Anda di halaman 1dari 38

CRITICAL BOOK REPORT

TEORI SEJARAH SASTRA

Dosen Pengampu :
Dr. Elly Prihasti Wuriyani, S.S., M.Pd.

Disusun Oleh :

Dinda Fachlupi Balkis


2203311002
Reguler C

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatNya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas membuat Critical Book Report
mengenai Sastra pada mata kuliah Teori Sejarah Sastra.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada kepada ibu Dr. Elly Prihasti
Wuriyani, S.S., M.Pd. sebagai dosen pengampu yang sudah memberikan arahan
dan bimbingan sehingga Critical Book Report ini dapat diselesaikan untuk
memenuhi salah satu tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran.
Saya menyadari Critical Book Report ini masih belum sempurna dan saya
akan terus belajar untuk memperbaiki, oleh sebab itu saya mengharapkan kritikan
dan saran yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Semoga Critical Book Report ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan bagi
saya khususnya dalam memahami materi Teori Sejarah Sastra.

Medan, Oktober 2020

Dinda Fachlupi Balkis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR....................................................................1
B. Tujuan CBR.................................................................................................1
C. Manfaat CBR...............................................................................................1
D. Identitas Buku..............................................................................................2
BAB II RINGKASAN ISI BUKU......................................................................3
A. Ringkasan Buku Utama...............................................................................3
B. Ringkasan Buku Pembanding....................................................................17
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................27
A. Pembahasan Isi Buku................................................................................27
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku..............................................................30
BAB IV PENUTUP...........................................................................................34
A. Kesimpulan................................................................................................34
B. Saran..........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Buku yang baik adalah buku yang dapat memberi pemahaman yang
jelas kepada para pembaca. Buku adalah sarana bagi pembaca untuk menyelami
dimensi keilmuan dan pengetahuan. Melalui buku pembaca dapat menambah
wawasan dan menjadi acuan dasar sebelum diaplikasikan dalam kehidupan
sehari- hari. Maka untuk itu perlu adanya Critical Book Report. Dalam Critical
Book Report kali ini akan dibahas mengenai buku yang berjudul “Pengantar
Ilmu Sastra” karya Mhd. Anggie Januarsyah Daulay, S.S.,M.Hum. dengan buku
“ Intisari Sastra Indonesia” karya Yadi Mulyadi, Ani Andriyani, dan Aulia
Millatina Fajwa. Melalui critical book report ini diharapkan akan mampu
membantu pembaca untuk memilih buku yang baik dalam pencapaian
kompetensi keilmuannya.

B. Tujuan Penulisan CBR


1. Agar pembaca memahami isi buku utama
2. Agar pembaca mengetahui dan memahami kekurangan dan kelebihan dari
kedua buku
3. Agar mahasiswa mengetahui ringkasan materi isi buku.
4. Agar mengetahui perbandingan antara buku utama dengan pembanding.

C. Manfaat CBR
Adapun manfaat penulisan critical book report ini adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan review terhadap buku utama
2. Menambah wawasan bagi pembaca mengenai kekurangan dan kelebihan
kedua buku
3. Memberikan pemahaman mengenai perbandingan antara buku utama dengan
buku pembanding.

1
D. Identitas Buku
Buku Utama
1. Judul : Pengantar Ilmu Sastra
2. Penulis : Mhd. Anggie Januarsyah Daulay, S.S., M.Hum.
3. Penerbit : UNIMED
4. Kota terbit : Medan
5. Tahun Terbit : 2019
6. Jumlah halaman : 46

Buku Pembanding
1. Judul : Buku Intisari Sastra Indonesia Untuk SMP dan
SMA
2. Penulis : Yadi Mulyadi, Ani Andriyani, Aulia Millatina
Fajwah
3. Penerbit : Yrama Widya
4. Kota terbit : Bandung
5. Tahun Terbit : 2017
6. Jumlah halaman : 272 halaman
7. ISSN : 978-602-374-563-0

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. RINGKASAN BUKU UTAMA


Bab 1 Lingkup Sastra: Teori Sastra, Sejarah Sastra, dan Kritik Sastra, serta
Hubungan Antara Ketiganya
A. Teori Sastra
Kata teori sastra berasal dari dua kata, yaitu kata teori dan kata sastra.
Apakah teori sastra dan apakah sastra, merupakan pertanyaan yang di dalam ilmu
sastra menimbulkan fenomena yang tidak mudah dijawab dengan begitu saja.
Kedua kata tersebut berada pada dua kategori kata yang berbeda.
Teori berisi konsep/uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek
ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu. Dengan demikian teori sastra
adalah ilmu yang mengungkapkan tentang sastra sebagai karya yang memuat
pengalaman batin manusia. Menurut Abrams, ada empat komponen utama yang
sekaligus merupakan sudut pandang dalam memperlajari karya sastra. Keempat
sudut pandang itu ialah sebagai berikut.
1. Universe (realita kehidupan) sebagai objek faktual karya sastra. Karya sastra
merupakan mimesis kehidupan. Dari sudut pandang ini, teori mimesis dan
pendekatan mimesis merupakan teori dan sekaligus pendekatan yang
digunakan dalam mengkaji karya satsra.
2. Work (karya sastra itu sendiri) sebagai suatu objek yang dipelajari. Karya
sastra sebagai suatu karya yang telah dihasilkan penulisnya memiliki
struktur sendiri yang membangun keutuhan sendirinya. Dari sudut pandang
ini, teori dan pendekatan structural, atau pendekatan objektif merupakan
teori dan pendekatan yang digunakan dalam mempelajari karya sastra.
3. Artist (pencipta karya sastra) sebagai seorang pengarang yang menghasilkan
karya sastra dia berangkat dari berbagai ide, pemikiran, perasaan,
pandangan, gagasan serta hal lain yang menyebabkan ia akhirnya menulis
karya sastra.
4. Audience (pembaca) Pembaca adalah penikmat karya sastra. Pengarang
menulis karya sastra tentunya untuk dibaca, untuk dinikmati oleh orang lain.

3
B. Kritik Sastra
Kritik sastra adalah bagian ilmu sastra. Istilah lain yang sering digunakan
para pengkaji sastra untuk hal yang sama ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis
sastra, dan penelitian sastra. Demikian juga Andre Hardjana (1981)
mendefinisikan kritik sastra sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan
menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran secara
sistemik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.
Di Indonesia istilah kritik sastra secara akademis baru dikenal pada
sekitar awal anad kedua puluh setelah sastrawan memperoleh Pendidikan sastra di
negara barat. Sekarang, dalam dunia kesusastraan sudah mulai muncul budaya
penulis untuk dikritik hasil karyanya. Untuk membuat suatu kritik yang baik,
tentunya diperlukan kemampuan mengapresiasi sastra, pengalaman yang banyak
dalam menelaah, menganalisis, mengulas karya sastra, penguasaan dan
pengalaman yang cukup dalam kehidupan yang bersifat nonliterer, serta tentunya
penguasaan tentang teori sastra.
C. Sejarah Sastra
Sejarah sastra bagian ilmu dari sastra yang mempelajari perkembangan
sastra dari waktu ke waktu. Sebagai suatu kegiatan keilmuwan sastra, Ia harus
mendokumentasi karya sastra berdasarkan ciri, klarifikasi, gaya, gejala-gejala
yang ada, pengaruh yang melatarbelakanginya, karakteristik isi dan tematik,
periode-periode yang memuat karya-karya sastra, serta masalah lainnya yang
menyangkut masalah sastra, Oleh karena itu, dalam mempelajari sejarah sastra
tidak lepas dari teori dan kritik sastra.
Sejarah sastra mempunyai ruang cakupan yang luas. Ada sejarah satsra
suatu bangsa, ada sejarah sastra suatu daerah, ada sejarah sastra suatu kesatuan
kebudayaan, ada pula sejarah berdasarkan jenis (genre) sastra, ada pula sejarah
sastra komparatif. Sejarah suatu bangsa, misalnya Sejarah sastra Indonesia,
Sejarah Sastra Cina, Sejarah Sastra Amerika; Sejarah sastra daerah, misalnya
Sejarah Sastra Bugis, Sejarah Sastra Sunda; Sejarah sastra suatu kebudayaan,
misalnya Sejarah Sastra Melayu, Sejarah Sastra Modern, Sejarah Sastra
Renaissance, Sejarah sastra Melayu, Sejarah Sastra Modern, Sejarah sastra
berdasarkan genre sastra adalah Sejarah Sastra Perkembangan Puisi, Sejarah

4
Sastra Perkembanga Novel, Sejarah Sastra Perkembangan Drama. Sejarah sastra
komparatif, yaitu sejarah sastra yang mengkaji dan membandingkan beberapa
karya sastra pada masa lalu, masa pertengahan, dan masa kini.
D. Hubungan Teori Sastra dengan Kritik Sastra dan Sejarah Sastra
Untuk melihat keterkaitan tersebut, subbab ini akan diuraikan keterkaitan
tersebut antara teori sastra dengan kritik sastra, teori sastra dengan sejarah sastra,
dan kritik sastra dengan sejarah sastra.
1. Teori Sastra dan Kritik Sastra
Teori sastra adalah teori yang mempelajari kaidah-kaidah, huku, kategori,
kriteria yang menyangkut aspek-aspek dasar dalam teks sastra dan bagaimana teks
tersebut berfungsi dalam masyarakat. Pada hakikatnya, teori sastra membahas
secara rinci aspek-aspek yang terdapat dalam karya sastra baik konvensi bahasa
yang meliputi makna, gaya, stuktur, pilihan kata, maupum konvensi sastra yang
meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan unsur lainnya yang membangun
keutuhan sebuah karya sastra. Teori sastra memberikan gambar kekutuhan karya
sastra dari berbagai segi yang membedakannya dengan karya nonsastra. Di sisi
lain, kritik sastra merupakan ilmu sastra yang mengkaji, menelaah, mengulas,
memberi pertimbangan, memberi penilaian tentang keunggulan dan kelemahan
atau kekurangan karya sastra.
2. Teori sastra dan Sejarah Sastra
Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari
perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari
pemahaman terhadap budaya bangsa. Teeuw mengemukakan beberapa cara yang
dapat dilakukan peneliti sejarah sastra, antara lain:
1) Dengan melihat pengaruh timbal balik antargenre sastra. Misalnya, bentuk
syair dalam sastra klasik sering ditulis kembali dalam bentuk prosa.
2) Dengan melihat pengaruh antarkarya sastra, Misalnya, dalam hasil
penelitian sastra ditemukan terjadinya kesamaan tema cerita dengan
pengembangan yang berbeda.
3. Kritik Sastra dan Sejarah Sastra
Pada bagian sebelumnya sudah dikemukakan bahwa dalam kegiatan
kritik sastra, seorang kritikus sastra memberikan pertimbangan kepada penulisnya

5
dengan menggunakan kaidah-kaidah, hukum, kriteria sastra yang menjadi
landasannya dalam memberikan penilaian terhadap karya sastra. Di sisi lain,
perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan,
diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang
menunjukkan terjadinya perbedaan- perbedaan atau persamaan-persamaan karya
sastra pada masa-masa tertentu.
HB. Yasin, misalnya mengemukakan timbulnya Angkatan 66 karena
tema-tema puisi atau prosa hasil karya penyair atau pengarang pada masa itu
berbeda dengan tema-tema pada masa Angkatan 45. Korrie Layun Rampan
mengemukakan pergeseran wawasan estetik para pengarang menyebabkan
timbulnya perubahan Angkatan sastra. Korrie Layun Rampan, Angkatan 2000
dalam karya sastra Indonesia dalam kutipan tersebut diketahui bahwa antara teori
sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra terpadu dalam menjelaskan perkembangan
wawasan estetik antara masa kepenyairan Chairil Anwar Angkatan 45 dan
kepenyairan Afrizal Malna Angkatan 2000.

Bab 2 Jenis-Jenis (Genre) Sastra


Pembagian genre sastra imajinatif dapat dirangkumkan dalam bentuk
puisi, fiksi atau prosa naratif, dan drama.
A. Puisi
1. Pengertian Puisi
Puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa secara khas.
(Sumianto A.Sayuti, 2002: 24). Ciri khas pemanfaatan bahasa itu merupakan
pembeda puisi dengan karya sastra lainnya. Hal tersebut jugs ditegaskan A.Teeuw
(1984: 70) bahwa bahasa puisi dianggap umum untuk menunjukkan pemakaian
bahasa yang special, yang hanya dimanfaatkan penyair; pemakaian bahasa itu
dianggap menyimpang dari bahasa sehari- hari dan bahasa normal. Sejak
kelahirannya, puisi memang sudah menunjukkan ciri-ciri khas seperti yang
dikenal sekarang, meskipun puisi telah mengalami perkembangan dan perubahan
tahun demi tahun.
Imajinasi dalam puisi sangat penting agar penyair dapat menjiwai
kehidupan lain lewat puisinya. Objek dalam puisi adalah benda untuk

6
berimajinasi, karena imajinasi merupakan hal paling utama dalam menciptakan
dunia baru bagi objek tersebut. Dari beberapa pendapat yang telah diutarakan para
pakar di atas, dapat disintesiskan puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang
paling tua memakai eskpresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat yang
dibangun dari unsur fisik dan batin. Unsur fisik dan batin tersebut merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh tidak dapat dipisahkan dan merupakan kesatuan
yang padu. Bahasa dalam puisi pun disebut konotatif.
2. Unsur Pembangun Puisi
Pada pokoknya puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yakni struktur fisik
berupa bahasa yang diungkapkan oleh penyair. (Herman J.Waluyo, 2010: 4).
Kedua unsur pokok tersebut merupakan kesatuan yang saling terkait secara
fungsional. Artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur yang lain dan di
dalam kesatuan dengan kesatuan dengan totalitasnya. Struktur fisik puisi terdiri
atas: diksi, pengimajian, kata konkret, majas, verifikasi terdiri atas: rima, ritma,
dan metrum. Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas: tema, nada, perasaan, dan
amanat. (Herman J.Waluyo, 2010: 32).
1) Unsur Fisik Puisi
Herman J Waluyo (2010: 82) menyatakan bahwa struktur fisik puisi (struktur
kebahasaan puisi) disebut juga metode puisi. Yakni unsur estetik yang
membangun struktur luar dari puisi. Sejalan dengan penjelasan di atas, Atar
Semi (1993: 107) menjelaskan bentuk fisik puisi mencakup penampilannya di
atas kertas dalam bentuk nada dan larik puisi; termasuk ke dalamnya iramam
sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lainnya.
2) Struktur Batin Puisi
Herman J Waluyo (2010: 124) membagi struktur batin ke puisi ke dalam empat
unsur, yakni: (1) tema (sence), (2) perasaan penyair (feeling), (3) nada atau
sikap penyair terhadap pembaca (tone) (4) amanat (intention).
B. Prosa Fiksi
Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap
lingkungan social yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang
indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang
ada. Dunia kesusastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra disamping

7
genre-genre yang lain. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi
(fiction). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita
khayalan. Abrams dalam Nurgiyantoro (2006: 2) menyebutkan bahwa fiksi
merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran.
Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam
interaksinya dengan lingkungan dan sesame iinteraksinya dengan diri sendiri,
serta interaksinya dengan Tuhan. Oleh karena itu, fiksi merupakan sebuah cerita
dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada
pembacanya, di samping itu ada juga tujuan estetis.
1. Novel dan Cerita Pendek
Novel dan cerita pendek merupakan dua bentuk sastra yang sekaligus
disebut fiksi, dengan demikian pengertian fiksi seperti dikemukakan di atas, juga
berlaku untuk novel. Cerpen sesuai namanya, adalah cerita pendek. Novel dan
cerpen sama-sama memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut
pandang dan lain-lain.
2. Novel Serius dan Novel Popular
Novel popular adalah novel yang popular pada masanya dan banyak
penggemarnya, khususnya pembaca kalangan remaja. Sedangkan sastra popular
adalah perekam kehidupan, tidak banyak memperbincangkan kehidupan kembali
dalam serba kemumgkinan. Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu
kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Berikut unsur-unsur yang terdapat di dalam
fiksi.
a) Intrinsik dan Ekstrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur inilah yang membuat karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-
unsur yang secara faktual akan dijumpai orang ketika membaca karya sastra,
sedangkan unsur ektrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra
itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan sistem organisme
karya sastra.
b) Fakta, Tema, Sarana Cerita
Sarana pengucapan sastra, sarana kesusastraan adalah teknik yang
dipergunakan oleh pengarang untuk memilih dan menyusun detail-detail cerita

8
menjadi pola yang bermakna. Ketiga unsur utama saling berkaitan erat dan
membentuk kesatuan yang padu, kesatuan organisme cerita.
c) Cerita dan Wacana
Aspek cerita yang terdiri dari perisitiwa dan wujud keberadaannya,
eksistensinya yang berunsur isi. Koherensi dan kepaduan semua unsur cerita
sehingga membentuk totalitas adalah suatu bentuk cipta sastra, lebih dari
sekedar penggunaan unsur bahasa itu sendiri.
C. Drama
Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani yaitu “draomai” yang berarti
bertindak, bergerak, atau berakting. Karena itu, Boulton (1979: 3) menyatakan
drama sebagai seni yang bergerak atau berakting (literature that walk). Apabila
kita menyebur istilah drama, kita berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu
drama naskah dan drama pentas. Keduanya bersumber pada naskah drama. Oleh
sebab itu pembicaraan tentang naskah drama merupakan dasar dari telaah drama.
Naskah drama dapat dijadikan bahan studi sastra, dapat juga dipentaskan, dan
dapat juga digelar dalam media audio yaitu berupa sandiwara audio. Pada abad
XVIII ada berbagai jenis naskah drama, di antaranya adalah: lelucon, banyolan,
opera balada, komedi sentimental, komedi tingkat tinggi, tragedy borjuis, dan
tragedi neoklasik. Selanjutnya berbagai macam jenis drama itu dapat
diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Tragedi (duka ceria)
b. Komedi (drama riang)
c. Melodrama (drama melodius)
d. Dagelan (farce) Bab 3 Teori-Teori Sastra
A. Pendekatan Teori Sastra Menurut Abrams
Abrams merupakan salah satu pencipta teori sastra yang sangat
berpengaruh. Dalam bukunya The Mirror and The Lamb dia menjelaskan definisi-
definisi yang berkaitan dengan istilah kesusastraan. Oleh karena itu, bukunya
menjadi salah satu pegangan wajib bagi para penelaah sastra. Selain sebagai
wejangan dasar bagi para penelaah sastra, dalam bukunya Abrams juga
mengklarifikasikan teori sastra menjadi empat kategori. Yakni: objective teory,
mmetic, ekspresive, dan pragmatic. Perlu Anda ketahui empat teori inilah yang

9
menjadi dasar pembagian pendekatan pengkajian karya sastra.
1. Pendekatan Objektif
Objektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra
secara umum secara keseluruhan. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu
sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Karena patokan pendekatan
objektif sudah jelas, maka sering kali pendekatan ini disebut dengan pendekatan
struktural.
2. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ini dititik beratkan pada eksistensi pengarang sebagai
pencipta karya seni. Sejauh manakah keberhasilan pengarang dalam
mengekspresikan ide-idenya. Karena itu, tinjauan elspresif lebih bersifat spesifik.
Dasar telaahnya adalah keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang
tinggi, ekspresi emosinya yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi
semuanya menjadi satu karya yang bernilai tinggi.
3. Pendekatan Mimetik
Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan
refleksi kehidupan nyata. Hal tersebuat didasarkan pandangan bahwa apa yang
diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah merupakan refleksi atau potret
kehidupan atau alam yang dilihatnya. Pengarang, melalui karyanya hanyalah
mengolah dari apa yang dirasakan dan dilihatnya. Semuanya hanyalah tiruan
(mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada.
4. Pendekatan Pragmatik (Reseptif)
Pendekatan pragmatic memberikan perhatian utama terhadap peranan
pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat
perkembangannya, yaitu teori resepsi. Subjek pragmatik dan subjek ekspresif,
sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya sastra.
Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis
memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis secara
keseluruhan berfungsi untuk menopang teori reseptif, teori sastra yang
memungkam pemahaman hakikat karya tanpa batas.
B. Strukturalisme Genetik
Strukturalisme genetik merupakan pendekatan dalam pengkajian karya

10
sastra yang menyempurnakan teori strukturalisme murni. Strukturalisme murni
pada dasarnya merupakam cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan
dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur (Endaswara, S, 2011: 49).
Dalam pandangannya ini karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang
memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain.
Berbeda dengan strukturalisme murni yang disebutkan diatas, pendekatan
strukturalisme genetic merupakan pendekatan yang mempercayai bahwa karya
sastra itu merupakan sebuah struktur yang terdiri dari perangkat kategori yang
saling berkaitan satu sama lainnya sehingga membentuk yang Namanya
strukturalisme genetik. Jadi, Goldman, dalam strukturalisme genetiknya, percaya
bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur.
Jadi, sekurang-kurangnya penelitian strukturalisme genetil meliputi tiga
hal: (1) aspek interinsik karya sastra, (2) latar belakang pencipta, dan (3) latar
belakang sosial budaya serta sejarah masyarakatnya. Jadi, strukturalisme genetik
juga mengedepankan aspek kesejarahan lahirnya karya sastra.
C. Teori Psikoanalisis
Munculnya pendekatan psikologi dalam sastra disebabkan oleh
meluasnya perkenalan sarjana-sarjana sastra dengan ajaran Freud yang mulai
diterbitkan dalam bahasa inggris. Yaitu Tafsiran Mimpi ( The Interpretation of
Dreams) dan three Contrubutions to A Theory of Sex atau Tiga Sumbangan
pikiran ke arah teori seks dalam decade menjelang perang dunia. Psikologi atau
psikoanalisis dapat mengklarifikasikan pengarang berdasar tipe psikologi dan tipe
fisiologisnya. Psikoanalisis dapat pula menguraikan kelainan jiwa bahkan alam
bawah sadarnya.
Psikologi dalam sastra lebih menitikberatkan karya sebagai aktivitas
kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya.
Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan
aspek-aspek kejiawaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama atau
prosa. Teori yang masih digunakan dalam kajian psikologi adalah psikoanalisis
yang ditemukan oleh Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Struktur
kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id, (das es), ego (das ich), dan super ego
(das uber ich).

11
1. Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem ahli dalam kepribadian, dari
sini aspek kepribadian yang lain tumbuh.
2. Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan
individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam berfungsinya ego
berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas. Dalam berfungsinya sering kali
ego harus mempersatukan pertentangan-pertentangan anatar id dan ego. Peran
ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instingtif dan keadaan
lingkungan (Suryabrata, S 1993:146-147).
3. Super ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai
tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua
kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Fungsi pokok
super ego adalah merintangi dorongan id terutama dorongan seksual dan
agresif yang ditentang oleh masyarakat. Mendorong ego untuk lebih mengejar
hal-hal yang moralistis daripada realistis, dan mengejar kesempurnaan.
Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud, yang terdiri dari tiga
aspek yaitu id, ego, dan super ego yang ketiganya tidak dapat dipisahkan.
D. Teori Sastra Feminis
Memasuki dekade 1970-an hingga saat ini, pengarang perempuan mulai
menjelajah ranah sastra. Kebanyakan dari mereka mulai menulis novel. Hal ini
ditandai dengan lahirnya novel-novel yang menghadirkan tokoh-tokoh perempuan
yang tidak lagi digambarkan sebagai makhluk yang lemah dan pasrah pada
keaadan.
1. Sejarah Perkembangan feminism
Perempuan sebagai makhluk ciptaan Tuhan merupakan sosok yang
mempunyai dua sisi. Di satu sisi, perempuan adalah keindahan. Pesonanya dapat
membuat laki-laki tergila-gila hinggan berkenan melakukan apapun demi seorang
perempuan. Di sisi lain, perempuan merupakan sosok yang lemah. Sebagian laki-
laki terkadang memanfaatkan kondisi tersebut. Dengan kelemahan yang dimiliki
perempuan, tidak jarang para laki-laki mengeksploitasi keindahannya.
Pemikiran tentang gerakan feminisme (pembebasan) perempuan ini turut
pula berimbas pada berbagai ranah kehidupan sosial, budaya, dan termasuk karya
sastra yang notabene merupakan salah satu wujud kebudayaan. Dalam karya

12
sastra Indonesia sejak masa kelahirannya di awal tahun 1920-am atau dikenal
dengan Angkatan Balai Pustaka, para pengarang didominasi oleh laki-laki banyak
menciptakan karya-karya yang umumnya menceritakan kehidupan tokoh
perempuan. Asal pemikiram feminisme ini sebenarnya berasal dari Perancis, yaitu
ketika terjadi revolusi perancis dan masa pencerahan perancis di Eropa barat.
Ada beberapa aspek yang turut mempengaruhi terjadinya gerakan
feminisme, yaitu aspek politik, agama serta aspek ideologi. (Djajanegara, 2000:
4). Aspek politik, yakni ketika warga negara (masyarakat) merasa tidak dianggap
oleh pemerintah. Dari aspek agama disebutkan bahwa kaum feminis menuding
pihak gereja bertanggung jawab atas doktrin- doktrin yang menyebabkan posisi
perempuan di bawah hegemoni kaum laki-laki.
2. Pengertian Feminisme
Feminisme merupakan kesadaran akan penindasan dan pemerasan
terhadap perempuan dalam masyarakat, baik di tempat kerja maupun dalam rumah
tangga. Menurut Redyanto Noor (2005:99) feminism adalah suatu gerakan yang
memusatkan perhatian pada perjuangan perempuan dalam menempatkan
eksistensinya. Sejalan dengan pendapat ini, Awuy (dalam Sugihastuti, 2002:62)
menegaskan bahwa feminisme bukan monopoli kaum perempuam dan sasarannya
bukan hanya masalah gender, melainkan masalah dalam memperjuamgkan hak-
hak kemanusiaan.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut di atas, secara umum
feminisme diidentikkan dengan sebuah gerakan kaum perempuan yang
memperjuangkan persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum perempuan
dalam berbagai sisi kehidupan dan di dalam karya sastra pendekatan ini mencoba
melihat hubungan tokoh wanita dalam karya, hubungannya dengan tokoh lain dan
sikap pengarang terhadap tokoh wanita di dalam karya yang dihasilkannya.
3. Aliran Feminisme
Menurut Fakih, M (2007:80-106), ada beberapa perspektif yang
digunakan dalam menjawab permasalahan perempuan, yaitu: feminisme liberal,
feminisme marxis, feminisme radikal, feminisme sosialis.
1) Feminisme Liberal
Feminisme liberal muncul sebagai aliran kritik terhadap pendeskriminasian

13
kaum perempuan dalam hal persamaan kebebasan individu dan nilai-nilai
moral. Fakih, M (2007:81) menjekaskan asumsi dasar feminism liberal
berakar pada pandangan bahwa kebebasan (freedom) dan kesamaan
(quality) berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan
publik. Kerangka kerja feminisme liberal dalam memperjuangkan persoalan
masyrakat tertuju pada kesempatan dan hak kaum perempuan. Kesempatan
dan hak yang sama antara laki-laki perempuan ini penting bagi mereka
karenanya tidak perlu pembedaan antara laki-laki dan perempuan.
2) Feminisme Marxis
Djajanegara, S (2000:30) menjelaskan bahwa penindasan terhadap
perempuan terjadi karena adanya pembedaan kelas masyarakat.Kaum
perempuan disamakan dengan kelas buruh yang hanya memiliki modal
tenaga dan tidak memiliki modal uang atau alat-alat produksi. Kaum
perempuan ditindas dan diperas tenaganya oleh kaum laki-laki yang
disamakan dengan pemilik modal dan alat- alat produksi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penindasan kaum
perempuan terjadi akibat adanya pembagian kelas dalam masyarakat yakni
perempuan dianggap kaum proletar sedangkan laki-laki dianggap sebagai
kaum borjuis.
3) Feminisme Sosialis
Djajanegara, S (2000:30) menjelaskan bahwa aliran sosialis meneliti tokoh-
tokoh perempuan dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat.
Menurut Samhuri (2002:45) feminism sosial menawarkan perjuangan
perempuan hanya akan berhasil jika sistem pemilikan pribadi berhasil
dihancurkan dan lalu berhasilnya transformasi sosial masyarakat yang
menghancurkan kelas-kelas dan penguasaan alat-alat produksi segelintir
orang untuk diserahkan dan dikelola secara sosial.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa feminsime sosialis
memanda ketertindasan perempuan terjadi akibat adanya manifestasi
ketidakadilan gender yang merupakan konruksi sosial dalam masyarakat.
4) Feminisme Radikal
Nugroho, R (2008:67) menjelaskan bahwa ada dua sistem kelas dalam

14
feminism radikal, yaitu sistem kelas ekonomi yang didasarkan pada
hubungan produksi dan sistem kelas seks yang didasarkan pada hubungan
reproduksi. Dijelaskan Moore (1996:27) dalam feminism radikal
digambarkan bahwa perempuan ditindas oleh sistem-sistem sosial patriarkis
yang merupakan penindasan yang paling mendasar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa feminisme radikal
memandang penguasaan kaum laki-laki terhadap perempuan dari sudut
seksualitas merupakan bentuk penindasan perempuan.
4. Pokok-pokok Pikiran Feminisme dalam Sastra
a. Kekerasan Terhadap Perempuan
Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu kejahatan kemanusiaan
yang melanggar HAM, karena pada prinsipnya hak asasi perempuan adalah hak
asasi manusia. Dalam rekomendasi umum no.19 tentang kekerasan terhadap
perempuan dijelaskan bahwa perempuan memiliki hak untuk tidak mengalami
penganiyaaan. Kekejaman, perbuatan yang menurunkan martabat, dan tidak
berperikemanusiaan. Kekerasan terhadap perempuan dalam berbagai bentuk
terjadi untuk mengontrol semua keinginan perempuan, untuk memuaskan
keinginan laki-laki atau struktur tertentu yang ada. Kekerasan itu adalah:
a) Kekerasan Fisik. Kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit, atau luka berat (UU KDRT, 2004: 61) kekerasan fisik
dalam rumah tangga dapat berupa: penjambretan, penondongan,
penganiayaan, dan perbuatan lainnya yang menyakiti badan.
b) Kekerasan Psikis/Emosional. Merupakan bentuk kekerasan yang
menyebabkan penderita batin/kejiwaan. Kekerasan tersebut mengakibatkan
ketakutan, hilanya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. (UU
KDRT 2004:61).
c) Kekerasan Seksual. Kekerasan seksual berupa pemaksaan hubungan seksual
yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga
dan pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain, dengan tujuan
komersial dan atau tujuan tertentu. Pemaksaan hubungan seksual secara
tidak wajar dan/atau tidak disukai, (UU KDRT, 2004:81).

15
d) Kekerasan Ekonomi. Kekerasan ekonomi yang dialami perempuan yaitu
bahwa perempuan ada yang diperas oleh laki-laki. Kebanyakan kaum
perempuan yang bekerja, berjuang demi keluarga, mungkin karena suami
malas sehingga ekonomi keluarga sangat kurang.
e) Kemandirian Tokoh Perempuan. Kemandirian dalam konteks ini dipahami
sebagai keadaaatau kondisi seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung kepada orang lain. Dalam konteks rumah tangga, yang
dilakukan istri untuk menunjukkan perlawanan terhadap kekerasan suami
adalah dengan membentuk sifat kemandirian dan menghindari
ketergantungan hidup kepada suami.

Bab 4 Aliran dalam Sastra


A. Idealisme dan Aliran Lainnya dalam karya sastra
Dalam aliran idealisme terdapat aliran romantisme, simbolisme,
ekspresionisme, mistisisme, dan surealisme. Aliran idealisme adalah aliran di
dalam filsafat yang mengemukakan bahwa dunia ide, dunia cita-cita, dunia
harapan adalah dunia utama yang dituju dalam pemikiran manusia. Dalam dunia
sastra, idealisme berarti aliran yang menggambarkan dunia yang dicita- citakan,
dunia yang diangan-angankan, dan dunia harapan yang masih abstrak yang jauh
jangka waktu pencapaiannya. Aliran romantisme ini menekankan kepada
ungkapan perasaan sebagai dasar perwujudan pemikiran pengarang sehingga
pembaca tersentuh emosinya setelah membaca ulang perasaannya.
Simbolisme adalah aliran kesusastraan yang penyajian tokoh-tokohnya
bukan manusia melainkan binatang, atau benda-benda lainnya seperti tumbuh-
tumbuhan yang disimbolkan sebagai perilaku manusia. Aliran ekspresionisme
adalah aliran dalam karya seni, yang mementingkan curahan batin atau curahan
jiwa dan tidak mementingkan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang
nyata. Mistisisme adalah aliran dalam kesusastraan yang mengacu pada pemikiran
mistik, yaitu pemikiran yang berdasarkan kepercayaan kepada zat Tuhan Yang
Maha Esa, yang meliputi segala hal di alam ini. Surealisme adalah aliran di dalam
kesusastraan yang banyak melukiskan kehidupan dan pembicaraan alam bawah
sadar, alam mimpi.

16
B. Realisme dan Aliran Lainnya dalam Karya Sastra
Realisme adalah aliran dalam karya sastra yang berusaha melukiskan
suatu objek seperti apa adanya pengarang yang berperan secara objektif. Karya
sastra yang beraliran impresionisme pada umumnya terdapat pada masa Angkatan
pujangga baru, masa jepang, yang pada masa itu kebebasan berekpresi tentang
cita-cita, harapan, ide belum dapat disalurkan secara terbuka. Aliran naturalisme
adalah aliran yang mengemukakan bahwa fenomena alam yang nyata ini terjadi
karena kekuatan alam itu sendiri yang berinteraksi sesamanya. Determinisme
ialah aliran dalam kesusastraan yang merupakan cabang dari naturalism yang
menekankan kepada takdir sebagai bagian dari kehidupan manusia yang
ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan. Aliran sastra ini merupakan sastra
yang melukiskan keadaan/peristiwa seusai dengan kenyataan EKE apa adanya.
Pengarang tidak menambah ataupun mengurangi suatu kejadian yang dilihatnya
secara positif, yang diuraikan yang baik-baik saja.
C. Eksitensialisme dalam Karya Sastra
Aliran ini adalah aliran di dalam filsafat yang muncul dari rasa
ketidakpuasan terhadap dikotomi aliran idealisme dan aliran materialisme dalam
memaknai kehidupan ini. Kata eksistensi berasal dari kata exist, bahasa Latin
yang diturunkan dari kata ex yang berarti keluar dan sister berarti berdiri. Jadi
eksistensi berarti berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Karena dasar
eksistensialisme ini adalah ide tentang keberadaan manusia, maka aliran ini tidak
mementingkan gaya bahasa yang khas yang mencerminkan aliran tertentu,
melainkan menekankan kepada pandangan pengarang terhadap kehidupan dan
keberadaan manusia.

B. Ringkasan Buku Pembanding


BAB 1 KESUSASTRAAN
A. Kesustraan
Menurut teeuw (1984:32), kesustraan berasal dari Bahasa sansketa,yaitu
susasta, su memiliki arti baik atau bagus, sedangkan sastra memiliki arti buku,
tulisan, atau huruf atau teks yang mengandung pedoman atau instruksi‟. Dengan
demikian, kesustraan merupakan himpunan buku – buku yang mempunyai Bahasa

17
yang indah serta isi yang mengandung pedoman untuk mengerjakan hal – hal
baik. Sementara itu,menurut sumardjo dan saini(1988:3),sastra adalah ungkapan
pribadi manusia pengalaman, pemikiran, perasaan, ide,semangat keyakinan dalam
suatu bentuk gambar konskret yang membangkit pesona dengan alat Bahasa.
B. Sifat Karya Sastra
Karya sastra adalah aspirasi berbentuk dan imajinatif yang digambarkan
sesuai yang diinginkan pengarang dengan pesan dan informasi untuk disampaikan
kepada pembaca. Sebagai suatu hasil pemikiran,karya sastra dapat berbentuk lisan
atau tulisan.namun, hasil pemikirian tersebut baru dapat dikategorikan sebagai
suatu karya sastra jika memiliki sifat – sifat penunjuk karya sastra, menurut
sumardjo dan saini(1988:16-17),terdapat tiga hal yang membedakan karya satra
dengan karya tulis lainnya.ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Karya sastra bersifat khayal (fictionality)
Sumardjo dan saini ( 1988:13) mengemukakan bahwa sifat khayali satra
merupakan akibat dari kenyataan bahwa karya sastra diciptakan dengan daya
khayal.
2. Karya sastra memiliki nilai – nilai seni (Aesthetic values)
Nilai nilai seni (estetika) merupakan persyaratan yang membedakan karya
sastra dari yang bukan karya sastra,.selain itu, melalui nilai – nilai estetika
yang terdapat pada karya sastra,sastrawan dapat mengungkapan pengalaman
jiwa atau pandangannya sejelas – jelasnya, sedalam – dalamnya, dan seindah
mungkin.nilai – nilai seni yang terdapat pada suatu karya sastra adalah sebagai
berikut.
a. Kesatuan dalam Keragaman (unity in varietay)
b. Keseimbangan (balance)
c. Keselaraan (harmony )
d. Tekanan yang tepat (right emphasis )

3. Karya sastra mengunakan Bahasa yang Khas sebagai media sastra(special use
of language)
Bahasa merupakan media penyampaian ungkapan pengarang penggunaan

18
bahasa dalam karya sastra tidak sekaku penggunaan Bahasa pada karya ilmiah.
Bahasa dalam karya sasra tidak jarang melanggar aturan Bahasa. Hal tersebut
bukanlah masalah karena sastra merupakan tindak Bahasa kreatif.
C. Fungsi Karya Sastra
Menurut Horace (dalam rokhmansyah ,2014 :8 ),karya sastara berfungsi
dulce et autile.dulce memiliki arti indah, sedangkan untile berarti
berguna‟.dengan demikian fungsi karya sastra adalah memberikan rasa keindahan
sekaligus kegunaan untuk para penikmatnya. Fungsi sastra sebagai karya yang
memberikan keindahan dan kegunaan dapat digolongkan kedalam lima kategori,
yaitu sebagai berikut :
1. Rektif
2. Didaktif
3. Estetis
4. Moralitas
5. Religiusitas
D. Nilai – nilai dalam karya sastra
Karya sastra (yang baik ) senantiasa mengandung nilai (value).nilai itu
dikemas dalam wujud struktur karya sastra. Nilai pada karya prosa secara implisi
terdapat dalam alur,latar,tokoh,tema,dan amanat, sementara itu pada karya puisi,
nilai tersebut tersait dalam larik,kuplet,rima,dan irama.
E. Aliran dalam kesustraan
Aliran dalam kesustraan terlahir berdasarkan aliran atau paham yang
berkembang didunia filsafat . dalam ilmu filsafat, aliran aliran seperti
naturalism,idealism,realisme,dan lainnya merupakan pandangan hidup atau
falsafat hidup. Sementara itu,dalam dunia sastra,aliran tersebut digunakan untuk
menghasilkan suatu karya sastra. Berikut ini beberapa aliran dalam kesustraan.
1. Realisme. Realisme ialah aliran yang berdasarkan pada kenyataan dan
melukiskan suatu berdasarkan keadaan yang sebenarnya dengan pandangan
yang objektif.
2. Naturalisme. Naturalisme merupakan cabangan aliran realisme. Sama seperti
realisme,naturalism juga menggambarkan objek secara apa adanya, tetapi
cenderung berterus – terang tanpa mempedulikan baik buruk atau akibat

19
negative yang ditimbulkan.
3. Determinesme. Determinesme merupakan cabang dari aliran naturalism,aliran
ini beranggapan bahwa semua peristiwa sudah di atur oleh takdir.
4. Impresionisme. Impresionisme merupakan aliran yang mengutamakan kesan
suatu objek. Aliran ini mengemukakan cara atau jalan yang ditempuh
pengarang guna menyampaikan kesan dan pandangannya pada alam
sekitar/objek.
5. Idealisme. Idealism adalah aliran yang menggambarkan dunia yang
menciptakan,dunia yang diangan – angankan,dunia yang diharapkan. Aliran ini
mengutamakan ide atau cita – cita sebagai pokok tujuan.karya sastra beraliran
idealisme menggambarkan kehidupan yang menyenangkan jika hal yang dicita
– citakan tercapai.
6. Romantisisme. Romantisisme boleh di katakana aliran yang berlawanan
dengan realisme. Aliran ini merupakan hasil jiwa yang tidak puas terhadap
kenyataan yang terjadi. Aliran ini mewujudkan ungkapan perasaan
pengarangan melalui karya sastra untuk menimbulkan emosi
pembaca.penggarang mengungkapkan perasaannya melalui penggunaan
Bahasa yang seindah – indahnya untuk menyentuk emosi pembaca.
7. Simbolisme. Aliran ini menggambarkan suatu melalui symbol atau
perlambangan.dalam karya sastra, aliran ini menggambarkan tokoh cerita yang
dilambangkan dengan binatang, tumbuhan,atau benda mati lainnya.
8. Ekspresionalisme. Ekspresionalisme merupakan aliran yang menyampaikan
sesuatu dengan curahan jiwa. Hal yang berkaitan dengan curahan batin atau
curahan jiwa merupakan hal penting dalam aliran ini.kejadianatau peristiwa
yang nyata bukan suatu hal penting. Dalam karya sastra uang beraliran ini,
tergambarkan ekspresi batin pengarang yang keras dan mengebu – gebu .
9. Suarealisme. Suarealisme merupakan aliran yang melukiskan kehidupan dan
pembicaraan alam bawah sadar atau mimpi. Aliran ini dapat pula dikatakan
perpaduan antara realisme dan ekspresionisme. Aliran ini tidak jauh berbeda
dengan ekspresionisme yang memerlukan luapan ekspresi penulisnya.
10. Eksistensialisme. Eksistensialisme merupakan aliran yang menggambarkan
ketidak puasaan terhadap aliran idealisme dan materialisme.aliran ini tidak

20
hanya memandang manusia sebagai subjek,seperti yang digambarkan aliran
idealisme. Namun aliran ini juga memandang manusia sebagai objek,
eksistensialisme merupakan aliran yang menggangap bahwa selain sebagai
subjek, manusia pun berkedudukan sebagai objek dalam kehidupan ini.

BAB 2 PERIODISASI SASTRA


A. Sastra Melayu Lama
Berkenaan dengan sejarah kesusastraan Indonesia, para ahli memiliki
pandangan yang berbeda mengenai pembabakan atau pembagian periodisasi
sastra. Periode lebih merujuk pada bagian waktu yang dikuasai oleh norma-norma
sastra dan konvensi-konvensi sastra yang kemunculan, perkembangan,
keterbagian, integrasi, dan lenyapnya dapat ditelesuri (Wellek, 1989: 265).
Sementara itu, angkatan sastra adalah sekumpulan astrawan yang hidup
dalam satu kurun waktu atau menempati suatu periode tertentu (Pradopo,
2003:2). Berikut ini disajikan perbandingan periodisasi sastra Indonesia menurut
beberapa ahli.
1. Karakteristik sastra melayu lama
Karya sastra pada masa melayu lama memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut.
a. Karya Sastra Bersifat Statis. Karya sastra lebih bersifat statis karena
masyarakat pada masa ini memiliki sikap konservatif dan tradisional. Hal
tersebut cukup berpengaruh terhadap karya sastra yang dihasilkan.
b. Karya Sastra Disampaikan secara Lisan dan Turun- temurun Pada masa ini,
tukang cerita (pawang) berperan penting dalam penyampaian isi karya
sastra. Pawang menjadi media penyampai isi karya sastra karena pada masa
ini karya sastra belum dipublikasikan secara tertulis. Pawang atau tukang
cerita terdapat di setiap daerah dan memiliki panggilan yang berbeda. Di
Jawa, pawang disebut tukang kentrung. Di Sunda, pawang disebut tukang
pantun. Di Aceh, pawang dikenal dengan nama tukang syair. Sementara itu,
di Minangkabau, pawang disebut tukang kaba.
c. Karya Tidak Mencantumkan Pengarang atau Anonim Karya sastra pada
masa ini merupakan milik bersama. Pengarang tidak menyerahkan.

21
d. Karya Sastra Bercorak Istanasentris. Karya sastra pada masa ini sebagian
besar berlatar kerajaan dan mengisahkan kehidupan atau peristiwa seputar
istana. Tokoh - tokoh yang diceritakan dalam karya sastra pada masa
ini ,antara lain raja patih,putra raja.putri raja,dan tokoh - tokoh lain yang
berkaitan dengan kehidupan istana .Oleh karena itu, sastra pada masa ini
dikatakan bercorak istanasentris.
e. Karya Sastra Berisi Pesan Moral Berupa Nilai Pen-didikan (Didaktik) dan
Religius.
B. Sastra Masa Peralihan
Sastra masa peralihan merupakan transisi dari sastra lama ke sastra baru.
Prieode ini disebut masa peralihan karena terdapat perbedaan-perbedaan karya
yang dihasilkan dengan karya pada masa sebelumnya, terutama dari segi bahasa
dan hal yang diceritakan. Sastra pada masa peralihan sedikit banyak terpengaruh
oleh budaya Barat. Perubahan ini dibawa oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsji.
C. Sastra Modern
1. Angkatan Balai Pustaka
Balai Pustaka terbentuk setelah pemerintahan Belanda mendirikan
sebuahkomisi untuk bacaan sekolah priburni dan bacaan rakyat pada tahun 1908.
Komisi tersebut diberi nama Commissie voor de Inlandsche School en
Volkslectuur yang diketuai oleh Dr.G.A.J. Hazeu. Komisi ini didirikan karena
adanya kekhawatiran Belanda terhadap beredarnya bacaan-bacaan liar yang berisi
penentangan terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Terlebih lagi, pemuda
Indonesia memperlihatkan minat baca yang sangat tinggi pada saat itu. Dengan
adanya Komisi Bacaan Rakyat, Belanda berharap dapat meredam dan
mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan tidak
bertentangan dengan kepentingan Belanda. Tujuan lainnya adalah untuk
menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa. Hal ini bertujuan agar rakyat
Indonesia buta terhadap informasi yang berkembang di negaranya sendiri.

a. Tugas Balai Pustakan.


Sebagai sebuah Lembaga,balai pustaka memiliki tugas tugas,yaitu sebagai
berikut.

22
1) Membukukan Cerita Rakyat dan Dongeng-dongeng tersebar di masyarakat
yang sebelumnya disampaikan secara lisan. Sastra lama yang dibukukan
tersebut disempurnakan diubah bila perlu, kemudian diterbitkan.
2) Menerjemahkan Karya Sastrawan Asing Balai Pustaka memiliki tugas
untuk menerjemahkan sastra Eropa atau karya sastra yang dibuat
sastrawan asing seperti Shakespeare, Cervantes, Alexandre Dumas, Jules
Verne, Tolstoy, Rudyard Kipling, dan lain-lain. Selain menerjemahkan,
Balai Pustaka juga bertugas menyadur karya sastra pengarang asing untuk
kemudian diterbitkan
3) Menerbitkan Karya Sastra Pengarang Indonesia Karya sastra pengarang
Indonesia dapat dipublikasikan setelah melewati penelaahan oleh Balai
Pustaka.
4) Menerbitkan Majalah-majalah. Balai Pustaka menerbitkan sejumlah
majalah, seperti majalah Pandji Poestaka dan Sri Poestaka (1918) dalam
bahasa Melayu, majalah Kadjawen (1925) dalam bahasa Jawa, dan majalah
Parahiangan dalam bahasa Sunda.
b. Karakteristik Sastra Balai Pustaka
Sastra Balai Pustaka adalah karya sastra di Indonesia yang terbit sejak
tahun 1920 dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Sastra Balai Pustaka dapat
dikatakan "sastra daerah" karena menggunakan bahasa daerah dan menggarap
tema-tema kedaerahan. Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa, yaitu
Melayu Tinggi, Sunda, dan Jawa. Berikut karakteristik karya sastra yang
berkembang pada Angkatan Balai Pustaka.
2. Angkatan Pujangga Baru
a. Latar Belakang
Pujangga Baru terlahir karena adanya tendesi karya sastra yang
sebelumnya lebih bersifat politik. Hal ini dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan
keadaan masyarakat yang mengarah kepada nasionalisme. Selain itu, gelora
semangat persatuan mulai tumbuh pada bangsa Indonesia, termasuk golongan
sastrawan. Kemunculan Angkatan Pujangga Baru merupakan reaksi atas
banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka, terutama terhadap karya-
karya yang mengusung nasionalisme dan rasa kebangsaan.Pada mulanya,

23
Pujangga Baru adalah nama sebuah majalah yang didirikan oleh Amir Hamzah,
Sutan Takdir Alisjahbana, dan Armijn Pane pada tahun 1933. Angkatan Pujangga
Baru lahir sebagai angkatan yang mendapat pengaruh dari karya sastra Belanda.
Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pemuda Indonesia yang mengikuti
pendidikan Barat. Saat mengikuti pendidikan tersebut, banyak pemuda Indonesia
yang mendalami kesusastraan Belanda. Para sastrawan Pujangga Baru memiliki
suatu pemikiran bahwa sastra memiliki fungsi untuk mendorong bangsa ke arah
kemajuan. Sejumlah karya yang dihasilkan sastrawan Pujangga Baru diterbitkan
dalam bentuk buku ataupun tersebar di sejumlah majalah dan surat kabar.
Pujangga Baru lahir sebagai angkatan yang mulai beralih dari tema-tema adat,
seperti kawin paksa. Angkatan ini mulai mengusung tema-tema yang lebih
bersemangat dengan cita-cita karyanya. Para penulis dari berbagai pelosok tanah
air berlomba lomba untuk membuat karya sastra dengan berbagai gaya dan corak
kebudayaan, tetapi masih tetap dalam satu cita- cita. Angkatan ini tidak lagi
didominasi oleh penulis-penulis dari Sumatra, tetapi berasal dari berbagai daerah.
Pada Angkatan Pujangga Baru, terjadi polemik antara Sutan Takdir Alisiahbana
dan Sanusi Pane. Polemik tersebut berkaitan dengan perbedaan pemikiran dan
cara pandang dalam mengembangkan kebadayaan. Sanusi pane cenderung
berorientasi ke timur yang bersifat spiritualis dan mementingkan olah rohani.
b. Karakteristik Sastra Pujangga Baru
1. Dinamis
2. Bercorak romantic-idealistis
3. Menggunakan Bahasa Indonesia
4. Bentuk puisi terpengaruholeh bentuk puisi barat
5. Bentuk roman bertemakan upaya pembaharuan
3. Angkatan Jaman Jepang
a. Latar belakang
Terdapat beberapa pandangan mengenai Angkatan zaman jepang
sebagian berpendapat bahwa kesusastraan pada masa ini tidak perlu dijadikan
angkata sendiri karena hanya berlangsung pada masa pendudukan jepang selama
3,5 tahun. Waktu tersebut dinilai telalu singkat untuk perkembangan suatu
kebudayaan. Disamping itu, sastra pada masa jepang dianggap tidak berdasarkan

24
pada satu konsepsi atau ide yang jelas yang hendak diperjuangkan oleh pengarang
karena hal tersebut tidak telihat pada karya – karyanya. Selain itu. Angkatan
Zaman Jepang juga kerap diklasifikasi ke dalam Angkatan 45.
b. Karkteristik Sastra Zaman Jepang
1. Karya sastra yang tersiar umunya bersifat tendensius
2. Sebagai karya sastra berbentuk simbolik
3. Sastra tersimpan berisi kecaman dan kritik terhadap pemerintah
4. Genre sastra didominasi oleh drama
5. Karya sastra bercorak realistis
4. Angkat 45
a. Latar belakang
Punjangga baru terlahir karena adanya tendesi karya sastrayang
sebelumnya lebih bersifat politik.hal ini dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan
keadaan masyarakat yang mengarah kepada nasionalisme.Pada mulanya, pujangga
baru adalah nama sebuah majalah yang didirikan oleh amir hamzah, sultantakdir
alishjahbana,dan armijn pane tahun 1933. Angkatan punjangga baru lahir sebagai
Angkatan yang mendapat pengaruh dari karya sastra belanda. Hal tersebut
disebabkan oleh banyaknya pemuda Indonesia yang mengikuti Pendidikan barat.
Saat mengikuti Pendidikan tersebut, banyak pemuda Indonesia yang mendalami
kesusatraan belanda.
b. Krakteristik sastra Angkatan 45
1. Karya sastra beraliran realisme
2. Isi karya sastra lebih penting daripada bentuk
3. Karya puisi bersifat bebas
4. Umummya pertema perjuangan
5. Karya prosa didominasi oleh novel dan cerpen

BAB 3 SASTRAWAN INDONESIA


Sastrawan-sastwan Indonesia mulai bermunculan pada masa sastra
modern. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik sastra modern yang mulai
menuliskan nama pengarang pada setiap karya yang diterbitkan. Berikut ini
pengelompokan sastrawan Indonesia berdasarkan pembabakan sastra modern.

25
A. Sastra Angkatan balai pustaka
1. Abdoel moies
Abdoel moies dilahirkan pada tanggal 3 juli 1883 di bukit tinggi.
Namanya dikenal sebagai wartawan ,politikus, dan anggota Volksraad ( dewan
rakyat) dari partai serekat islam.ia berperan aktif dalam bidang bidang tersebut
dan memiliki semangat pergerakan nasional untuk menentang pemerintahan
belanda. Ia menghasilkan karya cukup terkenal yakni roman salah asuhan yang di
terbitkan pada tahun 1926. Selain salah asuhan,moeis juga menulis beberapa
karya lain di antaranya sebagai berikut :
1. Pertemuan jodoh ( roman, 1933)
2. Surapati ( roman,1950)
3. Robert anak surapati ( roman 1953),dll.
2. Adinegoro
Adinegoro atau djamaludin , lahir di talawi (Sumatra tengah )pada
tanggal 14 agustus 1904. Adinegoro juga dikenal sebagai wartawan. Karya-karya
yang dihasilkannya antara lain sebagai berikut.
1. Darah muda (roman, 1927)
2. Asmara jaya (roman,1930 )
3. Melawat ke barat (kisah,1930 ).
3. Aman Datuk Madjoindo
Aman dt.madjoindo lahir di suprayang solok, Sumatra barat tahun 1896.
Karya karya yang pernah ditulisnya sebagai berikut.
1. Syair si banso urai (1931)
2. Menebus dosa ( 1932)
3. Rusmala dewi (novel, 1932).

26
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


1. Teori Sastra Strukturalisme Genetik
Pada buku pertama menjelaskan bahwa strukturalisme genetik
merupakan pendekatan dalam pengkajian karya sastra yang menyempurnakan
teori strukturalisme murni. Strukturalisme murni pada dasarnya merupakam cara
berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan
deskripsi struktur-struktur (Endaswara, S, 2011: 49). Dalam pandangannya ini
karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling
terkait satu sama lain.Berbeda dengan strukturalisme murni yang disebutkan
diatas, pendekatan strukturalisme genetic merupakan pendekatan yang
mempercayai bahwa karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang terdiri dari
perangkat kategori yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga membentuk
yang Namanya strukturalisme genetik. Jadi, Goldman, dalam strukturalisme
genetiknya, percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur.
Jadi, sekurang-kurangnya penelitian strukturalisme genetil meliputi tiga
hal: (1) aspek interinsik karya sastra, (2) latar belakang pencipta, dan (3) latar
belakang sosial budaya serta sejarah masyarakatnya. Jadi, strukturalisme genetik
juga mengedepankan aspek kesejarahan lahirnya karya sastra. Penelitian
strukturalisme genetik, memandang karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan
ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur intrinsic (kesatuan dan koheresinya)
sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan menghubungkan berbagai
unsur dengan realitas masyarakatnya. Karya dipandang sebagai refleksi zaman,
yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan
langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra.
Pada buku kedua struktur karya sastra secara koheren terdiri dari sebuah
totalitas yang terbangun dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Untuk sampai dalam
pemahaman totalitas, karya sastra harus dipahami berdasarkan konsep

27
timbal-balik “keseluruhan-bagian”. Akan tetapi, bagi Goldman karya sastra itu
sendiri adalah bagian dari sebuah keseluruhan yang lebih besar. Goldman juga
membawa sastra sebagai sebuah bagian koherensi struktural dari latar belakang
sosial. Sastra sebagai sebuah bagian dri koherensi struktural secara sosial tidak
dapat dipahami dan dijelaskan terpisah dengan sosialitasnya. Sastra mempunyai
struktur dialektikanya sendiri dan juga menjadi bagian dari struktur dialektika
yang lebih luas, yaitu latar sosial.
Metode dialektika Goldman juga dikenal dengan istilah Strukturalime
Genetik. Menurut Laurenson dan Swingenwood dalam The Sociology of
Literature (1997), strukturalisme genetic merupakan sebuah pendekatan yang
menaruh perhatian kepada teks dan latar belakang sosial budaya, serta subjek
yang melahirkannya. Metode dialektika Goldman dalam menganalisis sastra
disebut sebagai metode strukturalisme genetik karena mneyatukan analisis
struktural dengan materialism historis dan dialektika. Secara teoretik,
strukturalisme genetic menyatukan antara analisis struktur karya sastra dengan
analisis sosiologis terhadap karya sastra. Menurut Faruk dalam Strukturalisme
Genetik dan Epistemologi sastra (1989), strukturalisme genetik muncul sebagai
sebuah pendekatan yang menutupi kelemahan pendekatan struktural otonom
dalam memahami karya sastra. Strukturalisme genetik menjembatani dua
kecenderungan ekstrem dalam perkembangan teori sastra dan teori sosial sastra
dengan cara menaruh perhatian pada dua aspek sekaligus, yaitu struktur teks
sastra dan kenyataan yang ada di luar teks sastra itu. Dalam hubungannya dengan
teori sastra, strukturalisme genetik berhasil memberikan jawaban terhadap
kebuntuan yang dihadapi oleh sastra otonom. Sementara itu dalam hubungannya
dengan teori sosial sastra, strukturalisme dapat menutupi kurangnya perhatian
teori sosial sastra terhadap struktur internal teks sastra. Metode strukturalisme
genetik adalah bagian utama dari kenyakinan teoretik Goldman tentang posisi
karya sastra sebagai sebuah struktur yang secara dinamis dihasilkan oleh sebuah
sistem sosial dan sejarah masyarakat tempat karya sastra dilahirkan.

2. Teori Sastra Feminis


Pada buku pertama menjelaskan bahwa teori sastra feminis memasuki

28
dekade 1970-an hingga saat ini, pengarang perempuan mulai menjelahi ranah
sastra. Kebanyakan dari mereka mulai menulis novel. Hal ini ditandai dengan
lahirnya novel-novel yang menghadirkan tokoh-tokoh perempuan yang tidak lagi
digambarkan sebagai makhluk yang lemah dan pasrah pada keaadan. Kemunculan
para pengarang perempuan di tahun 1970-an yang mengusung novel-novel
populer tentu dipengaruhi oleh budaya populer yang berkembang pada waktu itu.
Pemikiran tentang gerakan feminisme (pembebasan) perempuan ini turut pula
berimbas pada berbagai ranah kehidupan sosial, budaya, dan termasuk karya
sastra yang notabene merupakan salah satu wujud kebudayaan. Dalam karya
sastra Indonesia sejak masa kelahirannya di awal tahun 1920-am atau dikenal
dengan Angkatan Balai Pustaka, para pengarang didominasi oleh laki-laki banyak
menciptakan karya-karya yang umumnya menceritakan kehidupan tokoh
perempuan. Asal pemikiram feminisme ini sebenarnya berasal dari Perancis, yaitu
ketika terjadi revolusi perancis dan masa pencerahan perancis di Eropa barat.
Feminisme merupakan kesadaran akan penindasan dan pemerasan
terhadap perempuan dalam masyarakat, baik di tempat kerja maupun dalam rumah
tangga. Menurut Redyanto Noor (2005:99) feminism adalah suatu gerakan yang
memusatkan perhatian pada perjuangan perempuan dalam menempatkan
eksistensinya. Sejalan dengan pendapat ini, Awuy (dalam Sugihastuti, 2002:62)
menegaskan bahwa feminisme bukan monopoli kaum perempuam dan sasarannya
bukan hanya masalah gender, melainkan masalah dalam memperjuamgkan hak-
hak kemanusiaan. Ada empat aliran feminisme yaitu: (1) Feminisme Liberal, (2)
Feminisme Marxis (3) Feminisme Radikal (4) Feminisme Sosialis.
Pada buku kedua menjelaskan bahwa beberapa metode pendekatan kritik
feminis dalam memahami teks sastra karya pengarang perempuan mulai
berkembang pada dekade awal 1980-an. Dalam “Feminist Literaty Criticism”
pada Journal Critical Inquiry (Moi,1985:70), Kolodny mengembangkan tradisi
metode feminis yang menempatkan pengarang perempuan sebagai kategori yang
terpisah. Kolodny melandaskan metode kritik feminis pada asumsi bahwa terdapat
sesuatu yang unik pada tulisan-tulisan perempuan, yaitu komitmen feminis.
Metode analisis kritik feminis menurut Kolodny (985:71), harus menemukan
“suasana feminisme” (mood of feminism) yang terdapat tulisan-tulisan karya

29
pengarang perempuan. Kolodny menempatkan beberapa gaya penulisan spesifik
yang berpola dalam fiksi karya pengarang perempuan. Dua paling utama, menurut
kolodny adalah “persepsi reflektif” dan inversi.
Gerakan feminisme mempunyai relevansi yang sangat erat dengan
tulisan-tulisan karya perempuan. Kritik feminis juga berupaya untuk melindungi
penulis-penulis perempuan yang diabaikan dan berupaya untuk menginterpretasi
kembali Tulisa-tulisan wanita dalam perspektif yang berbeda. Munculnya novel-
novel karya pengarang perempuan Indonesia di era akhir dekade 1990-an hingga
periode 2000-an menggambarkan bahwa pengarang perempuan Indonesia mulai
memproduksi teks sastra dalam sudut pandang perempuan. Novel-novel seperti
Saman (1998) karya Ayu Utami, novel Tarian Bumi (2000) karya Oka Rusmini,
novel Wajah Sebuah Vagina (2004) karya Naning Pranoto , novel Swatika (2004)
karya Maya Wulan, dan novel Nayla (2005) karya Djenar Maesa Ayu adalah pola-
pola baru pengarang perempuan memproduksi teks sastra. Keberadaan novel-
novel pengarang perempuan, seperti Saman, Nayla, Swatika, adalah sebuah
bentuk, “muted” karena sudut pandang diri dan pengalaman diri yang dimasukkan
kedalam sastra adalah sebuah ekspresi bebas hanya bisa dipahami dari cara
perempuan memahami dirinya, terutama dalam bentuk cara pandang sosial
perempuan tentang seksualitas yang sangat spesifik.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku.


1. Kelebihan Buku 1 dan Buku 2
NO Aspek Keunggulan Buku 1 Keunggulan Buku 2
1. Keterkaitan antar Pada buku utama, Pada buku kedua,
Bab keterkaitan antar bab keterkaitan antar bab juga
sudah jelas dan baik. dinilai sudah baik.
Pembahasan antar bab dan Pembahasan antar bab
tiap sub babnya runtut dan sudah lengkap dan saling
saling berhubungan. Hal berkaitan. Dapat kita lihat
ini dapat kita lihat pada pada bab pertama yang
pembahasan seperti bab membahas kesustraan
pertama yang membahas berupa pengertian, sifat

30
tentang ruang lingkup dan fungsi, pada bab
sastra yang terdiri dari keduanya membahas
teori, sejarah, dan kritik mengenai periodisasi
sastra. Lalu pada bab ke sastra, tentu saja hal
dua yang membahas jenis tersebut
jenis sastra. Dimana berkesinambungan. Untuk
penjelasan dari kedua bab isi ditiap paragraf juga
tersebut saling berkaitan. sudah tepat, seperti pada
bab pertama paragraf
pertama dan kedua yang
sama sama membahas
pengertian kesustraan,
ketepatan isi dari tiap
paragraf tentu saja
mendukung keterkaitan
antar bab dan sub babnya.
2. Originalitas Isi Buku Pengantar Ilmu Buku kedua yang
Buku Sastra ini sudah dibuktikan berjudul Intisari Sastra
keoriginalitasannya. Dapat Indonesia untuk SMP
dipastikan melalui isi dan dan SMA ini juga telah
keakuratan teori teori di dibuktikan keasliannya.
dalamnya yang disertai Dapat kita ketahui dari
rujukan rujukan. isi dan teori teori
relevannya yang
mendukung
keoriginalitasan buku
tersebut. Di dalam buku
juga disertakan identitas
yang lengkap.
3. Isi Buku Buku utama membahas Buku pembanding berisi
tentang lingkup ilmu sastra tentang kesustraan,
pada bab pertama yang periodesasi sastra, dan

31
tiap sub babnya mengulas para sastrawan. Buku ini
teori sastra, sejarah sastra, menyajikan aliran sastra
kritik sastra dan hubungan dan periodesasi sastra
ketiganya. Pada bab ke dua yang dijelaskan secara
membahas jenis jenis lengkap.
sastra. Bab ketiga berisi
tentang teori teori sastra,
dan bab ke empat
mengulas tentang aliran
aliran dalam sastra. Buku
ini mengulas kajian
mengenai sastra lebih
dalam lagi akan tetapi
tidak dipaparkan begitu
lengkap. Setelah diamati
buku tersebut lebih banyak
membahas teori teori
sastra.
4. Bahasa Buku utama menggunakan Pada buku ke dua,
bahasa yang mudah penggunaan bahasa lebih
dipahami sehingga maksud mudah dipahami
dari tiap pembahasannya dibanding buku utama.
dapat ditangkap dengan Bahasa yang digunakan
jelas dan tepat. sederhana sesuai untuk
siswa/i SMP dan SMA
yang merupakan sasaran
dari buku tersebut.

2. Kelemahan Buku I dan Buku II


NO. Aspek Kelemahan Buku 1 Kelemahan Buku 2
1. Keterkaitan antar Buku utama tidak Semua pembahasan di
Bab memiliki kekurangan dalam buku memiliki

32
pada keterkaitan antar keterkaitan hanya saja
babnya. Karena semua penulis menyajikan
materi telah dipaparkan pembahasan dasar
secara runtut. tentang sastra.
2. Originalitas Buku Buku utama sudah Buku kedua juga sudah
original, dapat dilihat terbukti
pemaparan materi yang keoriginalitasannya.
menyertakan rujukan dan Identitas buku lengkap,
kejelasan teori teorinya. begitu juga dengan
Sayangnya buku tidak rujukan dari materi materi
memiliki ISBN pada yang disajikan
identitasnya.
3. Isi Buku Buku utama memiliki Pada buku ke dua, materi
kekurangan yaitu tidak yang disampaikan
terdapatnya penjelasan hanyalah materi-materi
lengkap mengenai dasar hal ini dikarenakan
periodesasi sastra dan sasaran buku adalah
alirannya. siswa/i SMP dan SMA.
4. Bahasa Ada sebagian bentukan Tidak ditemukan
kata yang sedikit kekurangan pada aspek
mengganjal yaitu pada bahasa dalam buku ke 2.
kalimat apakah teori
sastra dan apakah sastra
merupakan pertanyaan
yang di dalam ilmu sastra
menimbulkan fenomena
yang tidak mudah
dijawab dengan
begitu saja.

33
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori sastra adalah ilmu yang mengungkapkan tentang sastra sebagai
karya yang memuat pengalaman batin manusia. Kritik sastra adalah bagian ilmu
sastra. Istilah lain yang sering digunakan para pengkaji sastra untuk hal yang sama
ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra. Demikian
juga Andre Hardjana (1981) mendefinisikan kritik sastra sebagai hasil usaha
pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat
pemahaman dan penafsiran secara sistemik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.
Sejarah sastra bagian ilmu dari sastra yang mempelajari perkembangan
sastra dari waktu ke waktu. Sebagai suatu kegiatan keilmuwan sastra, Ia harus
mendokumentasi karya sastra berdasarkan ciri, klarifikasi, gaya, gejala-gejala
yang ada, pengaruh yang melatarbelakanginya, karakteristik isi dan tematik,
periode-periode yang memuat karya-karya sastra, serta masalah lainnya yang
menyangkut masalah sastra, Oleh karena itu, dalam mempelajari sejarah sastra
tidak lepas dari teori dan kritik sastra.

B. Saran
Berdasarkan atas apa yang sudah saya berikan dan tuliskan saya serendah
rendahnya ingin memberikan saran bagi pembaca atau pun penulis untuk
mempergunakan kemampuan menulis dengan baik, karena menurut saya semua
orang pandai menulis dengan versi mereka masing-masing, hanya perlu lebih
ditingkatkan lagi agar lebih semangat dalam menulis. Apalagi setelah membaca
CBR yang telah saya buat, kiranya menambah wawasan akan pengetahuan
tentang menulis cerpen. Dan untuk penulis buku yang saya CBR kan, kiranya
selalu memberi kebaikan kepada setiap orang. Semakin menambah buku yang
akan ditulis agar berguna bagi semua orang.

34
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ahyar. 2015. Teori Sosial Sastra.Yogyakarta: Ombak


Daulay, M.A.J. 2019. Pengantar Ilmu Sastra. UNIMED

35

Anda mungkin juga menyukai