Anda di halaman 1dari 4

Kerjakanlah Tugas Tutorial 1 ini dengan lengkap

No, Soal Skor


1 Buatlah contoh dalam penerapan materi belajar Bruner dan 30
Piaget!
Menurut Anda setelah membuat contoh di atas teori belajar
siapakah yang terbaik?

2 Jelaskan setelah Anda memahami modul 2 Pendekatan 20


belajar apa saja yang Anda ketahui dan menurut Anda
pendekatan belajar apa yang terbaik untuk materi IPA Sd

3 Setelah Anda memahami Modul 3 tentang metode 25


pembelajaran IPA Sd menurut Anda metode pembelajaran
IPA apa saja yang cocok diterapkan di SD buatlah satu
contoh!

4 Lengkapi table metode belajar pembelajaran IPA SD dengan


pokok bahasan:
1. Energi dan Gaya 25
2. Pencernaan Makanan
Tentukanlah metode belajar, proses pembelajaran dan
evaluasi yang sesuai dengan pokok bahasan tersebut

Pokok Bahasan Metode Mengajar Proses


Pembelajaran Evaluasi Belajar
1
2

Semua jawaban diskusi dibuat secara rinci


Copy paste utuh dari internet atau mengcopy dari teman, nilainya tidak di proses

Jawaban :
1. Contoh penerapan materi belajar Bruner dan Piaget:
Materi: Penjumlahan Bilangan Bulat
•Penerapan Materi Belajar Bruner:
Metode pembelajaran melalui pendekatan konstruktivis dengan menggunakan konsep
"pengajaran secara berjenjang" dari Bruner dapat diterapkan dalam pembelajaran




penjumlahan bilangan bulat. Guru dapat menggunakan pendekatan bertahap yang sesuai
dengan tingkat pemahaman siswa.
Contoh:
1. Langkah 1: Guru memperkenalkan konsep bilangan bulat positif dan negatif serta sifat
penjumlahan bilangan bulat.
2. Langkah 2: Guru memperkenalkan operasi penjumlahan bilangan bulat dengan contoh
yang sederhana, seperti 2 + (-3).
3. Langkah 3: Guru memberikan latihan kepada siswa untuk memecahkan penjumlahan
bilangan bulat secara bertahap, mulai dari contoh-contoh yang mudah hingga lebih
kompleks.

•Penerapan Materi Belajar Piaget:


Metode pembelajaran yang mengacu pada teori perkembangan kognitif Piaget dapat
diterapkan dalam pembelajaran penjumlahan bilangan bulat dengan memperhatikan tahapan
perkembangan kognitif siswa. Guru perlu memahami bahwa siswa berpikir dan memahami
konsep matematika berdasarkan tahap perkembangan kognitifnya.
Contoh:
1. Tahap sensorimotor (0-2 tahun): Tidak berhubungan langsung dengan penjumlahan
bilangan bulat.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun): Siswa mulai memahami konsep bilangan dan dapat
memecahkan penjumlahan bilangan bulat dengan bantuan manipulatif, seperti
menggunakan alat hitung sederhana.
3. Tahap konkret operasional (7-11 tahun): Siswa dapat memahami konsep penjumlahan
bilangan bulat secara konkret dan mampu memecahkan penjumlahan dengan manipulasi
angka.
4. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas): Siswa dapat memahami konsep penjumlahan
bilangan bulat secara abstrak dan dapat memecahkan penjumlahan dengan angka secara
matematis.

Setelah membuat contoh di atas, sulit untuk menyatakan teori belajar mana yang terbaik
antara Bruner dan Piaget. Keduanya memiliki kontribusi yang penting dalam memahami
proses belajar dan perkembangan kognitif. Bruner menekankan pentingnya pendekatan
berjenjang dan konstruktivis dalam pembelajaran, sementara Piaget fokus pada tahapan
perkembangan kognitif siswa.
Dalam penerapan materi belajar Penjumlahan Bilangan Bulat, pendekatan Bruner dapat
membantu guru memperkenalkan konsep secara bertahap, memungkinkan siswa membangun
pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman langsung. Metode ini dapat membantu siswa
yang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda dalam mempelajari penjumlahan bilangan
bulat.
Di sisi lain, penerapan teori Piaget dapat membantu guru memahami perkembangan kognitif
siswa dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran. Dengan mempertimbangkan tahapan
perkembangan kognitif, guru dapat menggunakan strategi dan bahan ajar yang sesuai dengan
tingkat pemahaman siswa. Misalnya, siswa pada tahap praoperasional mungkin membutuhkan
manipulatif atau alat hitung sederhana untuk membantu mereka memecahkan penjumlahan
bilangan bulat, sedangkan siswa pada tahap konkret operasional mungkin dapat memahami
konsep secara konkret dan menggunakan manipulasi angka.

Pada akhirnya, keduanya memiliki keunggulan dan memberikan kontribusi yang berharga
dalam pembelajaran. Penerapan yang efektif dapat menggabungkan elemen-elemen dari
kedua teori ini untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih holistik dan sesuai
dengan kebutuhan siswa.

2. Setelah memahami modul 2, ada beberapa pendekatan belajar yang dapat dipertimbangkan untuk
materi IPA di SD. Berikut adalah beberapa pendekatan yang umum digunakan:
1. Pendekatan Saintifik: Pendekatan ini mendorong siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah melalui proses penyelidikan dan eksperimen. Siswa diajak
untuk mengamati, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis, dan
menyimpulkan. Pendekatan ini menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir
kritis dan pemecahan masalah.
2. Pendekatan Kontekstual: Pendekatan ini menempatkan materi pelajaran dalam konteks
yang nyata dan berarti bagi siswa. Siswa diajak untuk menghubungkan konsep-konsep
IPA dengan situasi atau fenomena sehari-hari. Dalam konteks ini, siswa dapat melihat
relevansi dan kegunaan dari konsep-konsep tersebut.
3. Pendekatan Kolaboratif: Pendekatan ini mendorong siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok kecil atau tim dalam memecahkan masalah atau melakukan proyek IPA. Siswa
saling berinteraksi, berbagi ide, dan mendiskusikan solusi bersama. Pendekatan
kolaboratif ini dapat meningkatkan pemahaman siswa melalui diskusi dan refleksi
bersama.
4. Pendekatan Berbasis Masalah: Pendekatan ini menekankan pada pemecahan masalah
nyata dalam konteks IPA. Siswa diberikan masalah atau tantangan yang relevan dengan
materi IPA yang dipelajari, dan mereka harus mencari solusi melalui pemahaman konsep-
konsep yang telah dipelajari. Pendekatan ini mendorong siswa untuk terlibat secara aktif
dan memberikan motivasi intrinsik.
Pilihan pendekatan belajar terbaik untuk materi IPA di SD dapat bergantung pada banyak faktor,
termasuk tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan sumber daya yang tersedia. Namun,
pendekatan yang efektif akan mencakup elemen-elemen dari beberapa pendekatan di atas, dengan
penekanan pada pemahaman konsep, pengembangan keterampilan berpikir kritis, keterlibatan
siswa secara aktif, dan penerapan konsep-konsep dalam konteks nyata. Penting bagi guru untuk
memilih dan mengadaptasi pendekatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
memberikan pengalaman pembelajaran yang menarik dan bermakna dalam pembelajaran IPA.

3. Beberapa metode pembelajaran IPA yang cocok diterapkan di SD antara lain:


1. Metode inkuiri
2. Metode demonstrasi
3. Metode eksperimen
4. Metode pembelajaran berbasis proyek
Contoh penggunaan metode pembelajaran IPA di SD adalah dengan menggunakan metode
inkuiri. Guru dapat memberikan sebuah pertanyaan atau masalah terkait fenomena alam atau
sains yang menarik perhatian siswa. Kemudian, siswa diarahkan untuk mencari jawaban atas
pertanyaan atau masalah tersebut melalui pengamatan, eksperimen, dan mencari informasi. Guru
berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk mengembangkan pengetahuan mereka
sendiri.
Contohnya, guru dapat memberikan pertanyaan "Mengapa air bisa mengalir?" kepada siswa.
Siswa kemudian dapat melakukan pengamatan terhadap air, mencari informasi mengenai sifat-
sifat air, dan melakukan eksperimen dengan mengalirkan air melalui beberapa benda, seperti pipa

dan corong. Dari hasil pengamatan dan eksperimen, siswa dapat mengembangkan pemahaman
mereka sendiri mengenai alasan mengapa air bisa mengalir. Guru dapat membantu siswa
mengkaitkan hasil penemuan mereka dengan konsep-konsep sains yang relevan, seperti tekanan
dan gravitasi. Dengan metode inkuiri, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan mandiri, serta memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep-konsep sains.

4. Berikut adalah lengkapan tabel metode pembelajaran IPA SD dengan pokok bahasan "Energi dan
Gaya" dan "Pencernaan Makanan":
Pokok Bahasan: Energi dan Gaya
Metode Mengajar: Demonstrasi
Proses Pembelajaran: Guru melakukan demonstrasi langsung mengenai konsep energi dan gaya.
Guru dapat menggunakan contoh-contoh konkret, seperti menunjukkan bagaimana gaya gravitasi
bekerja dengan menjatuhkan benda, atau menggambarkan bagaimana energi dapat diubah dari
satu bentuk ke bentuk lain. Siswa dapat mengamati dan mengikuti demonstrasi, serta mengajukan
pertanyaan terkait konsep yang sedang dipelajari.
Evaluasi Belajar: Guru dapat melakukan evaluasi berdasarkan partisipasi siswa selama
demonstrasi, pemahaman siswa melalui pertanyaan yang diajukan, atau melalui tugas berbasis
demonstrasi yang melibatkan siswa dalam menerapkan konsep energi dan gaya.
Pokok Bahasan: Pencernaan Makanan
Metode Mengajar: Pembelajaran Berbasis Proyek
Proses Pembelajaran: Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil dan memberikan
proyek terkait pencernaan makanan. Misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat model sistem
pencernaan manusia menggunakan bahan-bahan yang ada. Selama proses pembelajaran, siswa
akan melakukan riset, merencanakan, bekerja dalam tim, dan menyajikan hasil proyek mereka.
Mereka akan mempelajari tentang proses pencernaan makanan secara menyeluruh dan memahami
peran masing-masing bagian dalam sistem pencernaan.
Evaluasi Belajar: Evaluasi dapat dilakukan melalui presentasi proyek siswa, laporan tertulis, atau
penilaian individu dan kelompok. Guru dapat mengevaluasi pemahaman siswa terhadap proses
pencernaan makanan, kemampuan mereka dalam berkomunikasi, serta keterampilan kerja sama
dalam tim.
Penting untuk dicatat bahwa metode pembelajaran yang terbaik dapat bervariasi tergantung pada
konteks kelas, kebutuhan siswa, dan sumber daya yang tersedia. Penting bagi guru untuk memilih
dan mengadaptasi metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
karakteristik siswa untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dalam materi IPA.

Anda mungkin juga menyukai