Anda di halaman 1dari 20

SASARAN INOVASI PEMBELAJARAN IPS

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS)
DosenPenggampu: Eka Yusnaldi, M.Pd

DISUSUN OLEH :
ELIN SURYANI (0309162022)
M. ALFALAH SYAHPUTRA LBS (0309163062)
MUKHLIDA ARAFIAH (0309163069)
SEMESTER V

PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2018/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inovasi........................................................................................6
2.2 Inovasi Guru.................................................................................................7
2.3 Inovasi Siswa...............................................................................................13
2.4 Inovasi Fasilitas............................................................................................13
2.5 Inovasi Kurikulum Pembelajaran IPS..........................................................14
2.6 Inovasi Lingkungan Sosial Masyarakat.......................................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…...…....................................................................................19
3.2 Saran .........................................................................................................19
BAB IV DAFTAR PUSTAKA............................................................................20

2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran IPS dan
juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat. Di dalam makalah ini kami menguraikan mengenai inovasi pembelajaran
IPS yang disasarkan kepada aspek pendidikan seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas dan
lingkungan sosial masyarakat.
Dengan adanya makalah ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada
1. Eka Yusnaldi M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Inovasi Pembelajaran IPS
2. Orang tua yang selalu memberikan nasihat dan motivasi agar selalu semangat.
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Sudah sepantasnya mereka mendapatkan ucapan terimakasih, dan penyusun mendoakan
semoga semua amal baik mereka akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhannawataala.
Peribahasa “Tidak ada gading yang tak retak”. Dengan hati terbuka penyusun akan
menerima kritik dan saran untuk perbaikan atas kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin

Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Medan, 2 Oktober 2018

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai proses transformasi budaya sejatinya menjadi wahana bagi


perubahan dan dinamika kebudayaan masyarakat danbangsa. Karena itu, pendidikan yang
diberikan melalui bimbingan,pengajaran dan latihan harus mampu memenuhi tuntutan
pengembanganpotensi peserta didik secara maksimal, baik potensi intelektual, spiritual,sosial,
moral, maupun estetika sehingga terbentuk kedewasaan ataukepribadian seutuhnya. Dengan
melalui kegiatan tersebut yang merupakanbentuk-bentuk utama dari proses pendidikan, maka
kelangsunganhidup individu dan masyarakat akan terjamin. Dalam hal ini
pendidikansebenarnya berfungsi mengembangkan seluruh aspek kepribadianpeserta didik
secara utuh dan terintegrasi tetapi untuk memudahkanpengkajian dan pembahasan biasa
diadakan pemilahan dalam aspek-aspek intelektual, sosial, emosi dan fisik-motorik.
Dapat dipastikan secara aksiologi, pendidikan memang menciptakanperubahan,
karena berkenaan dengan penanaman nilai-nilai kebenaran,kesucian dan kebaikan hidup bagi
manusia. Dalam perspektif individu,proses pendidikan menghasilkan perubahan tingkah laku
anak didikmelalui pembinaan atau bimbingan terhadap potensi. Sedangkan dalamtinjauan
sosial, pendidikan merupakan transformasi budaya dari satugenerasi tua (pendidik dan tenaga
kependidikan) kepada anak didiksehingga terbentuk pribadi berbudaya sesuai dengan
karakter bangsadan mengembangkan kebudayaan baru dalam mengantisipasi perubahan.
Pendidikan informal dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan dimasyarakat memang harus
sinergis dalam pelaksanaan peran dan fungsikependidikannya.Pendidikan dalam keluarga
merupakan pilar pertama dan utamapengembangan potensi anak, khususnya dalam
membentuk sikap danketerampilan hidup. Sedangkan pendidikan formal di sekolah
menyempurnakan dasar pengetahuan anak secara akademik, dan sikap sertaketerampilan
untuk mampu berperan dalam berbagai pilihan perandi masyarakat sebagai bagian dari
struktur kebudayaan. Begitu pulapendidikan non formal membantu sekolah dan rumah tangga
dalammeningkatkan dan memantapkan keterampilan hidup anak sebagaimakhluk individu,
sosial, ekonomi, dan religius yang memungkinkangenerasi muda eksis dan mengembangan
kebudayaan bangsa. Terbentuknya kepribadian yang cerdas intelektual, cerdas emosi, cerdas
intelektualdan cerdas secara sosial. Inilah kecerdesan yang komprehensif dan
sehinggamemungkinkan anak-anak mampu memecahkan masalah kehidupanyang dihadapi
dalam berbagai kesempatan dan tempat kehidupan anakberlangsung.Dalam konteks ini

4
pendidikan menjadi gejala kebudayaan yangdipengaruhi lingkungan sosialnya. Dengan
begitu, pendidikan tidakboleh statis, akan tetapi pendidikan harus mampu mendisain tidak
hanyaperubahan individu namun sekaligus perubahan masyarakat dan bangsasecara
komprehensif serta berkelanjutan. Untuk melakukan perubahankepribadian warga negara
yang berbudaya dan mengkonstruk formulasikebudayaan secara komprehensif, maka
diperlukan upaya pembaharuanpendidikan yang benar-benar menyentuh esensi kebudayaan
masyarakatdan bangsa. Dengan kata lain, pendidikan yang tercerahkan harus
mampumendorong perubahan manusia dan budaya, maka diperlukan manajemendan
kepemimpinan pendidikan yang efektif, tidak hanya pada tingkat
makro (pemerintah pusat), dan messo (pemerintah daerah), namun sekaligus juga
mengarahkan perubahan atau inovasi pendidikan padatingkat mikro (sekolah) di satuan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Inovasi?
2. Bagaimanakah inovasi guru dalam pembelajaran IPS?
3. Bagaimanakah inovasi siswa dalam pembelajaran IPS?
4. Bagaimanakah inovasi fasilitas dalam pembelajaran IPS?
5. Bagaimanakah inovasi kurikulum dalam pembelajaran IPS ?
6. Bagaimanakah inovasi lingkungan sosial masyarakat pada pembelajaran IPS ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Inovasi
2. Mengetahui Inovasi Guru Dalam Pembelajaran IPS
3. Mengetahui Inovasi Siswa Dalam Pembelajaran IPS
4. Mengetahui Inovasi Fasilitas Dalam Pembelajaran IPS
5. Mengetahui Inovasi Kurikulum Dalam Pembelajaran IPS
6. Mengetahui Inovasi Lingkungan Sosial Masyarakat Pada Pembelajaran IPS
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan kita mengenai sasaran
inovasi pembelajaran yang ditujukan pada komponen-komponen pembelajaran yakni guru,
siswa, fasilitas, kurikulum dan lingkungan sosial masyarakat.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inovasi


Inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, barang-barang buatan
manusia, yang diamati dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok
orang (masyarakat). Oleh karena itu inovasi pendidikan sangat perlu. Dalam bukunya Miles
yang diterjemahkan oleh Wasty Soemanto : inovasi adalah macam-macam
perubahan.1Inovasi sebagai perubahan disengaja, baru, khusus untuk mencapai tujuan-tujuan.
Hal yang baru itu dapat berupa hasil invention atau discovery yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau
kelompok masyarakat, jadi perubahan ini direncanakan dan dikehendaki.
Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang
digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau
wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan.
Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum
tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention, atau dapat juga tidak benar-
benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks sosial yang lain kemudian disebut
dengan istilah discovery.
Proses invention, misalkan penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang
benar-benar baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran, contohnya berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kita dapat mendesain pembelajaran melalui Hand Phone yang selama ini belum ada :
sedangkan proses discovery,2misalnya disini seorang guru IPS dapat mencari ide-ide baru
guna untuk membina perilaku siswa ditengah perkembangan zaman. Jadi dengan demikian
inovasi itu dapat terjadi melalui proses invention atau melalui proses discovery.
Wina Sanjaya mendefinisikan Inovasi pembelajaran sebagai suatu ide, gagasan atau
tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru
untuk memecahkan masalah pendidikan.3

1
Wasty Soemanto, Petunjuk untuk Pembinaan Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1980), hal.62
2
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikakan (KTSP). (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 317-318
3
ibid,hal. 318
6
Dalam Bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan pihak-
pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Misalnya, keresahan guru tentang
pelaksanaan proses belajar mengajar yang dianggap kurang berhasil, keresahan pihak
administrator pendidikan tentang kinerja, atau mungkin keresahan masalah terhadap kinerja
dan hasil bahkan sistem pendidikan.
Keresahan-keresahan itu pada akhirnya membentuk permasalahan-permasalahan yang
menuntut penanganan dengan segera. Upaya untuk memecahkan masalah itulah muncul
gagasan dan ide-ide baru sebagai suatu inovasi. Dengan demikian, maka dapat kita katakan
bahwa inovasi itu ada karena adanya masalah yang dirasakan : hampir tidak mungkin inovasi
muncul tanpa adanya masalah yang dirasakan.
Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulkan bahwa inovasi pendidikan
adalah sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau
memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu
dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan.

A. Inovasi Guru
Pembaharuan dapat dipandang sebagai inovasi apabila perubahan tersebut bagi
seseorang, kelompok atau organisasi kelembagaan yang memperkenalkannya. Kerja tim atau
manajemen partisipatif yang diperkenalkan dalam suatu lembaga pendidikan juga dianggap
sebagai inovasi jika baru dalam lembaga tersebut, terlepas dari metode kerja tim tersebut
pernah disosialisasikan pada lembaga lain atau tidak.4
Inovasi adalah segala usaha yang menghasilkan produk, proses, prosedur yang lebih
baik atau cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal, yang diperkenalkan oleh
individu, kelompok, atau institusi sekolah. Dalam proses implementasi kreativitas di sekolah,
inovasi bisa bervariasi dari inovasi yang relatif ringan hingga inovasi yang dapat merombak
sistem kalangan sekolah yang dianggap sangat penting. Beberapa inovasi bisa diperkenalkan
dalam waktu yang singkat (misalnya, memutuskan untuk menerapkan model Classroom
Management yang baru dengan mengubah posisi duduk siswa dan guru), sementara bentuk
inovasi lainnya mungkin memerlukan waktu yang cukup lama, sebagaimana diterapkan
dalam pendidikan saat ini dengan istilah Community Based Education.
Jadi inovasi guru pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah kemampuan
pendidik yang memegang mata pelajaran IPS untuk mengekspresikan dan mewujudkan

4
Rusdiana dan yeti Hermayati, Pendidikan Profesi Keguruan,(Bandung : Pustaka Setia, 2015).

7
potensi daya berfikirnya, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dan untuk
mengkombinasikan sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih menarik.
A. Kriteria Guru Inovatif
Pada prinsipnya, inovatif merupakan sifat pembaharuan atau kreasi baru. Kreasi ini
berhubungan dengan pendekatan, metode, atau gagasan. Dengan kata lain, inovatif berarti
kemampuan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru.
Untuk menjadi guru harus memiliki sifat tersebut, ada beberapa cara. Kuasai materi
sebelum mengajar. Materi pelajaran perlu disiapkan oleh para guru dengan
mempertimbangkan karakteristik dan kemampuan peserta didiknya. Seorang guru harus
mengolah materi pembelajaran dalam urutan logis, yang dapat diajarkan (teachable) dan
diterima (accesible). Ada beberapa kriteria yang menjadi karakteristik guru inovatif, antara
lain sebagai berikut :
1. Terus Belajar
Belajar merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang guru inspiratif. Perkembangan
ilmu pengetahuan menjadi tantangan bagi guru untuk terus mengikutinya. Akses menambah
ilmu semakin terbuka, sumber pengetahuan tidak hanya dari buku, tetapi juga beragam
sumber belajar yang dapat diakses. Salah satu cara untuk meraih ilmu sebanyak –banyaknya
adalah dengan belajar secara konstruktif. Dalam konsep belajar mengajar, hal ini disebut
sebagai pendidikan berbasis konstruktivisme. Dalam sorotan kontruktivisme, ilmu tidak dapat
ditranfer secara satu arah. Seorang guru dapat dikatakan memiliki ilmu apabila ilmu itu dapat
memberikan sesuatu kepada orang yang memberikan ilmu tersebut berupa “makna”. Makna
disini dapat diartikan sebagai proses yang menjadikan seseorang merasakan adanya
perubahan dalam diri terdalam yang sangat mengesankan. Setidaknya, makna itu
membanggakan, membahagiakan, dan menenguhkan bahwa dirinya berkembang ke arah
yang lebih baik karena memperoleh sesuatu.5
Belajar terus menerus bagi seseorang guru akan menjadikan mengajar senantiasa
menarik. Semangat menambah pengetahuan harus terus dipupuk agar seseorang guru mampu

mewujudkan dirinya sebagai seorang guru inspiratif.6


Implikasi dari usaha yang giat untuk menambah wawasan dan pengetahuan ini adalah
tumbuhnya kepercayaan dalam diri siswa yang semakin besar terhadap guru. Selain itu, juga
akan semakin meningkat respect mereka terhadap gurunya. Kepercayaan dan respect ini akan

5
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) hal.97
6
Ibid. hal. 104

8
semakin meningkat ketika para siswa menyaksikan bahwa gurunya memiliki wawasan dan
pengetahuan yang mendalam. Mereka menyaksikan sendiri bahwa gurunya masih tekun dan
giat untuk belajar. Hal inilah yang dapat membangkitkan spirit inspriratif bagi siswa. “Jika
gurunya masih terus giat dan tekun belajar, tentu siswa juga akan menirunya, begitu pula
sebaliknya.7
Implikasi lain dari tumbuhnya kepercayaan dan respect siswa terhadap gurunya
adalah timbulnya kedekatan dan ikatan relasi guru siswa dengan harmonis. Jika ditelaah, pola
relasi ini selaras dengan sistem humanistic education dan pendidikan berbasis kompetensi
(education based competency) yang menekankan pada perkembangan martabat manusia yang
bebas membuat pilihan yang berkeyakinan. Dalam sistem ini, pengembangan ranah rasa
merupakan hal penting dan perlu diintregrasi dengan proses belajar pada aspek
pengembangan ranah cipta. Perbedaan yang menonjol dalam pendidikan humanistik adalah
peranan guru yang lebih banyak menjadi pembimbing daripada pemberi ilmu pengetahuan
kepada para siswanya. Selain itu, sistem pendidikan humanistik juga menitik beratkan upaya
membantu para siswa agara dapat mencapai perwujudan dirinya (self-realization) yang sesuai
dengan kemampuan dasar dan kekhususan yang ada pada dirinya.8
2. Kompeten
Kata “kompeten” menjadi kunci penting dalam konsep pendidikan. Kompetensi menjadi
standar yang harus dicapai oleh guru dan siswa. Finch dan Crunkilton mengartikan
kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
Bagi seorang guru inspiratif, ada empat jenis kompetensi yang harus dimilikinya, yaitu
kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosial.
3. Ikhlas
Bagi guru yang mengajar dengan landasan ikhlas, mengajar merupakan tugas yang
dijalankan dengan penuh kekhusukan. Tidak ada pamrih apa pun dari tugasnya sebagai
pendidik, selain tujuan untuk memberikan ilmu yang bermanfaat kepada siswanya. Guru akan
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan siswanya. Pengaruh ini kadang
tidak bisa diukur secara empiris sesaat, tetapi dalam jangka waktu yang panjang, siswa akan
merasakan manfaat dari pembelajaran yang diberikan oleh gurunya.

7
Ibid. hal. 107
8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,(Bandung : Remaja Rosdakarya,2004), hal. 109

9
4. Totalitas
Totalitas merupakan penghayatan dan implementasi profesi yang dilaksanakan secara
utuh. Sebagai seorang guru, totalitas bermakna menekuni profesi guru dalam segenap
kegiatannya. Profesi guru dikatakan totalitas apabila telah mendarah daging dan sangat erat
dengan kehidupan sehari –hari.
5. Motivator
Banyak guru yang mengajar tidak menemukan motivasi dalam diri siswanya. Kita dapat
belajar tentang motivasi ini dari Ira Shor dan Paulo Faire Dalam buku yang berbentuk dialog,
Ira mengatakan bahwa ketika memulai suatu pelajaran, ia mencoba menggambarkan profil
motivasi pengetahuan serta ketrampilan kognitif yang sudah mereka miliki. Ia berhasil
menemukan hal ini karena berhasil mengamati dengan cermat apa yang siswa tulis, katakan
dan lakukan. Walaupun demikian, untuk keberhasilan tersebut, ia membangun atmosfer
sehingga siswa setuju untuk berbicara, menulis dan melakukan hal–hal yang mereka
inginkan.Untuk mendorong agar para siswa mau berbicara, guru harus menahan diri untuk
tidak banyak berbicara. Berikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih banyak
mengungkapkan segala hal yang ada dalam pikirannya. Dengan begitu, ia menemukan
banyak siswa yang serius berdialog dan sama aktifnya dengan guru. Hal ini menjadi titik
tolak bagi pendidikan mereka di kelas. Motivasi dalam diri siswa akan terbangun ketika siswa
memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang disampaikan oleh guru. Hubungan emosional ini
penting untuk membangkitkan motivasi siswa.
6. Pendorong perubahan
Guru inspiratif akan meninggalkan pengaruh kuat dalam diri pada siswanya. Mereka akan
terus dikenang, menimbulkan spirit, dan energi perubahan yang besar, serta menjadikan
kehidupan para siswanya senantiasa bergerak menuju kearah yang lebih baik. Guru semacam
inilah yang banyak melahirkan tokoh besar. Mereka mungkin sampai sekarang tetap berada
di tempatnya, tetap dengan kesederhanaannya, tetap menularkan virus inspiratif kepada para
siswanya yang terus datang silih berganti, sementara para siswa yang terinjeksi spirit
hidupnya telah berubah menjadi seorang yang memiliki capaian besar dalam hidupnya.
7. Disiplin
Disiplin dalam mengajar, seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa disiplin memiliki
makna membiasakan diri. Dalam hal mengajar, tujuan disiplin adalah membantu siswa agar
lebih menyukai setiap pelajaran di sekolah dan bisa lebih memahami setiap pelajaran yang
diberikan supaya lebih menjadi mudah dan efektif. Disiplin di sekolah bisa menjadi efektif
jika guru menerapkan cara-cara atau metode belajar yang efektif.
10
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang
berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik
sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri
menjadi multi kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam
proses pembelajaran. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang
diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas
kehidupan. Dalam proses pembelajaran guru telah menerapkan prinsip -prinsip dasar
peadogik modern dan yang mengutamakan pentingnya perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi yang tepat.
Indikatornya:
(1) kelengkapan persiapan mengajar guru, bahan ajar, serta media pembelajaran;
(2) kesesuaian pembelajaran dengan skenarionya dan bervariasinya metode pembelajaran
yang digunakan; dan
(3) ketepatan dalam pemberian tugas, pemanfaatan sumber belajar, dan penggunaan
perangkat evaluasi yang tepat untuk mendapatkan umpan balik dari siswa.
Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media pembelajaran sangat diperlukan
mengingat guru dapat dikatakan sebagai pemain yang sangat berperan dalam proses belajar
mengajar di kelas, hendaknya dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media
pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini, disebabkan perkembangan jaman yang terus
terjadi tanpa henti dengan kurun waktu tertentu.9
Lembaga pendidikan hendaknya tidak hanya puas dengan metode dan teknik lama,
yang menekankan pada metode hafalan, sehingga tidak atau kurang ada maknanya jika
diterapkan pada masa sekarang. Perkembangan jaman yang begitu pesat dewasa ini membuat
siswa semakin akrab dengan berbagai hal yang baru, seiring dengan perkembangan dunia
informasi dan Komunikasi. Karena itu, sangat wajar jika kondisi ini harus diperhatikan oleh
guru agar terus mengadakan pembaharuan (inovasi). Untuk dapat merencanakan proses
pembelajaran secara inovatif yang mampu memberikan pengalaman yang berguna bagi siswa
kita perlu memperhatikan komponen penting proses pembelajaran. Dari komponen proses
pembelajaran itu guru dapat merencanakan kegiatan dan strategi pembelajaran yang relevan
dengan tujuan belajar. Strategi pengembangan pembelajaran ini menjadi penting karena

9
Wijaya, Cece. Dkk.1991. Upaya pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran.Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hal. 2

11
adanya beberapa persoalan dalam proses belajar yang mungkin ada dalam sebuah sistem
pembelajaran. Strategi pengembangan pembelajaran meliputi :
 Persiapan, mencakup Analisis Kurikulum, analisis kebutuhan maupun desain pembelajaran.
 Metode yang digunakan secara umum adalah, klasikal , kelompok, individual.
 Evaluasi. Evaluasi diperluakan untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan cocok
atau tidak.
Persoalannya sekarang ialah, bagaiamana fungsi 3 komponen (Guru, Siswa, dan
Kurikulum/materi) dapat saling memberikan dukungan secara sinergis terhadap proses
pembelajaran sehingga mampu melahirkan pengalaman beharga bagi kehidupan siswa
dimasa yang akan datang manakala siswa itu mengarungi kehidupan nyata dalam masyarakat.
Dari segi guru, misalnya , perlu memiliki visi dan misi yang jelas terhadap masa depan siswa.
Ini berarti bahwa guru perlu memiliki wawasan yang berorinetasi pada masa depan. Dengan
demikian guru harus selalu memberikan informasi yang mutakhir dalam bidang yang
diajarkannya. Juga perlu memiliki kemampuan untuk memprediksi mengenai apa yang akan
muncul dan apa yang akan tenggelam dari aplikasi bidang studi yang akan diajarkannya.

B. Inovasi Siswa
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencapaian peserta didik berbeda menurut
faktor-faktor sosio geografi, karena alasan ini evaluasi saja tidak cukup, dan perlu dilengkapi
akseptabilitas dan ekuitas. Prinsip perbedaan individual mestinya mendapatkan perhatian
dalam proses pembelajaran, kiranya faktor layanan individual ini cenderung terabaikan dalam
sistem klasikal. Untuk itu, model-model pembelajaran kelompok “cooperative learning”
perlu dikembangkan, yang diduga di lapangan tidak banyak digunakan sebagai model
pembelajaran, padahal model ini banyak variasinya, dan bukan saja tuntutan empirik, tetapi
juga memiliki relevansi sosio kultural dengan pakar budaya bangsa kita yang memiliki nilai
ideal budaya gotong royong dan kekeluargaan. Di negara Barat, model ini diunggulkan
sebagai pendekatan dan model pembelajaran yang memiliki efektivitas tinggi dalam
memperkuat proses dan hasil pembelajaran. Secara teoritik, model ini memiliki kekuatan
sebagai peluang bagi pelaksanaan inovasi dalam pembelajaran. Berbagai model telah
dikembangkan dan berbagai penelitian telah dilakukan untuk semua mata pelajaran dalam
kurikulum sekolah dan berbagai latar belakang peserta didik. Salah satukeunggulan dalam
model belajar ini dapat mengembangkan kemampuan interpendensi, yang dinyatakan pula
sebagai dasar filosofi dari model ini.

12
Kemandirian dapat dikembangkan dalam model pembelajaran kelompok ini, begitu
pula perbedaan dan layanan perbedaan individual dapat dilakukan. Kadar keterlibatan siswa
secara utuh dalam pembelajaran sangat tinggi, begitu pula kepercayaan terhadap kemampuan
diri sendiri sangat tinggi. Dapat kiranya diasumsikan, bahwa pembelajaran dapat dilakukan
dalam kelompok belajar bersama, yang menekankanbelajar pada kelompok. Selama ini
dirasakan masih belum secara sengaja dikembangkan dalam proses pembelajaran, oleh
karena itu merupakan tantangan dan tuntutan terhadap inovasi pembelajaran. Jika dilakukan,
akan dapat mengatasi kelemahan pembelajaran yang selama ini dilakukan di lapangan.

C. Inovasi Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam
proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan,
tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan
diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa
dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar
merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan
pendidikan.Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu
diperhatikan.Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja, buku dan sebagainya.

D. Inovasi Kurikulum Pembelajaran IPS


Upaya Pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sistem pendidikan di Indonesia baru
dikenal sejak lahirnya kurikulum tahun 1975. Sebelumnya, pembelajaran ilmu-ilmu sosial
untuk tingkat persekolahan menggunakan istilah yang berubah-ubah sesuai dengan situasi
politik pada masa itu. Pembaharuan kurikulum IPS di Indonesia diantaranya:
1. Kurikulum 1964
Kurikulum 1964 menggunakan istilah Pendidikan Kemasyarakatan. Ada dua
kelompok mata pelajaran, ialah kelompok dasar yang terdiri atas Sejarah Indonesia, Bahasa
Indonesia dan Civics dan kelompok cipta yang terdiri atas Sejarah Dunia dan Geografi Dunia.
Dan kemudian digabungkan selanjutnya berubah menjadi Pendidikan Kewargaan Negara
yang merupakan korelasi dari ilmu bumi, sejarah dan pengetahuan Kewargaan Negara.

13
2. Kurikulum 1968
Pada tahun 1968 terjadi perubahan pengelompokkan mata pelajaran sebagai
perubahan orientasi pendidikan. Mata pelajaran disekolah dibedakan menjadi pendidikan jiwa
Pancasila, pembinaan pengetahuan dasar dan pembinaan kecakapan khusus.
3. Kurikulum 1975
Pada tahun 1975, lahirlah kurikulum 1975 yang mengelompokkan tiga jenis
pendidikan, yakni pendidikan umum, pendidikan akademis dan pendidikan keahlian khusus.
Dalam kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit istilah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang merupakan fusi (perpaduan) dari mata pelajaran sejarah, geografi dan
ekonomi. Selain mata pelajaran IPS, Pendidikan Kewarganegaraan dijadikan sebagai mata
pelajaran tersendiri ialah Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam kurikulum 1975, IPS
termasuk kelompok pendidikan akademis sedangkan PMP termasuk kelompok pendidikan
umum.Namun IPS sebagai pendidikan akademis mempunyai misi menyampaikan nilai-nilai
berdasarkan filsafat pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian mata pelajaran IPS pun
berfungsi dan mendukung tercapainya tujuan PMP.
4. Kurikulum 1984
Menjelang adanya perbaikan Kurikulum 1975, tahun 1980 muncul bidang studi
PSPB, gagasan dari Mendikbud mata pelajaran ini hampir sejenis dengan IPS Sejarah dan
PMP. Upaya perbaikan Kurikulum IPS 1975 baru terwujud pada tahun 1984. Kurikulum IPS
1984 pada hakikatnya menyempurnakan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan Kurikulum
1975. Ditinjau dari segi pendekatan (metodologi) pembelajaran, Kurikulum IPS 1975 dan
1984 menggunakan pendekatan integrative dan structural untuk IPS SMP dan pendekatan
disiplin terpisah (separated disciplinary approach) untuk SMA. Sedangkan pendekatan untuk
IPS Sekolah Dasar (SD) lebih mirip menggunakan integrative (integrated approach)
5. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994, terjadi lagi perubahan kurikulum IPS. Dalam Kurikulum 1994
dinyatakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang
didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan
sejarah. Untuk IPS SD, bahan kajian pokok dibedakan atas dua bagian, ialah pengetahuan
sosial meliputi lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, sedangkan bahan
kajian sejarah mencakup perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga
kini. Ada perbedaan yang cukup menonjol dalam kurikulum IPS Sekolah Dasar 1994
dibandingkan dengan Kurikulum IPS sebelumnya, yakni dalam metode dan penilaian.
Kurikulum IPS 1994 hanya memberikan anjuran umum bahwa pelaksanaan proses belajar
14
mengajar hendaknya para guru menerapkan prinsip belajar aktif. Dari bunyi rambu-rambu
yang terakhir ini, menunjukkan bahwa Kurikulum IPS 1994 memberikan keleluasaan atau
kekuasaan otonom yang cukup besar.
6. Kurikulum 2004
Memasuki Abad 21 yang ditandai oleh perubahan mendasar dalam segala aspek
kehidupan khususnya perubahan dalam bidang politik, hukum, dan kondisi ekonomi telah
menimbulkan perubahan ekonomi yang sangat signifikan dalam sistem pendidikan di
Indonesia.Pada tahun 2003 disahkanlah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.Undang-undang tersebut telah menimbulkan dampak yang
cukup signifikan terhadap perubahan sistem kurikulum di Indonesia.Pada tahun 2004,
pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi
Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program
pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat
7. Kurikulum 2006
Ketentuan tentang implikasi dari peraturan perundangan tersebut adalah
dikeluarkannya kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) beserta
pedomannya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini, antara IPS dan PKn
dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan
nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan Kewarganegaraan Bangsa, maka
antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu membentuk warga
negara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah
dengan IPS.
8. Kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPS tercantum dalam struktur Kurikulum 2013
untuk SD/MI dan SMP/MTs. Di SMA dan SMK tidak ada mata pelajaran IPS tetapi mata
pelajaran yang terkait dengan disiplin-disiplin ilmu yang secara tradisional dikelompokkan ke
dalam kelompok Ilmu-ilmu Sosial.
Manfaat IPS bagi peserta didik dapat dilihat dalam empat hal yaitu:
a. Tujuan IPS
15
Tujuan pendidikan IPS adalah “untuk menghasilkan warga negara yang memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratif,
kreatif, kritis, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli
dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial
dan budaya, serta berkomunikasi serta produktif.”
Pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat adalah pengetahuan penting yang
memberikan wawasan kepada peserta didik mengenai siapa dirinya, masyarakatnya,
bangsanya, dan perkembangan kehidupan kebangsaan di masa lalu, masa sekarang, dan yang
akan datang.
Sikap religius, jujur, demokratis adalah sikap yang diperlukan oleh seorang
warganegara di masa kini maupun masa depan. Kebiasaan senang membaca, kemampuan
belajar, rasa ingin tahu merupakan kualitas yang diperlukan untuk belajar seumur hidup.
Kepedulian terhadap lingkungan sosial dan fisik memberikan kesempatan kepada siswa mata
pelajaran IPS untuk selalu sadar dan berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Kualitas lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan berkontribusi terhadap
pengembangan kehidupan sosial dan budaya.
b. Pembelajaran IPS
Ketercapaian tujuan mata pelajaran IPS didukung oleh proses pembelajaran yang
dirancang dalam Kurikulum 2013 dan berlaku juga untuk IPS. Ada dua hal dalam
pembelajaran IPS yaitu pendekatan pengembangan materi ajar yang selau dikaitkan dengan
lingkungan masyarakat di satuan pendidikan dan model pembelajaran yang dikenal dengan
istilah pendekatan saintifik.
Dalam pendidikan saintifik dikenal ada lima langkah peristiwa pembelajaran. Keliam
langkah tersebut adalah:
1) Mengamati (observasing)
2) Menanya (questioning/asking)
3) Mengumpulkan informasi (eksperimenting/exploring)
4) Mengasosiasikan/mengolah informasi (analyzing/associating)
5) Mengkomunikasikan (communicating)
Untuk pembelajaran IPS, kelima langkah pembelajaran ini terkait dengan sumber
utama (primary sources) IPS yaitu masyarakat dan lingkungan hidupnya. Dengan proses
pembelajaran yang demikian maka penerapan apa yang mereka pelajari di masyarakat dan
menjadikan masyarakat sebagai sumber belajar.

16
c. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar untuk IPS adalah penilaian hasil belajar otentik dan
mengurangi tes dengan jawaban yang bersifat discreate (hanya memiliki satu jawaban benar).
Hakiki IPS adalah penggunaan data, pengorganisasian data, pemaknaan data, dan
mengkomunikasikan hasil menjadi primadona untuk penilaian hasil belajar otentik. Dengan
penilaian hasil belajar otentik ini maka kemampuan berpikir, nilai dan sikap serta
penerapannya dalam kehidupan nyata menyebabkan kualitas peserta didik yang belajar IPS
berbeda secara signifikan dari apa yang telah menjadi praktek pembelajaran IPS yang banyak
dilakukan di masa kini dan masa lalu.

E. Inovasi Lingkungan Sosial Masyarakat


Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat
dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam
pelaksanaan pembaharuan pendidikan.Masyarakat secara langsung atau tidak langsung,
sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam
pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di
mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan
tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan.
Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan
pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

17
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Inovasi pembelajaran IPS pada hakekatnya, adalah upaya untuk memenuhi
peningkatan mutu proses pendidikan yang dilakukan terus menerus, untuk memenuhi
perkembangan tuntutan masyarakat terhadap pendidikan.
Pembelajaran IPS dapat dilakukan dalam kelompok belajar bersama, yang
menekankan belajar pada kelompok. Selama ini dirasakan masih belum secara sengaja
dikembangkan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu merupakan tantangan dan tuntutan
terhadap inovasi pembelajaran. Jika dilakukan, akan dapat mengatasi kelemahan
pembelajaran yang selama ini dilakukan di lapangan. Namun demikian, keunggulan yang
sudah ditemukan dalam berbagai penelitian dan studi pengembangan pembelajaran di negara
lain, perlu mendapatkan validitas dalam situs masalah sosial budaya pendidikan di negara
kita.
A. Inovasi Guru Pendidkan Ilmu Pengetahuan Sosial
Jadi inovasi guru pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah kemampuan pendidik
yang memegang mata pelajaran IPS untuk mengekspresikan dan mewujudkan potensi daya
berfikirnya, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dan untuk mengkombinasikan sesuatu
yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih menarik.
B. Inovasi Siswa
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencapaian peserta didik berbeda menurut
faktor-faktor sosio geografi, karena alasan ini evaluasi saja tidak cukup, dan perlu
dilengkapi akseptabilitas dan ekuitas. Prinsip perbedaan individual mestinya mendapatkan
perhatian dalam proses pembelajaran, kiranya faktor layanan individual ini cenderung
terabaikan dalam sistem klasikal. Untuk itu, model-model pembelajaran kelompok
“cooperative learning” perlu dikembangkan, yang diduga di lapangan tidak banyak
digunakan sebagai model pembelajaran, padahal model ini banyak variasinya, dan bukan
saja tuntutan empirik, tetapi juga memiliki relevansi sosio kultural dengan pakar budaya
bangsa kita yang memiliki nilai ideal budaya gotong royong dan kekeluargaan.
C. Inovasi Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam proses
pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu

18
saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan
diterapkan.
D. Inovasi Kurikulum Pembelajaran IPS
1. Kurikulum 1964
2. Kurikulum 1968
3. Kurikulum 1975
4. Kurikulum 1984
5. Kurikulum 1994
6. Kurikulum 2004
7. Kurikulum 2006
8. Kurikulum 2013
E. Inovasi Lingkungan Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat
dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam
pelaksanaan pembaharuan pendidikan.Masyarakat secara langsung atau tidak langsung,
sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam
pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di
mana peserta didik itu berasal.

3.2 Saran
Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon pendidik.Untuk
memperbaiki kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

19
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,(Bandung : Remaja Rosdakarya,2004).
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)
Rusdiana dan yeti Hermayati, Pendidikan Profesi Keguruan,(Bandung : Pustaka
Setia, 2015).
Wasty Soemanto, Petunjuk untuk Pembinaan Pendidikan, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1980).
Wijaya, Cece. Dkk.1991. Upaya pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikakan (KTSP). (Jakarta : Kencana, 2010).

20

Anda mungkin juga menyukai