PENDAHULUAN
berlaku dan
dengan
peraturan perundang-
pekerja/buruh
kesejahteraan,
oleh perawat sangat tidak baik dan 60.0% (12 orang) menjawab baik. 55.0%
(11 orang) menjawab administrasi baik, dan 45.0% (9 orang) mengatakan
administrasi biasa. 60.0% (12 orang) menjawab keadaan lingkungan baik,
40.0% (8 orang) menjawab biasa, dan 5% (1 orang) menjawab kelengkapan
alat dan obat di RSUD Tarakan tidak baik, 55.0% (11 orang) menjawab baik.
Kepuasan
Tarakan,
pasien
sebanyak
setelah
memperoleh
pelayanan
di
RSUD
pelayanan dokter, 3 orang (15.0%) cukup puas, 10.0%( 2 orang) tidak puas
dengan pelayanan perawat dan 10.0% (2 orang) cukup puas, 5.0% (1
orang) tidak puas, 50.0% (10 orang) cukup puas terhadap pelayanan
petugas administrasi, 90.0% (18 orang) menyatakan puas terhadap keadaan
lingkungan RSUD Tarakan, 10.0% (2 orang) cukup puas, dan 90.0% (18
orang) menyatakan puas terhadap kelengkapan alat dan obat di RSUD
Tarakan, 5.0% (1 orang) cukup puas dan 5.0% (1 orang) tidak puas.
Dengan melihat hasil studi pendahuluan tersebut di atas, maka
diperlukan adanya
analisis
kepuasan
pasien
terhadap
pelayanan
yaitu
mengenai
kemauan
Kesehatan
Karyawan
Rokok
Kudus
(BKKRK)
mengadakan
terhadap
hubungan
antara
persepsi
pasien
terhadap
hubungan
antara
persepsi
pasien
terhadap
dapat
meningkatkan
kepuasan
para
pasien
yang
perkuliahan, sehingga
dapat
memperluas
BAB II
KERANGAKA TEORI DAN HIPOTESIS
Solomon
1. Pengertian Kinerja
2. Macam-Macam Perilaku
Menurut Skiner (1938) yang dijabarkan dalam Notoatmodjo
(2010) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut
masih belum diamati orang lain secara jelas. Respons seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi
10
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain. Misalnya: Ibu hamil tahu pentingnya
periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan),
kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya tempat periksa
hamil yang dekat (sikap).
12
sayangnya
ada
berbagai
alasan
yang
seringkali
menyebabkan anakanak tidak sarapan pagi. Ada yang merasa waktu sangat
13
terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak
ada selera untuk sarapan pagi. Oleh karena itu anak harus dibiasakan
sarapan sebelum memulai aktivitas sehari-harinya (Khomsan, 2003).
Tanpa sarapan pagi akan terjadi kekosongan lambung sehingga
kadar gula akan menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi
utama bagi otak. Dampak negatifnya adalah ketidakseimbangan syaraf
pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar, atau rasa lelah.
Dalam keadaan demikian anak akan sulituntuk dapat menerima pelajaran
dengan baik. Gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun
(Ratnawati, 2001).
Mengingat aktivitas fisik yang banyak dan tinggi selama di sekolah,
wajar kalau anak merasa lapar diantara dua waktu makan (pagi dan siang).
Sebagai pengganti sarapan pagi anak jajan di sekolah untuk mengurangi
rasa lapar, namun mutu dan keseimbangan gizi jadi tidak seimbang.
Meskipun demikian, dengan jajan anak bisa mengenal beragam makanan
yang dijual di sekolah. Oleh karena itu jajan dapat membantu seorang anak
untuk membentuk selera makan yang beragam sehingga pada saat dewasa
nanti dia dapat menikmati aneka ragam makanan. Hal ini sangat baik dari
segi gizi (Khomsan, 2003).
Mengingat
makanan
jajanan
terkadang
belum
terjamin
keamanannya, ada baiknya juga anak dibekali roti atau makanan lain untuk
dimakan waktu istirahat. Namun adakalanya mereka lebih suka makan di
kantin mengikuti jejak kawankawannya. Jika kantin yang tersedia di
14
sekolahan bersih, tidak perlu melarang mereka makan di kantin akan tetapi
beri petunjuk untuk membeli makanan yang bergizi (Pudjiadi, 2000).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari kebiasaan jajan.
Seringkali anak jadi beralasan tidak mau makan di rumah karena masih
kenyang akibat jajan di sekolah. Hal ini dikarenakan pada saat jajan, anak
umumnya membeli makanan berat atau makanan kecil padat energi terbuat
dari karbohidrat (tepung-tepungan), gorengan yang kaya lemak dan murah
harganya. Makanan jenis ini tidak cukup menggantikan makan siang di
rumah yang biasanya memperhatikan konsep 4 sehat (nasi, lauk, sayur, dan
buah). Anak-anak tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya yang
menarik, rasanya yang menggugah selera dan harganya terjangkau.
Makanan ringan, sirup, bakso, mie ayam dan sebagainya menjadi makanan
jajanan sehari-hari di sekolah.
Jajanan khususnya yang dijual di pinggir jalan, rentan terhadap
polusi debu maupun asap knalpot. Seringkali makanan tersebut tidak
disiapkan secara higienis atau juga mempergunakan bahan-bahan yang
berbahaya seperti zat pewarna karena alasan harganya murah. Makanan
jajanan yang demikian cepat atau lambat akan mendatangkan gangguan
kesehatan.
Salah satu yang perlu diwaspadai adalah permen. Permen adalah
kesukaan setiap anak. Apalagi kini permen mempunyai aneka cita rasa
maupun bentuk sehingga orangtua pun suka. Permen tidak memberikan
kontribusi gizi yang berarti karena kandungan gizinya yang hampir nol,
15
16
2.1.3
Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge. Dalam Encylopedia ofphilosophy dijelaskan
bahwa
definisi
pengetahuan
adalah
kepercayaan
yang
benar
17
Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari atau diamati sebelumnya . Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan.
b.
Memahami (comprehention)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan
secara benar.
c.
Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d.
Analisis (Analysis)
Kemampuan
seseorang
untuk
menjabarkan
dan
atau
memisahkan , kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui.
e.
Sintesis (Syntesis)
Kemampuan untuk menunjukkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam satu hubungan yang logis dari komponen-
18
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.
Penilaian dapat didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri
atau
norma-norma
yang
berlaku
di
masyarakat
(Notoadmodjo, 2010 ).
pengetahuan
yang
berasal
dari
dirinya
sendiri
berdasarkan
20
2.1.4
Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap adalah merupakan respons tertutup seseorang terhadap
stimulus atau objek, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup (Notoatmodjo, 2010 ).
Menurut Newcomb (1981) salah seorang ahli psikologi sosial,
yang dikutip oleh Notoatmodjo, (2010) menyatakan, bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari 3
komponen pokok , yaitu pertama kepercayaan atau keyakinan, ide dan
konsep terhadap objek. Kedua kehidupan emosional atau evaluasi
orang terhadap objek. Ke tiga kecendrungan untuk bertindak artinya
21
2. Macam-Macam Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari
berbagai tingkatan yakni:
a.
Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b.
Merespon (responding)
Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
Menghargai (valuing)
Mengajak
orang
lain
untuk
mengerjakan
atau
22
Kebudayaan
Kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih makanan
jajanan yaitu mencangkup jenis pangan apa yang harus diproduksi,
bagaimana diolah, disalurkan, dan disajikannya. Pengembangan
kebiasaan makan dengan mempelajari cara yang berhubungan
dengan konsumsi pangan dan menerima atau menolak bentuk atau
jenis pangan tertentu. Kebiasaan makan yang dimulai dari
permulaan hidup akan menjadi bagian perilaku yang berakar
diantara penduduk.
b.
Segi Psikologi
23
Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi mempunyai pengaruh besar pada anak dalam
memilih makanan.
d.
Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan sebagai suatu system mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep pada anak.
e.
24
a.
b.
a.
Azwar
(2004)
faktor
yang
mempengaruhi
Pengalaman pribadi
Jika berbagai pangan yang berbeda tersedia dalam jumlah yang
cukup, biasanya orang memiliki pangan yang telah dikenal dan
yang disukai. Hal tersebut disebabkan oleh: (1) Banyaknya
informasi yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan tubuh akan
gizi selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya, (2)
kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke
dalam memilih makanan jajanan dan pengembangan cara
pemanfaatan pangan yang sesuai. Pengalaman pribadi adalah apa
25
yang telah ada yang sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan anak dalam memilih makanan jajanan.
b.
c.
Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan
berpengaruh
masyarakat
dalam
memilih
mempunyai
makanan
kekuatan
jajanan
yang
yang
akan
26
27
28
petugas
kesehatan
melaksanakan
pelayanan
29
sekolah,
sedangkan
bagi
orang
tua
didik
dapat
30
31
Faktor Internal/Respon
tertutup /Predisposisi seseorang
berupa pengetahuan dan sikap,
perhatian, persepsi,motivasi diri,
sugesti/
kepercayaan,perasaan/emosi
Stimulus
(Rangsangan)
Reaksi Terbuka
(Tindakan)
berupa kebiasaan
memilih makanan
jajanan
Proses
Stimulus
Faktor Penguat
meliputi lingkungan,
tokoh yang berperan
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
32
Karakteristik Responden
(variabel: jenis kelamin, umur,
pekerjaan orang tua, sarapan,
bekal ,uang jajan)
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
2.4 Hipotesis Penelitian
33
34
BAB III
METODE PENELITIAN
SDN
penelitiannya merupakan
44
35
penelitian populasi, Besarnya sampel yang akan diambil 60 orang, yang juga
merupakan populasi penelitian.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian
(sampeljenuh) dengan kriteria :
1.
2.
36
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari kerjasama pihak sekolah yang meliputi
gambaran umum sekolah
2.
Coding membuat kode atau nilai pada setiap jawaban kuesioner untuk
mempermudah dalam mengentry data ke computer.
3.
4.
5.
menggunakan kuesioner.
37
3.6 Skoring
1. Perilaku
Perilaku responden diperoleh saat penelitian dengan wawancara
menggunakan kuesioner dan formulir food recall
selama 3 hari.
responden
diperoleh
saat
penelitian
dengan
38
apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Bila hasil histogram
menunjukkan gambar tidak seimbang, yang berarti data tidak
berdistribusi
normal
maka
pengelompokkan
skor
pengetahuan
39
DF
= (b-1) (k-1)
Keterangan:
X2
= Kai kuadrat
O (observeb)
= Nilai observasi
E (expected)
= Nilai harapan
Df
= Jumlah baris
= Jumlah kolom
Kriteria : Ho ditolak bilai nilai P value 0,05 berarti ada hubungan atau
perbedaan yang bermakna secara statistik
Ho diterima (gagal ditolak) bila nilai P value > 0,05 berarti tidak
ada hubungan/perbedaan yang bermakna secara statistik
41
bersangkutan. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Skala
: Nominal
2. Umur
Pengertian
: Lamanya
hidup
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Skala
: Nominal
3. Pekerjaan orangtua
Pengertian
42
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Skala
: Nominal
4. Sarapan
Pengertian
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Skala
: Nominal
5. Bekal sekolah
Pengertian
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Skala
: Nominal
6. Uang Jajan
Pengertian
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Skala
: Nominal
43
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
Skala
= Baik,
= Kurang
: Ordinal
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
= Positif
= Negatif
Skala
: Ordinal
44
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
= Baik,
= Kurang Baik
: Ordinal
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
55
46
2.
3.
4.
5.
6.
47
tidak dapat terkontrol dengan baik dari pihak sekolah. Jenis makanan yang
tersedia di sekolah berupa makanan dan minuman hasil olahan dan juga
produksi pabrik/ IRT.
4.2 Analisis Data Univariat
4.2.1 Gambaran Jenis Kelamin Dokcil
Gambaran tentang jenis kelamin Dokcil di 3 (tiga) Sekolah Dasar
Negeri Kec. Karawaci , Kota Tangerang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Total
Jumlah
(f)
28
32
60
Persentase
(%)
46,67
53,33
100
Gambar 4.1
Grafik Dokcil Berdasarkan Jenis Kelamin
48
Jumlah
(f)
4
56
60
Persentase
(%)
6,67
93,33
100,00
Gambar 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
49
Gambar 4.3
Grafik Dokcil Berdasarkan Umur
50
Gambar 4.4
Grafik Dokcil Berdasarkan Sarapan
51
Gambar 4.5
Grafik Dokcil Berdasarkan Bekal
52
Jumlah
(f)
58
2
60
Persentase
(%)
96,67
3,33
100,00
Gambar 4.6
Grafik Dokcil Berdasarkan Uang Jajan
53
Pengetahuan
Baik
Kurang
Total
Tabel 4.7
Distribusi Pengetahuan Dokcil
Jumlah
Persentase
(f)
(%)
51
85
9
15
60
100
Gambar 4.7
Grafik Pengetahuan Dokcil
54
Sikap
Positif
Negatif
Total
Tabel 4.8
Distribusi Sikap Dokcil
Jumlah
(%)
53
7
60
Persentase
(%)
88,33
11,67
100
Gambar 4.8
Grafik Sikap Dokcil
55
Perilaku
Baik
Kurang Baik
Total
Tabel 4.9
Distribusi Sikap Dokcil
Jumlah
(%)
53
7
60
Persentase
(%)
88,33
11,67
100
Gambar 4.8
Grafik Perilaku Dokcil
56
Baik
N
%
24
85,7
29
90,6
53
88,3
Kurang Baik
N
%
4
14,3
3
9,4
7
11,7
Total
N
28
32
60
%
100
100
100
P-value
0,851
57
Baik
N
%
31
81,6
22
100
53
88,3
Kurang Baik
N
%
7
18,4
0
0
7
11,7
Total
N
38
22
60
%
100
100
100
P-value
0,045
58
Perilaku
Baik
N
%
4
100
49
87,5
53
88,3
Kurang Baik
N
%
0
0
7
12,5
7
11,7
Total
N
4
56
60
%
100
100
100
P-value
1,000
59
diantara
56
responden
yang
pekerjaan
orang
tuanya
Total
Baik
N
%
28
90,3
Kurang Baik
N
%
3
9,7
N
31
%
100
25
53
4
7
29
60
100
100
86,2
88,3
13,8
11,7
P-value
0,009
60
N
16
37
53
Baik
%
100
84,1
88,3
Kurang Baik
N
%
0
0
7
15,9
7
11,7
Total
N
16
44
60
%
100
100
100
P-value
0,031
61
N
51
2
53
Baik
%
87,9
100
88,3
Kurang Baik
N
%
7
12,1
0
0
7
11,7
Total
N
58
2
60
%
100
100
100
P-value
1,000
62
N
48
5
53
Baik
%
94,1
55,6
88,3
Kurang Baik
N
%
3
5,9
4
44,4
7
11,7
Total
N
51
9
60
%
100
100
100
P-value
0,006
63
N
46
7
53
Baik
%
86,8
100
88,3
Kurang Baik
N
%
7
13,2
0
0
7
11,7
Total
N
53
7
60
%
100
100
100
P-value
0,692
64
65
BAB V
PEMBAHASAN
Pemilihan
makanan
jajanan merupakan
66
berperilaku kurang baik. Dan dari hasil uji statistic diperoleh nilai Pvalue
sebesar 0,851, ini menunjukkan bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat
disimpulkan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan perilaku dokter kecil (DOKCIL) dalam memilih makanan
jajanan di 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang.
. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Syafitri,dkk (2009) mengenai kebiasaan jajan siswa sekolah dasar di
SDN Lawanggintung, Kota Bogor yang menunjukkan tidak ada perbedaan
bermakna
antara
jenis
kelamin
dengan
kebiasaan
jajan
siswa
(Syafitri,dkk,2009).
Berdasarkan tabel 4.11, hasil analisis hubungan antara umur dengan
perilaku dokter cilik dalam memilih makanan jajanan diperoleh bahwa
diantara 38 responden yang berumur 9 10 tahun, terdapat 31 (81,6%)
berperilaku baik dalam memilih makanan jajanan dan 7 (18,4%) berperilaku
kurang baik. Sedangkan diantara 22 responden yang berumur 11- 12 tahun,
seluruhnya (100%) yang berperilaku positif dalam memilih makanan
jajanan. Dari hasil uji statistic diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,045. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai Pvalue < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku dokter kecil
(DOKCIL) dalam memilih makanan jajanan di 3 (tiga) Sekolah Dasar
Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang
Bila dilihat dari jenis pekerjaan orang tua juga menunjukkan
hubungan antara pekerjaan orang tua dengan perilaku dokter cilik dalam
67
68
memilih makanan jajanan. Dan dari hasil uji statistic diperoleh nilai Pvalue
sebesar 0,009. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Pvalue < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sarapan
dengan perilaku dokter kecil (DOKCIL) dalam memilih makanan jajanan di
3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci , Kota Tangerang.
Sarapan bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu
sekolah adalah penuh aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori cukup
besar. Untuk sarapan harus memenuhi sebanyak kalori sehari yaitu sekitar
450-500 kalori dengan 8-9 gram protein. Selain kandungan gizinya cukup,
bentuk sarapan pagi sebaiknya juga disukai anak-anak dan praktis
pembuatannya (Muhilal dan Damayanti, 2006). Dalam periode anak sekolah
usia 7-12 tahun masih dalam proses pertumbuhan. Jadwal makannya harus
disesuaikan dengan waktu mereka di sekolah. Haruslah dibiasakan anak
makan pagi dulu sebelum masuk sekolah. ( Solihin,2005).
Bila dilihat dari kebiasaan responden membawa bekal Berdasarkan
tabel 4.14, hasil analisis hubungan antara membawa bekal dengan perilaku
dokter cilik dalam memilih makanan jajanan diperoleh bahwa diantara 16
responden yang membawa bekal ke sekolah seluruhnya (100%) rersponden
berperilaku baik dalam memilih makanan. Sedangkan diantara 44 responden
yang kadang/tidak membawa bekal ke sekolah terdapat 37 (84,1%) yang
berperilaku baik dalam memilih makanan jajanan dan 7 (15,9%) yang
berperilaku negatif dalam memilih makanan jajanan. Dan dari hasil uji
statistic diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,031 Hal ini menunjukkan bahwa
69
nilai Pvalue < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara membawa bekal dengan perilaku dokter kecil (DOKCIL)
dalam memilih makanan jajanan di 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec.
Karawaci , Kota Tangerang.
Kebiasaan membawa bekal makanan merupakan salah satu faktor
pemudah yang mendorong terwujudnya pemilihan makanan jajanan yang
baik. (Notoadmojo, 2003). Ketersediaan jajanan tidak sehat seperti jenis
jajanan tinggi lemak, tinggi natrium, tinggi gula, dan minuman bersoda
banyak tersedia di kantin sekolah, dan gerai jajanan. (Delva, 2007).
Ketika anak sudah membawa bekal makanan ke sekolah, maka anak
cenderung mengonsumsi bekal makanan yang dibawa dari rumah. Oleh
karena itu, bekal sekolah dapat menghindarkan anak dari kebiasaan membeli
jajan yang sekaligus menghindarkan anak dari bahaya jajanan yang tidak
sehat dan tidak aman. (Handayani, 2011)
Berdasarkan tabel 4.14, hasil analisis hubungan antara membawa
bekal dengan perilaku dokter cilik dalam memilih makanan jajanan
diperoleh bahwa diantara 16 responden yang membawa bekal ke sekolah
seluruhnya (100%) rersponden berperilaku baik dalam memilih makanan.
Sedangkan diantara 44 responden yang kadang/tidak membawa bekal ke
sekolah terdapat 37 (84,1%) yang berperilaku baik dalam memilih makanan
jajanan dan 7 (15,9%) yang berperilaku kurang baik dalam memilih
makanan jajanan. Dan dari hasil uji statistic diperoleh nilai Pvalue sebesar
0,031 Hal ini menunjukkan bahwa nilai Pvalue < 0,05 maka dapat
70
71
72
73
membentuk sikap yag utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
(Notoadmodjo,2010)
5.4
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian,
diantaranya yaitu:
1.
74
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh dokter kecil
yang ada hanya pada 3 SDN di wilayah kerja binaan Puskesmas
Pabuaran Tumpeng
4.
75
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden dokter kecil (DOKCIL ) di 3 (tiga) Sekolah Dasar
Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang diketahui 28 responden yang jenis
kelaminnya laki-laki, 38 responden yang berumur 9 10 tahun, 56
responden yang pekerjaan orang tuanya pegawai/pekerja swasta. 31
responden sarapan sebelum berangkat sekolah, dan 16 responden yang
membawa bekal ke sekolah. 58 responden yang membawa uang jajan ke
sekolah.
2. Pengetahuan dokter kecil (DOKCIL ) dalam memilih makanan jajanan di 3
(tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. Terdapat 51
responden berpengetahuan baik dan 9 responden yang berpengetahuan
kurang.
3. Sikap dokter kecil (DOKCIL ) dalam memilih makanan jajanan di 3 (tiga)
Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang, terdapat 53
responden bersikap baik dan 7 responden yang bersikap kurang.
4. Perilaku dokter kecil (DOKCIL ) dalam memilih makanan jajanan di 3
(tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang, terdapat 53
76
6.2 Saran
1. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk kegiatan
intervensi dari pengambilan data dasar yang telah dilakukan, seperti
dilakukannya penyuluhan untuk siswa Sekolah Dasar tentang pentingnnya
memilih makanan jajanan yang sehat dan menghindari makanan jajanan
yang kurang baik.
77
78
DAFTAR PUSTAKA
79
Dinas Kesehatan Kota Tangerang. 2010. Modul Pelatihan Dokter Kecil. Dinkes
Kota Tangerang.
Dinas Kesehatan Kota Tangerang. 2011. Laporan Tahunan Kegiatan Pembinaan
Teknis Penatalaksanaan Makanan dan Minuman Hasil Produksi IRT
TA 2011.
Februhartanty, J & Iswarawanti. D.N. 2004. Amankah Makanan Jajanan Anak
Sekolah di Indonesia?. Diakses dari: http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1097726693,98302
Judarwanto. 2005. Perilaku Makanan
http://gizi.depkes.go.id
Anak
Sekolah.
Diakses
dari:
Madarijah, Y. 2010. Perilaku Penjaga Pangan Jajanan Anak Sekolah Terkait Gizi
dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi. Jurnal Gizi dan
Pangan 2010. Diakses dari: http://www.journal.ipb.ac.id
Muhilal dan Damayanti. 2006. Gizi Seimbang untuk Anak Usia Sekolah Dasar. In:
Soekirman, Susana, H., Giarno, M.H. & Lestari Y. EDS. Hidup Sehat:
Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia
Pustaka.
Najihah, U. 2009. Hubungan antara Pengetahuan Gizi dan Sikap Anak Sekolah
Dasar dalam Memilih Makanan Jajanan di Madrasah Ibtidaiyah.
Diakses dari: http://etd.eprints.ums.ad.id/5710/2/J3000600 34.pdf
Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Ratna. 2004. Hubungan Kontribusi Zat Gizi Makanan Jajanan dengan Status Gizi
Pada Siswa SLTP Ibu Kartini Semarang. Abstrak Skripsi. Universitas
Diponegoro. Diakses dari: http://www.eprints.undip.ac.id/10634/1/
2077.pdf
Rohmah.
Anak
Sekolah.
80
81
NO. RESPONDEN
KUISIONER PENELITIAN
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama
.......................................
Sekolah/Kelas
.......................................
Jenis Kelamin
L/P
Umur
.......................................
.......................................
Selalu
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak
Selalu
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak
c. ............................................
b. ........................................
d. ............................................
82
PERTANYAAN
Kebersihan
2
3
5
6
7
8
c
9
10
11
BENAR SALAH
V
V
V
V
V
V
V
V
Keamanan makanan
Makanan yang sudah berbau tengik tidak boleh
dimakan
Jajanan yang mengandung pewarna mencolok baik
untuk dimakan
Makanan yang terlalu gurih baik untuk dimakan
karena rasanya enak
12
13
14
V
V
V
V
V
V
83
NO
PERTANYAAN
15
16
17
18
BENAR SALAH
V
V
V
V
84
PERNYATAAN
4
b
2
3
Keamanan makanan
5
6
7
11
9
10
12
13
14
BS
Kebersihan
Dalam memilih makanan jajanan sebaiknya yang
tidak tertutup
Kalau memilih makanan jajanan sebaiknya yang
terbungkus, karena terjamin kebersihannya
Dalam memilih makanan jajanan sebaiknya yang
tidak dikerubungi lalat
Menurut saya membeli jajanan tidak perlu memilih
tempat yang bersih.
STS TS
85
SS
NO
e
15
16
17
18
PERNYATAAN
STS TS
BS
SS
Keterangan
STS =
TS =
BS
S
SS
=
=
=
Biasa Saja
Setuju
Sangat Setuju
86
PERTANYAAN
YA
TIDAK
YA
TIDAK
Kebersihan
Apakah saat mau makan di kantin kamu mencuci
tangan ?
Apakah kalau kamu mencuci tangan sebelum makan
dapat mencegah diare ?
Apakah menurut makanan yang dihinggapi lalat dapat
meyebabkan penyakit ?
Apakah menurut kamu makanan yang terbuka aman
untuk dimakan ?
Makanan jajanan yang sehat
Apakah menurut kamu makanan yang terlalu manis
(permen, coklat ) dapat mengganggu kesehatan ?
Apakah menurut kamu dalam memilih makanan
jajanan yang penting enak dan murah ?
Apakah menurut kamu makanan jajanan tidak boleh
mengandung zat berbahaya bagi tubuh ?
Apakah menurut kamu makanan yang kandungan
gizinya kurang akan mengganggu pertumbuhan/
kesehatan ?
Keamanan makanan
Apakah menurut kamu makanan yang sudah berbau
tengik tidak boleh dimakan ?
Apakah menurut kamu jajanan yang mengandung
pewarna mencolok baik untuk dimakan ?
Apakah menurut kamu makanan yang terlalu gurih
baik untuk dimakan karena rasanya enak ?
Saat Pengolahan makanan
Apakah menurut kamu jajanan yang diolah harus
diperhatikan kebersihan alat yang digunakan ?
Apakah menurut kamu kebersihan pedagang tidak
perlu diperhatikan ?
Apakah menurut kamu sayuran yang dimakan mentah
tidak perlu dicuci dahulu sebelum dimakan ?
PERTANYAAN
87
e
15
16
17
18
88