Anda di halaman 1dari 14

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya
sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra
dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran
kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Apresiasi sastra bertujuan
menyelenggarakan perjamuan-perjamuan dan percakapan agar terhidangkan atau
tersuguhkan pengalaman, pengetahuan, kesadaran dan hiburan. Contoh apresiasi sastra
antara lain meresensi drama, cerpen, prosa dan novel.
Teks sastra adalah teks yang disusun dengan tujuan artistik dengan menggunakan
bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena
itu, ada sastra lisan dan ada pula sastra tulis. Kesustraan yang mencakup ekspresi
kesustraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun-temurunkan sastra
lisan atau dari mulut ke mulut. sedangkan harus tertulis merupakan karya sastra yang
dicetak atau ditulis seperti puisi, prosa fiksi, novel, roman, cerpen.
Genre sastra Dapat diartikan sebagai karakteristik macam atau tipe kesastraan yang
memiliki berbagai macam karakteristik secara umum atau dapat dikategorikan
berdasarkan gaya isi dan bentuk. Genre sastra ada tiga macam yaitu puisi prosa dan
drama. Pembagian tersebut didasarkan dari perbedaan fisik. Mengenali ciri-ciri puisi
prosa dan drama akan memudahkan dalam proses pemahaman terhadap isi karya yang
dibaca.
Apresiasi prosa fiksi adalah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan
pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Contoh nya yaitu
novel, novelet, cerpen dan cerita rakyat. Mengapresiasi prosa fiksi dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain menyimak pembacaan cerpen atau menonton
dramatisasi novel baik secara langsung maupun lewat media elektroni,. Mendengarkan
dongeng secara langsung maupun dari rekaman, Membaca cerpen, novel, cerita rakyat
secara langsung dari teksnya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari apresiasi sastra, teks sastra, genre sastra?
2. Apa saja contoh dari masing-masing materi?
3. Bagaimana cara menggabungkan pendapat para ahli tentang perbedaan dari materi
yang di bahas?
4. Bagaimana cara mengapresiasikan apresiasi sastra, teks sastra, genre sastra?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang apresiasi sastra, teks sastra, genre sastra.
2. Memberikan contoh dari masing-masing materi.
3. Memberikan penjelasan tentang cara menggabungkan pendapat para ahli tentang
perbedaan dari materi yang di bahas.
4. Menjelaskan cara mengapresiasikan apresiasi sastra, teks sastra, genre sastra.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apresiasi Sastra

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti "mengindahkan- atau
"menghargai". Konteks yang lebilt luas dalam istilah apresiasi menurut Gove mengandung
makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan pemahaman dan pengakuan
terhadap keindahan yang diungkapkan pengarang. Apresiasi sebagai suatu proses yang
melibatkan tiga unsur inti, yaitu aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif. Oleh
karenanya diperlukan seperangkat pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan apresiasi
karya sastra dengan baik.

Sastra (Sansekerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta 'Sastra', yang
berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar 'Sas' yang berarti
"instruksi" atau "ajaran" dan `Tra' yang berarti "alat" atau "sarana". Dalam bahasa Indonesia
kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.

Sastra berasal dan kata kesustraan (susastra)

• Su berarti indah atau baik.

• Sastra bererti lukisan atau karangan.

Susastra berarti karangan yang baik atau indah. Kesusastraan berarti segala tulisan atau
karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah

Selain itu dalam anti kcsusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis dan sastra
lisan ( sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan
bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pernikiran tertentu.

Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak
terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu.
Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun, dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa
yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.

3
Pengertian Sastra Menurut Para Ahli

Plato

Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya
sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model
kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.

Aristoteles

Sastra sebagai ketliatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsalat.

Mursal Esten (1978:9)

Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai
manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan
memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Sapardi (1979:1)

Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai
medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran
kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.

Ahmad badrun (1983:16)

Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol
lain sebagai alat, dan bersifat imajinatif.

Panuti sudjiman(1986: 68)

Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti
keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya.

Fungsi Sastra

Dalam kehidupan masyarakat, sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.

1) Fungi rekreatif Sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat
atau pembacanya.
2) Fungsi didaktif Sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-
nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
3) Fungsi estetis Sastra mampu memberikan keindalian bagi penikmat atau panbacanva.

4
4) Fungsi moralitas Sastra mampu memberikan pengetahuan kepada
pembaca/penikmatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang
baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5) Fungsi religius Sastra menghadirkan karya-karya yang mengandung ajaran agama
yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.

Ragam sastra

1. Dilihat dari bentuknya. sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu:

a. Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak
terikat oleh paturan-aturan seperti dalam puisi.
b. Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan
padat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu,
yaitu:
a. Jumlah baris tiap-tiap baitnya
b. Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya
c. Irama
d. Persamaan bunyi kata
a. Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan
bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
b. Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas
dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua
pengertian. yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.

2. Dilihat dart isinya, sastra terdiri atas empat macam, yaitu:

a. Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikutkan


pikirandan perasaan pribadi pengarang.
b. Link, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif.
c. Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang masalah
moral, tatakrama, masalah agama, dll.
d. Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian (baik atau buruk)
dengan pelukisan yang berlebih-lebihan.

5
B. Teks Sastra

Teks sastra adalah teks-teks yang disusun dengan tujuan artistik dengan menggunakan
bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Genre (serapan dari
bahasa Belanda: genre) atau ragam (serapan dari Jawa: ꦫꦒꦩ꧀, translit. ragam, mungkin dari

Sanskerta: राग, translit. rāga) adalah pembagian suatu bentuk seni atau tutur tertentu menurut
kriteria yang sesuai untuk bentuk tersebut. Dalam semua jenis seni, genre adalah suatu
kategorisasi tanpa batas-batas yang jelas. Genre terbentuk melalui konvensi, dan banyak
karya melintasi beberapa genre dengan meminjam dan menggabungkan konvensi-konvensi
tersebut. Lingkup kata "genre" biasanya dibatasi pada istilah dalam bidang seni dan budaya
Oleh karena itu, ada sastra lisan dan ada pula sastra tulis. Bahasa dan sastra merupakan dua
hal yang tak terpisahkan. Bahasa merupakan media untuk melahirkan sastra. Karya sastra
melibatkan penuturan kata dan pemilahan kata yang tepat dan indah pada teks sastra, baik
tulis maupun lisan.
Selain itu, pilihan bahasa yang digunakan dalam teks sastra dapat membangun makna
serta menunjukkan konteks situasi dan budaya yang melingkupi teks sastra tersebut. Seiring
perkembangan jaman karya sastra menjadi mudah diakses oleh masyarakat. Berbagai media
massa baik cetak maupun elektronik melibatkan karya sastra, seperti cerpen, drama, syair
lagu, puisi, serta pantun sebagai bahan sajiannya. Selain itu, berbagai perayaan, pertunjukkan,
atau lomba juga menampilkan kreasi yang bersumber dari apresiasi atau ekspresi sastra.

Dengan demikian, pembelajaran sastra sangat diperlukan sehingga di masa mendatang


generasi muda dapat berpartisipasi mengembangkan dan memenuhi kebutuhan karya sastra
yang berkualitas bagi masyarakat.Teks sastra sebagai salah satu bentuk wacana, baik lisan
maupun tulis, merefleksikan fungsi sosial. Teks sastra juga mengemban tugas untuk
mengungkapkan ide-ide, gagasan, dan isi pikiran penulis. Teks sastra dibentukoleh gugus
leksikogramatika bahasa yang merepresentasikan konteks dan sikap yang melatarbelakangi
lahirnya teks tersebut. Oleh karena itu, teks sastra dapat digunakan sebagai media
pembentukan karakter peserta didik yang berkualitas.

Contoh dari teks sastra sebagai berikut:

a. Puisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga

6
diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat.
Para ahli menjelaskan arti puisi dalam definisi yang bervariasi. Seperti dikutip dari buku
Sastra Indonesia yang disusun oleh tim Sastra Cemerlang, salah seorang ahli, Sumardi,
menyatakan bahwa pengertian puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,
dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi padu dan pemilihan kata yang imajinatif.

b. Pantun

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal di Nusantara. Dalam
bahasa Jawa, pantun dikenal dengan parikan, dalam bahasa Sunda pantun disebut paparikan
dan dalam bahasa Batak, pantun dikenal dengan sebutan umpasa.

a. Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik
terdiri atas 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-a (tidak
boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).
b. Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama.
c. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun
yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama
penggubahnya (anonim). Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara
lisan.
c. Syair

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) syair adalah puisi lama yang tiap bait
terdiri atas empat larik yang berakhir dengan bunyi yang sama. Orang yang membacakan
syair atau membuat syair disebut penyair atau pujangga. Syair seperti dalam pengertiannya
adalah bentuk yang terikat, sehingga ia mempunyai aturan-aturan tersendiri.

Asal mula dari syair sebenarnya bukanlah puisi atau karya asli dari Nusantara. Syair
berasal dari tradisi Arab. Di asalnya sana, syair dikenal dengan istilah Syi’ir atau Syu’ur yang
berarti perasaan menyadari. Namun ada pula yang mengartikan syair dari kata Syi’ru yang
berarti puisi. Meski bukan karya sastra asli Nusantara, seiring dengan perkembangannya syair
dimodifikasi sehingga kini bisa sesuai dengan budaya Melayu. Orang Melayu mengenali
syair seiring dengan penetrasi dan perkembangan ajaran Islam, terutama tasawuf di Indonesia

d. Gurindam

Gurindam adalah salah satu jenis puisi yang memadukan antara sajak dan peribahasa.
Jumlah baris pada gurindam hanya dua dengan rima a-a. Gurindam berisi ajaran yang

7
berkaitan dengan budi pekerti dan nasihat keagamaan. Baris pada gurindam disebut sebagai
syarat dan akibat. Syarat merupakan baris pertama dan akibat sebagai baris kedua.[1] Baris
pertama membahas tentang persoalan, masalah atau perjanjian, sedangkan baris kedua
memberitahukan jawaban atau penyelesaian dari bahasan pada baris pertama.

Istilah gurindam berasal dari bahasa Sankrit atau Sansekerta, Kirindam yang artinya
adalah perumpamaan. Bahasa ini sudah mulai berkembang pada saat pengaruh Hindu masuk
ke Indonesia yang menggunakan bahasa Tamil di India. Pengaruh Hindu masuk ke Indonesia
dibawa oleh pendeta India pada abad ke-5 M. Pengaruh peradaban Hindu di masa lalu,
sempat berjaya di Indonesia dan berhasil mendirikan banyak kerajaan terutama pada abad ke-
7.[3] Gurindam umumnya berisikan nasehat atau semacam kata-kata mutiara.

C. Genre Sastra

Genre utama sastra adalah kelompok karya yang identik secara formal dan gaya
penyajiannya. Bahkan di masa Aristoteles, ada pembagian sastra ke dalam genre, buktinya
adalah "Puisi" dari filsuf Yunani, sebuah risalah tentang evolusi sastra ditulis tiga ratus tahun
sebelum kelahiran Kristus.

Sastra berasal dari zaman Alkitab, orang selalu menulis dan membaca. mengandung
setidaknya beberapa teks - ini sudah sastra, karena apa yang tertulis adalah pemikiran
seseorang, cerminan dari keinginan dan aspirasinya. Pelaporan, petisi, teks gereja ditulis
dalam banyak hal, dan dengan demikian genre sastra pertama muncul - kulit kayu birch.
Dengan perkembangan penulisan, genre kronik muncul. Paling sering, apa yang tertulis sudah
dipakai oleh beberapa orang tanda-tanda sastra, giliran bicara yang anggun, alegori kiasan.

Genre sastra berikutnya adalah epos, kisah epik tentang pahlawan dan pahlawan plot
sejarah lainnya. Literatur agama, deskripsi peristiwa alkitabiah, kehidupan ulama yang lebih
tinggi dapat dianggap terpisah.

SASTRA ABAD KE-18

Sastra pada waktu itu secara kondisional dibagi menjadi tiga bidang utama: drama,
narasi, dan puisi. Karya dramatis sering mengambil bentuk tragedi, ketika para pahlawan plot
meninggal, dan perjuangan antara yang baik dan yang jahat menjadi semakin mematikan.
Sayangnya, konjungtur pasar sastra mendikte kondisinya bahkan saat itu.

8
SASTRA 19-20 ABAD

Sastra abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20 dibedakan oleh beberapa genre, paling
laris di zaman keemasan Pushkin-Gogol, dan kemudian di zaman perak Alexander Blok dan
Sergei Yesenin. Drama, epik, dan lirik - itulah genre dalam sastra masa lalu dan abad
sebelumnya.

APA GENRE DALAM SASTRA KONTEMPORER?

genre dalam sastra kontemporer cukup banyak, di antaranya yang paling populer,
diminati oleh pembaca luas:

a. Tragedi adalah sejenis genre sastra drama, ditandai dengan tekanan emosional yang
ekstrem, dengan kematian pahlawan yang wajib.
b. Komedi adalah variasi lain dari genre drama, kebalikan dari tragedi, dengan plot yang
lucu dan akhir yang bahagia.
c. Genre dongeng adalah arahan sastra untuk anak-anak, mereka pengembangan kreatif.
Ada banyak karya sastra dalam genre ini.
d. Epik - genre sastra yang bersifat historis, menggambarkan peristiwa individu di masa
lalu dalam gaya kepahlawanan, berbeda jumlah besar karakter.
e. Genre novel adalah narasi yang luas, dengan beberapa jalan cerita, yang
menggambarkan secara rinci kehidupan setiap karakter secara individu dan bersama-
sama, dibedakan oleh kecenderungan untuk menganalisis peristiwa terkini.
f. Cerita adalah genre bentuk medium, ditulis menurut skema yang sama seperti novel,
tetapi dalam konteks yang lebih ringkas. Dalam cerita, satu karakter biasanya dipilih
sebagai yang utama, sisanya dijelaskan dalam "mengikat" kepadanya.
g. Cerita merupakan genre narasi yang bentuknya kecil, ringkasan satu acara. Plotnya
tidak dapat dilanjutkan, itu mewakili intisari pemikiran penulis, selalu memiliki
bentuk akhir.
h. Cerpen merupakan genre yang mirip dengan cerpen, perbedaannya hanya pada
ketajaman alur. Novel ini memiliki akhir yang tak terduga dan tak terduga. Genre ini
sangat cocok untuk thriller.
i. Genre esai adalah cerita yang sama, tetapi dalam cara penyajian yang tidak artistik.
Tidak ada pembicaraan yang berbunga-bunga, frasa muluk-muluk, dan kesedihan
dalam esai.

9
j. Satire sebagai genre sastra tidak umum, orientasi menuduhnya tidak berkontribusi
pada popularitas, meskipun drama satir di produksi teater diterima dengan baik.
k. Genre detektif adalah tren sastra yang paling diminati akhir-akhir ini. Jutaan buku
paperback karya penulis populer seperti Alexandra Marinina, Daria Dontsova, Polina
Dashkova, dan lusinan lainnya telah menjadi desktop bagi banyak pembaca Rusia.
D. Apresiasi Prosa fiksi
Pengertian “apresiasi” berasal dari bahasa inggris “appreciation” secara harfiah dapat
diberi pengertian sebagai pemahaman, pengenalan, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan
yang berisi evaluasi (hornby, 1973). Kata “apresiasi” tidak hanya berkaitan dengan aspek
afektif dalam psikologi, namun juga aspek kognitif, (sebelum terlibat emosinya, terlebih dulu
harus terlibat kognisinya berupa memahami dan menghayati), dan juga dapat berupa tindakan
(psikomotor), yaitu dengan kegiatan apresiasi ,seperti membaca puisi, deklamasi, bermain
drama, membaca cerita pendek, dan sebagainya.

Menurut dissick (1975), ada empat tingkatan apresiasi, yaitu :

a. tingkat menggemari
b. tingkat menikmati
c. tingkat mereaksi
d. tingkat produktif

Dalam tingkat menggemari, seseorang gemar terlibat dengan kary sastra, ingin
membacanya, dan jika ada kegiatan apresiasi sastra ingin ikut terlibat atau ingin
menontonnya.

Tingkat menikmati artinya tingkat yang menunjukkan bahwa seseorang pembaca dapat
terhibur dengan membaca karya sastra.

Tingkat mereaksi atau memberikan respons, adalah tingkatan yang menunjukkan


seseorang bersikap kritis, dapat menilai dimana letak kebaikan dan kejelekan sebuah karya
sastra berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.

Tingkat produktif artinya seseorang yang mengapresiasi karya sastra sudah mampu
melakukan kegiatan yang sifatnya produktif dalam kaitannya dengan karya sastra, misalnya
menulis karya sastra, membuat resensi karya sastra, membuat kupasan dan ikhtisar karya
sastra, musikalisasi puisi, pementasan drama, pembacaan cerita pendek, dan sebagainya.

10
Dalam mengapresiasi prosa fiksi, terlebih dulu kita harus gemar membaca prosa fiksi.
Kegemaran ini timbul karena prosa fiksi itu kita rasakan sebagai sesuatu yang menghibur,
dan disamping itu juga berguna (menurut Horatius dulce et utile, atau sweet dan useful). Sifat
menghibur juga berarti memiliki nilai kegunaan. Nilai kegunaan juga dapat kita peroleh dari
membaca karya prosa fiksi (misalnya novel), kita memperoleh kemanfaatan berikut:

1. dapat mengambil nilai agama,moral, budi pekerti,dan etika dari cerita itu

2. kita dapat belajar nilai sosiologis dan budaya yang ada dalam cerita itu

3. kita belajar mengenak watak-watak manusia, konflik antarmanusia, dan penyelesaian


konflik

4. kita belajar mengenal adat-istiadat, kebiasaan, dan tata cara yang lazim terjadi dalam
masyarakat daerah atau etnis tertentu yang dapat kita gunakan untuk mengenal secara dekat
masyarakat tersebut. Dan masih sejumlah manfaat lain yang lebih banyak karena karya sastra
memiliki manfaat yang cukup banyak.

Dalam mengapresiasi karya sastra, kita harus langsung berhubungan dengan karya sastra
atau mengenal karya sastra secara langsung. Ibaratnya kita akan melihat keindahan pantai
pangandaran, maka kita harus bertamsya kesana. Unsur keindahan dari psosa fiksi bukan
hanya jalan ceritanya, namun juga: keindahan dan keunikan bahasa, penggambaran watak
tokoh-tokoh, gaya bercerita pengarang, keunikan cara pengarang mengembangkan cerita,
dinamika penggambaran setting cerita, keasyikan suspense (tegangan) cerita, kejutan dalam
menyelesaikan konflik, dan ungkapan-ungkapan khas pengarang dalam membuat narasi atau
pencerita.

11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik
yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-
sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Teks sastra adalah teks yang disusun dengan tujuan
artistik dengan menggunakan bahasa. Genre sastra Dapat diartikan sebagai karakteristik
macam atau tipe kesastraan yang memiliki berbagai macam karakteristik secara umum atau
dapat dikategorikan berdasarkan gaya isi dan bentuk. Apresiasi prosa fiksi adalah prosa yang
berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ismayani, M. (2013). Kreativitas dalam Pembelajaran Literasi Teks Sastra. Jurnal Ilmiah
Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2), 69–70.

Nurgiyantoro, B. (2004). Sastra Anak: Persoalan Genre. Humaniora, 16(2), 107–122.

(Sarasati, 2021)Sarasati, R. (2021). Membangun Identitas Nasional Melalui Teks: Review


Singkat Terhadap Teks Sastra Dalam Buku Teks Bahasa Indonesia. Diksi, 29(1), 69–76.
https://doi.org/10.21831/diksi.v29i1.33221

Budijanto, D. (2020). Perbandingan Genre Sastra Populer Dan Pengajarannya Pada Siswa
Sekolah Menengah Atas. Diglosia, 6, 148–160.

13

Anda mungkin juga menyukai