Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERPEN CINTA LAURA

KARYA NUGROHO SUKSMANTO

Nur Batsina Suci Priantini


(13010116120003)
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepaduan wacana yang didukung pada
aspek kohesi gramatikal dalam cerpen Cinta Laura karya Nugroho Suksmanto. Penyedian data
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak dan teknik catat sebagai teknik lanjutan.
Sumber datanya yaitu cerpen Cinta Laura karya Nugroho Suksmanto, dan data yang dianalisis
berupa klausa atau kalimat yang isinya mengandung penanda kohesi gramatikal dalam wacana
cerpen tersebut.
Dalam analisis data, disimpulkan bahwa wacana cerpen Cinta Laura karya Nugroho
Suksmanto merupakan wacana yang padu, karena didukung oleh penanda kohesi gramatikalnya
yang berupa, (1) referensi, (2) pelesapan, (3) penyulihan, dan (4) konjungsi. Pada cerpen ini
kohesi gramatikal yang dominan yaitu pada penggunaan aspek referensi, yakni 36 data referensi,
yang terdiri atas (1) referensi persona 22 data, (2) referensi demonstratif 13 data, dan (3)
referensi komparatif 1 data. Kemudian pelesapan hanya sedikit yaitu 4 data dan penyulihan yang
juga sedikit dengan hanya 3 data saja yang ditemukan. Dan konjungsi pada cerpen Cinta Laura
juga dominan dengan 29 data konjungsi, yang terdiri atas (1) konjungsi adversatif 10 data, (2)
konjungsi korelatif 3 data, (4) konjungsi subordinatif 3 data, dan (5) konjungsi temporal 13 data.

1
A. PENDAHULUAN
Pada kehidupan sehari-hari, manusia melakukan komunikasi dengan manusia
yang lainnya. Alat komunikasi yang digunakan ialah disebut bahasa. Bahasa ialah
komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
perasaan dan pendapat kepada orang lain (Walija, 1996:4). Sebagai alat komunikasi,
bahasa dapat berwujud dalam kalimat yang saling berkaitan. Kalimat yang saling
berkaitan tersebut disebut wacana. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan seperti
novel, buku, cerpen atau kalimat yang lengkap.
Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan lengkap.
satuan pendukung kebahasaan meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat,
paragraf dan karangan utuh. Menurut Harimurti dalam kamus Linguistik (2008: 204)
bahwa wacana atau discourse sebagai satuan bahasa yang lengkap, yaitu dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi. Dari defenisi tersebut, dapat dipahami
bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang tataran kalimatnya lengkap dan digunakan
untuk berkomunikasi. Selain itu, wacana dapat berwujud lisan atau tulis.
Wacana memilik keutuhan struktur. Keutuhan itu dibangun dari komponen-
komponen yang ada dalam kewacanaan. Dalam struktur wacana tersebut dapat diurai atau
dideskripsikan bagian-bagiannya. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa kohesi
sangat penting pada wacana. Menurut Halliday dan Hassan (dalam Sarwiji Suwandi,
2008:121) mendefinisikan bahwa kohesi adalah perangkat sumber-sumber kebahasaan
yang dimiliki setiap bahasa sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk mengakaitkan
satu bagian teks dengan bagian lainnya. Maka wacana dapat dikatakan padu apabila
kalimat-kalimat disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukka ide yang
diungkapkan melalui penanda kekohesian.
Cerpen termasuk ke dalam jenis wacana. Menurut Edgar Allan Poe (dalam
Burhan Nurgiyantoro, 2005) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai
dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Cerpen
Cinta Laura Karya Nugroho Suksmanto merupakan cerpen pilihan Suara Merdeka tahun
2019. Cerpen ini mengandung makna yang dalam pada peristiwa cinta yang dialami
Laura dan Rico. Kisah cinta mereka yang rumit dapat menarik minat pembaca yang akan
terhanyut dalam masalah cinta mereka.

2
Berdasarkan paparan di atas, bahwa ruang lingkup kajian ini ialah Analisis Kohesi
Gramatikal pada Cerpen Cinta Laura Karya Nugroho Suksmanto. Masalah yang dibahas
pada kajian ini adalah bagaimanakah penanda kohesi gramatikal dalam cerpen Cinta
Laura karya Nugroho Suksmanto? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penanda kohesi gramatikal dalam cerpen Cinta Laura Karya Nugroho Suksmanto.

B. KAJIAN PUSTAKA
Menurut Gutwinski (dalam Sarwiji Suwandi, 2008:121) mendefinisikan bahwa kohesi
adalah hubungan antarkalimat dan antarklausa dalam sebuah teks, baik dalam strata
gramatikal maupun dalam strata leksikal. sedangkan menurut Halliday dan Hassan
(dalam Sarwiji Suwandi, 2008:121) mengemukakan bahwa kohesi adalah perangkat
sumber-sumber kebahasaan yang dimiliki setiap bahasa sebagai bagian dari metafungsi
tekstual untuk mengkaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya. Maka dari pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa kohesi merupakan hubungan antarklausa ataupun
antarkalimat yang dapat menghubungkan atau menyerasikan unsur yang satu dengan
unsur yang lainnya.
Menurut Halliday dan Hassan (1976) unsur kohesi dibagi menjadi dua macam, yaitu
unsur gramatikal dan leksikal. Kohesi gramatikal ialah kepaduan bentuk sesuai dengan
tata bahasa. Kohesi leksikal ialah kepaduan bentuk sesuai dengan kata. Kohesi gramatikal
meliputi referensi, pelesapan, penyulihan dan konjungsi.
Menurut Edgar Allan Poe (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005) mendefinisikan bahwa
cerpen merupakan cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara
setengah jam sampai dua jam. Pendapat tersebut juga sama menurut Jakob Sumardjo
(2007: 202) cerpen adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka cerpen adalah cerita fiksi bentuk prosa yang
singkat namun padat dalam menceritakan satu peristiwa.

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif pada
pendekatan studi pustaka. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan
suatu objek dengan tujuan agar pembacanya turut memahami dan merasakan seperti apa

3
yang dialami penulisnya (Pradopo, 2001:32). Maka metode deskriptif ialah
penggambaran secara jelas terhadap peristiwa. Bahan pustaka berupa teknik
pengumpulan data melalui teks-teks tertulis seperti buku, jurnal, laporan, surat kabar dan
lain- lain. Pendekatan studi pustaka umum dilakukan oleh peneliti, dikarenakan peneliti
tidak mencari data dengan terjun langsung ke lapangan melainkan cukup dapat
mengumpulkan dan menganalisis data yang tersedia dalam pustaka.
Pada penelitian ini memfokuskan dalam wacana tulis pada cerpen Cinta Laura karya
Nugroho Suksmanto. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
memperoleh data pada cerpen Cinta Laura karya Nugroho Suksmanto yaitu teknik baca.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu menurut Miles dan Hubernas (dalam Sugiyono
2009:92). Analisis tersebut mencakup empat tahap, yaitu: (1) pengumpulan data yang
didapatkan dari teknik baca, (2) reduksi data dengan cara mengklasifikasikan data sesuai
dengan masalah, (3) penyajian data yaitu data yang disajikan mengenai kohesi gramatikal
pada cerpen Cinta Laura karya Nugroho Suksmanto, lalu dituangkan dalam bentuk
tulisan, dan (4) penarikan kesimpulan hasil klasifikasi data mengenai kohesi gramatikal
pada cerpen Cinta Laura karya Nugroho Suksmanto.

4
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis aspek gramatikal dalam wacana ini meliputi: referensi, pelesapan, dan
konjungsi. Berikut aspek-aspek gramatikal yang terdapat dalam cerpen Cinta Laura Karya
Nugroho Suksmanto.
1. Referensi
Referensi atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya.
Jenis kohesi gramatikal pengacuan diklasifikasi menjadi tiga macam, yaitu (1) Referensi
persona, (2) Referensi demonstratif, dan (3) Referensi komparatif.
a. Referensi Persona
Referensi persona adalah penunjukkan yang mengacu pada orang atau yang
diorangkan. Yang termasuk dalam referensi persona yaitu segala bentuk persona berupa
kata ganti orang baik tunggal ataupun jamak. Referensi persona yang terdapat dalam
cerpen Cinta Laura sebagai berikut:
(1) “Aku mencintaimu, Laura. Sangat!” Rico mengecup kening Laura semesra kecupan
Leonardo Di Caprio kepada Kate Winslet. Namun Rico tentu tak membayangkan kapal
Titanic tenggelam pada puncak kemesraan mereka.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Rico’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Aku’.
(2) Rico yang menganggap haru kebahagiaan menyelimuti Laura, menyambut potongan kue
dengan senyuman. Dia usap air mata Laura dengan selembar tisu.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Dia’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Rico’.
(3) Sejenak Laura terdiam, belum mampu berkata-kata. Rico penasaran. “Apa
keinginanmu?”
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘keinginanmu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Laura’.

5
(4) Api di jambang meja tempat mereka bercengkerama jadi saksi ketegangan wajah Laura.
“Maafkan aku, Rico,” ujar Laura, lalu terdiam lagi.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang pertama ‘Aku’ yang merujuk pada kata di kalimat sebelumnya
yaitu ‘Laura’.
(5) Rico terkesiap. Dia tak menyangka kalimat itu meluncur dari mulut Laura, saat
membayangkan langkah menyingkirkan segala rintangan bagi pernikahan mereka.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga ‘Dia’ yang merujuk pada kata di kalimat sebelumnya yaitu
‘Rico’.
(6) “Tidak, Rico. Aku serius. Inilah akhir cinta kita yang kuinginkan.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga jamak ‘Kita’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Aku dan Rico’.
(7) “Aku telah bertemu mamamu. Berdua dari hati ke hati, kami lama berbincang.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga jamak ‘Kami’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Aku dan Mamamu’.
(8) “Walau tak terucap, aku yakin keluargamu beranggapan, kamu yang tampan, kaya, dan
berpendidikan, akan mudah menemukan gadis pendamping yang memenuhi kriteria
mereka. Mengapa memilih aku? Pasti orang tuamu malu karena video mesumku dan
Deril beredar luas.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga jamak ‘Orang tuamu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Mereka’.
(9) Waktu itu Gizka menggelar pesta di Kafe Tisi Bandung, ajang rendezvous pilihan kaum
milenial. Ia merayakan keberhasilan menerbitkan album solo, koleksi lagu hip-hop
spesialisasinya.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Ia’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Gizka’.

6
(10) Laura tak menyia-nyiakan kesempatan bertemu para penyanyi kreatif, teman
lamanya. Dia mengajak Deril, sang kekasih, anak muda lulusan Arsitektur ITB
seumuran, yang juga pemusik.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Dia’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Laura’.
(11) Entah kenapa, Laura seperti setengah sadar ketika bersedia memenuhi ajakan
Deril. Mereka bercumbu dan Deril merekam seluruh adegan.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga jamak ‘Mereka’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Laura dan Deril’.
(12) Pas aku tinggal sebentar ke kamar, Donny datang. Dia mungkin menyaksikan dan
merekam dengan flash disk.”
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Dia’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Donny’.
(13) Laura sedih setiap kali melewati jalan protokol yang bertabur baliho raksasa.
Semua iklan sabun ternama dengan model dia satu per satu diturunkan.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Dia’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Laura’.
(14) Laura terenyak ketika Rico bicara, “Oh, itu maksud kamu selama beberapa bulan
ini mendekatkan saya dengan Tasya?! Tidak, Laura. Kita segera harus menikah! Apa pun
konsekuensinya.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga jamak ‘Kita’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Laura dan Rico’.
(15) “Papa setuju?”
“Tak sepenuhnya! Beliau mengusulkan kerja sama joint venture; 70 persen saham
milik papamu.

7
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan kata
ganti orang ketiga tunggal ‘Beliau’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Papa’.
(16) Papamu minta kesepakatan itu kami rahasiakan. Dia bertanya, apa peran serta
posisiku dan Tasya.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Dia’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Papamu’.
(17) Di tengah pembicaraan, papamu bertanya status Tasya. Kubilang, ‘Masih singgel,
Om.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Om’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Papamu’.
(18) Rico terdiam. Dia pun memikirkan Tasya.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Dia’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Rico’.
(19) Mereka pun berjabat tangan, lalu erat berpelukan. Rico berpesan agar Laura
menyimpan rahasia: dua kali pernikahan.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga jamak ‘Mereka’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelum dan sesudahnya yaitu ‘Rico dan Laura’.
(20) Di Masjid Al-Ikhlas Badhovedorp, supaya Oma yang tinggal di sana bisa hadir.
Beliau sudah tak bisa beranjak jauh dari kursi roda.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Beliau’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Oma’.
(21) Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, akan kuhadirkan Ustaz Bustomi ke Makkah
untuk jadi penghulu. Syukur beliau bisa menghadirkan Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais,
imam besar Kakbah, sebagai saksi.

8
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga tunggal ‘Beliau’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Ustadz Bustomi’.
(22) Setelah itu kita bertiga umrah. Lalu aku dan kamu ijab kabul di depan Kakbah.”
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi persona, karena menggunakan
kata ganti orang ketiga jamak ‘Kita’ yang merujuk pada kata di kalimat
sesudahnya yaitu ‘Aku dan Kamu’.
b. Referensi Demonstratif
Referensi demonstratif adalah pengacuan pada kata ganti penunjuk seperti ini, itu, di
sana dan di situ. Referensi demonstratif yang terdapat dalam cerpen Cinta Laura sebagai
berikut:
(1) Ketika nyanyian ulang tahun berakhir ceria membahana. Mendengar seruan itu, para
waiter Restoran Altitude yang berdiri mengelilingi menyurut, pergi.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Itu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Nyanyian ulang tahun’.
(2) Inilah akhir cinta kita yang kuinginkan. Ini untuk kebahagiaan kamu, orang tuamu, serta
Oma.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Ini’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘akhir cinta’.
(3) Mengapa memilih aku? Pasti orang tuamu malu karena video mesumku dan Deril beredar
luas.“Kejadian itu sangat memalukan.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Itu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Video mesumku’.
(4) Aku telah mempertontonkan aurat yang seharusnya rapat kusembunyikan. Inilah
realitas yang harus kita pahami.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Inilah’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Aurat yang seharusnya rapat kusembunyikan’.

9
(5) Laura tertunduk sejenak. Setelah itu pandangannya menembus temaram ruangan,
mengantarkan ke kenangan amat-sangat pedih dan menyakitkan.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Itu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Tertunduk sejenak’.
(6) Mereka bercumbu dan Deril merekam seluruh adegan. “Mengapa kaulakukan itu,
Deril?”
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Itu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Merekam seluruh adegan’.
(7) Dia ingin menjalin hubungan cinta. Oh, semua itu hanya kenangan.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Itu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Menjalin hubungan cinta’.
(8) Aku bahagia kau cintai secara tulus. Tapi itu aku tak bahagia.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Itu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Aku bahagia kau cintai secara tulus’.
(9) Setelah perkawinan nanti, aku harus berada di tengah orang-orang terpandang yang
mencibir, memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala, bukan sebagai model,
melainkan gadis mesum yang tak layak bersama mereka. Itu siksaan batin bagiku.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Itu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Gadis mesum yang tak layak bersama mereka’.
(10) “Tak sepenuhnya! Beliau mengusulkan kerja sama joint venture; 70 persen
saham milik papamu. Papamu minta kesepakatan itu kami rahasiakan.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Itu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Beliau mengusulkan kerja sama joint venture; 70 persen
saham milik papamu’.
(11) Tentu tidak di Indonesia, karena masih ilegal.”

10
Rico menyahut, “Di sini bisa legal kalau aku yang jadi donor!”
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Di sini’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Di Indonesia’.
(12) “Aku akan menikahi Tasya di Belanda. Di Masjid Al-Ikhlas Badhovedorp,
supaya Oma yang tinggal di sana bisa hadir.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Di sana’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Di Belanda’.
(13) Meninggalkan Rico dan Tasya yang akan berbulan madu di Paris. Ingatan Laura
melayang ke kota itu, kota romantis yang dulu sering dia singgahi bersama Rico.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi demonstratif, karena
menggunakan kata ganti penunjuk ‘Itu’ yang merujuk pada kata di kalimat
sebelumnya yaitu ‘Di Paris’.
c. Referensi Komparatif
Referensi komparatif adalah penggunaan kata yang bernuansa perbandingan.
Contohnya, seperti, bagaikan, sama, identik, serupa, dan sebagainya. Referensi
komparatif yang terdapat dalam cerpen Cinta Laura sebagai berikut:
(1) Entah kenapa, Laura seperti setengah sadar ketika bersedia memenuhi ajakan Deril.
Kutipan cerpen di atas termasuk pada referensi komparatif, karena menggunakan
kata ‘Seperti’ yang berfungsi membandingkan antara sadar dan tidak sadarnya
Laura.

2. Pelesapan
Pelesapan pada dasarnya merupakan penghilangan kata yang dapat dimunculkan kembali
dalam pemahamannya. Pelesapan dilakukan untuk menciptakan kepaduan wacana. Pelesapan
yang terdapat dalam cerpen Cinta Laura sebagai berikut:
(1) Mengapa memilih aku? Pasti orang tuamu malu karena video mesumku dan Deril beredar
luas. Kejadian itu sangat memalukan.
Kutipan cerpen di atas terdapat pelesapan satuan lingual berupa frasa ‘Video
mesumku’ pada kalimat itu sebelum dilesapkan akan berupa ‘Mengapa memilih

11
aku? Pasti orang tuamu malu karena video mesumku dan Deril beredar luas.
Kejadian (video mesumku) itu sangat memalukan.
(2) “Ya, ampun, Deril! Sekarang dia minta tebusan sebesar itu. Mengancam akan
mengedarkan kalau tidak dibayar.
Kutipan cerpen di atas terdapat pelesapan satuan lingual berupa frasa ‘Tebusan
sebesar itu’ pada kalimat itu sebelum dilesapkan akan berupa ‘Ya, ampun, Deril!
Sekarang dia minta tebusan sebesar itu. Mengancam akan mengedarkan kalau
tidak dibayar (tebusan sebesar itu).
(3) “Tak sepenuhnya! Beliau mengusulkan kerja sama joint venture; 70 persen saham milik
papamu. Papamu minta kesepakatan itu kami rahasiakan.
Kutipan cerpen di atas terdapat pelesapan satuan lingual berupa frasa ‘kerja
sama’ pada kalimat itu sebelum dilesapkan akan berupa ‘Tak sepenuhnya! Beliau
mengusulkan kerja sama joint venture; 70 persen saham milik papamu. Papamu
minta kesepakatan (kerja sama) itu kami rahasiakan.
(4) Mengadopsi anak atau cari donor untuk bayi tabung. Tentu tidak di Indonesia, karena
masih ilegal.”
Kutipan cerpen di atas terdapat pelesapan satuan lingual berupa frasa ‘Donor
untuk bayi tabung’ pada kalimat itu sebelum dilesapkan akan berupa
‘Mengadopsi anak atau cari donor untuk bayi tabung. Tentu tidak di Indonesia,
karena (donor untuk bayi tabung) masih illegal.

3. Penyulihan
Penyulihan atau substitusi adalah proses dan hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur
lain dalam satuan yang lebih besar. penggantian tersebut dilakukan untuk memperoleh unsur
pembeda atau menjelaskan struktur tertentu menurut Kridalaksana (dalam Ghufron,
2010:31). Maka substitusi dalam unsur lainnya tersebut acuannya tetap sama. Penyulihan
yang terdapat dalam cerpen Cinta Laura sebagai berikut:
(1) “Aku telah bertemu mamamu. Berdua dari hati ke hati, kami lama berbincang.
Kutipan cerpen di atas terdapat penyulihan kata ‘kami’ pada kalimat kedua
merupakan bentuk yang menggantikan unsur lain yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu aku dan mamamu.

12
(2) Setelah perkawinan nanti, aku harus berada di tengah orang-orang terpandang yang
mencibir, memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala, bukan sebagai model,
melainkan gadis mesum yang tak layak bersama mereka.
Kutipan cerpen di atas terdapat penyulihan kata ‘mereka’ merupakan bentuk
dalam menggantikan unsur lain yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu orang-
orang terpandang.
(3) Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, akan kuhadirkan Ustaz Bustomi ke Makkah untuk
jadi penghulu. Syukur beliau bisa menghadirkan Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais, imam
besar Kakbah, sebagai saksi.
Kutipan cerpen di atas terdapat penyulihan kata ‘beliau’ merupakan bentuk dalam
menggantikan unsur lain yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu Ustaz Bustomi.

4. Konjungsi
Konjungsi merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara
menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur tersebut
berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat bahkan paragraf. Konjungsi disebut juga
sebagai sarana perangkaian unsur-unsur kewacanaan. Konjungsi yang terdapat dalam cerpen
Cinta Laura sebagai berikut:
a. Konjungsi Adversatif
Konjungsi adversatif adalah hubungan yang menyangkal dugaan semula. Konjungsi
adversatif yang terdapat dalam cerpen Cinta Laura sebagai berikut:
(1) “Aku mencintaimu, Laura. Sangat!” Rico mengecup kening Laura semesra kecupan
Leonardo Di Caprio kepada Kate Winslet. Namun Rico tentu tak membayangkan kapal
Titanic tenggelam pada puncak kemesraan mereka.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘namun’ (pada kalimat
kedua), maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(2) Laura mengangkat dan siap mengucap keinginan. Namun tiba-tiba air matanya menetes,
menggelincir ke pipi.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘namun’ (pada kalimat
kedua), maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.

13
(3) Semula Laura ingin meniti karier di bidang tarik suara, tetapi keindahan tubuh dan
kecantikan wajah membuat dia tak bisa menolak tawaran jadi model dan terjun ke dunia
entertainment dengan bayaran menggiurkan.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘tetapi’ (pada kalimat kedua),
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(4) Beberapa kali Laura meminta dihapus. Namun Deril meyakinkan akan menyimpan
dalam file pribadi yang terkunci dengan sandi tak mungkin orang lain buka.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘namun’ (pada kalimat
kedua), maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(5) Mula-mula aman-aman saja. Namun tak lama terjadilah sesuatu yang tak diharapkan.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘namun’ (pada kalimat
kedua), maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(6) Namun kehidupan terus berjalan.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘namun’ (pada paragraf),
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan paragraf sebelumnya.
(7) Aku bahagia kaucintai secara tulus. Tapi itu aku tak bahagia.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘tapi’ (pada kalimat kedua),
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(8) Namun aku tak akan menyerah. Aku akan mengabdikan diri bagi kepentingan bernilai
moral lebih tinggi.”
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘namun’ (pada kalimat
sebelumnya), maka keberadaanya menjadi penghubung dengan paragraf
sebelumnya dan sesudahnya.
(9) Dari sudut pandang medis, LGBT seharusnya bisa disembuhkan melalui cognitive
theraphy. Namun perlu investasi tak sedikit.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘namun’ (pada kalimat
kedua), maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(10) “Demi cintaku padamu, aku setuju usulmu! Namun itu sebagai imbalan agar bisa
menikahimu secara rahasia,” tegas Rico.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi adversatif ‘namun’ (pada kalimat
kedua), maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.

14
b. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah menghubungkan dua bagian kalimat yang memiliki
hubungan sedemikian rupa sehingga kalimat yang satu akan melengkapi kalimat yang lain.
Konjungsi korelatif yang terdapat dalam cerpen Cinta Laura sebagai berikut:
(1) Inilah akhir cinta kita yang kuinginkan. Ini untuk kebahagiaan kamu, orang tuamu, serta
Oma. Lebih dari itu, untuk kebahagiaan sahabatku, Tasya.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi korelatif ‘serta’ dan ‘lebih dari itu’
(pada kalimat kedua) maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat
sebelumnya.
(2) Mamamu dengan bijak dan jujur, beserta permohonan maaf, meminta aku mundur dari
kehidupan kamu.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi korelatif ‘beserta’ (pada kalimat kedua)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(3) Aku dapat menerima dengan akal dan perasaan; mereka tak ingin nama baik keluarga
islami, berada, dan terhormat tercemar. Apalagi berpotensi terus-menerus
dipergunjingkan.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi korelatif ‘apalagi’ (pada kalimat kedua)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
c. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan dua klausa
atau lebih dengan status yang tidak sama derajatnya. Konjungsi subordinatif yang
terdapat dalam cerpen Cinta Laura sebagai berikut:
(1) “Walau tak terucap, aku yakin keluargamu beranggapan, kamu yang tampan, kaya, dan
berpendidikan, akan mudah menemukan gadis pendamping yang memenuhi kriteria
mereka.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi subordinatif ‘walau’ (pada awal
paragraf) maka keberadaanya menjadi penghubung dengan paragraf sebelumnya.
(2) “Bagaimana mungkin kita merahasiakan?” tanya Laura. “Kalau ketahuan, rencana
investasi klinik bersama papamu bisa buyar.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi subordinatif ‘kalau’ (pada kalimat
kedua) maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.

15
(3) Kalau ini sebuah kemungkinan, aku mau.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi subordinatif ‘kalau’ (pada awal
paragraf) maka keberadaanya menjadi penghubung dengan paragraf sebelumnya.
d. Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal adalah menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lain yang
mengacu pada urutan waktu. Konjungsi temporal yang terdapat dalam cerpen Cinta
Laura sebagai berikut:
(1) Sejenak Laura terdiam, belum mampu berkata-kata. Rico penasaran. “Apa
keinginanmu?”
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘sejenak’ (Pada awal
paragraf) maka keberadaanya menjadi penghubung dengan paragraf sebelumnya.
(2) “Maafkan aku, Rico,” ujar Laura, lalu terdiam lagi. (temporal)
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘lalu’ (Pada kalimat) maka
keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(3) Suatu hari, saat bersama sang ibu di Coffee Shop Grand Hyatt Nusa Dua Bali, seorang
anak muda tampan menghampiri.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘saat’ (Pada kalimat) maka
keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(4) Laura tertunduk sejenak. Setelah itu pandangannya menembus temaram ruangan,
mengantarkan ke kenangan amat-sangat pedih dan menyakitkan.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘setelah’ (Pada kalimat kedua)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(5) Waktu itu Gizka menggelar pesta di Kafe Tisi Bandung, ajang rendezvous pilihan kaum
milenial.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘waktu’ (Pada awal paragraf)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sesudahnya.
(6) Di hotel, Deril tak sabar untuk segera mencumbu Laura.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘segera’ (Pada kalimat kedua)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(7) “Rico, sejak perkenalan kita tiga tahun lalu, aku tahu kamu tertarik padaku, kemudian
mencintai dan tak peduli tentangan keluargamu.

16
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘sejak dan kemudian’ (Pada
kalimat kedua dan ketiga) maka keberadaanya menjadi penghubung dengan
kalimat sebelumnya.
(8) Setelah perkawinan nanti, aku harus berada di tengah orang-orang terpandang yang
mencibir, memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala, bukan sebagai model,
melainkan gadis mesum yang tak layak bersama mereka.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘setelah’ (Pada awal paragraf)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan paragraf sebelumnya.
(9) “Mungkin ini hikmah. Sejak berniat bertobat, aku merasa mendapat berkah.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘sejak’ (Pada kalmia kedua)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(10) …“Setelah aku menerima dan menyetujui permintaan keluargamu untuk tak
menikah dengan kamu, mamamu memelukku, menangis, dan menyampaikan papamu
akan memberikan uang yang cukup untuk membiayai sisa hidupku.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘setelah’ (Pada kalimat kedua)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(11) …Lalu bertemulah kami bertiga; aku, Tasya, dan papamu.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘lalu’ (Pada kalimat kedua)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(12) Mereka pun berjabat tangan, lalu erat berpelukan.
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘lalu’ (Pada kalimat kedua)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.
(13) ...Setelah itu kita bertiga umrah. Lalu aku dan kamu ijab kabul di depan Kakbah.”
Kutipan cerpen di atas terdapat konjungsi temporal ‘setelah’ (Pada kalimat kedua)
maka keberadaanya menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya.

17
E. SIMPULAN
Berdasarkan analisis di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kehadiran kohesi sangatlah
penting terhadap wacana. Dengan adanya kohesi tersebut maka wacana akan menjadi baik
jika memiliki kohesi. Kohesi mengacu kepada keterkaitan makna yang menghubungkan
suatu unsur terhadap unsur sebelumnya. Maka dengan adanya kohesi wacana akan tampak
kepaduannya, yang di mana pembaca akan lebih mudah memahami wacana tersebut.
Cerpen Cinta Laura karya Nugroho Suksmanto memiliki kohesi gramatikal yang terdiri
dari referensi, pelesapan, penyulihan, dan konjungsi. Masing-masing dari aspek tersebut
memiliki fungsi dan peran yang berbeda dalam pembentukan teks wacana. Pada cerpen Cinta
Laura didominasi dengan penggunaan aspek referensi, yakni 36 data referensi, yang terdiri
atas (1) referensi persona 22 data, (2) referensi demonstratif 13 data, dan (3) referensi
komparatif 1 data. Kemudian pelesapan hanya sedikit yaitu 4 data dan penyulihan yang juga
sedikit dengan hanya 3 data saja yang ditemukan. Dan konjungsi pada cerpen Cinta Laura
juga dominan dengan 29 data konjungsi, yang terdiri atas (1) konjungsi adversatif 10 data,
(2) konjungsi korelatif 3 data, (4) konjungsi subordinatif 3 data, dan (5) konjungsi temporal
13 data.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Sri Widyarti. 2010. Penanda Kohesi Gramatikal Dan Leksikal Dalam Cerpen The Killers
Karya Ernest Hemingway. Tesis S-2 Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Burhan, Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.


Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara.

https://www.porosilmu.com/2016/02/konjungsi.html?m=1. Diakses Tanggal 19 April 2019.

http://bisarulihsan.blogspot.com/2016/07/pengertian-kohesi-dan-macam-macam-
kohesi.html?m=1. Diakses Tanggal 19 April 2019.

http://rahmarosalianas.blogspot.com/2015/02/kohesi-gramatikal-dan-leksikal-sebuah.html?m=1.
Diakses Tanggal 19 April 2019.

Jakob, Sumardjo. 2007. Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

18
Mulyana. 2005. Kajian Wacana, Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Pratiwi, Cerianing Putri. tth. Analisis Kohesi Gramatikal Pada Cerpen Kunang-Kunang Di
Langit Jakarta Karya Agus Noor. Madiun: FKIP IKIP PGRI MADIUN.

Sarwiji, Suwandi. 2008. Serbalinguistik: Mengupas Perbagai Praktik Berbahasa. Surakarta:


UNS Pres.

LAMPIRAN CERPEN CINTA LAURA KARYA NUGROHO SUKSMANTO

Cerpen Nugroho Suksmanto (Suara Merdeka, 24 Maret 2019)

“Make a wish!” Rico menyeru Laura, ketika nyanyian ulang tahun


berakhir ceria membahana.
Mendengar seruan itu, para waiter Restoran Altitude yang berdiri mengelilingi menyurut, pergi.
“Hmm, tak terasa 32 helai umurku tercabut hari ini,” keluh Laura.

“Aku mencintaimu, Laura. Sangat!” Rico mengecup kening Laura semesra kecupan Leonardo Di
Caprio kepada Kate Winslet. Namun Rico tentu tak membayangkan kapal Titanic tenggelam
pada puncak kemesraan mereka.
“Terima kacih,” sambut Laura manja.

Kue telah terpotong. Laura mengangkat dan siap mengucap keinginan. Namun tiba-tiba air
matanya menetes, menggelincir ke pipi.
Rico yang menganggap haru kebahagiaan menyelimuti Laura, menyambut potongan kue dengan
senyuman. Dia usap air mata Laura dengan selembar tisu. Lembut, penuh pengertian.

Sejenak Laura terdiam, belum mampu berkata-kata. Rico penasaran. “Apa keinginanmu?”

19
Api di jambang meja tempat mereka bercengkerama jadi saksi ketegangan wajah Laura.
“Maafkan aku, Rico,” ujar Laura, lalu terdiam lagi.

“Kenapa, Beib?” Rico menyampaikan rayuan iba.


Laura menatap tajam wajah Rico. “Rico, menikahlah dengan Tasya!”
Rico terkesiap. Dia tak menyangka kalimat itu meluncur dari mulut Laura, saat membayangkan
langkah menyingkirkan segala rintangan bagi pernikahan mereka.
“Kamu bercanda, Beib?”

“Tidak, Rico. Aku serius. Inilah akhir cinta kita yang kuinginkan. Ini untuk kebahagiaan kamu,
orang tuamu, serta Oma. Lebih dari itu, untuk kebahagiaan sahabatku, Tasya.

“Aku telah bertemu mamamu. Berdua dari hati ke hati, kami lama berbincang. Mamamu dengan
bijak dan jujur, beserta permohonan maaf, meminta aku mundur dari kehidupan kamu. Meminta
aku tak melanjutkan jalinan cinta kita ke pelaminan.

“Alasannya klasik dan rasional. Aku dapat menerima dengan akal dan perasaan; mereka tak
ingin nama baik keluarga islami, berada, dan terhormat tercemar. Apalagi berpotensi terus-
menerus dipergunjingkan.

“Walau tak terucap, aku yakin keluargamu beranggapan, kamu yang tampan, kaya, dan
berpendidikan, akan mudah menemukan gadis pendamping yang memenuhi kriteria mereka.
Mengapa memilih aku? Pasti orang tuamu malu karena video mesumku dan Deril beredar luas.

“Kejadian itu sangat memalukan. Aku telah mempertontonkan aurat yang seharusnya rapat
kusembunyikan. Inilah realitas yang harus kita pahami. Paling tidak, aku harus menyadari
kejadian itu membuat kehidupan banyak orang menjadi tak nyaman.”

Laura tertunduk sejenak. Setelah itu pandangannya menembus temaram ruangan, mengantarkan
ke kenangan amat-sangat pedih dan menyakitkan. Kejadian yang dalam sekejap mengubah
nasibnya, dari gemerlap yang menjanjikan menjadi suram yang mengaburkan masa depan.

***

Waktu itu Gizka menggelar pesta di Kafe Tisi Bandung, ajang rendezvous pilihan kaum milenial.
Ia merayakan keberhasilan menerbitkan album solo, koleksi lagu hip-hop spesialisasinya.
Laura tak menyia-nyiakan kesempatan bertemu para penyanyi kreatif, teman lamanya. Dia
mengajak Deril, sang kekasih, anak muda lulusan Arsitektur ITB seumuran, yang juga pemusik.

Semula Laura ingin meniti karier di bidang tarik suara, tetapi keindahan tubuh dan kecantikan
wajah membuat dia tak bisa menolak tawaran jadi model dan terjun ke
dunia entertainmentdengan bayaran menggiurkan.

20
Pesta usai. Deril mengajak Laura ke hotel. Di hotel, Deril tak sabar untuk segera mencumbu
Laura. Entah kenapa, Laura seperti setengah sadar ketika bersedia memenuhi ajakan Deril.

Mereka bercumbu dan Deril merekam seluruh adegan.

“Mengapa kaulakukan itu, Deril?”

“Yah, sebagai koleksi pribadi. Untuk mengenang kemesraan kita, ketika aku jauh dari kamu.”

Beberapa kali Laura meminta dihapus. Namun Deril meyakinkan akan menyimpan
dalam file pribadi yang terkunci dengan sandi tak mungkin orang lain buka.

Mula-mula aman-aman saja. Namun tak lama terjadilah sesuatu yang tak diharapkan. Laura
menangis dan berteriak, “Ada yang meminta uang sepuluh miliar?! Bagaimana rekaman itu bisa
di tangan Donny, teman kamu pencandu narkoba itu?”

Deril menjelaskan, “Waktu itu aku menonton rekaman seorang diri. Pas aku tinggal sebentar ke
kamar, Donny datang. Dia mungkin menyaksikan dan merekam dengan flash disk.”

“Ya, ampun, Deril! Sekarang dia minta tebusan sebesar itu. Mengancam akan mengedarkan
kalau tidak dibayar. Kita dapat duit dari mana? Masya Allah!”

Deril dan Laura tak memenuhi permintaan. Rekaman pun beredar; publik mudah mengunduh
dari internet. Jadi kasus besar. Deril diputus pengadilan bersalah dan dipenjara tanpa bisa
menuntut Donny karena ketiadaan bukti yang mencukupi.

***

Laura sedih setiap kali melewati jalan protokol yang bertabur baliho raksasa. Semua iklan sabun
ternama dengan model dia satu per satu diturunkan.

Namun kehidupan terus berjalan. Suatu hari, saat bersama sang ibu di Coffee Shop Grand Hyatt
Nusa Dua Bali, seorang anak muda tampan menghampiri. Dia memperkenalkan diri, membawa
buket, mengaku bernama Rico Branoto. Dia ingin menjalin hubungan cinta. Oh, semua itu hanya
kenangan.

Laura terenyak ketika Rico bicara, “Oh, itu maksud kamu selama beberapa bulan ini
mendekatkan saya dengan Tasya?! Tidak, Laura. Kita segera harus menikah! Apa pun
konsekuensinya. Tak ada yang bisa menghalangi. Aku tak mau kehilangan kamu!”

“Rico, sejak perkenalan kita tiga tahun lalu, aku tahu kamu tertarik padaku, kemudian mencintai
dan tak peduli tentangan keluargamu. Aku bahagia kaucintai secara tulus. Tapi itu aku tak
bahagia. Setelah perkawinan nanti, aku harus berada di tengah orang-orang terpandang yang

21
mencibir, memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala, bukan sebagai model, melainkan
gadis mesum yang tak layak bersama mereka. Itu siksaan batin bagiku. Biarlah musibah jadi
ganjaran yang mengubah dan mengajari aku bersikap menantang kehidupan. Bukan lagi sebagai
selebritas, figur publik, melainkan perempuan yang terpuruk. Namun aku tak akan menyerah.
Aku akan mengabdikan diri bagi kepentingan bernilai moral lebih tinggi.”

“Pengabdian apa?” tanya Rico.

“Mungkin ini hikmah. Sejak berniat bertobat, aku merasa mendapat berkah. Datang beberapa
tawaran yang kurasa lebih mendatangkan maslahat dalam kehidupan daripada terus jadi artis.”

“Oh ya? Kalau begitu, kau patut bersyukur.”

“Salah satu berkah itu datang dari papamu!”

“Hah! Kapan kamu bertemu Papa?”

“Setelah aku menerima dan menyetujui permintaan keluargamu untuk tak menikah dengan
kamu, mamamu memelukku, menangis, dan menyampaikan papamu akan memberikan uang
yang cukup untuk membiayai sisa hidupku. Aku menolak. ‘Bapak saya almarhum selalu
memberikan kail, bukan ikan.’ Mamamu pun bilang, ‘Oh, kalau soal itu, lebih baik bicara
langsung dengan papa Rico.’ Lalu bertemulah kami bertiga; aku, Tasya, dan papamu. Pertama,
aku perkenalkan Tasya yang baru saja lulus sebagai dokter spesialis neurologi dan psikiatri yang
ingin mendirikan klinik terapi untuk mengatasi kelainan orientasi seksual yang disebut LGBT.
Dari sudut pandang medis, LGBT seharusnya bisa disembuhkan melalui cognitive theraphy.
Namun perlu investasi tak sedikit. Aku berharap papamu bisa membantu. Bukan pemberian,
melainkan pinjaman modal yang akan kami kembalikan.”
“Papa setuju?”

“Tak sepenuhnya! Beliau mengusulkan kerja sama joint venture; 70 persen saham milik
papamu. Papamu minta kesepakatan itu kami rahasiakan. Dia bertanya, apa peran serta posisiku
dan Tasya. Kubilang, Tasya akan jadi dokter kepala. Aku, selama klinik dibangun, akan ambil
kursus hospital management. Kelak, jadi kepala klinik. Di tengah pembicaraan, papamu
bertanya status Tasya. Kubilang, ‘Masih singgel, Om. Dia sibuk sekolah, lupa pacaran. Dia
ambil S-1 di Akuntansi UKI, melanjutkan S-2 di UI sekalian mengajar. Setelah tabungan dia
cukup, ambil Kedokteran UI.’ Kusampaikan, lewat konsuling dengan Tasyalah aku tegar
kembali, setelah pernah berniat bunuh diri. ‘Carikan jodoh, Om. Dia tak kalah cantik dari saya
kan? Atau buat Rico saja,’ candaku.”
Laura menatap Rico, lalu bicara lagi, “Kelihatannya papamu nggak menolak.”

Rico terdiam. Dia pun memikirkan Tasya. Berbagai kemungkinan memendar di kepala. Selain
cantik, Tasya terpelajar dan pintar. Sejenak kemudian Rico memandang Laura, lalu bertanya,
“Kehidupan apa yang akan kamu jalani?”

22
“Sementara atau seterusnya aku akan jadi single parent. Mengadopsi anak atau cari donor untuk
bayi tabung. Tentu tidak di Indonesia, karena masih ilegal.”
Rico menyahut, “Di sini bisa legal kalau aku yang jadi donor!”

“Maksudmu?”

“Kita menikah diam-diam di depan penghulu, tanpa surat dan dokumentasi. Hanya untuk Tuhan,
menghindari zina,” kata Rico.

“Bagaimana mungkin kita merahasiakan?” tanya Laura. “Kalau ketahuan, rencana investasi
klinik bersama papamu bisa buyar. Aku tak mau jadi pecundang; berjanji, lalu berkhianat.”

“Demi cintaku padamu, aku setuju usulmu! Namun itu sebagai imbalan agar bisa menikahimu
secara rahasia,” tegas Rico.

“Kamu bersedia menikah dengan Tasya?”


“Iya! Namun apakah Tasya bersedia?”
“Demi aku, dia mau.”

Mereka pun berjabat tangan, lalu erat berpelukan. Rico berpesan agar Laura menyimpan rahasia:
dua kali pernikahan.

“Kalau ini sebuah kemungkinan, aku mau. Bila kita dikaruniai anak, baru kita buka: itu anak
kita, kelak jika sudah besar,” sahut Laura.

“Aku akan menikahi Tasya di Belanda. Di Masjid Al-Ikhlas Badhovedorp, supaya Oma yang
tinggal di sana bisa hadir. Beliau sudah tak bisa beranjak jauh dari kursi roda. Dalam perjalanan
kembali ke Jakarta, akan kuhadirkan Ustaz Bustomi ke Makkah untuk jadi penghulu. Syukur
beliau bisa menghadirkan Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais, imam besar Kakbah, sebagai saksi.
Setelah itu kita bertiga umrah. Lalu aku dan kamu ijab kabul di depan Kakbah.”

***

Usai umrah, Laura Mayangsari sendirian di pesawat Garuda ke Jakarta. Meninggalkan Rico dan
Tasya yang akan berbulan madu di Paris. Ingatan Laura melayang ke kota itu, kota romantis
yang dulu sering dia singgahi bersama Rico. (28)

Nugroho Suksmanto, menulis cerpen dan novel.

23

Anda mungkin juga menyukai