Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ANALISIS WACANA SASTRA”


Diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan Wacana Bahasa Indonesia yang dibina
oleh Dr. Abdurahman, M.Pd.

Oleh Kelompok 10

Murlianis : 19016033
Olivia Fitragisyela : 19016113
Oryn Livenza : 19016185
Yadia Rahma : 19016205

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai “Analisis Wacana Sastra”.

Makalah ini dibuat dengan kerjasama yang kami lakukan antara anggota
kelompok satu dan lainnya serta pihak-pihak lain yang membantu. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami meminta pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Padang, 16 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

A. Hakikat Sastra ....................................................................................................... 3

1. Pengertian Satra ............................................................................................. 3


2. Fungsi Sastra .................................................................................................. 4

B. Unsur-unsur Wacana ............................................................................................. 5

1. Unsur Internal ................................................................................................ 5


2. Unsur Eksternal .............................................................................................. 6

C. Jenis-jenis Wacana ................................................................................................ 6


D. Analisis Wacana .................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang


digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat
berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis
dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa
komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara
tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa.
Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana.
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis
bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.

Seringkali dalam berkomunikasi, membaca, atau bercakap-cakap ada


topik atau hal yang dibicarakan. Entah itu topik yang serius atau hanya topik
pembicaraan biasa. Dalam pembicaraan tersebut menggunakan kalimat yang
baik dan benar namun terkadang menggunakan kalimat tidak baku, tergantung
pada suasana pembicaraannya. Kenyataannya wacana sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak bisa lepas dari wacana. Saat berbicara,
membaca berita, berinteraksi, dan pekerjaan apapun menggunakan wacana.
Oleh karena itu, kami akan membahas materi mengenai wacana.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka kami merumuskan


permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hakikat sastra tersebut?

2. Apa sajakah unsur-unsur dari wacana?

1
3. Apa sajakah jenis-jenis dari wacana

4. Bagaimanakah analisis wacana tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hakikat dari sastra.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur dari wacana.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari wacana.

4. Untuk mengetahui apa itu analisis wacana.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sastra

1. Pengertian Sastra

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang


berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas
yang berarti instruksi atau ajaran, sedangkan tra berarti alat atau sarana
(Teeuw, 1984: 23). Padahal dalam pengertian sekarang (bahasa Melayu),
sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini ditambah dengan kata
su yang berarti indah atau baik. Jadi susastra bermakna tulisan yang indah
(Winarni, 2013: 1). Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk
merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti
atau keindahan tertentu. Sastra adalah seni bahasa. Sastra adalah ungkapan
spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam
bahasa, sedangkan yang dimaksud pikiran adalah pandangan, ide-ide,
perasaan dan semua kegiatan mental manusia.

Beberapa pengertian sastra menurut para ahli berikut ini dapat


dijadikan sebagai acuan dalam memahami arti sastra yaitu: Esten (1978: 9)
mengemukakan bahwa sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari
fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan
masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif
terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Jadi dapat disimpulkan sastra adalah segala sesuatu yang tertulis dan
tercetak. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Sebagai karya kreatif sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang
indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, serta menjadi
wadah penyampaian ide-ide.

3
2. Fungsi Sastra

Secara garis besar, sastra berfungsi untuk memberikan kesenangan


atau kenikmatan kepada pembacanya. Sastra di samping memberikan
kesenangan kepada para pembacanya juga berdaya guna atau bermanfaat bagi
kehidupan batiniah. Sastra berguna untuk memberikan hiburan sekaligus
berguna bagi pengayaan spiritual atau menambah khasanah batin pembaca.

Sastra bersifat menghibur bukan berarti membuat pembaca terpingkal-


pingkal karena tidak dapat menahan tawanya. Namun, lebih pada kepuasan
batin ketika mengikuti alur cerita atau menikmati keindahan penggunaan
bahasa dalam memaparkan aspek-aspek kehidupan (Priyatni, 2015:21).

Manfaat sastra. Ada berbagai manfaat yang dapat diberikan oleh


sastra, menurut Karno (Priyatni, 2015:7) berbagai manfaat yang diperoleh dari
karya sastra ini adalah sebagai berikut.

a. Sastra sebagai ilmu, artinya sastra sebagai salah satu disiplin ilmu
yang bersifat konventif yang diajarkan di bangku Sekolah secara
formal, dalam sub bidang bahasa Indonesia.

b. Sastra sebagai seni, artinya sastra memiliki semboyan dulce et utile


(menghibur dan berguna). Jadi, sastra di samping memberikan
kesenangan kepada para pembacanya juga berdaya guna
ataubermanfaat bagi kehidupan manusia. Artinya, sastra bermanfaat
untuk pengayaan spiritual atau khasanah batin.

c. Sastra sebagai kebudayaan, dalam hal ini sastra mencakup segala


kehidupan manusia baik secara lahir maupun batin. Secara lahir sastra
sejajar dengan bahasa yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa,
sarana pergaulan, alat komunikasi antara manusia dan antarbangsa.
Hal ini dapat dilihat dan saling dikenalnya para pengarang di seluruh
penjuru dunia melalui hasil karyanya.

4
B. Unsur-Unsur Wacana

Unsur wacana merupakan satuan-satuan terkecil yang membentuk wacana


itu sendiri. Wacana memiliki dua unsur pembentuk atau pembangun yaitu
unsur internal dan unsur eksternal.

1. Unsur Internal

Unsur internal merupakan unsur pembangun wacana yang berasal dari


dalam wacana itu sendiri, unsur internal wacana dibagi menjadi dua. Unsur
internal yang pertama yaitu kata dan kalimat.

Secara sederhana kata didefinisikan sebagai bagian dari kalimat yang


terbentuk dari gabungan beberapa huruf yang memiliki arti. Kata dapat
diartikan sebagai satuan terkecil dari sistem yang memiliki arti (Wachid dan
Kurniawan, 2010: 72), sedangkan kalimat yaitu satuan gramatik yang dibatasi
oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan,
2001: 23). Zainurrahman (2011: 111) menyatakan bahwa kalimat adalah
sekumpulan respon terhadap objek dalam bentuk kata, yang terangkai dalam
sebuah struktur. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kalimat merupakan satuan gramatik yang memiliki arti,
yang terangkai dalam sebuah struktur dan dibatasi oleh intonasi yang menjadi
unsur dasar pembentuk wacana.

Unsur internal yang kedua yaitu teks dan koteks. Teks merupakan satuan
bahasa terlengkap yang bersifat abstrak (Kridalaksana, 2009: 238). Menurut
Halliday (1994: 13), teks diartikan sebagai sebuah bahasa yang sedang
melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi berlainan dengan kata-kata
atau kalimat yang mungkin ditulis dipapan tulis. Jadi teks dapat diartikan
sebagai satuan bahasa terlengkap yang sedang melaksanakan tugas tertentu
dalam konteks situasi-situasi berlainan yang disajikan secara tertulis. Menurut
Mulyana (2005: 10) koteks yaitu teks yang bersifat sejajar, koordinatif dan

5
memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks yang satu memiliki hubungan
dengan teks yang lainnya. Teks lain tersebut bisa di depan (mendahului) atau
di belakang (mengiringi).

2. Unsur Eksternal

Unsur eksternal wacana yaitu unsur pembentuk atau unsur pembangun


wacana yang berasal dari luar wacana itu sendiri. Unsur eksternal wacana
terbentuk dari lima hal penting yaitu implikatur, presuposisi, referensi,
inferensi, konteks. Implikatur memiliki arti sebagai sesuatu yang terlibat atau
menjadi bahan pembicaraan (Mulyana, 2005:11). Presuposisi yaitu anggapan
dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang
membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar maupun pembaca.
Referensi yaitu hubungan antara kata dengan benda (orang, tumbuhan, sesuatu
lainnya) yang dirujuknya (Mulyana, 2005: 14-15). Kata inferensi memiliki arti
sebagai suatu proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca
untuk memahami makna yang secara harifah tidak terdapat pada wacana yang
diungkapkan oleh pembicara atau penulis (Djajasudarma, 2006: 41). Menurut
Halliday (1994: 6) konteks merupakan teks yang menyertai teks itu.
Pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu tidak hanya meliputi yang
dilaksanakan atau ditulis saja, melainkan termasuk kejadian-kejadian yang
non verbal lainnya.

C. Jenis-Jenis Wacana

1. Menurut Fungsi Bahasa Menurut Leech

a. Wacana ekspresif, adalah apabila wacana itu bersumber pada gagasan


penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato.

b. Wacana fatis, adalah apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk
memperlancar komunikas, seperti wacana perkenalan pada pesta.

6
c. Wacana informasional, adalah apabila wacana itu bersumber pada pesan
atau informas, seperti wacana berita dalam media massa.

d. Wacana estetik, adalah apabila wacana itu bersumber pada pesan, seperti
wacana puisi dan lagu.

e. Wacana direktif, adalah apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau
reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.

2. Berdasarkan bentuk

a. Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama,


dalam bentuk dialog, baik secara tertulis maupun secara lisan

b. Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi secara
lisan maupun tulisan.

c. Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa,


seperti novel, skripsi, tesis, artikel, dan lain-lain

1) Wacana naratif bersifat menceritakan sesuatu topik atau hal

2) Wacana deskriptif adalah karangan yang menggambarkan suatu


objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman
penulisnya.

3) Wacana ekspositoris adalah karangan yang memaparkan atau


menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan
memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada
pembacanya.

4) Wacana argumentatif adalah wacana yang berisi pendapat, sikap,


atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-
bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis.

7
5) Wacana persuasif adalah wacana yang berisi ajakan, rayuan,
bujukan, atau melarang.

6) Wacana hortatoris adalah wacana yang menjelaskan sebuah teori


atau masalah secara komprehensif dengan tujuan mendorong orang
lain melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

7) Wacana prosedural adalah wacana yang berisi tahap-tahap untuk


menyelesaikan suatu aktivitas

3. Berdasarkan saluran komunikasinya

a. Wacana lisan, memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur, bahasa yang
dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara.

b. Wacana tulis, ditandai adanya penulis dan pembaca, bahasa yang


dituliskan dan penerapan sistem ejaan.

4. Berdasarkan eksistensi/realitas:

a. Wacana verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan


komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan
(oral).

b. Wacana non verbal bentuk komunikasi non verbal diantaranya adalah,


bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian seragam,
warna dan intonasi suara.

5. Berdasarkan jenis pemakaian:

a. Monolog adalah apabila dalam suatu komunikasi hanya ada satu


pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain maka
wacana yang dihasilkan

b. Dialog adalah apabila peserta dalam komunikasi itu 2 orang dan terjadi
pergantian peran

8
c. Polilog adalah apabila jumlah peserta dalam komunikasi lebih dari dua
orang dan terjadi pergantian peran

D. Analisis Wacana

Dalam studi wacana kita tidak hanya menelaah bagian-bagian bahasa


sebagai unsur kalimat, tetapi juga harus mempertimbangkan unsur kalimat
sebagai bagian dari kesatuan yang utuh. Di Eropa penelitian wacana dikenal
texlinguistics atau textgrammar. Analisa Wacana adalah analisa yang
menentukan hubungan-hubungan yang terdapat antara kalimat-kalimat yang
utuh (majemuk atau tunggal) dalam suatu teks yang utuh (contoh: karangan
dalam surat kabar, atau pun suatu roman seluruhnya). Para ahli linguistik
dewasa ini sering berpendapat bahwa kebanyakan hubungan antar kalimat
dalam suatu teks tidak bersifat gramatikal; tetapi ada juga yang menyangsikan
hal itu. Yang pasti bersifat gramatikal ialah penunjukan pronominal, yaitu bila
suatu kata benda dalam kalimat tertentu disebutkan sekali lagi dalam suatu
kalimat yang berikutnya dengan bentuk kata ganti.

Klausa dalam kalimat majemuk dan kalimat dalam suatu teks tidak
selalu mudah dibedakan. Pertama-tama ada masalah peranan interpungsi.
Misalkan, kedua ujaran Ali kalah dalam pertandingan. Tetapi ia tidak mau
mengakuinya. Memberi kesan bahwa ujaran tersebut terdiri atas dua kalimat
(tunggal). Tetapi bagaimana bila ditulis seperti ini: Ali kalah dalam
pertandingan, tetapi ia tidak mau mengakuinya. Tentu saja kita tidak boleh
mendasarkan penafsiran atas bentuk ortografis ujaran-ujaran tersebut. Tetapi
bentuk ortografis itu dapat mencerminkan ciri-ciri fonologis (suprasegmental)
tertentu, misalkan sesudah kata pertandingan dapat ada jeda atau tidak, dan
nada suara pada kata tersebut dapat turun atau tidak.

Salah satu kajian wacana yang menonjol melalui kajian referensi dan
inferensi. Prinsip penafsiran dapat pula terjadi melalui penafsiran lokal
(temasuk ruang dan waktu), dan prinsip analogi dalam menafsirkan pengertian

9
(makna) yang terkandung di dalam wacana. Prinsip penafsiran lokal
menyatakan bahwa pesapa tidak membentuk konteks lebih besar yang
diperlukan untuk menafsirkan makna wacana melalui pengunaan akal yang
didasarkan atas pengalamannya. Unsur yang disebut koreferensi dapat berupa
pronominal persona.

10
BAB III

PENUTUP

Kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar seperti banyak diduga atau


diperhitungkan orang selama ini. Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah
unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana. Wacana
adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.

Untuk membentuk wacana yang baik maka diperlukan unsur-unsur


pembangunnya, seperti tema, unsur bahasa, konteks, kohesi dan koheren. Wacana
juga memiliki jenis yang beragam sesuai dengan cara penyampaian ataupun situasi
yang sedang berlangsung. Dalam suatu wacana bila kita telaah lebih lanjut kita dapat
menganilis wacana tersebut, bagaimana bentuk ortografis dan ciri-ciri fonologisnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S., Winarni, R., & Andayani. (2013). “Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai
Pendidikan dalam Novel “Tuan Guru” Karya Salman Faris”. Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra, 1(1), 54-68.

A, Teeuw. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia.
Pustaka Jaya.

Djajasudarma, Fatimah. (2006). Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan


Kajian. Bandung: PT Refika Aditama.

Esten, Mursal. (1978). Kesusastraan Pengantar Teori & Sejarah. Bandung. Angkasa

Kridalaksana, H. (2009). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Mulyana Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja.


Rosdakarya

Priyatni, Endah Tri. (2015). Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam


Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Ramlan. (2001). Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Zainurrahman. (2011). Menulis Dari Teori Hingga Praktik. Bandung: Alfabeta.

12

Anda mungkin juga menyukai