Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami berkat dan rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah pada mata kuliah “Pengajaran Prosa, Puisi, dan Drama” ini dengan tepat
waktu. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Diah Eka Sari, M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan
Makalah ini.
Kami selaku penulis berharap agar kiranya makalah ini dapat menambah
pemahaman pembaca terutama mengenai bagaimana “Pemetaan pembelajaran
sastra terkait dengan prosa, puisi, dan drama pada pembelajaran kelas 10 SMA”.
Disamping itu, kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan di waktu mendatang, mengingat tidak ada yang
sempurna tanpa adanya sarana yang membangun.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan
3.2 Saran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu sastra?
2. Apa saja bagian-bagian dari sastra?
3. Apa saja bagian sastra yang terdapat dalam pembelajaran kelas 10 SMA
semester 1?
4. Apa itu prosa, puisi, drama?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SASTRA
a. Pengertian Sastra
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta yaitu shaastra, yang
berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman". Shaastra berasal dari
kata dasar śās- atau shaas yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk
atau instruksi, dan tra yang berarti alat atau sarana. Teks Sastra juga tidak hanya
teks yang berisikan tentang intruksi ajaran, lebih dari itu dalam bahasa Indonesia
kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis
tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Menurut KBBI, sastra adalah
bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa
sehari-hari).
Sementara itu, Sugian tomas menyatakan bahwa sastra adalah hasil kegiatan
kreatif manusia yang dituangkan ke dalam media bahasa, baik lisan maupun
tulisan. Sebuah karya seni dapat dikatakan sebagai karya yang bernilai sastra
bukan hanya karena bahasa indah, beralun-alun, penuh
dengan irama dan perumpamaan, melainkan harus dilihat secara keseluruhan; dari
nilai-nilai estetika, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai konsepsi yang terdapat dalam
karya sastra tersebut.
Eagleton, memberi pendapat bahwa sastra karya tulisan indah (belle letters)
yang mencatatkan sesuatu dalam bentuk bahasa yang dipadatkan, didalamkan,
dibelitkan, dipanjangpendekkan dan diputarbalikkan, dijadikan ganjil atau cara
penggubahan estetis lainnya melalui alat bahasa.
3
Semi (1988 : 8) berpendapat bahwa sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan
seni kreatif, yang mana objeknya (subjeknya) adalah manusia dan kehidupannya
dengan menggunakan bahasa sebagai medium.
b. Ciri-ciri Sastra
1. Sastra adalah sebuah kreasi, bukan imitasi atau tiruan. Kreasi itu
disebabkan seniman menciptakan dunia baru.
Terkait akan perbedaan sastra dengan karya ilmiah dari segi bahasanya, Emzir
dan Saifur Rohman, menyampaikan hal berikut:
4
Bahasa sastra lebih mementingkan simbol yang mewadahi gagasan
tertentu, sedangkan bahasa karya ilmiah lebih mementingkan skema atau *
bagan-bagan untuk menjelaskan gagasan tertentu.
c. Genre Sastra
Salah satu cara untuk memahami bahasa adalah melalui teks (Halliday dan
Hasan, 1992). Teks merupakan bentuk dari penggunaan bahasa untuk tujuan
tertentu. Dengan kata lain, jika dilihat dari sudut pandang teori semiotika sosial,
pembicaraan tentang teks tak lepas dari tujuan sosial atau konteks tertentu. Teks
dapat diwujudkan dalam bentuk bahasa yang dilisankan, dituliskan, atau
dituangkan dalam berbagai bentuk hal yang dipikirkan selama memiliki konteks
situasi. Dalam hal ini, Mahsun (2014) menambahkan bahwa teks juga memiliki
struktur berpikir yang lengkap. Karena tujuan atau kegiatan sosial yang hendak
dicapai manusia itu berbeda-beda, akan muncul beragam teks dengan struktur teks
atau struktur berpikir yang berbeda pula. Semakin banyak teks yang dikuasai
seseorang, akan semakin banyak pula struktur berpikir yang dikuasainya.
Selanjutnya, tataran yang lebih tinggi dari teks adalah genre. Mahsun (2014)
mendefinisikan genre sebagai jenis teks yang berfungsi menjadi rujukan agar
suatu teks dapat dibuat lebih efektif. Keefektifan yang dimaksud berkaitan dengan
ketepatan tujuan sosial, pemilihan dan penyusunan elemen teks, serta penggunaan
unsur tata bahasanya. Sementara Priyatni dan Nurhadi (2017) menjelaskan bahwa
genre merujuk pada nilai-nilai atau norma-norma kultural yang direalisasikan
dalam suatu proses sosial. Proses sosial akan merefleksikan diri menjadi bahasa
dalam konteks situasi tertentu. Jika genre dikaitkan dengan tindakan komunikatif
dalam konteks budaya, teks dikaitkan pada konteks yang lebih spesifik, yakni
konteks situasi. Oleh karena konteks situasi pemakaian bahasa itu sangat beragam,
akan beragam pula jenis teksnya.
Genre ditentukan oleh tujuan komunikasi yang bersifat universal. Inti dari
gagasan tentang genre adalah bahwa genre tidak dilihat secara dominan sebagai
5
produk atau tipe teks, tetapi sebagai suatu perangkat inti proses generik
(menggambarkan, menjelaskan, menginstruksikan, berpendapat, dan
menceritakan). Untuk satu tujuan yang sama, genre dapat terdiri atas satu atau
lebih jenis teks. Sebagai contoh, sebuah peristiwa komunikasi tujuan
komunikasinya adalah untuk menginformasikan benda. Untuk menginformasikan
benda, langkah yang ditempuh beragam. informasi dapat bersifat general,
sistematis, dan ilmiah. Namun, dapat juga bersifat spesifik, terperinci, seolah-olah
kita dapat merasakan, atau melihat benda yang diinformasikan. Cara
penginformasian benda yang bersifat general diwujudkan dalam bentuk teks
laporan hasil observasi, sedangkan yang spesifik dikategorikan sebagai teks
deskripsi.
A. Prosa
6
1. Pengertian Prosa
Prosa adalah karya sastra yang juga mengambil bentuk penulisan bebas, yang
akan bebas, yang berarti bahwa dalam prosa itu tidak akan terikat oleh aturan
penulisan seperti sajak, diksi, ritme, dan lainnya.
Adapun makna kata-kata dalam prosa yang bersifat denotatif atau akan
mengandung makna yang sebenarnya. Bahkan jika ada kata-kata kiasan, mereka
hanya akan menjadi perhiasan dari beberapa bagian sehingga teks dapat
ditekankan atau didekorasi dengan prosa. Kata kias dalam prosa juga akan
berfungsi sebagai hiasan, tidak seperti puisi, yang pada dasarnya juga
menggunakan konotasi atau kata-kata kiasan, yang akan membutuhkan
interpretasi yang cermat.
Ciri utama dari prosa yaitu penggunaan kata-kata yang tidak memperhatikan pola
irama maupun sajak. Prosa memiiki sifat memaparkan sesuatu dan hanya
mengandung sedikit nilai sastra. Pemaparan prosa dapat dikatakan sebagai karya
sastra apabila di dalamnya terdapat berbagai peristiwa, pengenalan tokoh dan
penggunaan fiksi. Tindakan di dalam satu kesatuan ruang dan waktu menjadi
penanda terjadinya sebuah peristiwa. Keberadaan ruang dan waktu tidak dapat
disebut sebagai peristiwa jika tidak terdapat tindakan di dalamnya. Tap perisitiwa
selalu melibatkan tokoh di dalamnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi secara
berurutan dan berkelanjutan merupakan hasil tindakan tokoh. Tokoh-tokoh dan
peristiwa yang diceritakan di dalam prosa bersifat fiktif. Penyampaian prosa tidak
mengutamakan penggunaan unsur-unsur keindahan puisi.
B. Puisi
1. Pengertian Puisi
Berdasarkan pengertiannya, puisi dapat dikatakan sebagai salah satu genre sastra
yang menggunakan kata-kata yang estetis dan berirama. Penggunaan kata-kata
indah ini bertujuan untuk membangun makna yang berbeda atau menggantikan
makna asli sebuah kata.
7
Pada materi puisi Bahasa Indonesia kelas 10, disebutkan bahwa puisi merupakan
ungkapan hati atau pemikiran penyair mengenai berbagai hal dalam kehidupan ke
dalam susunan kata-kata yang padat dan penuh makna.
Berikut adalah beberapa pengertian puisi menurut ahli yang bisa membantu kamu
lebih memahami puisi:
H.B Jassin menjelaskan bahwa puisi merupakan suatu karya sastra yang
diucapkan dengan sebuah perasaan yang di dalamnya mengandung suatu
pikiran-pikiran dan sebuah tanggapan-tanggapan.
2. Ciri-Ciri Puisi
8
Puisi lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun, khususnya pada
puisi lama.
Puisi bersifat simetris.
Puisi memiliki makna konotatif.
Puisi terdiri dari kesatuan sintaksis (gatra).
3. Unsur-Unsur Puisi
Pada materi puisi Bahasa Indonesia kelas 10 ini, kamu juga perlu mengetahui
tentang apa saja yang menjadi unsur pada puisi, sebagai berikut:
Struktur fisik puisi merupakan unsur dari puisi yang dapat dilihat dan diamati
secara langsung dengan mata. Struktur fisik puisi terdiri dari:
Dalam tipografi ini kamu dapat melihat pengaturan baris, batas tepi kertas kanan,
kiri, atas, dan bawah, serta pemilihan jenis huruf yang digunakan oleh penyairnya.
Tipografi ini berpengaruh terhadap pemaknaan dari isi puisi.
Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya,
yang dimaksudkan untuk mendapatkan efek sesuai dengan keinginan penyair
tersebut. Diksi ini sangat berpengaruh dengan makna yang ingin disampaikan
penyair dalam puisinya.
Imaji atau citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang mengungkapkan
pengalaman indrawi pembaca saat membaca puisi, sehingga pembaca dapat
seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami hal-hal yang
terdapat dalam sebuah puisi. Imaji dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu imaji
penglihatan (visual), imaji pendengaran atau suara (auditif), dan imaji sentuh atau
perabaan (taktil).
Majas
9
Majas merupakan pemakaian bahasa dengan melukiskan sesuatu dengan konotasi
khusus sehingga arti sebuah kata dapat memiliki banyak makna.
Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata yang mengacu atau merujuk kepada suatu benda
atau hal yang berwujud, dapat diraba, dilihat, didengar, dan dicium. Kata konkret
dalam puisi biasanya merangsang imaji pembaca dan berkaitan dengan lambang
atau kiasan. Contoh kata konkret adalah laut, sawah, pantai, meja, uang, rumah,
mobil, dan lain sebagainya.
Rima atau irama merupakan persamaan bunyi yang digunakan oleh penyair dalam
puisinya dari awal hingga akhir puisi. Rima atau irama terdiri dari:
Pengulangan kata
Atau ungkapan yang menentukan tinggi dan rendah, panjang dan pendek, keras
dan lemahnya bunyi yang sangat berpengaruh dan menonjol dalam pembacaan
puisi.
Contoh dari onomatope ini adalah dor! yang merupakan tiruan bunyi suara
tembakan. Bentuk intern pola bunyi seperti asonansi, aliterasi, persamaan awal,
persamaan akhir, sajak berparuh, sajak penuh, sajak berselang, repetisi bunyi
(kata), dan sebagainya.
Struktur batin puisi merupakan unsur pembangun puisi yang tidak terlihat mata.
Struktur batin puisi terdiri dari:
Tema atau makna merupakan salah satu unsur puisi yang tersirat, berupa makna
yang ingin disampaikan oleh penyair kepada para pembaca. Tema atau makna
dalam puisi berkaitan dengan hubungan tanda dengan makna. Oleh karena itu baik
10
kata, baris, bait, maupun bentuk sebuah puisi memiliki makna tertentu yang ingin
disampaikan oleh penyairnya.
Nada (Tone)
Nada merupakan sikap penyair kepada para pembacanya, yang berkaitan dengan
tema dan rasa. Dalam sebuah puisi, penyair dapat menyampaikan makna yang
ingin disampaikan dengan nada menggurui, mendikte, merendahkan, memuji, atau
lain sebagainya.
Rasa (Feeling)
Amanat atau tujuan merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dalam
puisinya kepada para pembaca.
6. Jenis-Jenis Puisi
Nah, setelah mengetahui tentang struktur puisi, pada materi puisi Bahasa
Indonesia Kelas 10 ini, Mipi juga akan mengenalkan kamu pada tiga jenis puisi,
sebagai berikut:
a. Puisi Lama
Puisi lama merupakan puisi yang dibuat sebelum abad ke-20 dan terikat pada
beberapa aturan. Puisi lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
11
Lebih jelasnya, aturan yang mengikat puisi lama adalah sebagai berikut:
Nah, puisi lama ini juga dibagi menjadi beberapa jenis, Pahamifren. Beberapa
jenis puisi lama tersebut adalah sebagai berikut:
a) Mantra
b) Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang terdiri dari empat larik dengan rima
berakhiran ab-ab. Pantun juga biasa disebut sebagai bahasa sindiran. Pantun
dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu pantun anak, pantun teka-teki, pantun
orang tua, pantun remaja, dan pantun teka-teki.
c) Seloka
Seloka merupakan pantun berkait yang berasal dari Melayu Klasik. Seloka
biasanya berisi mengenai pepatah.
d) Gurindam
Gurindam merupakan puisi lama yang terdiri dari dua bait yang tiap baitnya
terdiri dari dua baris kalimat dengan rima yang sama. Gurindam ini biasanya
mengandung amanat atau nasihat.
e) Karmina
12
Karmina merupakan puisi lama yang berbentuk seperti prosa dan lebih pendek
dari pantun. Karmina sering disebut juga sebagai pantun kilat karena bentuknya
yang sangat pendek.
f) Talibun
Talibun merupakan puisi lama berupa pantun yang memiliki lebih dari empat
baris dengan rima abc-abc.
g) Syair
Syair merupakan puisi lama yang terdiri dari empat baris berakhiran serupa. Syair
umumnya mengisahkan sebuah cerita yang di dalamnya terkandung amanat dari
penyairnya.
b. Puisi Baru
Puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat pada aturan-aturan puisi lama, baik
dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima. Puisi baru memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Himne
Himne merupakan sejenis nyanyian pujian yang ditujukan untuk Tuhan atau
dewa, ataupun segala sesuatu yang dianggap suci atau sakral.
b) Balada
13
Balada merupakan puisi sederhana yang berkisah mengenai cerita rakyat yang
mengharukan. Balada biasanya berbentuk dialog atau disajikan dalam bentuk
nyanyian.
c) Ode
Ode merupakan puisi larik mengenai sanjungan terhadap orang yang berjasa. Ode
dibaca dalam nada yang agung dan memiliki tema yang serius. Biasanya ode
ditujukan pada orang tua, pahlawan, dan tokoh-tokoh besar.
Romansa
Epigram
Epigram merupakan puisi mengenai ajaran dan tuntunan dalam menjalani hidup.
Epigram sendiri memiliki arti unsur pengajaran, nasihat, menuntun ke arah
kebenaran yang dijadikan pedoman hidup.
Elegi
Elegi merupakan syair atau nyanyian berupa ratapan dan ungkapan duka cita,
terutama pada peristiwa kematian.
Satir
Satir merupakan puisi bergaya bahasa sindiran atau kritik yang disampaikan
dalam bentuk sarkasme, ironi, atau parodi.
Distikon
Distikon meripakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari dua baris atau
dua seuntai.
Terzina
Terzina merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari tiga baris atau
tiga seuntai.
14
Kuatren
Kuatren merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari empat baris
atau empat seuntai.
Kuint
Kuint merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari lima baris atau
lima seuntai.
Sekstet
Septima
Septima merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari tujuh baris atau
tujuh seuntai.
Oktaf atau stanza adalah merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari
delapan baris atau delapan seuntai.
Soneta
Soneta merupakan puisi yang terdiri dari 14 baris yang dibagi menjadi dua bagian.
Dua bait pertama dalam soneta memiliki empat baris, sementara dua bait kedua
masing-masing memiliki tiga baris. Soneta ini merupakan jenis puisi baru yang
paling terkenal karena paling susah dibuat dan membuat para penyair tertantang
untuk membuatnya.
Puisi Kontemporer
Sesuai dengan namanya, puisi kontemporer merupakan jenis puisi yang berusaha
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan selalu berusaha keluar dari
ikatan konvensional penulisan puisi lama maupun baru.
15
ejekan, atau lainnya. Dalam puisi kontemporer juga pemakaian kata-kata simbolik
atau lambang intuisi, irama, gaya bahasa, dan lain sebagainya dianggap tidak
terlalu penting lagi. Puisi kontemporer juga bisa berarti puisi yang ditulis dalam
kurun waktu terakhir.
Puisi Mbeling
Puisi mbeling merupakan puisi yang tidak mengikuti aturan umum atau ketentuan
dalam puisi lama maupun baru. Penyair puisi mbeling biasanya tidak tidak perlu
memilih-milih kata lagi karena dasar dari puisi ini adalah bermain-main.
Ciri utama dari puisi mbeling adalah kuatnya unsur kelakar, sehingga penyair
memanfaatkan seluruh unsur puisi berupa rima, irama, diksi, bunyi, dan tipografi
untuk mengejar efek kelakar tanpa ada maksud tersirat atau disembunyikan.
Puisi Mantra
Puisi mantra merupakan puisi yang mengambil sifat-sifat dari mantra. Penyair
Indonesia yang memperkenalkan jenis puisi ini adalah Sutardji Calzoum Bachri.
Ciri-ciri puisi mantra ini adalah sebagai berikut:
Puisi Konkret
16
Puisi konkret merupakan puisi yang lebih mengutamakan bentuk grafis berupa
tata wajah sehingga menyerupai gambar tertentu dan tidak sepenuhnya
menggunakan bahasa sebagai medianya. Dalam puisi konkret biasanya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya. Dalam penulisannya, puisi konkret perlu
memperhatikan beberapa unsur berikut:
Indikator Pencapaian
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kompetensi
17
Indikator Pencapaian
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kompetensi
18
Indikator Pencapaian
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kompetensi
teman
Membaca 3.1 Menemukan ide Membaca cepat teks dengan
3. Memahami berbagai pokok berbagai kecepatan 250 kata/menit
teks bacaan nonsastra teks nonsastra Menemukan ide pokok
dengan berbagai teknik paragraf dalam teks
dengan teknik
membaca Membuat ringkasan isi teks
membaca
dalam beberapa kalimat yang
cepat (250 runtut
kata/menit)
3.2 Mengidentifika-si ide pokok Mengidentifikasi ide pokok
teks nonsastra tiap paragraf
dari berbagai Menuliskan kembali isi
sumber melalui bacaan secara ringkas dalam
beberapa kalimat
teknik membaca
Mengidentifikasi fakta dan
ekstensif pendapat
Menulis 4.1 Menulis Mendaftar topik-topik yang
4. Mengungkapkan gagasan dapat dikembangkan menjadi
informasi dalam berbagai paragraf naratif
dengan
bentuk paragraf (naratif, Menyusun kerangka paragraf
menggunakan
deskriptif, ekspositif) naratif berdasarkan kronologi
pola urutan waktu dan peristiwa
waktu dan Mengembangkan kerangka
tempat dalam yang telah dibuat menjadi
bentuk paragraf paragraf naratif
naratif Menyunting paragraf naratif
yang ditulis teman
berdasarkan kronologi,
waktu, peristiwa, dan EYD
Menggunakan kata ulang
dalam paragraf naratif
4.2 Menulis hasil Mendaftar topik- topik yang
observasi dapat dikembangkan menjadi
paragraf deskriptif
dalam bentuk
berdasarkan hasil pengamatan
paragraf
Menyusun kerangka paragraf
deskriptif deskriptif
Mengembangkan kerangka
yang telah disusun menjadi
paragraf deskriptif
Menggunakan frase ajektif
dalam paragraf deskriptif
Menyunting paragraph
deskriptif yang ditulis teman
19
Indikator Pencapaian
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kompetensi
20
Indikator Pencapaian
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kompetensi
21
22