Anda di halaman 1dari 12

A.

HAKIKAT SASTRA
Hakikat merupakan segala sesuatu yang berada pd sesuatu yang dasar dari sebuah
konstruksi pemikiran. Dalam  pola berfikir manusia, pemahaman makna dari suatu
objek di lihat dari istilah asal usul istilah,fungsi dan kebergunaanya dalam konteks
kehidupan sehari hari.
Sastra dalam bahasa Indonesia berarti bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang
dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari), karya tulis yang jika dibandingkan
dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartristikan,
keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epic, dan lirik.

1. Definisi Sastra
Sastra, secara umum, bisa ada selama manusia ada. Seiring dengan
berkembangnya umat manusia dan budayanya, Sastra juga berkembang sesuai
dengan keadaan dan ciptaan manusia. Menurut kelompok masyarakat dan
budayanya, Sastra juga berkembang dalam kelompok tersebut. Mungkin itulah yang
membuat sastra umum dan konkret. Seperti semua manusia, semua karya sastra
adalah sama, dengan ciri dan persamaan dengan manusia lainnya. Wellek & Warren
(1993: 9) optimis bahwa semua karya sastra tidak hanya memiliki karakteristik yang
sama dengan karya seni lainnya, sehingga dapat digeneralisasikan pada karya sastra,
drama, atau drama pada era tertentu. , Sastra atau seni pada umumnya.
Pernyataan Wellek & Warren di atas, tentu saja harus dilengkapi dengan
pernyataan Luxemburg, dkk., (1989: 9), bahwa menurut mereka tidak mungkin
memberikan sebuah definisi yang universal mengenai sastra. Sastra bukanlah sebuah
benda yang dijumpai, sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu
diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan.
Barangkali inilah titik pangkal dari permasalahan teori dan kajian sastra yang
pertama kali muncul, yakni perihal tidak pernah terjawabnya (dengan memuaskan)
pertanyaan “apakah sastra itu?”, karena terlalu kompleksnya sesuatu yang disebut
sastra itu.
Arti sastra yang sangat kompleks itu telah mengaburkan batasan sastra sebagai
obyek kajian keilmuan. Itulah sebabnya Teeuw (1984: 21) menuliskan bahwa

1
meskipun sudah cukup banyak usaha yang dilakukan sepanjang masa untuk memberi
batasan yang tegas atas pertanyaan: “apakah sastra itu ?”, Namun batasan manapun
juga yang diberikan oleh para ilmuwan tidak kesampaian. Hal itu dikarenakan
batasan sastra itu hanya menekankan satu atau beberapa aspek saja, atau hanya
berlaku untuk sastra tertentu saja, atau sebaliknya, terlalu luas dan longgar sehingga
melingkupi banyak hal yang jelas bukan sastra lagi.

Adapun pengertian sastra menurut para ahli, sebagai berikut :

a) Mursal Esten
Mursal Esten (Esten, 1978: 9) berpendapat bahwa Sastra adalah pengungkapan
dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan
masyarakat umumnya, melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek positif
terhadap kehidupan manusia.

b) Terry Eagleton
Sastra merupakan karya tulisan indah (belle letters) yang mencatatkan sesuatu
dalam bentuk bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan,
dipanjangpendekan dan diputarbalikan, dijadikan ganjil atau cara penggubahan
estetis lainnya melalui alat bahasa (Eagleton, 2010: 4).

c) Atar Semi
Suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya (atau subjeknya)
adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medium
(1988: 8).

d) Panuti Sadjiman
Sastra merupakan karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri
keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan
ungkapanya (1990 : 68).

2
e) Ahmad Badrun
Menurut Ahmad Badrun, Kesusastraan adalah kegiatan seni yang
mempergunakan bahasa dan simbol-simbol lain sebagai alat untuk menciptakan
sesuatu yang bersifat imajinatif (1983: 16).

f) Plato 
adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya
sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan
model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari
dunia ide.

g) Sapardi (1979:1) 
memaparkan bahwa sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa
sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra
menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu
kenyataan social.

h) Sumardjo & Saini (1997)
menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa
pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk
gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sehingga
sastra memiliki unsur-unsur berupa pikiran, pengalaman, ide, perasaan,
semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk dan bahasa.
Hal ini dikuatkan oleh pendapat Saryono (2009: 18) bahwa sastra juga
mempunyai kemampuan untuk merekam semua pengalaman yang empiris-
natural maupun pengalaman yang nonempiris-supernatural, dengan kata lain
sastra mampu menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia.

3
i) Suyitno Sastra
adalah sesuatu yang imajinatif, fiktif dan inventif  juga harus melayani misi-
misi yang dapat dipertanggungjawabkan.

j)Damono
mengungkapkan bahwa kehidupan sastra menampilkan gambaran, dan
kehidupan itu sendiri adalah realitas sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan
mencakuphubungan antar-masyarakat, antar-masyarakat dan individu,
interpersonal, dan antar peristiwa terjadi dalam batin seseorang.

2. Ciri-ciri Sastra
Menurut Wellek dan Warren ( 1989 20-23) karya sastra memiliki ciri utama
yaitu:
1. Fiksionalis bearti fiksi, rekaan, direka-reka, bukan sesuatu yang nyata ,
sesuai yang di konstruksikan.
2. Ciptaan bearti diadakan oleh pengarang, sengaja di ciptakan oleh
pengarang.
3. Imajinasi bearti imaji, gambaran penggambaran tentang sesuatu.
4. Penggunaan bahasa khas bearti penggunaan bahasa yang berbeda dengan
bahasa ilmiah, bahasa percakapan sehari-hari dan mengandung konotasi
atau gaya bahasa.
Adapun ciri yang lain dimiliki karya sastra yaitu:
1. Menimbulkan efek yang mengsingkan
2. Tujuan yang tidak praktis
3. Bermakna lebih
4. Berlabel sastra
5. Merupakan konvensi masyarakat.

4
3. Fungsi Sastra
Secara umum, sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi utama sebagaimana
dikemukakan oleh Horatius, yaitu dulce et utile (dalam bahasa Latin, sweet and
useful). Dulce (sweet) berarti sangat menyenangkan atau kenikmatan, sedangkan
utile (useful) berarti isinya bersifat mendidik (mikics, 2007:95). Bressler (1999:12)
menyebut dua fungsi tersebut dengan istilah to teach ‘mengajar’ dan to entertain
‘menghibur’. Fungsi menghibur (dulce)artinya sastra memberikan kesenangan
tersendiri dalam diri pembaca sehingga pembaca merasa tertarik membaca sastra.
Fungsi mengajar (utile)artinya sastra memberikan nasihat dan penanaman etika
sehingga pembaca dapat meneladani hal-hal positif dalam karya sastra. Dalam hal
ini, sastra memampukan manusia menjadi lebih manusia: mengenal diri, sesama,
lingkungan, dan berbagai permasalahan kehidupan (Sarumpaet, 2010:1).
Sebuah karya sastra yang baik minimalnya mampu menghadirkan dua fungsi
utama tadi. Artinya, sebuah karya sastra dapat dikatakan bernilai sastra tinggi jika
karya itu mampu memberikan hiburan kepada pembaca, serta mampu memberikan
pengajaran positif bagi pembacanya. Karya sastra yang hanya mampu memberikan
hiburan tanpa ada manfaat akan terasa gersang. Demikian pula karya sastra yang
hanya mampu memberikan manfaat dan tidak mampu memberikan hiburan bagi
pembaca akan terasa hambar. Oleh sebab itu, sastra dapat dikatakan sebagai media
hiburan yang mengajar, dan media pengajaran yang menghibur.
Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1. Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang
menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.
2. Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik
pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung
didalamnya.
3. Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi
penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.

5
4. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan
kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk,
karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5. Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang
mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca
sastra.

4. Jenis-jenis Sastra
a. Puisi
Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat. Hal
itu untuk mempertajam kesadaran orang mengenai pengalaman serta
membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Oleh
karena itu, kejelasan sebuah puisi sangat tergantung pada ketetapan penggunaan
kata serta kepaduan yang membentuknya.
Puisi dibedakan menjadi dua, yaitu puisi lama dan puisi baru. Puisi lama
merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan. Sementara, puisi baru
merupakan puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan atau memiliki bentuk yang
lebih bebas dibandingkan puisi lama.

b. Prosa(Fiksi)
Prosa adalah satu di antara bentuk dari karya sastra yang berbeda dengan puisi.
Namun, banyak yang beranggapan keduanya merupakan karya sastra yang sama.
Prosa merupakan karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita atau narasi. Prosa
pada umumnya merupakan cangkokan dari bentuk monolog dengan dialog.
Bahasa prosa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, prosa atau
fiksi adalah karangan yang bersifat menjelaskan secara terurai mengenai suatu
masalah, peristiwa, dan lain-lain.

c. Novel

6
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa, yang
memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kata novel berasa dari bahasa Italia yaitu
'novella' yang berarti sebuah kisah atau cerita.

Penulis yang menulis sebuah novel disebut sebagai novelis. Isi novel lebih
panjang dan lebih kompleks dari isi cerpen serta tidak mempunyai batasan
struktural dan sajak.

d. Cerita Pendek
Cerita pendek (cerpen) merupakan bentuk karya sastra berupa prosa naratif
yang bersifat fiktif. Isinya tidak lebih dari 10.000 kata.
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa
naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.

e. Drama
Drama adalah jenis sastra dalam bentuk puisi atau prosa yang bertujuan
menggambarkan kehidupan lewat kelakuan dan dialog para tokoh. Umumnya,
drama dirancang untuk pementasan panggung.
Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah
drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian, tujuan drama
bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi.

f. Roman

Roman merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan. Istialah


roman berkembang di Jerman, Belanda, Prancis, dan bagian-bagian Eropa daratan
yang lain. Ada sedikit perbedaan antara roman dan novel, yakni bentuk novel lebih
pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran luas unsur ceritanya hampir sama.

7
B. Sejarah Sastra

Sejarah Sastra Indonesia dari Masa ke Masa

1. Sejarah Sastra Indonesia


Memahami sastra tidak hanya dari sisi karya-karyanya melainkan juga dari sisi
nilai sejaranya. Sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang berusaha
menyelidiki perkembangan sastra sejak dari mulai pertumbuhannya sampai pada
perkembangannya. Sejarah Perkembangan Sastra nasional sebenarnya terletak
pada adanya kesinambungan antara satu periode dengan periode yang lain dalam
sejarahnya. Kesusastraan Indonesia secara kultural pada mulanya merupakan
kesusastraan, etnik yang ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia, bahasa
nasional yang diangkat dari bahasa etnik melayu.
Sebagai sastra yang ruhnya berasal dari kultur etnik, ia tak lepas dari pelbagai
hal yang melingkarinya. Paling tidak, sumbernya jatuh pada diri sastrawan yang
juga tidak terlepas dari latar belakang etnik yang melahirkan dan membesarkan
karya sastra tersebut. Dalam dunia kesusastraan dikenal adanya sastra lisan dan
sastra tulis. Namun secara etimologi kata kesusastraan berasal dari kata susastra
yang mendapat imbuhan ke-an. "su" dalam bahasa sanskerta berarti baik, "sas"
berarti ajaran atau nasihat, dan "tra" mempunyai arti alat, sedangkan arti imbuhan
ke-an adalah kumpulan. Jadi, kesusastraan mempunyai arti kumpulan alat untuk
menyampaikan ajaran atau nasihat yang baik.
Sastra lisan adalah sastra yang diceritakan dan diwariskan secara turun-
temurun secara lisan, sastra jenis ini dikenal dengan" Folklore", yakni cerita
rakyat yang telah mentradisi yang hidup dan dipertahankan masyarakat
pemiliknya. Sedangkan sastra tulis adalah sastra yang berbentuk tulisan baik
berupa novel, cerpen atau yang lainnya, dengan mencantumkan nama
pengarangnya.

8
2. Sejarah Perkembangan Sastra Indonesia

Periodisasi sastra Indonesia terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Angkatan Pujangga Lama

Karya sastra pada angkatan pujangga lama dihasilkan sebelum abad ke-20,
pada masa ini di dominasi oleh syair, pantun, hikayat dan gurindam.

- Syair, merupakan bentuk puisi lama yang terdiri dari empat bait. Persajak syair
adalah abah-abah.

- Pantun, merupakan puisi lama yang terdiri dariempat baris dalam satu bait
Baris pertama dan kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan
keempat disebut isi. Pantun bersajak ab-ab artinya bunyi huruf terakhir. pada
kata terakhir kalimat pertama dan kalimat ketiga sama, disebut sajak a. Bunyi
huruf terakhir pada kata terakhir kalimat kedua dan kalimat keempat sama
disebut sajak b. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat,
bahkan hingga sekarang Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun
biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir
dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara umum peran sosial
pantun adalah sebagai alat penyampaian pesan.

- Hikayat adalah salah satu bentuk sastra, terutama dalam Bahas berisikan
tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan
maupun kepahlawanan seseorang.Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan,
pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.

9
- Gurindam, merupakan puisi lama yang tiap baitnya terdiri dua baris.
Persajaknya a- a dan isinya adalah nasihat, hal-hal yang mendidik dan masalah
agama

b. Angkatan 20-an (Balai Pustaka) Angkatan ini tumbuh dan perkembang pada
tahun 20-an.
Sekelompok pengarang pada masa ini, pada hakikatnya bergerak dengan
satu cita-cita, yaitu hendak memberikan pendidikan budi pekerti dan
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui bacaan. Dalam perkembangannya,
sastra pada angkatan ini didirikan oleh orang-orang Belanda. Tujuan mereka
bukan untuk mengembangkan dan memajukan sastra sastra Indonesia, tetapi
untuk kepentingan politik belaka.
Sebagian besar, sastra ini mengambil tema pokok masalah kawin paksa,
contohnya novel Siti Nurbaya, Azab dan Sengsara, si cebol merindukan bulan.
Peristiwa-peristiwa yang diceritakan sesuai dengan realitas kehidupan dalam
masyarakat tidak lagi berhubungan dengan kehidupan raja-raja, dewa, atau
kejadian-kejadian yang tidak masuk akal.Beberapa pengarang Balai Pustaka
yang berpengaruh ialah: Abdul Muis, novelnya yang berjudul salah asuhan
pada tahun 1928, dianggap sebagai sastra yang paling menonjol nilai sastranya.
Marah Rusli, novelnya yang berjudul Siti Nurbaya merupakan hasil sastra
yang paling banyak dibaca orang. Novel salah asuhan dan Siti Nurbaya sering
disebut orang sebagai puncak-puncak sastra balai pustaka. Nur Sutan Iskandar,
karangan yang dihasilkannya antara lain novel criarah navel nsikologi novel
adat

c. Angkatan 30-an (Pujangga Baru)


Pada bulan Juli 1933 merupakan tahun berdirinya sastra angkatan pujangga
baru, secara reformasi tahun ini sekaligus dianggap pula sebagai pertama kali
terbitnya majalah pujangga baru. Ciri khas yang paling menonjol dalam sastra
ini baik prosa maupun puisinya sebagian besar mengandung suasana romantis.

10
Dan pokok cerita pada umumnya bukan lagi berkisar pada masalah kawin
paksa seperti pada angkatan balai pustaka, melainkan masalah kehidupan kota
atau kehidupan masyarakat modern, misalnya masalah perubahan (manusia
baru - Sanusi Pane), masalah kedudukan wanita (layar terkembang - Sutan
Takdir Alisjahbana), masalah kedudukan suami istri dalam hidup berumah
tangga (Belenggu - Armijn Pane) dan sebagainya. Sastra pujangga baru
meliputi bentuk-bentuk novel, cerpen, kritik dan puisi dengan bermacam
macam bentuk. Pada angkatan ini ada dua kelompok sastrawan pujangga baru,
yaitu:

1. Kelompok "seni untuk seni" dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku
Amir Hamzah. Tengku Amir Hamzah juga terkenal sebagai seorang
sastrawan raja penyair pujangga baru.

2. Kelompok "seni untuk rakyat" dimotori oleh Sultan Takdir


Alisyahbana, Armijn Pane dan Rustam Efendi.

Dengan demikian, zaman pujangga baru menunjukan adanya hubungan


yang lebih erat antara sastrawan dan sekelompok intelektual yang memiliki
pengaruh dalam perkembangan pemikiran. Namun pada tahun 1942-1945
merupakan masa melemahnya sastra angkatan pujangga baru. Karya penting
penutup periode sastra ini adalah belenggu, novel karya Armijn Pane dan
manusia baru, drama karya Sanusi Pane.

d. Angkatan '45 (angkatan kemerdekaan)


Pada periode 1942-1950 atau 1942-1945 adalah periode bangkit dan
terintegrasinya sastra angkatan ini. Pada masa angkatan ini karya-karyanya
bersifat lebih realistis dibanding karya angkatan pujangga baru yang bersifat
romantic, idealistic. Angkatan 45 diwarnai dengan adanya pengalaman hidup
dan problem sosial, polotik, budaya seperti korupsi, penyelwengan,
ketidakadilan, dan kemerosotan moral. Di antara penulis angkatan 45 yaitu
Chairil Anwar, Idrs Mochtar Lubis, Trisno Sumardjo, M. Balfas.

11
e. Angkatan 50-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra "kisah asuhan H.B
jassin, majalah tersebut bertahan sampai tahun 1946 dan diteruskan dengan
majalah sastra lainnya. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi
cerita pendek dan kumpulan puisi. Sastra 50-an umumnya menyadarkan pada
segi ekspresi sarta memperkembangkan gaya ucapan angkatan 45. pada tahun
ini, majalah sastra yang dianggap standar adalah "kisah". Kisah yang memuat
cerpen dan puisi.

f. Angkatan '66.
Pada angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra horizon. Majalah
horizon adalah satu satunya majalah sastra yang terbit di Indonesia pada saat
ini atau setidaknya la adalah satu-satunya majalah yang mengorbankan
(hampir) seluruh halamannya untuk menampung hasil tulisan. Sastrawan kita
menganggap majalah horizon sebagai standar perkembangan sastra Indonesia
dan sekaligus menjadi sasaran tuntutan beranekaragam yang patut di alamatkan
kepada sebuah majalah sastra. Pada awal tahun 70-an Marga T. mengumumkan
novelnya dikoran kompas, novelis wanita tampaknya menjadi salah satu
jaminan bagi lakunya suatu penerbitan.

g. Angkatan Reformasi
Munculnya angkatan ini ditandai dengan i maraknya karya-karya sastra,
puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial, politik, khususnya seputar
reformasi.

12

Anda mungkin juga menyukai