Anda di halaman 1dari 71

i

KEEFEKTIFAN METODE PQRST DALAM MEMBACA


PEMAHAMAN TEKS BACAAN PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA KELAS VII SEMESTER I
SMP NEGERI 1 BRANGSONG KENDAL
TAHUN AJARAN 2004-2005




SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang



Oleh :
DWI KARTIKAWATI
NIM : 1124000037




FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2005
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia
ujian skripsi pada :
Hari :
Tanggal :




Semarang, Februari
2005
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nugroho, M.Psi Dra. Nurussaadah, M.Si
NIP 131699300 NIP 131469642


Mengesahkan :
Ketua Jurusan KTP,

Drs. Haryanto
NIP 131404301
iii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Kamis
tanggal : 24 Februari 2005

Ketua Sekretaris


Drs. Siswanto, MM Drs. Sukirman, M.Si.
NIP. 130515769 NIP. 131570066
Pembimbing I Penguji I


Dr. Nugroho, M.Psi. Drs. Hardjono
NIP. 131699300 NIP. 130781006
Pembimbing II Penguji II


Dra. Nurrussaadah, M.Si. Dr. Nugroho, M.Psi.
NIP. 131469642 NIP. 131699300

Penguji III




Dra. Nurussaadah, M.Si.
NIP. 131469642
iv
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari temuan orang, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.



Semarang, Februari 2005


Dwi Kartikawati

v
SARI

Dwi Kartikawati, 2005. Keefektifan Metode PQRST Dalam Membaca
Pemahaman Teks Bacaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII
Semester I SMP Negeri I Brangsong Kendal Tahun Ajaran 2004/2005. Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas
Negeri Semarang.

Salah satu tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan
Kurikulum 1994 yang terkait dengan pembelajaran membaca adalah siswa dapat
memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan
keadaan. Sebenarnya siswa sudah dapat membaca dengan lancar, tetapi hanya
sebatas membaca dalam arti melambangkan tulisan. Jika menjawab pertanyaan isi
bacaan, siswa melihat kembali isi bacaan tersebut. Pada akhirnya siswa kesulitan
menyusun kembali isi bacaan dan tidak dapat menceritakan isi bacaan. Hal ini
merupakan kebiasaan membaca yang salah. Metode PQRST ini dapat membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan dalam membaca pemahaman dan membantu
siswa yang daya ingatanya kurang atau kurang memahami bacaan yang dibacanya
dengan langkah-langkah membaca. Sehingga penulis ingin melakukan penelitian
mengenai Efektivitas Metode PQRST dalam Membaca Pemahaman Teks Bacaan
Mata pelajaran Bahasa Indonesia Pada Kelas VII SMP Negeri I Brangsong
Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar membaca pemahaman teks
bacaan dengan metode PQRST dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
kelompok yang tidak menggunakan metode PQRST dan mengetahui seberapa
besar efektivitas penggunaan metode PQRST yang diberikan oleh guru dalam
membaca pemahaman teks bacaan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang
berjumlah 7 kelas yang berada di SMP Negeri 1 Brangsong kendal. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random sampling. Dari 7
kelas yang ada diambil 2 kelas untuk sampel penelitian. variabel dalam peneliitan
ini ada dua yaitu penggunaan metode PQRST sebagai variabel bebas dan prestasi
belajar membaca pemahaman siswa sebagai variabel terikat. Metode
pengumpulan data dengan dokumentasi, tes dan observasi. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis statistik t test.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata hasil belajar
membaca pemahaman teks bacaan dengan metode PQRST pada siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Brangsong tahun pelajaran 2004/2005 adalah 7,1 sedangkan rata-
rata hasil belajar pada kelompok kontrol adalah 6,1. Setelah dilakukan analisis
statistik dengan t test diperoleh harga t
hitung
= 8.034 > t
(0,975)(58)
= 2.00. Dengan
demikian menunjukkan bahwa metode PQRST dapat meningkatkan hasil belajar
membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong. Efektivitas penggunaan metode PQRST
dalam meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata
pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 16,39%.
vi
Mengacu dari hasil penelitian tersebut peneliti dapat mengajukan saran-
saran yaitu : 1) Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mengefektifkan
penggunaan metode PQRST dalam kegiatan belajar membaca pemahaman teks
bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SLTP agar hasil belajar
siswa meningkat dan 2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi
yang lebih luas sehingga diperoleh simpulan yang lebih menyakinkan








vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmah dan didikan.
( Amsal 1 : 7 )
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.
( Filipi 4 : 13 )
Rencana Tuhan indah pada waktunya
( Penulis )

PERSEMBAHAN
Skripsi kupersembahkan untuk :
1. Ayahku (Almarhum) serta ibuku yang kuhormati yang selalu menjadi inspirasi
dan semangatku.
2. Mbak In dan keluarga kecilnya, serta adikku Bangkit yang menguatkanku saat
lemah.
3. Someone somewhere whom I believe will be my soulmate, thanks for your
invisible spirit.
4. Sahabat-sahabatku yang lucu D4 ( Dinny, Dona, Dewi), Etik, keluarga Putri
Salju kost dan semua yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, .
5. Semua teman-teman kelasku jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
angkatan tahun 2000.
6. Almamaterku UNNES yang selalu menjadi kebanggaanku.
viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Tuhan yang begitu baik
melimpahkan kasih dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini
dengan judul Keefektifan Metode PQRST Dalam Membaca Pemahaman
Teks Bacaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII Semester I
SMP Negari I Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2004 2005. Penulis
sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak
yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga pada akhirnya skripsi
ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. A.T Soegito, SH. MM, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kesempatan dalam memberikan kesempatan dalam rangka
penulisan skripsi ini.
2. Drs. Siswanto, MM, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Haryanto, Ketua Jurusan dan Kurikulum Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
4. Dr. Nugroho, M. Psi, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan sabar dan bijaksana serta memberikan dorongan dari awal
hingga akhir penulis skripsi ini.
ix
5. Dra. Nurussaadah, M. Si, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dengan sabar dan bijaksana dari wal hingga akhir penulisan
skripsi ini.
6. Dra. Hj. Amin Ariyatna Yusuf, Kepala Sekolah SMP Negeri I Brangsong
Kendal, yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.
7. Drs. Ratna Widuri dan Sri Listari S. Pd, Guru Bahasa Indonesia Kelas VII-A
dan VII-F yang telah memberikan bantuan dan dorongan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat baik meterial maupun
spiritual.
9. Teman-teman dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat ditulis
satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa karya ini masih
belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penulis sendiri hkususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Februari 2005

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Persetujuan Pembimbing.................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Pernyataan........................................................................................................ iv
Sari ................................................................................................................... v
Motto dan Persembahan................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................. viii
Daftar Isi........................................................................................................... x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xii
Daftar Gambar.................................................................................................. xiii
Daftar Lampiran............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
1.4 Penegasan Istilah...................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 10
2.1 Konsep Bahasa ........................................................................... 10
2.2 Konsep Membaca....................................................................... 27
2.3 Konsep Metode PQRST............................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 42
3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 42
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ..................................... 44
3.3 Variasi Penelitian ....................................................................... 44
3.4 Desain Penelitian......................................................................... 45
3.5 Metode Pengumpulan Data......................................................... 46
x
xi

3.6 Uji Coba Instrumen .................................................................... 54
3.7 Metode Analisis Data ................................................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 55
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................... 55
4.2 Penyajian Data ............................................................................ 56
4.3 Analisis Data............................................................................... 56
4.4 Pembahasan................................................................................. 62
BAB V PENUTUP......................................................................................... 65
5.1 Simpulan ..................................................................................... 65
5.2 Saran ........................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 68


xi
xii
DAFTAR TABEL

Tabel Hal
1. Jumlah Pelanggan PT. PLN yang membayar di Koperasi Unit Desa
Makmur Jaya .......................................................................................... 65
2. Hasil Kerjasama Koperasi Unit Desa Makmur Jaya PT. PLN (Persero)
.................................................................................................................... 66
3. Keuntungan Koperasi Unit Desa Makmur Jaya pada Tahun 1999- 2003
.................................................................................................................... 66
4. Hasil Ujui Normalitas Data........................................................................ 67
5. Hasil Uji Homogenitas data ....................................................................... 68
xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal
1. Analisis Uji Coba Soal 1............................................................................ 68
2. Perhitungan Validitas Tes 1 ....................................................................... 69
3. Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes 1....................................................... 70
4. Perkitungan Daya Pembeda Tes 1.............................................................. 71
5. Perhitungan Reliabilitas ............................................................................. 72
6. Analisis Uji Coba Soal II ........................................................................... 73
7. Analisis Uji Coba Soal III .......................................................................... 74
8. Analisis Uji Coba Soal IV.......................................................................... 75
9. Analisis Uji Coba Soal V........................................................................... 76
10. Data Nilai Pre Test Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ......................... 77
11. Uji Normalitas Pre Test Kelompok Eksperimen........................................ 78
12. Uji Normalitas Pre Test Kelompok Kontrol .............................................. 79
13. Uji Kesamaan Varians Pre Test Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ...... 80
14. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pre Test Kelompok Eksperimen Dan
Kontrol ....................................................................................................... 81
15. Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol .................................................... 82
16. Hasil Belajar Siswa Pada Kelompok Kontrol Eksperimen........................ 83
17. Data Nilai Hasil Belajar Kelompok Eksperimen ....................................... 84
18. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Post Test Kelompok Eksperimen....... 85
19. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Post Test Kelompok Kontrol.............. 87
xiv
20. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Hasil Belajar Post Test Kelompok Kontrol
Dan Eksperimen......................................................................................... 88
21. Satuan Pembelajaran Bacaan I ................................................................... 87
22. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 89
23. Satuan Pembelajaran II .............................................................................. 96
24. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 98
25. Satuan Pembelajaran III ............................................................................. 103
26. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 105
27. Satuan Pembelajaran IV............................................................................. 110
28. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 112
29. Satuan Pembelajaran V.............................................................................. 117
30. Rencana pembelajaran metode PQRST..................................................... 119
31. Kisi-Kisi Lembar Observasi Penelitian...................................................... 124
32. Pedoman Observasi.................................................................................... 125
33. Daftar Observasipenelitian Metode PQRST.............................................. 128
34. Daftar Subjek Terpilih Sampel Penelitian SMP Negeri 1 Brangsong Tahun
Pelajaran 2004/2005 Kelompok Kontrol ................................................... 129
35. Daftar Subjek Terpilih Sampel Penelitian SMP Negeri 1 Brangsong Tahun
Pelajaran 2004/2005 Kelompok Eksperimen............................................. 130
36. Susunan Personalia SMP N 1 Brangsong Tahun Pelajaran 2004/2005..... 131
37. Dokumentasi ............................................................................................. 132
38. Permohonan Ijin Penelitian ....................................................................... 136
39. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian..................................... 137
xv
xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sudah menjadi kenyataan, kalau Indonesia dalam kualitas pendidikan
berada diperingkat 109 sedangkan Malaysia berada di peringkat 61 dari seluruh
jumlah negara-negara di dunia ini. Berbagai temuan penelitian menunjukkan
bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dari cita-cita luhur
kemerdekaan bangsa dan juga tertinggal dari kemajuan yang telah dicapai oleh
negara tetangga. Siswa sekolah menengah Indonesia berada pada posisi enam
terbawah dari tiga puluh delapan negara (The Third Mathematic Science Study;
2000). Sementara itu riset hasil PISA (Programme For Internasional Student
Assessment; 2003) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia di tiga
bidang utama yakni membaca, matematika dan sain umumnya rendah. Namun
kebijakan Mendiknas untuk menetapkan kelulusan siswa ditentukan oleh
pencapaian nilai diatas 4,00 yang dalam ujian akhir siswa minimal harus
mencapai 4,01 untuk setiap mata pelajaran (Nasional maupun Lokal) tetap
dilaksanakan mulai tahun ajaran 2003/2004. Pengumuman ini diharapkan berlaku
pula untuk nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, agar kemandiriannya sebagai
sebuah disiplin ilmu sungguh-sungguh murni (Kompas 25Agustus 1998).
Hal inilah juga yang mungkin akan memacu para pengajar untuk lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia
karena selain Bahasa Indonesia sebagai disiplin ilmu yang mutlak dipelajari,
xvi
Bahasa Indonesia juga memiliki dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional yang tidak mengikat pemakainya sesuai dengan
kaidah dasar berbahasa Indonesia. Namun Bahasa Indonesia digunakan secara
nonresmi, santai, dan bebas. Yang dipentingkan dalam pergaulan dan
berkomunikasi dengan warga adalah makna yang disampaikan. Pemakai bahasa
Indonesia dalam konteks Bahasa Nasional dengan bebas menggunakan ujaranya
baik lisan, tulis, maupun lewat kinesiknya. Kebebasan menggunakan ujaran itu
juga ditentukan oleh konteks pembicaraan. Sebagai contoh, manakala Bahasa
Indonesia digunakan di bus antar kota, ragam yang digunakan adalah ragam bus
kota yang cenderung singkat, cepat, dan bernada keras.
Tugas kedua adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang
digunakan sebagai Bahasa resmi. Dengan begitu, bahasa Indonesia harus
digunakan sesuai dengan kaidah, tartib, cermat, dan masuk akal. Bahasa Indonesia
yang dipakai harus lengkap dan baik. Tingkat kebakuan diukur oleh aturan
kebahasaan dan logika pemakaian. Dari ke-dua tugas tersebut, menunjukkaan
bahwa posisi bahasa Indonesia perlu mendapat perhatian bagi pembelajaran
bahasa Indonesia (Suyatno; 2004).
Dua tugas di atas tentunya akan memberikan dampak bagi pelajar bahasa
Indonesia yang masih awal dalam penguasaan kaidah bahasa Indonesia. pada satu
sisi, siswa harus belajar bahasa Indonesia sesuai kaidah, sedangkan pada sisi lain,
siswa menghadapi masyarakat yang berbahasa Indonesia secara bebas karena
fungsi bahasa pergaulan. Siswa yang masih belajar itu tentunya berada di dua
xvii
tarikan yang kalah kuat. Tarikan masyarakat lebih kuat dibandingkan oleh tarikan
dari bangku sekolah.
Bermula dari kasus di atas, akhirnya banyak orang yang menganggap
bahwa yang penting dipahami bukan benar tidaknya, buat apa belajar bahasa
Indonesia karena tanpa belajarpun semua orang Indonesia dapat berbahasa
Indonesia, bahasa Indonesia sangat sulit dan bahasa Inggris lebih bergengsi
daripada bahasa Indonesia. Angapan itu akhirnya sampai ke siswa. Siswa menjadi
ogah-ogahan dalam belajar bahasa Indonesia. Banyak diantara siswa yang
terpaksa mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu tidak banyak yang
menyadari bahwa suatu pengajaran Bahasa selalu berkaitan pada proses
pembentukan logika dalam diri peserta didik. Acuan pokok yang paling mendasar
ini agaknya telah terabaikan dalam praktek pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah. Kurikulum terbaru sebenarnya telah memberikan peluang yang luas bagi
guru untuk menggali kreativitas, baik yang menyangkut sumber bahan maupun
metode penyajian. ( Kompas 31 Mei 2004)
Kecenderungan lama masih saja muncul dengan mengajarkan bahan-bahan
pelajaran yang kira-kira akan keluar pada waktu ujian akhir. Ukuran keberhasilan
pengajaran Bahasa Indonesia hanya ditolak dengan ketepatan dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam testing. Keadaan pembelajaran seperti itu telah
menjadi unsur dominan yang menggagalkan proses pembentukan logika dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar terdapat delapan kompetensi antara lain membaca, menulis, mendengar,
menutur, berhitung, mengamati, menghayal, dan menghayati. Dari kedelapan
xviii
kompetensi tersebut sangat erat hubunganya dengan pengajaran Bahasa Indonesia
(Kompas 31 Mei 2004). Namun peranan pelajaran Bahasa Indonesia dalam
menumbuhkan kompetensi di atas masih sangat kurang terutama membaca. Hasil
riset PISA (Programme For Internasional Student Assessment; 2003)
menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia khususnya membaca umumnya
rendah.
Dalam pidatonya Presiden Megawati Soekarnoputri juga pernah
menyatakan bahwa dibanding dengan Singapura yang berpenduduk 200 juta jiwa,
Indonesia banyak memiliki siswa yang cerdas dan berkemampuan daripada
Singapura, namun rendahnya minat baca membuat Indonesia tertinggal dalam
mengembangkan teknologi dan pengetahuan (Kompas 30 juli 2004)
Dalam hal kemampuan literasi membaca siswa Indonesia juga jauh
tertinggal. Sebanyak 69% siswa Indonesia berada pada tingkat kecapaian 1
dibawah 1; sementara itu 63% siswa Thailand berada pada tingkat kemahiran 2
atau lebih tinggi. Sebanyak 31% siswa Indonesia berada di bawah tingkat
kemahiran 1 yang hanya memilik kemampuan literasi membaca sangat terbatas.
Keterbatasan ini mencakup ketidakmampuan mengenal tema bacaan dan inti
bacaan, kesulitan mencari informasi implisit dan ketidakmampuan mengaitkan
informasi bacaan dengan pengetahuan yang dimiliki. Hanya 6% siswa Indonesia
yang berada pada tingkat kemahiran 3 yakni memiliki kemampuan untuk mencari
gagasan utama bacaan, mengintegrasikan, mengontraskan, dan membandingkan
bagian-bagian bacaan, memahami informasi dari bacaan dengan rinci, dan
xix
memahami informasi bacaan dengan rinci, dan memahami kaitan antara pilihan
informasi. (riset PISA Programme For Internasional Student Assessment; 2003)
Kenyataan tersebut membuktikan bahwa ketrampilan membaca sebagai
salah satu ketrampilan berbahasa merupakan ketrampilan pokok yang terus
menerus diperlukan. Ketrampilan membaca merupakan salah satu dari empat
ketrampilan berbahasa. Yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Membaca mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan
ketrampilan membaca, tiap orang akan memasuki dunia keilmuan yang penuh
pesona, memahami khasanah kearifan yang banyak hikmah dan mengembangkan
berbagai ketrampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak menjadi sukses
dalam hidup. Aktivitas membaca yang trampil akan membuka jendela
pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam dan lorong keahlian yang
lebar di masa depan (Gie dalam Widyamartaya, 1992:10). Ketrampilan membaca
sangat penting bagi semua pelajar karena banyak kegiatan belajar adalah
membaca. Berbagai mata pelajaran dapat dikuasai pelajar melalui kegiatan
membaca. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui
kegiatan membaca. Ketrampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu.
Karena itu dapat kita katakan ketrampilan mambaca sangat diperlukan dalam
dunia modern. ( Tarigan, 1987:135).
Berdasarkan Kurikulum 1994, salah satu tujuan umum pembelajaran
bahasa Indonesia yang terkait dengan pembelajaran membaca adalah siswa dapat
memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
menggunakanya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan
xx
keadaan (Depdikbud,1994:1). Sedangkan tujuan khusus bahasa Indonesia yang
terkait dengan pelajaran membaca diantaranya adalah siswa mampu menyerap
pesan, gagasan dan pendapat orang lain dari berbagai sumber, siswa mampu
mencari sumber, mengumpulkan, dan menyaring informasi dari bacaan
(Depdikbud, 1994:2). Namun dalam prakteknya guru masih memperlakukan
sebagian siswa seperti robot yang mau bergerak atau berbuat jika diperintah,
siswa tidak mempunyai inisiatif dan daya kreasi. Lebih parah dari itu, umumnya
mereka bersifat pasif dan acuh, bahkan sulit berkonsentrasi.
Sebenarnya tujuan kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII
siswa sudah dapat membaca dengan lancar, tetapi hanya sebatas membaca dalam
arti melambangkan tulisan. Jika menjawab pertanyaan isi bacaan, siswa melihat
kembali bacaan tersebut. Pada akhirnya siswa kesulitan menyusun kembali isi
bacaan dan tidak dapat menceritakan isi bacaan. Hal ini merupakan kebiasaan
membaca yang salah, bahkan siswa tidak dapat menjawab pertanyaan literal.
Mereka kesulitan menggunakan ide dan informasi eksplisit yang tertuang dalam
bacaan. Yang biasa digunakan hanyalah intuisi dan pengalaman pribadi yang
dimilikinya sebagai dasar untuk memecahkan persoalan. Siswa juga kesulitan
untuk memastikan dan menilai kualitas, ketelitian, kebergunaan atau
kebermanfaatan ide yang terdapat dalam bacaan (pemahaman evaluatif).
Hal itu mengakibatkan ketidakmampuan menerapkan kepekaan emosional dan estetika yang dimilikinya dalam
merespon bentuk gaya, struktur, serta tehnik pemaparan ide dalam wacana. Selain itu Guru sering melakukan kegiatan
belajar mengajar yang monoton. Siswa hanya diminta membaca dalam hati kemudian menjawab pertanyaan-
pertanyaan isi bacaan dengan posisi terbuka. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran
membaca sehingga kemampuan kognitf siswa kurang. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan
berbagai strategi yang dalamnya terdapat pendekatan, metode dan teknik secara spesifik. Guru harus pandai memilih
xxi
dan menggunakan metode mengajar yang dianggap tepat sesuai dengan tujuan, bahan dan keadaan siswa. Untuk
menghindari kejenuhan disarankan agar guru menggunakan metode yang beragam.
Persoalan di atas seharusnya menjadi tantangan bagi pengajar untuk
mengembangkan metode-metode baru dalam mengajar khususnya membaca.
Menurut Widyamartaya (1992:60) metode-metode membaca yang dapat dipilih
oleh guru dalam pembelajaran membaca secara intensif dan relational antara lain
metode SQ3R, Metode OK5R, Metode PQRST, dan Metode SUPER SIX RS.
Teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pengajaran membaca adalah tehnik
SQ3R, tehnik scramble, teknik membaca cepat, dan teknik irisan rumpang.
Namun kita juga dapat menggunakan metode metode SQ3R, Metode OK5R,
Metode PQRST, dan Metode SUPER SIX RS. Sebagai alternatif metode
pembelajaran membaca di sekolah. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah PQRST yang dipelopori oleh EL Thomas dan Ha Robinson dalam buku
mereka yang bejudul Improving Reading in Every Class. Metode PQRST ini
dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam membaca pemahaman
dan membantu siswa yang daya ingatanya kurang atau kurang memahami bacaan
yang dibacanya dengan langkah-langkah membaca. Dengan metode membaca ini
proses belajar mengajar, khususnya membaca pemahaman lebih variatif sehingga
dapat menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka Metode PQRST dalam
membaca teks bacaaan di Sekolah Menengah Pertama diangkat menjadi
permasalahan penelitian ini. Sehingga penulis ingin melakukan penelitian
mengenai Efektivitas Metode PQRST dalam Membaca Pemahaman Teks Bacaan
xxii
Mata pelajaran Bahasa Indonesia Pada Kelas VII SMP Negeri I Brangsong
Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Adakah perbedaan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan antara
kelompok belajar yang menggunakan metode PQRST dengan kelompok
yang tidak menggunakan metode PQRST dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia?
1.2.2 Seberapa besar efektivitas metode PQRST dalam membaca pemahaman
teks bacaan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar membaca
pemahaman teks bacaan dengan metode PQRST.dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan kelompok yang tidak menggunakan metode
PQRST.
1.3.2 Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas penggunaan metode PQRST
yang diberikan oleh guru dalam membaca pemahaman teks bacaan dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh manfaat atau
pentingnya penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
xxiii
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan Bahasa
Indonesia. Selain itu juga dapat memberi pemahaman psikologis terhadap guru-
guru dalam penggunaan metode membaca agar lebih bervariasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan berbagai sarana untuk menerapkan
pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah terhadap masalah nyata yang
dihadapi oleh dunia pendidikan.
1.4.2.2 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak
sekolah, yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memacu
belajar siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.
1.4.2.3 Bagi Fakultas
Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan serta
bahan perbandingan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian, khususnya
dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia.












xxiv
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Konsep Bahasa
2.1.1 Bahasa dan Berbahasa
Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal
yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah
proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu.
Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah kompleks manusia,
selain berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan
masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan
hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara
mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan
proses atau kegiatan mental (otak).
2.1.1.1 Hakikat Bahasa
Bahasa itu adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang
sekaligus bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Jadi, bahasa itu bukan
merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem.
Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, sama dengan sistem lambang lalu
lintas, atau sistem lambang lainnya. Bedanya, sistem lambang bahasa ini berupa
bunyi, bukan gambar atau tanda lain, dan bunyi itu adalah bunyi bahasa yang
dilahirkan oleh alat ucap manusia.
Setiap lambang bahasa, baik kata, frase, klausa, kalimat, maupun wacana
memiliki makna tertentu, yang bisa saja berubah pada satu waktu tertentu. Atau
mungkin juga tidak berubah sama sekali
2.1.1.2 Asal Usul Bahasa
xxv
Banyak teori telah dilontarkan para pakar mengenai asal-usul bahasa.
Beberapa diantaranya adalah :
1. F. B. Condillac (1975), seorang filsuf bangsa Perancis berpendapat bahwa
bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat
naluri yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Kemudian
teriakan-teriakan ini berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, dan yang
lama kelamaan semakin panjang dan rumit.
2. Von Sclegel (1975), seorang ahli filsafat bangsa Jerman, berpendapat bahwa
bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin bersumber dari satu
bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan tergantung pada faktor-faktor
yang mengatur tumbuhnya bahasa itu. Ada bahasa yang lahir dari onomatope
yaitu peniruan bunyi alam, ada juga yang lahir dari kesadaran manusia.
3. Brooks (1975), memperkenalkan satu teori mengenai asal-usul bahasa yang
sejalan dengan perkembangan psikolinguistik. Bahasa itu lahir pada waktu
yang sama dengan kelahiran manusia. Bahasa pada mulanya berbentuk bunyi-
bunyi tetap untuk menggantikan atau sebagai simbol bagi benda, hal, atau
kejadian tetap di sekitar yang dekat dengan bunyi-bunyi itu. Kemudian bunyi-
bunyi itu dipakai bersama oleh orang-orang di tempat itu. Sejak awal bahasa
itu pastilah merupakan satu kerangka atau struktur yang dibentuk oleh empat
unsur yaitu bunyi, keteraturan (order), bentuk, dan pilihan. Kemudian, karena
kelahiran bahasa bersamaan dengan kelahiran kebudayaan, maka melalui
kebudayaan ini segala hasil ciptaan kognisi seseorang dapat pula dimiliki oleh
orang lain, dan dapat pula diturunkan kepada generasi berikutnya.
xxvi
2.1.1.3 Fungsi Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan (Chaer, 1995).
Wardhaugh (1972), seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan bahwa fungsi
adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Namun, fungsi ini
sudah mencakup lima fungsi dasar yaitu fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi
eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainment. (Michel, 1967 : 51)
Kelima fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa alat untuk
melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan seorang penutur
kepada orang lain.
1. Fungsi ekspresi adalah penggunaan bahasa untuk pernyataan senang, benci,
kagum, marah, jengkel, sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahasa
meskipun tingkah laku, gerak-gerik, dan mimik juga berperan dalam
pengungkapan ekspresi batin itu.
2. Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat
kepada orang lain.
3. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal,
perkara, dan keadaan.
4. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau
mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu secara baik-baik.
5. Fungsi entertainment adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur,
menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.
xxvii
Karena bahasa ini digunakan manusia dalam segala tindak kehidupan,
sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam, maka fungsi-
fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya tindak dan
perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan. Oleh karena itu, dalam
pelbagai kepustakaan kita mungkin akan menemukan rincian fungsi-fungsi bahasa
yang berbeda dan beragam (Chaer, 1995 : Nasaban, 1984)
2.1.1.4 Struktur Bahasa
Dalam setiap analisis bahasa ada dua buah konsep yang perlu dipahami,
yaitu struktur dan sistem. Struktur menyangkut masalah hubungan antara unsur-
unsur di dalam satuan ujaran, misalnya antara fonem dengan fonem di dalam kata,
antara kata dengan kata di dalam frase, atau juga antara frase dengan frase di
dalam kalimat. Sedangkan sistem berkenaan dengan hubungan antara unsur-unsur
bahasa pada satuan-satuan ujaran yang lain.
Struktur itu sama dengan tata bahasa. Sedangkan tata bahasa itu sendiri
tidak lain dari pada pengetahuan penutur suatu bahasa mengenai bahasanya,
yang lazim disebut dengan istilah kompetensi. Kemudian kompetensi ini akan
dimanfaatkan dalam pelaksanaan bahasa (performansi), yaitu berupa bertutur atau
pemahaman akan tuturan. Lalu, di dalam pelaksanaan bahasa itu linguistik
generatif transformatif menyodorkan adanya konsep struktur dalam (deep
sructure) dan adanya struktur luar (surface structure).
Kompetensi yang merupakan pengetahuan seseorang akan bahasanya,
memungkinkan dia dapat melakukan performansi atau pelaksanaan bahasa itu
yang berupa memahami kalimat-kalimat yang didengar dan melahirkan kalimat-
xxviii
kalimat dari bahasanya. Kompetensi berupa pengetahuan seseorang akan tata
bahasanya dinuranikan oleh orang sejalan dengan proses pemerolehan bahasa.
Yang dinuranikan itu tidak lain dari rumus-rumus atau kaidah-kaidah yang
jumlahnya terbatas, yang digunakan untuk membangkitkan kalimat-kalimat dalam
bahasa itu yang jumlahnya tidak terbatas. Ini berarti setiap kalimat yang bisa
dibangkitkan pasti bisa dimasukkan dalam salah satu rumus atau kaidah itu.
Andaikata ada kalimat yang aneh atau tidak bisa dimasukkan ke dalam salah satu
rumus yang ada, maka berarti tata bahasa itu secara empiris tidak memadai.
Yang dimaksud dengan struktur dalam adalah struktur kalimat itu secara
abstrak yang berada di dalam otak penutur sebelum kalimat itu diucapkan.
Sedangkan struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan yang dapat
kita dengar. Jadi bersifat konkret. Menurut teori ini, di dalam otak kita terdapat
satu peringkat representasi yang abstrak untuk kalimat yang kita lahirkan.
Representasi struktur dalam yang abtrak ini dihubungkan oleh rumus-rumus
transformasi dengan representasi struktur luar, yaitu kalimat-kalimat yang kita
dengar atau kita lahirkan.
2.1.2 Hubungan Berbahasa, Berpikir dan Berbudaya
Menurut Abdul Chaer, (Psikolinguistik; 2002) Berbahasa adalah
penyampaian pikiran atau perasaaan dari orang yang berbicara mengenai masalah
yang dihadapi dalam kehidupan budayanya. Jadi, kita lihat berbahasa, berpikir,
dan berbudaya adalah tiga hal atau tiga kegiatan yang saling berkaitan dalam
kehidupan manusia.
2.1.2.1 Teori Wilhelm Von Humboldt
xxix
Wilhelm Von Humboldt (1767 1835), sarjana abad ke 19, menekankan
adanya ketergantungan pemikiran manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan
hidup dan budaya suatu masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri.
Anggota-anggota masyarakat itu tidak dapat menyimpang lagi dari garis-garis
yang telah ditentukan oleh bahasanya itu. Kalau salah seorang dari anggota
masyarakat ini ingin mengubah pandangan hidupnya, maka dia harus mempelajari
dulu satu bahasa lain. Maka dengan demikian dia akan menganut cara berpikir dan
juga berbudaya masyarakat bahasa lain itu.
Mengenai bahasa itu sendiri Von Humboldt berpendapat bahwa substansi
bahasa itu terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berupa bunyi-bunyi dan bagian
lainnya berupa pikiran-pikiran yang belum terbentuk. Bunyi-bunyi dibentuk oleh
bunyi (lautorm) dan pikiran-pikiran dibentuk oleh pikiran (ideenform) atau
innereform. Jadi, bahasa menurut Von Humboldt merupakan sintense dari bunyi.
Dari keterangan itu bisa disimpulkan bahwa bunyi bahasa merupakan
bentuk luar, sedangkan pikiran adalah bentuk dalam. Bentuk luar bahasa itulah
yang kita dengar, sedangkan bentuk dalam bahasa berada di dalam otak. Kedua
bentuk inilah yang membelenggu manusia, dan menentukan cara berpikirnya.
Dengan kata lain bahwa struktur suatu bahasa menyatakan kehidupan dalam (otak,
pemikiran) penutur bahasa itu. Manusia hidup dengan dunia seluruhnya
sebagaimana bahasa menyuguhkannya atau memberikannya.
2.1.2.2 Teori Jean Piaget
xxx
Piaget (1962), sarjana Perancis berpendapat justru pikiranlah yang
membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Pikiranlah yang
menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya.
Piaget mengembangkan teori pertumbuhan kognisi. Menyatakan jika
seorang kanak-kanak dapat menggolong-golongkan sekumpulan benda-benda
dengan cara-cara yang berlainan sebelum kanak-kanak itu dapat menggolong-
golongkan benda-benda tersebut dengan menggunakan kata-kata yang serupa
dengan benda-benda tersebut, maka perkembangan kognisi dapat diterangkan
telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.
Menurut teori pertumbuhan kognisi, seorang kanak-kanak mempelajari
segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan
kemudian baru melalui bahasa. Tindak-tanduk atau perilaku kanak-kanak itu
merupakan manipulasi dunia pada satu waktu dan tempat tertentu dan bahasa
hanyalah satu alat yang memberikan kepada kanak-kanak itu satu kemampuan
untuk beranjak lebih jauh dari waktu dan tempat tertentu itu. Namun, jelas
gambaran benda-benda dan keadaan-keadaan dunia dan manipulasinya dalam otak
kanak-kanak tidak memerlukan bahasa.
Piaget mengemukakan dua hal penting mengenai hubungan bahasa dengan
kegiatan-kegiatan intelek (pikiran), sebagai berikut :
1. Sumber kegiatan intelek tidak terdapat dalam bahasa, tetapi dalam periode
sensomotorik, yaitu satu sistem skema, dikembangkan secara penuh dan
membuat lebih dahulu gambaran-gambaran dari aspek-aspek struktur
golongan-golongan dan hubungan-hubungan benda-benda (sebelum
xxxi
mendahului gambaran-gambaran lain) dan bentuk-bentuk dasar penyimpanan
dan operasi pemakain kembali.
2. Pembentukan pikiran yang tepat dikemukakan dan berbentuk terjadi pada
waktu yang bersamaan dengan pemerolehan bahasa. Keduanya memiliki suatu
proses yang lebih umum, yaitu konstitusi fungsi lambang pada umumnya.
Fungsi lambang ini mempunyai beberapa aspek. Awal terjadinya fungsi
lambang ini ditandai oleh bermacam-macam perilaku yang terjadi serentak
dalam perkembangannya. Ucapan-ucapan bahasa pertama yang keluar sangat
erat hubungannya dan terjadi serentak dengan permainan lambang, peniruan,
dan bayangan-bayangan mental.
3. Piaget menegaskan bahwa intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi atau
perilaku yang telah dinuranikan dan dalam kegiatan-kegiatan sensomotorik
termasuk juga perilaku bahasa.. yang perlu diingat adalah bahwa dalam jangka
waktu sensomotor ini kekekalan benda merupakan pemerolehan umum.



2.1.2.3 Teori Eric Lenneberg
Berkenaan dengan masalah hubungan maslah hubungan bahasa dan
berfikir, Eric mengajukan teori mengajukan teori yang disebut Teori
Kemampuan Bahasa Khusus (Lenneberg, 1964)
Menurut Lenneberg , banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia
menerima warisan biologi asli berupa kemampuan berkomunikasi dengan
xxxii
menggunakan bahasa yang khusus untuk manusia dan yang tidak ada
hubungannya dengan kecerdasan dan pemikiran. Kanak-kanak, menurut
Lenneberg telah mempunyai biologi untuk berbahasa pada waktu mereka
masih berada pada tingkat kemampuan berpikir yang rendah, dan kemampuan
bercakap dan memahami kalimat mempunyai korelasi yang rendah dengan IQ
manusia.
Bukti bahwa manusia telah dipersiapkan secara biologis untuk
berbahasa menurut Lenneberg adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian
anatomi dan fonologi manusia, seperti bagian-bagian otak tertentu (bagian
konteks tertentu) yang mendasari bahasa.
b. Jadwal perkembangan bahasa yang sama berlaku bagi semua kanak-kanak
normal. Semua kanak-kanak bisa dikatakan mengikuti strategi dan waktu
pemerolehan bahasa yang sama, yaitu lebih dahulu menguasai prinsip-
prinsip pembagian dan pola persepsi.
c. Perkembangan bahasa tidak dapat dihambat meskipun pada kanak-kanak
yang mempunyai cacat tertentu seperti buta, tuli, atau memiliki orang tua
pekak sejak lahir. Namun, bahasa kanak-kanak ini tetap berkembang
dengan hanya sedikit keterlambatan.
d. Bahasa tidak dapat diajarkan pada makhluk lain. Hingga saat ini belum
pernah ada makhluk lain yang mampu menguasai bahasa, sekalipun telah
diajar dengan cara-cara yang luar biasa.
xxxiii
Lenneberg dalam Teori Kemampuan Bahasa Khusus telah
menyimpulkan banyak bukti yang menyatakan bahwa upaya manusia untuk
berbahasa didasari oleh biologi yang khusus untuk manusia dan bersumber
pada genetik tersendiri secara asal. Namun, dalam bukunya yang ditulis
kemudian (1967), beliau mulai cenderung beranggapan bahwa bahasa
dihasilkan oleh upaya kognitif, bukan linguistik yang lebih luas, sehingga
menyerupai pandangan Piaget.
2.1.2.4 Teori Bruner
Dalam masalah hubungan bahasa dan berfikir,) memperkenalkan teori
yang disebutnya Teori Instrumentalisme. Menurut teori ini bahasa adalah alat
pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu
(Bruner, 1965). Dengan kata lain, bahasa dapat membantu pemikiran manusia
supaya dapat berpikir lebih sistemis. Bahasa dan pemikiran berkembang dari
sumber yang sama. Oleh karena itu, keduanya mempunyai bentuk yang sangat
serupa, maka keduanya dapat saling membantu. Selanjutnya, bahasa dan pikiran
adalah alat untuk berlakunya aksi. Menurut teori ini bahasa sebagai alat pemikiran
harus berhubungan langsung dengan perilaku aksi, dan dengan struktur perilaku
ini pada peringkat permulaan. Lalu, pada peringkat selanjutnya bahasa ini harus
berkembang ke arah suatu bentuk yang melibatkan keeksplisitan yang besar dan
ketidaktergantungan pada konteks, sehingga pikiran-pikiran atau kalimat-kalimat
dapat ditafsirkan atau dipahami tanpa pengetahuan situasi sewaktu kalimat itu
diucapkan, atau tanpa mengetahui situasi yang mendasari maksud atau tujuan
penutur. Dengan bahasa sebagai alat kita dapat merencanakan sesuatu aksi jauh
xxxiv
sebelum aksi itu terjadi. Dengan cara yang sama pikiran juga berfungsi sebagai
alat untuk membantu terjadinya suatu aksi karena pikiran dapat membantu peta-
peta kognitif mengarah pada bahasa, dan pikiran muncul bersama-sama untuk
mengatur aksi manusia. Selanjutnya keduanya saling membantu. Dalam hal ini
pikiran memakai elemen hubungan-hubungan yang dapat digabungkan untuk
membimbing aksi yang sebenarnya sedangkan bahasa menyediakan representasi
prosedur-prosedur untuk melaksanakan aksi itu.

2.2 Konsep Membaca
2.2.1 Hakekat Membaca
Hodgson (dalam Tarigan, 1986) memberikan definisi membaca suatu
prose yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan
akan terlibat dalam pandangan sekilas dan agar kata-kata secara individual akan
dapat diketahui. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat maupun
yang tersirat tidak akan dipahami dan proses membaca tidak terlaksana dengan
baik.
Membaca adalah proses melisankan lambang yang tertulis. Dari sudut
linguistik membaca adalah proses penyandian dan pembacaan sandi. Membaca
adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengenal lambang yang
disampaikan penulis untuk menyampaikan makna. Pendapat lain membaca
merupakan metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi atau
xxxv
mengkomunikasikan makna yang terkandung pada lambang-lambang (Tarigan,
1989:18).
Menurut Endang (dalam Tarigan 1989:133) adalah aktivitas pencarian
informasi melalui lambang-lambang tertulis. Membaca adalah suatu proses
bernalar (Reading is reasioning). Dengan membaca kita mencoba mendapatkan
informasi hingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu
sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan,
memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan hidup, dan
mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup
manusia.

2.2.2 Aspek-Aspek Membaca
Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu aspek
yang bersifat mekanis dan aspek yang bersifat pemahaman.
2.1 Ketrampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap
berada pada urutan lebih rendah (lower order).
Aspek ini mencakupi:
1) pengenalan bentuk huruf
2) pengenalan unsure-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, pola klauosa,
kalimat, dan lain-lain)
3) pengenalan hubungan/koresponden pola ejaan dan bunyi (kemampuan
menyuarakan bahan tertulis)
4) kecepatan membaca bersifat lambat.
xxxvi
2.2 Ketrampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat
diungkapkan berada pada urutan yang lebih tiggi (higher order). Aspek ini
mencakupi:
1) Memahami pengertian-pengertian sederhana, yang meliputi:
(1). Kemampuan memahami kata-kata atau istilah yang terdapat dalam suatu
bacaan.
(2). Kemampuan memahami pola-pola kalimat, bentuk kata, serta susunan kalimat
panjang yang sering dijumpai dalam tulisan resmi.
(3). Kemampuan menafsirkan lambang-lambang atau tanda-tanda tulisan yang
terdapat dalam bacaan.
2) Memahami signifikan atau makna, yang mencangkupi:
(1). Kemampuan memahami ide-ide pokok yang dikemukakan oleh pengarang
(2). Kemampuan mengaplikasikan isi karangan dengan kebudayaan yang ada.
(3). Dapat menyusuaikan kecepatan membaca dengan tujuan yang hendak dicapai
(kholid dalam tarigan, 1989:42).
(4). Dapat mengevaluasi isi dan bentuk suatu karangan.
(5). Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan yang hendak dicapai.
Munby (dalam Nababan, 1993:165) berpendapat bahwa membaca itu
melibatkan ketrampilan sebagai berikut:
1. mengenal ortografi suatu teks,
2. mengambil simpulan mengenai makna kata-kata dan menggunakan butir-butir
leksis (kosakata) yang belum dikenal.
3. Memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara eksplisit,
xxxvii
4. Memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara implisit,
5. Memahami fungsi-fungsi komunikatif kalimat-kalimat dalam bacaan itu,
6. Memahami kaitan-kaitan unsur-unsur dalam kalimat (intrakalimat),
7. Memahami kaitan-kaitan antara bagian-bagian suatu teks melalui strategi
kohesi leksis,
8. Mengenal butir-butir indicator dalam wacana,
9. Mengidentifikasi butir-butir yang penting atau informasi yang paling
menonjol dalam teks,
10. Membedakan ide pokok dari ide-ide penunjang,
11. Mencarikan butir-butir yang penting untuk dirangkum,
12. Memilih butir-butir yang relevan dari teks,
13. Meningkatkan ketrampilan untuk merujuk pada konsep lain yang mendasar,
14. Mencari pokok landasan dari teks (Scimming)
15. Mencari informasi khusus dari teks (scanning).
16. Mengalihkan informasi dari suatu teks menjadi diagram, skets, skema, dsb
(trancoding)
17. Mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain, dengan tempat-tempat
kosong setiap kata ke sekian (close presedur)
18. Mengintrepetasiakan teks dengan memandang isi atau pesan dari luar teks.

2.2.3 Tujuan Membaca
xxxviii
Umumnya orang membaca itu bertujuan untuk mengerti atau memahami
isi atau pesan yang terdapat pada teks seefisien mungkin. Tujuan membaca
pemahaman dipaparkan oleh Tarigan (1993:37) sebagai berikut:
1) menemukan ide pokok,
2) Memilih butir-butir penting,
3) Mengikuti petunjuk-petunjuk,
4) Menentukan organisasi bahan bacaan,
5) Menemukan citra visual dan citra lainya,
6) Menemukan citra visual dan citra lainnya
7) Menarik simpulan,
8) Menduga makna dan merangkaikan dampaknya,
9) Menyusun rangkuman,
10) Membedakan fakta dari pendapat.
Menurut Nababan (1993:164-165) tujuan membaca ialah:
1) Untuk mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandung dalam satu bacaan
seefisien mungkin, dan
2) Morrow (dalam Tarigan, 1993:89-104) mengatakan bahwa tujuan membaca
ialah untuk mencari informasi yang :
(1). Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah
keilmiahanya sendiri:
(2). Referensional dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk
mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini, dan
xxxix
(3). Afektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari
kenikmatan makna bacaan.
Tujuan aktivitas membaca, menurut River ( dalam Akhmadi, 1984:13)
sejak permulaan belajar, menunjukkan bahwa pembaca:
1) Menginginkan informasi untuk tujuan-tujuan tertentu, atau karena ingin tahu
tentang beberapa topik,
2) Memerlukan instruksi untuk dapat melaksanakan beberapa tugas dalam
pekerjaan atau hidup shari-hari,
3) Ingin melaksanakan beberapa aktivitas yang menyenangkan, seperti: ingin
bermain drama, atau permainan baru yang lain.
4) Ingin akrab dengan teman dengan berkorespondensi,
5) Ingin tahu di mana dan kapan sesuatu terjadi,
6) Ingin mencari atau menemukan kesenangan dan menikmati (membaca karya
sastra)


Berikut ini implikasi tujuan membaca yang dikemukakan oleh Fowler
(dalam Akhmadi, 1984:14):
1) Suatu program pengajaran membaca yang bertujuan untuk: (1) menambah
kecepatan dan memperbaiki pemahaman; (2) mengajar siswa bagaimana
menghadaptasi pendekatan membaca terhadap berbagai variasi bahan bacaan;
(3) memperbaiki pembacaan bagi semua ketrampilan berbahasa.
xl
2) Suatu latihan membaca untuk dapat mengapresiasikan dan memperoleh
kesenangan estik dari prosa atau puisi (karya sastra)
3) Program individual yang ditujukan untuk mendorong siswa agar membaca
sebanyak-banyaknya dan memungkinkan siswa itu dapt mengembangkan diri
menjadi pembaca yang teliti sepanjamg hayatnya.
Membaca sebagai ketrampilan berbahasa yang menjadi salah satu aspek
pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SLTP. Sebagai konsekwensinya,
ketrampilan membaca terdapat dalam kurikulum SLTP bidang studi Bahasa
Indonesia. Tujuan pembelajaran membaca yang tercantum dalam Garis-Garis
Besar Progaram Pembelajaran Bahasa Indonesi SLTP seperti berikut:
Kelas VII
1) siswa memeroleh informasi berupa pengetahuan, gagasan, pendapat,
permasalahan, pesan, ungkapan perasan, pengalaman atau peristiwa secara
lisan atau tulisan.
2) siswa memahami isi wacana secara garis besar dan memberikan
tanggapandalam berbagai bentuk.
3) siswa mampu menangkap pesan, gagasan, pengalaman, pendapat yang tersurat
dan tersirat secara cepat dan tepat.
4) siswa mampu meninkmati karya dan menafsirkan maknanya.
Dari deskripsi tentang tujuan pembelajaran membaca pada GBPP Bahasa
Indonesia kurikulum 1994 itu dapatlah disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
membaca di SLTP adalah agar siswa mampu mencari serta memperoleh
informasi, yang mencakupi isi dan memahami makna bacaan.
2.2.4 Prinsip Pembelajaran Membaca
xli
Menurut Tarigan ( 1998:27) pembelajaran membaca pada jenjang sekolah
menengah pertama dan sekolah umum menurut tingkat pemahaman yang lebih
tinggi. Untuk mengukur tinggkat pemahaman yang lebih tinggi menurut jenjang
pendidikan diperlukan pilihan teknik dan kegiatan membaca disamping perhatian
pada materi dan isi bacaan disamping perhatian pada materi dan isi bacaan.
Bacaan harus menarik dan bermanfaat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip
membaca berikut ini.
1) Membaca bukanlah hanya mengenal huruf dan membunyikanya, pembelajaran
bahasa harus meyampaikan pengenalan huruf dan bunyi.
2) Membaca dan menguasai bahasa terjadi serentak. Seseorang tidak dapat
dikatakan mempunyai ketrampilan membaca jika ia tidak menguasai bahasa.
3) Membaca dan berfikir terjadi serempak. Orang tidak dapat membaca tanpa
mempergunakan pikiran dan perasan.
4) Membaca menghubungkan lambang tulis dengan ide dan rujukan yang ada di
pemahaman.
5) Membaca berarti memahami. Ini berarti pembelajarn membaca bermuara pada
pemahaman.
2.2.5 Alternatif Pembelajaran Membaca
Berdasarkan prinsip alternatif pembelajaran membaca perlu
dipertimbangkan alternatif pembelajaran membaca berikut ini.
1) Membaca nyaring/teknis
2) Membaca pemahaman/diam/dalam hati
3) Membaca kritis/evaluatif
xlii
4) Membaca cepat (ukuran)
5) Membaca sekilas (mencari sesuatu yang dibutuhkan)
6) Membaca petunjuk kerja
7) Memebaca indeks
8) Membaca indah
9) Memebaca apresiasi
10) Membaca untuk kesenangan
11) Membaca untuk orang lain
12) Membaca pidato, laporan
13) Membaca dongeng
14) Membaca drama (drama radio)
15) Meringkas kembali
16) Membaca isi
17) Menceritakan kembali misi bacaan
18) Mengajukan pertanyaan berdasarkan teks bacaan
19) Mendiskusikan tentang bacaan
20) Mendramakan bacaan
21) Mempraktikan apa yang dibaca
22) Membaca kata dan petunjuk jalan
23) Membaca resep dokter
24) Membaca etiket pada kemasanya
25) Menyadur hasil bacaan dan menerapkan dalam konteks yang lain
26) Membuat kesimpulan dan implikasi dari bacaan
xliii
27) Menentukan keterpaduan, keruntutan, dan kebenaran isi bacaan.
Alternarif pembelajaran bahasa yang dipilih dalam penelitian ini adalah
membaca pemahaman/diam/dalam hati.

2.3 Konsep Metode PQRST
2.3.1 Metode PQRST
Pembelajaran membaca tidak dapat berlangsung tanpa metode. Metode itu
berupa Prosedur atau tata cara yang hendaknya diikuti dalam rangka mencapai
tujuan penbelajaran. Safari (1997:29) menyatakan bahwa metode itu cara untuk
mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara
menyeluruh (dari awal sampai akhir) dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Metode ini bersifat prosedural, artinya menggambarkan prosedur bagaimana
mencapai tujuan pembelajaran.
Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengajarkan ketrampilan membaca kepada siswa SLTP. Diantara metode-metode
pembelajaran membaca itu antara lain metode SQ3R, SQ4R, POINT, OK3R,
PQRST, RSVP, EARTH, OARWET, PANORAMA. Metode membaca dengan
teknik scrembel, dengan teknik membaca cepat, dan metode membaca dengan
teknik isian rumpang (Budinuryanto, 1997:11-12)
2.3.2 Hakikat Metode PQRS
Metode PQRST adalah salah satu metode membaca yang mirip atau bahkan
sama dengan metode SQ3R (Widyamartaya, 1992:63). PQRST merupakan
singkatan dari inti kegiatan preview, question, read, summerize, test. PQRST
sebenarnya merupakan suatu metode atau strategi membaca buku yang terutama
xliv
ditujukan untuk kepentingan studi, namun peneliti dapat meminjam konsep-
konsep dan langkah-langkah dari metode ini untuk kepentingan pengajaran
membaca di sekolah terutama untuk siswa-siswa yang sudah tergolong pembaca
tingkat lanjut (Budinuryanto, 1997: 11-14).
Metode PQRST di dalam penelitian ini adalah metode membaca teks bacaan
yang terdiri dari lima kegiatan previw, question, read, summerize, dan test serta
beberapa kegiatan tambahan terdiri atas membahas pertanyaan, membahas
jawaban, menentukan kalimat utama, kalimat penjelas, ide pokok dan ide
penjelas.
2.3.3 Prosedur Metode PQRST
Di bawah ini dijabarkan tiap-tiap kegiatan tersebut.
Langkah 1 adalah P-preview yang sama dengan penjajagan atau tinjauan
pendahuluan. Dalam langkah pertama dilakukan memeriksa halaman-halaman bab
yang akan dipelajari. Judul-judul paragraph atau bagiannya, gambar-gambarnya,
grafik-grafiknya, diagramnya, peta-petanya (kalu ada), dibaca pertanyaan atau
rangka
man pada akhir bab (kalau ada). Tujuannya untuk memperoleh kesan atau
gagasan umum tentang isinya. Penyelidikan ini dilakukan dengan membaca
selintas (skimming).
Langkah ke 2 adalah Q-Question atau menanyakan. Dalam langkah kedua
ini diajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca seluruh bab. Pertanyaan-
pertaayaan didasarkan pada bahan yang sudah dibaca selintas tadi, misalnya
dengan mengubah judul-judul paragraph menjadi bentuk pertanyaan lengkap
dengan pertanyan (cukup dalam pikiran saja). Pertanyaan-pertanyaan itu akan
xlv
membangkitkan keingintahuan akan membantu untuk membaca dengan tujuan
mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan), dan akhirnya akan
meningkatkan pemahaman dan mempercepat pnguasaan seluruh isi bab.
Langkah 3 adalah R-Read atau membaca. Dalam langkah ketiga ini
dilaksanakan kegiatan membaca untuk mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang sudah disusun.
Langkah 4 adalah S-Summerize atau meringkas. Dalam langkah keempat
ini disusun catatan dan membuat ringkasan ide-ide pokok artikel atau bab
tersebut. Ringkasan ini dapat berupa tulisan atau garis besar (outline).
Langkah 5 adalah T-Test sama atau mirip dengan priview atau mengulang
dalam langkah kelima diulang lagi dan diingat-ingat kembali seluruh isi ringkasan
dan penting dari seluruh bab tersebut, diusahakan untuk memperoleh penguasaan
bulat meyeluruh, dan kokoh atas bahan.
1) Tujuan PQRST
Tujuan utama membaca dengan metode PQRST adalah sebagai berikut:
(1). Membekali siswa untuk mengunakan pendekatan yang sistematis dalam
membaca.
(2). Meningkatkan pembelajaran membaca secar mantap dan efisien untuk
berbagai materi bacaan sehingga hasikaya meningkat.
2) Manfaat PQRST
Manfaat PQRST bagi para siswa adalah sebagai berikut:
(1). Siswa mendapat bekal metode belajar yang sistematis, efektif, dan efisien.
(2). Siswa menjadi fleksibel dalam mengatur kecepatan membaca.
xlvi
(3). Dalam membaca di luar pembelajaran, siswa dapat menentukan materi yang
sesuai dengan keperluannya atau tidak.
3) Model Pembelajaran PQRST.
Model pembelajaran PQRST dilakukan dengan langkah-langkah berikut
ini.
(1). Siswa menerima bacaan dengan posisi bacaan tertutup.
(2). Siswa melaksanakan penjajagan dengan membaca sekilas bacaan.
(3). Siswa menyusun pertanyaan.
(4). Siswa membahas pertanyaan.
(5). Siswa membaca teliti untuk mendapatakan jawaban atas pertanyaan yang
tersaji.
(6). Siswa menjawab pertanyaan yang telah disusun.
(7). Siswa menceritakan isi bacaan.
(8). Siswa meninjau kembali bacaan.
Dari uraian di atas ketrampilan yang diharapkan melalui kegiatan
pembelajaran membaca dengan metode PQRST di dalam penelitian ini antara lain
seperti berikut :
1) Siswa dapat menjawab petanyaan literal.
2) Siswa dapat menjawab pertanyaan infoerensial.
3) Siswa dapat menentukan ide pokok.
4) Siswa dapat menentukan ide penjelas.
5) Siswa dapat menentukan kalimat utama paragraph.
6) Siswa dapat menentukan kalimat penjelas paragraph.
7) Siswa dapat menyimpulkan isi bacaan.
xlvii

2.4 HIPOTESIS
Ho (hipotesis nihil) : tidak ada pengaruh metode belajar PQRST terhadap
hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP N 1 Brongsong.
Ha ( hipotesis alternatif) : ada pengaruh metode PQRST terhadap hasil
belajar siswa SMP N 1 Brongsong.
Oleh karena itu dalam penelitian ini hipotesis penelitian (Ha) yang
berbunyi Siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan metode
membaca PQRST hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang menempuh
proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional
harus diubah terlebih dahulu ke dalam hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi Siswa
yang menempuh proses belajar mengajar dengan metode membaca PQRST hasil
belajarnya tidak berbeda dari siswa yang menempuh proses belajar mengajar
dengan model pembelajaran konvensional.



















xlviii
BAB III
METODE PENELITIAN

Suatu penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan usaha untuk
menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan.
Dalam usaha untuk menemukan dan menguji kebenaran tersebut dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan. Dalam suatu penelitian ilmiah selalu berdasarkan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ilmiah juga
merupakan penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis tentang
fenomena-fenomena alami dengan dipandu oleh teori-teori dan hipotesis-hipotesis
tentang hubungan yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena itu.
Wody (1927) sebagaimana dikutip oleh Nazir (1999:14) mengartikan
bahwa penelitian merupakan sebuah metode critical thinking. Penelitian meliputi
pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis
atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya
mengadakan penyajian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan
apakah ia cocok dengan hipotesis. Metode penelitian juga sering disebut sebagai
cara-cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan
prosedur yang reliabel dan terpercaya.
Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah
ilmu pengetahuan yang membicarakan mengenai cara-cara melaksanakan
penelitian yang berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah.
Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang terorganisir terhadap suatu
pengetahuan baru. Agar suatu penelitian memperoleh hasil yang sesuai dengan
xlix
tujuan penelitian, maka peneliti memandang perlu menjelaskan langkah-langkah
operasional penelitian dan uraian-uraian aspek-aspek yang berkaitan dengan
pengukuran variabel yang akan dibahas dalam metode penelitian ini. Adapun
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
3.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi
terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Sedangkan penelitian eksperimen
dilakukan peneliti dengan tujuan untuk mengetes, mengecek atau membuktikan
suatu hipotesis, ada tidaknya pengaruh metode membaca dari suatu treatment
atau perlakuan.
Dalam penelitian ini, manipulasi atau pelakuan yang diberikan adalah
pembelajaran dengan metode PQRST kepada kelompok eksperimen. Selain
terdapat kelompok eksperimen, dalam penelitian ini juga terdapat kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan oleh peneliti.
Jadi peneliti melakukan penelitian dengan cara memberikan perlakuan
yaitu pembelajaran dengan metode PQRST kepada kelompok eksperimen yang
nantinya dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk membuktikan kebenaran
dari hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu Efektifitas Metode PQRST Dalam
Membaca Pemahaman Teks Bacaan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di
SMP negeri 1 Brangsong Kendal Semester 1 Tahun Ajaran 2004/2005.
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.2.1 Populasi
Dalam penelitan ini populasi yang diambil adalah siswa 7 yang berjumlah 7 kelas yang berada di SMP Negeri 1
Brangsong kendal.
l
3.2.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random
sampling. Teknik random sampling dipakai karena teknik ini lebih teliti dan untuk
menghindari siswa tidak masuk agar tidak terjadi bias dalam sampel penelitian.
Teknik random sampling diambil sampel pada populasi secara acak. Hal ini
dilakukan karena kondisi populasi dalam penelitian terdiri dari kelas-kelas yang
relatif sama. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengambil 2 kelas dari 7 kelas anggota populasi, kemudian dilakukan pengundian
lagi untuk mendapatkan kelas mana sebagai kelompok eksperimen, kelopok
kontrol maupun sebagai uji coba instrumen. Berdasarkan hasil pengundian,
ternyata diperoleh kelas 7-E sebagai kelompok eksperimen, kelas 7-A sebagai
kelompok kontrol dan kelas 7-C sebagai kelas uji coba instrumen.

3.3 Variabel Penelitian
Dengan mengetahui variabel penelitian, maka peneliti akan mudah
mengumpulkan data yang diperlukan dalam rangka untuk mencapai tujuan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen dimana Independen Variabel atau variabel
bebas yang akan diukur pengaruhnya atau variabel yang mempengaruhi variabel
lainnya. Dalam hal ini yang berfungsi sebagai variabel bebas adalah
pembelajaran dengan menggunakan metode PQRST. Sedangakan Dependen
Variabel atau variabel terikat yang keberadaannya tergantung pada variabel
lainnya (variabel bebas). Dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai variabel
terikat adalah prestasi belajar membaca pemahaman siswa.
li

3.4 Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan true experimental desaign (eksperimen sebenarnya) dengan
menggunakan jenis Two Groups Random Pre Pest and Post Test, modelnya
sebagai berikut :
E O
1
X O
2
R
K O
2
O
2
Keterangan :
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok kontrol
O
1
dan O
3
: pre test
O
2
dan O
4
: post test
X : Eksperimen atau perlakuan
R : Random assignment
Dimana sebelum eksperimen ini dimulai untuk kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol diberikan pre test. Kemudian untuk kelompok
eksperimen diberikan perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok dan untuk
kelompok kontrol tidak dikenai perlakuan, selanjutnya diakhiri dengan post test.

3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.5.1 Metode dokumentasi
lii
Metode dokumentasi yang diproleh dari barang-barang tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian
dan lain-lain (Arikunto, 1998). Hal ini digunakan untuk mendapatkan informasi
mengenai daftar nama siswa, jumlah siswa yang menjadi anggota populasi serta
informasi lain yang mungkin diperlukan dalam penilitian.
3.5.2 Metode Tes
Tes diberikan sesudah perlakuan pada sampel. Pengambilan data melalui
metode tes ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang diperoleh
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk tesnya adalah tes obyektif
berbentuk essai.
3.5.3 Metode Observasi
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data
penelitian yang ada, dalam penelitian ini, hal-hal yang diobservasi adalah aktivitas
dan keaktivan siswa saat pembelajaran berlangsung.
3.6 Uji Coba Instrumen
Sebelum dilakukan untuk alat pengumpul data, instrumen penelitian
tersebut terlebih dahulu perlu diketahui keandalannya. Uji instrumen penelitian
dalam penelitian ini tediri dari uji validitas, reliabititas, daya beda dan tingkat
kesukaran.
Validitas
Dalam hal ini untuk mengetahui validitas pada soal essei rumus yang
digunakan sama yaitu korelasi product moment. Rumus yang digunakan adalah :
r
xy
=
( )( )
( ) { } ( ) { }
2
2
2
2




y y N x x N
y x y x N

liii
Keterangan :
r
xy
= koefisien korelasi
N = jumlah siswa

x = jumlah skor item

y = jumlah skor total


y x

= jumlah perkalian antara skor item dengan skor total


2

x = jumlah kuadrat skor item


2
y

= jumlah kuadrat skor total


(Suharsimi Arikunto,1999:78)
Selanjutnya nilai rxy yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel product moment. Faktor atau aspek
yang diamati dikatakan valid apabila mempunyai korelasi lebih besar atau sama dengan nilai r prosuct moment.
Berdasarkan hasil ujicoba terhadap 5 instrumen yang digunakan dalam penlitian ini kepada 30 siswa
seluruhnya valid karena memiliki harga rxy > rrabel = 0,361 untuk = 5% dengan N = 30. Perhitungan selengkapnya
pada lampiran.
Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (1997: 154) menyatakan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat reliabel
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel
artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Selain itu untuk menghitung reliabilitas pada soal essei digunakan rumus alpha:
1
1 k
k
r
2
2
11

=
t
b



Keterangan:
k : banyaknya item soal

b
2

: jumlah varians butir

t
2

: varians total
liv
Kemudian harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel product moment. Apabila rhitung > rtabel dengan
taraf signifikan 5% maka instrumen dinyatakan reliabel. (Suharsimi Arikunto, 1997:164)
Berdasarkan hasil analisis ujicoba instrumen diperoleh r11 untuk isntrumen I sebesar 0,883, instrumen II sebesar 0,923,
instrumen III sebesar 0,891, instrumen IV sebesar 0,921 dan instrumen V sebesar 0,893. Karena r11 dari kelima
instrumen tersebut lebih besar dari rtabel = 0,361 maka instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk
pengambilan data penelitian.
3.6.1 Tingkat Kesukaran
Dalam memberikan soal penelitian guna mengetahui tingkat kesukaran soal berkaitan dengan kemampuan soal tersebut
menjaring banyaknya peserta tes dengan benar. Artinya jika siswa yang menjawab soal dengan benar adalah banyak,
maka dikatakan soal itu mudah. Sebaliknya jika siswa yang menjawab soal dengan benar adalah sedikit, maka soal itu
dikatakan sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal essai digunakan rumus sebagi berikut:
siswa jumlah
gagal yang tester banyaknya
TK = X 100%
Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran itemnya digunakan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika banyaknya testi yang gagal 0% < k < 27%, termasuk kategori soal mudah
2. Jika banyaknya testi yang gagal 27%

72%, termasuk kategori soal


sedang
3. Jika banyaknya testi yang gagal k > 72%, termasuk kategori soal sukar.
(Zaenal Arifin,1991:135)
Berdasarkan ujicoba soal pada 30 siswa diperoleh daya beda soal seperti
pada lampiran dan dapat terangkum pada tabel 3.1 berikut.
lv
Tabel 3.1. Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal
Ins
tr.
Kriteri
a
Nomor soal J
umlah
%
Mudah 2, 8 2 20
Sedan
g
1, 3, 5, 7 4 40
I
Sukar 4, 6, 9, 10 4 40
Mudah 3, 6, 8 3 30
Sedan
g
2, 5, 7, 9 4 40
II
Sukar 1, 4, 10 3 30
Mudah 6, 10 2 20
Sedan
g
2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 7 70
III
Sukar 1 4 10
Mudah 2, 3, 8 3 30
Sedan
g
1, 5, 7, 9, 10 6 60
IV
Sukar 4 1 10
Mudah 2, 6, 8 3 30
Sedan
g
1, 3, 5, 7, 10 5 50
V
Sukar 4, 9 2 20

3.6.2 Daya Beda
Untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya pembeda
soal essai dengan cara menghitung perbedaan dua rata-rata kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah untuk
tiap-tiap item. Rumus yang digunakan adalah:
) 1 (
) (
2
2
2
1

=

i i
n n
X X
ML MH
t
Keterangan:
t : daya pembeda item tes
MH : rata-rata dari kelompok atas
ML : rata-rata dari kelompok bawah

2
1
X : jumlah kuadrat deviasi individu kelompok atas
lvi

2
2
X : jumlah kuadrat deviasi individu kelompok bawah
n
i
: 27% x N
(Zaenal Arifin, 1991: 141)
berdasarkan hasil uji daya beda soal pada lampiran menunjukkan bahwa soal-soal
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya beda yang baik. Perhitungan
selengkapnya pada lampiran.

3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Pengujian Tahap Awal
Sebelum sampel diberi perlakukan maka perlu dianalisis keadaan awal
kemampuan siswa dari kedua kelompok (data pre test) melalui uji normalitas, uji
kesamaan dua varians dan uji kesamaan dua rata-rata.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berupa data yang berdistribusi normal
atau tidak digunakan rumusn chi kuadrat, yaitu :

2
=
( )
i
2
i 1
1
E
E O

=
k
i

Keterangan:
O
i
: frekuensi observasi
E
i
: frekuensi harapan
k : banyaknya kelas interval
Data berdistribusi normal jika besar chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi
kuadrat tabel dengan taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan k-3 (Sudjana,
1996: 294).
lvii
2. Uji Kesamaan dua Varians
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki
tingkat varians data yang sama atau tidak pada tahap awal ini.
Untuk menguji kesamaan dua kelompok populasi digunakan Rumus :
F =
il iansterkec
ar iansterbes
var
var

Kriteria pengujian adalah jika F
hitung
> F
1/2 (v1,v2)
maka dapat dikatakan
kedua kelompok memiliki kesamaan varians. (Sudjana, 1996:250).
3. Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui apakah
kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode PQRST dan kelompok
yang diajar dengan Metode Konvensional mempunyai rata-rata kemampuan yang
sama pada tahap awal ini. Jika rata-rata kedua kelompok tersebut sama, berarti
kedua kelompok itu mempunyai kondisi yang sama. Uji yang digunakan adalah
uji dua pihak, dengan hipotesis sebagai berikut :
Ho :
1
=
2

Ho :
1
=
2

Maka digunakan rumus :
t =
2 1
2 1
1 1
n n
s
x x
+


dengan:
s
2
=
( ) ( )
2
1 1
2 1
2
2 2
2
1 1
+
+
n n
s n s n

lviii
Terima Ho jika t
1-1/2(n1+n2-2)
< t <t
1-1/2(n1+n2-2)
(Sudjana, 1996: 239)
Uji t ini digunakan apabila kedua kelompok mempunyai varians yang
sama, apabila secara signifikan terjadi perbedaan varians maka uji t yang
digunakan adalah:
2
2
2
1
2
1
n
s
n
s
x x
t'
2 1
+

=
(Sudjana, 1996: 241)
Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika diperoleh:
2 1
2 2 1 1
w w
t w t w
t'
+
+
>
Dengan
w
1
=
1
2
1
n
s
, w
1
=
2
2
2
n
s

t
1
= t
(1-)(n1-1)
t
2
= t
(1-)(n2-1)
Keterangan:
1
x : Nilai rata-rata kelompok 1
2
x : Nilai rata-rata kelompok 2
s
1
2
: varians data pada kelompok 1
s
2
2
: varians data pada kelompok 2.
lix
n
1
: banyaknya subyek pada kelompok 1.
n
2
: banyaknya subyek pada kelompok 2.
3.7.2 Pengujian Tahap Akhir
Analisis tahap akhir ini digunakan untuk menganalisis data post test,
pretasi belajar siswa dari kedua kelompok setelah diberi perlakuan atau
eksperiemen. Tahapan-tahapan yang dilakukan guna menganalisis data hasil
penelitian tahap akhir ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh motode
PQRST terhadap hasil belajar siswa dilakukan dengan langkah-langkah seperti
pada pengujian tahap awal yang meliputi uji normalitas data, uji homogenitas data
atau uji kesamaan dua varian data dan uji t sebagai uji untuk mengetahui
perbedaan dari dua perlakuan tersebut.






















lx
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
SMP Negeri 1 Brangsong Kendal terletak di jalan Raya No. 65 Kecamatan
Brangsong Kota Kendal yang dipimpin oleh Ibu Dra. Hj. Amien Ariyatna Yusuf.
SMP Negeri 1 Brangsong Kendal ini mempunyai 20 kelas. Proses pembelajaran
sehari-hari menggunakan sistem guru kelas dengan model pembelajaran
konvensional, yaitu model pembelajaran dan pembelajarannya masih berpusat
pada guru.
Daftar formasi lengkap mengenai personalia di SMP Negeri 1 Brangsong
Kendal ini pada tahun ajaran 2004/2005 di sajikan pada lampiran. Jumlah
keseluruhan siswa SMP Negeri 1 Brangsong Kendal ini adalah 907. Sedangkan
jumlah siswa kelas VIIA dan kelas VII-E yang dipilih menjadi sampel penelitian
masing-masing berjumlah 46 untuk kelas VII-A dan 44 untuk kelas VII-E. Daftar
nama siswa-siswi kelas VII-A dan VII-E SMP Negeri 1 Brangsong Kendal yang
dipilih sebagai sampel terdapat pada lampiran. Serta daftar siswa yang terpilih
menjadi sampel penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat juga pada
lampiran. Kelas VII-E ini digunakan sebagai kelas eksperimen yang model
pembelajarannya menggunakan metode PQRST. Sedangkan kelas VII-A
dijadikan sebagai kelas kontrol, proses pembelajaran yang biasa dilakukan yaitu
model konvensional.
lxi
4.2. Penyajian Data
Data yang diperoleh sebagai hasil pengukuran variabel dalam penelitian
ini berupa daftar hasil observasi dan skor observasi yang terdapat pada lampiran
36. Untuk deskripsi pelaksanaan pembelajaran, data hasil belajar yaitu
perbandingan antara nilai pre-test dan nilai post-test untuk kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.

4.3. Analisis Data
4.3.1. Deskripsi Data Hasil Pre Tes dan Post Test
Pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok dibuat berbeda. Pada
kelompok eksperimen dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
PQRST, sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan pembelajaan dengan
konvensional. Sebelum pembelajaran berlangsung kedua kelompok diberikan pre
test. Hasil pre-test digunakan untuk memilih siswa yang akan digunakan dalam
melaksanakan penelitian. Adapun daftar subjek terpilih sebagai sampel penelitian
kelas eksperimen terdapat pada lampiran 28 dan daftar subjek terpilih sebagai
sampel penelitian kelas kontrol terdapat pada lampiran 29. Selain itu analisis data
pre test juga digunakan untuk mengetahui keadaan awal dari kedua kelompok.
Setelah selesai pembelajaran dilakukan post test untuk mengetahui keberhasilan
perlakuan atau eksprimen. Hasil pre tets dan post tets dari kedua kelompok dapat
disajikan pada tabel berikut:

lxii
Tabel 4.1 Deskripsi
Data Hasil Penelitian
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Sumber Variasi
Pre Test Post Test Pre Test Post Test
Rata-rata 4.9 7.1 5.0 6.1
Nilai tertinggi 6.0 8.0 6.0 7.0
Nilai terendah 3.5 6.0 3.5 5.0
Varians 0.4552 0.2647 0.3876 0.2001
Standart deviasi 0.675 0.515 0.623 0.447
Sumber: Hasil penelitian diolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar
membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Barngsong tahun ajaran 2004/2005 pada kelompok
eksperimen sebelum perlakukan adalah 4.9 dengan nilai tertinggi 6.0, nilai
terendah 3.5, varians 0.4552 dan standar deviasi 0.675 dan setelah perlakukan
berupa pembelajaran dengan metode PQRST diperoleh rata-rata hasil belajar
sebesar 7,1 dengan nilai tertinggi 8.0, nilai terendah 6.0, varians 0.2647 dan
standar deviasi 0.515. Rata-rata hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan
mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong
pada kelompok kontrol sebelum pembelajaran adalah 5.0 dengan nilai tertinggi
6.0 dan nilai terendah 3.5, varians 0.3876 dan standar deviasi 0.623. Setelah
mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional diperoleh
rata-rata hasil belajar sebesar 6,1 dengan nilai tertinggi 7.0, nilai terendah 5,0,
varians 0.2001 dan standar deviasi .447.
Lebih jelasnya data hasil belajar pre test dan post test kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, dan histogram berikut ini :
lxiii
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar tes awal Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelas Interval Eksperimen Kontrol
3.5 - 3.9 2 1
4.0 - 4.4 3 3
4.5 - 4.9 6 5
5.0 - 5.4 10 11
5.5 - 5.9 6 7
6.0 - 6.4 3 3









Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Tes Awal Kelompok Eksperimen

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar tes awal Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelas Interval Eksperimen Kontrol
5.00 - 5.50 0.0 4
5.51 - 6.01 1.0 10
6.02 - 6.52 3 12
6.53 - 7.03 9 4
7.04 - 7.54 12 0
7.55 - 8.05 5 0
lxiv








Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Tes Akhir Kelompok Eksperimen
Berdasarkan histogram di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
pada kelompok eksperimen yang mendapatkan pengajaran dengan metode
PQRST, hasil belajarlebih baik dibandingkan hasil belajar kelompok kontrol yang
mendapatkan pengejaran dengan metode konvensional.
4.3.2 Analisis Statistik Data Hasil Pre Test
1. Uji normalitas
Uji kenormalan data hasil pre test kelompok eksperimen yaitu siswa yang
akan mendapatkan pengajaran dengan metode PQRST diperoleh harga
2
hitung
=
6.2240 dan hasil uji normalitas data pre test pada kelompok kontrol diperoleh

2
hitung
= 4.7112, sedangkan
2
(0,95)(3)
= 7,81. Karena
2
hitung
<
2
tabel,
maka data pre
test hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa
Indonesia pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut
berdistribusi normal sehingga dalam pengujian selanjutnya dapat digunakan uji t
karena syarat kenormalannya terpenuhi.
2. Uji kesamaan dua varians
lxv
Hasil uji kesamaan dua varians data pre test pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh F
hitung
= 1.174 sedangkan
F
(0,025)(29:29)
= 2.10. Karena F
hitung
< F
(0.025)(29:29)
berarti tidak ada perbedaan (ada
kesamaan) dua varians data pre test hasil belajar membaca pemahaman teks
bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1
Brangsong pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
3. Uji kesamaan rata-rata hasil pre test
Rata-rata hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata
pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong
pada kelompok eksperimen sebelum perlakuan (pre test) adalah 4.9 dan pada
kelompok kontrol adalah 5.0. Setelah dilakukan analisis data dengan
menggunakan uji t diperoleh t
hitung
= 0.497. Sedangkan t
(0,975)(58)
= 2.00.
Karena t
hitung
< t
(0,975)(58)
maka dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan rata-
rata hasil pre test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan
demikian kedua kelompok sebelunya berangkat dari keadaan awal yang sama
(perhitungan pada lampiran)
4.3.3 Analisis Statistik Data Hasil Pre Test
1. Uji normalitas
Uji kenormalan data hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata
pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong pada
kelompok eksperimen dengan metode PQRST diperoleh harga
2
hitung
= 3.7442
lxvi
dan hasil uji kenormalan data hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan
mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelompok kontrol diperoleh
2
hitung
=
1.6676, sedangkan
2
(0,95)(3)
= 7,81. Karena
2
hitung
<
2
tabel,
maka data hasil belajar
membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut berdistribusi normal.
2. Uji kesamaan dua varians
Hasil uji kesamaan dua varians data hasil belajar membaca pemahaman
teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1
Brangsong pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode PQRST dan
kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional memperoleh F
hitung
=
1.323 sedangkan F
(0,025)(29:29)
= 2.10. Karena F
hitung
< F
(0.025)(29:29)
berarti tidak ada
perbedaan (ada kesamaan) dua varians data hasil belajar membaca pemahaman
teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 1
Brangsong pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
3. Uji perbedaan rata-rata hasil belajar siswa
Rata-rata hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong pada kelompok
eksperimen yaitu yang yang diajar dengan latihan soal uraian adalah 7,1 dan pada
kelompok kontrol adalah 6,1. Setelah dilakukan analisis data dengan
menggunakan uji t apat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa ada
pengaruh metode PQRST terhadap hasildiperoleh t
hitung
= 8.034. Sedangkan
lxvii
t
(0,975)(58)
= 2.00. Karena t
hitung
> t
(0,975)(58)
maka d belajar membaca pemahaman
teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Brangsong. Rata-rata hasil belajar siswa yang yang mendapatkan pengajaran
dengan metode PQRST yaitu 7,1 sedangkan hasil belajar siswa yang pengajaran
dengan metode konvensional adalah 6,1. Dengan demikian dapat dijelaskan
bahwa metode PQRST dalam pembelajaran membaca pemahaman teks bacaan
mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil uji kesamaan rata-rata data keadaan awal yang berupa
nilai pre test dengan menggunakan pola meching dapat diketahui bahwa kedua
kelompok tidak mempunyai perbedaan varian dan perbedaan rata-rata
kemampuan awal yang signifikan, sehingga dapat dikatakan kedua kelompok
mempunyai keadaan awal yang sama. Setelah diberi perlakuan berupa
pembelajaran dengan menggunakan metode PQRST pada kelompok eksperimen
dan pembelajaran dengan metode konvensional pada kelompok kontrol diperoleh
suatu temuan yaitu adanya perbedaan rata-rata hasil belajar yang signifikan dan
kelompok eksperimen yaitu pembelajaran yang menggunakan metode PQRST
mempunyai rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi atau lebih baik daripada rata-
rata hasil belajar kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional.
Dengan demikinan menunjukkan bahwa penggunaan metode PQRST ini dapat
meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran
lxviii
Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Barngsong tahun ajaran
2004/2005.
Membaca adalah suatu proses bernalar (Reading is reasioning). Dengan
membaca kita mencoba mendapatkan informasi hingga mengendap menjadi
sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk
dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan
hidup, dan mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan
hidup manusia.
Umumnya orang membaca itu bertujuan untuk mengerti atau memahami
isi atau pesan yang terdapat pada teks seefisien mungkin. Tujuan membaca
pemahaman adalah : 1) menemukan ide pokok, 2) memilih butir-butir penting, 3)
mengikuti petunjuk-petunjuk, 4) menentukan organisasi bahan bacaan, 5)
menemukan citra visual dan citra lainya, 6) menemukan citra visual dan citra
lainnya, 7) menarik simpulan, 8) menduga makna dan merangkaikan dampaknya,
9) menyusun rangkuman, dan 10) membedakan fakta dari pendapat.
Pembelajaran membaca tidak dapat berlangsung tanpa metode. Metode itu
berupa prosedur atau tata cara yang hendaknya diikuti dalam rangka mencapai
tujuan penbelajaran. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara
menyeluruh (dari awal sampai akhir) dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Metode ini bersifat prosedural, artinya menggambarkan prosedur bagaimana
mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan menggunakan metode PQRST maka para siswa akan mendapat
bekal metode belajar yang sistematis, efektif, dan efisien, dalam mengatur
lxix
kecepatan membaca menjadi fleksibel, dalam membaca di luar pembelajaran,
siswa dapat menentukan materi yang sesuai dengan keperluannya atau tidak, dan
apabila tidak sesuai maka siswa dapat tidak meneruskan kegiatan membaca.
Ketrampilan yang dapat dicapai siswa melalui kegiatan pembelajaran
membaca dengan metode PQRST antara lain: 1) siswa dapat menjawab petanyaan
literal, 2) siswa dapat menjawab pertanyaan infoerensialm 3) siswa dapat
menentukan ide pokok, 4) siswa dapat menentukan ide penjelas, 5) siswa dapat
menentukan kalimat utama paragraph, 6) siswa dapat menentukan kalimat
penjelas paragraph, 7) siswa dapat menyimpulkan isi bacaan.














lxx
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
5.1.1 Dari hasil penelitian diperoleh t
hitung
= 8.034 > t
(0,975)(58)
= 2.00. Dengan
menunjukkan bahwa metode PQRST dapat meningkatkan hasil belajar
membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong.
5.1.2 Rata-rata hasil belajar siswa yang mendapatkan pengajaran dengan metode
PQRST adalah 7,1 dan hasil belajar siswa yang tidak mendapatkan
pengajaran PQRST adalah 6,1. Dengan demikian pembelajaran dengan
menngunakan metode PQRST mampu meningkatkan hasil belajar siswa 1
atau 16,39%.

5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-
saran sebagai berikut
5.2.1 Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mengefektifkan
penggunaan metode PQRST dalam kegiatan belajar membaca pemahaman
teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP.
5.2.2 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih luas
sehingga diperoleh simpulan yang lebih menyakinkan.



lxxi

Anda mungkin juga menyukai