Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Pengembangan Pengajaran Puisi dan Prosa


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Kasusastraan
Dosen Pengampu: Yessi Soniatin, M.Pd.

Disusun oleh :
1. Rani Nuraini (20032010)
2. Siti Mualifah (20032004)
3. Nur Faizin (20032001)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW,beserta para keluarga, sahabat, dan kita selaku ummatnya.
Adapun tujuan penulis makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan
tugas dalam mata kuliah Pembelajaran Kasusastraan dengan judul
“Pengembangan Pengajaran Puisi dan Prosa”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan dukungan, kontribusi,
kritik, dan saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada Ibu Yessi Soniatin, M.Pd.. selaku dosen mata kuliah
Pembelajaran Kasusatraan. Dan tidak lupa kami mengucapakan terimakasih
kepada seluruh anggota kelompok yang sudah bertugas, dan juga kepada teman-
teman sekelas.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kritik yang membangun dari semua pihak. Harapan kecil
dari kami semoga para pembaca dapat memetik manfaat dari makalah kami.

Lamongan, 10 November 2022

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Hakikat Puisi..........................................................................................................3
2.2 Hakikat Prosa..........................................................................................................4
2.3 Pengembangan Pengajaran Puisi dan Prosa...........................................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karya sastra pada dasarnya merupakan ungkapan penulis terhadap
keadaan dan pengalaman hidup yang menggunakan media bahasa sebagai
perantara atau pengungkapan ekspresi. Oleh sebab itu, karya sastra pada
umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi dalam kehidupan
manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar
manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.Karya sastra yang
perkembangannya sangat pesat yaitu puisi. Bahkan sebelum Indonesia merdeka,
masyarakat Indonesia sebenarnya telah bersastra yaitu dengan mantra, doa-doa
untuk dewa atau nenek moyang. Hal ini menunjukkan bahwa peran puisi dalam
kehidupan merupakan sesuatu yang dominan dalam menunjukkan jati diri
hidup. Begitupun dengan sastra prosa.
Di dalam setiap pengajaran sastra puisi dan prosatentu memiliki tujuan
yang hendak dicapai baik itu secara berkelompok maupun secara individu.
Pengajaran sastra di sekolah, khususnya puisi dan prosa merupakan suatu
pengajaran yang membutuhkan tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara
berencana. Sebagai suatu kegiatan yang direncanakan, tentu mempunyai tujuan
yang ingin dicapai. Pendalaman dan pemahaman tujuan tersebut ikut
menentukan baik tidaknya pengajaran puisi maupun prosa di sekolah. Namun,
pada kenyataannya pengajaran sastra tidaklah seindah yang dibayangkan, oleh
karena banyaknya tenaga pengajar yang tidak mampu untuk mengajarkan sastra
dan dengan berlandaskan atas dasar ketidak tersedianya media ataupun sarana
serta metode untuk pengajaran sastra, sehingga harapan terhadap keberhasilan
pengajaran sastra sulit untuk terpenuhi. Hal ini perlu mendapatkan perhatian
khusus sebab dapat mengganggu proses pengajaran sastra baik itu puisi maupun
prosa.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:

4
1. Bagaimana hakikat puisi?
2. Bagaimana hakikat prosa?
3. Bagaimana pengembangan pengajaran puisi dan prosa?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan hakikat puisi.
2. Mendeskripsikan hakikat prosa.
3. Mendeskripsikan pengembangan pengajaran puisi dan prosa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Puisi


A. Pengertian Puisi

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu Poeima yang berarti membuat,
Poeisis yang berarti pembuatan. Dalam bahasa Inggis disebut Poem atau Poetry.
Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena lewat puisi pada dasarnya seorang
telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau
gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.

Puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai
media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan
yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.
Ketika kita membaca suatu puisi sering kali kita merasakan ilusi tentang
keindahan, terbawa dalam suatu angan-angan, sejalan dengan keindahan penataan
unsur bunyi, penciptaan gagasan, maupun suasana-suasana tertentu. Puisi itu
adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata
yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya. Sedangkan menurut Carlyle,
puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair dalam menciptakan
puisi memikirkan bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya. Pendapat lain
dikemukakan oleh Shelley, mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-
detik yang paling indah dalam hidup kita. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang
sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan,
percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.

Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang


merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu
merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan
dengan menarik dan memberi kesan.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa puisi adalah ungkapan hati penyair dari keseluruhan

6
pengalaman hidup yang menggunakan bahasa yang khas dalam penyajiannya.
Puisi lahir dari perenungan mendalam dengan menggunakan kolaborasi antara
pikiran dan perasaan sehingga menghasilkan karya yang sarat makna.

B. Unsur Pembentuk Puisi

Hakikat puisi disebut struktur batin sedangkan metode puisi disebut


struktur fisik. Adapun wujud konkret hakikat puisi adalah pernyataan batin
penyair, sedangkan metode adalah struktur pembangun bentuk kebahasaan puisi.

1. Struktur Fisik Puisi

Unsur-unsur bentuk atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode
puisi, yakni unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Unsur fisik
puisi meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),
verifikasi dan tata wajah puisi (tipografi). Berikut akan diuraikan unsur-unsur
fisik puisi.

2. Diksi (Pilihan Kata)

Penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata sebab kata-kata yang


ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama,
kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam
keseluruhan puisi. Oleh sebab itu, disamping memilih kata yang tepat, penyair
juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan kata-kata tersebut.
Hendaknya disadari bahwa kata-kata dalam puisi bersifat konotatif artinya
memiliki kemungkinan makna yang lebih dari satu.

3. Pengimajian

Ada hubugan erat antara diksi, pengimajian dan kata konkret. Diksi yang
terpilih harus menghasilkan pengimajian yang dapat dihayati melalui penglihatan,
pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian dapat dibatasi dengan kata atau susunan
kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Puisi seolah-olah mengandung gema suara, benda

7
yang tampak, atau sesuatu yang dapat dirasakan, diraba, atau disentuh. Oleh
karena itu, pengimajian berhubungan erat dengan diksi dan kata konkret.

Pengimajian dalam puisi dapat dijelaskan sebagai usaha penyair untuk


menciptakan atau menggugah timbulnya imaji dalam diri pembacanya, sehingga
pembaca tergugah untuk menggunakan mata hati untuk melihat benda-benda,
warna, dengan telinga hati mendengar bunyi-bunyian dan dengan perasaan hati
kita menyentuh kesejukan dan keindahan benda dan warna.

4. Kata Konkret

Kata konkret ialah kata-kata yang dapat dilukiskan dengan tepat,


membayangkan dengan jitu akan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair.
Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat,
mendengar atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian
pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisinya. Jika imajinasi pembaca
merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka kata konkret
ini merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian itu. Dengan kata yang
diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau kejadian
yang dilukiskan oleh penyair.

5. Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan


sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung
mengungkapkan makna. Pendapat lain dikemukakan oleh Pradopo (2010: 62),
adanya bahasa kiasan ini menyebabkan puisi menjadi menarik perhatian,
menimbulkan kesegaran, hidup dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran
angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan
hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik dan hidup. Bahasa kiasan
atau majas dibagi menjadi tujuh yaitu: perbandingan, metafora, perumpamaan
epos, personifikasi, metonimi, sinekdoki dan alegori.

8
Fungsi dan kedudukan gaya bahasa atau majas dikemukakan oleh Ratna
(2013: 58), puisi merupakan struktur gaya bahasa karena dalam puisi tidak
menampilkan cerita, puisi hanya melukiskan tema, irama, rima dan gaya bahasa
yang melekat. Oleh karena itu, gaya bahasa menjadikan puisi lebih segar, menarik
dan mempunyai kedalaman makna. Hal inilah yang menjadikan pembeda antara
puisi dengan ilmu pengetahuan sebagai manifestasi pikiran yang harus
dikemukakan secara jelas.

6. Versifikasi

Dalam puisi terdapat bunyi yang disebut rima dan ritma. Rima adalah
pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi atau pada
keseluruhan baris atau bait puisi.

Ritma adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk


musikalitas atau orkestrasi dengan adanya pengulangan bunyi, penyair juga
mempertimbangkan lambang bunyi puisi akan semakin merdu dan indah jika
dibaca. Selanjutnya Slamet Mulyana, menyatakan bahwa ritma merupakan
pertentangan bunyi: tinggi atau rendahnya suara, panjang atau pendek, keras atau
lemah yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan. Metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap, metrum dalam
puisi sulit untuk ditentukan, namun dalam membaca puisi metrum peranannya
sangat penting. Suku kata dalam puisi biasanya diberi tanda, manakah yang
mendapat tekanan keras dan mana yang mendapat tekanan lemah untuk
dibacakan.

7. Tipografi

Tipografi merupakan bentuk atau perwajahan puisi. Hal inilah yang


membedakan antara puisi dengan prosa. Puisi berbentuk bait, larik-larik puisi
tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf. Baris puisi tidak harus
bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan
dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan dan hal ini tidak
berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa.

9
2.2 Hakikat Prosa
A. Pengertian Prosa
Prosa menurut Zainuddin (1991), prosa adalah pengungkapan peristiwa
secara jelasdengan penguraikan seluruh pikiran dan juga seluruh perasaan
serta tidak terikat syarat-syarat tertentu dalam sebuah karya sastra.
Sedangkan menurut Kamus Besar BahasaIndonesia (KBBI) Prosa adalah
karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yg terdapatdalam puisi). Prosa juga
dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah
prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,danprosa baru
ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
B. Jenis Prosa

Jenis prosa dapat dibedakan dalam beberapa kategori, yaitu jenis prosa
berdasarkan sifat tulisan dan berdasarkan masa penulisan. Jenis prosa
berdasarkan sifat tulisan dapat dibagi dua, yakni prosa fiksi dan nonfiksi.
Adapun jenis prosa berdasarkan masa penulisan dapat dibagi dalam tiga jenis,
yakni prosa lama, prosa baru, dan prosa modern. Berikut adalah uraian dari
beberapa jenis prosa tersebut. 

1. Jenis Prosa Berdasarkan Sifat Tulisan 

a. Prosa Fiksi 

Prosa fiksi atau yang disebut juga dengan teks narasi atau wacana narasi
adalah jenis karya sastra hasil rekaan atau imajinasi pengarang tentang
fenomena kehidupan yang menarik, kompleks, dan beragam (Gasong,
2019:45). Adapun contoh dari prosa fiksi adalah novel, novelet, cerpen,
dan roman. 

b. Prosa Nonfiksi

10
Prosa nonfiksi adalah suatu wacana yang disusun berdasarkan fakta. Jika
di dalamnya terdapat tambahan dari pengarang, maka porsinya hanya
sedikit. Kata prosa dalam KBBI (Kemdikbud 2020) diartikan sebagai
karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi).

Menurut (Cambridge University 2008) nonfiksi diartikan sebagai tulisan


tentang peristiwa dan fakta nyata, bukan cerita yang direkayasa atau
yang telah diciptakan. Sementara itu, menurut Farner dalam (Wikipedia
2021) nonfiksi adalah klasifikasi untuk setiap karya informatif (sering
kali berupa cerita) yang pengarangnya dengan itikad baik bertanggung
jawab atas kebenaran atau akurasi dari peristiwa, orang, dan/atau
informasi yang disajikan

Adapun contoh dari prosa nonfiksi adalah cerita tentang kisah hidup
seseorang dan cerita tentang sejarah. Adapun bentuknya dapat berupa
biografi, autobiografi, memoar, novelet, novel, dan cerpen. Selama
tulisan tersebut berdasarkan fakta dan data, maka dapat disebut sebagai
prosa nonfiksi. Adapun yang perlu ditegaskan yakni, prosa berdasarkan
pengertian dari KBBI merupakan bagian dari karya sastra.

2. Jenis Prosa Berdasarkan Masa Tulisan 

1. Prosa Lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat
pengaruh dari sastra ataukebudayaan barat. Karya sastra prosa lama
yang mula-mula timbul disampaikan secaralisan, disebabkan karena
belum dikenalnya bentuk tulisan. Prosa lama memiliki ciri-
ciridiantaranya sebagai berikut:

11
a) Bersifat Statis, prosa lama memiliki bentuk sama, pola-pola
kalimatnya sama, banyak kalimatdan ungkapan yang sama,
tema ceritanya sama sesuai dengan
perkembanganmasyarakat yang lambat.
b) Diferensiasi sedikit, cerita lama pada umumnya merupakan
ikatan unsur-unsur yang sama karenaperhubungan beberapa
unsur kuat sekali.
c) Bersifat tradisional, prosa lama bersifat tradisional,
kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yangsama terdapat
dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita
jugasering diulang.
d) Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah
masyarakat (anonim). Prosa lama merupakan milik bersama
yaitu menggambarkan tradisi masyarakatyang lebih
menonjolkan kekolektifan daripada keindividualan.
e) Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun, sejarah
menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja
dan kaumbangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa
memperhatikan perurutanwaktu dan kejadian-kejadiannya
(tidak kronologis) sehingga alur cerita sulitdipahami.
f) Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional.
Bahasanya bersifat klise, bahasanya dipengaruhi oleh
kesustraan Budha dan Hindu yang sulit untuk dipahami dan
dipengaruhi bahasa melayu.
g) Sifatnya fantasis tau khayal, hampir seluruhnya berbentuk
hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa kedalam khayal
dan fantasi.
2. Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat
pengaruh sastra ataubudaya Barat. Prosa lama sebagian dari
strukturalnya sudah terpengaruhi oleh budaya-budaya asing.
1) Roman

12
Roman adalah bentuk prosa baru yang menceritakan
kehidupan suatu tokohtertentu dengan segala suka
dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya
seringdiceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai
dewasa atau bahkan sampaimeninggal dunia. Roman
mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu
masyarakatsecaraspesifik dan menyeluruh, alur bercabang-
cabang, banyak digresi(pelanturan)
2) Novel
Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995) Istilah novel berasal dari
bahasa Itali novellayang mengandung makna harfiah sebuah
barang baru yang kecil, yang kemudiandiartikan sebagai cerita
pendek dalam bentuk prosa.
3) Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian
kecil dari kehidupanpelakunya yang terpenting dan paling
menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflikatau pertikaian,
akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib
pelakunya.Cerpen memiliki bebertapa daya tarik yang sangat
memukau para penggemarnya.
4) Riwayat
Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang
berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri
(otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain
sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai
meninggal dunia.Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J
Habibie, Ki Hajar Dewantara, SoekarnoSang penyambung
Lidah Rakyat.

5) Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-
buruk suatu hasil karyadengan memberi alasan-alasan tentang

13
isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yangsifatnya objektif
dan menghakimi. Kritik yang di berikan kepada
penulishendaknya bersifat membangun dan tidak bersifat
provokatif dan meremehkan
6) Resensi
Resensi adalah pembicaraan /pertimbangan /ulasan suatu
karya (buku, film,drama). Isinya bersifat memaparkan supaya
pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai aspek seperti
tema, alur, perwatakan, dialog.
7) Esai
Esai adalah ulasan /kupasan suatu masalah secara
sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya.
Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan,renungan,
ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena
sosial, politik,pementasan drama, film.

C. Ciri-Ciri Prosa
Kita dapat mengenal suatu karya sastra dari karakteristiknya. Adapun ciri-ciri
prosa adalah sebagai berikut:

1. Bentuknya Bebas
Seperti yang dijelaskan pada pengertian prosa di atas, bentuk prosa tidak
terikat oleh baris, bait, suku kata, dan irama. Umumnya bentuk prosa
adalah rangkaian kalimat yang membentuk paragraf, misalnya dongeng,
hikayat, dan lainnya. Prosa dapat disajikan dalam bentuk tulisan maupun
secara lisan.
2. Memiliki Tema

14
Setiap prosa pasti memiliki tema yang menjadi dasar dalam cerita dan
merupakan pokok bahasan di dalamnya.
3. Mengalami Perkembangan
Prosa selalu mengalami perkembangan karena dipengaruhi oleh perubahan
yang ada di masyarakat.
4. Terdapat Urutan Peristiwa
Biasanya di dalam prosa terdapat alur cerita yang menjelaskan urutan
peristiwa. Alur peristiwa tersebut ada yang berbentuk alur mundur, maju,
atau campuran.

5. Terdapat Tokoh di Dalamnya


Seperti halnya karya sastra lain, di dalam prosa terdapat tokoh, baik itu
manusia, hewan, stumbuhan.
6. Memiliki Latar
Di dalam prosa terdapat latar pada masing-masing kejadian, baik itu latar
tempat, waktu, dan suasana.
7. Terdapat Amanat
Di dalam prosa mengandung amanat yang ingin disampaikan kepada
pembaca atau pendengarnya sehingga dapat mempengaruhi mereka.
8. Pengaruh Bahasa Asing
Pada prosa bisa dipengaruhi oleh bahasa asing, misalnya bahasa Jepang,
atau bisa juga tidak terpengaruh.
9. Nama Pengarang
Setiap prosa tentu ada yang mengarangnya. Namun, nama pengarang tidak
selalu dipublikasikan.

2.3 Pengembangan Pengajaran Puisi dan Prosa

PENGEMBANGAN PENGAJARAN PUISI

Pembelajaran apresiasi puisi tidak lepas dari kegiatan cipta sastra,


menikmati dan mengambil pengalaman atau amanat dari puisi. Pembelajaran puisi
bukanlah sekadar memindahkan pengetahuan guru kepada anak didik namun juga

15
mengajarkan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam puisi. Menurut Rahmanto
(dalam Ismawati, 2013: 64), hal terpenting dalam pengajaran puisi di kelas adalah
menjaga agar suasana tetap santai. Jangan sampai seorang guru atau siswa
merasakan awal pelajaran sebagai sesuatu yang menegangkan atau terlalu kaku.
Puisi tidak berbeda dengan bentuk-bentuk sastra lain yang menyampaikan pesan
dengan bantuan kata-kata. Kata-kata itu memang kadang-kadang mengandung
berbagai arti dan disusun dengan pola ketatabahasaan yang khusus agar lebih
indah, padat, dan bermakna dalam. Dalam mengajak para siswa untuk memahami
dan menikmati puisi hendaknya guru tidak terlalu tergesa-gesa membebani para
siswa dengan istilah-istilah teknis seperti gaya bahasa metafora, hiperbola,
personifikasi. Istilah-istilah ini hanya akan dihafalkan dan akan melelahkan
ingatan.

Pembelajaran puisi bertujuan membina apresiasi puisi dan


mengembangkan kearifan menangkap isyarat-isyarat kehidupan. Untuk dapat
menghargai secara wajar pengalaman-pengalaman yang tertuang dalam sebuah
puisi, kita harus mendekati dan menggaulinya secara intensif. Tujuan pengajaran
puisi adalah memperoleh pengalaman mengapresiasi puisi, pengalaman
berekspresi dengan puisi, dan memeroleh pengetahuan dan sikap yang baik
terhadap puisi. Dalam perinciannya tentu saja tujuan itu disesuaikan dengan siswa
yang akan belajar puisi. Dengan demikian tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran apresiasi puisi ialah:

a)        Peserta didik hendaknya memeroleh kesadaran yang lebih baik


terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan sekitarnya sehingga mereka
bersikap terbuka, rendah hati, peka perasaan dan pikiran kritisnya terhadap
tingkah laku pribadi, orang lain, serta masalah-masalah kehidupan sekitarnya.

b)        Peserta didik hendaknya memeroleh kesenangan dari membaca


dan mempelajari puisi hingga tumbuh keinginan membaca dan mempelajari puisi
pada waktu senggangnya.

16
c)        Peserta didik hendaknya memeroleh pengetahuan dan
pengertian dasar tentang puisi hingga tumbuh keinginan memadukannya dengan
pengalaman pribadinya yang diperoleh di sekolah kini dan mendatang.

Pada hakikatnya tujuan pembelajaran puisi adalah menanamkan rasa


peka terhadap karya sastra, sehingga tumbuh rasa bangga, senang, atau haru.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran sastra khusus puisi berusaha
mengakrabkan peserta didik diberbagai tingkat pendidikan dengan konvensi-
konvensi puisi modern, harus mengembangkan kepekaannya terhadap konvensi
itu, sehingga peserta didik mengenal unsur-unsur dasar yang luas tersebar dalam
puisi modern. Konvensi yasng dimaksud menyangkut latar belakang lingkungan
masyarakat pemakai bahasa dan budaya tertentu, dan keakraban dibidang ini akan
menumbuhkan sikap yang apresiatif.

Sesuai dengan tujuan pengajaran puisi yang telah di ungkapkan di atas


yaitu memperoleh pengalaman mengapresiasi puisi, pengalaman berekspresi
dengan puisi, dan memeroleh pengetahuan dan sikap yang baik terhadap puisi.
Menurut Rusyana (dalam Alfiah, 2009: 84), langkah-langkah pembelajaran yang
dapat dilakukan saat mengajarkan puisi yaitu:

1)      Mempelajari puisi yang akan dibawakan

Guru hendaknya terlebih dahulu mempelajari puisi yang akan


dibawakan atau diajarkan. Dengan mempelajari puisi yang akan dibawakan guru
akan mempunyai pegangan. Ia memeriksa bagian-bagian mana yang memerlukan
keterangan dan bagian mana yang tidak. Ia akan dapat menentukan aspek
manakah dari puisi yang memerlukan perhatian khusus. Salah satu hal yang
sangat penting adalah menemukan pendekatan dalam puisi, yaitu apakah penyair
dalam puisinya menunjukkan kata-kata kepada seseorang, ataukah kepada

17
kemanusiaan pada umumnya, apakah puisi menyajikan suatu percakapan dengan
orang lain atau suatu monolog dengan diri sendiri.

2)      Menentukan kegiatan yang akan dilakukan

Setelah guru mengenali puisi yang akan dibawakan, ia menentukan


kegiatan apa yang akan dilakukannya di dalam kelas. Guru bisa berpendapat
beberapa puisi akan langsung saja dibaca oleh guru dan siswa, tanpa memberikan
keterangan apa-apa. Ada pula puisi yang dianggapnya memerlukan pengantar
sebelum dibawakan. Demikianlah guru menentukan kegiatan yang akan dilakukan
di kelas seperti: guru membacakan puisi dan siswa mendengarkan, siswa
membaca nyaring sendiri atau dalam paduan membaca puisi, siswa bertukar
pengalaman tentang puisi yang mereka baca, siswa dan guru berdiskusi dll.
Kegiatan mengenal puisi dan menentukan apa yang akan dilakukan adalah
kegiatan guru sebelum masuk kelas. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan guru
dan siswa di dalam kelas.

3) Memberikan pengantar pengajaran

Sebelum masuk ke dalam kegiatan pengajaran puisi, guru memberikan


pengantar yang maksudnya menarik perhatian siswa pada pokok yang akan
dipelajari. Caranya bermacam-macam, bergantung pada pengalaman guru tentang
puisi yang akan dibawakan. Pengantar ini hendaknya benar-benar mengantarkan
siswa ke dalam suasana yang diharapkan terjadi pada kegiatan pengajaran
selanjutnya.

4)      Menyajikan bahan pengajaran

Dalam menyajikan bahan pengajaran terlebih dahulu guru hendaknya


menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan. Puisi harus menjadi
sumber kenikmatan bagi siswa. Oleh karena itu penyajiannya pun harus
menyenangkan. Puisi itu pada dasarnya untuk didengarkan, oleh karena itu siswa
hendaknya berkenalan dengan puisi secara lisan. Dalam penyampaian secara
lisanlah bunyi, irama dan tekanan dapat ditangkap dan diapresiasi oleh siswa.
Oleh karena itu, guru harus mampu membacakan puisi dengan baik untuk

18
keperluan menyampaikan puisi kepada siswanya. Akan tetapi guru harus berusaha
agar siswa tidak menjiplak bacaannya itu. Oleh karena itu, siswa hendaknya
dirangsang untuk membaca nyaring sesuai dengan caranya sendiri.

5)      Mendiskusikan puisi yang telah dibaca

Diskusi dilakukan untuk lebih mendalami puisi yang telah dibaca,


dalam diskusi tentang puisi yang telah dibacakan ditanyakan misalnya: Siapakah
yang bicara dalam puisi itu? Kepada siapa pembicaraan ditujukan? Bagaimana
gambaran keadaannya? Apa yang telah ia perbuat? Apa yang dipikirkannya? Apa
yang ingin diperbuatnya? Apa ia merasa bahagia, ketakutan atau kesepian?
Dengan melakukan diskusi terhadap puisi, siswa akan lebih mengetahui dan
memahami tentang puisi yang telah mereka baca.

6)      Memperdalam pengalaman

Guru berusaha agar siswa memperdalam pengalaman mereka tentang


puisi yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca puisi dengan
nyaring, agar mereka dapat lebih merasakannya. Akan tetapi, siswa harus terlebih
dahulu mempersiapkannya dan melakukan latihan membaca puisi. Kegiatan
membaca puisi dapat dirangsang dengan berbagai cara misalnya: mengadakan
acara pembacaan puisi dan pemberian penghargaan kepada pembacaan yang
menunjukkan penafsiran dan penghayatan yang sesuai dengan isi puisi yang
dibacakan.

Pandangan lain dikemukakan oleh Ismawati (2013: 68), model yang


tepat dalam apresiasi puisi yaitu dengan melakukan kegiatan yang nyata melalui
demonstrasi atau pemodelan. Hal ini dapat memberikan perspektif dan
pemahaman yang sama setiap peserta didik.

a) Berikan puisi yang isi atau temanya sesuai dengan mental


age peserta didik
b) Ajaklah peserta didik menikmati secara langsung yaitu
dengan memahami puisi

19
c) Setting-lah suasana kelas yang santai dan penuh kesyahduan
dengan irama musik instrumental
d) Gunakan model yang dianggap mahir atau mampu dalam
membaca puisi
e) Berikan waktu pada peserta didik untuk mengomentari atau
menanggapi pembacaan puisi

PENGAJARAN PROSA

Bentuk-bentuk pengajaran apresiasi prosa fiksi


Mengapresiasi prosa fiksi dapat dilakukan dengan berbagai cara  antara lain:
1)    Menyimak pembacaan cerpen atau menonton dramatisasi novel baik
secara langsung maupun lewat media elektronik
2)    Mendengarkan dongeng secara langsung maupun dari rekaman.
3)    Membaca cerpen, novel, cerita rakyat secara langsung dari teksnya.
Dari bentuk-bentuk apresiasi tersebut, kemudian apresiator memberikan
penilaian berupa tanggapan secara lisan maupun tulisan.[6] Di samping itu, agar
keterlibatan dan pemahaman pembaca atau apresiator dengan karya tersebut lebih
dalam, apresiator dapat mengekspresikan karya tersebut, misalnya dengan
pembacaan cerpen/novel/dongeng, dramatisasi, monolog, dramatic reading,
mendongeng, menulis kembali cerpen/novel/dongeng yang dibaca dengan
karangan sendiri, membuat cerpen/novel/dongeng, mengadaptasi
cerpen/novel/dongeng menjadi naskah drama, puisi, dan lain-lain. Bentuk
apresiasi yang disajikan dalam mata pelajaran Bahasa indonesia berupa
pembacaan dan menulis.
a.)  Pembacaan Cerpen
Pembacaan cerpen adalah suatu kegiatan membacakan cerpen kepada audiens.
Pembacaan itu dilakukan tiada lain adalah untuk mengkomunikasikan isi karya-
karya tersebut kepada audiens agar audiens dapat menyimak, mengerti,
memahami, dan menikmati karya tersebut. Agar tujuan tersebut sampai, pembaca
cerpen tentulah harus terlebih dahulu dapat memahami dan menghayati karya
tersebut. Pemahaman dan penghayatan itu selanjutnya diekspresikan lewat sarana-
sarana berupa vokal, gestur, dan mimik. Agar pembacaan itu berhasil, si pembaca
karya itu harus mengoptimalkan seluruh sarana ekspresi itu. Dalam

20
mengekspresikan karya melalui vokalnya, dia harus memperhatikan kejelasan
artikulasi, kekuatan suara, karakter suara, intonasi, nada, dan tempo. Gestur dan
mimik juga harus diperhatikan: apakah gestur dan mimik itu dapat
merepresentasikan setiap unsur cerpen, dan sejauh mana ketepatannya.
 Biasanya, dalam pembacaan cerpen, pembaca cerpen membawa teks cerpen.
Dengan demikian, ruang geraknya tidak seleluasa seperti pada mendramakan.
Ekspresi lebih ditekankan pada vokal, gestur dan mimik. Pembacaan cerpen dapat
dilakukan oleh seorang, atau oleh beberapa orang. Jika dibantu oleh beberapa
orang, maka kita tetapkan masing-masing orang diberi peran, ada yang jadi
narator, tokoh, sesuai kebutuhan cerpen itu. Tetapi, peran-peran itu dilakukan
tetap dalam konteks pembacaan, jangan sampai tertukar dengan drama.  Dalam
konteks pembacaan cerpen, cerpen dapat disampaikan dalam bentuk monolog.
Dalam monolog, pembaca cerpen lebih memiliki keleluasaan. Ia tidak membawa
teks. Sesuai dengan namanya, monolog, pertunjukan ini dimainkan oleh satu
orang, tapi bermain untuk berbagai peran.  Akan lebih menarik jika dalam
kegiatan ini ditambahkan pula unsur-unsur lainnya, seperti make-up, kostum,
properti pentas, dan musik.
b.)  Menulis Cerpen
Pengapresiasian terhadap sebuah cerpen akan lebih tajam dan terhayati apabila
siswa memiliki pengalaman menulis jenis karya itu. Dengan menulis cerpen
tersebut, siswa bisa merasakan bagaimana mudah-sulitnya mengolah unsur-unsur
pembangun cerpen, dari mulai tokoh, latar, alur, bahasa, dan lain sebagainya.
Dengan pengalaman ini, siswa akan bisa lebih tajam dalam menilai kemampuan
teknis pengarang dalam mengolah unsur-unsur cerpen.[7] Apabila siswa belum
memiliki pengalaman menulis cerpen,maka siswa dapat dihadapkan pada proses
menyimak dan membaca. Hal tersebut sudah mencakup bentuk-bentuk apresiasi
prosa fiksi dalam kurikulum lewat empat keterampilan berbahasa yakni
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai contoh, apresiasi prosa
fiksi dalam bentuk mendengarkan pembacaan cerpen, sedangkan tanggapan yang
diberikan siswa yang berupa penilaian terhadap pembacaan cerpen tersebut terkait
aspek berbicara.

21
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pertama, Puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata
sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti
halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan
gagasan pelukisnya.

Kedua, Prosa menurut Zainuddin (1991), prosa adalah pengungkapan peristiwa


secara jelasdengan penguraikan seluruh pikiran dan juga seluruh perasaan serta
tidak terikat syarat-syarat tertentu dalam sebuah karya sastra.

Ketiga, Jenis prosa dapat dibedakan dalam beberapa kategori, yaitu jenis prosa
berdasarkan sifat tulisan dan berdasarkan masa penulisan. Jenis prosa berdasarkan
sifat tulisan dapat dibagi dua, yakni prosa fiksi dan nonfiksi. Adapun jenis prosa
berdasarkan masa penulisan dapat dibagi dalam tiga jenis, yakni prosa lama, prosa
baru, dan prosa modern.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih focus dalam menjelaskan makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak. Dengan adanya pembahasan tentang kontribusi sastra anak ini,

22
diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang materi tersebut dan
dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai