NIM : 856741492
PRODI : S1-PGSD
UPBJJ-UT : PALEMBANG
MATKUL : Pembaharuan dalam Pembelajaran di SD (PDGK4505)
Guru kurang memperhatikan nasib anak. Dengan kata lain siswa terabaikan oleh guru.
Akibatnya perkembangan potensi anak mengalami berbagai hambatan. Anak belum mampu
mempelajari hal-hal secara terpisah-pisah yang disajikan secara abstrak, karena hal ini tidak
sesuai dengan karakteristik perkembangannya.Untuk itu diperlukan suatu alternatif pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak.
Sumber : www.kompasiana.com
2. Beberapa hal yang terkait dengan kelebihan atau Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran
Terpadu “Integrated Approach”
a. Keunggulan Pembelajaran Terpadu, pendekatan pembelajaran terpadu memiliki beberapa
keunggulan/keuntungan/kelebihan di antara lain ;
- Memberikan peluang dan motivasi bagi guru untuk mengembangkan materi pembelajaran
serta mendorong guru untuk mengembangkan kreatifitas;
- Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami
keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilaiatau tindakan yang terdapat
dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi;
- Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran, disamping menyederhanakan
langkah-langkah pembelajaran.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Terpadu “Integrated Approach”, Beberapa
kelemahan/kekurangan dari pendekatan terpadu yaitu:
- Aspek Guru:
Model ini menuntut guru memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreativitas tinggi,
keterampilan metodologik yang handal, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan
berani untuk mengemas dan mengembangkan materi secara luas dan terintegrasi.
- Aspek Siswa:
pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif baik, baik dalam
aspek intelegensi maupun kreatifitasnya.
- Aspek Sarana atau Sumber Pembelajaran:
pembelajaran terpadu memerlukan bahan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
berguna untuk menunjang dan memperkaya serta mengembangkan wawasan dan
pengetahuan yang diperlukan.
- Aspek kurikulum:
pembelajaran terpadu memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.
- Aspek Sistem Penilaian dan Pengukurannya:
pembelajaran terpadu tersebut membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran yang terpadu
dalam arti sistem yang berusaha menetapkan keberhasilan belajar siswa dilihat dari beberapa
mata pelajaran yang terkait, atau dengan kata lain, hasil belajar merupakan kumpulan dan
panduan penguasaan dari berbagai materi yang disatukan dan digabungkan (Sa’ud,dkk,2006).
3. Penjelasan keterkaitan Teori Belajar dan Pembelajaran Kelas Rangkap Menurut Beberapa Ahli
Pada dasarnya, Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang
mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola oleh
seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan
individual para siswa (Franklin, 1967). Namun demikian selain definisi tersebut, ada sebagian
praktisi pendidikan membedakan definisi dari multigrade dengan multiage karena perbedaan
tujuannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Elkind (1987), bahwa istilah multigrade di mana kelas yang
berbentuk seperti itu akan berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan satu guru di
ruangan yang sama pada suatu waktu. Para siswa di kelas tersebut tetap menggunakan kurikulum
yang spesifik untuk tingkatan kelasnya sendiri dan demikian pula dengan tingkat kesukaran
tesnya pun disesuaikan dengan tingkatan kelas mereka. Dengan demikian, kelihatan bahwa kelas
multigrade atau pembelajaran kelas rangkap model itu diadakan untuk alasan administrasi dan
ekonomi. Seperti halnya yang terjadi di sekolah-sekolah daerah terpencil di Indonesia banyak
guru yang merangkap kelas karena memang tidak ada tenaga guru bukan karena tujuan atau
alasan pendidikan. Lain halnya dengan istilah multiage yang mengacu pada praktek pembelajaran
kedua tingkatan usia dan kelas yang sengaja dicampur karena kepentingan tujuan pendidikan
yang diinginkan. Dengan demikian, telah terjadi pergeseran penggunaan pembelajaran kelas
rangkap yang ada di daerah terpencil hingga berkembang menjadi pembelajaran kelas rangkap
yang dirancang secara sistematis untuk alasan peningkatan efektivitas pembelajaran di kelas.
Bisa saja pembelajaran kelas rangkap yang dulu dilaksanakan masih berbentuk pengelolaan kelas
tradisional di mana pengaturan tempat duduk seluruh siswa menghadap ke arah papan tulis di
depan kelas, di mana guru dengan mudah dapat mengontrol seluruh siswanya. Namun demikian,
seperti diutarakan di atas, karena adanya pergeseran pemikiran sehingga muncul bentuk-bentuk
baru pembelajaran kelas rangkap, membuat pengaturan tempat duduk di kelas menyebar.
Yates (2000) mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kelas rangkap, di mana para siswa
bisa tinggal di kelas dengan satu guru dalam lebih dari satu tahun, membuat hubungan antara
para siswa, guru, dan orangtua menjadi dekat. Mereka mempunyai rasa percaya, rasa aman, dan
enak satu dengan yang lain, sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan nyaman. Hal
tersebut wajar, karena model pembelajaran kelas rangkap seperti itu di mana 2 atau 3 tingkatan
ada dalam satu kelas dengan satu atau beberapa guru mengajar secara tim tidak mengenal istilah
naik kelas atau tinggal kelas.
Namun demikian, menurut Suryan (2000) ternyata pendekatan pembelajaran kelas rangkap
bisa digunakan untuk kelas tradisional, di mana hanya terdapat pembelajaran satu tingkatan kelas
saja. Hal ini disadari bahwa sebenarnya pada kelas tradisional, juga berisikan para siswa yang
mempunyai berbagai tingkatan kemampuan dan mungkin usia, sehingga esensi pembelajaran
kelas rangkap tetap dapat digunakan untuk kelas tradisional sehingga prinsip-prinsip
pembelajaran kelas rangkap bisa diterapkan.
Terdapat beberapa alasan kenapa terjadinya pembelajaran kelas rangkap. Djalil dan Wardani
(1997) menguraikan dalam modulnya bahwa pembelajaran kelas rangkap diperlukan karena
alasan geografis, demografis, kurangnya guru, terbatasnya ruang kelas, dan adanya
ketidakhadiran guru di kelasnya karena sakit atau keperluan lainnya. Seperti juga yang
dikemukakan Jones di atas, bahwa dahulunya pada sebelum tahun 1990-an, atau malahan bagi
negara-negara seperti Indonesia, Mexico, India, bahkan Australia, masih banyak dijumpai
sekolah yang hanya mempunyai satu atau dua kelas saja yang digunakan bersama-sama oleh para
siswa dari berbagai tingkatan kelas. Hal ini disebabkan tempat tinggal para siswa yang berjauhan
sehingga demi efesiensi, pemerintah tidak mungkin mendirikan sekolah yang hanya melayani
beberapa siswa saja. Untuk itu didirikannya sekolah di suatu tempat dan siswa yang berjauhan
datang ke sekolah itu, dengan guru yang bisa melayani sejumlah kecil siswa dari berbagai
tingkatan kelas. Alasan lainnya, karena memang kesulitan mencari tenaga guru (tenaga guru
kurang), sehingga pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan para siswa di suatu daerah tertentu
dengan rasio jumlah guru yang seimbang. Alasan-alasan yang dipaparkan itu mulai tidak dipakai
lagi untuk mengelola pembelajaran kelas rangkap (terutama di negara Barat, sedangkan beberapa
negara di Asia, Amerika latin, dan Indonesia hingga kini masih menggunakan alasan tersebut
untuk adanya pembelajaran kelas rangkap).
4. Berikut beberapa aktivitas bermain yang cocok buat anak sekolah dasar, meski terdengar
sederhana, permainan ini juga bisa menjadi salah satu pilihan game edukasi untuk anak SD
disekolah. Hal ini mungkin salah satu siasat yang manjur untuk mengatasi stres pada anak terkait
pelajaran sekolah.
1. Game tebak kata Cara memainkan game edukasi untuk anak SD ini mudah, yakni sebagai
berikut.
- Anda memilihkan sebuah kata yang Anda beri tahu kepada anak pertama
- Kemudian biarkan anak pertama memperagakan kata tersebut sehingga anak kedua bisa
- Jika anak kedua berhasil menebak kata tersebut, biarkan mereka bertukar posisi, dan
lakukan seterusnya secara bergantian.
Selain mendorong anak agar lebih percaya diri, permainan ini mungkin bisa jadi salah satu
cara agar anak-anak Anda lebih akur dan kompak. Permainan tebak kata juga bisa
memperkaya kosakata bahasa yang dimiliki oleh anak-anakAnda.
5. Menurut Horward Gardner ada 9 bentuk kecerdasan pada anak, atau disebut juga kecerdasan
majemuk (multiple intelligences). Sembilan kecerdasan majemuk tersebut berupa kecerdasan
musikal, naturalis, linguistik, interpersonal, intrapersonal, visual spasial, logika matematika,
kinestetik, dan moral. Oleh karena itu, orang tua tidak dapat hanya mengandalkan nilai rapor
untuk mengetahui kecerdasan anak. Ketika anak tidak menunjukkan kemampuan mengagumkan
dalam pelajaran berhitung, misalnya, bisa jadi dia memiliki kecerdasan lebih tinggi di aspek lain.
Berikut adalah macam-macam kecerdasan majemuk pada anak serta cara untuk
mengembangkannya:
1. Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan bahasa meliputi kemampuan untuk mengolah kata, tata bahasa, serta menuangkan
informasi dan ide menggunakan tulisan. Anak yang memiliki kecerdasan bahasa atau lingustik
ini tampak kuat dalam hal mengingat kata-kata, mudah bercerita meski kalimat yang diucapkan
belum jelas, maupun suka membaca buku. Untuk mengembangkan kecerdasan bahasa anak,
orang tua dapat mengajaknya bernyanyi, sering mengajak anak mengobrol, dan sering bermain
kata. Selain itu, orang tua juga bisa merangsang kemampuan bahasa anak dengan membaca cerita
dongeng bersama.
2. Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan logika matematika meliputi kemampuan berpikir logis, memahami sebab akibat,
suka teka-teki, serta ketertarikan terhadap angka. Kecerdasan majemuk ini dapat ditunjukkan
dengan ketertarikan si Kecil pada analisis masalah angka. Nah, untuk merangsang kecerdasan
tipe ini, orang tua dapat mengenalkan konsep angka dan berhitung sedini mungkin, mengajak
anak melakukan permainan strategi, serta melakukan percobaan ilmiah sederhana.
5. Kecerdasan Musikal
Salah satu dari 9 kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner adalah kecerdasan musikal.
Kecerdasan ini meliputi kepekaan tinggi terhadap nada, cepat menghafal irama dan lagu, dan
senang bernyanyi. Kecerdasan musikal dapat diasah dengan cara mengajari anak bermain alat
musik dan mengajak bernyanyi. Lewat latihan yang diajarkan, nantinya si Kecil mampu
menganalisis nada hingga menciptakan lagu.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berhubungan baik dengan orang lain, memahami
perasaan orang lain, dan menikmati keberadaan di tengah-tengah kelompok. Kecerdasan
interpersonal berhubungan dengan keterampilan sosial atau interaksi dengan orang lain. Cara
mengembangkan kecerdasan majemuk ini adalah dengan mengajak anak beraktivitas bersama
orang-orang baru, mendorongnya untuk berinteraksi dengan orang lain, serta mengikutsertakan
anak dalam bakti sosial.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan mengenali diri sendiri, mengekspresikan
perasaan, percaya diri, dan mampu menyatakan apa yang disukai dan tidak disukai. Dengan
memiliki kecerdasan ini, anak dapat mengetahui potensi, punya tujuan dan mampu
mengendalikan keinginannya. Untuk mengembangkan kecerdasan majemuk ini, orang tua dapat
melatih si Kecil untuk tekun dan bertanggung jawab atas tugasnya, serta mempercayakannya
terhadap tugas-tugas tertentu.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis ini meliputi ketertarikan mempelajari alam serta memiliki kepekaan
terhadap lingkungan, hewan, tumbuhan, dan luar angkasa. Anak yang memiliki kecerdasan
naturalis yang menonjol akan tertarik untuk memahami semua jenis makhluk hidup yang dilihat.
Untuk mengasah rasa penasarannya dan mengembangkan kecerdasan naturalis si Kecil, orang tua
bisa mengajaknya untuk memelihara tumbuhan atau hewan, berwisata di alam, dan memaparkan
ilmu seputar alam.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial adalah salah satu kecerdasan majemuk yang tampak ‘berat’ untuk anak-
anak. Pada tipe kecerdasan ini, anak senang mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban
mendalam tentang keberadaan manusia. Misal, “Mengapa kita hidup?”, “Apa itu kematian?”, dan
lainnya. Tak jarang kecerdasan eksistensial dihubungkan dengan kecerdasan spiritual. Dengan
mengetahui jenis-jenis kecerdasan majemuk pada anak, orang tua dapat memberikan
pengembangan belajar yang lebih bervariasi. Di sisi lain, pastikan pula nutrisi anak mendukung
agar tumbuh kembangnya lebih optimal.