Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT BAHASA

SEBAGAI DASAR
FILSAFAT TEORI BAHASA
kelompok 6
Fabiana Adityawati (19210141044)
Syifa Maulida R. (19210144006)
Asrul Syahromi (19210144024)
Pokok Bahasan

Bahasa sebagai substansi


Bahasa sebagai bentuk
Bahasa sebagai substansi dan bentuk
Bahasa sebagai sesuatu yang alamiah
Bahasa sebagai aktivitas manusia
Bahasa bersifat dinamis
Bahasa sebagai Substansi
Zaman Yunani
Hakikat bahasa terbagi menjadi dua pandangan yaitu fisei dan nomos.
a. Kaum fisei berpandangan bahwa hakikat bahasa bersifat alamiah. Secara
ontologis, substansi bahasa tidak dibentuk oleh manusia namun ditentukan
oleh alam atau terjadi secara alamiah. Dalam pengertiannya, posisi substansi
bahasa sebagai simbol yaitu sistem bunyi yang bersifat empiris dan makna.
b. Kaum nomos atau konvensionalis berpandangan bahwa bahasa merupakan
makna yang ditentukan oleh masyarakat. Secara ontologis, substansi bahasa
itu ada karena diciptakan oleh masyarakat atau ditentukan oleh tradisi
dalam masyarakat
Bahasa sebagai Substansi

Teori Bahasa Modern (Ferdinand de Saussure)


Substansi bahasa dapat dianggap tersusun dari unsur yang bersifat empiris,
yaitu yang bersifat bunyi ujaran, sehingga dapat diindra manusia, dapat
didengar dan dipikirkan. Secara ontologis, hakikat bahasa merupakan suatu
sistem tanda yang mengacu pada sesuatu benda, konsep, atau nilai. Dengan
demikian, pengertian substansi bahasa harus dibedakan antara:
(1) Substansi bahasa sebagai sistem tanda.
(2) Substansi bahasa yang merupakan acuan dari bahasa, atau suatu subtansi
bahasa yang merupakan petanda.
Substansi bahasa berkaitan dengan substance, yaitu perwujudan bunyi
ujaran khas manusia dan dalam pengembangan teori-teori bahasa dibahas
dalam bidang fonologi yang membahas sistem bunyi ujaran dalam bahasa.

Substansi - Ekspresi
unsur-unsur substansi ekspresi sebagai aspek kuantitas bahasa merupakan sistem
bunyi ujaran bahasa manusia, serta ekspresi dan pikiran, perasaan serta emosi
manusia. Dasar-dasar inilah yang merupakan sumber epistemologis pengembangan
ilmu bahasa terutama dalam bidang teori bunyi bahasa yaitu bidang fonologi.

Substansi - Isi
Teori-teori bahasa modern tentang bahasa lazimnya tidak menyamakan kata
dengan benda. Kata adalah penanda suatu realitas dunia yang berada di luar
sistem tanda itu sendiri, atau menurut istilah Saussure harus dibedakan antara
signifiant sebagai ekspresi lewat sistem lambang dengan signifie yang merupakan
aspek semantik lambang yang berkaitan dengan sesuatu acuan baik berupa benda,
binatang, manusia, nilai maupun konsep. Substansi-isi merupakan sistem rasional
antara aspek substansi bahasa tersebut.
Bahasa sebagai Substansi
Sedangkan menurut paham tradisionalisme, secara
ontologis hakikat bahasa bukanlah substansi-isi, melainkan
isi-substansi. Secara ontologis, pikiran menentukan sistem
lambang bahasa, sehingga menurut tradisionalisme kata-
kata memiliki kesepadanan dengan pikiran. Makna kata-
kata atau ungkapan bahasa pada hakikatnya berasal
dari konsep mental manusia yang menyeluruh, sehingga
sistem bahasa ditentukan oleh sistem kaidah pikiran.
Bahasa Teori kebahasaan yang dikembangkan di

sebagai
Amerika oleh paham Strukturalisme pada
abad 20 di bawah Bloomfield menyatakan

Bentuk
bahwa secara ontologis, bahasa bukan
merupakan suatu substansi melainkan
suatu struktur yang dapat diamati secara
empiris. Bahasa bukanlah suatu substansi
melainkan suatu bentuk yang tidak dapat
disamakan dengan pikiran atau benda-
benda atau segala realitas dunia. Demikian
juga bahasa bukan merupakan suatu bunyi
atau gerak ekspresi manusia melalui bunyi
ujaran bahasa.
Bentuk - Ekspresi Isi dan Ekspresi
Bentuk - Isi Secara ontologis, dasar-dasar Sejumlah teori yang
Bahasa merupakan teori bahasa didasarkan pada mendasarkan pandangan
bentuk simbolis yang realitas empiris dari bahasa, ontologisnya pada linguistik
berdiri sendiri dan terutama berkaitan dengan struktural Saussure
merupakan hasil struktur empiris bahasa yang menganggap bahwa bahasa
penyusunan pikiran merupakan sistem menyeluruh yang lebih lengkap tidak
manusia. Secara dan dapat berdiri sendiri. membatasi ruangnya pada
Analisis bunyi-bunyi ujaran masalah ekspresi atau isi,
ontologis, hubungan
bahasa menempati prioritas melainkan meliputi keduanya.
bentuk-isi itu lebih
utama karena bunyi-bunyi Bahasa terdiri atas
ditentukan oleh
bahasa merupakan fenomena perbedaan-perbedaan konsep
hakikat bahasa
yang dapat diamati secara dan suara. Substansi isi dan
sebagai bentuk langsung. Bahasa pada
mental, maka unsur substansi ekspresi bersifat
hakikatnya adalah bentuk-isi, arbitrer, demikian juga
bentuk empiris hal ini berarti bahwa realitas
bahasa yang berupa hubungan antara keadaan
bahasa adalah struktur yang sesungguhnya dan
bunyi ujaran bahasa empiris yang dapat diamati syarat-syarat atau tanda-
ditentukan oleh oleh indra manusia, baru tanda yang kita gunakan
bentuk mental struktur menentukan makna untuk membicarakan
bahasa. bahasa yang merupakan keadaan tersebut.

ekspresi.

Bahasa sebagai Substansi


dan Bentuk
Hakikat bahasa sebagai substansi dan bentuk yaitu bahwa
bahasa di samping memiliki makna sebagai ungkapan pikiran
manusia juga memiliki unsur fisis yaitu struktur bahasa. Aliran
dalam filsafat bahasa yang mendasarkan pemikirannya pada
hakikat bahasa sebagai substansi dan bentuk dikenal dengan
aliran "Firthian" atau teori madzhab "Firth". Aliran ini
berkembang di Inggris dan dipelopori oleh para filsuf bahasa
yang bernama J. R. Firth, kemudian dikembangkan lebih lanjut
oleh Halliday.
Bahasa sebagai Isi
Bahasa sebagai dan Ekspresi
Substansi Isi Bahasa sebagai


Ekspresi Bahasa pada hakikatnya
Bahasa adalah
adalah sebagai isi dan
menyangkut isi, yaitu ekspresi. Sebagai isi,
Bahasa pada
realitas yang menyangkut segala
hakikatnya
menyangkut segala sesuatu yang menjadi
merupakan suatu
sesuatu yang dapat acuan dan pengalaman
alat pengungkapan
dibicarakan, alam, tentang acuan bahasa
(ekspresi), yang
benda-benda, dan serta formulasinya dalam
tersusun dari
segala sesuatu serta unit-unit bahasa. Sebagai
substansi ekspresi
pengalaman kita ekspresi, menyangkut
dan penyusunannya.
tentang realitas media fisik bahasa yaitu
tersebut. berupa bunyi dan
formulasi media bunyi ke
dalam unit-unit ekspresi,
misalnya fonem.
Bahasa Sebagai
Sesuatu yang
Manusia dalam hidupnya sebagai makhluk
yang tidak dapat hidup sendiri-sendiri,
melainkan membutuhkan orang lain dengan Alamiah
berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, manusia
tidak terlepas dari penggunaan bahasa,
karena bahasa merupakan sarana khas
manusia. Terdapat dua hal pokok yang
menyangkut sifat alamiah bahasa, yaitu (1)
bahasa sebagai suatu keadaan yang
tergantung pada apa yang dipikirkan,
dikerakan, dan proses mental seseorang, (2)
bahasa dipandang sebagai sesuatu yang
berdiri sendiri.
1. Bahasa bersifat Kausalitas
2. Bahasa bersifat Bebas
Secara ontologis bahasa memiliki
Terdapat teori yang menyatakan
hubungan sebab akibat dengan aktivitas
bahwa bahasa pada hakikatnya adalah
manusia. Bahasa sebagai sarana
sebagai suatu substansi yang bebas.
komunikasi adalah suatu penuangan
Bahasa adalah sebagai sesuatu
pikiran manusia. Selain itu, bahasa
substansi yang tidak tergantung pada
sebagai suatu manifestasi tingkah laku
sesuatu yang lain. Hal ini meliputi dua
manusia. Hal itu meliputi dua macam
pengertian bahasa, yaitu:
dasar, yaitu:
a.Bahasa sebagai struktur
a. Bahasa sebagai pemikiran atau ide.
b.Bahasa sebagai komunikasi
b. Bahasa sebagai tingkah laku.

Walaupun secara ontologis bahasa memiliki


hubungan sebab akibat dengan manusia,
namun ditinjau berdasarkan bagaimana
bahasa itu berbunyi dan nampak, maka
terdapat pemikiran filosofis bahwa bahasa
bersifat alamiah. Sesuatu yang terdapat
dalam substansi bahasa itu sendiri pada
hakikatnya adalah bersifat alamiah,
karena sistem bunyi yang terdapat di
dalamnya, hubungan antara sistem bunyi
tersebut dengan realitas di luar bahasa
itu sendiri merupakan sesuatu yang
direncanakan.
Bahasa sebagai
Aktivitas Manusia

Dalam kehidupan manusia, bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat


komunikasi, melainkan juga menyertai proses berfikir manusia dalam usaha
memahami dunia luar. Informasi lewat bahasa, selain hanya menunjuk pada
struktur kebahasaan itu sendiri, juga mampu menunjuk pada sesuatu yang
lain, yaitu berkaitan dengan aktivitas mental. Hubungan antara bahasa
dengan pikiran sehingga menghadirkan konsep mental yang akhirnya
membentuk suatu pandangan hidup seseorang atau suatu masyarakat telah
menjadi bahan kajian para filsuf bahkan sejak zaman Aristoteles. Misalnya
Aristoteles telah mengemukakan bahwa kata-kata sebagai sarana ujaran
pada hakikatnya dapat digunakan sebagai penanda sikap maupun suatu
aktivitas kejiwaan.
Bahasa bersifat
Dinamis
Terdapat aliran filsafat bahasa yang hanya mendasarkan pada
pemikiran ontologis bahwa bahasa hanya merupakan suatu
aksidensia, yaitu perubahan. Menurut pandangan ini, bahwa bahasa
pada hakikatnya adalah suatu perubahan yang terus menerus, bukan
sesuatu yang bersifat sudah jadi. Dalam pandangan ini, nampaknya
selaras dengan pandangan filosofis pemikiran-pemikiran filsafat
zaman Yunani kuno, yaitu Thales, Anaximandros, dan Aniximenes
yang menyatakan segala sesuatu di alam semesta ini senantiasa
berubah.
2. Alat untuk Menjalin Kerja
Fungsi Hakiki Sama

Bahasa Menurut

Bahasa menjadikan manusia


Sudaryanto (1990) dapat saling bekerja sama dengan
beragam profesi, status, dsb.

1. Pengasah Akal Budi 3. Mendudukkan Manusia sebagai



Sesama
Pikiran manusia akan diasah oleh

bahasa sehingga memiliki Tidak ada ketimpangan


pengetahuan dan wawasan yang antarmanusia (dalam artian
luas. Dengan luasnya pengetahuan tidak ada yang lebih pintar, lebih
dan wawasan, manusia akan berkuasa, lebih kaya, dsb. Semua
menjadi bijaksana. sama dan setara).
THANK
YOU
See you next time!

Anda mungkin juga menyukai