikan. Pendidikan diukur
dari keberhasilannya menarik lulusannya ke dunia kerja, oleh karena itu pendidikan dianalisis
dari karakteristiknya sebagai investasi (capital- investment). Perubahan makna dan tanggung
jawab pendidikan mendorong komunitas pendidikan untuk berinovasi dengan alternatif.
Untuk membangun pembaruan pola pikir warga negara menuju kemandirian dan
kedewasaan, pendidikan dilaksanakan secara holistik bekerjasama dengan seluruh pemangku
kepentingan untuk membangun visi pendidikan yang holistik dan simultan dengan seluruh
pemangku kepentingan.
Pembangunan ekonomi ditandai dengan tingkat kesejahteraan yang semakin
menguntungkan, tingkat pendapatan masyarakat, dan peningkatan kumulatif pendapatan
nasional. Salah satu bidang yang paling besar pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan
nasional adalah sektor industri. Dalam hal ini, peran pendidikan juga berkontribusi terhadap
perkembangan industri. Pendidikan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan, keterampilan, pengetahuan dan keterampilan pribadi sehingga
mereka dapat bekerja lebih produktif. Sektor industri membutuhkan pelatihan yang
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja yang menggerakkan industri tersebut. Sumber
5

daya manusia yang dicetak melalui pendidikan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dunia
industri, membekali mereka dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan, serta
lebih meningkatkan daya saing industri di era globalisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa fungsi pendidikan secara umum
2. Peran pendidikan terhadap masyarakat indonesia
3. Keterkaitan industri dan pendidikan
1.3 Tujuan Penulisan.
Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui fungsi-fungsi dan peranan pendidikan secara umum.
2. Menjelaskan bagaimanakah peran pendidikan terhadap masyarakat indonesia.
3. Memaparkan keterkaitan industri dan pendidikan.
1.4 Manfaat penulisan
Manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pembaca dapat memahami fungsi dan peranan pendidikan secara umum
2. Pembaca dapat memahami peranan pendidikan terhadap masyarakat indonesia
3. Pembaca dapat memahami keterkaitan industri dan pendidikan
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Pendidikan secara umum

Pendidikan merupakan upaya untuk membantu jiwa anak-anak didik baik lahir maupun batin,
dari sifat kodratnya menuju ke arah peradaban manusiawi dan lebih baik. Secara umum,
fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak,
kepribadian, agar peserta didik menjadi pribadi yang bermartabat. Pendidikan merupakan
proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan. Artinya,
pendidikan sebagai suatu proses tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dan dinamika
masyarakatnya.

Menurut pendapat Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata
(manifest) yakni sebagai berikut:
- Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
- Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
- Melestarikan kebudayaan.
- Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Pendidikan memiliki fungsi melakukan reproduksi budaya dan difusi budaya. Sekolah harus
menjadikan lingkungan sekolah sebagai tempat lahirnya orang orang cerdas yang mempunyai
akhlak dan moral. Bukan sebaliknya melahirkan budaya kekerasan di dalam sekolah,
akibatnya memiskinkan siswa yang berkarakter.Sudah seharusnya sekolah berfungsi sebagai
reproduksi budaya harus menempatkan sekolah sebagai penghasil nilai-nilai budaya baru
yang berfungsi sebagai difusi budaya.Oleh karena itu penting untuk menghadirkan
pendidikan yang tidak hanya berorientasi nilai intelektual saja, tetapi cerdas secara emosional
dan spiritual. Agar mampu menjawab tantangan seperti sekarang ini yang rentan dengan
budaya kekerasan di lingkungan masyarakat.

Pendidikan berhubungan dengan perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial, Fakta
bahwa kemajuan pendidikan disertai dengan kemajuan ekonomi, yang semakin cepat seiring
dengan proses evolusi teknologi produksi dalam masyarakat. Oleh karena itu, penerapan
sistem sekolah ditujukan untuk memberikan kompetensi keahlian dalam berbagai tugas yang
kompleks. Anak yang putus sekolah diharapkan dapat bekerja, atau setidaknya mencari
nafkah, untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja. Semakin tinggi pendidikan, semakin besar
harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan jabatan yang tinggi. Gelar sarjana
memungkinkan seseorang untuk memahami dan menguasai tugas-tugas administratif yang
dipercayakan kepada mereka dan tugas-tugas lain yang diberikan kepada mereka.
7

Menciptakan integrasi sosial. Integrasi sosial dijamin dalam masyarakat yang heterogen dan
pluralistik, Ini adalah bagian penting dari pendidikan sekolah. kelompok etnis yang berbeda,
masing-masing dengan adat istiadat, bahasa lokal, agama, pandangan politik, dll. dalam
keadaan seperti itu bahaya keruntuhan sosial tidak terukur. Oleh karena itu, pendidikan
adalah masalah yang paling penting untuk menjamin integrasi sosial. untuk menjamin
integrasi sosial itu sekolah dapat menerapkan bahasa nasional maupun mengajarkan
kepribadian nasional.

pendidikan disebut juga sebagai investasi masa depan karena pendidikan dan perkembangan
ilmu pengetahuan terus berkembang. Kita tidak bisa memprediksi berapa penghasilan yang
didapat nantinya. Tidak bisa dipungkiri bahwa rata-rata perusahaan kini mengecek latar
belakang pendidikan seseorang dengan imbalan magang di perusahaan tertentu. Pendidikan
tidak memiliki waktu dan tidak akan pernah. Akhirnya karena pencarian ilmu terus dicari dan
terus sampai ke liang lahat, pendidikan tinggi secara tidak langsung meningkatkan nilai dan
taraf hidup.

Di dunia ini, semua masyarakat tanpa kecuali memiliki pengalaman melakukan


pembaharuan. Mengikuti perkembangan zaman tanpa perubahan akan membahayakan
kelangsungan hidup masyarakat ini. Semua pemerintah berusaha membuat perubahan yang
mereka inginkan untuk kepentingan rakyat mereka dan untuk keamanan bangsa dan negara
mereka. Keseimbangan antara dinamika dan stabilitas diperlukan. Perubahan tersebut antara
lain tercermin dalam perubahan dan pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan. Dengan
perkembangan zaman, diperlukan perubahan berbagai kurikulum sesuai dengan falsafah
nasional dan paradigma dominan yang diasumsikan. jadi dalam kata-kata reformasi sistem
pendidikan, di sisi lain, sangat tergantung pada kebijakan nasional. Peningkatan pendidikan
perlu terus ditingkatkan baik secara formal, informal maupun secara non formal sebab seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa ketiga bentuk pendidikan ini saling melengkapi
satu dengan yang lainnya. Sehubungan dengan itu, maka dengan meningkatnya pendidikan
maka akan mempengaruhi pula sumber daya manusia itu sendiri.

2.2 Peran Pendidikan Terhadap Masyarakat Indonesia

Semua masyarakat menginginkan agar pendidikan di Indonesia diperbaiki. Pendidikan


mempunyai tujuan untuk menciptakan kondisi masyarakat yang lebih baik, lebih maju, dan
lebih sejahtera bagi seluruh masyarakat Indonesia. Namun, untuk itu pendidikan memerlukan
pegangan dan pedoman ke arah mana masyarakat akan bergerak. Pandangan dan sikap hidup
apa yang dikehendaki masyarakat dalam perjuangannya mencapai tujuannya.

Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan
berkembang di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami
spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang terjadi, tetap berhubungan
dengan proses pendidikan informal di luar sekolah. Pendidikan mempunyai dua pengertian
yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pendidikan dalam arti luas adalah meliputi
seluruh umat manusia sepanjang sejarah adanya manusia dan sepanjang hidup manusia,
sedangkan pendidikan dalam arti sempit diidentikan dengan pendidikan formal yang hanya
menyangkut pribadi yang secara sukarela mengikutinya sekalipun dalam kenyataan negara-
negara yang maju dan berkembang pada tiap-tiap warga negara diwajibkan belajar untuk
8

tingkat-tingkat tertentu, hal ini adalah merupakan perwujudan betapa urgensinya pendidikan
bagi manusia. Lembaga pendidikan merupakan jawaban manusia atas problem dari
perkembangan manusia itu sendiri. Pendidikan yang akan membentuk dan membina bentuk-
bentuk tertentu dengan tingkah laku tertentu. Hal ini berpengaruh kuat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan erat
dengan pandangan dan sikap hidup masyarakat.

Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat memiliki keterkaitan dan ketergantungan


yang sama-sama saling membutuhkan Masyarakat sangat membutuhkan layanan pendidikan
yang baik, dan tentunya hal itu bisa dilewati melalui lembaga pendidikan guna
mempersiapkan diri serta memenuhi kebutuhan dan harapan hidup yang sempurna. Lembaga
pendidikan tidak dapat eksis tanpa masyarakat, sebaliknya masyarakat tidak dapat mencapai
hidup yang sempurna tanpa lembaga pendidikan. Sekolah adalah lembaga sosial yang
berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan. Hubungan
sekolah dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat
dengan tujuan meningkatkan pengertian anggota masyarakat tentang kebutuhan pendidikan
serta mendorong minat dan kerjasama para anggota masyarakat dalam rangka usaha
memperbaiki pendidikan. Hak hidup dan kelangsungan hidup pendidikan bergantung pada
masyarakat. Kemajuan pendidikan dan kemajuan masyarakat saling berkorelasi; kedua-
duanya saling membutuhkan. Masyarakat adalah pemilik pendidikan; pendidikan ada karena
masyarakat memerlukannya.

Pendidikan sangat membantu masyarakat untuk dapat menjadi seseorang yang baik,
berpengetahuan dan dapat mengembangkan pertumbuhan anak, begitu pula pendidikan tanpa
masyarakat maka pendidikan tidak akan berjalan. Masyarakat dan pendidikan merupakan dua
komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, masyarakat membutuhkan
pendidikan begitu pula sebaliknya, tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan dengan
baik karena di dalam pendidikan terdapat unsur masyarakat seperti guru, peserta didik dan
lain-nya. Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga - lembaga pendidikan
sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial. Pemerintah bersama orang tua telah
menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan secara besar - besaran untuk kemajuan
sosial dan pembangunan bangsa.

2.3 Keterkaitan Industri dan Pendidikan.

Hubungan antara industri dan pendidikan bersifat timbal balik dan mempengaruhi struktur
kedua institusi tersebut. Di satu sisi, ada permintaan dari pengusaha untuk tenaga kerja
terdidik, atau orang-orang terdidik yang cocok untuk pelatihan yang tepat. Di sisi lain,
industri itu sendiri memiliki “subsistem” pendidikan seperti berbagai magang dan pelatihan
di tempat kerja. Ada juga proses pemilihan karir dan transisi sekolah-ke-pekerjaan, yang
mungkin melibatkan masalah peran dan status individu dalam perubahan lingkungan sosial
dan fisik.
1. Pengaruh Industri Terhadap Pendidikan.
9

Salah satu dampak yang paling nyata dari dunia kerja terhadap dunia pembelajaran
adalah pemilihan mata pelajaran di sekolah dan cara pengajarannya. Apa yang sering disebut
sebagai bimbingan karir dalam pendidikan berarti bahwa pendidikan dipandang sebagai
persiapan langsung untuk jenis pekerjaan tertentu. Pengusaha menginginkan metode yang
nyaman untuk memilah pelamar yang cocok untuk pekerjaan.

Beberapa jenis sekolah secara langsung atau tidak langsung kejuruan. Dihadiri oleh
hanya sekitar 6% siswa sekolah menengah Inggris, sekolah kejuruan ini dirancang untuk
mendorong partisipasi dalam kegiatan manual dan sebagian non-manual. Sekolah pusat atau
komprehensif modern, dihadiri oleh sekitar tiga perempat dari anak-anak berusia 11 hingga
15 tahun, seringkali berisi mata pelajaran kejuruan yang lebih menarik daripada mata
pelajaran sekolah murni, tetapi dalam beberapa tahun terakhir pendidikan Anda dapat melihat
tren ke arah untuk kehidupan yang menganggur. Carter (1962) menemukan bahwa di sekolah
menengah modern di Sheffield, beberapa kursus berorientasi kejuruan, tetapi anak-anak tidak
dikondisikan untuk jenis dan pekerjaan tertentu. Minat dan bakat mereka dipupuk dengan
mempertimbangkan peluang kerja lokal.

Undang-Undang Pendidikan tahun 1944, yang menyediakan pendidikan menengah


untuk semua, meletakkan dasar bagi kebijakan pendidikan selanjutnya. Seperti yang
dikatakan Banks (1968), sekolah menengah masih menjalankan fungsi elitis, dan filosofi
elitis pendidikan menengah terus melayani. Kecenderungan menuju bonus pekerjaan yang
lebih tinggi untuk kualifikasi pendidikan telah membuat sistem pendidikan lebih terkait erat
dengan struktur pekerjaan.

Mengakui bahwa sekolah memainkan peran yang sah dalam mempersiapkan anak-
anak untuk bekerja menghadirkan banyak manfaat potensial. Hal ini dapat mengurangi
penolakan orang tua (dan anak-anak) terhadap perluasan sekolah jika mereka melihatnya
sebagai peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik. Hal ini dapat
membuat kurikulum sekolah lebih menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ini
juga membantu meringankan kerumitan transisi dari sekolah ke pekerjaan.
➢ Technical education
Pendidikan teknik sangat heterogen dan dilaksanakan di lembaga pendidikan yang
berbeda. Selain perguruan tinggi teknik, terdapat perguruan tinggi teknik, sekolah kejuruan,
perguruan tinggi teknik, perguruan tinggi, dan sekolah seni dan kerajinan. Dalam beberapa
tahun terakhir, banyak perguruan tinggi teknologi telah didirikan yang menawarkan kursus di
tingkat yang sama dengan universitas. kursus, dan kebanyakan dari mereka telah berkembang
menjadi universitas. Ada juga kualifikasi baru seperti gelar CNAA.
Masalah kontroversi adalah tentang jumlah pelatihan teknis yang diberikan oleh
perusahaan dan jumlah yang disediakan oleh lembaga pendidikan eksternal. Pelatihan dalam
tugas yang terkait dengan tugas dan proses perusahaan biasanya dianggap sebagai tanggung
jawab perusahaan. Namun, ada kemungkinan untuk memberikan pendidikan yang lebih
umum di luar perusahaan dan harus diberikan. Apakah Anda dapat memberikan pelatihan
atau pendidikan tambahan sangat tergantung pada ukuran perusahaan. Perusahaan besar dapat
memiliki program pelatihan, tetapi usaha kecil dan menengah tanpa personel atau fasilitas
10

yang dibutuhkan harus bergantung pada kontrak eksternal. Masalah lain dari pelatihan
profesional perusahaan adalah mengejar perusahaan yang dibayar perusahaan untuk
perusahaan lain.
Isu kontroversial dan meresap lainnya menyangkut penempatan pendidikan teknis
dalam konteks yang lebih luas dari pendidikan umum. Peter Venables (1974) berpendapat
bahwa determinisme kejuruan telah menghilang dan pelatihan teknis tidak lagi menjadi
pembenaran yang cukup untuk lembaga pendidikan. Menurutnya, universitas ilmu terapan
harus menjadi universitas pendidikan yang luas, seperti universitas untuk kota, bukan
suplemen industri dimana pelatihan yang beragam menemukan tempatnya dalam keragaman
kegiatan pendidikan.
Penggunaan otomatisasi dapat memiliki implikasi penting bagi pendidikan teknis pada
khususnya dan pendidikan pada umumnya. Kompleksitas dan abstraksi teknologi industri
baru akan membuat pendidikan universitas teoretis lebih dan lebih penting daripada magang
dan pelatihan di tempat kerja.
2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Industri.
Pendidikan dan pelatihan, seluruhnya atau sebagian, mencerminkan sampai batas
tertentu tujuan dan nilai-nilai yang melekat dalam pendidikan di masyarakat. Kursus tersebut,
termasuk magang, memiliki dampak yang signifikan pada pendidikan industri, bersama
dengan dampak dari tenaga kerja yang lebih berpendidikan pada komposisi dan distribusi
sumber daya tenaga kerja.
● Magang.
Sistem magang telah berubah sedikit sejak Abad Pertengahan ketika, sebagai
hubungan paternalistik antara pengrajin dan peserta pelatihan, membentuk bagian
integral dari sistem serikat. Selama periode itu kaum muda memiliki campuran
pelatihan di tempat kerja dan kembali ke sekolah, di mana tidak ada standar universal
yang ditetapkan dan tidak ada tes terminal atau ujian kompetensi yang diperlukan.
Meskipun Undang-Undang Pelatihan Industri tahun 1965 mengatur tentang
pengenaan retribusi pelatihan pada seluruh industri (sehingga membuat perusahaan
kurang menguntungkan untuk 'membeli' pekerja magang dengan upah yang lebih
tinggi saat mereka keluar dari pelatihan), tidak ada kewajiban hukum bagi pemberi
kerja manapun untuk memberikan pelatihan. Tidak mengherankan bahwa sistem
pemagangan telah digambarkan oleh seorang kritikus (Paterson, 1966) sebagai
'kontrak sementara, sarat kelas, tidak memadai, anakronistik yang melanggengkan
hubungan tuan-pelayan dan kebingungan. Masalah lain adalah bahwa sementara
magang secara teoritis muncul sebagai pengrajin, banyak proses industri sangat
terfragmentasi sehingga sebagian besar pekerjaan mereka secara objektif dianggap
semi-terampil. Teknisi semi-terampil sangat diminati di industri ini, sehingga sistem
pelatihan mempromosikan deskripsi pekerjaan yang tidak realistis dan ketat.
● Tenaga kerja dan pendidikan.
Sampai Perang Dunia Pertama ada tiga kelompok utama dalam industri, sesuai
dengan berbagai fase perkembangan teknis: manual tidak terampil, manual terampil,
dan personel komersial dan administrasi. Dalam beberapa tahun terakhir, mesin telah
mengambil alih banyak pekerjaan klerikal, dan pekerjaan manual yang tidak terampil
sekarang memiliki proporsi angkatan kerja yang relatif lebih kecil.Oleh karena itu,
11

dikatakan bahwa pelatihan kejuruan untuk massa pekerja harus semakin meningkat
pada model teknisi semi-terampil (Schelsky, 1961).
Meningkatnya perpindahan dan mobilitas kerja tenaga kerja yang disebabkan
oleh pengenalan mesin dan teknik baru memiliki konsekuensi khusus bagi pendidikan
karyawan. Untuk berinvestasi terlalu banyak dalam spesialisasi dapat memberikan
seseorang kemampuan yang sangat spesifik untuk satu pekerjaan sehingga dia tidak
dapat melakukan pekerjaan lain tanpa pelatihan ulang.
Kaitan lain antara industri dan pendidikan adalah kecenderungan perusahaan
besar untuk mendorong para eksekutif menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah
umum. Beberapa perusahaan (seperti Shell) membuat skema asuransi untuk
membantu membayar biaya sekolah (Johns, 1965, hlm. 111). Beberapa perusahaan
bahkan memberikan beasiswa yang dirahasiakan kepada anak-anak karyawan mereka.
Selain itu, beberapa memberikan kontribusi penting untuk keuangan sekolah umum.
Perusahaan swasta tidak hanya memberikan subsidi untuk sekolah umum, tetapi juga
mempromosikan kemajuan ilmiah. Industri memberikan dukungan serupa kepada
universitas, tidak menekankan status sosial dan berfokus pada pendidikan teknis dan
manajemen.
3. Sekolah dan Kerja.
Transisi dari sekolah ke pekerjaan dapat dipertimbangkan di bawah dua judul: aspirasi
dan harapan yang dimiliki lulusan sekolah tentang dunia kerja, dan proses pilihan
pekerjaan.
● Aspirasi dan Harapan
Siswa membentuk kesan tertentu tentang dunia kerja dari berbagai
sumber. Di sekolah mereka mengambil sedikit informasi tentang berbagai
pekerjaan, meskipun informasi ini mungkin sedikit lebih langsung ketika
silabus mencakup mata pelajaran seperti urusan terkini atau studi sosial.
Keluarga sering menjadi sumber informasi yang penting (dan terkadang
informasi yang salah) tentang pekerjaan dan menanamkan, dalam berbagai
tingkat atau tidak sama sekali, motivasi untuk berprestasi.Selain itu, media
massa komunikasi dapat juga memberikan informasi langsung yang diberikan
oleh orang-orang yang tertarik dengan bimbingan kejuruan dan juga dapat
menyampaikan kesan dan stereotip peran pekerjaan seperti yang digambarkan
dalam film dan televisi (Crowley, 1976).
Maizels (1970) menyimpulkan dari surveinya terhadap anak-anak di
pinggiran kota London, Willesden bahwa ada ketidaksesuaian umum antara
kebutuhan dan harapan kaum muda, di satu sisi, dan apa yang disediakan oleh
layanan masyarakat yang relevan, termasuk industri. , di sisi lain. Aspirasi
kejuruan rata-rata lebih tinggi daripada pencapaian selanjutnya. Secara
keseluruhan, terdapat penurunan rata-rata tingkat keterampilan, pelatihan dan
pendidikan yang dibutuhkan dalam pekerjaan yang sebenarnya diperoleh
dibandingkan dengan yang semula disukai.
Sejauh mana harapan remaja akan pekerjaan yang diwujudkan
seringkali harus memiliki efek mendalam pada individu. Hal ini membuat
Glickman (1975, hlm. 43) menyarankan bahwa titik kritis yang menarik untuk
12

analisis transisi dari sekolah ke pekerjaan bukanlah ketika orang muda


memasuki pekerjaan pertamanya, tetapi titik waktu di mana pekerjaan itu
dimulai.

● Teori pilihan pekerjaan.


Musgrave (1974) mengusulkan kerangka kerja konseptual sebagai
pendekatan pertama untuk teori pilihan pekerjaan.. Fokusnya adalah pada
proses sosialisasi. Ini benar-benar dipahami sebagai belajar bagaimana
mengambil peran."Sosialisasi prediktif itu penting. Di setiap tingkat
sosialisasi, peran dapat dilatih untuk memfasilitasi transisi ke tingkat
berikutnya. Dengan mengetahui resep peran yang terkait dengan pekerjaan
tertentu, orang muda dikatakan dapat memilih pekerjaan yang kurang lebih
sesuai dengan keinginannya di antara rentang terbatas yang tersedia baginya.
Dua dari teori yang paling terkenal tentang masuknya pekerjaan adalah
dari Ginzberg dan Super. Keduanya menekankan bahwa kita perlu
mempertimbangkan masuk ke pekerjaan sebagai suatu proses. Tetapi
sementara Ginzberg sangat mementingkan tumbuhnya kesadaran individu
akan minat dan kapasitasnya sendiri, Super lebih menekankan pada peran
lingkungan sosial individu dalam menyusun konsepsi individu tentang minat,
kemampuan, dan kapasitasnya.
Roberts (1975) menganggap ini dan teori serupa, yang menunjukkan
bahwa pilihan karir individu berkembang melalui serangkaian tahapan yang
dapat diidentifikasi, tidak memadai. Dia mengusulkan teori lain dengan
"struktur probabilistik" sebagai konsep kunci. Karir dapat dipandang sebagai
berevolusi menuju pola yang ditentukan oleh struktur peluang yang dihadapi
individu pertama kali dalam pendidikan dan kemudian dalam pekerjaan,
sedangkan ambisi individu dipengaruhi oleh struktur yang dilaluinya, dan
dapat diperlakukan sebagai cerminan pengaruh.
Sehingga, dapat disimpulkan Pendidikan dilaksanakan secara komprehensif dengan
bekerja sama antar berbagai bidang, penalaran dan kepekaan terhadap perubahan tidak akan
terjadi jika hanya dilakukan oleh bagian-bagian, oleh karenanya pendidikan juga harus
bekerjasama dengan semua pihak baik antar lembaga pendidikan akan tetapi juga dengan
dunia kerja dan industri perlu dilakukan. Pada akhirnya masyarakat juga memiliki harapan
bahwa mutu pendidikan tergantung pada kemampuan lulusannya dalam memasuki dunia
kerja oleh karenanya pendidikan harus mampu bekerjasama dengan dunia kerja utamanya
dunia industri dan teknologi dengan asas kemitraan yang saling menguntungkan.
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hubungan antara industri dan pendidikan bersifat timbal balik, dan memiliki konsekuensi
bagi struktur kedua institusi tersebut. Di satu sisi, ada tuntutan pengusaha untuk pekerja
terlatih, atau bagi mereka yang berpendidikan cukup baik agar cocok untuk pelatihan yang
tepat di sisi lain, industri itu sendiri memiliki 'subsistem' pendidikan, termasuk berbagai
macam skema magang dan pelatihan di tempat kerja. Pengaruh nyata dan mudah dilihat dari
sektor industri terhadap sektor pendidikan ialah adanya kecenderungan untuk menyusun dan
menerapkan kurikulum serta materi pelajaran disekolah maupun universitas agar sesuai
dengan kebutuhan sektor industri.

Pendidikan harus mampu membangun visi pendidikan secara menyeluruh baik secara
horizontal dan vertikal dari berbagai jenis tingkatan pendidikan (komprehensif dan simultan)
sehingga keterkaitan dan keterpautan antar pendidikan dapat menjamin dinamisasi
perkembangan dan mutu kualitas saling mendukung. Pihak industriawan atau pengusaha
menghendaki suatu metode pendidikan yang memungkinkan lulusan sekolah atau perguruan
tinggi menjadi tenaga kerja yang langsung siap pakai.

3.2 Saran
Kita para mahasiswa yang dikaruniai Tuhan akal dan pemahaman harus mampu
mengamalkannya melalui pembinaan dan pendalaman ilmu, baik ilmu pengetahuan umum
maupun ilmu agama. Di bidang pendidikan, pemerintah harus merombak dan melakukan
perbaikan kurikulum dalam proses pendidikan Indonesia. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. pemerintah juga seharusnya lebih
menyoroti undang-undang tentang penyuapan dan pengumpulan ilegal yang berdampak
meningkatnya angka pengangguran. dan kami sebagai mahasiswa administrasi bisnis tidak
jauh dari hal kewirausahaan, seharusnya pemerintah harus memperkuat UMKM sehingga laju
perekonomian Indonesia meningkat dan pemulihan ekonomi nasional.
14

DAFTAR PUSTAKA

Unwanullah, A., 2015. INDUSTRIALISASI DAN TANTANGANNYA PADA SEKTOR


PENDIDIKAN. Jurnal Economia, Volume 11, Nomor 2,(1), pp. 111-117.

umm, t.thn. eprints.umm. [Online]


Available at:https://eprints.umm.ac.id/44345/2/jiptummpp-gdl-muhammadai-50782-2-
babi.pdf
[Diakses 3 Oktober 2022].

Indy, R., 2019. PERAN PENDIDIKAN DALAM PROSES PERUBAHAN SOSIAL.


education, change, social, 12(4), pp. 3-10.

Karsidi, R., 2005. PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT. In: SOSIOLOGI PENDIDIKAN.


Surakarta: UNS Press dan LPP UNS, pp. 13-18.

Subkhi, E., 2015. FUNGSI DAN PERANAN PENDIDIKAN. pp. 4-5.


at:https://www.academia.edu/17225115/fungsi_dan_peranan_pendidikan_dalam_masyarakat

Suyito, 2020. Reproduksi Budaya Berkarakter di Sekolah. 10 januari, p. all.


at:https://terkininews.com/2020/01/10/Reproduksi-Budaya-Berkarakter-di-Sekolah.html

NN. (2010, 03 27). fungsi dan peranan pendidikan. Retrieved 12 11, 2011, from peranan
pendidikan dalam masyarakat: e:///I:/fungsi-dan-peranan-pendidikan-dalam-masyarakat.html

Setyabudi, (2013, 05 20). Peran pendidikan dalam kehidupan masyarakat. (online)


http://scout1993.blogspot.com/2012/04/makalah-peranan-pendidikan-dalam.html.

Anda mungkin juga menyukai