Anda di halaman 1dari 18

PENDEKATAN SOSIOLOGI DAN RESEPSI

MAKALAH

Oleh:

Ade Mesti Anugrah F1011191007


Intania Yustina F1011191046
Mima Adilla Mutiara F1011191001
Rian Novianto F1011191019
Queena Az Zahra F1011191054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya

tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita

yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami

juga mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik

itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan

pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kritik Sastra dengan judul

Pendekatan Sosiologi dan Sastra.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada

Dr. Sesilia Seli, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Kritik Sastra yang telah

memberikan tugas ini sehingga menambah khazanah pengetahuan dan wawasan saya.

DAFTAR ISI
ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 4

A. Pendekatan Sosiologi ......................................................................................... 4

1. Pengertian Sosiologi Sastra ........................................................................... 4

2. Kajian Teori Sosiologi Sastra ........................................................................ 5

3. Klasifikasi Sosiologi Sastra ........................................................................... 7

B. Resepsi Sastra ................................................................................................... 10

1. Hakikat Resepsi Sastra................................................................................. 10

2. Penerapan Metode Resepsi Sastra ............................................................... 12

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 14

A. Simpulan........................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kritik sastra adalah salah satu cabang ilmu dalam apresiasi karya sastra. Kritik

sastra dapat diatrikan sebagai objek studi karya sastra yang melakukan analisis,

penafsiran, serta penilaian terhadap teks sastra. Menurut Hough dalam ipeng, kritik

sastra meliputi masalah yang luas mengenai apa itu kesusatraan itu sendiri. Menurut

Jassin, kritik kesusastraan adalah pertimbangan baik dan buruknya suatu hasil

kesusastraan dengan alasan yang sesuai mengenai isi dan bentuk dari karya tersebut

(dikutip dari Indonesia Student, 2017).

Kritik sastra memiliki fungsi sebagai berikut (1) mengembangkan dan membina

karya sastra; (2) pembinaan apresiasiasi dan pemahaman karya sastra untk masyarakat;

(3) menunjang dan mengembangkan ilmu sastra. Selain tiga fungsi tersebut fungsi

kritik sastra dapat digologkan sebagai berikut.

1. Bagi Pembaca

a) Menunjukan estetika karya sastra.

b) Membantu memhamai karya sastra.

c) Menunjukan nilai yangterkandung dalam karya sastra.

1
2

2. Bagi Pengarang

a) Mengetahu kekurangan dan kelebihan karyanya.

b) Mengetahui maslah yang mungking menjadi tema tulisannya.

Terdapat beberapa pendekatan dalam melakukan kritik sastra. Salah satu

pendekatan yang digunakan dalam kritik sastra adalah dengan menggunakan

pendekatan sosologi sastra dan resepsi sastra. Maka dari ini kamiakan membahas

mengenai kedua pendekatan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendekatan sosiologi sastra?

2. Bagaimana kajian teori sosiologi sastra?

3. Bagaimana klasifikasi sosiologi sastra?

4. Bagaimana pendekatan resepsi sastra?

5. Bagaimana hakikat resepsi sastra?

6. Bagaimana penerepan metode resepsi sastra?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan pendekatan sosiologi sastra.

2. Mendeskripsikan kajian teori sosiologi sastra.


3

3. Mendeskripsikan klasifikasi sosiologi sastra.

4. .Mendeskripsikan pendekatan resepsi sastra.

5. Mendeskripsikan hakikat resepsi sastra.

6. Mendeskripsikan penerapan metode resepsi sastra.


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Sosiologi

1. Pengertian Sosiologi Sastra

Sastra merupakan hasil seni bahasa yang indah yang dapat menimbulkan

keindahan, tetapi belum menunjukkan sifat khusus dari tulisan yang berupa karya

sastra yang indah, baik bahasa maupun isinya. Sedangkan kata sosiologi berasal

dari bahasa latin, socius, yang artinya kawan dan logos, yang berasal dari bahasa

Yunani, yang artinya ilmu.

Menurut Ratna (2013: 1), sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan

sastra. Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-

sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan,

perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna,

soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu

mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan

yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat,

sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra dari akar kata sas (sansekerta) berarti

mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat,

buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih
5

spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya

kumpulan hasil karya yang baik.

Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra (Sapardi, 2020: 5).

Sosiologi sastra menggunakan teori-teori sastra dan sosiologi. Dengan

pertimbangan bahwa sosiologi sastra sudah menjadi suatu disiplin ilmu yang baru,

yang dengan sendirinya sudah dievaluasi sepanjang periode perkembangannya

(Sehandi, 2018:40). Demikianlah, pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian

pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra

merupakan gambaran atau potret fenomena sosial.

2. Kajian Teori Sosiologi Sastra

a. Teori Sosio-Fungsionalisme Struktural

Teori fungsionalisme, semula memang berakar dari pemikiran

antropologi. Dalam antropologi, dikenal teori fungsi budaya. Budaya itu

merupakan karya yang hidup dan berfungsi bagi manusia. Teori sosio-

fungsionalisme pun demikian ruhnya. Asumsi dasar dari teori ini, didorong

oleh suatu anggapan bahwa sastra lahir untuk memenuhi sebagian kebutuhan

manusia.

Fungsionalisme tidak lepas dari kehidupan manusia. Munculnya

fungsionalisme jelas ada kaitannya dengan kebutuhan hidup. Fungsionalisme


6

yang terkait dengan aspek sosial, disebut sosio-fungsionalisme. Sastra dalam

kontek fungsionalisme juga memuat pesan sosial (Endraswara, 2011:153).

b. Kajian Sosio-fenomenologis

Fenomena sosial dalam sastra selalu menyajikan hal-hal yang unik,

dari sisi sosiologi sastra, dan sejumlah khasus yang dapat dikaji dari aspek-

aspek sosio-fenomenologi. Teori kajian sosio-fenomenologi yaitu suatu

wilayah yang memahami karya sastra dari kacamata fenomena sosial.

Fenomena ini dideskripsikan apa adanya, menurut pandangan pemilik sastra.

Sosio-fenomenologi adalah kajian sastra yang menitik beratkan pada aspek

makna. Makna sastra dari sisi sosial, dikaitkan dengan tempat kelahiran karya

itu secara mendalam (Endraswara, 2011:156).

c. Teori Sosio-hermeneutik

Sosio-Hermeneutik adalah ilmu tafsir sastra yang dikaitkan dengan

aspek sosial. Aspek sosial tersebut menyangkut berbagai unsur di luar dan di

dalam diri manusia. Hermeneutik menawarkan dua metode untuk memahami

makna objek, yaitu metode dialektik antara masa lalu dengan masa kini dan

antara bagian dengan keseluruhan. Kedua metode itu memaksa penafsir untuk

bermula dengan memahami tempat kesadarannya sendiri dalam konteks

historiko-kultural (Endraswara, 2011:163).


7

d. Teori Sosio-ideologis

Struktur sastra, seperti halnya struktur karya-karya ideologis yang lain

membiaskan realitas sosial ekonomik yang menurunkannya dan melakukan

hal itu dengan caranya sendiri. Akan tetapi, pada saat yang sama dalam isinya

kesusastraan merefleksikan dan menjelaskan refleksi-refleksi dan bias-bias

dari lingkungan ideologis yang lain. Artinya kesusastraan sesungguhnya

mencerminkan pula keseluruhan ideologis yang di dalamnya ia menjadi

bagiannya.

Karya sastra yang merupakan bagian dari lingkungan kesusastraan dan

menyerap lingkungan ideologis general dengan caranya sendiri. Oleh karena itu,

pemahaman mengenai karya sastra sebagai fenomena ideologi harus bermula dari

struktur karya sastra, bergerak ke arah lingkungan kesusastraan, bergerak lebih

luas lagi ke lingkuungan ideologis dan akhirnya baru masuk ke dalam lingkungan

sosio-ekonomik (Endraswara, 2011:167).

3. Klasifikasi Sosiologi Sastra

Beberapa penulis telah mencoba untuk membuat klasifikasi masalah

sosiologi sastra. Wellek dan Warren (dalam Damono, 2020:7) membuat

klasifikasi yang singkatnya sebagai berikut.


8

a. Sosiologi Pengarang

Menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil Karya satra.

Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban

pengarang di luar karya sastra.

b. Sosiologi Karya Sastra

Menyangkut eksistensi karya itu sendiri, yang memuat isi karya sastra,

tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri, dan yang

berkaitan masalah-masalah sosial.

c. Sosiologi Pembaca

Mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya tersebut,

yakni sejauh mana dampak sosial sastra bagi masyarakat pembacanya.

Klasifikasi tersebut tidak banyak berbeda dengan pendapat Ian Watt

(dalam Damono, 2020: 7-9) yang membicarakan hubungan timbal balik

antara sastrawan, sastra, dan masyarakat.

a. Pertama, konteks sosial pengarang. Ini ada hubungannya dengan posisi

sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitanya dengan masyarakat

pembaca. Dalam pokok ini termasuk juga faktor-faktor sosial yang bisa

mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan di samping

mempengaruhi fisik karya sastranya.


9

b. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat : sampai sejauh mana sastra

dapat dianggap sebagai mencerminkan keadaan masyarakat. Kata

“cermin” di sini dapat menimbulkan gambaran yang kabur, dan oleh

karenanya sering disalahartikan dan disalahgunakan. Dalam hubungan ini,

terutama harus mendapatkan perhatian adalah:

1) Sastra mungkin dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada

waktu ia ditulis, sebab banyak ciri masyarakat yang ditampilkan

dalam karya sastra itu sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis.

2) Sifat “lain dari yang lain” seorang sastrawan sering mempengaruhi

pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya.

3) Genre sastra sering merupakan sifat sosial suatu kelompok tertentu,

dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat.

4) Sastra yang berusaha menampilkan keadaan masyarakat yang

secermat-cermatnya mungkin saja tidak bisa dipercaya atau diterima

sebagai cermin masyarakat. Demikian juga sebaliknya, karya sastra

yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan

masyarakat secara teliti barangkali masih dapat dipercaya sebagai

bahan untuk mengetahui keadaan masyarakat. Pandangan sosial

sastrawan harus diperhatikan apabila sastra akan dinilai sebagai

cermin masyarakat.
10

c. Fungsi Sosial Sastra

Pendekatan sosiologi berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan

seperti “sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial?”, dan

“Sampai berapa jauh nilai sastra dipengaruhi nilai sosial?”, ada tiga hal yang

harus diperhatikan.

1) Sudut pandang yang menganggap bahwa sastra sama derajatnya

dengan karya pendeta atau nabi.

2) Sudut pandang lain yang menganggap bahwa sastra bertugas sebagai

penghibur belaka.

3) Sudut pandang kompromi dapat dicapai dengan meminjam sebuah

slogan klasik: dulce et utile sastra harus "mengajarkan sesuatu

dengan cara menghibur".

B. Resepsi Sastra

1. Hakikat Resepsi Sastra

Ratna (2012:165) menjelaskan resepsi sastra yang berasal dari kata

recipere (Latin), reception (Inggris), diartikan sebagai penerimaan pembaca.

Resepsi didefinisikan sebagai pengolahan teks dan cara-cara pemberian makna

terhadap karya. Pembaca memberikan respons terhadap karya sebagai proses

sejarah.
11

Endraswara (2013: 119) berpendapat resepsi sastra merupakan reaksi

pembaca terhadap teks. Reaksi tersebut dapat positif dan juga negatif. Resepsi

yang bersifat positif mungkin akan membuat pembaca senang atau tertawa,

sebaliknya resepsi negatif mungkin akan membuat pembaca sedih, jengkel, atau

antipati terhadap teks sastra.

Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks sastra dengan

mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan. Dalam

memberikan sambutan dan tanggapan tentunya dipengaruhi oleh faktor ruang,

waktu, dan golongan sosial.

Secara definitif resepsi sastra berasal dari

kata recipere (Latin), reception (Inggris), yang diartikan sebagai penerimaan atau

penyambutan pembaca. Dalam arti luas resepsi diartikan sebagai pengolahan teks,

cara-cara pemberian makna terhadap karya sehingga dapat memberikan respons

terhadapnya. Respons yang dimaksudkan tidak dilakukan antara karya dengan

seorang pembaca, melainkan pembaca sebagai proses sejarah, pembaca dalam

periode tertentu.

Dari berbagai pendapat mengenai resepsi sastra tersebut, dapat

disimpulkan bahwa resepsi sastra merupakan pemberian tanggapan positif atau

negatif terhadap sebuah karya sastra oleh pembaca. Zaman yang berbeda ketika

meresepsi sebuah karya sastra yang sama, dapat menghasilkan resepsi yang

berbeda.
12

2. Penerapan Metode Resepsi Sastra

Ada dua metode resepsi yaitu metode resepsi sinkronis dan diakronis.

a. Penerapan Metode Resepsi Sinkronis

Penelitian resepsi dengan metode sinkronis adalah penelitian resepsi

sastra yang menggunakan tanggapan pembaca sezaman, artinya pembaca yang

digunakan sebagai responden berada dalam satu periode waktu. Penelitian

resepsi dengan metode ini dapat dilakukan dengan cara menganalisis

tanggapan pembaca sezaman dengan menggunakan teknik wawancara

maupun teknik kuasioner. Oleh karena itu, penelitian resepsi sinkronis ini

dapat digolongkan menjadi penelitian eksperimental.

Penelitian resepsi sinkronis ini masih jarang dilakukan oleh ilmuwan

sastra maupun para mahasiswa sastra. Hal ini dapat disebabkan karena

beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan penelitian

resepsi sinkronis.

b. Penerapan Metode Resepsi Diakronis

Penelitian resepsi sastra dengan metode diakronis merupakan

penelitian resepsi sastra yang dilakukan terhadap tanggapan-tanggapan

pembaca dalam beberapa periode. Tetapi periode waktu yang dimaksud masih

berada dalam satu rentang waktu.

Penelitian resepsi diakronis ini dilakukan atas tanggapan-tanggapan

pembaca dalam beberapa periode yang berupa kritik sastra atas karya sastra

yang dibacanya, maupun dari teks-teks yang muncul setelah karya sastra yang
13

dimaksud. Umumnya penelitian resepsi diakronis dilakukan atas tanggapan

pembaca yang berupa kritik sastra, baik yang termuat dalam media massa

maupun dalam jurnal ilmiah.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sastra merupakan hasil seni bahasa yang indah yang dapat menimbulkan

keindahan, tetapi belum menunjukkan sifat khusus dari tulisan yang berupa karya

sastra yang indah, baik bahasa maupun isinya. Sedangkan kata sosiologi berasal dari

bahasa latin, socius, yang artinya kawan dan logos, yang berasal dari bahasa Yunani,

yang artinya ilmu.

B. Saran

Demikanlah makalah ini dibuat, semoga untuk kedepannya kita semua dapat

memahami lebih lanjut mengenai pendekatan sosiologi sastra dan resepsi sastra,

sehingga dapat mengaplikasikanya ke dalam kritik sastra. Terima kasih atas pertisapasi

dan apresiasi dari pembaca yang telah mencoba memahami isi makalah ini. Tentunya

masih banyak kekurangan dan kelamahanya, karena terbatasnya pengetahuan dan

kurangnya referensi. Kami harap pembaca dapat memberi saran dan kritik kepada kami

demi kesempurnaan makalah ini di kesempatan berikutnya.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Djoko. 2020. Sosiologi Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta:

CAPS.

Endraswara. 2013. Teori Kritik Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic

Publishing Service).

Ibeng, Parta. 2021. Pengertian Kritik Sastra, Fungsi, Ciri, Manfaat dan Pendekatan,

Pendidikan.co.id (daring). https://pendidikan.co.id/pengertian-kristik-sastra-

fungsi-ciri-manfaat-dan-pendekatan/ (diakses pada 04 Sepetember 2021).

Ratna. Nyoman Kutha. 2012. Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan Teknik,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sehandi, Yohanes. 2018. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Ombak.

Student, Indonesia. 2017. Pengertian Kritik Sastra dan Fungsinya Menurut

Para Ahli Lengkap (daring). Indonesiastudent.com,

https://www.indonesiastudents.com/pengertian-kritik-sastra-dan-fungsinya-

menurut-para-ahli-lengkap/ (diakses pada 04 Sepetember 2021).

Anda mungkin juga menyukai