Anda di halaman 1dari 10

MODEL MAKE A MATCH SEBAGAI SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA SISWA SEKOLAH DASAR


Rima Rikmasari, Faiza Kamaliah
Universitas Islam ‘45’ Bekasi
Email: r.rikmasari@gmail.com, kamaliah63@gmail.com

Abstrak
IPA disebut sebagai ilmu tentang alam dikarenakan mempelajari tentang gejala
alam berupa fakta, konsep dan hukum yang telah teruji kebenarannya melalui suatu
rangkaian penelitian. Agar tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai sesuai
hakikatnya maka dibutuhkan suatu pembelajaran yang ideal. Pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar tidak hanya diajarkan secara konvensional namun juga melalui
berbagai praktek-praktek dimana siswa dapat memahami perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungan sekitarnya.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar IPA materi gaya pada siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan
penelitian studi literatur yang menganalisis dan mengkaji hasil dari penelitian
sebelumnya yang memiliki tema yang relevan. Jenis Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dimana proses analisis data lebih menekankan pada
penyimpulan perbandingan tinjauan pustaka dari beberapa jurnal ilmiah. Penelitian
ini bermaksud untuk menjabarkan tentang penerapan model kooperatif tipe Make A
Match untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya siswa Sekolah Dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Make A Match dapat
meningkatkan hasil belajar IPA dalam tiga aspek yakni kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Model ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif
dan pembelajaran individual agar siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan
sehingga dalam pembelajaran IPA siswa menjadi aktif, senang dan antusias karena
berinteraksi dengan teman yang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan
pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi Gaya.
Kata Kunci: Model Make A Match, Hasil Belajar, IPA, Materi Gaya

Abstract
Science is called the science of nature because it learns about natural phenomena
in the form of facts, concepts, and laws that have been proven true through a series
of research. For the objectives of science learning to be achieved according to its
essence, ideal learning is needed. Science learning in elementary schools is not only
taught conventionally but also through various practices where students can
understand the changes that occur in the surrounding environment. Aims of this
study is improving science learning outcomes in style material for elementary
school students. This research is a literature study that analyzes and examines the

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


1
results of previous studies that have relevant themes. This type of research uses a
qualitative approach where the data analysis process emphasizes inferring a
comparison of literature reviews from several scientific journals. This study intends
to describe the application of a make a match type cooperative model improve
science learning outcomes for elementary school students. The results showed that
the application of the Make A Match model could improve science learning
outcomes in three aspects, namely cognitive, affective, and psychomotor. This
model combines the advantages of cooperative learning and individual learning so
that students learn in a pleasant atmosphere so in science learning students become
active, happy, and enthusiastic because they interact with other friends. Thus, it can
be concluded that Make A Match learning can improve student learning outcomes in
the science subject matter of Style.
Keywords: Make A Match, Learning Outcomes, Science

I. Pendahuluan Pembelajaran IPA di SD/MI


bertujuan agar siswa: 1)
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan mengembangkan rasa ingin tahu dan
Alam (IPA) merupakan salah satu mata suatu sikap positif terhadap sain,
pelajaran yang diajarkan di setiap teknologi, dan masyarakat, 2)
jenjang pendidikan dari mulai SD, SMP, Mengembangkan keterampilan proses
SMA. IPA disebut sebagai ilmu tentang untuk menyelidiki alam sekitar,
alam dikarenakan mempelajari tentang memecahkan masalah dan membuat
gejala alam berupa fakta, konsep dan keputusan, 3) Mengembangkan
hukum yang telah teruji kebenarannya pengetahuan dan pemahaman konsep-
melalui suatu rangkaian penelitian. konsep saint yang akan bermanfaat dan
Pembelajaran IPA diharapkan tidak dapat diterapkan dalam kehidupan
sekedar menghafal saja, melainkan sehari-hari (HJ.Kudisiah, 2018:199).
dapat membantu siswa untuk Keberhasilan pengajaran IPA
memahami fenomena-fenomena alam ditentukan oleh berbagai hal, antara lain,
yang terjadi. Menurut Depdiknas dalam kemampuan siswa dan kemampuan
(Ratunguri, 2015:3) pembelajaran IPA guru itu sendiri di dalam melaksanakan
di sekolah dasar menekankan pada proses belajar mengajar yang bermakna
pemberian pengalaman belajar secara sesuai dengan tujuan pengajaran IPA
langsung melalui penggunaan dan yang terdapat pada kurikulum. Agar
pengembangan keterampilan proses dan tujuan tersebut dapat tercapai guru
sikap ilmiah. Hal ini berarti harus kreatif dan inovatif dalam
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menerapkan berbagai model mengajar
tidak hanya diajarkan secara dalam upaya meningkatkan kualitas
konvensional namun juga melalui pembelajaran, sehingga siswa dapat
berbagai praktek-praktek dimana siswa memahami materi yang disampaikan
dapat memahami perubahan-perubahan dan kegiatan belajar mengajar dapat
yang terjadi di lingkungan sekitarnya. dikatakan berhasil.

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


2
Bundu dalam (Muakhirin, 2014:52) siswa. Upaya agar tujuan pembelajaran
yang mengemukakan bahwa hasil dapat tercapai adalah guru harus
belajar adalah tingkat penguasaan yang menggunakan metode atau model
dicapai siswa dalam mengikuti program pembelajaran yang tepat. . Seperti yang
belajar mengajar sesuai dengan tujuan dikatakan oleh Winaputra dalam (Tayeb,
pendidikan yang ditetapkan yang 2017:48) Model pembelajaran sebagai
meliputi aspek kognitif, afektif, dan kerangka konseptual yang melukiskan
psikomotor. Dari sisi siswa, hasil prosedur yang sistematis dalam
belajar merupakan tingkat mengorganisasikan pengalaman belajar
perkembangan mental yang lebih baik untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
bila dibandingkan pada saat sebelum dan berfungsi sebagai pedoman bagi
belajar. Tingkat perkembangan tersebut para perancang pembelajar dan para
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, pengajar dalam merencanakan dan
afektif dan psikomotor. Sedangkan dari melaksanakan aktivitas pembelajaran.
sisi guru, hasil belajar merupakan saat Salah satu model pembelajaran yang
terselesaikannya bahan pelajaran. dapat digunakan yaitu model
Menurut Moore dalam (Fauhah, pembelajaran Make A Match. Menurut
2021:327) indikator hasil belajar ada Huda dalam (Khomariah, 2016: 24)
tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif, model pembelajaran Make A Match
diantaranya pengetahuan, pemahaman, memberikan kesempatan bagi peserta
pengaplikasian, pengkajian, pembuatan, didik mencari pasangan sambil
serta evaluasi. 2) Ranah efektif, mempelajari suatu konsep atau topik
meliputi penerimaan, menjawab, dan tertentu dalam suasana yang
menentukan nilai. 3) Ranah menyenangkan. Salah satu keunggulan
psikomotorik, meliputi fundamental model ini adalah siswa mencari
movement, generic movement, pasangan sambil belajar mengenai
ordinative movement, creative konsep atau topik dalam suasana yang
movement. menyenangkan. Kelebihan model
pembelajaran make a match jika
Dalam kenyataannya pembelajaran dibandingkan dengan model
IPA saat ini cenderung membosankan, pembelajaran yang lain menurut Huda
dimana seharusnya dalam pembelajaran dalam (Rohmawati & Supriati,
IPA menjadikan siswa aktif dan kreatif 2019:160) yaitu: 1) Dapat
akan tetapi yang terjadi dilapangan meningkatkan aktivitas siswa, baik
adalah siswa menjadi pasif dan guru secara kognitif maupun fisik, 2) Karena
yang menjadi aktif sehingga tujuan terdapat unsur permainan, maka model
pembelajaran tidak optimal dan siswa make a match lebih menyenangkan
mudah melupakan materi pelajaran untuk siswa, 3) Meningkatkan
yang didapatnya. Tugas dan peran guru pemahaman siswa terhadap materi yang
tidak hanya sebagai pemberi informasi, dipelajari dan dapat meningkatkan
tetapi juga sebagai pendorong belajar motivasi belajar siswa, 4) Efektif
agar siswa dapat mengkonstruksi sebagai sarana untuk melatih keberanian
sendiri pengetahuan melalui berbagai siswa untuk tampil di depan kelas (saat
aktivitas yang menuntut peran aktif presentasi), 5) Efektif melatih

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


3
kedisiplinan siswa dalam menghargai domain) dan aspek keterampilan
waktu saat belajar. (psychomotor domain) yang melekat
pada diri setiap individu peserta didik.
II. Metode Penelitian Artinya melalui hasil belajar dapat
terungkap secara holistik. Adapun
Penelitian ini menganalisis dan
indikator hasil belajar menurut Straus,
mengkaji hasil dari penelitian
Tetroe, & Graham dalam Homroul
sebelumnya yang memiliki tema yang
Fauhah (2021: 327-328) adalah: 1)
relevan Penelitian ini menggunakan
Ranah kognitif memfokuskan terhadap
pendekatan kualitatif, proses analisis
bagaimana siswa mendapat
data lebih menekankan pada
pengetahuan akademik melalui metode
penyimpulan perbandingan tinjauan
pelajaran maupun penyampaian
pustaka dari beberapa jurnal ilmiah
informasi. Meliputi aspek Mengingat
beberapa media elektronik seperti
(C1); Memahami (C2);
internet, jurnal online, serta
Mengaplikasikan atau Menerapkan
perpustakaan online. Jenis penelitian
(C3); Menganalisis (C4); Mengevaluasi
yang digunakan oleh peneliti juga
(C5); Menghasilkan karya atau
beragam, mulai dari penelitian
mencipta (C6), 2) Ranah afektif
kuantitatif hingga penelitian tindakan
berkaitan dengan sikap, nilai, keyakinan
kelas.
yang berperan penting dalam perubahan
III. Hasil dan Pembahasan tingkah laku. Meliputi receiving
(menerima); responding (menanggapi);
Dalam penyelenggaraan proses valuing (menilai); organization
belajar mengajar dapat di lihat dari (mengelola); characterization
terjadinya perubahan yang di harapkan (menghayati), 3) Ranah psikomotorik,
sesuai dengan tujuan yang telah di keterampilan dan pengembangan diri
rumuskan. Tujuan yang di maksud yang digunakan pada kinerja
tersebut berupa hasil belajar siswa. keterampilan maupun praktek dalam
Suryani dalam (Nurmisanti et al., pengembangan penguasaan
2017:17) mengatakan Hasil belajar keterampilan. Meliputi aspek meniru;
siswa adalah gambaran kemampuan memanipulasi; keseksamaan; artikulasi
siswa yang diperoleh dari hasil dan naturalisasi.
penilaian proses belajar siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran. Ketuntasan belajar yang didapatkan
Berdasarkan kajian jurnal, oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa
permasalahan yang sedang dihadapi saat faktor. Faktor dari dalam meliputi
ini yaitu hasil belajar siswa yang rendah. kesehatan, bakat, minat, motivasi,
Sudijono dalam (Fatmawati & Yuliatin, intelegensi dan juga faktor dari keluarga
2019:13) mengatakan, hasil belajar misalnya perhatian orang tua terhadap
merupakan sebuah tindakan evaluasi anak apakah belum cukup atau malah
yang dapat mengungkap aspek proses kurang atau terdapat masalah keluarga
berpikir (cognitive domain) juga dapat yang dibawa ke sekolah. Sedangkan
mengungkap aspek kejiwaan lainnya, faktor dari luar dapat ditunjukkan
yaitu aspek nilai atau sikap (affective dengan adanya kreativitas guru dalam

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


4
menyampaikan materi ajar walaupun IPA siswa sekolah dasar pada materi
hanya dengan menggunakan metode Gaya. Hal ini sesuai dengan yang
ceramah bervariasi (ceramah, tanya dikemukakan Huda dalam (Mufida et
jawab, penugasan) dan terkadang al., 2018), dikatakan bahwa Make A
inkuiri. Hal ini diperkuat dengan Survei Match saat ini menjadi strategi penting
kemampuan pelajar yang dirilis oleh dalam ruang kelas karena tujuan dari
Programme for Internasional Student strategi ini antara lain: (1) Pendalaman
Assessment (PISA), pada desember materi; (2) Penggalian materi; dan (3)
2019 di Paris yang menempatkan Edutainment. Hal ini sesuai jika
kualitas pendidikan Indonesia di diterapkan pada mata pelajaran IPA
peringkat ke-72 dari 77 negara yang ada. karena materi IPA cakupannya luas dan
Survei PISA merupakan rujukan dalam perlu pendalaman materi yang lebih.
menilai kualitas pendidikan di dunia, Rusman dalam (Widyaningrum et al.,
yang menilai kemampuan membaca, 2017) mengungkapkan bahwa
sains dan matematika. Berdasarkan data penerapan metode ini dimulai dengan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teknik, yaitu siswa disuruh mencari
kualitas pendidikan di Indonesia masih pasangan kartu yang merupakan
sangat kurang dan jauh dari maksimal, jawaban/ soal sebelum batas waktunya,
terutama dalam pendidikan sekolah siswa yang dapat mencocokkan
dasar pada kemampuan membaca, sains kartunya diberi poin.
dan matematika.(Kusuma, 2019)
Model pembelajaran make a match
Keberhasilan proses pembelajaran ini cocok digunakan untuk
merupakan hal utama yang diharapkan meningkatkan aktivitas siswa saat
dalam pelaksanaan pendidikan di pembelajaran berlangsung. Hal tersebut
sekolah. Dalam proses pembelajaran, dikarenakan dalam pembelajaran ini
komponen utama adalah guru dan siswa. siswa diberikan kesempatan untuk
Berkaitan dengan simpulan di atas, guru berinteraksi dengan siswa lain. Suasana
hendaknya lebih inovatif dalam belajar dikelas juga dapat diciptakan
menerapkan metode, model maupun dengan suasana permainan, dimana
strategi pembelajaran yang tepat untuk terdapat kompetisi antar siswa untuk
digunakan dalam menyampaikan materi memecahkan masalah yang terkait
pembelajaran. Proses pembelajaran dengan topik pembelajaran, yang
yang menggunakan metode membuat siswa dapat belajar dalam
pembelajaran pada umumnya akan suasana yang menyenangkan. Hal ini di
berlangsung secara terarah dan perkuat dengan penelitian relevan yang
menyenangkan, sebaliknya membandingkan. Salah satu penelitian
pembelajaran yang berlangsung tanpa yang membuktikan bahwa model Make
menggunakan model pembelajaran akan A Match dapat meningkatkan hasil
terasa membosankan dan kurang belajar IPA di banding model lain yaitu
bermakna. dengan menggunakan model Rotating
Trio Exchange (RTE). Dari kedua
Penulis mengajukan model model tersebut terdapat perbandingan
pembelajaran Make A Match sebagai yang dilakukan oleh peneliti (Maisaroh
solusi untuk meningkatkan hasil belajar

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


5
Annis Mufida, Suharno, dan Chumdari hasil belajar siswa khususnya mata
(2015) dimana model Make A Match pelajaran IPA.
lebih baik daripada model Rotating Trio
Exchange (RTE). Terbukti dari hasil uji Model pembelajaran Make A Match
hipotesis yang menunjukkan terdapat memiliki beberapa kelebihan dan
perbedaan signifikan hasil belajar IPA kekurangan yang dikemukakan oleh
antara pembelajaran yang menggunakan Isjoni dalam (Juliana et al., 2018:36-37)
model pembelajaran Make A Match adalah sebagai berikut: a) Siswa
(SDN 5 Jepon) dan Rotating Trio mencari pasangan kartu pertanyaan dan
Exchange (SDN 1 Brumbung) pada jawaban sambil belajar mengenai suatu
siswa kelas VI SD Negeri Sedabin III konsep atau topik pembelajaran dalam
Jepon Tahun pelajaran 2014/ 2015 suasana menyenangkan, b) Model
dengan diperoleh harga thitung ≥ ttabel pembelajaran Make A Match dapat
yaitu 2,454 ≥ 2,00030. Sedangkan rata- digunakan pada semua mata pelajaran
rata nilai yang diperoleh siswa dari dan untuk semua tingkatan usia, c)
kedua SD yaitu pada siswa SDN 5 Dapat melibatkan siswa secara aktif
Jepon memperoleh nilai rata-rata 81,78 supaya dapat mengembangkan
dan siswa SDN 1 Brumbung pengetahuan, sikap, dan keterampilan
memperoleh nilai 73,45. Untuk nilai dalam pelaksanaan proses pembelajaran,
afektif siswa diperoleh data nilai rata- d) Melatih siswa untuk bekerja sama
rata untuk siswa SDN 5 Jepon adalah dengan siswa yang lain. Sedangkan
81,69 dan untuk siswa SDN 1 kelemahannya adalah: a) Diperlukan
Brumbung adalah 78,81 kemudian bimbingan dari guru untuk melakukan
untuk psikomotor diperoleh data rata- kegiatan, b) Waktu yang tersedia perlu
rata nilai siswa SDN 5 Jepon adalah dibatasi jangan sampai siswa terlalu
9,82 dan untuk siswa SDN 1 Brumbung banyak bermain-main dalam proses
adalah 72,81. pembelajaran, c) Guru perlu persiapan
bahan dan alat yang memadai.
Model Rotating Trio Exchange
(RTE) hampir sama dengan model Dalam penerapan model Make A
Make A Match, yaitu sama-sama belajar Match jika guru tidak mengarahkan
dengan berkelompok namun model siswa dengan baik, akan banyak siswa
Rotating Trio Exchange (RTE) yang kurang memperhatikan pada saat
memerlukan waktu yang cukup banyak presentasi pasangan, guru harus hati-
untuk merotasikan setiap kelompok hati dan bijaksana saat memberi
agar membentuk kelompok baru, selain hukuman pada siswa yang tidak
itu saat diskusi berlangsung terkadang mendapat pasangan, karena mereka bisa
hanya di dominasi oleh seseorang dalam malu. Maka dari itu, perencanaan
tiap kelompok sehingga siswa menjadi pembelajaran hendaknya dilakukan
kurang antusias sehingga proses secara baik dan lebih matang, alokasi
pembelajaran pun menjadi kurang waktu dan persiapan kelas agar tujuan
efektif dan efisien. Hal inilah yang aktivitas dan hasil belajar yang
membuat model pembelajaran Make A diharapkan dapat tercapai.
Match lebih efektif diterapkan untuk

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


6
Penulis menyusun langkah-langkah 4) Setiap siswa mendapatkan satu
model Make A Match dengan empat buah kartu.
tahapan sebagai berikut : 5) Guru memberikan waktu selama
5 menit bagi siswa untuk
1. Tahapan perencanaan, meliputi menemukan pasangan dari kartu
penyusunan RPP, tujuan yang dimilikinya.
pembelajaran, materi yang akan 6) Siswa yang telah menemukan
diajarkan, strategi pembelajaran pasangan dari kartu yang
atau model pembalajaran yaitu dimilikinya sebelum batas waktu
model Make A Match, langkah- diberi poin.
langkah kegiatan pembelajaran, 7) Siswa yang belum menemukan
lembar evaluasi, alat atau media pasangannya setelah batas waktu
dan sumber yang digunakan serta diminta membuat barisan sendiri.
penilaian. 8) Siswa diminta
2. Tahap Pelaksanaan, meliputi : mempersentasikan dari hasil
Kegiatan Awal: kartu yang didapatnya.
1) Guru mengucapkan salam ketika 9) Guru mengkonfirmasi kebenaran
memasuki kelas. dari soal dan jawaban
2) Guru mengajak siswa untuk 10) Guru memanggil pasangan
berdoa sebelum proses selanjutnya dan begitu
pembelajaran dimulai. seterusnya hingga selesai.
3) Guru mengabsen siswa. Kegiatan Akhir:
4) Guru memberikan apersepsi 1) Guru memberikan penguatan
5) Guru menyampaikan tujuan dan memberikan kesimpulan
pembelajaran yang akan dicapai. mengenai materi pembelajaran
hari ini yaitu tentang Gaya.
Kegiatan Inti:
2) Guru mengajak siswa berdoa
1) Guru menampilkan sebuah video dan salam sebelum pulang.
mengenai materi yang akan 3. Tahap Pengamatan, Pada tahap ini
dibahas, yaitu materi tentang mengamati tentang jalannya proses
gaya dan siswa diminta untuk pembelajaran dari awal hingga akhir
mengamati. pada saat pertemuan melalui lembar
2) Guru menyiapkan beberapa pengamatan atau lembar observasi
kartu yang berisi beberapa serta tes dengan Lembar Kerja Siswa
konsep atau topik mengenai (LKS). Mengevaluasi apa saja yang
materi gaya (kartu berwarna menjadi kendala dalam pelaksanaan
merah muda berisi soal dan pembelajaran, melihat kemajuan
kartu berwarna biru berisi pemahaman konsep siswa yang
jawaban). diukur dari hasil belajar Ilmu
3) Guru membentuk dua kelompok Pengetahuan Alam, pengumpulan
A dan B (Kelompok A data berupa nilai evaluasi setelah
memegang kartu soal, kelompok mendapatkan tindakan dan
B memegang kartu jawaban). menganalisa data.

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


7
4. Tahapan Refleksi, Pada tahap ini siswa dengan gaya belajar yang berbeda
perlu dilakukan untuk mengetahui secara merata lebih mudah memahami
sejauh mana efektivitas materi pelajaran gaya. 3)
pembelajaran menggunakan model Mengaplikasikan: mendorong siswa
Make A Match, melihat kelebihan untuk melakukan dan mengalami
dan kekurangan yang nampak praktik langsung dengan materi gaya
setelah menerapkan model Make A dalam proses pembelajaran, siswa akan
Match, dan dilakukan sampai batas lebih mudah mengaplikasikan kembali
pemahaman konsep siswa setiap pembelajaran IPA yang sudah
meningkat sesuai indikator hasil dipelajari. 4) Menganalisis: materi gaya
belajar yang disajikan dalam bentuk soal cerita
akan melatih siswa untuk menganalisa
Penulis menambahkan media permasalahan dan konsep yang harus
audiovisual berupa video yang disesuaikan untuk menyelesaikan soal
membedakannya dengan penerapan IPA. 5) Mengevaluasi: pada tahap
Make A Match lainnya. Adanya bantuan presentasi hasil kelompok, setiap
media audiovisual berupa video ini kelompok siswa diminta untuk saling
dipertimbangkan agar guru dapat memberikan tanggapan berupa kritik
dengan mudah menyampaikan materi dan saran, hal ini tentunya akan melatih
pelajaran. Media audiovisual akan kemampuan siswa dalam mengevaluasi.
menggambarkan pengetahuan, sehingga 6) Mencipta: tahap presentasi hasil akan
siswa dapat membangun penafsiran mendorong siswa belajar
mereka sendiri dari informasi yang mengkreasikan makna yang ia dapat
diperoleh. Selain itu, siswa mudah dari kelompoknya dengan yang ia dapat
untuk mengingat kembali materi yang dari kelompok lain untuk mencipta
telah dipelajari, sehingga makna baru. Pada ranah afektif siswa
memungkinkan peserta didik untuk akan dapat: 1) Siswa dapat
berpikir kritis, lebih cenderung untuk mendengarkan penjelasan dari guru
mencari informasi, dan lebih mengenai materi gaya. 2) Siswa dapat
termotivasi dalam proses belajar. mendiskusikan hasil kartu berisi materi
(soal/jawaban) yang ia dapatkan dengan
Dengan penggunaan model
pasangannya. 3) Siswa dapat
pembelajaran Make A Match pada
menyatakan pendapatnya ketika
pembelajaran IPA khususnya pada
temannya sedang melakukan persentasi.
materi Gaya diharapkan ada
4) Siswa sanggup menyesuaikan cara
peningkatan hasil belajar IPA siswa
belajar dengan model pembelajaran
pada ranah kognitif siswa akan mampu:
Make A Match yang diterapkan oleh
1) Mengingat: proses pembelajaran
guru. 5) Siswa dapat menunjukkan
yang melibatkan siswa dalam kegiatan
sikap tertib selama proses pembelajaran
pengamatan atau percobaan dengan
berlangsung. Begitu juga dalam ranah
materi gaya memudahkan siswa dalam
psikomotor siswa dapat: 1) Siswa dapat
mengingat setiap materi pelajaran yang
menunjukkan bahwa gaya dapat
disajikan oleh guru. 2) Memahami:
merubah gerak suatu benda dengan
dengan menggunakan model
memberikan contoh pada saat persentasi
pembelajaran Make A Match seluruh

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


8
dengan temannya di depan kelas. 2) IV. Kesimpulan
Siswa mempertunjukkan cara benda
bergerak dari suatu tempat ke tempat Prediksi hasil yang akan diperoleh
lain. 3) Siswa mampu dengan menggunakan model
mendemonstrasikan bagaimana suatu pembelajaran Make A Match adalah
gaya dapat merubah bentuk benda. 4) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Siswa dapat melaksanakan kegiatan dalam 3 aspek indikator hasil belajar
pembelajaran dengan model Make A yaitu aspek kognitif, afektif dan
Match sesuai dengan arahan guru. 5) psikomotor. Dalam hal ini penulis
Siswa dapat menggunakan suatu benda mendapat kesimpulan bahwa setelah
untuk membuktikan bahwa gaya dapat melakukan proses pembelajaran
merubah gerak dan bentuk suatu benda. menggunakan Model Make A Match,
seluruh siswa menjadi lebih aktif dalam
Berdasarkan penjelasan di atas, proses pembelajaran sehingga tidak ada
maka penulis mengajukan model lagi siswa yang pasif di kelas. Selain itu,
pembelajaran Make A Match sebagai model ini dapat membuat pelajaran IPA
solusi untuk meningkatkan hasil belajar menjadi lebih hidup, relevan dan
IPA siswa sekolah dasar pada materi menyenangkan sehingga dapat
Gaya. Hal ini sesuai dengan yang meningkatkan hasil belajar. Karya Tulis
dikemukakan Huda dalam Maisaroh et Ilmiah ini diharapkan dapat
al (2015), dikatakan bahwa Make A memberikan masukan bagi sekolah
Match saat ini menjadi strategi penting untuk memperbaiki proses
dalam ruang kelas karena tujuan dari pembelajaran, dan juga diharapkan
strategi ini antara lain: (1) Pendalaman dapat memberikan masukan bagi guru
materi; (2) Penggalian materi; dan (3) untuk dapat menggunakan dan
Edutainment. Hal ini sesuai jika memanfaatkan model Make A Match
diterapkan pada mata pelajaran IPA dalam proses pembelajaran untuk
karena materi IPA cakupannya luas dan meningkatkan hasil belajar IPA siswa
perlu pendalaman materi yang lebih. sekolah dasar.

DAFTAR REFERENSI
Fatmawati, E., & Yuliatin, R. (2019). Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament Dan Make A Match. 17(1), 27–37. Edukasi: Jurnal
Pendidikan, 17(1), 27–37.
Fauhah, H. (2021). Analisis Model Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), 9, 321–334.
HJ.Kudisiah. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Materi Gaya Menggunakan
Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN Bedus Tahun Pelajaran
2017/2018. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 4(2), 121.

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


9
Juliana, R., Ws, R., & Hodidjah, H. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Make A
Match dalam Peningkatan Pemahaman Siswa tentang Tokoh Pejuang Melawan
Penjajah Belanda di Kelas V SD . Pedadidaktika : Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 5(1), 32–42.
Kusuma, P. (2019). Peringkat 6 Terbawah, Indonesia Diminta Tinggalkan Sistem
Pendidikan “Feodalistik.” https://www.dw.com/id/peringkat-6-terbawah-
indonesia-diminta-tinggalkan-sistem-pendidikan-feodalistik/a-51541997
Muakhirin, B. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan
Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Sd. Jurnal Ilmiah Guru Caraka Olah Pikir
Edukatif, 0(1).
Mufida, M. A., Suharno, & Chumdari. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match Dengan Rotating Trio Exchange Terhadap Hasil
Belajar Ipa. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(6).
Nurmisanti, N., Kurniawan, Y., & Muliyani, R. (2017). Identifikasi Hasil Belajar
Ranah Kognitif Siswa Pada Materi Fluida Statis. JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan
Fisika), 2(1), 17. https://doi.org/10.26737/jipf.v2i1.199
Ratunguri, Y. (2015). Pembelajaran Berbasis Saintifik Terhadap Sikap Berpikir Ilmiah
Mahasiswa Program Studi PGSD Universitas Negeri Manado. PEDAGOGIA:
Jurnal Pendidikan, 4(1), 1. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v4i1.66
Rohmawati, R., & Supriati, N. (2019). Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Materi Sumber
Daya Alam Melalui Model Pembelajaran Make A Match Pada Siswa Kelas Iv Sd.
Journal of Elementary Education, 02(04), 156–165.
Soelistyarini, Titien Diah. Pedoman Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam Penelitian
dan Penulisan Ilmiah. 1–6. academia.edu.
Tayeb, T. (2017). Analisis dan Manfaat Model Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dasar
Islam, 4(02), 48–55.
Widyaningrum, I., Wahyudi, & Chamdani, M. (2017). Penggunaan Make A Match
Dengan Media Kartu Kata Dalam Peningkatan Kosakata Bahasa Inggris Bagi
Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Klirong Tahun Ajaran 2012/2013. Kalam Cendekia
Pgsd Kebumen, 5, 2–6.

PEDAGOGIK, Vol. IX, No 1. Februari 2021


10

Anda mungkin juga menyukai