1.Muhammad Eggy
2.Nofrianti arsela
3.vini arty
4.winda sunjapa
BAHASA INDONESIA DAN
PEMAKAIANNYA
Dalam undang – undang Dasar 1945 Bab XV , Pasal
dan penjelasannya, dinyatakan bahwa bahasa
indonesia adalah bahasa negara, dan bahasa daerah
yang dipakai sebagai alat penghubung dan dipelihara
oleh masyarakat pemakainya, dipelihara juga pleh
negara sebagai bagian kebudayaan nasional yang
hidup. Ketetapan majelis kemusyawaratan Rakyat No.
4/MPR/1978menggariskan bahwa pembinaan bahasa
daerah dilakukan dalam rangka pengembangan
bahasa indonesia dan untuk memperkaya
bendaharaan bahsa indonesia sebagai salah satu
sarana identitas nasional.
Jika kita teliti maka akan tampak bahwa bahsa
indonesia itu multifungsi yaitu menjadi bahsa negara
dan bahasa resmi, tetapi juga menjadi bahsa
pengantar di sekolah – sekolah dari taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi, menjadi bahsa
pergaulan, bahasa penghubung , dan bahasa
persatuan. Bahasa indonesia telah mempermudah
kita memperkembang kebudayaan kita, mempercepat
majunya proses pendidikan, dan yang terpenting ialah
mempermudah kita bersatu sebagai bangsa indonesia.
Dengan bahasa indonesia, kita merasa sebagai satu
bangsa, dan karena itu kita merasa senasib karena
terikat didalam satu ikatan bangsa.
Kita tidak mengingkari kenyataan bahwa kita terdiri atas
beratus – ratus suku bangsa yang masing-masing memiliki
bahasa daerahnya sendiri-sendiri,tetapi kenyataan itu
tidaklah mengurangi penghargaan kita terhadap bahasa
indonesia. Kita mengeakui bahwa bahasa daerah bagi
sebagian besar kita adalah bahasa yang pertama kali kita
kenal dala hidup kita. Bahasa daerah itu kita gunakan
dilingkungan keluarga, bahkan dilingkungan terdekat kita
yaitu desa atau dikampung , kemudian setelah masuk
sekolah, kita berkenal dengan bahasa indonesia. Bahasa
indonesia itu adalah bahasa kedua bagi kita. Satu hal yang
sangat menarik perhatian kita ialah bahwa walaupun
bahasa itu bahasa asing, kita merasa memiliki dua bahasa
sekaligus tanpa meletakkan yang satu diatas atau labh dari
yang lain. Kita adalah dwibasawan yang menguasai dua
bahasa.
Dan terkadang disamping itu selain bahasa daerah
kita dan bahasa indonesia, kita juga menguasai satu
dua bahasa daerah yang lain dan bahasa asing. Karena
itu, kita bukan hanya dwibasawan, melainkan juga
multibasawan yaitu orang yang menguasai banyak
bahasa sekaligus .
Penggunaan kita terhadap bahasa indonesia, bahasa
nasional kita, seakan-akan terganggu oleh bahasa daerah.
Saya katakan “seakan-akan terganggu”; mengapa?
Pertumbuhan bahsa indonesia itu banyak dipengaruhi oleh
bahasa daerah, sering sekali kita sadari, kita berbahasa
indonesia dengan struktur bahasa daerah. Artinya kata-
kata yang kita gunakan dalam bertutur ialah bahasa
indonesia, tetapi struktur kata atau kalimat yang kita
gunakan adalah struktur bahasa daerah. Struktur bahasa
daerah itu tekah mendarah daging dalam tubuh kita
sehingga sering secara tidak kita sadari muncul dalam
percakapan kita ketika kita menggunakan bahasa
indonesia. Bahasa yang kita gunakan menjadi terjemahan
secara harfiah bahasa daerah.
Perhatikan contoh-contoh berikut.
Apa kamu sudah makan ?
Opo kuwe wis mangan? (jawa)
Kalimat dengan struktur seperti diatas apa kamu
sudah makan, bukan kalimat indonesia menurut
struktur asli. Kalimat tanya seperti itu dalam bahasa
indonesia tidak didahului oleh kata tanya apa. Dalam
bahasa indonesia umum nya digunakan bila yang
ditanyakan itu ialah benda.
Contohnya :
“apa yang dimakan anak itu?” jawabnya, “kue.”
“apa yang tersimpan dilemari itu?” jawabnya,
“buku.”
Dalam bahasa jawa, umumnya kalimat tanya dmulai
dengan kata tanya apa (=opo). Kalimat tanya diatas
jika disusun sesuai dengan struktur asli, bentuknya
seperti berikut.
Kamu nsudah makan? (dibentuk denan
lagu tanya)
Sudahkah kamu makan? →
Sudah makankah kamu? → dibentuk dengan
lagu tanya dan akhiran tanya -kah
Kamu sudah makankah? →
Namun, dalam kenyataanberbahasa dewasa ini, kita
lihat bahwa struktur kalimat-tanya bahasa jawaitu
mendesak kedalam bahasa indonesia sehingga besar
kemungkinan kalimat tanya seperti itu kelak akan
dianggap sebagai bentuk kalimat tanya baku bahasa
indonesia. Biasanya kata tanya apa diberi akhiran –kah
menjadi apakah sehingga tidak terasa lagi sifat “jawa”
–nya.
Apakah dia sakit ?
Apakah paman akan datang hari ini ?
Dalam anak-kalimat kalimat berita, apakah dipakai
sebagai berikut.
Saya tak tahu apakah dia akan datang hari ini
atau tidak.
Apakah dia akan datang hari ini atau tidak, saya
tidak tahu.
Dalam struktur asli bahasa indonesia :
Saya tak tahu datangkah dia hari ini atau tidak.
Akan datangkah dia hari ini atau tidak, tak tahu
saya.
Ada ahli bahasa yang menganggap bahwa kalimat
tanya dengan menggunakan kata apa seperti contoh
diatas justru menghaluskan bahasa. Bagaimanapun,
kalimat tanya seperti itu sampai sekarang masih
dianggap kalimat tidak baku (=nonbaku).
Kita lihat kalimat lain yang dipengaruhi oleh struktur
bahasa sunda.
Surat itu ditulis oleh saya.
Serat eta diserat ku abdi (sunda)
Perhatikan struktur kalimat bahasa indonesia yang
dipegaruhi oleh struktur oleh bahasa sunda diatas.
Kalimat bahasa indonesia itu betul-betul merupakan
terjemahan kata demi kata dari bahasa sunda. Dalam
bahsa indonesia, kata pasif dengan pelaku orang
pertama kata kerjanya tidak diberi awalan di- seperti
itu. Awalan di- hanya digunakan bila pelaku pekerjaan
itu orang ketiga : diambilnya, dibuatnya, diselesaikan
oleh Amin, dibeli oleh ibu, dsb. Bila pelaku pekerjaan
orang pertama, maka kata ganti orang (=pelaku)
diletakan didepan kata kerja. Kalimat di atas menjadi
surat itu saya tulis. Dalam bentuk enklitis, surat itu
kutulis.
Demikian juga bila pelaku pekerjaan orang kedua;
susunannya sama dengan bila pelaku pekerjaan orang
pertama. Surat itu engkau tulis, atau surat itu kautulis.
Dalam bahasa sunda, struktur kalimat bentuk pasif
sama, baik pelaku pekerjaan orng pertama, orang
kedua, maupun orang ketiga. Perhatikan contoh
dibawah ini .
... dibantun ku abdi. ‘saya ambil”
... dicandak ku anjeun. ‘Anda ambil’
... dicandak ku anjeunna. ‘diambilnya’
Banyak kita jumpai pengaruh bahasa daerah seperti :
dipajukan, dipundurkan, ditaikan, ditikahkan, dikebapakan,
dikesayakan, di kita, di kami, banyak kita dengar digunakan
orang alih-alih memakai bentuk aslinya dimatukan,
dimundurkan (diundurkan), dinaikan, dinikahkan,
diserahkan kepada bapak, diberikan kepada saya, pada kita,
pada kami. Bahasa seperti itu biasa kita sebut bahasa
indonesia dialek sunda.
Misalnya :
Di mana kau beli buku itu ? Jawabnya : di toko
Sinar.
Di mana kendaraan hilir mudik? Jawabnya : di
jalan-jalan di kota ini.
Jawab yang tepat untuk pertanyaan “ Apakah yang
bermadikan cahaya lampu-lampu neon” ialah “dijalan-
jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu”.
Jawaban ini merupakan subjek kalimat itu , dan
“bermandikan cahaya lampu-lampu neon” adalah
predikatnya.
Tetapi sonya membantah bahwa bukan dia yang
menembak , melainkan dua orang laki-laki temannya.
Di antara ketiga dialek itu memiliki perbedaan yang
besar .
Kalimat asal yang betul susunannya :
Ketiga dialek itu memiliki perbedaan yang besar.
Di antara ketiga dialek itu terdapat perbedaan
yang besar.
Pada film ini menggambarkan ketika Basri melawan
I’ie
Kalimat asal yang betul susunannya :
Pada film ini tampak Basri melawan I’ie.
Film ini menggambarkan pertandingan ketika
Basri melawan I’ie.
Di dekat kuburan Ancol ini pernah mengambil satu korban
penonton tewas.
Kalimat asal yang betul susunannya :
Kuburan Ancol ini pernah mengambil korban seprang penonton
tewas.
Di dekat kuburan Ancol ini pernah ada seorang penonton tewas
di tabrak motor.
Dalam masyarakat Madura pun mengenal dua golongan ini.
Kalimat yang betul susunannya :
Dalam masyarakat Madura pun dikenal dua golongan ini.
Masyarakat Madura pun mengenal dua golongan ini.
Kepada yang kehilangan vulpen harap mengambilnya dari kantor
tata usaha.
Kalimat yang betul susunannya :
Kepada yang kehilangan vulpen diberitahukan agar datang
mengambil vulpennya itu ke kantor tata usaha.
Yang kehilangan vulpen harap datang mengambil
vulpennya itu ke kantor tata usaha.
Cobalah Anda perhatikan sekali lagi kalimat-kalimat
yang rancu di atas dengan seksama. Semua kata depan
yang terletak di depan kalimat yang rancu
mengganggu susunan kalimat itu. Bagian yang di beri
kata depan itu sebenarnya subjek kalimat sehingga
bila kata depan dihilangkan , kalimat iyu menjadi
betul susunannya. Atau bila kata depan itu digunakan
dalam kalimat itu ,maka predikatnya harus diubah
bentuknya. Kata memiliki pada kalimat 3) dig anti
dengan terdapat , kata menggambarkan pada kalimat
4) diganti dengan tampak , kata mengambil pada
kalimat 5) diganti dengan seorang penonton tewas ,
kata mengenal pada kalimat 6) diganti dengan dikenal
dan kata harap mengambilnya pada kalimat 7) diganti
dengan diberitahukan agar datang mengambil.
Mungkin Anda bertanya ,”Mengapa timbul kalimat-kalimat
yang rancu seperti itu?” Jawabnya ialah sebagai berikut.