A. Konsep Sastra
Hal itu mengisyaratkan bahwa sastra bukanlah suatu istilah yang dapat
merupakan istilah yang mempunyai arti luas dan meliputi kegiatan yang
kata “sastra” dan mendapat awalan “su”. Sastra itu sendiri terdiri atas
kata “sas” yang berarti ’mengarahkan, pengajaran’, dan ”tra”
menunjukkan ’alat atau sarana’. Oleh karena itu, sastra berarti ’alat
Adapun awalan “su” itu berarti baik atau indah. Dengan demikian,
susastra adalah alat untuk mengajar yang bersifat baik atau indah.
makna baik atau indah. Dari pendekatan ini dapat disarikan bahwa
kesusastraan adalah tulisan atau karangan yang baik atau indah yang
suatu karya cipta disebut sastra apabila ia memiliki sifat rekaan, yakni
masyarakat.
suatu karya seni, karya kreatif manusia yang mengandung nilai estetik.
diterapkan dalam seni sastra, yaitu sastra sebagai karya imajinatif yang
sastra itu dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi bahasa dan segi
bentuk lain, sedangkan sebagai suatu karya seni, sastra dapat didekati
ekspresi dari suatu emosi. Meskipun tidak semua penjelmaan emosi itu
senimannya.
mediumnya, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Dalam hal itu
Teeuw (2003:35), berpandangan bahwa bahasa tulis ataupun bahasa
lisan tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam membatasi dan
sastra.
pencapaian tujuan tertentu (integrity, harmony dan unity) dan (2) daya
terhadap pembaca;
dalam bentuk prosa, puisi, maupun lakon (drama). Jadi membaca karya
Dengan demikian, karya sastra adalah suatu hasil karya seni baik
hidup, perjuangan, eksistensi dan ambisi manusia, juga cinta, benci dan
iri hati, tragedi dan kematian, serta hal-hal yang bersifat transedental
religiusitas.
Sebagai karya seni yang mengedepankan nilai estetis
manfaat yang diperoleh dari karya sastra ini adalah sebagai berikut.
secara lahir maupun batin. Secara lahir sastra sejajar dengan bahasa
komunikasi antara manusia dan antarbangsa. Hal ini dapat dilihat dan
karyanya. Kita dapat mengenal Lelaki Tua dan Laut karya Ernest
Mochtar Lubis, Djenar Mahesa Ayu, dan Ayu Utami, dan lain-lain,
hidup itu sendiri. Oleh karena itu, tujuan utama pembacanya adalah
Ciri-Ciri Karya Sastra - Sastra tersebut mempunyai karakteristik atau juga ciri-ciri yang bisa digolongkan
atau juga dinamakan karya sastra. Ciri-ciri karya satra antara ialah sebagai berikut :
Gaya penyajiannya yang menarik yang berkesan dihati pembacanya maupu pendengarnya
Fungsi Sastra
PERTANYAAN:
1. Menurut Saudara apakah penting untuk memahami Teori Sastra agar dapat memahami Genre Sastra?
Sebutkan tiga alasan!
JAWABAN:
a. Sastra merupakan bagian dari budaya sebagai bentuk karya lisan atau tulisan, manusia tidak lepas dari
kebudayaan.
c. Sastra memuat ide-ide penting, bahkan melalui kritik-kritiknya dapat membantu membuat keputusan
dalam transisi kehidupan.
Untuk memahami dan menikmati karya sastra diperlukan pemahaman tentang teori sastra. Teori sastra
menjelaskan kepada kita tentang konsep sastra sebagai salah satu disiplin ilmu humaniora yang akan
mengantarkan kita ke arah pemahaman dan penikmatan fenomena yang terkandung di dalamnya.
Dengan mempelajari teori sastra, kita akan memahami fenomena kehidupan manusia yang tertuang di
dalam teori sastra.
https://www.google.com/amp/s/asopi.wordpress.com/2016/10/09/lk-1-1-km-b-kelas-awal-pentingnya-
memahami-teori-sastra/amp/
http://arkalalandshary.blogspot.com/2015/11/teori-teori-sastra.html?m=1
KENAPA ADA SASTRA ?
Dasep Sukmawan
Iklan
pen-smSalah satu karunia yang dianugrahi Allah kepada kita manusia adalah keindahan, ini karunia yang
tidak ada tara tingginya, karena Allah tidak menganugrahkan kepada mahluk lain selain manusia. Tentu
saja karena manusia adalah mahluk yang berperasaan, karena perasaan adalah alat untuk mengukur
keindahan. Dengan perasaan manusia bisa menangkap keindahan itu dari hal-hal yang berada
disekitarnya. Keindahan alam, keindahan budaya, keindahan budi pekerti, keindahan – keindahan itu
kemudian diolah menjadi harmoni tertentu dalam jiwa manusia, yang muncul dalam bentuk ekpresi-
ekpresi manusia yang kemudian disebut dengan istilah Seni. dari macam- macam seni itulah sastra lahir,
sastra sebagai salah satu ekpresi keindahan yang ditangkap oleh perasaan manusia.
Tapi ada yang istimewa dari sastra dibanding seni yang lainnya, yakni sastra dapat dijadikan sebagai
cerminan kehidupan manusia. Seorang sastrawan yang mengamati kondisi lingkungannya, perubahan-
perubahan yang terjadi dan kesan-kesan yang melekat dalam dirinyaakan mengolahnya menjadi
pengalaman lahir dan batin. ekpresi pengamatanya itu kemudian akan tertuang karya-karya seninya.
Para leluhur kita yang berjuang melawan penjajah juga mencatat kisah perjuangan mereka, seperti
“hikayat perang sabil di Aceh” Contoh yang sama bisa di lihat pada puisi Karawang- Bekasi -nya Chairil
Anwar.
Banyak orang yang mengangap sastra sulit , karena sastra ditulis berdasarkan pengalaman batin yang
dirasakan seorang penulis sastra tersebut, Bisa pengalaman kepahlawanan, cinta, tragedi kemanusiaan,
pengalaman rohani, dan yang lainnya. Masing – masing pengalaman itu ekspresinya berbeda-beda. kalau
lagi putus cinta, menggunakan bahasa yang mendayu-dayu dan sentimentil, karya sastra seperti ini
biasanya di golongkan kedalam sastra pop. mengapa di sebut pop? sebutana ini sebenarnya lebih
karena karya-karya itu mengankat tema yang populer dan sudah umum, Alurnya gak terlalu berbelit-belit
……. nah kira2 begitu..!!!
https://dasepsukmawan.wordpress.com/2009/05/17/kenapa-ada-sastra/amp/
Tjakra 313
#Mengapa definisi Sastra tak pernah memuaskan khalayak penikmat nya ???
#Mengapa definisi Sastra tak pernah memuaskan khalayak penikmat nya ???
Sastra sebagai cabang dari seni yang merupakan unsur integral dari kebudayaan usianya sudah cukup
tua. Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia sejak dahulu, baik dari aspek manusia
sebagai penciptanya maupun aspek manusia sebagai penikmatnya. Karya sastra merupakan curahan
pengalaman batin pengarang tentang fenomena kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada masanya.
Ia juga merupakan ungkapan peristiwa, ide, gagasan serta nilai-nilai kehidupan yang diamanatkan
didalamnya. Sastra mempersoalkan manusia dalam segala aspek kehidupannya sehingga karya itu
berguna untuk mengenal manusia dan kebudayaan dalam kurun waktu tertentu.
Ada bermacam-macam definisi tentang kesusastraan. Namun demikian, diskusi tentang hakikat sastra
sampai sekarang masih hangat. Hal itu karena banyak definisi yang tidak memuaskan. Definisi-definisi
yang pernah ada kurang memuaskan karena :
Pada dasarnya sastra bukanlah ilmu, sastra adalah cabang seni. Seni sangat ditentukan oleh faktor
manusia dan penafsiran, khususnya masalah perasaan, semangat, kepercayaan. Dengan demikian, sulit
sekali dibuat batasan atau definisi sastra di mana definisi tersebut dihasilkan dari metode ilmiah.
Orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekaligus. Seperti diketahui, karya sastra selalu melekat
dengan situasi dan waktu penciptaannya. Karya sastra tahun 1920-an tentu berbeda dengan karya sastra
tahun 1966. Kadang-kadang definisi kesusastraan ingin mencakup seluruhnya, sehingga mungkin tepat
untuk satu kurun waktu tertentu tetapi ternyata kurang tepat untuk yang lain.
Orang ingin mencari definisi ontologis tentang sastra (ingin mengungkap hakikat sastra). Karya sastra
pada dasarnya merupakan hasil kreativitas manusia. Kreativitas merupakan sesuatu yang sangat unik dan
individual. Oleh sebab itu sangat tidak memungkinkan jika orang mau mengungkap hakikat sastra.
Sastra adalah ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran) dalam bahasa.
Sastra adalah inspirasi kehidupan yanag dimateraikan dalam sebuah bentuk keindahan.
Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kebenaran moral
dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang mempesona.
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
keyakainan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Sesuatu disebut teks sastra jika (1) teks tersebut tidak melulu disusun untuk tujuan komunikatif praktis
atau sementara waktu, (2) teks tersebut mengandung unsur fiksionalitas, (3) teks tersebut menyebabkan
pembaca mengambil jarak, (4) bahannya diolah secara istimewa, dan (5) mempunyai keterbukaan
penafsiran.
Sampai saat ini ada keyakinan bahwa ada tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya tulis
lainnya, yaitu
sifat khayali
* Beberapa pengertian sastra yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :
1. Menurut A. Teeuw, dalam bukunya yang berjudul Sastra dan Ilmu Sastra : Pengantar Teori Sastra
(1984:22-23), dipaparkan bahwa dalam dalam bahasa-bahasa Barat gejala yang ingin kita batasi disebut
literature (Innggris), literature (Jerman), dan litterature (Perancis). Ketiga istilah tersebut berasal dari
bahasa Latin litteratura yang sebetulnya merupakan terjemahan dari kata Yunani grammatika. Litteratura
dan grammatika masing-masing berdasarkan kata littera dan gramma yang didefenisikan sebagai segala
sesuatu yang tertulis; pemakaian bahasa dalam bentuk tulis.
2. Menurut Jacob Sumardjo dan Saini K.M. (1991:2-3), setidaknya ada beberapa batasan yang dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan Apa Itu Sastra ? Pertama, sastra adalah seni bahasa. Kedua,
sastra adalah ungkapan yang spontan dari perasaan yang mendalam. Ketiga, sastra adalah ekspresi
pikiran, semua kegiatan mental manusia dalam bahasa. Keempat, sastra adalah inspirasi kehidupan yang
diungkapkan dalam bentuk keindahan. Kelima, sastra adalah semua buku yang memuat perasaan
kemanusiaan mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan
bentuk memesona.
3. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, semangat, dan
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dnegan alat bahasa.
* Studi sastra (Literary Study/Literary Studies) muncul ketika filosofi Yunani, Aristoteles (384-322SM)
lebih dari 2000 tahun yang lalu ketika ia menulis buku yang berjudul Poetica. Tulisannya itu memuat
tentang teori drama tragedi. Selanjutnya istilah poetica dalam teori kesusastraan disebut dengan
beberapa istilah.
- Rene Wellek dan Austin Warren menamakannya dengan teori sastra (Theory of Literature)
- Studi menyiratkan makna proses mempelajari suatu objek. Untuk memahami karya sastra sebagai
suatu objek memerlukan proses dalam mempelajarinya. Proses yang dilakukan berupa berbagai kegiatan
belajar sehingga tercapai pemahaman terhadap karya sastra yang dipelajari.
- Teori menyangkut makna asas atau hukum yang menjadi dasar ilmu pengetahuan. Karya sastra
sebagai suatu objek yang dipelajari tentu ada asas-asas, hukum-hukum, landasan-landasan yang
menopangnya sehingga ia berwujud sebagai sebuah karya sastra yang berbeda dengan karya-karya yang
lain.Ilmu menyangkut makna pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejal-gejala yang terdapat didalam
bidang tersebut. Pengetahuan menyangkut sesuatu yang diketahui sebagai hasil dari proses belajar
sastra.
Pertanggungjawaban sastra adalah estetika dan ruang lingkup sastra adalah kreatifitas penciptaan yang
meliputi puisi, prosa, dan drama. Sedangkan pertanggungjawaban studi sastra adalah logika dan ruang
lingkup studi sastra adalah ilmu dengan sastra sebagai objek (Budi Darma)
* Dalam wilayah studi sastra terdapat tiga cabang ilmu sastra yaitu teori sastra, sejarah sastra dan
kritik sastra
Ø Sastra dapat dilihat dari sudut pandang prinsip, kategori, asas, atau ketentuan yang mendasari karya
sastra. Teori sastra adalah teori tentang prinsip-prinsip, kategori, asas, atau hukum yang mendasari
pengkajian karya sastra.
Ø Sastra dapat dilihat deretan karya yang sejajar atau tersusun secara kronologis dari masa ke masa dan
merupakan bagian dari proses sejarah. Sejarah sastra adalah ilmu yang mempelajari tentang
perkembangan sastra secara kronologis dari waktu ke waktu
Ø Sastra dapat dikaji dengan menggunakan prinsip-prinsip karya sastra. Kritik sastra adalah ilmu yang
mempelajari dan memberikan penilaian terhadap karya sastra berdasarkan teori sastra. Di dalam ilmu
sastra, perlu disadari bahwa ketiga bidang tersebut tidak dapat dipisahkan (Wellek dan Warren; 1977:39)
Unknown di 21.16
Berbagi
Posting Komentar
‹
›
Beranda
!Halaman ini akan otomatis tertutup beberapa saat dan dapat dikenakan tariff data standar
http://tjakrawb14.blogspot.com/2015/05/mengapa-definisi-sastra-tak-pernah.html?m=1
EVOLVED
Only Blog
Bahasa adalah milik khas manusia. Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang bahasa.
Begitu banyaknya pendapat tentang bahasa,merangkum beberapa kontroversi pandangan tersebut:
antara kubu phusis dengan kubu thesis, faham analogi dengan anomali, penganut empirisme dengan
penganut rasionalisme, kelompok yang percaya bahwa bahasa berfungsi interaksional dengan yang
berfungsi transaksional.
Asal mula sastra yaitu pada saat dalam komunikasi biasa, di dalam diri seorang penutur terdapat dua
kekuatan: yang satu cenderung ke arah perbedaan individu atau individualisme dan satunya ke arah
persamaan antar individu atau konformitas. Individualisme mensyaratkan adanya perbedaan bahasa
antara satu individu dengan individu lainnya. Konformitas mensyaratkan adanya penyesuaian bahasa
yang digunakan satu individu untuk tunduk pada kaidah bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya.
Karena terdapatnya perbedaan bahasa itu lah yang memunculkan Sastra, agar seseorang atau suatu
masyarakat dapat menyesuaikan bahasanya.
Para antropolog juga terbagi tiga golongan dalam memandang bahasa. Pandangan pertama menyatakan
bahwa bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat dianggap sebagai refleksi dari keseluruhan
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Pandangan kedua mengatakan bahwa bahasa adalah bagian
dari kebudayaan, salah satu unsur kebudayaan. Pandangan ketiga berpendapat bahwa bahasa
merupakan kondisi bagi kebudayaan, dan ini dapat berarti dua hal. Hal pertama, bahasa adalah kondisi
bagi kebudayaan. Manusia mengenal budaya melalui bahasa. Hal kedua, bahasa adalah kondisi bagi
kebudayaan karena materi bahasa sejenis dengan materi pembentuk kebudayaan.
Terlepas dari kontroversi dan pembagian di atas, dalam komunikasi biasa, ketika menyampaikan
pesannya, penyapa selalu dipengaruhi oleh dan harus memperhatikan sistem bahasa dan sistem sosial-
budaya. Selain itu, penyapa dipengaruhi oleh kompetensi kebahasaannya. Ketika ingin menyampaikan
pesan, ia harus memilih bahasa yang sama dengan bahasa yang dikuasai oleh orang yang disapa. Bila
orang yang disapa orang Indonesia, penyapa harus menyampaikan pesannya dalam bahasa Indonesia. Ini
pun belum cukup. Penyapa harus memperhatikan kaidah sintaksis, semantik, dan pragmatik yang berlaku
dalam bahasa Indonesia. Sistem sosio-budaya juga harus diperhatikan oleh penyapa. la harus
memperhatikan kata-kata yang mempunyai nilai rasa yang berkaitan dengan bahasa yang akan
digunakan, misalnya kata-kata tabu yang dapat menyinggung perasaan orang yang disapa atau
masyarakatnya.
Hal ini juga berlaku dalam komunikasi sastra. Ketika sastrawan ingin menyampaikan pesannya, is harus
mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Bahasa tersebut harus dimengerti oleh pembacanya. Oleh
karena itu, bahasa yang digunakan juga berangkat dan bahasa natural, yakni bahasa yang digunakan
berkomunikasi sehari-hari. Meskipun demikian, dengan bekal bahasa natural tersebut, sastrawan
menciptakan sendiri bahasa yang sesuai dengan sistem sastra.
Sebagai komunikasi yang timbal balik, sistem bahasa yang diciptakan sastrawan ini harus diterima oleh
pembaca dengan cara yang sama. Bila tidak, komunikasi ini bisa dikatakan gagal. Itulah sebabnya bahasa
sastra bukan bahasa yang melanggar kaidah bahasa natural. tetapi memang mempunyai kaidah
tersendiri. Sastrawan dipandang sebagai orang yang mempunyai kreativitas berhahasa yang lebih
dibandingkan dengan anggota masyarakatnya
Seperti yang dikemukakan di atas, pesan yang disampaikan oleh sastrawan kepada pembacanya
berbentuk karya sastra. Karya sastra tersebut disampaikan dengan medium bahasa. Bahasa yang
digunakan di dalam karya sastra selain harus memenuhi prinsip konformitas, juga bersifat individualisme.
Bahasa yang digunakan di dalam karya sastra adalah bahasa yang juga dikenal oleh masyarakat pemakai
bahasa itu, bahasa natural. Hanya saja oleh sastrawannya bahasa itu dijadikan menjadi milik yang lebih
bersifat individu dengan cara menggali lebih dalam makna, menambah makna, atau mengasingkan dan
makna yang dipakai oleh masyarakat. Sastrawan juga bisa menawarkan pemakaian bahasa yang barn.
Itulah sebabnya menyatakan bahwa karya sastra adalah ekspresi individual pengarang dengan
menggunakan bahasa yang bersifat idiosinkretik. Contohnya, dalam puisi Sapardi Djoko Damono “Aku
ingin” berikut:
"AKU INGIN
aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada
hujan yang menjadikannya tiada"
Semua deretan kata-kata pada bait puisi di atas dikenal oleh masyarakat Indonesia. Semua kata-kata
yang ada di dalam puisi tersebut tidak ada yang asing dan aneh, seperti kata aku, ingin, mencintaimu,
dengan, sederhana. Ini menunjukkan bahwa puisi ini diciptakan oleh Sapardi dengan memperhatikan
konformitas.
Di nisi lain, Sapardi juga menawarkan bahasa yang individual dengan menawarkan ungkapan
mencintaimu dengan sederhana; kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya
abu; isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Ungkapan-
ungkapan ini bersifat individual karena hanya dimiliki oleh Sapardi.
Dalam komunikasi sastra, selain harus memerhatikan sistem bahasa, sastrawan juga masih harus
memerhatikan sistem sosio-budaya. Meskipun kreativitas dijunjung tinggi dan meskipun sastrawan
mempunyai licentia poetica, sastrawan tetap harus memerhatikan sistem sosiobudaya masyarakat
(bahasa dan sastra) pembacanya. Licentia poetica adalah kebebasan pengarang untuk menyimpang dari
kenyataan, dari bentuk atau aturan, untuk mencapai suatu efek.
Dengan redaksi yang berbeda dan dalam lingkup komunikasi bahasa tulis, bahwa untuk berkomunikasi,
penutur dipengaruhi skematanya. Skemata adalah pengorganisasian individual dari apa yang diketahui
seseorang. bahwa skemata merupakan struktur pengetahuan tingkat tinggi yang kompleks.
apa yang diketahui seseorang tentang sesuatu dan hubungannya dengan yang lain dalam konteks
Skemata isi adalah latar pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam kaitannya dengan topik yang
dibicarakan dalam suatu teks (wacana) dan pengalaman tentang realitas yang diangkat dalam teks
(wacana).
Bila dikaitkan dengan pembahasan di atas, skema linguistik berkaitan dengan pengetahuan sastrawan
tentang sistem bahasa; skema formal berkaitan dengan pengetahuan sastrawan tentang sistem sastra;
sedangkan skema isi berhubungan dengan pengetahuan sastrawan tentang sistem sosial-budaya (dan
realitas).
Semoga Bermanfaat
Saat ini anda telah membaca artikel ASAL MULA SASTRA yang dipublish oleh Nurawantitiani pada hari
Jumat, 4 Januari 2013 Terima kasih atas kunjungan anda di blog
EVOLVED ini dan silahkan berikan tanggapan anda pada kotak komentar di bawah.
Unknown di 08.10
Berbagi
Posting Komentar
Beranda
http://nurawantitiani.blogspot.com/2013/01/asal-mula-sastra.html?m=1