Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATERI

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DISUSUN OLEH: JEKLINA YIMSI

NIM:201601111134068

UNIT PROGRAM PELAKSANAAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2018
A. Pengertian Manajemen Sekolah

1. Pengertian Manajemen

a. Menurut kamus umum bahasa inggris manajemen atau management artinya


pengelolaan, pengaturan atau penyelenggaraan agar sesuatu yang dikelola
dapat berjalan lancar, efektif dan efisien.
b. Menurut George R. Terry mengemukakan Manajemen adalah pencapaian
suatu tujuan dengan mempergunakan kegiatan orang lain.
c. Menurut Jordan P. Siagian Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan
untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui
kegiatan orang lain.
d. Mulyasa (2002:24) ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi
pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan suatu strategi untuk memperbaiki
mutu pendidikan melalui pengalihan otoritas pengembalian keputusan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan kemasing-masing sekolah, sehingga
kepalah sekolah, guru, orang tua peserta didik, dan masyarakat setempat
mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap proses pendidikan, dan juga
mempunyai tanggung jawab untuk mengambil keputusan yang menyangkut
pembiayaan personal, dan kurikulum sekolah.
e. Menurut sukiono (2003 : 35) pada dasarnya manajemen berbasis sekolah
merupakan manajemen yang transparan, memiliki akuntabilitas terhadap
masyarakat, dan melibatkan stakholder dalam pengambilan keputusan.
f. Mulyasa (2002 :12) mengemukakan bahwa manajemen berbasis sekolah
merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang
lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta didik.
g. Hari Sudradjad (2005 : 42) operasional manajemen berbasis sekolah dapat
didefinisikan sebagai pelaksana fungsi-fungsi manajemen semua komponen
pendidikan di sekolah.
h. Manajemen berbasis sekolah merupakan paradigma baru pendidikan yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan maksud agar sekolah
leluasa mengelolah sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasihkannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan.
Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa manajemen merupakan suatu
pencapaian atau kemampuan untuk mengelola suatu hasil agar dapat mencapai
suatu tujuan melalui kegiatan orang lain.

2. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

a. Menurut Nurkholis Manajemen Berbasis sekolah terdiri dari 3 kata, yaitu:

1. Manajemen diartikan sebagai proses pengelolaan sumber daya secara


efektif untuk mencapai tujuan.
2. Berbasis mempunyai kata dasar basis atau dasar.
3. Sekolah menunjuk pada lembaga tempat berlangsung proses belajar
mengajar

Berdasarkan ketiga istilah diatas, maka Manajemen Berbasis sekolah


diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan
sumber daya yang didasarkan pada sekolah itu sendiri dalam proses
pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

b. Menurut Slamet, Manajemen Berbasis sekolah adalah pengkoordinasian dan


penyesuaian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah melalui
sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka
pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang
terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan.
c. Menurut Myers dan Stonehil mengemukakan bahwa manajemen berbasis
sekolah merupakan strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan
mentransfer otoritas pengambilan keputusan secara signifikan dari pemerintah
pusat dan daerah ke sekolah-sekolah secara individual.

Kesimpulan yang bisa diambil dari pendapat para ahli diatas yaitu: manajemen
berbasis sekolah adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan
sumber daya yang didasarkan pada sekolah itu sendiri dengan melibatkan
semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah dalam proses
pengambilan keputusan untuk memperbaiki mutu pendidikan pada sekolah itu
sendiri.

B. Motif, Tujuan dan Manfaat

1. Motif Penerapan MBS

Menurut Edge ada beberapa motif yang diterapkan dalam MBS, yaitu:
a. Motif ekonomi
Tercatat bahwa orang yang mempunyai keuntungan dan kerugian serta
mempunyai informasi terbaik tentang apa yang sesungguhnya terjadi di
sekolah dengan menggunakan sumber daya dan bagaimana siswa belajar.
b. Motif Profesional
Hal ini menggambarkan bahwa para profesional sekolah mempunyai
pengalaman dan keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yang paling
tepat untuk sekolah dan siswanya.
c. Motif politik
Hal ini di dorong untuk mendorong adanya partisipasi demokratis dan
kestabilan politik dimana pemerintah pusat memberikan kesempatan
pengambilan keputusan di bidang pendidikan yang lebih besar kepada daerah.
d. Motif efisiensi administrasi
Hal ini menunjukan bahwa penerapan MBS sebagai alat efesiensi administrasi
di sekolah, menetapkan sekolah pada posisi terbaik untuk mengalokasikan
sumber daya secara efektif dalam menemukan kebutuhan para siswa.
e. Motif finansial
MBS dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan sumber pendanaan
sekolah secara lokal, yang pada gilirannya orang tua akan menjadi lebih
berkeinginan untuk menyumbangkan uang, tenaga dan sumber daya lain yang
diperlukan sekolah.
f. Motif prestasi siswa
Orang tua dan guru diberi otoritas untuk membuat keputusan atas nama
sekolah dimana itu merupakan dukungan untuk pencapaian prestasi siswa.

2. Tujuan dan manfaat MBS


Tujuan utama penerapan Manajemen Berbasis Sekolah pada intinya adalah untuk
penyeimbangan struktur kewenangan sekolah, pemerintah daerah pelaksanaan
proses dan pusat sehingga manajemen menjadi lebih efesien.
Tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah adalah untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Untuk lebih rinci yaitu:
1. Meningkatkan mutu pendidikan
2. Efesiensi pengelolaan

3. Releven pendidikan yang menyangkut mutu pembelajaran


4. Sumber daya manusia
5. Kurikulum yang dikembangkan
6. Tata pelayanan pendidikan
7. Meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggung
jawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan
akuntabilitas.
8. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang
akan di capai.
9. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya;
10. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;

Sementara itu ada 4 tujuan MBS yaitu:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah


dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Partisipasi, yakni meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengilan keputusan bersama.
3. Akuntabilitas, yaitu meningkatkan pertanggung jawaban sekolah kepada orang
tua, masyarakat dan pemerintah
4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang pendidikan yang
akan dicapai.

Manfaat MBS sendiri adalah untuk memberikan kewenangan besar kepada


sekolah untuk mengambil keputusan dimana sekolah mempunyai tanggung
jawab yang besar dalam mengelola pendidikan di dalam sekolah itu sendiri
dan bisa disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing dimana ini
diharapkan dapat mendorong semua unsur untuk menjadi lebih berperan aktif
dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan berorientasi pada
keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

C. Perencanaan dan Makna MBS

Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam MBS, karena dengan
perencanaan sekolah akan menjadi lebih siap dan terencana dalam melaksanakan visi
dan misi sekolah serta menjalankan prosedur dan kegiatan yang telah direncanakan
dengan sebaik-baiknya.
MBS mempunyai makna bahwa pengelolaan sumber daya sekolah dilaksanakan dan
dilakukan oleh sekolah. Selanjutnya MBS di indonesia bertujuan untuk
memperdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan kepada sekolah dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipasi dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.

D. MBS dan Peningkatan Mutu Pendidikan

Keterkaitan antara MBS dan mutu pendidikan perlu ada pemahaman bersama tentang
konsep mutu oendidikan, karena persepsi tentang mutu berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya.

Pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti:


- Tenaga pengajar
- Peralatan
- Buku
- Biaya pendidikan
- Teknologi dan
- Input-input lainnya yang diperlukan dalam profesi pendidikan.

Adapun langkah-langkah untuk menjamin mutu pendidikan dimulai dari:


- Misi
- Tujuan
- Sasaran dan
- Target dalam bentuk desain perencanaan yang matang.

E. Prinsip-prinsip MBS

Adapun prinsip-prinsip MBS yaitu:

1. Otonomi sekolah
Diartikan sebagai kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus
dirinya sendiri (pengelolaan mandiri).
2. Fleksibelitas
Diartikan sebagai keluwesan-keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk
mengelola, memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal
mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah.
3. Peningkatan partisipasi
Diartikan sebagai penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratis dimana
dibutuhkan adanya partisipasi dari warga sekolah yaitu:
- Guru
- Siswa
- Karyawan
- Masyarakat
- Orang tua siswa
- Toko masyarakat
- Ilmuwan
- Usahawan dan lain sebagainya.

F. Karasteristik MBS

MBS memiliki 8 karasteristik yaitu:

1. Sekolah dengan MBS memiliki cita-cita menjalankan sekolah untuk memiliki


sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nila-nilai sekolah, membimbing
warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan.
2. Aktiivitas pendidikan dilaksanakan berdasarkan karasteristik kebutuhan dan
situasi sekolah.
3. Terjadinya proses pembelajaran strategi manajemen yang menyangkut hakekat
manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan,
pengugunaan kekuasaan dan keterampilan-keterampilan manajemen.
4. Keleluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk
mencapai tujuan pendidikan, guna memecahkan masalah-masalaha pendidikan
yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.
5. MBS menuntut peran aktif seklah, administtrator sekolah, guru, orang tua dan
pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah, dengan MBS swkolah
dapat mengembangkan siswa dan guru sesuai dengan karasteristik sekolah
masing-masing.
6. MBS menekankan hubungan antara manusia yang cenderung terbuka, kerja sama,
semangat tim dan komitmen.
7. Peran administrator sangat penting dalam keerangka MBS, termasuk di
dalamnnya kualitas yang dimiliki administrator.
8. Dalam MBS, efektifitas sekolah dinilai menurut indikator multi tingkat dan multi
segi, penilaian tentang efektifitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran
dan metode untuk membantu kemajuan sekolah.

G. Fungsi-fungsi Manajemen Berbasis Sekolah

Sedangkan fungsi-fungsi yang digarap oleh sekolah yaitu:

1. Proses belajar mengajar


2. Perencanaan dan evaluasi program sekolah
3. Pengelolaan kurikulum

4. Pengelolaan ketenagaan
5. Pengelolaan peralatan dan perlengkapan
6. Pengelolaan keuangan
7. Hubungan sekolah dan masyarakat
8. Pengelolaan iklim sekolah

H. Peran Serta Masyarakat

1. Pendidikan bukan hanya kewajiban pemerintah, sekolah dan guru, tetapi juga
keluarga dan masyarakat. Masyarakat diharapkan peranannya dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan pendidikan terutama dalam mendidik motivasi atau agama,
menyekolahkan anak dan membiayai keperluan anak. Dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, masyarakat berhak memperoleh pendidikan yang baik dan

bermutu pada saat yang bersamaan, masyarakat berkewajiban berperan secara


aktif untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan melalui:

- Penggalangan dana
- Sumbangan tenaga
- Pikiran

Serta hal lainnya yang dapat menjunjung peningkatan mutu pendidikan.

I. Komponen-Komponen Peran Serta Masyarakat

Yang termasuk komponen masyarakat ialah:


- Orang tua
- Siswa
- Tokoh masyarakat/ agama
- Dunia usaha
- Dunia industri
- Lembaga-lembaga sosial budaya

J. Peran Serta Orang Tua Dalam Pembelajaran


2. Peran Serta Orang Tua
Orang tua adalah salah satu mitra sekolah yang dapat berperan serta dalam
meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Dengan melalui orang tua kegiatan
belajar anak di rumah dapat dipantau. Bahkan orang tua juga dapat memberikan
masukan dan dukungan dalam merencanakan pengembangan sekolah.
Tujuan hubungan sekolah dengan orang tua adalah saling membantu dan saling
mengerti antara orang tua dan sekolah.

3. Peran Serta Orang Tua Dalam Pembelajaran

Orang tua tidak saja membantu belajar anak di rumah, tetapi juga bisa dilakukan
di sekolah.
Ada 7 jenis peran serta orang tua dalam pembelajaran, yaitu:

1. Menggunakan jasa pelayanan pendidikan yang tersedia di sekolah


2. Memberikan kontribusi dana, bahan, tenaga
3. Menerima secara pasif apapun yang diputuskan
4. Menerima konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan kepentingan anak.
5. Memberikan pelayanan tertentu
6. Melaksanakan kegiatan yang telah di delegasikan sekolah
7. Mengambil peran dalam pengambilan keputusan tertentu.

K. Keterkaitan Fungsi Pendidikan dengan Perkembangan Zaman

Pendidikan memiliki fungsi untuk mempersiapkan manusia menghadapi masa


depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif
sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Fungsi pendidikan
sendiri selalu berubah mengikuti peradaban yang selalu berkembang dimana
pendidikan juga dipandang sebagai proses perubahan sosial terencana atau
reformasi damai. Latar belakang berbagai relevensi yang ingin dituju itulah
yang pada gilirannya mempengaruhi desain atau sistem pendidikan, baik pada
aspek manajemen maupun substansi/ program pendidikan (kurikulum).

1. Model Pendidikan yang diharapkan

Dalam upaya mengakomodasikan berbagai ragam kepentingan, tingkat,


dan wilayah/lingkup relevansi maka sistem pendidikan harus memberikan
berbagai model alternatif yang kontekstual atau sesuai dengan aspirasi
masyrakat yang dilayani serta hubungannya dengan relevansi yang ingin
dicapai. Dengan demikian, model yang tepat adalah customized design,
yaitu desain atau sistem yang sesuai dengan kondisi, konteksm dan
aspirasi masyarakat.
Model yang tepat dalam pengelolaan pendidikan yang sesuai dengan alur
pikir ini adalah School Based Management (SBM) atau Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS). Dengan menerapkan MBS, sekolah dapat
merespons secara cepat dan tepat perubahan lingkungan, termasuk
tuntutan dan aspirasi masyarakat. Untuk itu MBS memberi peluang kepada
semua sekolah baik negeri maupun swasta untuk mengembangkan
kekhususan (ciri khas) dan mendorong kompetesi mutu sehingga akan
lahir sekolah-sekolah unggul dalam berbagai bidang yang berbeda, tanpa
harus menyebut diri “unggul”. Dampaknya, penyelenggaran peendidikan
menjadi lebih efektif dan efisien.

2. Keterkaitan Pendidikan Nilai Dengan MBS

Pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama menjadi penting


untuk tetap menumbuhkankembangkan tanggung jawab bersama di dalam
kehidupan suatu masyarakat (baik secara lokal, nasional, regional, global).
Nilai-nilai spiritual diperlukan untuk menyempurnakan kesejahteraan
manusia di dunia dan alam sesudahnya sehingga kehidupan menjadi lebih
bermakna.

Dikaitkan dengan nilai-nilai kebersamaan sesuai wilayah cakupan


berlakunya, ada nilai-nilai yang bersifat lokal, regional, nasional, dan
global/universal. Perangkat nilai ini hanya bisa dikembangkan melalui
manajemen yang berbasis sekolah dengan dukungan masyarakat.
Manajemen berbasis sekolah dengan dukungan masyarakat berupaya
memperkuat jati diri peserta didik dengan nilai-nilai sosial budaya
setempat, mensinergikannya dengan nilai-nilai kebangsaan dan
kemanusiaan serta nilai-nilai agama yang dianutnya. Dalam upaya
mewujudkan hal itu maka sekolah harus diberi kewenagan yang lebih luas
untuk mengambil keputusan pedagogis-instruksional yang didukung oleh
masyarakat. Pemberian keputusan itulah yang merupakan hakikat dari
SBM atau MBS. Sesuai pasal 51 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
3. Mengapa MBS Perlu Diperkenalkan Secara Luas

Manajemen Berbasi Sekolah (MBS) sudah ada di Indonesia sejak sebelum


Indonesia merdeka. Hal ini terbukti dengan adnya berbagai lembaga
pendidikan swasta, bahkan sebagaim besar berbentuk lembga pendidikan
“tradisional” yang berlandaskan agama maupun budaya. Sebagai konsep,
MBS telah diterrapkan di beberapa negara maju. Sebagai model
manajemen yang terkait dengan sistem pendidikan setempat, tidak satupun
negara yang menerapkan model yang sama dengan negara lainnya.
Demikian juga penerapannya di Indonesia, sangat terkait dengan sistem
pemerintah. Diperkenalkannya MBS di Indonesia cukup mendapat
respons/tanggapan yang positif meskipun tetap ada pro dan kontra baik
secara terus terang maupun diam-diam. Pada UU No. 22 tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan Pemerintah dan Kewenagan Provinsi sebagai Daerah
Otonomi, UU No 25 Tahun 2000btentang Propenas, dan Kepmendiknas
No 122/U/2001 tentang Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan,
Pemuda, dan Olahraga tahum 2000-2004, serta UU Sisdiknas Tahun 2003
memberikan landasan hukum yang kuat untuk diterapkannya Manajemen
Berbasis Sekolah. Untuk itu model MBS di indonesia diperkenalkan
dengan pendekatan fleksibel dan menyesuaikan diri dengan konteks
Indonesia serta dirintis dengan Manajemen PeningkataN Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS).

4. UU Sisdiknas Sebagai Kebijakan di Dalam Penyelenggaraan dan


Pengelolaan Pendidikan

Pasal 51 UU No. 30/2003 menyatakan sebagai berikut.

(1). Pengelolaan satuan pendidikan anaak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah.

(2). Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan


prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang
transparan.

(3). Ketentuan mengenai pengelolaan satuan pendidikan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.

Dengan demikian, prinsip MBS secara tegas dinyatakan dalam UU No.


20/2003 sebagai prinsip dalam pengelolaan pendidikan baik untuk
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sebagai kebijakan baru, MBS tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan
rangkaian dari seperangkat kebijakan yang saling terkait dan berhubungan
dengan standar nasional, kurikulum berbasis kompetensi, evaluasi yang
independen, akreditasi, sertifikasi, profesionalisme, ketenagaan,
pengalokasian dana dan sumberdaya pendidikan lainnya.

L. Langkah-langkah manajemen berbasis sekolah


1. Sosialisasi
Mensosialisasikan konsep manajemen berbasis sekolah ke seluruh warga sekolah
dan unsur-unsur terkait lainnya melalui seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media
masa.
2. Analisis
Melakukan analisis situasi sekolah dan luar sekolah akan membantu menghadapi
tantangan pada masa transisi dari manajemen terpusat.
Tentang ini berupa perbedaan keadaan sekarang dengan keadaan ideal seharusnya.
3. Menentukan tujuan
Dari tantangan tersebut kita lanjut pada merumuskan tujuan situasional yang akan
dicapai. Segera setelah tujuan situasional ditetapkan, kita berlanjut pada krikteria
kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya ditetapkan.

Selanjutnya setelah tujuan ditentukan dan krikteria kesiapan di tetapkan sekolah


bisa mulai menyusun program kesiapan sekolah. Kegiatan yang berkaitan dan
bersesuaian dengan tujuan dan tentu saja yang mampu meningkatkan kualitas dan
mutu sekolah.

M. Manfaat penerapan
Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah maupun
pihak sekolah yang secara langsung menjadi sasaran pelaksanaan. Hal ini karena
dalam melaksanakan program-program ini diterapkan prinsip-prinsip manajemen
berbasis sekolah (MBS), mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan
pro ses pelaporan dan umpan baliknya.
Dengan kata lain program-program yang dilaksanakan menganut prinsip-prinsip
demokratis,transparan, profesional dan akuntabel.. melalui pelaksanaanprogram ini
para pengelolah pendidikan disekolah termasuk kepala sekolah, guru, komite sekolah
dan tokoh masyarakat setempat dilibatkan secara aktif dalam setiap tahapan kegiatan.
Disinilah proses pembelajaran itu berlangsung dan semua pihak saling memberikan
kekuatan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan sekolah.
Adapun proses penerapan MBS dapat ditempuh antara lain dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam penigkatan mutu
pembelajaran di sekolah.
2. Unsur pemerintah kab/kota dalam hal ini instansi yang terkait antara lain dinas
pendidikan, badan perencanaan kab/kota, depertemen agama (yang mengenai
pendidikan MI/MTs dan MA),dewan pendidikan kab/kota terutama membantu
dalam mengkordinasikan dan membuat jaringan kerja(akses) ke dalam siklus
kegiatan pemerintah dan pembangunan pada umumnya dalam bidang pendidikan.
3. Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar(guru), kepala
sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) maupun staf kantor, pejabat-
pejabat di tingkat kecematan, unsur komite sekolah, pembelajaran yang bermutu
dan peran serta masyarakat.
4. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepalah sekolah,
guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran.
5. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten terhadap
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui sebagai kendala dan
masalah yang dihadapi, serta segerah dapat di berikan solusi /pemecahan masalah
yang diperlukan.
6. Mengelolah kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah untuk
peningkatan mutu pembelajaran, rehabilitas/pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan, dengan membentuk tim yang bersifat khusus menangani dan
sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan terhadaptim bantuan sebagai
pelaksakegiata tersebut:

Kekuasaan kepala sekolah memiliki kekuasaanyang lebih besar untuk mengambil


keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah di bandingkan dengan
sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini di maksud untuk memungkinkan
sekolah berjalan dengan efektif dan efisien.
Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apa bilang ia mendapat
dukungan partisipasih dari berbagai pihak, terutama guru dan orang tua siswa.
Seberapa besar kekuasaan sekplah tergantung padateori MBS.

Kekuasaan yang besar dimiliki oleh kepalah sekolah dalam pengambilan


keputusan perlu di laksanakan dengan demokratisantara lain dengan:
1. Melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orang tua siswa.
2. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberikewenangan untuk
mengambil keputusan yang releven dengan tugasnya.
3. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.

Pengetahuan kepalah sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi


seseorang yang berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan
ketrampilan dalam rangkah meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah
harus memiliki sistempengembangan sumberdaya manusia (SDM) lewat
berbagai pelatihanguna membekali guru dengan proses belajar mengajar .

Pengetahuan yang penting yang harus dimiliki oleh staf adalah:


1. Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sekolah,

Faktor pendukung keberhasilan manajemen berbasis sekolah


1. Kepentingan dan manajemen sekolah yang baik
2. Kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
3. Dukungan pemerintah
4. Profesionalisme

N. Alasan diterapkannya MBS


Otonomi lebih besar kepada sekolah
Fleksibilitas lebih besar kepada sekolah
DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Syarifudin, dkk. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta :


Depdikbud

Supriono. 2001. Manajemeb Berbasis Sekolah. Surabaya: Kerjasama Pemerintah RI


dan UNICEF-UNESCO.

Anda mungkin juga menyukai