Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MEMBACA PUISI

Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Serli Sasmita
2. Dewi Febyola Sihombing
3. Marwah
4. Winni Makripa Siregar

Dosen Pengampuh

EKO SUCAHYO, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA


INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN (IPTS)
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa


atas ridho dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini dengan usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Terimakasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terimakasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya
makalah ini, Ayah Ibu, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan
telah membantu kelompok kami.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat
manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran kelompok
kami, kami harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

Padangsidimpuan, Desember 2023


Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Puisi....................................................................................3
B. Ciri-ciri kebahasaan Puisi.....................................................................4
C. Ragam Puisi..........................................................................................4
D. Unsur Pembangun Puisi........................................................................5
E. Sejarah Baca Puisi................................................................................6
F. Bentuk Pembacaan Puisi.......................................................................7
G. Unsur Pokok Baca Puisi.......................................................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................9


a. Kesimpulan...........................................................................................9
b. Saran.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan dalam membaca sangat penting dimiliki oleh seseorang
siswa, khususnya Sekolah Menengah Pertama. Melalui kegiatan membaca,
para siswa dapat dengan mudah memperoleh informasi dari sumber
tertulis, berkaitan dengan seluruh mata pelajaran yang disajikan. Setiap
informasi atau gagasan yang pada setiap buku pelajaran akan dapat
diperoleh secara mudah. kemampuan membaca ialah kecepatan membaca
dan pemahaman isi bacaan. Membaca adalah melihat serta memahami isi
dari apa yang tertulis.

Puisi merupakan karya sastra yang erat hubungannya dengan bahasa


jiwa tersusun dengan kata-kata yang baik sebagai hasil curahan lewat
media tulis yang bersifat imajinatif oleh pengarangnya untuk menyoroti
aspek kehidupan yang dialami.

Secara umum setiap invidu mempunyai minat terhadap sesuatu. Besar


kecilnya minat membaca akan mempengaruhi seseorang terhadap
aktivitas. Begitu juga dengan minat membaca puisi, semakin besar minat
membaca siswa dalam membaca maka akan semakin mempengaruhi
aktivitas dan pola pikirannya. Dengan membaca, seseorang tidak hanya
mendapatkan pencerahan, tetapi juga bisa muncul banyak inspirasi dan
memiliki wawasan serta pengetahuan terhadap hal yang sudah dibaca.

Mengingat begitu pentingnya kegiatan membaca dalam menguasai


berbagai bidang ilmu pengetahuan, maka sudah sewajarnya kegiatan
membaca tersebut ditanamkan kepada setiap siswa sejak usia dini. Salah
satu langkah yang efektif untuk memotivasi peserta didik tentunya melalui
kegiatan proses pembelajaran membaca disekolah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Puisi?
2. Apa ciri-ciri kebahasaan Puisi?
3. Apa yang dimaksud Ragam Puisi?
4. Apa unsur pembangun Puisi?
5. Bagaimana Sejarah baca Puisi?
6. Bagaimana bentuk pembacaan Puisi?
7. Apa unsur pokok buku Pokok?

C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Puisi.
2. Mengetahui ciri-ciri kebahasaan Puisi.
3. Mengetahui yang dimaksud Ragam Puisi.
4. Mengetahui unsur pembangun Puisi.
5. Mengetahui bagaimana Sejarah baca Puisi.
6. Mengetahui bagaimana bentuk pembacaan Puisi.
7. Mengetahui unsur pokok buku Pokok.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puisi

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra. Menurut Saddhono


(2017) karya sastra adalah dunia dalam kata. Setiap pembaca karya sastra
mempunyai persepsi yang berubah- ubah. Tanpa adanya persepsi yang
berubah-ubah karya sastra hanyalah artefak tanpa makna. Secara
etimologis kata puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti
membuat atau poeisis yang berarti pembuatan, dalam bahasa Inggris
disebut poem atau poetry. Puisi diartikan sebagai membuat atau
pembuatan karena seseorang dapat menciptakan dunia baru dalam puisi
tersebut, baik secara batiniah maupun lahiriah.
Pengertian puisi menurut Wiryojosoedarmo (1984:51) yang
dikutip oleh Pradopo (1987:5) dalam Pengkajian Puisi, mengemukakan
bahwa puisi itu karangan yang terikat oleh: (1) banyak bait dalam tiap
bait (kuplet/strofa, suku karangan); (2) banyak kata dalam tiap baris; (3)
banyak suku kata dalam tiap baris; (4) rima; (5) irama. Altendernd
(1970:2) Pradopo (1987:5) dalam Pengkajian Puisi mengartikan puisi
sebagai pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan)
dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the interpretive dramatization of
experience in metrical language). Pendapat lain dikemukakan oleh
Hartani (2015), puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata
dengan cermat sehingga mampu meningkatkan kesadaran seseorang akan
pengalaman dan membangkitkan tanggapan lewat bunyi, irama, dan
makna.
Pengertian puisi menurut Sari dkk. (2013) yaitu kata-kata indah
yang memiliki makna. Pengungkapan perasaan melalui puisi tersebut
dituangkan dalam kata-kata yang dipilih dengan mempertimbangkan
keindahan dan kedalaman makna agar isi puisi dapat tersampaikan
dengan baik kepada para pembaca atau pendengar. Setiap puisi
mempunyai suasana dan makna yang berbeda, maka seorang pembaca
3
harus memahami puisi agar bisa dibacakan dengan suasana dan
memahami makna dengan tepat.
B. Ciri-ciri Kebahasaan Puisi
Puisi mempunyai ciri-ciri kebahasaan yang khas. Hal ini dapat
membedakan puisi dengan karya sastra lain dan membuat puisi menjadi
lebih indah. Bahasa dalam puisi dipadatkan dalam larik dan bait yang
mempunyai arti luas. Pemilihan kata dengan mempertimbangkan makna
kias, lambang, dan persamaan bunyi atau rima. Puisi menggunakan kata-
kata yang konkret untuk memperjelas makna dan mempermudah pembaca/
pendengar dalam memahaminya. Selain itu, bahasa dalam puisi juga
menggunakan pencitraan/ pengimajian yaitu penggunaan kata yang
seolah-olah dapat didengar, dirasa, diraba, dan dilihat oleh pembaca/
pendengar. Irama/ rytme dalam puisi diartikan sebagai pengulangan
yang teratur sehingga membuat puisi lebih estetis dalam
pembacaannya.
C. Ragam Puisi

Puisi mempunyai berbagai ragam. Ragam tersebut digolongkan


berdasarkan isi, bentuk, dan jenis. Penggolongan puisi berdasarkan isi
ada 10: puisi epik yaitu puisi yang bersifat menceritakan suatu hal yang
berisi cerita kepahlawanan; puisi lirik yaitu puisi yang isinya
mengungkapkan makna secara konotasi atau makna simbolik, sehingga
memerlukan daya imajinasi untuk memahaminya; puisi naratif yaitu puisi
yang didalamnya mengandung cerita dengan penokohan, perwatakan,
latar, dan rangkaian tertentu yang membentuk suatu cerita; puisi dramatik
yaitu salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku
seseorang melalui dialog, monolog, maupun lakuan sehingga
mengandung cerita tertentu; puisi didaktik yaitu puisi yang mengandung
nilai-nilai pendidikan; puisi satire/ satirik yaitu puisi yang mengandung
sindiran atau kritikan tentang kondisi sosial masyarakat atau suatu
kelompok; romance/ romansa yaitu puisi yang berupa luapan rasa kasih

4
sayang; elegi yaitu puisi ratapan yang mengungkapkan rasa sedih atau
luka yang mendalam; ode yaitu puisi yang berisi pujian terhadap
seseorang yang memiliki jasa atau sifat kepahlawanan; dan himne yaitu
puisi yang berisi pujian kepada tuhan, bangsa, dan tanah air.
Penggolongan puisi berdasarkan bentuk terbagi menjadi 4, yaitu:
puisi lama, puisi baru, puisi modern , dan puisi kontemporer. Puisi lama
selalu berdasarkan pola masyarakat lama dengan segala aktivitas. Puisi
lama mempunyai ciri-ciri terikat oleh bait dan rima, menyangkut pola
masyarakat lama, biasanya ada sampiran, menekankan pada ritme dan
nada. Puisi lama meliputi pantun, syair, mantra, gurindam, seloka,
karmina, talibun. Puisi baru yaitu puisi yang memiliki bentuk lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun
rima. Contoh puisi baru yaitu distikon, terzina, quartrin, oktav, soneta.
Puisi modern adalah bentuk puisi seperti angkatan 45 dan angkatan 66
yang tidak terikat oleh jumlah larik dan bait. Puisi kontemporer adalah
puisi yang mengembalikan kata keasalannya. Kata yang digunakan bisa
jadi hanya sbeuah permainan tetapi ada kata kunci di dalamnya.
Penggolongan puisi berdasarkan jenis terbagi menjadi 4, yaitu:
puisi transparan, puisi prismatis, puisi kontemporer, dan puisi mbeling.
Puisi transparan/ diafan. Penikmat puisi dapat menyatu dan memahami
puisi dengan mudah. Puisi Prismatis yaitu puisi yang menggunakan kata
berbentuk kiasan atau bermakna simbolis yang dituntut untuk
mengambangkan daya imajinasi sehingga puisi ini memerlukan
pengkajian dan analisis yang mendalam. Puisi kontemporer yaitu puisi
yang mementingkan permainan kata dalam rangkaiannya, pengkajian
memerlukan pendekatan khusus. Puisi mbeling yaitu bentuk puisi yang
tidak mengikuti aturan puisi tetapi aturan khusus yang ada pada
puisi ini sendiri, baik menyangkut unsur yang membangun maupun yang
terkait dengan puisi tersebut.
D. Unsur Pembangun Puisi

Puisi juga mempunyai unsur pembangun yang dibagi menjadi


5
dua: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri atas
struktur fisik dan struktur batin. Sari dkk. (2014) menjelaskan bahwa
unsur-unsur intrinsik puisi adalah unsur yang membangun puisi dari
bentuk fisik puisi berupa hal-hal yang diungkapkan oleh penyair. Sruktur
fisik puisi yaitu diksi/ pemilihan kata yang digunakan untuk
mengungkapkan isi dan pengalaman estetis dari puisi, citraan/
pengimajian yaitu kata yang memperjelas maksud dari penulis, kata-kata
konkret, bahasa bermajas/ gaya bahasa (bisa berupa pertentangan,
persamaan, perbandingan, dan penegasan), rima dan irama, dan typografi
(penataan tulisan/ bentuk puisi). Struktur batin puisi yaitu tema (ide
pokok yang mendasari sebauah puisi), rasa, nada (sikap penyair terhadap
puisi), dan amanat (pesan yang ingin disampaikan pembaca/ pendengar
berkaitan dengan tujuan penulis menciptakan puisi). Tema manurut
Waluyo (2002) adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair
melalui puisinya. Unsur ekstrinsik puisi mencakup pengarang, proses
kreatif, latar belakang kehidupan, situasi, lingkungan sosial masyarakat,
peristiwa, zaman yang menjadi latar terlahirnya sebuah puisi. Puisi
tercipta dan hidup melalui kedua unsur tersebut. Hal ini diperkuat
dengan pendapat dari Supriyono dkk. (2018) yang menjelaskan bahwa
puisi sebagai salah satu karya sastra menghidangkan nilai-nilai hakiki
kehidupan yang begitu kaya makna. Karya puisi lahir bukan dari
kekosongan tetapi lahir dari hasil penghayatan dan perenungan yang
mendalam dari berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungan karya sastra
itu dilahirkan.

E. Sejarah Baca Puisi


Puisi diciptakan sebagai sarana penuangan rasa yang kemudian
dibaca untuk didengar. Pembacaan puisi tersebut bisa disebut sebagai
seni baca puisi. Seni baca puisi berawal dari lahirnya genre sastra yang
disebut puisi mantra dan puisi lisan. Jadi, seni baca puisi tidak memiliki
sejarah yang bersifat mandiri. Tradisi puisi mantra dan puisi lisan yang
diperkuat oleh kematangan ilmu retorika dan seni pidato bisa disebut
6
sebagai tonggak lahirnya seni baca puisi formal/ deklamasi.
Pendekatan kemungkinan ragam puisi di Indonesia dibagi menjadi 3
menurut Salad (2014: 48) dalam bukunya yang berjudul Panduan Wacana
& Apresiasi Seni Baca Puisi.
1) Baca puisi sebagai aksi budaya, merupakan bentuk hiburan atau selingan
acara yang dilaksanakan di tengah masyarakat umum.
2) Baca puisi sebagai aktivitas kesusastraan. Hal ini biasa dilakukan oleh
penyair, orang yang dianggap penyair, atau yang mengaku bahwa dirinya
sebagai penyair dengan cara membacakan karya-karyanya di depan
umum. Model baca puisi ini diyakini oleh masyarakat sebagai bagian dari
proses kepenyairan.
3) Baca puisi sebagai ragam seni pertunjukan. Hal ini bisa dilakukan oleh
setiap orangyang memiliki kemampuan mengekspresikan puisi di depan
penonton. Baca puisi sebagai seni pertunjukan ini mempunyai kriteria,
metode dan cara tertentu yang merujuk pada kaidah seni pertunjukan.
Puisi dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan
membentuk karakter kebangsaan. Rondiyah dkk. (2017) menejelaskan
bahwa sastra menjadi media yang dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan
budaya bangsa dengan bahasa tulis. Puisi adalah bagian dari karya sastra
yang dapat digunakan untuk mengambangkan kepekaan generasi muda
terhadap nilai-nilai luhur, sosial, budaya, dan keagamaan. Penanaman nilai-
nilai tersebut bisa dilakukan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat
luas.
F. Bentuk Pembacaan Puisi

Pembacaan puisi mempunyai beberapa bentuk yaitu puisi audial,


puitisasi al- Qur’an, Deklamasi, dan poetry reading. Puisi Audial yaitu
model pembacaan puisi yang tidak berhadapan langsung dengan
pendengar atau audiens. Model ini populer di tahun 1970-an yang biasa
disebut dengan puisi radio. Perkembangan puisi ini juga diikuti oleh
W.S. Rendra yang memproduksi rekaman baca puisi untuk
disebarluaskan melalui kaset. Puitisasi Al-Qur’an yaitu model ini dikenal
7
oleh masyarakat umum sebagai Sari Tilawah, biasanya dilakukan untuk
membuka acara tertentu. Deklamasi yaitu model ini adalah bentuk formal
dari pembacaan puisi. Deklamasi berasal dari bahasa Latin
“declamare” atau “declaim” yang berarti membaca suatu teks dengan
suara dan intonasi tertentu disertai maksud dan tujuan tertentu. Poetry
reading yaitu pembacaan puisi dengan cara- cara untuk
mengomunikasikan suara dan gerak tubuh manusia di atas
panggung pertunjukan. Poetry reading juga bisa diartikan sebagai bentuk
bebas dari ekspresi pembacaan puisi.
G. Unsur Pokok Baca Puisi

Pembacaan puisi mempunyai unsur pokok yang dijelaskan oleh


Salad (2014:151) dalam buku Panduan Wacana & Apresiasi Seni Baca
Puisi yaitu: teks puisi atau karya sastra yang dinyatakan oleh
pengarangnya sebagai puisi; pembaca puisi, deklamator, aktor, atau
orang yang mempunyai kemampuan membaca puisi; panggung
pertunjukan atau tempat tertentu yang sudah disiapkan untuk pembacaan
puisi; penonton atau audiens yang sengaja hardir untuk menyaksikan
pembacaan puisi. Seorang pembaca puisi harus memperhatikan teknik
vokalisasi, artikulasi, intonasi, penghayatan/ penjiwaan, ekspresi, dan
penampilan, dan gaya dalam pembacaan puisi agar isi puisi dapat
tersampaikan dengan baik dan dipahami oleh pendengar.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra. Puisi mempunyai ciri-
ciri kebahasaan yang khas. Hal ini dapat membedakan puisi dengan karya
sastra lain dan membuat puisi menjadi lebih indah. Bahasa dalam puisi
dipadatkan dalam larik dan bait yang mempunyai arti luas. Pemilihan kata
dengan mempertimbangkan makna kias, lambang, dan persamaan bunyi
atau rima. Puisi menggunakan kata-kata yang konkret untuk memperjelas
makna dan mempermudah pembaca/ pendengar dalam memahaminya.
Ragam tersebut digolongkan berdasarkan isi, bentuk, dan jenis.
Puisi juga mempunyai unsur pembangun yang dibagi menjadi dua: unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Puisi diciptakan sebagai sarana penuangan
rasa yang kemudian dibaca untuk didengar. Pembacaan puisi tersebut bisa
disebut sebagai seni baca puisi. Pembacaan puisi mempunyai beberapa
bentuk yaitu puisi audial, puitisasi al- Qur’an, Deklamasi, dan poetry
reading.
Seni Baca Puisi yaitu: teks puisi atau karya sastra yang dinyatakan
oleh pengarangnya sebagai puisi; pembaca puisi, deklamator, aktor, atau
orang yang mempunyai kemampuan membaca puisi; panggung
pertunjukan atau tempat tertentu yang sudah disiapkan untuk pembacaan
puisi; penonton atau audiens yang sengaja hardir untuk menyaksikan
pembacaan puisi.

B. Saran

Seorang pembaca puisi harus memperhatikan teknik vokalisasi,


artikulasi, intonasi, penghayatan/ penjiwaan, ekspresi, dan penampilan,
dan gaya dalam pembacaan puisi agar isi puisi dapat tersampaikan
dengan baik dan dipahami oleh pendengar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aminurul, D. (2010). Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi dengan Teknik


Pelatihan Dasar di Alam Terbuka Siswa Kelas XA SMA Negeri Sempiuh.
Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang.

Hartani. (2015). Meningkatkan Hasil Belajar Membaca Puisi melalui Metode


Demonstrasi.

Herlina, R.; Iswara P. D.; & Kurniadi, Y. (2016). Penerapan Metode ATM
(Amati, Tiru, dan Modivikasi) Berbantuan Media Audiovisual untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi.

Maulana, F. S. (2015). Apresiasi dan Proses Kreatif Menulis Puisi. Bandung:


Penerbit Nuansa Cendekia.

Panje, M; Sihkabuden; & Toenlioe, A. J. E. (2016). Pengembangan Video


Pembelajaran Bahasa Indonesia Teknik Membaca Puisi.

Pradopo, D. R. (2014). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Priyatni, E. T. (2012). Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rahmayantis, M. D. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Membaca Puisi untuk


Siswa SMP Kelas VII.

Rondiyah, A. A.; Wardani, N. E.; & Saddhono, K. (2017). Pembelajaran Sastra


melalui Bahasa dan Budaya untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter
Kebangsaan di Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).

Saddhono, K. & Haniah. (2018). Nuansa dan Simbol Sufistik Puisi-Puisi karya
Ahmad Mustofa.

Saddhono, K. (2017). Membangun Kearifan Lokal melalui Karya Sastra dan


Budaya Daerah.

Salad, H. (2014). Panduan Wacana & Apresiasi Seni Baca Puisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sari, A.W. & Yanda, D.P. (2016). Kontribusi Minat Baca Puisi dan Penguasaan
Gaya Bahasa terhadap Keterampilan Menulis Puisi Bebas Siswa Kelas IX
SMP Negeri 2 Lembah Gumanti.

10
Sari, I. K.; setiawan, B.; & Saddhono, K. (2013). Penerapan Metode Quantum
Learning dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Sekolah Dasar.

Sari, N. A.; Saddhono, K.; & Suyitno. (2014). Peningkatan Kualitas


Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Field Trip pada Siswa SMP.

Serup, M.G. (2017). The Poetry Reading.

Srihartini, D. (2012). Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi melalui Metode


Modeling pada Siswa Kelas II SDN 2 Tegowanu Kulon Kecamatan
Tegowanu Kabupaten Grobogan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas
Negeri Semarang.

Supriyono, S.; Wardani, N. E.; & Saddhono, K. (2018). Nilai Pendidikan


Karakter Sajak “Bulan Ruwah” Karya Subagio sastrawardoyo dalam
Pembelajaran Sastra.

Surastina, S. (2016).Student’ Errors in Reading Indonesia Poetry “Aku”(I) in


Terms of Articulation and Stressing-Intonation.

Susilowati. (2016). Meningkatkan Kemampuan dan Keterampilan Siswa


dalam Membaca Puisi melalui Metode Demonstrasi.

Wardoyo, S. M. (2013). Teknik Menulis Puisi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wisang, I.O. (2014). Memahami Puisi dari Apresiasi menuju Kajian.


Yogyakarta: Penerbit Ombak.

11

Anda mungkin juga menyukai