Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH METODE CTL DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH


DASAR NEGERI 114 PALEMBANG

Muttia Ratna
PGSD Universitas PGRI Palembang
Mutia_ratna@gmail.com

Abstract: This study aims to determine the effect of the CTL Method of Problem-Based
Learning Technique and Problem Posing Technique and the ability to think logically to
the learning outcomes of natural sciences. The study was conducted at the grade IV
Elementary School 114 Palembang. The amount of students as many as 32 students.
Research design using experiment method with treatment by level 2 x 2. Data analysis is
theanalysis of variance of two lanes (ANOVA). The results of this study indicate that (1)
There are differences in learning outcomes of natural science between the groups given
CTL method of problem-based learning technique and the groups given CTL method of
problem posing technique (2) There are interactions between CTL method and the ability
to think logically to the learning outcomes of natural science.

Keywords: Problem-Based Learning Technique and Problem Posing Technique,


Logical Thinking Ability, Learning outcomes.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Metode CTL Masalah
Berbasis Teknik Belajar dan Problem Posing Teknik dan kemampuan untuk berpikir
logis dengan hasil belajar ilmu alam. Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar 114
Palembang. Jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Desain penelitian menggunakan metode
eksperimen dengan pengobatan oleh tingkat 2 x 2. Analisis data adalah theanalysis
varians dua jalur (ANOVA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ada perbedaan
hasil belajar ilmu pengetahuan alam antara kelompok diberikan metode CTL teknik
pembelajaran berbasis masalah dan kelompok diberikan metode CTL masalah teknik (2)
berpose Ada interaksi antara metode CTL dan kemampuan untuk berpikir logis dengan
hasil belajar ilmu pengetahuan alam.

Kata kunci: Problem-based learning, teknik dan problem posing teknik, logical thinking
kemampuan, hasil belajar.

Pada abad ke-21 terbentuklah paradigma baru (2009:48) menunjukkan 3 (tiga) struktur dan
di tengah-tengah masyarakat yang lebih komponenyang menjadi subjek inti dari
dikenal dengan era globalisasi, antara lain tuntutan abad ke-21 yang disebut dengan
dengan terjadinya perubahan-perubahan yang The 21st Century Knowledge-and-Skills
serba cepat dan kompleks, baik yang Rainbow seperti pada gambar 1.1 berikut.
menyangkut perubahan nilai maupun struktur
yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Untuk itu bangsa Indonesia perlu dibekali
dengan pendidikan yang berorientasi dengan Gambar 1.1.The 21st Century Knowledge-and-
Skills Rainbow
tuntutan abad ke-21. Trilling dan Fadel

254
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

Berdasarkan gambar 1.1 di atas dapat keterampilan. Di dalam mengaplikasikan


dikatakan bahwa subjek inti dari keterampilan proses dalam kegiatan
pembelajaran abad ke-21 dikelilingi oleh 3 pembelajaran diharapkan siswa memiliki
(tiga) set keterampilan yang utama yakni kemampuan secara komprehensif seperti
keterampilan belajar dan inovasi; kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk
keterampilan informasi, media, dan teknologi; memenuhi hasil belajar tersebut, seorang guru
serta keterampilan hidup dan karir. Namun dituntut untuk melaksanakan proses
keterampilan paling utama yang harus pembelajaran yang mampu mengembangkan
dipenuhi di abad ke-21 adalah keterampilan keterampilan berpikir yakni proses saintifik.
belajar dan berinovasi. Proses saintifik merupakan proses
Untuk memenuhi tuntutan pembelajaran pembelajaran di mana siswa melakukan
abad ke-21 dan tantangan pendidikan kegiatan pembelajaran yakni mengamati,
tersebut, maka paradigma pembelajaran menanya, mengumpulkan informasi, menalar,
berbasis teaching diubah menjadi dan mengomunikasikan gagasan. Mata
pembelajaran berbasis learning yang pelajaran yang berelasi dengan pendekatan
memberikan siswa kesempatan yang lebih saintifikadalah Ilmu Pengetahuan Alam yang
besar untuk menggali pemahamannya selanjutnya disebut IPA.
terhadap materi yang diajarkan. Dalam Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
pendidikan, konteks learning dikonotasikan pembelajaran di abad ke-21 harus bermakna,
sebagai kegiatan belajar dimana pelajar maka begitu pula dalam pembelajaran IPA di
berperan aktif, bukan hanya pengajar, tetapi Sekolah Dasar. Untuk membentuk
interaksi aktif pelajar dan pengajar memegang pembelajaran IPA yang bermakna, maka guru
peran sentral dalam proses belajar. Dengan harus mengetahui ciri dari kondisi
perubahan paradigma tersebut maka terjadilah pembelajaran yang bermakna. Glynn dan Duit
pembelajaran yang bersifat learning how to (1995:4) menyatakan bahwa ada 5 (lima)
learn (belajar bagaimana seharusnya belajar). kondisi agar pembelajaran IPA menjadi
Karakteristik perubahan paradigma di atas bermakna; (1) pengetahuan yang
sejalan dengan keterampilan proses. adadiaktifkan; (2) pengetahuan yang
Keterampilan proses memiliki karakteristik adaterkait denganpengalaman pendidikan; (3)
bahwa proses pembelajaran dapat motivasi intrinsikdikembangkan; (4)
memberikan pengalaman belajar kepada pengetahuanbarudibangun; dan(5)
siswa, sehingga mereka memiliki berbagai

255
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

pengetahuan baruditerapkan, dievaluasi, dan pencapaian kurikulum sehingga pembelajaran


direvisi. di kelas kurang meningkatkan kreativitas
Hal senada tentang pembelajaran IPA juga siswa. Padahal esensi pembelajaran IPA di
dikemukakan oleh L.Moller et. al. (2009:49) kelas terletak pada prosesnya sehingga tidak
Learning is a naturally active bisa diajarkan dengan hanya meminta siswa
mental and social process. When
menghafal konsep melainkan dengan
learning in natural context, human
interact with their environment memahami konsep berdasarkan konteks yang
and manipulate the objects in that
ada di dalam kehidupan sehari-hari dengan
environment, observing the effects
of their interventions and penyesuaian terhadap materi yang ada di
constructing their own
dalam kurikulum. Dari hasil pengamatan juga
interpretations of the phenomena
and the results of the manipulation didapatkan temuan bahwa siswa kurang
and sharing those interpretations
termotivasi dalam pembelajaran IPA karena
with others.
rendahnya minat siswa dalam belajar
Belajar adalah proses mental dan sosial kelompok.
yang aktif secara alami. Ketika belajar dalam Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai
konteks alam, manusia berinteraksi dengan ujian akhir semester mata pelajaran IPA
lingkungan mereka dan memanipulasi benda- semester I tahun 2014/2015 siswa kelas IV E
benda dilingkungan tersebut, mengamati efek SD Negeri 114 Palembang dari jumlah siswa
dari intervensi mereka dan membangun sebesar 24 orang, ada 15 orang (62,5%) yang
interpretasi mereka sendiri dari fenomena dan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
hasil manipulasi dan berbagi interpretasi (KKM) dengan nilai rata-rata kelas sebesar
mereka dengan orang lain. 75,2.
Berdasarkan hasil pengamatan awal yang Berpijak pada data empiris tentang
dilakukan di SD Negeri 114 Kecamatan Sako observasi proses pembelajaran di SDN 114
Palembang khususnya di kelas IV guru Palembang di atas dapat kita tarik benang
memiliki kecenderungan menggunakan merah bahwa guru merupakan aktor penting
metode pembelajaran konvensional saat dalam skenario belajar mengajar. Guru harus
mengajar sehingga siswa cenderung pasif mampu menyelenggarakan pendidikan
karena kurang dilibatkan dan hanya menerima dengan berorientasi pada aktivitas siswa
apa yang disampaikan guru. Lebih jauh dalam menemukan dan menetapkan makna
dijelaskan bahwa pembelajaran di kelas dititik secara mandiri sehingga proses pembelajaran
beratkan pada penguasaan konsep dan target akan mampu membentuk kemampuan

256
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

berpikir tingkat tinggi pada diri siswa. Untuk lebih tinggi, memandirikan peserta didik dan
itu diperlukan sebuah transformasi metode meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
belajar yang berbasis aktivitas siswa. Salah Masalah yang diangkat dari PBL merupakan
satu metode pembelajaranyang berorientasi masalah yang dekat dengan kehidupan peserta
pada abad ke-21 adalah Metode Pembelajaran didik (real problem) sehingga memotivasi
Kontekstual / Contextual Teaching and peserta didik untuk memikirkan jalan keluar
Learning (CTL). dari masalah tersebutdan meningkatkan
Metode CTL merupakan metode kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
pembelajaran yang membantu guru situasi yang berorientasi pada masalah
mengaitkan antara materi yang diajarkannya termasuk cara bagaimana belajar.
dengan situasi dunia nyata dan mendorong Berbeda dengan PBL, teknik Problem
peserta didik membuat hubungan antara Posing atau biasa disebut Pengajuan Masalah
pengetahuan yang dimilikinya dan merupakan salah satu teknik pembelajaran
penerapannya dalam kehidupan mereka yang awalnya dikembangkan untuk mata
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. pelajaran Matematika namun berkembang
Dengan penerapan metode CTL di ruang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
kelas, maka pembelajaran akan menjadi lebih karena tidak hanya Matematika yang
bermakna sehingga muatan materi akan membutuhkan beragam pengajuan dan
bertahan lama dalam diri siswa. Dalam pemecahan masalah dalam penerapannya,
aplikasinya, menurut Johnson (2007:310) ada melainkan juga ilmu-ilmu lain termasuk mata
beragam teknik yang bisa diterapkan dalam pelajaran IPA.
metode CTL di antaranya adalah teknik Pendekatan saintifik pada mata pelajaran
Problem Based Learning (PBL) / IPA, kita akan menemukan istilah menalar.
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan Menurut Stenberg (2012:462), penalaran
teknik Problem Posing / Pengajuan Masalah. adalah proses berpikir yang logis dan
Menurut Arrends yang dikutip oleh sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
Hosnan (2014:295), Problem Based Learning diamati untuk memperoleh simpulan berupa
(PBL) adalah teknik pembelajaran dengan pengetahuan. Selama mentransfer peristiwa-
pendekatan pembelajaran peserta didik pada peristiwa khusus ke otak, pengalaman
masalah autentik sehingga peserta didik dapat tersimpan di memori otak kemudian berelasi
menyusun pengetahuannya sendiri, dan berinteraksi dengan pengalaman
menumbuh-kembangkan keterampilan yang sebelumnya yang sudah tersedia. Menalar erat

257
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

kaitannya dengan proses berpikir logis pada berpikir logis ada dua yaitu kemampuan
peserta didik dimana dalam berpikir logis berpikir logis tinggi dan kemampuan berpikir
mereka dilatih untuk menarik sebuah logis rendah (X2).
kesimpulan dari sebuah fakta yang belum Percobaan dilakukan pada dua
terdefinisi. Untuk itu penanaman kemampuan kelompok siswa yakni kelompok berpikir
berpikir logis tepat bila diterapkan dalam logis tinggi dan kelompok berpikir logis
pendekatan saintifik karena peserta didik rendah mendapat perlakuan dengan
dianjurkan untuk tidak menerima begitu saja pemberian metode CTL teknik Problem
sebuah konsep, melainkan juga harus Based Learning dan kelompok berpikir logis
menghubungkan fakta-fakta yang terjadi tinggi dan kelompok berpikir logis rendah
sehingga mampu mengonstruksikan fakta mendapat perlakuan dengan pemberian
serta mendapatkan pengetahuan dan metode CTL teknik Problem Posing. Adapun
kesimpulan yang tepat. rancangan dalam penelitian ini terlihat pada
METODE Tabel 1 sebagai berikut.
Metode yang digunakan dalam penelitian Metode CTL (A) Metode Metode
CTL CTL
ini adalah metode eksperimen dengan
KemampuanBerpikir Teknik Teknik
rancangan desain Treatment by level 2 x 2. Logis (B) Problem Problem
Based Posing
Metode eksperimen dapat diartikan sebagai
Learning (A2)
metode penelitian yang digunakan untuk (A1)
Tinggi (B1) A1B1 A2B1
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Rendah (B2) A1B2 A2B2
Metode eksperimen dengan variabel terikat Tabel 1. Rancangan Treatment by level
adalah hasil belajar IPA (Y). Penelitian ini 2x2
dilakukan perlakuan (treatment) untuk
Oliver (2013:128) mengemukakan
mencari pengaruh di antara dua variabel yaitu
pengertian sampel secara sederhana sebagai
variabel perlakuan adalah metode
bagian dari seluruh jumlah populasi yang
pembelajaran (X1) dan variabel moderator
diambil dari populasi dengan cara sedemikian
adalah kemampuan berpikir logis (X2).
rupa sehingga dapat dianggap mewakili
Variabel perlakuan adalah metode CTL yang
seluruh anggota populasi. Teknik penarikan
terdiri atas dua teknik yaitu teknik Problem
sampel dalam penelitian ini menggunakan
Based Learning dan Problem Posing (X1).
cluster simple random sampling yakni cara
Variabel moderator adalah kemampuan
pengambilan sampel dari anggota populasi

258
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

dengan cara acak tanpa memperhatikan strata dibandingkan dengan yang diberikan metode
9tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. CTL teknik Problem Posing ( X = 75 dan s =
7,659).
Selanjutnya pada tes kemampuan berpikir
logis ditentukan kelompok atas dan kelompok 1. Interaksi Metode CTL dan
bawah. Siswa dikategorikan ke dalam Kemampuan Berpikir Logis terhadap
Hasil Belajar IPA (INT A X B)
kelompok berpikir logis tinggi apabila skor
Hasil perhitungan ANAVA dapat
berada pada rentang 27% skor tertinggi.
diketahui bahwa nilai hasil pengujian
Kemudian siswa dikategorikan ke dalam
hipotesis kedua yang disajikan dalam tabel
kelompok berpikir logis rendah apabila skor
ANAVA pada baris interaksi A X B
berada pada rentang 27% skor terendah. Maka
menunjukkan bahwa H0 ditolak berdasarkan
didapatkan 27% x 32 = 8 sampel untuk setiap
nilai Fhitung = 6,89 > Ftabel (0,05) = 4,15 dengan
kelompok.
demikian dapat diambil keputusan bahwa
HASIL terdapat pengaruh interaksi yang signifikan
Perbedaan hasil belajar IPA antara antara metode CTL dan kemampuan berpikir
kelompok yang diberikan metode CTL
teknik Problem Based Learning dan logis terhadap hasil belajar IPA.
kelompok yang diberikan metode CTL Data hasil penelitian, diperoleh skor rata-
teknik Problem Posing
rata hasil belajar IPA antara kelompok siswa
Berdasarkan hasil analisis varians yang memiliki kemampuan berpikir logis
(ANAVA) pada taraf signifikan = 0,05, tinggi yang diberikan metode CTL teknik
didapat Fhitung = 4,93 > Ftabel = 4,15. Dengan Problem Based Learning adalah sebesar 87
demikian Fo>Ft, sehingga H0 ditolak, dan kelompok siswa yang memiliki
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara kemampuan berpikir logis rendah yang
keseluruhan terdapat perbedaan pengaruh diberikan metode CTL teknik Problem
yang signifikan antara kelompok siswa yang Posing Learning adalah sebesar 74,5. Untuk
diberikan metode CTL Teknik Problem Based skor rata-rata hasil belajar IPA antara
Learning dengan kelompok siswa yang kelompok siswa yang memiliki kemampuan
diberikan metode CTL Teknik Problem berpikir logis tinggi yang tinggi yang
Posing terhadap hasil belajar IPA. Oleh diberikan metode CTL teknik Problem Based
karena itu, hasil belajar IPA yang diberikan Learning adalah sebesar 75 dan kelompok
metode CTL teknik Problem Based Learning siswa yang memiliki kemampuan berpikir
( X =81 dan s = 8,453) lebih baik secara nyata

259
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

logis rendah yang diberikan metode CTL diberikan metode CTL teknik Problem
teknik Problem Posing adalah sebesar 75,5. Posing ( X = 74,5 dan s = 7,690).

2. Pada kelompok siswa yang memiliki 3. Pada kelompok yang memiliki


kemampuan berpikir logis tinggi, kemampuan berpikir logis rendah,
terdapa perbedaan Hasil Belajar IPA terdapat perbedaan hasil belajar IPA
Kelompok siswa yang belajar dengan antara kelompok siswa yang diberikan
Metode CTL Teknik Problem Based metode CTL teknik Problem Based
Learning dengan Kelompok Siswa Learning dan kelompok siswa yang
yang Belajar dengan Metode CTL diberikan metode CTL teknik Problem
Teknik Problem Posing. Posing (A1B2& A2B2)
Perhitungan analisis varians tahap lanjut Perhitungan analisis varians tahap lanjut
dengan Uji Tukey adalah untuk dengan Uji Tukey adalah untuk
membandingkan kelompok yang memiliki membandingkan kelompok yang memiliki
kemampuan berpikir logis tinggi yang kemampuan berpikir logis rendah yang
diberikan metode CTL teknik Problem Based diberikan metode CTL teknik Problem Based
Learning dan yang diberikan metode CTL Learning dan yang diberikan metode CTL
teknik Probem Posing. Perhitungan Uji teknik Problem Posing. Perhitungan Uji
Tukey A1B1> A2B1 = Qhitung = 10,10 > Tukey A1B2< A2B2 = Qhitung = -0,40 lebih
Qtabel0,05:4:8 = 4,07 atau Qhitung> Qtabel pada kecil daripada Qtabel0,05:4:8 = 4,07 atau Qhitung<
taraf signifikan = 0,05, dengan demikian H0 Qtabel pada taraf signifikan = 0,05, dengan
ditolak dan hipotesis alternatif diterima. demikian H0 ditolak dan hipotesis alternatif
Sehingga dapat ditafsirkan hasil belajar IPA diterima. Sehingga dapat ditafsirkan hasil
antara kelompok siswa yang diberikan metode belajar IPA antara kelompok siswa yang
CTL teknik Problem Based Learning lebih diberikan metode CTL teknik Problem Based
tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa Learning lebih rendah dibandingkan dengan
yang diberikan metode CTL teknik Problem kelompok siswa yang dibeirkan metode CTL
Posing. teknik Problem Posing.
Oleh karena itu, bagi siswa yang Oleh karena itu, bagi siswa yang
memiliki kemampuan berpikir logis tinggi memiliki kemampuan berpikir logis rendah
yang diberikan metode CTL Teknik Problem yang diberikan metode CTL teknik Problem
Based Learning ( X = 87 dan s = 5,952) lebih Based Learning ( X = 75 dan s = 5,952) lebih
tinggi secara nyata dibandingkan yang rendah secara nyata dibandingkan yang

260
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

diberikan metode CTL teknik Problem sebanyak-banyaknya dari berbagai literatur,


Posing ( X = 75,5 dan s = 8,124). merumuskan soal atau pertanyaan dari situasi
yang ada, menentukan jawaban atau
PEMBAHASAN pemecahan dari permasalahan yang mereka
1. Perbedaan hasil belajar IPA antara buat serta mencari alternatif pemecahannya
kelompok yang diberikan metode CTL secara mandiri. Hal ini berarti hipotesis
Teknik Problem Based Learning dan
kelompok yang diberikan metode CTL penelitian secara keseluruhan adalah terdapat
Teknik Problem Posing perbedaan hasil belajar IPA yang diberikan
Hasil penelitian diperkuat dengan metode CTL teknik Problem Based Learning
pendapat Arrends (2012:396) yang dengan yang diberikan metode CTL teknik
mengatakan bahwa siswa belajar Problem Posing.
mengonstruksi pengetahuannya melalui
interaksi dengan lingkungannya. Teknik PBL 2. Interaksi Metode CTL dan
dapat membuat siswa belajar melalui upaya Kemampuan Berpikir Logis terhadap
penyelesaian dunia nyata secara terstruktur Hasil Belajar IPA (INT A X B)
untuk mengonstruksi pengetahuan siswa. Teknik Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif mengemuka karena adanya keprihatinan para
melakukan penyelidikan dalam praktisi akan rendahnya kemampuan praktis
menyelesaikan permasalahan dan guru para calon dokter yang cerdas secara
berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. akademik. Artinya mereka mampu
Pembelajaran akan dapat membentuk menguraikan sebuah ilmu dalam bentuk teori
kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher tetapi tidak mampu mempraktekkannya dalam
order thinking skills) dan meningkatkan kehidupan nyata. Untuk itu PBL
kemampuan siswa untuk berpikir kritis. dikembangkan menjadi sebuah teknik yang
Dengan berlandaskan objek yang sama mampu mengasah keterampilan siswa dalam
dengan PBL, yaitu sebuah masalah atau mengkaji dan memecahkan masalah
persoalan, Brown dan Walter (2004:12) kontekstual dengan menggunakan berbagai
mendefinisikan teknik Problem Posing disiplin ilmu. Arrends (2012:398)
sebagai teknik pembelajaran yang dapat menjabarkan 3 (tiga) hasil belajar (outcome)
digunakan untuk mengembangkan kecakapan dari teknik PBLberupa (1) keterampilan
berpikir siswa karena dalam pembelajaran ini, penyelidikan dan mengatasi masalah; (2)
siswa dikondisikan untuk menggali informasi perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran

261
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

orang dewasa; dan (3) keterampilan untuk induktif. Keduanya merupakan teknik
belajar secara mandiri. Dari outcome tersebut bernalar yang sama-sama menghasilkan
dapat dipastikan bahwa teknik ini mampu keputusan. Hal ini berarti hipotesis penelitian
mengembangkan keterampilan berpikir siswa terdapat interaksi antara metode CTL dengan
ke tahap yang lebih tinggi (higher order kemampuan berpikir logis terhadap hasil
thinking skills). belajar IPA.
Trianto (2007:67-68) menjelaskan teknik 3. Pada kelompok siswa yang memiliki
kemampuan berpikir logis tinggi,
Problem Posing dengan istilah
terdapa perbedaan Hasil Belajar IPA
pengkonstruksian masalah. Dalam teknik ini, Kelompok siswa yang belajar dengan
Metode CTL Teknik Problem Based
siswa mengajukan masalah atau soal yang
Learning dengan Kelompok Siswa
didasarkan pada situasi yang diberikan oleh yang Belajar dengan Metode CTL
Teknik Problem Posing.
guru. Situasi dalam hal ini bisa berupa
informasi (pernyataan), pertanyaan dan Hasil penelitian didukung dengan
sebagainya. Tentunya saat mengonstruksi adanya pendapat Langen dan Welsh
masalah atau pertanyaan, siswa melakukan (2006)yang menjelaskan bahwa teknik
kegiatan berpikir dengan berlandaskan situasi Problem Based Learning memusatkan
yang dirancang oleh guru. perhatian pada masalah yang terjadi dan dekat
Dalam kedua teknik yang telah dengan kehidupan sehari-hari siswa.
dipaparkan di atas, siswa memerlukan Kebermaknaan belajar merupakan ciri dari
kemampuan berpikir yang mengarah pada teknik pembelajaran ini. Karena siswa
kesimpulan yang benar. Semakin baik proses dituntut untuk berpikir ilmiah dengan cara
berpikir yang dilakukan, maka seseorang bernalar dan memikirkan pemecahan dari
dapat menentukan dengan jelas tindakan apa setiap permasalahan melalui penguraian
yang harus dilakukan. Proses berpikir yang pilihan-pilihan pemecahan masalah, sehingga
menghasilkan kesimpulan yang benar disebut dihasilkan sebuah kesimpulan yang benar.
dengan berpikir logis. Di dalam berpikir Sementara Problem Posing
logis, terdapat 3 (tiga) komponen yang harus merupakan teknik dalam metode
ada meliputi (1) pengertian (concept), (2) pembelajaran kontekstual yang bertujuan
keputusan (decision), (3) penalaran untuk memandirikan siswa dengan jalan
(reasoning). Ketiga komponen dalam berpikir mengonstruksi masalah lalu kemudian
logis tersebut bisa diwujudkan melalui dua memecahkannya. Sebelum siswa
cara yakni melalui teknik deduktif dan mengonstruksi masalah, guru menguraikan

262
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

terlebih dahulu pertanyaan atau pernyataan keterampilan untuk berkolaborasi bagi siswa.
yang dapat dijadikan bahan bagi siswa untuk Karena siswa dituntut untuk berpikir ilmiah
membuat suatu pertanyaan kembali. Dari dengan cara bernalar dan memikirkan
pernyataan di atas, dapat digaris bawahi pemecahan dari setiap permasalahan melalui
bahwa siswa masih diberikan bimbingan dari penguraian pilihan-pilihan pemecahan
guru untuk mengonstruk sebuah masalah dan masalah, sehingga dihasilkan sebuah
permasalahan yang diajukan guru bisa jadi kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang
tidak sesuai dengan konteks permasalahan didapat dari sebuah pemikiran dan
yang dekat dengan kehidupan siswa. pengamatan akan menghasilkan sebuah fakta
4. Pada kelompok yang memiliki atau data baru yang bisa dipertanggung
kemampuan berpikir logis rendah,
jawabkan kebenarannya.
terdapat perbedaan hasil belajar IPA
antara kelompok siswa yang diberikan Sementara Problem Posing merupakan
metode CTL teknik Problem Based
teknik dalam metode pembelajaran
Learning dan kelompok siswa yang
diberikan metode CTL teknik Problem kontekstual yang bertujuan untuk
Posing (A1B2& A2B2)
memandirikan siswa dengan jalan
Teknik Problem Based Learning yang mengonstruksi masalah lalu kemudian
dikembangkan oleh Arrends (2012:396) memecahkannya. Dengan adanya peran guru
mendefinisikan PBL sebagai suatu teknik sebagai main role, siswa mengonstruksi
pembelajaran yang berpusat pada siswa pertanyaan melalui pernyataan dan
(student-centered), mengorganisasikan pertanyaan yang diajukan guru terlebih
kurikulum dengan pembelajaran kontekstual dahuiu.
dalam situasi dan masalah nyata sehari-hari. Kemampuan menalar memang datang dari
Kwan & Somenjelaskan dalam studi sebuah permasalahan atau data yang sudah
ilmiahnya bahwa pembelajaran dengan teknik diketahui, namun ada baiknya jika data atau
ini membuat siswa menjadi lebih aktif, permasalahan tersebut datang secara
terintegrasi antar disiplin ilmu, dan kontekstual bukan dengan bimbingan guru.
berhubungan satu dengan yang lain tanpa Sehingga proses pemikiran atau bernalar tidak
terpecah-pecah. Siswa dapat bekerja sama sengaja diarahkan menuju kebenaran atau
dalam kelompok berdiskusi dengan tanggung kesimpulan yang sesungguhnya.
jawab untuk belajar bersama dalam prosesnya SIMPULAN
dapat membangun kemampuan berpikir dan Penelitian ini menggunakan metode
keterampilan memecahkan masalah serta eksperimen yang melibatkan variabel bebas,

263
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

yaitu metode CTL teknik Problem Based


Learning dan metode CTL teknik Problem DAFTAR PUSTAKA
Posing dan kemampuan berpikir logis,
Arends, R. I & Ann Klicher. 2010. Teaching
sedangkan sebagai variabel terikatnya adalah for Student Learning: Becoming an
Accomplished Teacher. New York:
hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri
Routledge.
114 Palembang.
Brown, Stephen I & Marrion I. Walter. 2004.
Berdasarkan hasil analisis data, hasil The Art of Problem Posing: Third
pengujian hipotesis dan hasil pembahasan Edition. New York: Routledge.

penelitian yang telah diperoleh dijelaskan Glynn, Shawn M & Reinders Duit, 1995.
Learning Science in The Schools. USA:
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Lawrence.
1. Metode CTL teknik Problem Based
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan
Learning memiliki pengaruh yang lebih Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
tinggi nilainya dari metode CTL teknik 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Problem Posing terhadap hasil belajar Moller, Leslie, Jason Bond Huett, & Douglas
M. Harvey. 2014. Learning and
IPA. Instructional Technologies for The 21st
2. Terdapat interaksi antara metode CTL Century. New York: Springer Science-
Business Mediarn LLC.
teknik Problem Based Learning dan
metode CTL teknik Problem Posing dan Oliver, Paul. 2013. Writing Your Thesis. Sage
Publications Ltd
kemampuan berpikir logis terhadap hasil
belajar IPA. Setiawan, Ibnu. 2007. Contextual Teaching &
Learning: Menjadikan Kegiatan
3. Metode CTL teknik Problem Based
Belajar-Mengajar dan Bermakna.
Learning lebih tinggi nilainya dari Bandung: MLC.
metode CTL teknik Problem Posing pada
Stenberg, Robert & Karin Stenberg, 2002.
kelompok siswa yang memiliki Cognition. Canada: Wadswoth Cengage
Learning.
kemampuan berpikir logis tinggi terhadap
hasil belajar IPA. Tan, Oon Seng. 2003. Problem Based
Learning Innovation: Using Problem to
4. Metode CTL teknik Problem Based Power Learning in The 21st Century.
Learning lebih rendah nilainya dari Singapore: Thomson Learning.

metode CTL teknik Problem Posing pada Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktif.
kelompok siswa yang memiliki Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
kemampuan berpikir logis rendah
Trilling, Bernie & Charles Fadel. 2009. 21st
terhadap hasil belajar IPA. Century Skills: Learning for Life in Our
Times. San Fransisco: Jossey Bass.

264
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

Langen, Tom A. & Rick Welsh, 2006.


Effects of PBL Approach on Attitude
Change and Science and Policy Content
Knowledge. Conservation Biology
Vol.20 No. 3:600-608, (dikutip
darihttp://m.ebscohost.com) diakses
tanggal 23 Februari 2015.

Kwan, Tammy & Max So, International


Research Group, (dikutip dari
http://m.ebscohost.com) diakses tanggal
23 Februari 2015.

265

Anda mungkin juga menyukai