Anda di halaman 1dari 10

KOMPONEN DAN ORGANISASI KURIKULUM

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tela’ah Kurikulum dan
Bahan Ajar Bahasa Arab

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Fauziah Bachtiar., S.Pd.I., M.Pd.I

KELOMPOK 2:

Ainun Almardiyah 210506502012

Nurhidayah Basmar 210506502011

Syahruni 210506501029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022/2023
A. KOMPONEN KURIKULUM
1. Pengertian Komponen
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak
terpisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri
mempunyai peranan dalam pembentukan sistem kurikulum. Sebagai
sebuah sistem, kurikulum mempunyai komponen-komponen. Seperti
halnya dalam sistem manapun, kurikulum harus mempunyai
komponen lengkap dan fungsional baru bisa dikatakan baik.
Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan baik apabila didalamnya
terdapat komponen yang tidak lengkap sekarang dipandang kurikulum
yang tidak sempurna.
Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen
yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yakni tujuan,
materi, metode, media, evaluasi. Komponen-komponen tersebut baik
secara sendiri maupun bersama menjadi dasar utama dalam upaya
mengembangkan sistem pembelajaran. Ada beberapa pendapat yang
menegaskan mengenai komponen kurikulum. Ralph W. Tyler
menyatakan ada empat komponen kurikulum yaitu tujuan, materi,
organisasi dan evaluasi. Senada dengan pendapat tersebut adalah Hilda
Taba menulis bahwa komponen-komponen kurikulum itu antara lain
tujuan, materi pelajaran, metode dan organisasi serta evaluasi.
Komponen-komponen kurikulum saling berhubungan. Setiap
komponen bertalian erat dengan komponen lainnya. Tujuan menetukan
bahan apa yang dipelajari, bagaiamana proses belajarnya dan apa yang
harus dinilai. Demikian pula penilaian dapat mempengaruhi komponen
lainnya.

2. Komponen-komponen Kurikulum
Komponen kurikulum terbagi menjadi 4 yaitu :
a) Komponen tujuan
Tujuan merupakan gambaran harapan, sasaran yang menjadi acuan
bagi semua aktivitas yang dilakukan untuk mencapainya. Istilah
yang lebih populer saat ini yang digunakan sebagai padanan tujuan,
yaitu "Kompetensi". Kompetensi merupakan rumusan kemampuan
berhubungan dengan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang harus direfleksikan dalam berfikir dan bertindak secara
konsisten.
Adapun jenis tujuan bisa dibedakan dari mulai tujuan yang sangat
umum dan bersifat jangka panjang sampai pada tujuan lebih
spesifik atau jangka pendek (segera) dengan urutan sebagai
berikut:
a. Tujuan Pendidikan Nasional sasaran akhir yang harus menjadi
inspirasi bagi setiap penyelenggara pendidikan pada setiap jenjang,
jalur dan jenis pendidikan di seluruh Indonesia. Dalam Undang-
undang no. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
b. Tujuan Pendidikan Lembaga (Institusional) merupakan sasaran,
harapan atau arah yang harus menjadi acuan untuk dicapai oleh
setiap lembaga pendidikan sesuai dengan jalur, jenjang dan jenis
pendidikannya. Istilah yang digunakan saat ini sebagai padanan
tujuan institusional ialah "Standar Kompetensi Lulusan/SKL"
Misalnya tujuan lembaga pendidikan dasar ialah "Meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut." (Peraturan Mendiknas no. 23 Tahun 2006).
c. Tujuan Kurikuler (Mata pelajaran) merupakan
kemampuan/kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa setelah
memelajari suatu mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
Adapun istilah yang saat ini digunakan sebagai padanan tujuan
mata pelajaran (kurikuler) yaitu "standar kompetensi".
d. Tujuan Pembelajaran (Instruksional) Merupakan penjabaran
lebih lanjut dari standar kompetensi, yaitu rumusan
kemampuan/kompetensi (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang
harus dimiliki secara segera dan bisa diketahui hasilnya setelah
setiap pembelajaran berakhir. Istilah yang digunakan saat ini
sebagai padanan tujuan pembelajaran adalah "kompetensi dasar
dan indikator" pembelajaran.

b) Komponen Isi/ materi


Komponen isi dan struktur materi merupakan materi yang
diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang
telah ditetapkan. Isi yang dimaksud biasanya berupa bidang-
bidang studi, misalnya, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA. IPS,
Fisika dan sebagainya. Bidang-bidang tersebut disesuaikan dengan
jenis dan jenjang pendidikan yang ada di suatu lembaga
pendidikan. Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang
diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam
rangka mencapai tujuan.

c) Komponen metode/ strategi


Merupakan pendekatan, strategi, dan sistem pengelolaan
pendidikan/pembelajaran yang dilakukan di setiap lembaga
pendidikan, sehingga program atau kurikulum yang telah
ditetapkan dapat berjalan secara efektif, efisien, dan akuntabel. Ada
tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan:
a. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject oriented)
b. Pendekatan yang berpusat pada siswa (student oriented)
c. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat

d) Komponen evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas
pencapaian tujuan. Fungsi evaluasi menurut Scriven (1967) adalah
evaluasi sebagai fingsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi
formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan
pencapaian tujuan dapat dikelompokan kedalam dua jenis, yaitu tes
dan non tes.
a. Tes, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
aspek kognitif atau tingkat penguasai materi pembelajaran.
Adapun jenis-jenis tes adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan jumlah peserta.


a. Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap sejumlah
siswa secara bersama-sama.
b. Tes individual adalah tes yang dilakukan kepada seorang siswa
secara perorangan.

2. Berdasarkan cara penyusunannya.


a. Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi yang
dibutuhkan oleh guru bersangkutan.
b. Tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa.
3. Dilihat dari pelaksanaannya.
a. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan cara menjawab
sejumlah item soal dengan cara tertulis. Ada dua jenis tes yang
termasuk kedalam tes tertulis ini, yaitu tes essai dan tes objektif.
b. Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara
lisan.
c. Tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan.

b. Non Tes, adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk


menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan
motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi,
diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala
penilaian.

B. ORGANISASI KURIKULUM
1. Pengertian Organisasi
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan
kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam
mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif.
Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi
proses pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan
pembelajaran, sebab menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan
cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk
pengalaman yang akan di sajikan kepada terdidik dan menentukan
peranan pendidik dan terdidik dalam implementasi kurikulum.
Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara
tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus diajarkan kepada anak-
anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung kepada beberapa
factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua
murid.
Ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum diantaranya:
1. Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan (sequence)
Setiap pola kurikulum memiliki ruan lingkupa materi pelajaran
yang berbeda. Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran
lingkup materi pelajarannya cenderung menyajikan bahan pelajaran
yang bersumber dari kebudayaan dan informasi atau pengetahuan hasil
temuan masa lalu yang telah tersusu secara logis dan sistematis.
Sementara itu, organisasi kurikulum integritas lingkup materi
pelajarannya diambil dari masyarakat maupun dari aspek siswa (minat,
bakat, dan kebutuhan). Tidak hanya lingkup materi pelajaran yang
harus diperhatikan dalam organisasi kurikulum, tetapi bagaimana
urutan bahan tersebut harus disajikan dalam kurikulum.
2. Kontinuitas Kurikulum
Yang perlu diperhatikan aalah substansi bahan yang dipelajari
siswa, jangan sampai terjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang
tidak jelas tingkat kesukarannya. Salah satu pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan spiral, artinya materi yang dipelajari
siswa semakin lama semakin mendalam yang dikembangkan berdasar
keluasan secara vertical maupun horizontal.
3. Keseimbangan bahan pelajaran
Semakin dinamis perubahan dan perkembangan dalam ilmu
pengetahuan, sosial budaya, maupun ekonomi akan berpengaruh
terhadap dimensi kurikulum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan
dalam keseimbangan pada organisasi kurikulum, yait keseimbangan
terhadap substansi bahan atausis kurikulum, dan keseimbangan yang
berkaitan dengan cara atau proses belajar.
4. Alokasi waktu
Hal yang tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan dalam
organisasi kurikulum adalah tentang alokasi waktu.

2. Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum


Di dalam sudi kurikulum dikenal beberapa bentuk organisasi
kurikulum yang memiliki ciri tersendiri, dan tampaknya mengalami
proses perkembangan secara berurutan sejalan dengan berbagai
penemuan baru dalam ilmu kurikulum. Bentuk yang paling dikenal dan
sangat meluas pemakaiannya adalah subject ciriculum. Subject berarti
mata pelajaran. Subject jangan dikacaukan dengan subject matter yang
berarti bahan pelajaran. Setiap kurikulum mempunya subject matter/
mempunyai bahan pelajaran tertentu. Jadi subject curriculum berarti
kurikulum yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Atau dalam
bahasa lain disebut subject centered curiculum artinya kurikulum yang
berpusat pada mata pelajaran. Karena mata pelajaran umumnya
disampaikan secara terpisah-pisah, maka disebut juga dengan separate
subject kurikulum.
Bentuk kurikulum tersebut banyak mendapat kritikan dari para
ahli. Diantara beberapa kritikannya adalah subject curriculum memberi
pengalaman kepada siswa yang lepas-lepas, atomistis, fragmentaris,
peserta didik hanya pasif, dan ada juga yang mengkritik bahwa subject
curriculum terlampau mengutamakan pengalaman umat manusia yang
lampau, yakni kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang yang
dituangkan dalam bentuk mata pelajaran sehingga pengetahuan peserta
didik hanya bersifat verbalistik. Dari berbagai kritikan tersebut,
kemudian lahirlah bentuk-bentuk kurikulum baru yang dirumuskan
oleh para ahli diantaranya integrated curriculum, activity curriculum,
experience curriculum, life curriculum, core curriculum, dan lain
sebagainya.
Untuk lebih jelasnya akan kita bahas beberapa bentuk dari
organisasi kurikulum tersebut:
1. Mata Pelajaran Terpisah (Subject Curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai
macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, terlepas, dan
tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata
pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Tujuan bentuk kurikulum
ini adalah agar generasi muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan selama berabad-
abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali apa
yang telah diperoleh generasi sebelumnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah-pisah lebih bersifat
subject centered (berpusat pada bahan pelajaran), daripada child
centered (berpusat pada minat dan kebutuhan peserta didik).
Kurikulum bentuk ini disusun berdasarkan pandangan ilmu jiwa
asosiasi, yaitu yang mengharapkan terjadinya kepribadian yang bulat
berdasarkan potongan-potongan pengetahuan. Berdasarkan pandangan
ilmu jiwa tersebut kepribadian yang utuh dapat dibentuk berdasarkan
sejumlah pengetahuan yang diperoleh secara terpisah. Dari segi ini
jelaslah kiranya bahwa kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan
pada pembentukan intelektual yang kurang mengutamakan
pembentukan kepribadian peserta didik secara keseluruhan.
2. Mata Pelajaran Gabungan (Correlated Curricuum)
Correlated curriculum adalah kurikulum yang menekankan
perlunya hubungan diantara satu pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya tetapi tetap memperhatikan cirri atau karakteristik tiap bidang
studi tersebut. Pada kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan
secara terpisah-pisah. Akan tetapi mata pelajaran yang memiliki
kedekatan atau yang sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu
bidang studi (broadfield), misalnya mata pelajaran biologi, kimia,
fisika, dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. Demikian juga
dengan mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi, dikelompokkan
dalam bidang studi IPS.
Prinsip berhubungan satu sama lain/ korelasi ini dapat
dilaksanakan dengan beberapa cara: pertama, antara dua mata
pelajaran diadakan hubungan secara incidental. Kedua,
memperbincangkan masalah-maalah tertentu dalam berbagai macam
pelajaran. Ketiga mempersatukan beberapa mata pelajaran dengan
menghilangkan batas masing-masing.
Penggabungan menjadi satu kesatuan ini dimaksudkan untuk
mengurangi kekurangan yang terdapat dalam bentuk mata pelajaran.
Dari bahan kurikulum yang terlepas-lepas diupayakan disatukan
dengan bahan kurikulum atau mata pelajaran yang sejenis sehingga
dapat memperkaya wawasan siswa dari berbagai disiplin ilmu. Namun
kenyataan dilapangan terbuki bahwa guru-guru masih berpegang pada
latar belakang pendidikannya. Umpamanya ketika seorang guru
sejarah mengajarkan bidang studi IPS, dalam pelaksanaannya masih
mengutamakan pelajaran sejarahnya daripada substansi IPS itu sendiri.
Demikian pula dalam penilaiannya cenderung akan banyak mengukur
atau menilai substansi sejarahnya daripada substansi IPS-nya. Salah
satu penyebabnya karena guru yang bersangkutan belum memahami
prinsip-prinsip pola penggabungan mata pelajaran tersebut.
3. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Integrasi berasal dari kata integer yang berarti unit. Dengan
integrasi dimaksud perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan
keseluruhan. Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan
bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan
batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya. integrated
curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit. Yang penting bukan
hanya bentuk kurikulum ini, akan tetapi juga tujuannya. Dengan
kebulatan bahan pelajaran diharapkan kita membentuk anak-anak
menjadi pribadi yang integrated, yakni manusia yang sesuai atau
selaras hidupnya dengan sekitarnya. Orang yang integrated hidup dan
harmoni dengan lingkungannya. Kelakuannya harmonis dan ia tidak
senantiasa terbentur pada situasi-situasi yang dihadapinya dalam
hidupnya. Apa yang diajarkan sekolah disesuaikan dengan kehidupan
anak di luar sekolah. Pelajaran membantu anak dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan di dunia nyata/ di luar sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, M.Pd:M.A. 1992. Pengembangan Kurikulum di Sekolah.


Bandung: Sinar Baru Algensindo

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat satuan

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang- undang


Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas

Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:


Remaja Rosdakarya

http://taneterilau.blogspot.com/2016/03/makalah-komponen-komponen-
kurikulum.html diakses pada tanggal 11 Maret 2023

https://hasbyeducation.blogspot.com/2017/03/organisasi-kurikulum.html diakses
pada tanggal 11 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai