A. PROSES PEMBUNYIAN
Alat ucap dibedakan atas 3 komponen:
1. Komponen sub glotal
2. Komponen laring
3. Komponen supra glotal
Komponen subglotal terdiri
dari pari-paru saluran
bronkial, dan saluran trakea.
komponen laring merupakan
kotak yang terbentuk dari tulang
rawan yang berbentuk lingkaran.
Di dalamnya terdapat pita suara.
Laring berfungsi sebagai klep
yang mengatur arus udara.
Komponen supraglotal adalah
alat-alat ucap yang berada di
dalam rongga mulut dan
rongga hidung baik yang
menjadi artikulator aktif
maupun pasif.
Secara umum titik artikulasi yang mungkin terjadi
dalam bahasa Indonesia adalah:
1. Artikulasi bilabilal (bibir bawah dan atas)
2. Artikulasi labiodental (bibir bawah dan gigi atas)
3. Artikulasi interdental (gigi bawah, atas, dan ujung
lidah)
4. Artikulasi apikodental (ujung lidah dan gigi atas)
5. Artikulasi apikoalveolar (ujung lidah dan ceruk
gigi atas)
6. Artikulasi laminodental (daun lidah dan gigi atas)
7. Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-
langit keras)
8. Artikulasi lamino alveolar (daun lidah dan ceruk
gigi atas)
9. Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit-
langit keras)
10. Dorsouvular (pangkal lidah dan anak tekak)
11. Artikulasi oral (penutupan arus udara ke rongga
hidung)
12. Artikulasi radiko faringal (akar lidah dan dinding
kerongkongan)
Agar gambaran mengenai titik artikulasi lebih jelas
perhatikanlah gambar berikut:
B. JENIS-JENIS BUNYI BAHASA
1.Bunyi vokal, konsonan, dan semi
vokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan cara, setelah arus
udara keluar dari glotis, lalu arus ujar
hanya diganggu oleh posisi lidah dan
bentuk mulut.
Bunyi konsonan terjadi setelah
arus ujar melewati pita suara
diteruskan ke rongga mulut
dengan mendapat hambatan
dari artikulator aktif dan pasif.
Bunyi semi vokal adalah bunyi
yang proses pembentukkanya
mula-mula secara vokal lalu
diakhii secara konsonan.
2. BUNYI ORAL DAN BUNYI
NASAL
kedua bunyi ini dibedakan
berdasarkan keluarnya arus ujar.
Bila arus ujar ke luar melalui
rongga mulut maka disebut buyi
oral. Bila keluar melalui rongga
hidung disebut bhunyi nasal.
3. BUNYI BERSUARA DAN TIDAK
BERSUARA
Kedua bunyi ini dibedakan
berdasarkan ada tidaknya getaran
pada pita suara sewaktu bunyi itu
diproduksi. Jika pita suara turut
bergetar dalam proses pembunyian
itu, maka disebut bunyi bersuara. Bila
pita suara tidak bergetar maka disebut
bunyi tidak bersuara.
4. BUNYI KERAS DAN LUNAK
pembedaan kedua bunyi ini
berdasarkan ada tidaknya ketegangan
kekuatan arus udara ketika bunyi ini
diartikulasikan. Sebuah bunyi
dikatakan keras apabila terjadi karena
pernafasan yang kuat dan otot yang
tegang. Bunyi disebut lunak apabila
terjadi karena pernapasan lembut dan
otot kendur.
5. BUNYI PANJANG DAN PENDEK
pembedaan kedua bunyi ini
berdasarkan pada lama dan tidaknya
bunyi itu diartikulasikan. Baik bunyi
vokal maupun bunyi konsonan dapat
dibagi atas bunyi panjang dan bunyi
pendek. Kasus ini tidak ditemukan
dalam bahasa Indonesia, tetapi adaa
dalam bahasa Arab dan bahasa latin.
C. BUNYI DIFTONG