KRITIK SASTRA
Karya : Atar Semi
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian dan Kritik Sastra
Di Susun Oleh :
UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya
berupa kesempatan dan juga pengetahuan sehingga laporan bacaan buku ini bisa selesai pada
waktunya.
Tidak lupa saya menuliskan ucapan terimakasih kepada Ibu Yanida Bu’ulolo
S.Pd.,M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Kajian dan Kritik Sastra yang telah
memberikan bimbingan serta masukan dalam proses pembuatan laporan bacaan buku ini.
Saya juga menyampaikan rasa terimakasih kepada rekan rekan yang telah ikut serta
membantu, sehingga laporan bacaan buku ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Saya berharap semoga laporan bacaan buku ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa laporan bacaan buku ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat saya
harapkan demi penyempurnaan laporan bacaan buku ini kedepannya dan lebih bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
Kata Pengantar........................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
BAB I Pendahuluan...............................................................................................................
BAB II Pembahasan..............................................................................................................
BAB IV Penutup.....................................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah Kritik sastra mempunyai sejarah yang panjang. Kata kritik berasal dari Krinein,
bahasa yunani, yang berarti “menghakimi”, “membanding”, atau “menimbang”. Kata krenein
menjadi pangkal atau asal kata kreterion yang berarti “dasar”, “pertimbangan”, dan
“penghakiman”. Kegiatan kritik sastra yang pertama dilakukan oleh bangsa Yunani yang
bernama Xenophanes dan Heraditus, ketika merasa mengecam pujangga Homerus yang
gemar mengisahkan cerita dewa-dewi yang mereka anggap tidak senonoh serta bohong.
Di Indonesia, istilah ataupun pengertian kritik sastra baru dikenal setelah para sastrawan
memperoleh atau mendapatkan pendidikan dari atau di negara barat sekitar awal abad kedua
puluh. Ada beberapa karya sastra yang dilarang peredarannya oleh pemerintah karena
dianggap mengandung pikiran-pikiran yang bertentangan dengan kepentingan umum dan
kepentingan kehidupan bernegaraan.
Jadi, sesungguhnya kritik sastra sudah ada dalam kehidupan sastra nusantara dalam arti
yang seluas-luasnya. Akan tetapi, kegiatan kritik tidak berbentuk tulisan dan tidak memiliki
aturan yang sistematik. Proses kritik dilakukan secara lisan langsung oleh masyarakat yang
sudah meyaksikan atau melihat suatu pertunjukan, pengelaran keseninan, ataupun
memberikan komentar terhadap suatu karya telah dibaca.
Proses kritik sastra yang dilakukan sudah ada sebelumnya akan tetapi teori da kerangka
acuan yang digunakan hanya berasal dari selera personal dan pengalaman masing-masing.
Teori sastra memiliki beberapa hubungan dengan bidang yang membicarakan masalah
definisi sastra, hakikat sastra, teori penelitian sastra, jenis sastra, teori gaya penulisan, dan
teori penikmatan sastra. Kritik sastra merupakan bidang studi sastra yang berhubungan
dengan pertimbangan karya sastra yang menilai baik tidaknya sebuah karya sastra.
H.B Jassin mengemukakan bahwa kritik sastra adalah pertimbangan baik buruknya suatu
karya sastra. Hal ini memiliki maksud merupakan penilaian tanggapan dan komentar terhadap
suatu karya sastra. Sedangkan menurut Andre Hardjana mendefinisikan kritik sastra sebagai
hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki sebuah karya sastra melalui
pemahaman dan penasiran yang sistematik yang kemudian dinyatakan dalam bentuk tulisan
yang jelas.
Menurut GayLey dan Scott ( Drs. Liaw Yock Fang, 1970), kritik sastra adalah :
1. Mencari kesalahan (Fault-finding),
2. Memuji ( to praise),
3. Menilai (to judge),
4. Membandingkan (to compare), dan
5. Menikmati (to appreciate).
Menurut L.L Duroche (1967) dengan mengutip pendapat Stanley Edgar Huyman,
mendefinisi kritik sebagai “interpreting the work, realating it to literary tradition, evaluating
it, and so on. Yang menarik kesimpulan bahwa terdapat tiga pendapat mengenai kritik sastra :
Batasan kritik sastra di atas pada dasarnya memiliki jalan atau pola pikiran yang hampir
sama. Akan tetapi, perbedaannya hanya terletak pada graduasi belakang. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kritik sastra adalah upaya menentukan nilai hakiki karya sastra
dalam bentuk memberikan pujian, mengatakan atau menyatakan kesalahan, memberi
pertimbangan melalui pemahaman, dan penafsiran yang sistematik.
1. Kritik Sastra Penilaian (Judicial Criticism), yaitu kritik sastra yang bersifat memberi
penilaian terhadap pengarang dan karyanya. Penilaian yang dilakukan berdasarkan
ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya dilakukannya penilaian.
2. Kritik Sastra Induktif (Inductive Criticism), yaitu kritik yang tidak mau mengakui
adanya aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kritik
sastra jenis ini dilakukan dengan menelaah atau menjelajahi suatu karya sastra tanpa
ada persepsi sebelumnya.
Kritik sastra dapat diklarifikasi berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang
hendak dicapai ketika melakukan kritik yaitu :
Kritik sastra juga dibagi berdasarkan tipe sejarah sastra dan kritik sastra yaitu sebagai
berikut ini :
1. Impressionistik, kajian sastra yang menekankan bagaimana karya seni mempengaruhi
kritikus.
2. Kesejarahan, kajian sastra yang menyelidiki karya seni berdasarkan lingkungan
sejarah dan fakta-fakta tentang kehidupan dilingkungan kehidupan pengarang.
3. Textual, kajian sastra yang berusaha untuk menuliskan kembali naskah asli dari suatu
karya.
4. Formal, kajian sastra yang menyelidiki jenis dan karakteristik suatu karya sastra.
5. Yudisial, kajian sastra yang menilai suatu karya sastra dengan menggunakan suatu
perangkat ukuran yag telah ditetapkan.
6. Analitik, kajian sastra yang berupa usaha untuk menemukan hakikat suatu karya
secara objektif melalui analisis yang mendalami bagian-bagian sebuah karya.
7. Moral, kajian sastra yang mengevaluasi suatu karya sastra dalam kaitannya dengan
nilai kemanusiaan.
8. Mistik, kajian sastra yang menyelidiki tentang hakikat dan makna suatu karya sastra
dalam hubungannya dengan pola-pola kepercayaan.
1. Aspek kesejarahan, yang akan menghasilkan kritik kesejarahan (historis), yaitu kritik
satra yang berorientasi pada segi-segi kesejarahan yang menyangkut suatu karya sastra.
2. Aspek rekreasi, yaitu suatu bentuk penggulangan dari apa yang mungkin terdapat
dalam suatu karya sastra ke dalam karya sastra lain. Aspek ini akan melahirkan kritik
rekreatif, yaitu kritik yang berhubungan dengan segi-segi artistik yang menonjol pada
suatu karya sastra.
3. Aspek kabar artistik suatu karya sastra, yang menghasilkan suatu kritik penghakiman,
yang bermakna bahwa kritikus berupaya menemukan nilai-nilai kegunaan dalam suat
karya sastra.
Dalam melacaki sastra, seorang kritikus tidak bertindak semaunya saja. Dalam melakukan
kritikannya seorang kritikus melewati suatu proses penghayatan keindahan yang serupa
dengan proses yang dilalui pengarang dalam melahirkan karyanya. Perbedaan antara proses
kritik dan proses mengarang terletak pada pangkal tolak dan titik akhirnya. Selain itu, proses
penghayatan keindahan seorang kritikus bermula dari pengamatan dan pencernaan jiwa
kritikus atas suatu karya sastra.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kritikus yang baik dalam mencari, menunjukkan, dan
menentukan nilai suatu karya sastra dengan analitis maupun pertimbangan secara teoritis
dalam melahirkan karyanya sehingga sastra dan kritik tidak saling bertentangan. Tentang
peranan dan fungsi kritik sastra dapat diketahui melalui pemahaman tentang hakikat
perbuatan penciptaan kritik sastra serta manfaatnya bagi pembaca dalam membantu
memahami suatu karya sastra.
Ukuran lain yang pernah digunakan dalam melakukan kritik, terutama oleh pengertitik
barat adalah menggunakan ukuran pelahiran (ekspresi). Di dalam pelaksanaannya, ukuran
ekspresi ini selalu berhubungan dengan keaslian dan kejujuran. Masalah kejujuran merupakan
alat ukur lain yang dapat digunakan untuk menunjukkan kesungguhan dan pendalaman
pikiran untuk menyatakan suatu konsep dan menyajikannya.
Penafsiran ukuran kebenaran yang lain adalah ukuran kebenaran dari segi perlambangan
(the criterion of symbolic truth). Konsep ini lebih luas dan lebih lempeng dari penafsiran yang
pertama. Konsep kebenaran perlambangan diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan penilaian
suatu karya sastra buka sebagai salinan gambaran kehidupan sehari-hari, akan tetapi dalam
bentuk kiasan dan perlambangan terhadap berbagai segi kehidupan yang aneka ragam
coraknya.
Sehingga dapat simpulkan, bahwa kebenaran dijadikan ukuran dalam menilai karya sastra,
harus ditafsirkan secara benar. Jikalau pembaca salah menafsirkan, maka ukuran yang
digunakan tidak berdaya guna.
Sosiologi sastra mereupakan bagian mutlak dari kritik sastra. Sosiologi sastra
mengkhususkan diri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi sosial
kemasyarakatan. Jenis produk telaahan ini dengan sendirinya dapat digolongkan ke dalam
produk kritik sastra.
Sosiologi adalah suatu telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam lingkungan
masyarakat dan tetang sosial dan proses sosial. Sosiologi melakukan proses menelaah
meliputi bagaimana masyarakat tumbuh dan berkembang dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Sedangkan sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Oleh sebab itu, sesungguhnya sosiologi dan sastra memperjuangkan masalah
yang sama karena keduanya berurusan dengan masalah sosial, ekonomi, dan politik.
Sosiologi sastra adalah suatu telaah sosiologis terhadap karya sastra. Telaah sosiologi
mempunyai tiga klarifikasi (wellek dan Warren: 1956), yaitu :
1. Sosiologi pengarang, yakni yang memperhatikan tentang status sosial, ideologi politik,
dan lain sebagainya yang menyangkut mengenai diri pengarang.
2. Sosiologi karya sastra, yakni memasalahkan tentang suatu karya sastra yang menjadi
pokok telaah mengenai apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan
atau amanat yang hendak disampaikan.
3. Sosiologi sastra, yakni memasalahkan tentang pemaca dan pengaruh sosialnya terhadap
masyarakat.
Telaah sosiologi suatu karya sastra akan mencakup tiga hal sebagai berikut ini :
a. Konteks sosial pengarang, yakni hal-hal yang menyangkut posisi sosial masyarakat
dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Faktor-faktor sosial yang memengaruhi si
pengarang sebagai perseorangan mempengaruhi isi karya sastra.
b. Sastra sebagai cerminan masyarakat, yakni hal-hal yang berkaitan dengan sejauh mana
sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat.
c. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini telaah nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial.
Dari skema ataupun klarifikasi di atas maka diperoleh gambaran bahwa sosiologi sastra
merupakan pendekatan terhadap sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan,
mempunyai skop yang luas, beragam dan rumit, yang menyangkut tentang pengarang,
karyanya, serta pembacanya.
B. Sastra, Masyarakat, dan Kebudayaan
Sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Hubungan antara kebudayaan dan masyarakat
sangatlah erat. Menurut pandangan antropolog, cara suatu kumpulan manusia atau masyarakat
mengadakan sistem nilai, yaitu berupa aturan yang menentukan sesuatu benda atau perbuatan
lebih tinggi nilainya, lebih dikehendaki, dari yang lainnya. Kebudayaan memiliki tiga unsur
yaitu sebagai berikut :
1. Unsur sistem sosial. Sistem ini terdiri atas sistem kekeluargaan, sistem politik, sistem
ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pendidikan, dan sistem undang-undang. Terdapat
struktur dalam setiap sistem yang dikenal sebagai institusi sosial yaitu cara manusia
yang hidup berkelompok mengatur hubungan antara yang satu dengan yang lainnya
dalam menjalin kehidupan bermasyarakat.
2. Sistem nilai dan ide, yaitu sistem yang memberi makna terhadap kehidupan
bermasyarakat. Sistem nilai menyangkut upaya bagaimana seseorang menentukan
sesuatu yang lebih berharga dari yang lainnya.
3. Peralatan budaya yaitu penciptaan material yang berupa perkakas dan peralatan yang
diperlukan untuk menunjang proses kehidupan sehari-hari.
Fungsi sosial sastra adalah keterlibatan sastra dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik,
etik, kepercayaan, dan lain sebagainya. Fungsi estetika sastra adalah penampilan karya sastra
yang mampu memberikan kenikmatan dan rasa keindahan bagi pembaca. Kedua fungsi ini
memiliki hubungan dengan ciri-ciri perlambangan dalam sastra yang mampu mencerminkan
kehidupan nyata dalam konteks tata nilai yang berlaku di masyarakat lingkungan setempat.
Salah seorang penganut sastra Indonesia yang terkemuka, Prof. Dr. A. Teeuw dalam kertas
kerjanya pada penataran sastra tahap I yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan
Bahasa dan sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Tugu, Bogor mengemukakan pendapatnya
tentang situasi dan masalah perkembangan teori dan kritik sastra yang kurang memuaskan.
Metode Ganzheit adalah aliran psikologi Gestalt yang menyatakan bahw suatu
keseluruhan atau totalitas memiliki kualitas baru yang tidak sama dengan jumlah semua
elemen-elemennya. Elemen yang muncul sebagai tahap kedua penghayatan melalui refleksi
dan analisis, bukanlah elemen dengan kualitas universal. Elemen dalam hubungan dengan
totalitas telah mendapatkan arti yang baru.
Sebuah elemen yang terlepas dari sebuah totalitas, merupakan totalitas tersendiri yang
memberikan kualitas yang lain daripada kualitas yang ada bersamaan dalam sebuah elemen
totalitas baru. Singkatnya, sebuah elemen mendapatkan artinya dengan sendirinya dari dalam
totalitas yang berdinamik. Setiap penghayatan merupakan sebuah rekreasi, menciptakan
kembali dari karya seni yang dihayatinya yang berlaku pada objek-objek yang biasa.
Setiap penghayatan adalah unik, karena berbeda-beda secara kualitatif, dari orang normal
sampai kepada mereka yang mengalami gangguan kejiwaan. Inilah prinsip dari aliran
psikologis Gestalt yang mengikut sertakan faktor manusia yang menghayati sebagai elemen
yang turut mengadakan interferensi dinamis dalam menyusun kualitas total yang baru.
Dengan demikian, sebuah penghayatan merupakan sebuah pertemuan. Sebuah pertemuan
dinamis antara manusia yang menghayati dengan objek yang dihayati.
Sebuah penghayatan merupakan sebuah penyatuan yang melahirkan sebuah dunia yang
unik. Subjek dan objek atau lebih tepat dikatakan kwasi subjek dan kwasi objek, muncul
dalam tahap kedua setelah refleksi dan analisis. Penghayatan sendiri adalah suatu kesatuan
dimana subjek dan objek melebur dan membentuk suatu dunia yang unik. Hanya dengan
sikap manusia akan berhasil menangkap keunikan dari sebuah karya seni.
Metode kritik Ganzheit merupakan suatu proses partisipasi aktif dari sang kritikus terhadap
karya seni yang dihadapinnya. Jadi pada hakikatnya, metode Ganzheit dalam kritik seni
adalah metode yang mengembalikan kritik seni kepada manusia konkrit dan menolak
penggunaan alat-alat yang memakai prinsip mekanistis yang universal. Metode Ganzheit
dalam kritik seni adalah metode yang mengakui keunikan tiap-tiap ciptaan seni dan mengakui
dunia merdeka untuk hidup dari manusia-manusia yang menghayati. Metode Ganzheit dalam
kritik seni adalah interferensi dinamis dari kedudukannya.
BAB III
KOMENTAR
A. Kelebihan Buku Utama
1. Cover buku cukup menarik pembaca dengan adanya kombinasi tulisan judul
buku, gambar pendukung serta warna cover dan kombinasi tulisan yang
digunakan .
2. Pembahasan buku sangat mendalam mengenai sub-sub bab yang disajikan oleh
penulis.
3. Memiliki sistematika bab yang teratur dimulai dari kata pengantar, daftar isi,
daftar pustaka, glosarium hingga indeks bacaan penulis.
4. Pembahasan dalam suatu topik sangat luas, misalnya batasan dan fungsi kritik
sastra yang memiliki beberapa cangkupan-cangkupan materi lainnya yang di
bahas.
5. Menggunakan jenis dan ukuran huruf yang mudah di baca.
6. Menggunakan bahasa yang formal sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
7. Ukuran buku yang cukup minimalis memudahkan seorang pembaca untuk
membawa dan membaca buku.
8. Setiap pembahasan materi dilengkapi dengan pendapat para ahli ataupun menurut
kamus besar sehingga semakin memperluas pembahasan materi.
9. Setiap pembahasan yang didasari oleh pendapat para ahli diberikan kesimpulan
akhir dari berbagai pendapat yang sudah disajikan.
10. Pada setiap akhir pembahasan materi terdapat soal pemahaman mengenai materi
untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi yang sudah disajikan
dalam buku utama yang telah dibaca.
11. Dalam buku terdapat 1 bab yang menjadi bahan perbandingan materi dengan
penulis atau sumber yang berbeda.
12. Terdapat glosarium dan indeks pada akhir pembahasan materi isi buku.
A. Kesimpulan
Kritik sastra merupakan salah satu cabang ilmu kajian sastra yang berusaha menilai,
menyelidiki, dan menghakimi karya sastra dengan melakukan analisis, memberikan
pertimbangan baik buruknya sebuah karya sastra. Dalam arti lain, kritik sastra merupakan
upaya memberikan nilai terhadap suatu karya sastra untuk mengembangkan unsur-unsur yang
dianalisis dalam karya sastra tersebut. Proses penilaian dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan atau metode yang berhubungan satu sama lain.
B. Saran
Pada saat pembuatan laporan bacaan buku ini, saya menyadari bahwa banyak sekali
kekurangan dan kesalahan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggung jawab kan dan
banyaknya sumber penulis akan membantu perbaikan isi dari laporan hasil bacaan buku ini.
Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik serta sarannya mengenai pembuatan laporan hasil
bacaan ini demi hasil yang lebih baik di waktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Semi.Atar.1985.Kritik Sastra.Bandung:Angkasa.