Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

GALAKSI ANDROMEDA KARYA JIHANDVRA: TEORI


KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

Mohamad Dimas Eka wardana


Bahasa dan Sastra Indonesia, NIM 22020074062

mohamad.22062@mhs.unesa.ac.id

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah karya yang berbentuk karya fiksi dan berasal dari luapan emosi
seseorang yang mengungkapkan aspek estetika bahasa maupun makna. Sebuah karya
sastra merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat. Menurut Sumardjo dan Saini
(dalam Wicaksosno 2017: 6) Sastra adalah pengungkapan seseorang mengenai perasaan,
ide gagasan, pengalaman keyakinan yang dikemas dalam bentuk konkret yang
membangkitkan indahnya alat Bahasa. Bahasa yang digunakan dalam sastra adalah Bahasa
yang telah dipilih untuk menyusun kata-kata indah. Penulisan dalam karya sastra,
pengarang tidak sadar bahwa dengan menciptakan tokoh-tokoh dalam karyanya dan
melalui interaksi para tokoh cipataanya sebetulnya ia membedah masalah kejiwaan.
Karena itulah sastra juga bisa menjadi sumber yang terpenting untuk melahirkan teori
psikologi (Budi darma, 2004: 131). Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang
mampu menghadirkan berbagai macam konflik. Konflik dalam sebuah novel dapat berasal
dari berbagai faktor, mulai dari perbedaan sosial, politik, budaya, hingga konflik batin
yang dirasakan oleh tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Konflik batin merupakan sebuah
konflik yang terjadi pada diri seseorang yang berhubungan dengan emosi, keinginan, dan
tindakan yang dilakukan. Konflik batin pada novel dapat dianalisis menggunakan teori
kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud. Teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud
merupakan salah satu teori yang banyak digunakan dalam analisis konflik batin pada
novel. Teori ini berfokus pada struktur kepribadian manusia yang terdiri dari tiga bagian
yaitu id, ego, dan superego. Id merupakan bagian dari kepribadian yang tersembunyi dan
berisi keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi. Ego merupakan bagian dari kepribadian
yang berperan dalam menyeimbangkan keinginan-keinginan id dengan realitas yang ada di
sekitar individu. Sedangkan superego merupakan bagian dari kepribadian yang berperan
dalam mengontrol perilaku individu berdasarkan norma-norma sosial yang ada. Dalam
analisis konflik batin pada novel menggunakan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund
Freud, peneliti dapat mengidentifikasi konflik-konflik yang terjadi pada tokoh-tokoh dalam
novel berdasarkan struktur kepribadian yang dimilikinya. Dalam analisis ini, peneliti dapat
mengidentifikasi konflik yang terjadi antara id, ego, dan superego pada tokoh-tokoh dalam
novel. Misalnya, pada novel "Galaksi andromeda" karya Jihandvra, terdapat konflik batin
pada tokoh Nadia yang merupakan salah satu tokoh dari Galaksi andromeda. Nadia
memiliki riwayat penyakit yang susah untuk disembuhkan, disamping itu Nadia juga
memiliki masalah dengan keluarganya yang dimana seharusnya keluarga Nadia merupakan
support system nomor satu untuk kesembuhan Nadia. Konflik batin yang terjadi pada
UTS Psikologi Sastra

Nadia dapat dianalisis menggunakan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud. Pada
kasus Nadia, id-nya menginginkan agar ia sembuh dari penyakit yang di deritanya dan bisa
melanjutkan sekolahnya. Sementara itu, ego-nya tidak ingin bertemu dengan keluarganya,
dan superego-nya ingin ia mematuhi norma-norma sosial yang mengharuskan ia menjadi
anak yang patuh dan menerima istri baru papanya. Dalam analisis konflik batin pada novel
menggunakan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud, peneliti juga dapat
mengidentifikasi bagaimana tokoh-tokoh dalam novel menyelesaikan konflik batin yang
mereka alami. Hal ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang karakter
tokoh dalam novel dan juga dapat dihubungkan dengan konflik batin yang dialami oleh
manusia pada umumnya. Analisis konflik batin pada novel menggunakan teori kepribadian
psikoanalisis Sigmund Freud dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
tokoh-tokoh yang ada dalam novel. Dengan mengidentifikasi konflik batin yang terjadi
pada tokoh-tokoh dalam novel, peneliti dapat menghubungkan dengan struktur kepribadian
yang dimiliki oleh tokoh tersebut. Selain itu, analisis ini juga dapat memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana manusia menyelesaikan konflik batin
yang mereka alami.

KAJIAN PUSTAKA

Sebuah karya sastra selalu berkaitan selalu berkaitan dengan psikologi. Pikologi
sangat mempengaruhi sebuah karya sastra termasuk novel. Psikologi dalam karya sastra
berhubungan dengan dengan kejiwaan atau perwatakan seseorang. Melalui psikologi dapat
melihat kejiwaan mulai dari pengarang, tokoh dalam sebuah karya bahkan pembaca
sebagai penikmat karya. Satu di antara jenis karya sastra yang dapat diteliti aspek
psikologisnya yaitu novel. Di kutip dari nurgiyantoro (2012:4), novel sering disinonimkan
sebagai fiksi. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang
berisi berbagai model dunia imajinatif yang dimana kehidupannya diidealkan. Melalui
tokoh dan penokohan dapat dilihat psikologi tokoh khususnya emosi yang akan menjadi
konflik batin dari tokoh dalam cerita. Menurut aminuddin (2002:79), tokoh adalah pelaku
yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu
cerita, sedangkan penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku.
Dalam tokoh dan penokohan terdapat prinsip didalamnya, prinsip penokohan diperlukan
untuk mengetahui bagaimana penokohan tokoh dalam suatu karya sastra. Menurut thobroni
(2008:66) mengungkapkan bahwa penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh
tertentu di dalam cerita. Singkatnya penokohan adalah gambaran yang jelas tentang diri
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Melalui tokoh penokohan inilah dapat
dilihat psikologi yang terdapat pada novel. Antara tokoh penokohan memiliki
kesinambungan dengan konflik batin yang di alami tokoh dalam cerita. di mana konflik
batin tokoh dalam cerita akan menentukan tokoh penokohannya atau tingkah laku tokoh.
Konflik batin disini berarti konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih,
atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi
tingkah laku seseorang (alwi dkk 2005:587). Konflik batin atau konflik internal adalah
segala sesuatu yang mempunyai perlawanan yang menyebabkan adanya ketidaksesuaian
antara cita-cita batin dengan realitas. Jadi, konflik batin merupakan konflik yang dialami
UTS Psikologi Sastra

manusia dengan sendirinya dan lebih fokus ke dalam permasalahan intern manusia
(Nurgiyantoro, 2018:181). Biasanya terjadi akibat adanya pertentangan antara dua
keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan dan lain-lain. Konflik batin erat
kaitannya dengan kepribadian, seseorang yang mengalami konflik atau pergolakan batin
akan mempengaruhi tingkah laku mereka ke depannya. Konflik batin ini merupakan
konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri dan hanya dirinya sendiri yang bisa
mengatasi dan menentukan langkah yang akan dilakukan. Konflik batin erat kaitannya
dengan kepribadian, pada penelitian ini hakekat konflik batin digunakan sebagai pondasi
awal untuk memahami teori konflik batin. Konflik batin erat kaitannya dengan
kepribadian, karena berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang tersebut ke depannya.
Adapun penjelasan tentang teori kepribadian telah banyak dijabarkan oleh para ahli
psikologi, kata kepribadian berasal dari kata personality (inggris) yang berasaldari kata
persona yang berarti kedok atau topeng yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain
pangggung yang dimaksudkan untuk menggambarkan prilaku, watak pribadi seseorang.
Koentjaraningrat menyebut kepribadian atau personility sebagai susunan unsur-unsur akal
dan jiwa yang menentukan keberadaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu
manusia. Definisi tentang kepribadian tersebut, diakuinya sendiri, sangat kasar sifatnya,
dan tidak banyak berbeda dengan arti yang diberikan pada konsep itu dalam bahasa sehari
hari. Kepribadian itu sendiri adalah ranah kajian psikologi, pemahaman tingkah laku,
fikiran, perasaan kegiatan manusia memakai sstematik metode dan rasional disiplin ilmu
yang lain seperti ilmu ekonomi biologi atau sejarah, bukan teori psikilogi kepribadian.

METODE PENELITIAN

Sastra termasuk kelompok dari ilmu-ilmu humaniora, seperti contoh sejarah, bahasa,
filsafat, kesenian, dan estetika. Dari keseluruhan ilmu-ilmu humaniora tersebut maka
termasuk dalam esensi kebudayaan. Penelitian sastra berguna dalam memahami aspek
kemanusiaan dan kebudayaan yang tertuang ke dalam karya sastra (Adi triyono dalam
jabrohim, 2001 : 26). Penelitian ini dilaksanakan dengan adanya beberapa tahap, yaitu: (1)
tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pelaporan. Tahap perencanaan
meliputi adanya rumusan masalah, studi pendahuluan, dan penyusunan rancangan
penelitian. Tahap pelaksanaan meliputi pengumpulan data, pengelompokan dan analisis.
Dan tahap terakhir yakni tahap pelaporan yang diisi dengan adanya kegiatan penulisan dan
penggandaan hasil penelitian agar dapat dibaca, diketahui, dan dimanfaatkan oleh orang
lain jika diperlukan. Penelitian ini tidak berbeda dan berubah yang sebagaimana umumnya
penelitian sastra yakni penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang dimana dengan
menitikberatkan pada segi ilmiah dan mendasarkan kepada karakter yang terdapat dalam
data, serta kemudian menguraikan secara terperinci fakta-fakta yang ada di dalam data
tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian yang deskriptif-kualitatif
yang memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi secara terperinci terkait dengan
konflik batin tokoh utama novel Galaksi Andromeda karya Jihandvra. Metode yang
digunakan penulis yaitu metode kepustakaan yang berarti mengumpulkan data dengan
membaca buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Metode penelitian sastra
merupakan cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi dan sifat
UTS Psikologi Sastra

sastra sebagai subjek kajian. Penelitian pada kali ini menggunakan metode kualitatif.
Metode kualitatif merupakan suatu metode yang mengutamakan pada kedalaman
penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji. Metode penelitian
deskriptif kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan
menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Penelitiaan ini bersifat deskriptif, penelitian
bersifat deskriptif adalah cara peneliti untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau
penyebar suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan
gejala lain di masyarakat. Ada pun pengertian dari pendekatan deskriptif kualitatif ialah
prosedur penelitian yang berfokus pada penjabaran deskriptif secara naratif yakni berupa
lisan, perilaku, atau dapat pula berupa kata-kata tertulis dari individu yang menjadi
subjektif pengamatan (Bogdan dan Talyor dalam Moleong, 2007). Pendekatan kualitatif
dimaksudkan untuk dapat memahami suatu fenomena yang dialami oleh subjek penelitian,
hal tersebut dapat dilihat dari tingkah laku, motivasi, minat, dan perspektifnya dan
disajikan dengan cara deskriptif dalam bentuk pembahasaan. Sumber data yang digunakan
yakni novel “Galaksi Andromeda” dan buku-buku yang mengacu pada penelitian ini.
Teknik sampling yang terdiri dari purpose sampling, akan digunakan dalam penelitian ini,
sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan 2 teknik yakni teknik baca dan cata.
Trianggulasi yang digunakan yakni trianggulasi data dan teori. Teknik analisis data dalam
penelitian ini yakni analisis isi dengan menggunakan teori kepribadian psikoanalisis
Sigmund Freud sebagai alat untuk menganalisis.
PEMBAHASAN
Di dalam sebuah cerita, tokoh-tokoh yang diciptakan oleh pengarang baik tokoh
utama maupun tokoh bawaan pastinya memiliki konflik batin tersendiri yang berbeda-beda
di setiap tokohnya. Pengarang bisa menentukan kadar konflik batin sesuai keinginannya.
Dengan konflik tersebut akan menunjukkan hasil kepribadian yang ada pada diri tokoh-
tokoh tersebut. Penelitian dalam novel “Galaksi Andromeda” ini terdapat dua tahapan,
tahap pertama yakni analisis konflik batin yang menyelimuti tokoh utama. Tahap kedua
yakni analisis kepribadian yang terdapat dalam tokoh utama yang dikupas dengan teori
kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud yaitu id, ego, super ego.

Penelitian ini menggunakan data yang berupa novel “Galaksi Andromeda” karya
Jihandvra. Data yang dianalisis berbentuk kalimat-kalimat atau kata-kata yang terdapat di
dalam novel. Kutipan kalimat dan Kata yang di analisis tidak hanya berfokus dalam isi
novel. Tetapi, hanya terfokus dalam bentuk-bentuk konflik batin yang terdapat dalam
tokoh utama novel “Galaksi Andromeda” karya Jihandvra. Selanjutnya yakni aspek
kepribadian dalam tokoh utama novel “Galaksi andromeda” karya Jihandvra. Dalam
kepribadian terdapat faktor yang dapat berpengaruh di dalamnya yakni faktor sejarah yang
berasal dari masa lalu serta faktor modern atau masa kini, dalam pembentukan kepribadian
terdapat dua analogi yakni faktor bawaan serta faktor lingkungan. Struktur kepribadian
Freud terdapat tiga aspek elemen yang penting yakni id, ego, dan superego.

Dalam penelitian ini penulis menemukan data mengenai adanya konflik batin yang
terdapat pada novel “Galaski Andromeda” karya Jihandvra. Data tersebut terdiri dari
berbagai macam konflik batin yakni diantaranya.
UTS Psikologi Sastra

A. Rasa bersalah
Rasa bersalah adalah aktivitas yang dilakukan seseorang yang merasa bahwa
dirinya lah merupakan sumber dari masalah tersebut baik secara disengaja maupun tidak
disengaja, sehingga menimbulkan adanya rasa penyesalan dalam diri seorang individu.
Berikut kutipan konflik batin tokoh utama rasa bersalah dari novel “Galaksi Andromeda”
karya Jihandvra.
“Gue bikin Lo susah ya,?” Ucap Nadia meremas sendok di tangannya. Leon
terdiam sejenak, ia menatap Nadia yang kini sedang menunduk
memandangi buburnya. Lantas helaan napas berat terdengar dari mulutnya
dengan amat terpaksa.

Leon tersenyum, “nggak”

Nadia mengaduk buburnya dengan pelan. “Gue gak bermaksud membebani


Lo, Yon. Gue Cuma ngerasa Lo memang harus tahu ini. Lo udah kayak
saudara gue. ( Halaman 63 )

Pada kutipan tersebut menunjukan konflik batin tokoh utama yakni rasa bersalah
dapat dilihat dari Nadia yang sudah membebani Leon.

B. Khawatir
Khawatir ialah merupakan kondisi kondisi dimana adanya sikap yang terlalu cemas
dan ketakutan individu mengenai suatu masalah dan situasi yang dihadapinya. Berikut
kutipan konflik batin tokoh utama khawatir dalam novel “Galaksi Andromeda” karya
Jihandvra.
“Lagian, gue sama dia nggak akan mungkin bersama,” celetuk Nadia
menoleh sambil tersenyum lirih. “Gue kan sakit.”

“Nad!” Sentak Karen marah. Ia benar-benar tak suka saat Nadia mulai
menghakimi dirinya sendiri.

“Itu kenyataan, Ren. Gue emang sakit. Sama siapa pun gue menjalin
hubungan hasilnya akan tetap sama. Mereka akan tersakiti dengan
kenyataan,” suara Nadia terdengar bergetar. (Halaman 84)

Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui adanya konflik batin tokoh utama
khawatir yang berasal dari sakit yang dideritanya. Ia mengkhawatirkan akan siapapun yang
menjalin hubungan dengannya mereka akan tersakiti dengan kenyataan. Kenyataan yang
dimaksud disini yakni sakit yang dideritanya.

C. Marah
UTS Psikologi Sastra

Marah ialah merupakan perasaan emosi yang ditimbulkan karena tidak dihargai,
merasa tidak dipedulikan dan merasa tersakiti. Berikut kutipan konflik batin tokoh utama
marah pada novel “Galaksi Andromeda” karya Jihandvra.
“Aku emang anak yang gak bisa banggain papa. Aku penyakitan, papa gak
usah merasa terbebani datang ke sini gara-gara aku sakit. Aku juga bisa
bertahan sampai sekarang bukan karena papa.”

“Kamu bisa bertahan sampai sekarang kalau bukan karena uang dari saya
dari siapa lagi? Kamu sama mama kamu itu sama saja! Nyusahin!”

“Mas!” Anita terkejut bukan main mendengar penuturan suaminya pada


Nadia.

Sesuatu terasa menusuk tepat di jantung Nadia, membuat dia langsung


membeku dan hanya bisa terdiam setelah mendengar kalimat terakhir dari
galih. Nadia membuang napas pelan lalu tersenyum dan menatap galih
dengan sorot mata terluka. Kedua tangannya mengepal kuat. Perkataan
galih sukses mengoyak hati Nadia. ( Halaman 86 )

Pada kutipan tersebut menunjukan adanya konflik batin tokoh utama yakni marah
yang dimana Nadia menunjukkan perasaan marah akibat bentakan dan mendengar kalimat
terakhir dari papanya.

D. Sedih
Sedih merupakan perasaan yang berasal dari oleh adanya suatu peristiwa,
pengalaman yang menyakitkan dan mengecewakan. Dan biasanya dapat merubah suasana
hati serta tingkah laku individu. Berikut kutipan konflik batin tokoh utama sedih dalam
novel “Galaksi Andromeda” karya Jihandvra.
Nadia menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi. Nafsu makannya
tiba-tiba menguap setelah mendengar ucapan sang reporter lalu kamera
menyorot ke arah Hykal dan Kala. Nadia jadi bertanya-tanya, apa mereka
tidak mencarinya. Melihat senyum mereka di layar televisi sepertinya tidak.
Sebegitu tidak berartinya dirinya. Oh iya, ia memang tidak berarti dan
hanya menyusahkan. Begitu yang dikatakan papanya.
Nadia mendongakkan wajahnya. Tersenyum getir sambil menahan bulir-
bulir air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Beberapa kali
juga Nadia mengatur napasnya. Berusaha meredakan denyut ngilu yang
timbul di ulu hatinya.

“Nggak, Nadia. Jangan nangis! Lo harus kuat. Lo harus bahagia. Ayo


bahagia!” Nadia mengusap kedua matanya kemudia menepuk kedua pipinya
pelan. Wajah puacatnya berganti kemerahan akibat menahan tangis.
( Halaman 97 )
UTS Psikologi Sastra

Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa konflik batin tokoh utama
sedih berasal dimana saat Nadia melihat berita di televisi tentang keluarganya dan
beranggapan bahwa Nadia sudah tidak berarti lagi. Tetapi di satu sisi Nadia juga memberi
semangat kepada dirinya sendiri bahwa ia juga harus bisa bahagia.

E. Takut
Takut ialah perasaan yang timbul dimana seseorang berada dalam kekhawatiran
dan rasa Gelisah yang amat kuat, sehingga berdampak pada apa yang diyakini mungkin
akan terjadi. Kutipan konflik batin tokoh utama takut dalam novel “Galaksi Andromeda”
karya Jihandvra.
“Ayo, ke dokter. Gak usah ganti baju,” Galaksi mengamit pergelangan
tangan Nadia. Menyeret gadis itu agar mengikutinya, tetapi Nadia segera
menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman galaksi.

“Gak usah! Gue baik-baik aja! Seru Nadia menatap sinis galaksi. Galaksi
tertegun, tak menyangka ajakannya malah membuat kedua mata Nadia
mulai berkaca-kaca.

“Gue gak mau ke dokter! Jangan dipaksa, please. Gue baik-baik aja,” nada
suara Nadia melemah. ( Halaman 103 )

Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui adanya konflik batin tokoh utama
sedih berasal dari Nadia yang takut untuk di ajak bertemu dengan dokter di rumah sakit
untuk berobat.

Setelah mengetahui bermacam-macam adanya konflik batin tokoh utama yang terdapat di
dalam novel “Galaksi Andromeda” karya Jihandvra. Untuk selanjutnya akan dianalisis
menggunakan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud. Dalam pengamatan ini
terdiri atas tiga bagian dari teori Sigmund Freud yakni diantaranya id, ego, superego.

Kepribadian tokoh Nadia dalan novel “Galaksi Andromeda” karya jihandvra


a. Kepribadian tokoh Nadia berlandaskan aspek id

Aspek id nampak ketika Nadia pergi berlari ke luar rumah setelah ia dibentak oleh
papanya saat ia sedang berada dirumahnya. Kutipan tersebut dapat dibuktikan
sebagai berikut.

“Cukup, pah! Cukup! Mau seberapa banyak lagi papa nyakitin Nadia. Dia
anak kandung papa! Setega itu papa? Papa bahkan gak pantes disebut orang
tua!” Bentak Haykal juga tak terima mendengar galih menorehkan luka
terus-terusan ke hati Nadia. Haykal tidak terima ibu kandung yang
melahirkannya dijelek-jelekkan oleh ayahnya sendiri. Nadia berlari keluar
dari rumahnya dengan air mata yang membasahi pipinya. Kala yang sedari
UTS Psikologi Sastra

tadi berdiri di balik tembok langsung berlari mengejar Nadia dan Haykal
menyusul dengan motor.

“Kak Nadia!” kala berteriak memanggil saat Nadia keluar dari pagar tanpa
menoleh sedikit pun.

Nadia yang mendengar suara mesin motor milik Haykal di belakangnya


langsung berlari secepat yang ia bisa dan bersembunyi di balik semak-
semak. Nadia berjongkok dengan badan bergetar dan suara tangis yang
berusaha ia tahan. Tangannya yang bergetar berusaha mengetik sebuah
nama di layar ponselnya. Nadia menempelkan ponselnya ke telinga kanan
setelah mendengar suara berat seseorang di seberang sana. (Halaman 87-88)

Berlandaskan kutipan tersebut tokoh Galih yang berperan sebagai papah Nadia
membuat tokoh utama Nadia mengalami konflik batin id yang diperlihatkan dari rasa
marah dan kecewa sehingga membuat Nadia berlari saat mengetahui bahwa papanya telah
membentak dirinya dan menjelek-jelekkan ibu kandungnya Nadia. Rasa marah dan kecewa
kemudian berlari akibat rasa kecewa ialah sifat dasar yang bisa dialami individu ketika
mengalami ketidaknyamanan. Misalnya: ketika terjadi konflik, rasa marah dan kecewa
kemudian berlari terjadi secara alamiah.

Id merupakan sistem yang didalamnya terdapat adanya naluri bawaan serta menjadi
sistem yang paling dasar dari sistem kepribadian. Tidak bisa muncul secara begitu saja
serta tidak dapat memandang benar atau salah dari dalam diri manusia. Dalam id
menempuh dua proses yakni, untuk menghilangkan stress dan untuk memperoleh
kesenangan, cara tersebut di dapat melalui refleks serta primer. Refleks merupakan
mekanis otomatis dari sifat bawaan manusia. Sedangkan primer merupakan kondisi untuk
berusaha mengurangi ketidaknyamanan dengan cara membuat khayalan mengenai kegiatan
yang bisa meredakan ketidaknyamanan yang terdapat dalam diri manusia.

b. Kepribadian tokoh Nadia berlandaskan aspek Ego

Ego merupakan aspek dari psikologis kepribadian yang berada di antara alam sadar
serta alam bawah sadar. Prinsip realitas ( reality principle ) ialah prinsip yang
dianut Ego dan menjadi sebuah pertimbangan superego yang berbentuk usaha yang
dilakukan individu untuk memenuhi tuntutan id. Kontak dari dunia luar ego
terbentuk dalam struktur kepribadian seseorang mengakibatkan ego mengambil
peran sebagai cabang eksekutif dari kepribadian.

Aspek ego nampak ketika Nadia yang saat itu sedang berlomba terus sakitnya
kambuh dan hendak keluar dari lapangan mendengar suara dari kakaknya yakni
Haykal memanggil namanya yang saat itu juga sedang bersama dengan kala ( Anak
dari ibu tirinya ) yang nadia benci juga. Nadia enggan berbicara dengan kakaknya
karena masih kesal dengan kejadian yang dirumah beberapa hari yang lalu. Konflik
yang terjadi dirumahnya cukuplah menjadi alasan untuk tidak pernah lagi
UTS Psikologi Sastra

mengungkit anggota keluarganya yang telah menyakitinya. Kutipan tersebut dapat


dibuktikan sebagai berikut.

“Nad.”

Nadia dan Galaksi menoleh secara bersamaan ke asal sumber suara. Galaksi
langsung berdiri, sementara Nadia memincingkan matanya tajam melihat
Haykal dan Kala berjalan menghampirinya. Nadia menjatuhkan tatapan
tidak sukanya pada kala. Dari mana lagi Haykal mengetahui posisinya di
sini kalau bukan dari Kala.

“Gue mau ngomong,” ucap Haykal dengan tatapan sendu.

Nadia memalingkan wajahnya, “Gak ada yang perlu diomongin.”

“Apa peduli Lo?

“Lo adik gue, Nad. Jelas gue peduli.”

Nadia tersenyum miring, “Adik? Sejak kapan Lo anggap gue adik Lo?”

“Nadia”! Bentak Haykal. Untungnya suasana dalam GOR saat ini sedang
ramai sehingga suara Haykal tak menarik perhatian. Nadia memejamkan
matanya sejenak, lalu menatap Haykal dengan sorot mata tajam dan dingin.

“Gue gak mau tinggal sama orang yang sudah bikin keluarga gue hancur!”

Nadia beranjak dari kursinya. Tak ingin mendengarkan apa pun lagi dari
Haykal ataupun Kala. Meskipun saat berdiri area perutnya kembali terasa
sakit. Nadia tetap berusaha baik-baik saja dan berjalan melewati Haykal dan
Kala begitu saja. Galaksi menatap Haykal dan Kala bergantian lantas
menyusul Nadia yang terlihat mulai sempoyongan. ( Halaman 141-142 )

Berlandaskan kutipan di atas Nadia sedang mengalami konflik batin kepribadian


ego, dia enggan berbicara panjang lebar dengan kakaknya karena masih kesal dan teringat
konflik beberapa hari lalu dirumahnya. Sehingga Nadia memutuskan hanya berbicara
sepatah dua kata yang dimana bicaranya mengandung kebencian. Perilaku Nadia tersebut
ialah konflik batin kepribadian ego karena ego berperan sebagai pengambil keputusan dari
kepribadian. Ego terhubung bersama realitas yang tanggap terhadap keinginan masyarakat.
Apabila Nadia tidak segera keluar dari arena, perdebatan antara dia dan kakaknya akan
menggangu seisi arena. Dalam hal ini, gambaran kepribadian ego tidak sesuai karena tidak
dapat mengambil keputusan yang rasional dan tidak tanggap terhadap keinginan
masyarakat.

c. Kepribadian tokoh Nadia berlandaskan aspek superego


UTS Psikologi Sastra

Superego merupakan unsur moral dalam kepribadian yang berkaitan dengan nilai
baik serta buruk, benar serta salah dalam norma masyarakat. Superego
diumpamakan seperti imam yang selalu mengingatkan dan menghormati akan nilai
buruk dan mengamalkan akan nilai baik. Mengingatkan si id yang rakus tentang
pentingnya berperilaku bijaksana dan berilmu.

Aspek superego nampak ketika tak disangka, sesaat setelah Nadia membuka pintu
ruangan, Nadia dikejutkan dengan kehadiran Kala yang berdiri didepannya dengan
seragam putih yang kotor, lutut, dan tulang pipi yang lencet. Kemudian Nadia
untuk menyuruh masuk kedalam ruangannya. Di dalam ruangan tersebut Kala ingin
menyampaikan apa yang ia telah dengar beberapa waktu lalu. Kutipan tersebut
dapat dibuktikan sebagai berikut.

“Ma-aaf,” katanya pelan. Nadia meliriknya sebentar lalu berdehem.

“Aku cuman mau ketemu kak Nadia,” katanya

“Ngapain?”

“Kak Nadia udah tahu papa sakit?” Bukannya menjawab, kala malah
melemparkan balik pertanyaan.

“Tahu.”

Kala menautkan kedua tangannya di atas paha. Menggesekkan kedua


jempolnya dengan perasaan bimbang. Dia memang punya keberanian nekat
datang kesini, tapi dia juga punya rasa gugup dan takut berhadapan dengan
Nadia. Apalagi sikap Kakak tirinya ini begitu berbanding terbalik dengan
Haykal. Kala cukup segan pada Nadia.

“A-aku, aku….”

“Ngomong yang jelas,” potong Nadia membuat Kala menelan ludahnya.

“A-aku gak sengaja denger papa bicara sama pak Handi, papa nanyain
tentang kak Nadia kemarin,” katanya menunduk. Nadia terdiam, tidak ada
ekspresi berarti yang keluar dari wajahnya. Hanya ekspresi datar dan sorot
mata sendu.

“Papa sakit dan kangen kak Nadia. “

Nadia memejamkan matanya sejenak. Menekan emosi yang mulai


mencengkeram hatinya. “Cuman itu yang mau Lo bilang?”
UTS Psikologi Sastra

Kala mengangkat wajahnya lalu menggelengkan kepalanya cepat, “Aku


juga mau minta maaf.”

“Buat apa?”

“Buat semuanya. Semua yang udah aku ambil dari kak Nadia, termasuk
perhatian papa. Aku minta maaf,” kata Kala melirik. Gadis itu lalu menutup
wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Suara tangis pelan pun tak
tertahankan keluar dari bibirnya.

Berlandaskan kutipan di atas menggambarkan Nadia sedang mengalami konflik


batin kepribadian superego. Nadia tidak tahan melihat kehadiran Kala apalagi dengan
berbicara dalam satu ruangan. Kehadiran Kala mengingatkan Nadia akan konflik di
rumahnya pada saat dulu. Akan tetapi disini kala ingin menyampaikan maksud tujuannya
disini. Setelah menyampaikan maksud tersebut tak membuat Nadia menunjukkan sikap
berubah, ia masih sama. Hal itu termasuk ke dalam kepribadian superego karena superego
mengetahui mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Nadia tahu bahwa kalimat
yang disampaikan kala memiliki tujuan yang baik yakni menginginkan Nadia untuk
bertemu papahnya yang sedang sakit. Hal ini sesuai dengan kepribadian superego yakni
bahwa superego seperti hati nurani yang dapat mengetahui mana yang termasuk nilai baik
dan mana yang termasuk nilai buruk.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian analisis data serta pembahasan yang telah diuraikan
pada subjudul sebelumnya, maka bisa disimpulkan hasil dari penelitian ini yakni bahwa
konflik batin tokoh utama yang terdapat dalam novel “Galaksi Andromeda” karya
Jihandvra memiliki bermacam-macam konflik batin yang dialami tokoh utamanya yakni
diantaranya rasa bersalah, khawatir, marah, sedih dan takut. Dengan adanya bermacam-
macam bentuk konflik batin tersebut diharapkan bisa menjadi upaya dalam mencegah agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan timbul berbagai
macam konflik batin.

Selamjutnya yakni menunjukkan bahwa tokoh utama dalam novel “Galaksi


Andromeda” yakni Nadia mengalami tiga jenis konflik batin seperti halnya pada kajian
psikoanalisis Sigmund Freud yang terdiri dari tiga aspek kepribadian, yakni id, ego, dan
superego. Aspek id terlihat ketika Nadia pulang kerumah tetapi ada satu hal yang Nadia
kaget dan tidak disangka-sangka yakni pulangnya papa Nadia dari Singapura dengan
UTS Psikologi Sastra

membawa istri barunya. Sontak hal itu membuat Nadia marah dan kecewa terhadap
papanya dan membuat papahnya membentak Nadia dengan keras. Hingga akhirnya Nadia
harus pergi dari rumahnya dengan perasaan marah dan kecewa. Aspek ego terlihat ketika
Haykal berhasil bertemu dengan Nadia lewat Kala, dan saat itu juga Haykal ingin berbicara
dengan Nadia. Akan tetapi semuanya sia-sia. Ingatan akan konflik yang terjadi dirumahnya
beberapa hari lalu membuat Nadia enggan berbicara panjang lebar kepada Haykal
meskipun tahu bahwa Haykal adalah kakak kandungnya. Dan yang terakhir yakni aspek
superego terlihat ketika sang papa Nadia yang sedang sakit menyampaikan kerinduannya
kepada Nadia dan di dengar oleh Kala yang membuat Kala pergi menemui Nadia dengan
maksud menyampaikan apa yang telah didengar oleh Kala. Tetapi tetap tak membuat
Nadia menunjukkan sikap berubah, ia masih sama.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Anas. 2015. Psikologi sastra. Surabaya: UNESA University Press

Padmomartono, Sumardjono, and Yustinus Windrawanto. "Teori kepribadian." (2013).


Yulianti, Novriza Y. ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA TERHADAP ASPEK
KEPRIBADIAN TOKOH PADA NOVEL “BIDADARI BERBISIK” KARYA ASMA
NADIA. Diss. UIN FAS BENGKULU, 2021.

Syawal, H., and Helaluddin Helaluddin. "Psikoanalisis Sigmund Freud Dan Implikasinya
Dalam Pendidikan." Retrieved from Research Gate website:
https://www.researchgate.net/publication/323535054_Psikoanalisis_Sigmund_Freu
d_dan_Implikasinya_dalam_Pendidikan (2018).

Rosyidi, Hamim. "Psikologi kepribadian: paradigma psikoanalisa." (2012).


UTS Psikologi Sastra

Wijaya, Hengki, and I. Darmawan. "Optimalisasi superego dalam teori psikoanalisis


sigmund freud untuk pendidikan karakter." (2019).

Ardiansyah, Ardiansyah, et al. "Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud." Jurnal


Kependidikan 7.1 (2022): 25-31.

Ahmad, Maghfur. "Agama dan Psikoanalisa Sigmund Freud." Religia (2011).

Fatih, Moh Khoirul. "Epistemologi psikoanalisa: menggali kepribadian sosial dalam


perspektif sigmund freud." Madinah: Jurnal Studi Islam 6.1 (2019): 20-31.

Tirtawati, Anak Agung Rai. "Teori Kepribadian Manusia (Study tentang Kepustakaan)."
Widyasrama 23.1 (2014).

Fatwikiningsih, Nur. Teori Psikologi Kepribadian Manusia. Penerbit Andi, 2020.

Utomo, Nisrina Larasati. "Pengantar Psikoanalisis: Kepribadian, Psikopatologi, dan


Terapi."

Minderop, Albertine. Psikologi sastra: karya, metode, teori, dan contoh kasus. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2010.
Siswanto, Wahyudi, and M. Pd Roekhan. Psikologi Sastra. Media Nusa Creative (MNC
Publishing), 2022.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkaian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Sudjiman, Panuti. 1986. Kamus Istilah Sastra: Jakarta: PT Gramedia.

Susanto, Dwi. 2016. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: CAPS.

Suryabrata, Sumadi. "Psikologi kepribadian." (2011).

Bertens, Kees. Psikoanalisis Sigmund Freud. Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Hamali, Syaiful. "Kepribadian dalam Teori Sigmound Freud dan Nafsiologi dalam Islam."
Al-Adyan 13.2 (2018): 285-302.
UTS Psikologi Sastra

Hall, Calvin S. Psikologi Freud. IRCiSoD, 2019.

Anda mungkin juga menyukai