Anda di halaman 1dari 10

PESAN, TANDA, DAN MAKNA

BAB 8 ( 185-203 )
( MARCEL DANESI )

NAMA MAHASISWA : DAMYYANUS TARIGAN


SITA GRESELA BR PANDIA (2203111045)
DOSEN PENGAMPU : KHAIRIL ANSARI
MATA KULIAH : SEMIOTIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA & SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas dalam pembuatan Critical Book Review sebagai
pemenuh tugas dalam mengikuti perkuliahan pada mata kuliah Semiotika.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Khairil Ansari, selaku dosen pada
mata kuliah semiotika yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan CBR ini.
Saya sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan oleh karena itu saya minta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran dalam
tugas ini agar di lain waktu saya bisa membuat tugas yang lebih baik lagi.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan
tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis
maupun bagi para pembaca.

Medan, Maret 2022

Penulis

2
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan...................................................................................................4
Bab II Ringkasan.....................................................................................................5
Bab III Pembahasan................................................................................................
Bab IV Penutup.......................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................
Lampiran.................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi
analisis bahasa, pembahasan tentang perencanaan, oleh karena itu, penulis membuat critical
book review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih referensi, terkhusus pada
pokok bahasa tentang matakuliah Semiotika.

b. Tujuan Critical Book Review


1. Menambah pemahaman mahasiswa mengenai Semiotika.
2. Untuk mengulas isi dan materi yang terdapat dari buku pesan, tanda dan makna karya
Marcel Danesi.
3. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku tersebut.
4. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan oleh bab 8
dari buku tersebut.
5. Meningkatkan kemampuan mengritisi buku tentang Semiotika.

c. Manfaat Critical Book Review


Selain untuk mememenuhi tugas mata kuliah Semiotika, manfaat yang dapat diambil
dari critical book review ini adalah diperolehnya informasi-informasi yang tersedia serta
memberikan pemahaman bagi mahasiswa mengenai sistematika pembuatan critical book
review.
d. Identitas buku yang direview :

1. Judul : Pesan, Tanda, dan Makna


2. Pengarang : Marcel Danesi
3. Penerjemah : Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari
4. Penerbit : Jalasutra
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Cetakan edisi : ke-2
7. Tahun terbit : 2011
8. ISBN : 978-602-8252-12-6

4
BAB II
RINGKASAN

Musik
Musik adalah bentuk seni yang melibatkan penggunaan bunyi secara terorganisir
melalui kontinum waktu tertentu. musik memainkan peran dalam tiap masyarakat, memiliki
sejumlah besar gaya, dan tiap gaya merupakan ciri dari wilayah geografis atau sebuah era
sejarah. Konteks sosial tempat bunyi itu muncul pun sering menentukan apakah bunyi itu
dapat dianggap sebagai musik atau tidak. Bisingnya daerah industri, misalnya, tidak dianggap
sebagai musik kecuali disajikan sebagai bagian dari sebuah konser musik eksperimental
didalam sebuah auditorium dan diarahkan ke komposer.
Ada bermacam-macam tingkatan seni musik yang mungkin ada. Dalam tingkatan seni
musik kita sendiri, ada tiga tingkatan berikut ini : 1) musik klasik, 2) musik tradisional, 3)
musik populer. Namun, batasan antarstrata ini tidak jelas, misalnya melodi dari wilayah
klasik terkadang diambil oleh komunitas musik tradisional dan pop, dan sebaliknya.
Meskipun sudah ada satu contoh kuneiform tersendiri dari musik Hurrian (Hittite) di
tahun 2000 SM yang mulai diterjemahkan, pelopor musik barat yang paling awal yang kita
ketahui berasal dari bangsa Yunani dan Romawi kuno, yang tertanggal 500 Sm hingga 300
M. Irama musik Yunani berhubungan erat dengan bahasa. Dalam sebuah lagu, musik digubah
sebagai duplikasi irama teks verbal. Dalam sebuah lagu instrumental, musik dibuat agar
mengikuti pola ritmis dari berbagai mantra puitik. Penataan yang mirip dengan cara tersebut
kini masih ada dalam musik India. Teori bangsa Yunani tentang alam dan fungsi musik
dibahas oleh Pythagoras, Aristoteles, dan Plato. Mereka percaya bahwa musik berasal dari
dewa Apollo, musisi bernama Orpheus, dan tokoh-tokoh mitis lainnya, dan bahwa musik
secara mikrokosmis mencerminkan hukum-hukum harmoni yang mengatur alam semesta.
Mereka juga percaya bahwa musik memengaruhi pikiran dan tindakan manusia.
Ada beberapa pendapat berbeda mengenai motivasi awal dan nilai spiritual musik. Di
beberapa masyarakat Afrika, musik dipandang sebagai kemampuan yang membedakan
manusia dari spesies lainnya, diantara beberapa suku Amerika pribumi, ada pemikiran bahwa
musik bermula sebagai cara para arwah untuk berkomunikasi dengan manusia. Dalam
masyarakat barat musik umumnya dianggap sebagai bentuk seni. Beberapa masyarakat
lainnya, musik dipandang bernilai rendah dihubungkan dengan dosa dan kejahatan. Di
Amerika, yakni tahun 1950-an saat ada upaya melarang musik rock n roll yang didasarkan
pada argumen bahwa musik ini adalah bentuk ekspresi musikal yang mesum dan berdosa.
Beberapa orang bahkan menyebutnya ‘musik setan’.
Teks musikal disusun dengan cara mengombinasikan nada-nada individual untuk
membuat melodi dan harmoni. Pembuat teks musik dengan tepat dikenal dengan nama
komposer. Pengaturan bunyi menjadi teks bersuara dikenal dengan nama komposisi.
Musik sering digunakan untuk mengiringi aktivitas lain. Secara universal musik
dihubungkan dengan misalnya tarian. Di beberapa masyarakat, musik juga merupakan
aktivitas yang dilakukan semata-mata demi musik itu sendiri.

5
Kekuatan musik untuk mengubah manusia ditampilkan secara gemilang dalam film
tahun 1984, Amadeus, yang disutradarai Milos Forman (1932), mengenai persaingan abad
ke-18 antara komposer Austria, Wolfgang Amadeus Mozart dan komposer Italia Antonio
Salieri.

Seni Posmodern
Pergerakan seni yang dikenal dengan nama posmodernisme mulai memantapkan
posisinya di dalam masyarakat Barat di tahun 1980-an dan 1990-an. Istilah ini awalnya
diciptakan oleh para arsitek. Arsitek posmodern menginginkan indovidualitas, sekaligus
rujukan pada lambang dan pola sejarah.
Dorongan terbesar atas modernisme terjadi setelah zaman pencerahan, yang juga
dikenal dengan nama, zaman nalar. Di abad ke-19, pertumbuhan teknologi yang
mencengangkan dan keyakinan yang makin lama makin besar bahwa sains pada akhirnya
akan mampu menjawab semua persoalan manusia makin mengukuhkan posisi modernisme
dalam pemikiran berkelompok secara kultural. Posmodernisme dalam filsafat dan seni
merupakan reaksi terhadap sudut pandang modernis. Dalam posmodernisme, tak ada sesuatu
pun yang pasti. Bahkan, sains dan matematika dibangun oleh imajinasi manusia, dan
kedudukannya pun bisa terombang-ambing, sama seperti seni.
Satu contoh terkenal dari teknik posmodern di wilayah sinema adalah film gemilang
karya Godfey Reggio tahun 1983, Kayaanisqatsi- sebuah film tanpa kata yang dituturkan
melalui serangkaian gambar yang tidak saling berhubungan dan tanpa narasi. Film ini tidak
memiliki tokoh, plot, dialog, ulasan : pendek kata, tidak ada yang dapat dikenali sebagai
narasi.
Dalam pengertian tertentu, keseluruhan film ini dapat dipandang sebagai sebuah
sonata musik dengan bagian pembuka atau eksposisi, bagian tengah yang mengembangkan isi
film dan rekapitulasi akhir dengan koda.
Koyaanisqatsi (dari bahassa Hopi)
1. Hidup yang kelut melut
2. Hidup penuh kegalauan
3. Hidup yang tak seimbang
4. Hidup yang mulai cerai-berai
5. Situasi kehidupan yang membutuhkan cara lain dalam menjalani hidup.
Seperti yang dinyatakan Jean-Francois (1982: xxiv), dalam seni posmodern “fungsi
naratif kehilangan segala yang menjalankan fungsinya, para pahlawan agungnya, bahaya-
bahayanya yang besar, perjalanan-perjalanannya yang luar biasa, tujuannya yang besar.” Seni
posmodern memberi energi besar bagi imajinasi modern karena begitu kritis dan penuh
perenungan. Tapi pada akhirnya, jiwa manusia mengidamkan sesuatu yang lebih memuaskan
secara emosional, sesuatu yang lebih puitis.
Satu lagi contoh teknik posmodern yang patut dipuji adalah film tahun 2001,
momento, ditulis dan disutradarai oleh Christopher Nolan dan diangkat dari cerita pendek
yang ditulis adiknya Jonathan Nolan (Momento Mori). Sekuen waktu dalam narasi film film

6
disajikan secara terbalik, sehingga penonton tidak memperoleh petunjuk-petunjuk kunci,
sama dengan tokoh utama yang menderita amnesia. Dengan demikian, penonton ditempatkan
secara langsung di dalam kengerian yang diakibatkan oleh kehilangan ingatan.
Film ini sarat dengan simbol waktu, jam alarm berdering, arloji, buku catatan, dan
seterusnya. Namun, film ini menghancurkan kesadaran akan adanya waktu yang diciptakan
artefak-artefak tersebut dengan menampilkan plot baik secara maju maupun mundur,
membedakan kedua sekuen ini melalui simenatografi hitam putih dan berwarna.
Film ini menjadi lebih mengerikan lagi karena Nolan menautkan kisahnya dengan
kisah paralel mengenai laki-laki bernama Sam Jenkins. Subplot tentang Sam jenkins ini
gamblang menciptakan perasaan bahwa mungkin Leonard sendiri juga pasien dirumah sakit
jiwa yang sama dan bahwa ia juga telah membunuh istrinya.
Pada akhirnya, film ini memunculkan pertanyaan filsafat kuno dengan gaya neo-
posmodern : Apa itu kebenaran? Tampaknya, kebenaran adalah apa yang kita ciptakan dalam
benak kita. Rasa ngeri akan muncul saat kita “kehilangan pikiran” yang menciptakan
kebenaran itu.
Seni posmodern mengemuka untuk mendestabilisasi pendangan atas dunia yang
rasional dan logosentris, yang telah menguasai masyarakat barat sejak renaisans. tetapi,
dengan membuat budaya barat makin mendekonstruksi sistem kepercayaannya,
posmodernisme sekaligus mencetuskan semacam pembaharuan spiritual dalam diri kita.

Catatan Penutup
Barang kali tidak ada yang membedakan manusia dari spesies lainnya seperti halnya
seni. Seni adalah pengakuan bahwa kita adalah makhluk-makhluk spiritual yang mencari
penjelasan mengenai alam semesta. Sementara sains mengajukan pertanyaan dan mencari
jawaban atas makna hidup melalui perpaduan pemikiran imajinatif dan logis, seni
menyelidiki makna hidup melalui emosi. Inilah mengapa pengalaman akan seni disebut
pengalaman estetis, dan pengalaman akan sains disebut pengalaman intelektual.

7
BAB III
PEMBAHASAN

8
BAB IV
PENUTUP

9
DAFTAR PUSTAKA
Danesi, M. (2011). Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: JALASUTRA.

10

Anda mungkin juga menyukai