Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

“PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA, MODERNISASI


DAN PEMBANGUNAN”

DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr.Azwar Ananda.MA

OLEH:

Nadia Sagita (19177036)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat beserta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pendidikan dan Perubahan Sosial Budaya, Modernisasi dan Pembangunan”
tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini disusun untuk menambah wawasan
penulis dan untuk memenuhi tugas mata kuliah landasan ilmu pendidikan di Program
Studi Magister Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Padang (UNP).
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan, masukan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah landasan
ilmu pendidikan, Bapak Prof. Dr.Azwar Ananda.MA serta teman-teman seperjuangan
yang telah memberikan sumbangan pemikiran dalam mengenai penulisan makalah
ini. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah
ini.
Semoga bimbingan, bantuan dan dorongan serta sumbangan yang telah Bapak
dan rekan-rekan berikan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir
kata penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat
dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya
Pendidikan Biologi.

Padang, 11 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................3

A. Pengertian Transmisi Budaya ...................................................................3


B. Transmisi Budaya dan Pendidikan ...........................................................4
C. Bentuk-Bentuk Transmisi Budaya.............................................................7
D. Pendidikan Sebagai Sosialisasi Kebudayaan ............................................8
E. Perkembangan Institusi Pendidikan ..........................................................11

BAB III PENUTUP ............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, namun juga
memungkinkan secara otodidak. Pada dasarnya, pendidikan telah telah didapatkan
manusia sejak masih di dalam kandungan. Pendidikan sering dikaitkan dengan
hubungan social yang berfungsi sebagai stakeholder antara sekolah dan masyarakat
sekitar. Pendidikan dan kehidupan social sangat berkaitan satu dan lainnya yang juga
memiliki dampak luas dalam kehidupan. Namun, seiring berjalannya waktu,
kehidupan social akan berubah dengan perubahan zaman  yang terus berkembang
pesat. Perubahan social yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dapat direncanakan
dengan arah perubahan yang dingin dicapai oleh masyarakat. Namun, perubahan
sosial juga sering berubah sendirinya dikarenakan adanya pengaruh budaya dari luar.

Perubahan sosial berhubungan dengan masuknya modernisasi dan globalisasi
ke suatu Negara yang merupakan suatu kemajuan yang bersifat positif dan juga dapat
berupa suatu kemunduran yang bersifat negatif dari masa sebelumnya. Di dalam
masyarakat, perubahan social wajar terjadi seiring perubahan zaman yang mereka
alami. Perubahan – perubahan yang terjadi di masyarakat tidak hanya berdampak
pada sosial namun juga pada pendidikan. Antara masyarakat dan pendidikan memiliki
keterkaitan yang kuat, saling mendukung satu dan lainnya untuk mencapai target
yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendidikan dan perubahan sosial budaya?

1
2. Apa saja ciri-ciri perubahan sosial budaya?
3. Apa saja bentuk-bentuk perubahan sosial budaya?
4. Apa saja faktor-faktor pendorong dan penghambat terjadinya perubahan sosial
budaya?
5. Apa pengertian modernisasi dan pembangunan?
6. Bagaimana hubungan pendidikan dan perubahan sosial budaya terhadap
modernisasi pembangunan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan dan perubahan sosial budaya.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri perubahan sosial budaya.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perubahan sosial budaya.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat terjadinya
perubahan sosial budaya.
5. Untuk mengetahui modernisasi dan pembangunan.
6. Untuk mengetahui bagaiamana hubungan pendidikan dan perubahan sosial
budaya terhadap modernisasi pembangunan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan dan Perubahan Sosial Budaya


1. Pendidikan
Menurut Nizwardi (2015) Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-
potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Sedangkan menurut Undang-Undanng No 20 Tahun 2003 Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Menurut bukunya Webster’s New World Dictionary (dalam Sagala, 2013:42),
pendidikan adalah proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan,
pikiran, karakter, dan seterusnya, khususnya lewat persekolahan formal. Proses
pelatihan dan pengembangan pengetahuan untuk mempertinggi kualitas keteramilan
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan hidup yang dihadapinya. Hal yang
terpenting dalam pendidikan ini adalah proses untuk melatih peserta didik yang
dirancang dalam bentuk pengalamn belajar untuk mengembangkan pengetahuan,
kterampilan, dan kompetensi yang dapat dijadikan sebagai modal untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Pendidikan berfungsi membekali pengalaman dan keterampilan kepada
peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuannya untuk mempertahankan
hidupnya. Keadaan masyarakat yang majemuk akibat perubahan jaman menuntut
peserta didik dapat aktif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya. Hal

3
ini sesuai dengan pendapat Oliva (1992) yang mengemukakan bahwa curriculum can
be conceived in a narrow way (as subjects taught) or in a broad way as all the
experiences of learners, both in school and out, directed by the school. Disimpulkan
bahwa kurikulum dalam artian sempit merupakan sebagai pokok mengajar dan arti
luas sebagai semua pengalaman belajar, baik dalam dan keluar sekolah, di bawah
pengawasan sekolah sehingga pelajaran berupaya menciptakan pengalaman belajar
bagi siswa perlu mendapat prioritas yang utama dalam kegiatan pembelajaran.
Landasan sosial budaya pendidikan mencakup kekuatan sosial masyarakat
yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Kekuatan
tersebut dapat berupa kekuatan nyata dan potensial yang berpengaruh dalam
perkembangan pendidikan dan sosial budaya seiring dengan dinamika masyarakat.
Sehingga kondisi sosial budaya diasumsikan mempengaruhi terhadap program
pendidikan yang tercermin dalam kurikulum. Hunt (1975) mengemukakan bahwa
Study hits base social and culture from education aims to supply teacher with
erudition that deepen about society and where they alive and to help student teacher
to detect that explanation hits society and culture of vital importance mean to realize
about education problem. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa kajian
mengenai dasar sosial dan budaya dari pendidikan bertujuan untuk membekali guru
dengan pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat dan kebudayaan di mana
mereka hidup dan untuk membantu calon guru untuk mengetahui bahwa pengertian
mengenai masyarakat dan kebudayaan sangat penting artinya guna memahami
tentang masalah pendidikan.

2. Perubahan Sosial Budaya


Menurut Kingsley Davis dalam Nanang (2012:4) bahwa perubahan sosial
merupakan suatu perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat. Menurut Soemardjan, perubahan sosial meliputi segala perubahan yang
terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyrakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, yang termasuk di dalamnya yaitu nilai-nilai, sikap,

4
dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat. Perubahan sosial dapat
diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu
masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya
mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-
nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial.
Perubahan sosial merupakan gejala perubahan dari suatu keadaan sosial
tertentu ke suatu keadaan sosial lain. Perubahan sosial pasti memiliki suatu arah dan
tujuan tertentu. Perubahan sosial dapat berupa suatu kemajuan atau sebaliknya dapat
berupa suatu kemunduran. Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan
struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Struktur sosial merupakan bentuk jalinan di
antara unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat yang menunjukkan pada
bentuk seluruh jaringan hubungan antarindividu dalam masyarakat dimana terjalin
interaksi dan komunikasi sosial. Perubahan sosial, dapat dikatakan bahwa perubahan
pada segi struktural masyarakat seperti pola-pola perilaku dan pola interaksi antar
anggota masyarakat, perubahan pada segi kultural masyarakat seperti nilai-nilai,
sikap-sikap, serta norma-norma sosial masyarakat, perubahan di berbagai tingkat
kehidupan manusia mulai dari tingkat individual, keluarga, masyarakat hingga ke
tingkat masyarakat dunia, perubahan yang dapat menimbulkan ketidak seimbangan
dalam suatu sistem masyarakat.
Perubahan Sosial Budaya sesungguhnya berasal dari dua konsep yang
berbeda, pertma perubahan sosial yang dilihat dari kacamata sosiologi dan kedua
perubahan kebudayaan yang dilihat menggunakan kacamata antropologi. Namun
secara singkat dapat diartikan bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan yang
mencakup hamper semua aspek. Kehidupan sosial budaya dari suatu masyarakat atau
komunitas. Pada hakikatnya, proses ini lebih cenderung pada proses penerimaan
perubahan baru yang dilakukan oleh masyarakat tersebut guna meningkatkan taraf
hidup dan kualitas kehidupannya. Meskipun demikian perubahan sosial budaya tidak

5
terlepas dari penilaian tentang akibat positif dan negative dari sesponden yang
mengalami proses ini secara langsung.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur,
unsur sosial,kultur, fungsi dan lembaga dalam suatu masyarakat dan perubahan itu
terjadi karena adanya arus urbanisasi dan modernisasi. Sedangkan perubahan sosial
budaya adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur sosial dan unsur-unsur
budaya dalam kehidupan masyarakat.

B. Ciri-ciri Perubahan Sosial Budaya


Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama
yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau
suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari
adanya ciri-ciri tertentu, antara lain:
a. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara
cepat.
b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial lainnya.
c. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan
disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses
penyesuaian diri. Disorganisasi akan di ikuti oleh suatu reorganisasi yang
mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
d. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal
balik yang sangat kuat.

6
C. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Menurut Soerjono Soekanto (1989) berpendapat bahwa perubahan sosial dan
kebudayaan dapat dibedakan dalam beberapa bentuk diantaranya:
1) Perubahan lambat dan perubahan cepat
Perubahan lambat adalah perubahan sosial budaya yang memerlukan waktu
lama, cenderung tidak direncanakan dan berlangsung alamiah, tetapi baisanya menuju
ketahap perkembangan masyarakat yang lebih sempurna atau lebih baik dari
perkembangan sebelumnya. Sedangkan perubahan cepat merupakan kebalikan dari
perubahan lambat dan memiliki hasil yang tidak sekonkrit perubahan lambat.
2) Perubahan kecil dan perubahan besar
Pada dasarnya , perbedaan antara keduanya sangatlah relative. Namun, tetap
terdapat perbedaan jika dilihat defines masing-masing yang menjelaskan bahwa
perubahan kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial
atau kebudayaan yang tidak membawa pengaruh langsung dan sangat berarti dalam
sendi-sendi kemasyarakatan. Sebaliknya perubahan besar sangatlah berarti membawa
pengaruh positif dan negative pada kehidupan masyarakat. Misal perubahan busana,
musik dan lain-lainn termasuk perubahan kecil. Namun perubahan besar dalam suatu
lembaga masyarakat (Ekonomi, sosial dll) akan membawa pengaruh dalam
masyarakat missal naiknya harga BBM.
3) Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan
Perubahan direncanakan merupakan suatu bentuk perubahan yang
diperkirakan dan direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan
melakukan perubahan (agent of change). Tentunya setelah melewati proses panjang,
melalui klarifikasi, verifikasi, observasi dll. diakhiri dengan keputusan perubahan
terorganisir missal REPELITA pada masa Orde baru.
Sedangkan perubahan yang tidak direncanakan merupakan bentuk perubahan
yang tidak didesain terlebih dahulu akan tetapi akan berpengaruh terhadap kehidupan
masyrakat. Perubahan ini bersifat alamiah. Misalnya perubahan pola pakaian,
perubahan moral, pergeseran nilai dll.

7
D. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Terjadinya Perubahan Sosial
a) Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
Menurut Murdock dalam Manan (1989: 50) faktor penyebab timbulnya
perubahan sosial budaya adalah:
a. Pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk.
b. Perubahan lingkungan geografis.
c. Perpindahan ke lingkungan baru.
d. Kontak dengan orang yang berlainan kebudayaan.
e. Malapetaka alam dan sosial seperti banjir, kegagalan panen, epidemi, perang,
dan depresi ekonomi.
f. Inovasi
g. Teknologi
h. Pemberontakan atau revolusi (ex : revolusi kemerdekaan Indonesia)
Menurut Soeryono (1990) menyebutkan adanya faktor internal dan eksternal
yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat.
a. Faktor internal
1) Perubahan jumlah penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa,
menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama tentang
hal yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik
atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual
atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya, yang sebelumnya
tidak dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain (misalnya
transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan kekosongan, misalnya
dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang selanjutnya dapat
memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2) Penemuan-penemuan baru

8
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada
masyarakat meliputi beberapa hal berikut.
a. Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat
atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian
individu dalam suatu masyarakat. Contoh penemuan listrik, diesel, lokomotif,
dan lain-lain.
b. Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh
masyarakat. Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari
discovery. Contohnya adalah mobil, kreta api, dan lain-lain.
c. Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang
ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal
serta dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan
menjadi invention, proses inovasi belum selesai.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru antara lain
sebagai berikut:
a. Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
b. Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
c. Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat

3) Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat
mempengaruhi sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa
perubahan sosial budaya dalam kehidupannya. Contoh teknologi dalam industri
tekstil dapat mempengaruhi cara berpakaian serta mode atau gaya berpakaian
manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan teknologi telah banyak
membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan juga mengubah kehidupan
manusia menuju  keadaan yang lebih baik. Namun, dalam kenyataannya, teknologi
juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru dapat
menyebabkan masalah baru yang lebih parah. Contoh teknologi komunikasi seperti

9
dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi dengan baik secara
langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari masyarakat, misalnya gaya
hidup, kekerasan, dan lainya.
4) Pertentangan (conflict)
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif,
namun selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat
berupa hal-hal berikut:
a. Pertentangan antara individu di dalam masyarakat.
b. Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat.
c. Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
d. Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat.
Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial budaya
bersifat timbal balik, yaitu pertentangan di suatu masyarakat dapat memungkinkan
terjadinya perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan sosial budaya di dalam
masyarakat dapat memungkinkan terjadinya pertentangan.
5) Keterbukaan masyarakat
Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk
menerima unsur-unsur baru atau menyerapnya dalam kehidupan sosial dan
budayanya. Oleh karena itu, masyarakat yang bersifat terbuka akan mempermudah
terjadinya perubahan-perubahan sosial maupun budaya. Contoh melalui pendidikan,
seorang anak buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter atau insinyur, sehingga
dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat keluarganya untuk memiliki
kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.
6) Pemberontakan atau revolusi
Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
perubahan-perubahan sosial budaya yang besar. Contoh revolusi kemerdekaan
Indonesia.

10
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan alam (lingkungan fisik)
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat
membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana alam
yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat setempat. Contoh
banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang memporak porandakan Aceh,
menyebabkan beberapa penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan
dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi sehingga beralih profesi sebagai
petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di daerah tersebut.
2) Peperangan
Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang pada umumnya
berupaya menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap paling benar oleh
masyarakat mereka. Contoh perang antara Amerika dan sekutu terhadap Irak.
Amerika dan sekutu sebagai pihak yang menang, berupaya mempengaruhi sistem
politik, sosial, dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan perubahan pemerintahan Iraq
termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq seperti emansipasi kaum
perempuan Iraq.
3) Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
Kontak  kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan pengaruh positif
dan negatif. Contoh kontak kebudayaan Indonesia dengan kebudayaa barat
(Eropa). Pengaruh positifyang di dapat oleh masyarakat Indonesia antara lain berupa
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun pengaruh negatif yang
diperoleh bangsa  Indonesia dapat berupa sikap sekelompok anak muda di dalam
masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan (westernis). Proses terjadinya pengaruh
perubahan karena kontak kebudayaan dengan masyarakat lain dijelaskan sebagai
berikut:
a. Difusi kebudayaan, penyebaran unsur kebudayaan dari suatu tempat lain.
b. Akulturasi kebudayaan, pertemuan antar dua kebudayaan atau lebih di mana
kebudayaan asli masih tampak.

11
c. Asimilasi kebudayaan, proses pertemuan dan percampuran dua kebudayaan
atau lebih. Faktor yang merubah terjadinya asimilasi antara lain toleransi,
pernikahan campur, atau sikap simpati terhadap kebudayaan lain.

b) Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya


Adapun faktor penghambat dalam perubahan sosial budaya itu sendiri yaitu:
1. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami
perubahan yang lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui
perkembangan masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka
terkukung dalam kebudayaan mereka dan polapola pemikiran yang masih
sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di pedalaman.
2. Masyarakat yang Bersikap Tradisional
Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada.
Mereka menolak segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan
kebiasaan diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.
3. Pendidikan yang Rendah
Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-
hal baru. Pola pikir dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka
umumnya enggan mengikuti gerak perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis
dan tidak mengalami perubahan yang berarti.
4. Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested
interest)
Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok menyebabkan
perubahan sulit terjadi. Hal ini dikarenakan setiap kelompok yang telah menikmati
kedudukannya akan menolak segala bentuk perubahan. Mereka akan berusaha
mempertahankan sistem yang telah ada. Mereka takut adanya perubahan akan
mengubah kedudukan dan statusnya dalam masyarakat.

12
5. Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi
Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada
umumnya. Oleh karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh
masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk menghindari kegoyahan dalam integrasi
masyarakat.
6. Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing
Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh
bangsa asing. Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan mereka
senantiasa berprasangka buruk terhadap budaya asing.  Akibatnya, mereka menolak
segala hal baru terutama berasal dari bangsa asing, walaupun akan membawa
perubahan ke arah yang lebih baik.
7. Hambatan Ideologis
Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Setiap orang
memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang paling mendasar. Oleh
karena itu, perubahan yang bersifat ideologis tidak mungkin terjadi terlebih pada
masyarakat tradisional ketika ideologi dipegang kuat dalam kehidupan sosial.
8. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat
di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-
pola perilaku tersebut efektif lagi didalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan
muncul. Mungkin adat atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, system
mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga
sukar untuk di rubah.

E. Modernasasi dan Pembangunan


1) Modernasasi
Modernisasi merupakan suatu yang alamiah terjadi dalam perkembangan
suatu Negara, modernisasi sering diartikan sebagai sebuah proses perubahan dari
masyarakat yang bercorak tradisional ke masyarakat Negara yang bercirikan modern.

13
Black dalam Manan(1989: 56) mendefenisikan modernisasi adalah suatu proses yang
menggambarkan institusi-institusi yang lahir secara historis disesuaikan dengan
fungsifungsinya yang berubah dengan cepat yang merefleksikan pertambahan
pengetahuan orang yang belum pernbah terjadi sebelumnya, yang telah
memungkinkan orang mengontrol lingkungannya yang menyertai revolusi ilmu
pengetahuan. Secara lebih sederhana J.W Schoor mendefenisikan modernisasi
sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas, semua
bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek masyarakat.
Ciri manusia modern menurut Dube ditentukan oleh struktur, institusi, sikap
dan perubahan nilai pada pribadi, sosial dan budaya. Masyarakat modern mampu
menerima dan menghasilkan inovasi baru, membangun kekuatan bersama serta
meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Oleh karenanya
modernisasi sangat memerlukan hubungan yang selaras antara kepribadian dan sistem
sosial budaya. Sifat terpenting dari modernisasi adalah rasionalitas. Kemampuan
berpikir secara rasional sangat dituntut dalam proses modernisasi. Kemampuan
berpikir secara rasional menjadi sangat penting dalam menjelaskan berbagai gejala
sosial yang ada. Masyarakat modern tidak mengenal lagi penjelasan yang irasional
seperti yang dikenal oleh masyarakat tradisional. Rasionalitas menjadi dasar dan
karakter pada hubungan antar individu dan pandangan masyarakat terhadap masa
depan yang mereka idam-idamkan.
Proses modernisasi mengandung beberapa ciri pokok sebagai berikut:
1. Merupakan proses bertahap, dari tatanan hidup yang primitif-sederhana menuju
kepada tatanan yang lebih maju dan kompleks.
2. Merupakan proses homogenisasi. Modernisasi membentuk struktur dan
kecenderungan yang serupa pada banyak masyarakat. Penyebab utama proses
homogenisasi ini adalah perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan
transportasi.
3. Merupakan proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat dihindarkan dan
tidak dapat dihentikan.

14
4. Merupakan proses progresif (ke arah kemajuan), meskipun tidak dapat dihindari
adanya dampak (samping).
5. Merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner; hanya waktu dan sejarah
yang dapat mencatat seluruh proses, hasil maupun akibat-akibat serta
dampaknya

Adapun ciri-ciri kemodernan yang lain dikemukakan oleh Kumar ( dalam


Sztompka, 1994) pertama individualisme, yaitu di era modern individu memegang
peran yang sangat besar dalam sistem sosial. Peran individu tersebut telah
menggantikan peran komunitas atau kelompok sosial yang dominan. Kedua,
differensiasi yaitu terjadinya spesialisasi bidang kerja dan profesionalisme, sehinggga
akan memerlukan keragaman keterampilan, kecakpan dan latihan. Ketiga, rasionalitas
atau perhitungan yaitu adanya ciri efisiensi dan rasional dalam setiap aspek
kehidupan. Keempat, ekonomisme yaitu adanya dominasi aktivitas ekonomi, tujuan
ekonomi, dan prestasi ekonomi.
Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modernisasi
merupakan suatu transformasi total masyarakat yang bergerak dari keadaan yang
tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang
modern, dan adapun ciri-ciri ddari modernisasi itu sendiri yaitu penerapan ilmu dan
teknologi dalam produksi, berkembangnya ketimpangan dan ketidakadilan sosial,
individualisme, ekonomisme, rasionalitas, Sistem ekonomi berlandaskan usaha yang
bebas dan kompetitif yang terbuka.

2) Pembangunan
Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial secara positif yang terarah,
secara sadar dan terencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Bangsa Indonesia seperti termaktub dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah mencantumkan tujuan pembangunan

15
nasionalnya. Kesejahteraan masyarakat adalah suatu keadaan yang selalu menjadi
cita-cita seluruh bangsa di dunia ini.

Ada dua paradigma  dalam pembangunan  yaitu paradigma modernisasi dan


paradigma ketergantungan (Manan, 1989).

1. Pokok paradigma modernisasi


a. Pembangunan adalah suatu proses yang spontan, tidak dapat dibalikkan dan
menjadi sifat dari masing-masing Negara.
b. Pembangunan secara tersirat menuju ke differensiasi struktural dan
spesialisasi fungsional.
c. Proses pembangunan dapat dibagi menjadi tahap-tahapan yang berbeda,
yang menunjukkan tingkat pembangunan yang dicapai oleh setiap
masyarakat.
d. Pembangunan dapat dirangsang oleh persaingan ekstern atau ancaman
militer dan intern serta modernisasi sektor-sektor tradisional.
2. Pokok paradigma ketergantungan
a. Rintangan-rintangan yang paling penting bagi pembangunan bukan tidak
adanya modal atau kecekatan kewiraswataan. Hal-hal ini bersifat eksternal
bagi perekonomian yang kurang berkembang.
b. Proses pembangunan dianalisa dalam arti hubungan antara kawasan-
kawasan, yaitu pusat dan pinggiran.
c. Karena kenyataan bahwa kawasan pinggiran itu kehilangan hak atas
surplusnya, pembangunan di pusat secara tersirat. Berarti keterbelakangan di
derah pinggiran.
d. Bagi suatu Negara pinggiran perlu memisahkan diri dan berjuang untuk
mandiri.
Paradigma manapun yang akan diikuti oleh negara-negara berkembang dalam
pembangunan sosial ekonomi mereka maka yang paling utama harus dilakukan
adalah pembangunan manusia-manusia yang akan melaksanakan transformasi sosial

16
ekonomi yang diingini. Semua pembangunan mengandung unsur-unsur penggunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua pembangunan menuntur perubahan nilai dan
sikap. Semua pembangunan memerlukan keterampilan-keterampilan yang bermacam
untuk menggunakan teknologi baru. Semua kebutuhan-kebutuhan pembangunan ini
memerlukan pengembangan pendidikan yang akan menghasilkan manusia-manusia
yang diperlukan untuk melaksanakan transformasi sosial budaya masyarakat bangsa-
bangsa yang masih terbelakang.

F. Hubungan Hubungan Pendidikan dan Perubahan Sosial Budaya Terhadap


Modernisasi Pembangunan
Pendidikan akan membuka pintu menuju ke dunia modern, karena hanya
dengan pendidikan dapat dilakukan perubahan sosial budaya, yaitu pengembangan
ilmu pengetahuan, penyesuaian nilai-nilai dan sikap-sikap yang mendukung
pembangunan dan penguasaan berbagai keterampilan dalam menggunakan teknologi
maju untuk mempercepat proses pembangunan semua aspek kehidupan manusia
sebagai bangsa disebut proses modernisasi.Pembangunan pendidikan membutuhkan
biaya yang besar dan hasilnya tergantung pada ketepatan cara serta jenis pendidikan
yang dikembangkan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan sosial ekonomi suatu
masyarakat.
Pendidikan memang meningkatkan pengetahuan seseorang, merubah nilai dan
sikap, meningkatkan keterampilan. Pendidikan dikatakan fungsional karena ia
mempersiapkan manusia-manusia yang akan merencanakan dan melaksanakan
pembangunan. Pendidikan juga dapat dikatakan disfungsional, karena tuntutan-
tuntutan dan harapan-harapan yang meningkat yang berkembang karena pendidikan
tidak dapat dipengaruhi oleh perkembangan bidang-bidang lain.
Menurut Idi (2011) Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan
perubahan sosial memiliki beberapa fungsi, yakni:
1. Melakukan reproduksi budaya.
2. Difusi budaya.

17
3. Mengembangkan analisis kultur terhadap kelembagaan-kelembagaan
tradisional.
4. Melakukan perubahan-perubahan dan modifikasi tingkat ekonomi sosial
tradisional.
5. Melakukan perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi
tradisional yang telah ketinggalan.
Arah perubahan sosial budaya, modernisasi atau pembangunan yang dijalani
suatu masyarakat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi membantu manusia
memecahkan hampir semua masalah yang dihadapinya untuk mencapai tingkat
“kesejahteraan atau kemakmuran” yang “diingini’ mereka merupakan arah yang akan
dituju oleh semua masyarakat bangsabangsa di seluruh dunia. Hidup di dunia
sekarang dan di masa depan menuntut penguasaan ilmu dan teknologi yaitu dengan
pendidikan. pembangunan pendidikan berkaitan dengan penbangunan institusi-
institusi sosial lainnya. Dan semuanya akan ditentukan oleh nilai-nilai dasar dari
masyarakat yang bersangkutan.
Pembangunan pendidikan juga memerlukan biaya yang besar, dukungan
sosial dan pengarahan. Biaya pendidikan yang besar hanya dapat diperoleh dalam
ekonomi yang bertuumbuh. Pengarahan pendidikan dapat dilakukan pemerintah yang
kuat dan berwibawa. Dukungan sosial diperlukan penyelarasan dan pengembangan
pendidikan dengan harapan dan realita sosial. Semua hal ini memperlihatkan
hubungan dan ketergantungan antara berbagai kehidupan dan berbagai institusi sosial
dalam perubahan sosial budaya atau proses pembangunan suatu masyarakat.

18
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Pendidikan dan perubahan sosial budaya memiliki hubungan keterkaitan
secaratimbal-balik dimana pendidikan menjadi objek dari perubahan sosial budaya.
Sedangkan perubahan sosial budaya tidak akan terjadi tanpa adanya bantuan dari
institusi pendidikan. Namun pendidikan tidak boleh larut dalam proses perubahan
sosial budaya terutama dalam mengantisipasi budaya asing dan memfilter budaya-
budaya tersebut agar budaya asli atau budaya lokal Indonesia sebagai warisan budaya
bangsa Indonesia tidak hilang atau luntur karena masuknya budaya asing. Pendidikan
harus tetap menjalankan fungsinya untuk mentransmisikan nilai-nilai budaya bangsa
yang diwariskan dari nenek moyang ke generasi berikutnya untuk dijaga dan
dilestarikan keberadaannya serta diwariskan pada generasi muda sebagai generasi
penerus bangsa yang akan memajukan bangsa Indonesia dalam semua bidang.
Pendidikan akan membuka pintu menuju ke dunia modern, karena hanya
dengan pendidikanlah dapat dilakukan perubahan sosial budaya, yaitu penyesuaian
nilai-nilai dan sikap-sikap yang mendukung, pengembangan ilmu pengetahuan,
pengembangan pola pikir, yang mendukung pembangunan dan penguasaan berbagai
keterampilan dalam menggunakan teknologi maju untuk mempercepat proses
pembangunan. Pembangunan pendidikan memerlukan biaya yang besar, dukungan
sosial dari pemerintah maupun masyarakat , serta pengarahan. Biaya pendidikan yang
besar hanya dapat diperoleh dalam ekonomi yang bertumbuh. Pengarahan pendidikan
dapat dilakukan pemerintah yang kuat dan berwibawa. Dukungan sosial diperlukan
menyelarasan dan pengembangan pendidikan dengan harapan dan realita sosial.
Semua hal ini memperlihatkan hubungan dan ketergantungan antara berbagai
kehidupan dan berbagai institusi sosial dalam proses perubahan sosial budaya atau
proses pembangunan suatu masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Astrid, S. 2006. Sosiologi Pembangunan. Michigan : Bina Cipta

Dube, S.C. 1988. Modernization and Development: The Search for Alternative
Paradigms. London : Zed Books Ltd.

Gumgum, Gumilar. 2001. Teori Perubahan Sosial. Yogyakarta :Unikom

Soekanto. 1989. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Ghalia


Indonesia.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan (Individu, Masyarakat, dan Pendidikan).


Jakarta: Rajagrafindo Persada

Jalianus, Nizwardi.2015. Perangkat Kuliah Landasan Ilmu Pendidikan. Padang :


UNP Press

Lauer. 2003. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Rineka Cipta

Manan, Imran. 1989. Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan. P2LPTK:Jakarta

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Suatu Pengantar (Perspektif Klasik, Modern,


Posmodern, dan Poskolonial). PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta

Pudjiwati Sajogyo. 2007. Sosiologi Pembangunan. Fakultas Pascasarjana IKIP.


Jakarta

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta

Syaiful Sagala. 2013. Etika & Moralitas Pendidikan. Prenada Media : Jakarta

Sztompka, 1994. The Sociology of Social Change. Blacwell Publishers : UK

20

Anda mungkin juga menyukai