Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

REALITAS SOSIAL DI MASYARAKAT

Disusun Oleh :
Kelas X Agama 2
Kelompok 1 (Satu)
1) ABID KA’AB ALPUDLI (01)
2) DESVITA MAHARANI (11)
3) DEWI KHUMAIRANI HAQ (12)
4) ELFAN CANDRA LESMANA (14)
5) KETUT WIDIARTA (20)
6) ZAFIRA KASIH ANANDA (37)
7) ZAHRA RADITA RAMADHANI (38)
8) ZULFA NAZIRA PUTRI (41)

0
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Realita Sosial di
Masyarakati” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini ditulis dan dibuat untuk melengkapi tugas pelajaran


SOSIOLOGI. Dan kami juga menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan
menjadi bahan makalah.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak guru Irvan


Rahatmasebagai guru bidang studi yang telah banyak memberi petunjuk dan
semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyususan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Saya
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.

Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu
Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, 08 Oktober 2021

Kelompok 1

1
Daftar Isi

Kata Pengantar .....................................................................................................1

Daftar Isi ..............................................................................................................2

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ...........................................................................................3


B. Pembatasan Masalah ……………………………………………………4
C. Perumusan Masalah ……………………………………………………..4
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………………...5
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….5

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Individu dan Kelompok ................7


B. Fungsi Sosiologi sebagai Ilmu Sosial ........................................................7
C. Realitas Sosial sebagai Objek Kajian ......................................................12
D. Contoh-Contoh Kehidupan Sosial sebagai
Objektitas .............................18

Bab III Kesimpulan ...........................................................................................

Daftar Pusaka ....................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Realitas sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari kadang tidak sesuai
dengan harapan kebanyakan orang. Ketidakadilan, kekecewaan, ketidakpuasan
sering dirasakan oleh masyarakat, terlebih terhadap penguasa yang berdampak
pada kehidupan masyarakat luas bahkan juga terpuruknya kondisi bangsa.
Sebagai salah satu wujud dari rasa tanggung jawab masyarakat terhadap bangsa
ini, masyarakat terdorong untuk menyampaikan kritikan yang konstruktif untuk
membangun bangsa ini. Dalam era keterbukaan sekarang ini setiap orang bebas
untuk menyampaikan kritikan dan aspirasi kepada pemerintah. Ada berbagai
cara untuk menyampaikan, mengungkapkan, menuangkan kritik terhadap situasi
sosial tersebut, misalnya dengan berkirim surat, demonstrasi, pidato,
wawancara, sms, facebook, twitter, e-mail, dan media lainnya. Namun,
sesungguhnya ada satu media lagi yang berperan penting dalam penyampaian
kritik sosial, yakni karya sastra. Sastra dapat digunakan untuk menyampaikan
kritik secara cerdas, elegan dan santun.

Menyampaikan kritik melalui sastra memang bukanlah hal baru. Junaidi


(2010) menyatakan bahwa di Indonesia, sejak zaman Belanda, Jepang, revolusi,
Orde Baru, dan Reformasi selalu saja ada karya sastra yang diarahkan untuk
mengkritik pemerintahan yang berkuasa. Hal ini bisa terjadi lantaran sastra
memang seringkali hadir sebagai refleksi atau cerminan kondisi sosial 2
masyarakat. Masalah sosial dan kejadian yang dialami, dirasakan dan dilihat
oleh pengarang melahirkan ide atau gagasan yang dituangkan dalam karyanya.
Ratna (2003:35) menyatakan bahwa pada dasarnya seluruh kejadian dalam
karya, bahkan juga karya-karya yang termasuk ke dalam genre yang paling
absurd pun merupakan prototipe kejadian yang pernah dan mungkin terjadi
dalam kehidupan sehari-hari.

Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang untuk


mengungkapkan eksistensinya yang berisi ide, gagasan, dan pesan tertentu yang
diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan
media bahasa sebagai penyampainya. Karya sastra merupakan fenomena sosial
budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya satra lahir dari
pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa pengarang
secara mendalam melalui proses imajinasi (Aminuddin, 1990:57). Sastra itu
3
seni dan seni itu indah. Dengan demikian, sastra itu selalu dihubungan dengan
kreativitas yang berkaitan dengan keindahan. Ratna (2003:61) menyatakan
bahwa proses kreativitas adalah pernyataan pikiran, perasaan, dan kehendak,
yang ditujukan kepada orang lain.

Suatu karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu
meninggalkan suatu pesan dan kesan bagi pembacanya. Pembaca dalam hal ini
dapat menikmati sebuah karya sastra sekaligus mendapat pembelajaran yang
bernilai melalui karya sastra tersebut. Dengan demikian, sastra akan menjadi
suatu kepuasan tersendiri bagi pembaca untuk dapat memperoleh kedua hal
tersebut. Mujtahid (2011) menyatakan bahwa lahirnya sebuah sastra tentu
berangkat dari 3 alam pikir yang cerdas dan hati yang lembut. Sebab terciptanya
karya sastra, sarat dengan nilai-nilai yang dihayati penyair atau sastrawan serta
keyakinannya yang melandasi pikiran terhadap lingkungan dan kehidupannya.
Semua pengalaman menjadi ide karya untuk dikembangkan melalui
kemampuan imajinasi, dengan pendalaman masalah, lewat wawasan pemikiran
dan sebagainya sehingga melahirkan suatu karya yang benar-benar utuh dan
bulat

B. Pembatasan Masalah
Untuk mencegah adanya kekaburan masalah dan untuk mengarahkan
penelitian ini agar intensif dan efisien dengan tujuan yang ingin dicapai
diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi
dengan struktur dominan (tema, nada, perasaaan, dan amanat) dan aspek sosial
yang terdapat dalam lirik lagu album Serigala Militia (2007) karya band
Seringai.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur lirik lagu dalam album Serigala Militia karya band
Seringai?
2. Bagaimana kritik sosial lirik lagu dalam album Serigala Militia karya
band Seringai dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra?
3. Bagaimanakah implikasi hasil penelitian ini sebagai bahan ajar sastra di
SMA?

4
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:

1. mendeskripsikan struktur yang membangun puisi dalam lirik lagu album


Serigala Millitia karya band Seringai.
2. mendeskripsikan kritik sosial lirik lagu dalam album Serigala Militia
karya band Seringai dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra.
3. mendeskripsikan implikasi hasil penelitian sebagai bahan ajar sastra di
SMA.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai suatu tujuan secara optimal,
dapat memberi manfaat serta menambah wawasan bagi kesusastraan Indonesia.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan
wawasan terutama di bidang bahasa dan sastra Indonesia bagi
pembaca.
b. Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
mengaplikasikan teori sastra dan teori-teori sosiologi dalam
mengungkapkan lirik lagu Seringai album Serigala Millitia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca dan penikmat sastra Penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang
telah ada sebelumnya, khususnya dalam menganalisis kritik sosial.
b. Bagi mahasiswa bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk
memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif
dalam kemajuan diri.
c. Bagi pendidik Penelitian ini diharapkan mampu digunakan oleh
pengajar dan pendidik, khususnya guru Bahasa dan Sastra
Indonesia di berbagai sekolah sebagai materi ajar yaitu materi
sastra.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Individu dan Kelompok
Yang dimaksud makhluk sosial adalah makhluk yang memerlukan
keberadaan sesama. Manusia memerlukan orang lain karena manusia tidak bisa
hidup sendiri. Ini karena manusia memerlukan orang lain untuk memenuhi
kebutuhanya, baik kebutuhan immaterial maupun kebutuhan material.
Sementara manusia sebagai makhluk individu berarti bahwa manusia akan
memiliki kepentingan dn kebutuhan sendiri, dan akan berupaya untuk
memenuhi kebutuhannya itu.

Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk individu. Dalam


hubungan dalam masyarakat, manusia tidak dapat berdiri sendiri, namun
manusia juga perlu untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Kebutuhan ini dapat
berupa kebutuhan material atau immaterial.

Kebutuhan immaterial adalah kebutuhan yang tidak berbentuk benda atau


tidak berwujud. Misalnya adalah kebutuhan pertemanan, cinta dan rasa kasih
sayang. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka manusia memerlukan orang lain.

Kebutuhan material adalah kebutuhan yang berbentuk atau berwujud.


Contoh dari kebutuhan material ini adalah misalnya kebutuhan sehari-hari
manusia. Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan ini sendiri. Tidaknsemua
orang bisa menanam, memanen hingga mengolah makanan yang dia makan.
Dan untuk ini manusia perlu oramg lain.

Karena perlunya kebutuhan ini, dari zaman dahulu manusia cenderung


untuk berkumpul dalam kelompok sosial atau masyarakat. dalam proses ini,
maka manusia akan bertindak sebagai makhluk sosial. Kelompok ini dimulai
dari kelompok paling sederhana seperti keluarga dan suku yang muncul sejak
jaman prasejarah. Seiring dengan semakin kompleks perkembangan peradaban,
kelompok sosial dimana manusia berada juga semakin besar, ditandai dengan
munculnya kota dan negara.

6
B. Fungsi Sosiologi Sebagai Ilmu Sosial
Realitas sosial adalah fakta/kenyataan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat sebagai hasil dari konstruksi sosial. Konstruksi sosial sendiri
dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu konsensus (kesepakatan), interaksi, serta
habituasi (kebiasaan) sosial.

Tahap Konstruksi Realitas

Meski disebut sebagai kenyataan, realitas sosial melibatkan unsur-unsur


subjektif yang muncul dari pemikiran manusia, misalnya opini, persepsi, atau
ide-ide tertentu. Dikutip dari Sosiologis, dua pakar sosilogi Peter Berger dan
Thomas Luckmann mengungkapkan ada 3 tahap mengonstruksikan sebuah
realitas/kenyataan, yaitu:

1. Eksternalisasi, Proses munculnya ide-ide dari pemikiran manusia. Ide-ide


ini kemudian eksis di kehidupan sosial.
2. Objektifikasi, Ide-ide yang muncul dari proses eksternalisasi kemudian
dipersepsikan menjadi sebuah kenyataan. Ide-ide tadi disepakati
(konsensus), mengalami proses interaksi sosial, lalu berlangsung secara
berulang (habituasi).
3. Internalisasi, Ide awal yang mengalami proses objektifikasi dan dianggap
sebagai kenyataan, kemudian diserap dan dipahami oleh manusia sebagai
sebuah pengetahuan. Dengan demikian, realitas atau kenyataan yang
diketahui oleh manusia sebenarnya juga muncul dari ide dan persepsi
manusia itu sendiri.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh pakar sosiologi W. I. Thomas.


Thomas menyebutkan bahwa realitas sosial adalah definisi yang dibuat terhadap
sebuah situasi. Jadi, realitas atau apa pun yang dianggap sebagai kenyataan
sebenarnya adalah hasil dari persepsi atau interpretasi kita sendiri.

Fungsi sosiologi sebagai ilmu sangat penting diketahaui sebab di dalam


sosiologi seorang pelajar di haruskan memahami fakta sosial yang merupakan
cara bertindak, berpikir dan berperasaan dimana faktaini berasal di luar individu
dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut bisa
di bilang seperti etika serta dorongan hati. Sebagai contoh sebuah fakta social
yang sederhana adalah disekolahan seorang murid diwajibkan untuk datang
tepat waktu, menggunakan seragam sekolah yang lengkap dan bersikap hormat
kepada guru, semua itu seperti kewajiban – kewajiban yang wajib di lakukan

7
dan kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan (tata tertib atau
aturan sekolah) dan memiliki sanksi (hukuman) tertentu jika dilanggar. Adanya
cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu, dari cntoh di
atas tadi adalah seorang murid harus berfikir bagaimana cara melakukan semua
aturan yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid) tersebut.

Sebuah tindakan social yang dilakukan sebagai tindakan yang dilakukan


dengan mempertimbangkan perilaku orang lain adalah contohnya menanam
bunga. Kita menanam bungan dengan berbagai tujuan salah satunya untuk
kesenangan pribadi dan untuk mendaat perhatian orang lain maka jika menanam
bunga untuk kesenangan hati maka itu bukan merupakan tindakan sosial, tetapi
menanam bunga untuk diikut sertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat
perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial. Jadi sebuah tindakan social
sangat berhubungan dengan masyarakat atau tepatnya orang lain.

Khayalan sosiologis itu yang haru anda perhatikan dimana ini dilakukan
sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada
dalam diri anda tersebut, maka jika menurut wright mills, dengan khayalan
sosiologi kita mampu memahami sejarah yang ada dalam masyarakat, sebuah
riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya (sejarah serta riwayat
hidup).

Jika anda ingin mempelajari fungsi sosiologi sebagai ilmu maka perlu di
ketahui khayalan sosiologi jika anda ingin melakukan khayalan sosiologis maka
ada 2 alat yang perlu anda pelajari atau anda butuhkan yaitu sebuah
permasalahan (troubles) dan isu (issues). Memang tak seperti alat alat berupa
barang tapi ini lah yang berkaitan dengan sosiologi. Sebuah permasalahan
pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai – nilai pribadi sebab sebuah
maslah pasti akan mengganggu jiwa serta fikiran seseorang dan isu merupakan
hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Fungsi sosiologi sebagai ilmu adalah sebagai :

- Memahami perkembangan kebudayaan masyarakat baik itu masyarakat


tradisional maupun modern.
- Memahami hubungan antara manusia dengan lingkungan alam,
hubungan antar golongan, juga proses perubahan dan pengaruhnya
terhadap diri kita bisa membuat penemuan baru terhadap masyarakat.

8
Fungsi sosiologi sebagai ilmu yaitu memunculkan diri yang memiliki
disiplin ilmiah yg didasarkan atas obyektivitas sebuah hal dengan berpikir
secara sosiologis. Fungsi sosiologi sebagai ilmu merupakan alat untuk
mengetahui perkembangan masyarakat guna menciptakan ketertiban
masyarakat. Fungsi sosiologi sebagai ilmu untu di bidang penelitian adalah
dapata memahami simbol kata – kata, kode, serta berbagai istilah yang banyak
digunakan masyarakat sebab setiap kata, symbol sertaucapan mereka pasti
berbeda beda makaini dapat di sebut sebagai obyek penelitian empiris. Dapat
menjadi pemahaman pola – pola tingkah laku manusia dalam masyarakat.
Dengan adanya sosiologi maka kita akan mampu melihat gejala arah perubahan
pola tingkah laku anggota masyarakat atas sebuah sebab – akibat tertentu.

Fungsi dan Peran Sosiologi

Pertama, Fungsi Sosiologi yaitu sebagai Penelitian

     Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana gejala sosial atau
fenomena sosial masyarakat berkembang, serta bagaimana dampaknya untuk
keberlangsungan kehidupan masyarakat yang ada.

     Misalnya, contoh disaat masa pandemi Covid-19, bagaimana dengan


penelitian kita bisa merencanakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
pentingnya mematuhi protokol kesehatan. Memakai masker, mencuci tangan,
menjaga jarak aman, menghindari mobilitas, dan menjauhi kerumunan. Dengan
penelitian kita bisa memahami gejala sosial masyarakat. Kenapa bisa
masyarakat tidak patuh dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19,
sehingga kita punya solusi dan rencana untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Kedua, Fungsi Sosiologi yaitu sebagai Pembangunan

     Sosiologi dalam hal ini memberikan fungsinya sebagai penyimpanan data
sosial yang memang diperlukan dalam melakukan pembangunan
tersebut. Dimana dalam tahap perencanaan data sosial yang sudah ada menjadi
bagian dari kebutuhan sosial. Selanjutnya, pada tahap pelaksanaan, yang perlu
dilihat yaitu kekuatan sosial masyarakat serta proses perubahan sosial yang ada
pada masyarakat tersebut.

9
Ketiga, Fungsi Sosiologi yaitu sebagai Perencanaan Sosial 

     Tujuan dari perencanaan ini adalah bagaimana mempersiapkan masa depan,
perkembangan, kemajuan, dan pencegahan (preventif) mengatasi gejala sosial
kemasyarakatan. 

     Perencanaan ini mempunyai tujuan yaitu untuk dapat mengatasi munculnya
berbagai masalah sosial yang bisa saja terjadi sesuai dengan tren dan dinamika
sosial masyarakat. Dengan demikian, perencanaan sosiologi ini sebagai upaya
dan bersifat antisipatif.

Keempat, Fungsi Sosiologi yaitu sebagai Pemecahan Masalah Gejala Sosial

     Masalah sosial yang timbul tentunya kita sendiri tidak menginginkannya ada,
karena bisa memberikan dan menganggu serta berdampak bagi keberlangsungan
kehidupan masyarakat. Misalnya, contoh saat ini adanya Pandemi virus Covid-
19 yang memberikan dampak kepada manusia di seluruh dunia.

     Tentunya, Pandemi virus Covid-19 ini tidak direncakan dan tidak diinginkan
oleh manusia. Kita pun dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan kondisi dan
situasi dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Itulah cara pencegahan
penularan virus, dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak
aman, dan cara pencegahan lainnya. 

     Namun, dengan himbauan yang diberlakukan, masih saja masyarakat bandel
tidak mematuhi protokol kesehatan Covid-19, maka cara-cara dengan metode
represif pun dilakukan. Dimana metode ini untuk mengatasi gejala sosial setelah
terjadinya ketidakpatuhi melaksanakan protokol kesehatan Covid-19.

Empat Bentuk Peranan Sosiologi dalam Masyarakat

     Ilmu sosial kemasyarakatan yang lebih populer kita mengenalnya dengan
sebutan Sosiologi. Ia hadir sebagai wujud kebebasan berpikir yang dituangkan
oleh manusia, invdividu atau para sosiolog terhadap pemecahan berbagai gejala
sosial masyarakat. 

     Oleh karena itu, para sosiolog serta para akademisi yang bergelut dalam
bidang ilmu sosiologi juga ikut andil dalam memberikan kemajuan perbadaban
dunia. 

     Lalu apa saja bentuk-bentuk peran sosiologi dalam memahami gejala sosial
masyarakat ? Berikut ini setidaknya ada empat, yaitu:

10
Pertama, Sosiolog Mempunyai Peran sebagai Ahli Riset

     Para sosiolog yang melakukan riset atau penelitian sosial/ilmiah, bertujuan
untuk mencari data bagaimana kehidupan sosial masyarakat berlangsung. 

     Dengan demikian, data itu diolah menjadi hasil atau karya ilmiah yang
berguna dalam pengambilan keputusan, sehingga bisa untuk memecahkan
permasalahan sosial/gejala sosial masyarakat.

Kedua, Sosiolog Mempunyai Peran sebagai Konsultan Kebijakan

     Analisis dari hasil penelitian/riset dapat menjadi sebuah prediksi untuk
membuat perencanaan sosial. Tujuan adalah untuk membantu dalam
memberikan perkiraan terhadap adanya pengaruh kebijakan.

     Kebijakan sosial itulah yang akan diambil untuk mengatasi berbagai gejala
sosial tersebut. Dengan adanya kebijakan maka itulah sebuah upaya
menyelesaikan gejala sosial, serta sebagai prediksi atau pencegahan.

     Dengan demikian, kebijakan yang dilakukan mempunyai harapan agar dapat
berjalan dengan baik sehingga dapat mengatasi atau memberikan pengaruh atau
dampak yang akan terjadi. Misalnya, seperti kebijakan disaat Pandemi Covid-19
yang diambil oleh pemerintah, mulai dari PSBB, PPKM, dan lainnya.

Ketiga, Sosiolog Mempunyai Peran sebagai Praktisi Sosial

     Seorang sosiolog terlibat dalam berbagai perencanaan dan pelaksanaan


dalam menyelesaikan berbagai gejala sosial masyarakat. 

     Ia memberikan saran, masukan, solusi yang dapat memberikan


penyelesaikan terhadap berbagai gejala sosial, berbagai hubungan sosial
masyarakat, baik dalam dunia kerja, dunia sosial, serta berbagai hubungan antar
kelompok, dan organisasi. 

     Para sosiolog berprofesi sebagai pekerja ilmuan terapan yang mana harus
memperhatikan nilai-nilai budaya, karakter sehingga pembahasan keduanya
menjadi sebuah nilai ideal.

Keempat, Sosiolog Mempunyai Peran sebagai Guru atau Tenaga


Pendidik/Dosen

11
     Peranan seorang sosiolog juga bisa menjadi seorang guru, profesi yang mulia
sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Peranan guru juga bisa digeluti oleh
sosiolog.

     Dengan demikian, para sosiolog memberikan peran untuk mengajakrkan dan
mengembangkan sosiologi sebagai disiplin ilmu sosial yang populer, serta
memberikan pemahaman komprehensif terhadap contoh gejala sosial yang ada
di masyarakat.

C. Realitas Sosial Sebagai Objek Kajian


Kemiskinan

Peter Berger dan Thomas Luckman dalam buku mereka yang berjudul
The Social Construction of Reality, mengemukakan bahwa realitas adalah
kualitas yang berkaitan dengan fenomena yang kita anggap berada di luar
kemauan kita (sebab ia tidak dapat dienyahkan). Berger dan Luckman melihat
bahwa realitas sosial memiliki dimensi obyektif dan subyektif.

Dimensi obyektif dilihat dari adanya lembaga atau pranata sosial beserta
nilai dan norma yang menunjukkan bahwa masyarakat cenderung menginginkan
keteraturan. Karena itu, masyarakat cenderung mewariskan nilai atau norma
kepada generasi berikutnya melalui proses internalisasi 12 (sosialisasi). Namun
demikian, manusia tidak harus selalu dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia
memiliki peluang untuk melakukan interpretasi berbeda atas realitas yang
diperolehnya melalui sosialisasi (sosialisasi tidak sempurna) yang dilihatnya
sebagai cermin dunia obyektifnya. Interpretasi yang berbeda ini secara kolektif
akan membentuk sebuah realitas baru. Berger menyebut proses ini sebagai
eksternalisasi.

Ekternalisasi berjalan lambat namun pasti. Proses ini mengakibatkan


terjadinya perubahan aturan atau norma dalam masyarakat. Artinya, akan
terbentuk sistem nilai atau norma baru yang dapat memengaruhi
generasigenerasi berikutnya. Menurut Berger, masyarakat sebetulnya adalah
produk dari manusia. Manusia tak hanya dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga
mencoba untuk mengubah masyarakat, termasuk perubahan yang berakibat
munculnya masalah-masalah sosial. Konsep-konsep sosiologi ini dapat
digunakan sebagai alat analisis untuk memahami dan mencari faktor-faktor

12
penyebab suatu masalah sosial. Dari analisis tersebut dapat dicari alternatif
solusi atau pencegahannya.

Masalah Sosial

Masalah sosial sesungguhnya merupakan akibat dari interaksi sosial


antarindividu, antara individu dengan kelompok, atau antarkelompok. Dalam
keadaan normal, interaksi sosial dapat menghasilkan integrasi. Namun, interaksi
sosial juga dapat menghasilkan konflik.

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa masalah sosial adalah


ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial. Apabila unsur-unsur tersebut
mengalami benturan, maka hubungan-hubungan sosial akan
terganggu.Akibatnya, timbul kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau
masyarakat. Soerjono Soekanto membedakan masalah sosial menjadi empat,
yaitu sebagai berikut.

• Masalah sosial dari faktor ekonomis, seperti kemiskinan dan


pengangguran
• Masalah sosial dari faktor biologis, seperti penyakit menular 13
• Masalah sosial dari faktor psikologis, seperti penyakit syaraf dan
bunuh diri.
• Masalah sosial dari faktor kebudayaan, seperti perceraian dan
kenakalan remaja.

Dalam menentukan apakah suatu masalah merupakan masalah sosial atau


tidak, para ahli sosiologi menggunakan beberapa dasar sebagai ukuran, yaitu
sebagai berikut.

1. Kriteria Umum

Masalah sosial terjadi karena ada perbedaan antara nilai-nilai dalam suatu
masyarakat dengan kondisi nyata kehidupan. Artinya, ada ketidakcocokan
antara anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dan kenyataan
sebenarnya. Kriteria umum masalah sosial pun berbeda di setiap masyarakat.
Hal ini tergantung pada nilai-nilai yang mereka anut. Contohnya, di Indonesia
"kumpul kebo" dilihat sebagai sebuah masalah, tetapi tidak demikian di
Amerika.

13
2. Sumber Masalah Sosial

Selain bersumber dari interaksi sosial yang tidak efektif, masalah sosial
juga dapat bersumber dari gejala-gejala alam, seperti gempa bumi atau kemarau
panjang. Tidak semua gejala alam menjadi sumber masalah sosial. Gejala alam
menjadi sumber masalah sosial jika gejala tersebut mengakibatkan masalah
sosial tertentu. Contohnya, banjir bukanlah masalah sosial. Namun, akibat yang
ditimbulkannya, seperti kehilangan tempat tinggal atau pencurian merupakan
masalah sosial.

3. Pihak yang menetapkan Masalah Sosial

Dalam masyarakat, umumnya terdapat sekelompok kecil individu yang


mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk menentukan apakah sesuatu
dianggap sebagai masalah sosial atau bukan. Kelompok-kelompok itu antara
lain pemerintah, tokoh masyarakat, organisasi sosial, dewan atau musyawarah
masyarakat.

4. Masalah Sosial Nyata dan Laten

Masalah sosial nyata adalah masalah sosial yang timbul akibat terjadinya
14 kepincangan yang disebabkan ketidaksesuaian tindakan dengan norma dan
nilai masyarakat. Masalah sosial nyata umumnya berusaha dihilangkan.
Masalah sosial laten adalah masalah sosial yang ada dalam masyarakat, tetapi
tidak diakui sebagai masalah. Hal ini umumnya disebabkan ketidakberdayaan
masyarakat untuk mengatasinya. Contohnya, peilaku kurang disiplin dan malas.

5.Perhatian Masyarakat dan Masalah Sosial

Suatu kejadian atau peristiwa berubah menjadi masalah sosial ketika hal
itu menarik perhatian masyarakat. Masyarakat secara intens membahas dan
menggugat peristiwa tersebut. Namun demikian, tidak semua masalah sosial
menjadi perhatian masyarakat. Sebaliknya suatu yang menjadi perhatian
masyarakat belum tentu merupakan masalah sosial. Contohnya, merebaknya
pelanggaran lalu lintas adalah masalah sosial, namun tidak menarik perhatian
masyarakat. Sebaliknya, sebuah bus yang terbalik di jalan raya bukanlah
masalah sosial walaupun menarik perhatian masyarakat.

14
Realitas sosial sebagai objek kajian sosiologi, sebagai berikut:

• Masyarakat yaitu pekumpulan dari beberapa individu yang menduduki


suatu wilayah tertentu serta memiliki aspek-aspek kehidupan di
dalamnya.
• Interaksi sosial yaitu hubungan bolak balik antara individu satu dengan
individu lain, individu dengan kelompok, serta kelompok satu dengan
kelompok lain.
• Sosialisasi yaitu suatu proses dalam pergaulan individu dalam lingkungan
masyarakat.
• Nilai dan norma yaitu suatu hal yang dianggap baik dan benar yang
diwujudkan dalam norma.
• Organisasi sosial yaitu suatu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
mesyarakat tertentu untuk mencapai tujuan bersama.
• Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat dimana
akan memperngaruhi kehidupan sosialnya.

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku sosial


masyarakat baik individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta
individu dengan kelompok. Realitas sosial merupakan suatu kenyataan atau
fakta yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

Konsep-konsep realitas sosial, yaitu:

• Konsep keluarga  
• Konsep masyarakat  
• Kelompok sosial atau organisasi sosial
• Komunitas sosial
• Suku bangsa

Contoh realitas sosial lainnya:

15
• Bidang budaya, yaitu adanya keinginan para pemuda melestarikan
kebudayaan daerahnya dengan mempelajarinya dengan baik.
• Bidang sosial, yaitu saat terjadi bencana alam di suatu daerah masyarakat
berbondong-bondong berupaya menolongnya dan memberikan bantuan.

realitas sosial itu secara mudahnya sih bisa dilihat dari konsep pembentukannya


yaitu, masyarakat, organisasi sosial, dinamika sosial, dan perubahan sosial. Kita
bahas satu persatu yuk.

1. Masyarakat

Paul B. Horton mengemukakan bahwa masyarakat itu sekumpukan


manusia yang hidup secara bersama-sama dalam waktu yang cukup lama dan
mendiami di dalam suatu wilayah tertentu. Lebih lanjut, Horton menyatakan
bahwa masyarakat dapat dikatakan sebagai suatu organisasi manusia yang
saling berinteraksi satu sama lain.

2. Organisasi Sosial

Pernah liat pangkalan atau bahasa kerennya sih basecamp ojek? Nah, itu


merupakan sebuah organisasi sosial. Kenapa bisa sekumpulan ojek tersebut
dikatakan sebagai organisasi sosial? Hal ini karena di dalam organisasi sosial
memiliki perilaku, aspek kerja, dan tingkah laku yang sama untuk mencapai
tujuan sosial ekonomi tertentu.

Para pengemudi ojek itu kan punya aktivitas yang sama nih yakni


mencari pesanan untuk menyewa jasa mereka. Nah, dari aktivitas yang sama
tersebut mereka membentuk sebuah n organisasi dan menentukan titik
tempat berkumpul mereka untuk istirahat atau menunggu pesanan yang
dinamakan oleh mereka basecamp atau pangkalan.

3. Dinamika Sosial

Nanti nih setelah kalian lulus dari jenjang sekolah dan perkuliahan, kalian


diharuskan untuk bekerja. Kenapa? Simpelnya begini, “kalau
kalian gak kerja, ya gak bisa makan”. Coba kalian pikir deh, kalau kalian
nanti jadi pengangguran (amit-amit jangan sampai yaa), tentu akan
dikucilkan masyarakat dan hidup kalian menjadi sulit. Tidak bisa menabung,
tidak bisa membeli barang yang kalian inginkan, pokoknya dijamin
pusing deh kalo gak punya pekerjaan.

16
Sekumpulan ojek merupakan bentuk realitas sosial yang ada di tengah masyarakat. Mereka membentuk
perkumpulan dengan dasar perilaku, aktivitas, dan tujuan yang sama.(Sumber: ahliduit.com)

Contoh diatas menjadi bukti bahwa manusia itu tidak bersifat statis
(tetap). Artinya, manusia dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan
juga dalam kehidupannya. Dengan perubahan zaman yang begitu cepat,
maka bidang sosial pun mengalami dinamika yang cepat pula. Dinamika
sosial dalam sebuah realitas sosial saling berhubungan. Beberapa unsur yang
berhubungan dengan dinamika sosial yakni, mobilitas sosial, penyimpangan
sosial, dan pengendalian sosial.

4. Perubahan Sosial

Jika kita ingin menganalisis proses-proses dalam dinamika sosial dan


perubahan masyarakat serta kebudayaan di dalamnya, maka diperlukan
sebuah konsep seperti internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, difusi, akulturasi,
asimilasi, inovasi, dan penemuan baru.

D. Contoh-contoh Kehidupan Sosial Sebagai Objektivitas


Kehidupan Sosial Sebagai Objektivitas Untuk memahami konsep
Kehidupan sosial sebagai objektivitas diperlukan penjelasan yang bertahap,
seperti penjelasan mengenai realitas objektif, realitas subjektif dan hukum
konstruktif dari Peter L. Berger. A. Realitas Objektif Kehidupan manusia yang
sering di hadapai sehari-hari merupakan suatu fakta. Dengan kata lain
masyarakatlah yang mempengaruhi dan membentuk perilaku manusia melalui
suatu aturan, yang sebenarnya merupakan produknya sendiri. Dalam hal ini,
kehidupan manusia hanyalah sebagai objek atau sasaran dari aturan itu sendiri.
Untuk memudahkan dalam memahami relitas objektif diberikan contoh sebagai
berikut, “Sarana belajar merupakan peranan yang penting terhadap kemajuan

17
belajar seorang siswa. Dengan adanya kelengkapan belajar tersebut dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dicapai siswa.”

Dalam contoh tersebut siswa merupakan objek dari sarana belajar yang
diciptakan oleh manusia sendiri. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh sarana
belajar yang merupakan factor eksternal di luar dirinya. Dalam sudut pandang
kehidupan objektif tidak mempertimbangkan motivasi dan kemampuan
seseorang secara pribadi. Dapat dikatakan bahwa prestasi siswa dipengaruhi
oleh sarana belajar, tanpa melihat minat, motivasi dan upaya pribadinya. Sifat
dari realitas social objektif berlaku umum, seperti halnya hukum fakta social
Emile Durkheim yang juga memiliki sifat memaksa di luar individu. Realitas
objektif juga dapat dikatakan sebagai pengetahuan manusia yang bersifat masal
(umum). Untuk contoh yang kedua sebagai berikut, “ Dengan rajin belajar maka
prestasi siswa akan meningkat”

Dari contoh diatas, kita dapat melihat realitas objektif (pengetahuan


masal) adalah diberlakukannya aturan rajin belajar, membuat siswa (objek
aturan) dapat meningkat prestasinya. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
dengan diterapkannya aturan rajin belajar akan mempengaruhi prestasinya.
Namun, cara pandang tersebut juga menimbulkan pertanyaan. Seperti apa
sebenarnya perwujudan dari rajin belajar tersebut. Realitas objektif memang
tidak melihat karakter unik dari masing-masing individu. Dapat dikatakan
masyarakat sepakat bahwa rajin belajar merupakan langkah konkret untuk
meningkatkan prestasi siswa (objek). Namun pemahaman siswa terhadap
prestasi dan rajin belajar ketika dirinya menjadi subyek, akan sangat beragam
maknanya. B. Realitas Subjektif Kehidupan manusia yang sering di hadapai
sehari-hari dapat dilihat dari sudut pandang pelaku atau subjeknya.
Kenyataannya justru banyak realitas yang tidak terjelaskan ketika dilihat dari
sisi objeknya saja. Supaya memiliki penjelasan yang lebih komprehensif perlu
dilihat dari kacamata pelaku atau subjeknya. Subjek dalam hal ini bias individu
maupun insitusinya.

Kehidupan social merupakan proses Objektifikasi Apa yang dimaksud


dengan Objektivikasi? Objektivitas merupakan proses dimana gagasan-gagasan
dari masing-masing individu yang tereksternalisasi dengan cara di interaksikan
kepada individu yang lain. Ketika gagasan kita di sepakati dan menjadi gagasan
umum dimasyarakat itulah realitas subjektif berubah menjadi realitas objektif
atau disebut objektifikasi.

Untuk memudahkan proses objektivikasi diberikan contoh sebagai berikut, “


Alfredo merupakan ilmuan yang tinggal di desa nelayan. Selama proses
penelitian, dia mengugkapkan terjadinya penurunan populasi penyu di laut
akibat penangkapan besar oleh nelayan. Karena kedekatanya dengan para

18
nelayan Alfredo sering sekali berkumpul dan mengobrol denganya. Ketika
saling berkumpul, ia mengungkapkan gagasannya kedapa nelayan untuk tidak
menangkap penyu. Hal tersebut langsung saja disepakati oleh nelayan, karena
seblumnya dari merekapun sudah sadar bahwa penangakapan penyu berakibat
terhadap kepunahannya. Akhirnya, seluruh nelayan secara bertahap tidak lagi
menangkap penyu, secara adatpun sepakat bahwa penangkapan penyu akan
mendapatkan sanksi. Aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama di
sosialisasikan kepada pemuda-pemuda di desa tersebut yang nantinya akan
berprofesi sebagai nelayan.”

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa kehidupan social merupakan proses


objektivikasi dimana individu sealalu memiliki gagasan untuk menciptkan suatu
aturan untuk mengatur kehidupannya. Bahkan si pencetus aturan pun pada
akhirnya juga akan dipengaruhi oleh aturan yang dibuatnya sendiri maupun
secara kolektif.

Menurut Peter L.Berger bahwa kehidupan social kita merupakan proses dari
eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi. Ketiga elemen ini bergerak secara
dialektis. Artinya Kehidupan social merupakan proses dialektis (saling
mempengaruhi) antara subjek dan objek.

- Proses dimana individu memiliki suatu gagasan yang kemudian


diinterkasikan kepada orang lain dalam bentuk saling mempengaruhi.
- Pengetahuan yang dimiliki individu yang kemudian disampaikan kepada
individu yang lainya.
- Gagasan yang dimiliki dari berbabagi individu hingga mencapai suatu
kesepakatan dan menciptkan pengetahuan baru yaitu pengetahuan masal
(kolektif).
- Merupakan proses terbentuknya norma secara (kolektif) .
- Proses pelembagaan (institusional).
- Proses sosialisasi pengetahuan bersama (kolektif), dan gagasan yang telah
disepakati sebelumnya kedapa masyarakat supaya, individu di dalam
masyarakat semakin memahami, pengetahuan kolektif tersebut. Norma
dipahami, oleh setiap individu dan mendarah daging dalam jiwa indivdu.
- Realitas objektif (masyarakat) bersemayam dalam kesadaran subyektif
(individu)

Peter L. Berger mengatakan bahwa realitas terbentuk secara sosial, artinya


sebagai sebuah institusi media akan langsung mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh society/ masyarakatnya. Media yang dipandang sebagai sebuah institusi
yang tidak pernah lepas dari pertarungan kekuatan sosial, politik dan ekonomi
saling berlomba mencari otoritas untuk mendefinisikan realitas, sehingga

19
realitas menjadi dari kekuasaan. Dengan kata lain media tidak pernah terlepas
dari keseharian hidup masyarakat, mereka selalu mengalami proses dialektis,
yaitu eksternalisasi, objektifikasi dan internalisasi. Pada proses eksternalisasi
manusia mengeluarkan gagasan ketika berinteraksi antara satu dengan lainnya.
Pada proses objektifikasi gagasan tersebut menjadi realitas objektif, sedangkan
pada proses internalisasi realitas objektif tersebut tertanam kembali kepada
manusia melalui sosialisasi yang dialami secara kolektif manusia
mentransformasikan struktur yang objektif tersebut kedalam struktur kesadaran
subjektif.

1. Realitas Objektif

Kehidupan manusia yang dihadapi setiap hari merupakan suatu fakta, artinya
masyarakat yang dapat mempengaruhi dan mengubah bentuk perilaku manusia
melalui suatu norma/aturan yang sebenarnya mereka ciptakan sendiri. Hal ini
membuktikan bahwa kehidupan manusia hanyalah sebuah objek dan sasaran
dari suatu aturan. Kehidupan manusia dalam masyarakat membentuk kehidupan
sosial yang lebih luas. Kehidupan sosial tersebut menjadi suatu objek dan dapat
dijelaskan melalui realitas objektif.  Supaya kamu lebih memahami realitas
objektif ini simak dua contoh gambaran di bawah ini ya:

1. Sarana belajar berperan penting terhadap kemajuan belajar seorang siswa.


Adanya kelengkapan belajar yang memadai dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajar yang dicapai siswa.

Berdasarkan contoh dan gambaran di atas, siswa merupakan objek dari


sarana belajar yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Sarana belajar yang
merupakan ocial eksternal mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dalam sudut
pandang kehidupan objektif tidak mempertimbangkan kemampuan dan motivasi
seseorang secara pribadi. Hal tersebut menjelaskan bahwa prestasi siswa
dipengaruhi oleh sarana belajar, tanpa melihat usaha, minat dan motivasi

20
pribadinya. Realitas objektif dapat dikatakan sebagai pengetahuan manusia
yang bersifat umum (massal) yang mempunyai sifat memaksa di luar
masing-masing individu.

2. Prestasi siswa akan meningkat jika rajin belajar.

Berdasarkan contoh di atas, realitas objektif (pengetahuan umum) adalah


diberlakukannya aturan jika rajin belajar, siswa dapat meningkat prestasinya.
Namun, cara pandang tersebut menjadi pertanyaan seperti apa sebenarnya
wujud dari rajin belajar tersebut? Realitas objektif tidak melihat karakter unik
dari masing-masing individu, sehingga dapat dikatakan bahwa rajin belajar
(subjek) merupakan langkah nyata untuk meningkatkan presetasi siswa (objek).
Akan tetapi, ketika siswa menjadi subjek, pemahaman siswa terhadap prestasi
dan rajin belajar akan sangat beragam maknanya.

2. Realitas Subjektif

Ada banyak realitas yang tidak dapat dijelaskan hanya dari sisi objeknya
saja, hal ini juga berlaku pada kehidupan ocial. Kehidupan ocial manusia
yang dihadapi sehari-hari dapat dilihat dari sisi subjeknya atau dari sudut
pandang pelaku supaya memiliki penjelasan yang lebih luas. Subjek dalam hal
ini oci meliputi individu maupun institusi lainnya. Agar lebih jelasnya simak
contoh di bawah ini ya:

 Rudi memiliki kebiasaan yang sedikit unik dari kebanyakan orang, ia


belajar sambil mendengarkan ocia rock. Menurutnya, intensitas belajar
yang sedikit tetapi rutin, ampuh untuk mencapai prestasi yang diinginkan.
Selain itu, menurut rudi prestasi bukan sekedar nilai dan piala, tetapi juga
kebermanfaatan untuk orang lain.

21
Berdasarkan contoh di atas, Rudi sebagai subjek mengungkapkan
pendapatnya terhadap cara-cara belajar yang umumnya di gunakan oleh
sebagian orang. Rudi melakukan hal yang tidak dilakukan oleh siswa pada
umumnya.  Rudi sebagai subjek mengubah pandangan masyarakat tentang cara
belajar dan pemahaman prestasi. Akan tetapi cara dan tindakan belajar Rudi
sebagai subjek tidak harus diterima di masyarakat dan mungkin hanya Rudi
yang dapat melakukan hal tersebut. Di lain sisi, pendapat dan pandangan Rudi
sebagai subjek dapat memberikan pengaruh kepada orang lain atau bahkan
mengendalikan posisi objek.

3. Kehidupan Sosial Merupakan Proses Objektivikasi 

Objektivikasi merupakan proses dari gagasan atau pendapat masing-


masing individu yang dikemukakan dengan cara berinteraksi dengan
individu lain. Ketika gagasan atau pendapat dari seseorang disepakati dan
menjadi gagasan umum di masyarakat, maka saat itu realitas subjektif berubah
menjadi realitas objektif atau yang biasa disebut objektivikasi. Untuk
memudahkan kamu dalam memahami proses objektivikasi simak contoh berikit
ini:

 Alfredo merupakan peneliti yang tinggal di desa mayoritas nelayan.


Selama proses penelitian, dia mengungkapkan terjadinya penurunan
penyu di laut akibat penangkapan besar oleh nelayan. Karena
kedekatannya dengan para nelayan, Alfredo sering sekali berkumpul dan
mengobrol dengan mereka. Ketika berkumpul, ia mengungkapkan
gagasannya kepada nelayan untuk tidak menangkap penyu. Hal tersebut
langsung disepakati oleh nelayan, karena sebelumnya dari mereka pun
sudah sadar bahwa penangakapan penyu berakibat terhadap
kepunahannya. Akhirnya, seluruh nelayan secara bertahap tidak lagi
menangkap penyu, secara adat pun sepakat bahwa penangkapan penyu
akan mendapatkan sanksi. Aturan yang telah dibuat dan disepakati

22
bersama disosialisasikan kepada pemuda-pemuda di desa tersebut yang
nantinya akan berprofesi sebagai nelayan.

Ilustrasi Proses Objektivikasi

Berdasarkan ilustrasi di atas, kehidupan ocial merupakan proses


objektivikasi individu yang selalu memiliki gagasan untuk menciptakan aturan
dalam kehidupannya. Pengagas aturan pun pada akhirnya akan terpengaruh oleh
aturan yang dibuatnya sendiri. Kehidupan ocial merupakan proses
eksternalisasi, internalisasi, dan objektivikasi. Ketiga elemen ini bergerak secara
berkesinambungan, artinya kehidupan social merupakan proses yang saling
mempengaruhi antara objek dan subjek.

23
BAB III
KESIMPULAN

Realitas sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari kadang


tidak sesuai dengan harapan kebanyakan orang. Ketidakadilan,
kekecewaan, ketidakpuasan sering dirasakan oleh masyarakat, terlebih
terhadap penguasa yang berdampak pada kehidupan masyarakat luas
bahkan juga terpuruknya kondisi bangsa.Sebagai penduduk warga
negara Indonesia kita berhak untuk menyampaikan keritikan yang
pantas untuk bangsa ini.Ada banyak cara kita untuk menyampaikan
keritikan terhadap situasi keritikan tersebut,salah satunya dengan
media sosial.Yakni karya sastra,karya sastra dapat digunakan untuk
menyampaikan keritik secara cerdas,elegan dan santun.

Realitas sosial ialah kenyataan yang dapat kita lihat dalam


kehidupan manusia yang terwujud sebagai hasil hubungan yang
terjalin di antara sesama manusia

Bentuk-bentuk realitas sosial adalah:

a. Keluarga
b. Masyarakat
c. Komunitas
d. Perkumpulan /Asosiasi
e. Ketetanggaan
f. Kekerabatan
g. Suku Bangsa

Jenis-jenis realitas sosial:

24
- Realitas sosial objektif
- Realitas sosial subjektif
- Realitas sosial simbolik

Proses yang terjadi pada realitas sosial:

- Eksternalisasi
- Objektifikasi
- Internalisasi

Konsep-konsep realitas sosial:

- Masyarakat sebagai sistem sosial


- Organisasi sosial
- Dinamika Sosial

Konstruksi Sosial

Istilah konstruksi sosial atas realitas (Social Construction of


Reality), menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L Berger
dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul "The Sosial
Construction of Reality, A Treatise in the Sociological of Knowledge"
(1996). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan
interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus
suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Teori Kontruktivisme, dicetuskan oleh Peter L dan Thomas


Luckman, yang berasumsi dasar, yaitu:

• Realitas manusia kreatif melalui kekuataan

25
• Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat
pemikiran itu timbul.
• Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus
• Membedakan antara realitas dengan pengetahuan.

Fungsi Sosiologi

Fungsi sosiologi sebagai ilmu secara garis besar yaitu untuk :

- memahami perkembangan kebudayaan masyarakat baik itu


masyarakat tradisional maupun modern.
- memahami hubungan antara manusia dgn lingkungan alam,
hubungan antar golongan, juga proses perubahan dan
pengaruhnya terhadap diri kita bisa membuat penemuan baru
terhadap masyarakat.

Fungsi sosiologi sebagai ilmu merupakan alat untuk mengetahui


perkembangan masyarakat guna menciptakan ketertiban masyarakat.

Fungsi sosiologi sebagai Ilmu beserta penjelasan singkatnya:

1. Fungsi Sosiologi sebagai Penelitian. Tujuannya adalah


untuk mengetahui sejauh mana gejala sosial atau fenomena
sosial masyarakat berkembang, serta bagaimana
dampaknya untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat
yang ada.
2. Fungsi Sosiologi sebagai Pembangunan. Fungsinya
sebagai penyimpanan data sosial yang memang diperlukan
dalam melakukan pembangunan tersebut. Dimana dalam
tahap perencanaan data sosial yang sudah ada menjadi
bagian dari kebutuhan sosial. Selanjutnya, pada tahap
pelaksanaan, yang perlu dilihat yaitu kekuatan sosial
26
masyarakat serta proses perubahan sosial yang ada pada
masyarakat tersebut.
3. Fungsi Sosiologi sebagai Perencanaan Sosial. Tujuan dari
perencanaan ini adalah bagaimana mempersiapkan masa
depan, perkembangan, kemajuan, dan pencegahan
(preventif) mengatasi gejala sosial kemasyarakatan.
4. Fungsi Sosiologi sebagai Pemecahan Masalah Gejala
Sosial. Masalah sosial yang timbul tentunya kita sendiri
tidak menginginkannya ada, karena bisa memberikan hal
buruk dan menganggu serta berdampak bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat. Misalnya, contoh
saat ini adanya Pandemi virus Covid-19 yang memberikan
dampak kepada manusia di seluruh dunia. Tentunya,
Pandemi virus Covid-19 ini tidak direncakan dan tidak
diinginkan oleh manusia. Kita pun dituntut untuk bisa
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi dengan
mematuhi protokol kesehatan. Dan cara pencegahan
penularan virus tersebut adalah dengan memakai masker,
mencuci tangan, menjaga jarak aman, dan cara pencegahan
lainnya. Namun, dengan himbauan yang diberlakukan,
masih saja masyarakat bandel tidak mematuhi protokol
kesehatan Covid-19, maka cara-cara dengan metode
represif pun dilakukan. Dimana metode ini untuk
mengatasi gejala sosial setelah terjadinya ketidakpatuhan
melaksanakan protokol kesehatan Covid-19.

27
Daftar Pusaka

https://repositori.kemdikbud.go.id/19529/1/Kelas%20X_Sosiologi_KD
%203.1%20(5).pdf

https://www.sosiologi.info/2021/08/penjelasan-fungsi-peran-sosiologi-berikut-
contohnya.html

https://brainly.co.id/tugas/11867467#:~:text=Realitas%20sosial%20dalam
%20masyarakat%20adalah,merupakan%20hasil%20dari%20konstruksi
%20sosial

https://brainly.co.id/tugas/11076744

https://dosensosiologi.com/contoh-realitas-sosial/

https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-realitas-sosial-dalam-kehidupan-
bermasyarakat

http://repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/7171/3/BAB%20V.pdf

http://eprints.ums.ac.id/27447/3/02._BAB_I.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Realitas_sosial#:~:text=Realitas%20sosial
%20adalah%20kenyataan%20atau,yang%20terjadi%20di%20tengah
%20masyarakat.

https://pdfcoffee.com/kehidupan-sosial-sebagai-objektifitas-pdf-free.html

28

Anda mungkin juga menyukai