Anda di halaman 1dari 7

Tugas

GURINDAM

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Menulis Karya Sastra

Dosen Pengampu: Dr. Ellyana Hinta, M.Hum

Oleh :

Nurfadilah Taslim (311418005)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

KELAS 3A

2019
1. Pengertian dan Ciri-ciri Gurindam
Menurut M. Atar Semi (dalam Anatomi Sastra 1988: 149-150) kata gurindam
sama artinya dengan kata perhiasan atau bunga dalam arti kiasan. Gurindam merupakan
puisi tradisional yang menerima pengaruh dari sastra Tamil. Gurindam biasanya terdiri
dari dia baris: setiap bait bersajak a a; baris kedua merupakan akibat atau alasan dari
ungkapan yang terdapat pada baris pertama; dan biasanya gurindam berisi nasihat.
Menurut Ahmad Badrun (dalam Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra) 1983: 64)
gurindam berasal dari kesusastraan Hindu. Dalam bahasa Tamil gurindam disebut
kirandam. Gurindam mempunyai arti misal atau perumpamaan. Jumlah barisnya hanya
dua dan merupakan kalimat majemuk. Jumlah suku katanya tidak tentu dan iramanya pun
tidak tentu atau tidak tetap.
Menurut Rismawati (dalam Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia 2017: 48-
49) gurindam adalah salah satu puisi yang kelahirannya mendapat pengaruh zaman Hindu-
Budha. Menurut KBBI, gurindam ialah sajak dua baris yang mengandung petuah atau
nasihat. Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India). Gurindam adalah
satu bentuk puisi melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang
sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Gurindam memiliki ciri-ciri seperti: 1)
Tiap-tiap suku terdiri atas dua baris; 2) Banyak setiap suku kata pada tiap-tiap baris tidak
tetap, (biasanya 10-12 suku kata); 3) Sajaknya a a. gurindam yang baik bersajak penuh,
tetapi ada juga yang bersajak paruh; 4) Baris kedua adalah akibat atau balasan yang
tersebut dalam baris pertama; dan 5) Gurindam berisi nasihat.
Pada dasarnya isi gurindam biasanya berupa nasihat. Kalimat dalam gurindam
(baris pertama dan kedua) umunya menunjukkan hubungan persyaratan dan konsekuensi.
Meski kelahirannya merupakan pengaruh zaman Hindu-Budha tetapi puncak kejayaannya
berada pada zaman Islam. Salah satu gurindam yang sangat populer malah lahir dari
zaman Islam yang dikenal dengan Gurindam Dua Belas yang dikarang oleh Raja Ali Haji
berisi 12 pasal, berfungsi menjelaskan tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak
terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.
(Rismawati, 2017: 48-49 dalam Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia).
Menurut J.S Badudu (dalam Sari Kesusastraan Indonesia 1975: 14) gurindam
adalah bentuk puisi lama yang kurang populer. Bentuk puisi ini diperkirakan berasal dari
India (Tamil). Masuk ke Nusantara ini karena pengaruh kesusastraan Hindu. Gurindam
yang terkenal ialah kumpulan gurindam karangan pujangga Melayu lama Raja Ali Haji.
Namanya GURINDAM XII karena terdiri atas dua belas pasal dan berisi kurang lebih64
buah gurindam. Menilik isinya gurindam mendekati pepatah. Gurindam memiliki ciri-ciri
antara lain: 1) Gurindam terdiri atas 2 baris; 2) Rumus rima akhir / aa /; 3) Sempurna
dengan dua baris saja; 4) Baris pertama merupakan syarat, baris kedua berisi akibat
daripada yang disebutkan pada baris pertama; dan 5) Isi gurindam pada umumnya nasihat
atau sindiran.
Menurut Sri Sutarni dan Sukardi (dalam Bahasa Indonesia 3 SMA Kelas XII)
gurindam termasuk puisi lama pengaruh Hindu dari India. Gurindam populer di Indonesia
pada abad ke-19. Sastrawan lama yang terkenal sebagai penulis puisi jenis ini adalah Raja
Ali Haji yang hidup pada tahun 1784-1847. Gubahannya yang terkenal adalah Gurindam
Dua Belas, terdiri dari 12 pasal dan tersusun lebih dari 60 bait. Gurindam berisi nasihat
mengenai kewajiban manusia kepada Tuhan, orang tua, suami, istri, anak, sahabat, dan
masyarakat. Gurindam memiliki ciri-ciri berikut: 1) Tiap bait terdiri dari dua baris dan tiap
bait berdiri sendiri; 2) Kedua baris dalam tiap bait tersebut membentuk kalimat majemuk
dengan hubungan sebab-akibat. Baris pertama menyatakan sebab dan baris kedua sebagai
akibatnya. Isi tiap bait sebenarnya ada pada baris kedua tersebut; 3) Bersajak sama (rata)
yaitu a-a; 4) Tiap baris terdiri dari 10-14 suku kata; 5) Mengandung nasihat, petuah, atau
sindiran.
Menurut Uti Darmawati (dalam Khazanah Sastra Indonesia Lama, Peralihan,
Baru 2019: 23) gurindam adalah bentuk puisi lama Indonesia yang berasal dari Tamil
(India). Gurindam masuk ke Indonesia kita-kira pada tahun 100 Masehi. Gurindam terdiri
atas dua baris berumus rima a-a. baris pertama berupa sebab atau syarat, bari kedua berupa
akibat atau jawaban. Isi gurindam mengandung pengajaran atau nasihat.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat saya simpulkan bahwa gurindam
adalah jenis puisi tradisional yang berasal dari India (Tamil) dan masih dipengaruhi oleh
kesusastraan Hindu-Budha. Gurindam mengalami puncak kejayaan pada zaman Islam.
Gurindam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-19. Gurindam yang terkenal
adala gurindam gubahan Raja Ali Haji yang berjudul Gurindam Dua Belas yang terdiri
dari dua belas pasal dan tersusun atas 64 baris.
Nasihat yang terkandung di dalam Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
antara lain, hendaklah berpegang teguh pada agama menjalankan rukun Islam,
sembahyang, puasa, zakat, naik haji, senantiasa memelihara pancaindra, janganlah dengki,
jangan sombong, bohong, dan bakhil. Budi bahasa hendaklah dipelihara, hendaknya
bergaul dengan segala lapisan masyarakat dengan baik, jangan ikuti perbuatan iblis, orang
hendaklah sopan santun dan hormat kepada orang tua, dan jagalah hubungan baik antara
Raja dan rakyat.
Dengan berpedoman dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat saya
simpulkan bahwa ciri-ciri gurindam antara lain :
1. Tiap bait terdiri dari dua baris;
2. Bersajak a-a;
3. Baris pertama sebagai sebab (sampiran) dan baris kedua sebagai akibat (isi);
4. Terdiri dari 10-14 uku kata; dan
5. Berisi nasihat, petuah atau sindiran.
2. Manfaat Gurindam
Gurindam sebagai salah satu jenis puisi tradisional tentulah memiliki manfaat
bagi manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jika melihat salah satu ciri-ciri dari
gurindam yaitu berisi nasehat, maka jelaslah manfaat dari gurindam ini adalah
memberikan nasehat kepada pembaca untuk selalu melakukan hal baik dalam menjalani
kehidupan di dunia ini dan juga untuk memberikan hiburan serta pendidikan kepada
pembaca lewat kata-kata yang terdapat dalam gurindam tersebut.
3. Bentuk Gurindam
Berikut ini contoh dari bentuk “Gurindam Dua Belas”.

Barang siapa meninggalkan sembahyang


Bagai rumah tidak bertiang

Jika hendak mengenal orang berbangsa


Lihat kepada budi dan bahasa

Dengan ibu hendaklah hormat


Supaya badan jadi selamat

4. Jenis Gurindam
Menurut Uti Darmawati (dalam Khazanah Sastra Indonesia Lama, Peralihan,
Baru 2019: 23-24), dalam kesastraan Indonesia dikenal tiga jenis gurindam sebagai
berikut:
1. Gurindam berangkai merupakan gurindam yang kata pertama pada baris pertama tiap
bait gurindam sama.
Contoh:
Cahari olehmu akan sahabat,
Yang dapat dijadikan obat.

Cahari olehmu akan guru,


Yang mampu member ilmu.

Cahari olehmu akan kawan,


Yang berbudi serta setiawan.

2. Gurindam berkait merupakan gurindam yang bait pertamanya mempunyai hubungan


dengan bait berikutnya.
Contoh:
Sebelum bekerja pikir dahulu,
Agar pekerjaan selamat selalu.

Kalau bekerja terburu-buru,


Tentulah kerja banyak keliru.

3. Gurindam Dua Belas


Raja Ali Haji, seorang penyair sekaligus raja di Kerajaan Riau yang
memerintah pada tahun 1844-1857 mengarang gurindam. Gurindam tersebut sangat
terkenal, yaitu Gurindam Dua Belas. Gurindam Dua Belas ditulis oleh Raja Ali Haji di
Pulau Penyengat, Riau, pada tarikh 23 Rajab 1263 Hijriah atau 1847 Masehi. Pada saat
itu beliau berusi 38 tahun. Gurindan Dua Belas terdiri atas 12 pasal. Gurindam tersebut
dikategorikan sebagai puisi didaktik karena berisi nasihat dan petunjuk menuju hidup
yang diridhai Allah SWT. Di dalamnya, terdapat pula pelajaran dasar ilmu tasawuf,
yaitu syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat.

Contoh Gurindam Dua Belas pasal 1 karya Raja Ali Haji:

Barang siapa tiada memegang agama,

Sekali-kali tiada boleh dibilang nama.

Barang siapa mengenal yang empat,


Maka yaitulah orang yang makrifat.

Barang siapa mengenal Allah,

Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,

Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.

Barang siapa mengenal dunia,

Tahulah ia barang yang terpedaya.

Barang siapa mengenal akhirat,

Tahulah ia dunia mudharat.


Daftar Pustaka
Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Hal. 149-150
Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). Surabaya: Usaha
Nasional. Hal. 64
Rismawati. 2017. Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia. Banda Aceh: Bina Karya
Akademik. Hal. 48-49
Badudu, J. S. 1975. Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung: Universal Offset. Hal. 14.
Sutarni, Sri, Sukardi. 2008. Bahasa Indonesia 3 SMA Kelas XII. Perpustakaan
Nasional: Yudhistira Ghalia Indonesia. Hal. 124-125.
Darmawati, Uti. 2019. Khazanah Sastra Indonesia Lama, Peralihan, Baru. Bandung:
Pakar Raya. Hal 23-24.

Anda mungkin juga menyukai