7) Jadikanlah kegiatan ini mengasyikkan, ekspresikan emosi yang dibangkitkan oleh ceritera
atau puisi dan bawalah sastra ke dalam suasana yang hidup melalui gerakan, sound effect,
dan perubahan nada suara.
8) Apabila memungkinkan doronglah anak berpartisipasi dalam membaca, misalnya mereka
mungkin ingin menceriterakan buku atau mendeklamasikan puisi.
9) Secara periodik berilah pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman dan minat siswa.
Berikan kesempatan pada siswa untuk duduk santai bersandar dengan senang merupakan
daya tarik dari sastra yang menyenangkan. Jangan selalu bertanya dan mengubah
membaca nyaring menjadi suatu tes.
10) Jangan menyelesaikan seluruh bagian atau bab pada suatu bacaan. Berhentilah pada
bagian ceritera yang menegangkan. Biarkan anak berdiri di pinggir tempat duduknya,
cemas karena rasa ingin tahu mereka lebih lanjut tentang apa yang terjadi berikutnya.
11) Pada penyelesaian ceritera atau puisi berikan kesempatan kepada siswa untuk
merenungkan apa yang telah mereka dengar dan meneliti perasaannya sendiri.
12) Setelah menyelesaikan seluruh ceritera, berikanlah waktu kepada siswa untuk
mengekspresikan perasaan mereka secara bebas.
Hal yang perlu diingat dalam membaca nyaring antara lain sebagai berikut.
1) Seni menyimak merupakan sesuatu yang bermanfaat, sehingga harus diajarkan.
2) Panjang pendek ceritera yang dibacakan hendaknya bervariasi.
3) Jika membacakan buku ceritera bergambar, guru harus yakin anak dapat melihat gambar
itu dengan jelas.
4) Hentikan membaca pada titik yang menyenangkan.
5) Sesudah membaca sediakan waktu untuk berdiskusi, mengekspresikan secara lisan, tertulis
atau pun ekspresi artistik.
6) Jangan membelokkan diskusi menjadi ujian, tes atau evaluasi.
7) Bacalah teks dengan penuh ekspresi dan perlahan-lahan.
8) Sebelum membaca buku tersebut di depan kelas, tinjaulah buku tersebut lebih dahulu.
Hal yang harus dihindari pada waktu membaca nyaring adalah sebagai berikut.
1) Jangan membacakan ceritera yang tidak kita sukai.
2) Jangan meneruskan membaca ceritera jika ternyata buku tersebut pilihan yang salah.
3) Jangan bingung dengan pertanyaan yang diajukan siswa selama membaca, dan diskusikan
dengan siswa pendapat dan kesimpulan mereka.
4) Ciptakan pertanyaan terbuka yang mengharuskan siswa memusatkan perhatian pada
bagian tertentu dari sebuah buku (Rothlein dan Meinbach, 1993).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring lebih ditekankan pada,
membaca nyaring yang dilakukan oleh guru. Kegiatan membaca nyaring kurang baik dan
kurang bermakna jika dilakukan dengan teknik round robin.
Kegaiatan membaca nyaring sangat penting dan banyak keuntungan yang diperoleh
siswa. Oleh karena itu, guru perlu membuat suatu program kegiatan nyaring yang efektif.
Jangan lupa berlatihlah membaca nyaring dengan teknik yang tepat agar membaca nyaring
Anda menarik didengar siswa Anda.
5.5 Memilih Bacaan
Kepentingan membaca bagi menusia dicanangkan oleh Tuhan. Perintah membaca oleh Tuhan
ini dikemas dalam ayat yang pertama kali diturunkan Tuhan. Dalam surat ini yakni al Alaq
Tuhan menurunkan lima ayat akan pentingnya membaca bagi umat manusia untuk mencapai
keberhasilan di dunia dan di akhirat. Kelima ayat tersebut diterjemahkan secara bebas sebagai
berikut. (1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu. (2) Dia yang telah menciptakan
manusia dengan segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhan yang maha Pemurah (4) Tuhan
yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. (5) Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya.
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca. Manfaat membaca dapat didapat
oleh siapa saja dan dari tulisan apa saja. Sederetan manfaat membaca dapat diuraikan di
bawah ini.
1) menusir rasa cemas dan gundah gulana,
2) tidak akan terjatuh ke dalam lembah kebodohan,
3) menjernihkan pikiran,
4) mencari dan membentuk jati diri,
5) belajar bercakap dan berkata-kata,
6) mengisi dan memperbanyak memori, dsb.
Tujuan model pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning
dengan teknik one-to-one
Banyak yang mengartikan skimming dan scanning sebagai sekedar menyapu halaman,
sedangkan pengertian yang sebenarnya adalah suatu keterampilan membaca yang diatur
secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, dengan berbagai tujuan, yaitu
1.
mengenali topik bacaan
2.
mengetahui pendapat orang (opini)
3.
mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya
4.
mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu disusun dalam
kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian bacaan itu
penyegaran yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum
menyampaikan ceramah (Hadi, 2010).
3.
Kajian teori model pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan
scanning dengan teknik one-to-one
Soedarso (2006: 84) menyebutkan bahwa sebagai pembaca kita harus berani menjadi
tuan dan bacaan adalah budak kita sehingga bacaan itu dapat diperlakukan sesuai
maksud/keinginan kita. Membaca sesuai dengan keinginan kita dapat kita lakukan dengan
metode skimming dan scanning. Membaca tersebut dilakukan dengan tidak membaca
keseluruhan, tetapi hanya pada bagian-bagian yang dianggap penting saja.
Komponen
Skimming
Scanning
Pengertian
Skimming digunakan untuk
Scanning digunakan untuk
mendapatkan gagasan utama
mendapatkan informasi
dari sebuah teks. Untuk
spesifik dari sebuah teks.
mengetahui apakah suatu artikel Biasanya, ini dilakukan jika
sesuai dengan apa yang kita
Anda telah mengetahui dengan
cari. Untuk menilai artikel
pasti apa yang Anda cari
tersebut, apakah menarik untuk sehingga berkonsentrasi
dibaca lebih lanjut secara
mencari jawaban yang
mendetail. Kecepatan membaca spesifik. Scanning berkaitan
secara skimming biasanya
dengan menggerakan mata
sekitar 3-4 kali lebih cepat dari secara cepat keseluruh bagian
membaca biasa.
halaman tertentu untuk
mencari kata dan frasa tertentu.
Contoh
skimming untuk mendapatkan scanning untuk menemukan
gagasan utama dari sebuah
nomor tertentu pada direktori
halaman buku teks sehingga
telepon, kata dalam kamus.
dapat memutuskan apakah buku
tersebut berguna dan perlu
dibaca lebih pelan dan
mendetail.
Strategi
Langkah-langkah skimming :
Langkah-langkah scanning :
1.
Baca judul, sub judul dan 1.
Perhatikan penggunaan
subheading untuk mencari tahu urutan seperti angka, huruf,
apa yang dibicarakan teks
langkah, pertama, kedua,
tersebut.
atau selanjutnya.
2.
Perhatikan ilustrasi
2.
Carilah kata yang
(gambar atau foto) agar Anda
dicetak tebal, miring atau yang
mendapatkan informasi lebih
dicetak berbeda dengan teks
jauh tentang topik tersebut.
lainnya.
3.
Baca awal dan akhir
3.
Terkadang penulis
kalimat setiap paragraf
menempatkan kata kunci pada
batas paragraph
4.
Jangan membaca kata
per kata. Biarkan mata Anda
melakukanskimming kulit luar
sebuah teks. Carilah kata kunci
ataukeyword-nya
5.
Lanjutkan dengan
berpikir mengenai arti teks
tersebut
memantau serta memberi masukan kepada siswa-siswa yang belum mendapat informasi yang
akurat (Ginnis, 2008).
4.
a.
5.
VI/1
6.
VI/2
.
Melihat isi dari KD berdasarkan tabel di atas, semua KD dapat diterapkan metode
skimming dan scanning dalam proses pembelajaran membacanya. Sekarang tugas guru
adalah membuat metode skimming dan scanning itu menarik dan disenangi oleh siswa.
Sebagai contoh pada KD 3.1, 3.2, dan 3.3 di kelas IV, metode skimming dapat digunakan
dengan teknik one-to-one sesuai dengan langkah-langkah yang sudah disebutkan di atas dan
cara membaca teks dapat dengan pola:
1. Vertikal (lurus ke bawah)
4.
5.
Diagonal
Untuk membuat kelima pola tersebut dapat dilakukan pada kertas A4. Kertas A4
digambarkan gambar pola tersebut dengan ukuran yang ditentukan minimal 5 cm untuk luas
tiap polanya. Setelah pola digambarkan, gambar tersebut dipotong dan hasil yang didapat
dapat digunakan pada saat melakukan proses membaca skimming dan scanning. Tahap 1, 2,
3, 4 masih menggunakan pola tersebut dengan frekuensi yang terus dikurangi dan tahap
kelima siswa akan terbiasa tanpa pola.
Materi/bahan ajar yang digunakan untuk pemebalajaran KD 3.1, 3.2, dan 3.3 di atas
disesuaikan dengan kompetensi siswa. Contoh teks bacaan yang disediakan tidak terlalu sulit,
penggunaan kamus yang tidak tebal (kamus saku), ensiklopedi juga ensiklopedi anak-anak.
b.
Media pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran. Djamarah (2006:122) menyebutkan bahwa media pembelajaran sebagai alat
bantu pembelajaran yang berfungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan alat bantuk tidak bisa digunakan sembarangan
menurut kehendak hati guru dalam upaya pelaksanaan pembelajaran berlangsung ketika
aktivitas pembelajaran di rungan kelas. Namun, harus memperhatikan dan
mempertimbangkan karakteristik peserta didik agar tercapainya tujuan pembelajaran. Media
pembelajaran banyak macamnya dan Rudy Brets (dalam Sudrajat, 2008), mengidentivikasi
ada tujuh klasifikasi media, yaitu
(1). Media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film tv, (2). Media audio visual
diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara,dan sebagainya, (3). Audio semi gerak,
seperti: tulisan jauh bersuara, (4). Media visual bergerak, seperti: film bisu, (5). Media visual
diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu, (6). Media audio, seperti: radio,
telepon, pita audio, (7). Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
c.
Berkaitan dengan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one, media
yang dapat digunakan dapat beragam bergantung pada materi. Jika materi yang diambil
seperti pada KD 3.1, 3.2, dan 3.3 di kelas IV, medianya dapat beberapa teks bacaan dengan
jumlah kata (150 -200 kata), stopwatch, kemudian dapat juga digunakan beberapa gambar
yang diikuti petunjuk pemakaian, dan ensiklopedi anak-anak, serta kertas yang berwarnawarni untuk menuliskan hasil kerja, papan tulis, dan pola membaca skimming dan scanning
yang sudah digambarkan untuk memudahkan siswa.
Evaluasi pembelajaran
Penilaian atau evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
sesuatu (Hidayat, dkk. 1994). Witherington mengungkapkan an evaluation is a
declaration that something has or does not have value. Evaluasi merupakan penentuan
apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Menurut Wahyudin dan Agustin (2010),
kegatan penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi
secara sistematik, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah
dicapai oleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dapatlah kita
katakan bahwa penilaian adalah usaha untuk menentukan nilai terhadap sesuatu. Untuk
melakukan penentuan nilai tersebut dibutuhkan yang namanya tes atau nontes.
Pada pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning dengan
teknik one-to-one, guru dapat menggunakan evaluasi bentuk tes tulis dengan teknik tes serta
nontes. Bentuk tes disusun dengan mengajukan beberapa pertanyaan sesuai dengan teks
bacaan yang diberikan pada siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa
memahami isi bacaan. Nontes dapat dilakukan secara langsung dengan melihat bentuk kerja
sama dengan temannya serta keseriusan siswa dalam menemukan informasi dari teks bacaan.
Kedua hal yang dilihat tersebut dicatat pada lembar pengamatan guru.
d. Skenario pembelajaran
Kelas/Semester
Model/Teknik
Keterampilan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
: IV (empat)/2 (dua)
: skimming dan scanning dengan teknik one-to-one
: membaca
: 3. Memahami teks agak panjang (150 200 kata),
petunnjuk pemakaian, makna kata dalam
kamus/ensiklopedi
: 3.1 Menentukan pikiran pokok teks agak panjang
(150 - 200 kata) dengan cara membaca sekilas
: 1. Siswa dapat membaca keseluruhan isi teks bacaan
2. Siswa menuliskan pikiran pokok dari teks bacaan
3. Siswa menyimpulkan isi dari teks bacaan
Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Kegiatan awal
a. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan appersepsi.
b. Guru memperlihatkan beberapa kertas bergambar dan teks bacaan.
c.
d.
e.
f.
g.
Guru meminta siswa membacakan secara bersama tulisan yang ada pada gambar.
Guru mengemukakan kompetensi yang akan dipelajari oleh siswa.
Guru menjelaskan tentang membaca dan cara-cara membaca sambil mempraktikkan.
Guru meminta siswa mengulangi bacaannya sama seperti yang dibacakan oleh guru.
Guru memberi petunjuk tentang cara membaca melalui metode skimming dan scanning
dengan teknik one-to-one serta memperlihatkan pola-pola membaca yang telah digambarkan.
h. Guru meminta siswa mempraktik sesuai petunjuk. Setelah siswa mempraktikan dan guru
dapat menyimpulkan siswa paham. Guru membentuk siswa dalam dua grup/kelompok
kemudian guru membagikan teks bacaan dan kertas warna-warni pada setiap anggota
kelompok. Pada setiap teks telah tertulis waktu yang diperlukan oleh siswa dalam membaca.
2. Kegiatan inti
a. Guru membunyikan alrm pertanda siswa sudah dapat memulai membaca teks sesuai arahan
guru yaitu menggunakan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one.
b. Guru membunyikan alrm lagi pertanda waktu membaca telah berakhir.
c. Siswa menuliskan pokok-pokok pikiran teks bacaan pada kertas warna-warninya masingmasing
d. Siswa bekerja sama/bertanya jawab dengan teman-teman satu kelompok terkait pokok-pokok
pikiran yang telah dituliskannya. Setiap anggota kelompok harus ditanyakan.
e. Siswa memperbaiki tulisannya jika ada yang kurang tepat.
f. Siswa menuliskan kesimpulan dari isi teks bacaan yang dibacanya.
g. Guru mengontrol/mengamati dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
h. Guru membunyikan alrm pertanda waktu menuliskan pokok pikiran dan simpulan telah
berakhir.
i. Guru meminta siswa yang telah siap maju ke depan kelas. Siswa tersebut dipasangkan
kembali dengan yang sama-sama telah siap dan diberikan teks baru lagi dan diminta
menerapkan hal yang sama seperti yang sudah dilakukan. Begitu juga dengan siswa-siswa
yang lain.
j. Siswa mengumpulkan semua hasil kerjanya.
3.
a.
b.
c.
Kegiatan akhir
Guru memberi reward pada semua siswa yang telah berusaha sebaik mungkin.
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
Guru dan siswa melakukan refleksi
Strategi yang baik digunakan sebelum teknik scanning dilakukan adalah menentukan
informasi spesifik apa yang Anda butuhkan dan mengetahui lebih dahulu bagaimana
sebuah informasi disusun dan distrukturkan.
Materi bacaan yang bisa kita scanning biasanya disusun berdasarkan:
1. Alafabet: materi disusun dalam urutan A-Z (contoh: kamus, buku telepon)
2. Kronologis: materi disusun dalam nomor urut atau urutan waktu (contoh: daftar isi
buku/ majalah, jadwal siaran tv)
3. Kategori: materi disusun berdasarkan suatu kategori (contoh: jadwal praktek dokter,
buku manual kendaraan)
Scanning dilakukan dengan menjaga konsentrasi dan perhatian Anda akan suatu kata
kunci dari informasi yang kita cari sembari melakukan penelusuran dengan cepat.
Dengan mengetahui bagaimana sebuah materi bacaan scanning disusun, Anda dapat
dengan mudah mengatur arah pergerakan mata Anda dalam pencarian dan penelusuran
bacaan.
Cara lain untuk membantu efektivitas teknik scanning adalah dengan menggunakan alat
bantu berupa jari atau alat tulis Anda yang bisa digunakan dalam memandu pergerakan
mata dan menjaga kecepatan telusur yang lebih cepat dan konsisten.
Apresiasi melibatkan seluruh dimensi kognitif yang telah disebutkan sebelumnya, karena
apresiasi berhubungan dengan dampak psikologis dan estetis terhadap pembaca. Apresiasi
menghendaki supaya pembaca secara emosional dan estetis peka terhadap suatu karya dan
memintanya bereaksi terhadap nilai dan kekayaan unsur-unsur psikologis dan artistik yang
ada dalam karya itu. Apresiasi ini mencakup pengetahuan tentang respon emosional terhadap
teknik-teknik, bentuk-bentuk, gaya serta struktur sastra.
3.6. Strategi KWL
Teknik ini guru membimbing siswa untuk dapat mengaktifkan pengetahuan latarnya
(skematanya) dan meningkatkan kemenarikan topik dalam teks terhadap siswa. Hal ini
disebabkan oleh adanya kegiatan menginterpretasi makna yang terdapat dalam teks dan
penyusunan rangkuman hasil membaca yang berisi kombinasi antara isi bacaan dan skemata
siswa. Kegiatan Pembelajaran dalam teknik KWL ini dibagi menjadi tiga tahapan.
Tierney (dalam Ririn, 2008:39-41) menjelaskan tiga tahapan besar
tersebut. Pertama, tahap K (What I Know apa yang saya pelajari). Siswa diajak bercurah
pendapat tentang tema, topik, judul, dan ilustrasi atau gambar-gambar yang terdapat dalam
teks. Dengan aktivitas itu skemata pembaca menjadi aktif kembali, sehingga pemahaman
akan lebih mudah dicapai oleh pembaca. Disamping itu guru juga mengaktifkan skemata
siswa tentang bahasa yang digunakan dalam teks. Pengaktifan skemata bahasa dilakukan
dengan mengangkat berbagai istilah, kata, frase, atau kalimat yang merupakan kunci dalam
memahami isi yang terkandung dalam teks bacaan. Kegiatan tahap K ini akan menghasilkan
sebuah jaring laba-laba. Isi jaring laba-laba ini mencakup tema, topik-topik, sub-subtopik,
serta beberapa detail dari subtopik yang dipandang perlu. Curah pendapat tidak perlu sampai
pada semua detail dari setiap subtopik yang ada, karena akan terlalu banyak menyita waktu.
Guru perlu terlebih dahulu merancangnya secara lengkap dan luas sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Kedua, tahap W (What I Want to learn apa yang ingin saya pelajari). Guru
mengidentifikasi berbagai hal yang bagi siswa merupakan hal yang menarik, kurang
dipahami, meragukan, atau menjadi silang pendapat. Guru menyusun sejumlahpertanyaan
yang merupakan tujuan dari kegiatan siswa membaca. Akan lebih praktis apabila sejumlah
pertanyaan tersebut disusun sebelum pembelajaran, karena apabila disusun dalam
pembelajaran akan menyita waktu yang lebih banyak. Apa bila ada tambahan pertanyaan,
guru tinggal menambahkannya.
Fase ini membimbing aktivitas membaca menjadi aktivitas yang bertujuan dan pikiran siswa
akan lebih terfokus pada hal-hal yang hendak dicarinya dalam teks. Tanpa adanya tujuan
yang hendak dicari, pikiran siswa akan bias, sehingga sulit merekam informasi-informasi
penting yang terdapat dalam teks. Tahap ini dapat juga dikatakan sebagai tahap untuk
meningkatkan keingintahuan siswa terhadap informasi-informasi yang akan disampaikan
penulis melalui teks.
Ketiga, tahap L (What I Learned apa yang telah saya pelajari). Siswa dipersilakan
membaca teks yang telah ditentukan sambil berpedoman pada sejumlah pertanyaan yang
telah diterimanya. Siswa perlu dibimbing untuk dapat mengidentifikasi informasi penting
yang terkait dengan sejumlah pertanyaan yang ada, misalnya dengan cara menggaris bawahi
bagian-bagian yang dianggap penting. Guru juga perlu memberikan bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan terhadap kata atau istilah yang digunakan dalam teks.
Agar setiap aktivitas membaca yang dilakukan dapat berjalan efektif dan efisien,
kiranya diperlukan teknik tertentu. Dalam hal ini, Francis P. Robinson dari Universitas Negeri
Ohio Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah teknik membaca yang dikenal dengan
sebutan SQ3R. Teknik ini bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan
belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari langkah-langkah mempelajari teks
atau buku yang terdiri dari :(1) Survey; (2) Question;(3) Read; (4) Recite; dan (5)Review.
Dengan melakukan peninjauan dapat dikumpulkan informasi yang diperlukan untuk
memfokuskan perhatian saat membaca. Peninjauan untuk satu bab memerlukan waktu 5-10
menit. Apa yang ditinjau? Baca JudulHal ini dapat membantu untuk memfokuskan pada topik
bab. Baca PendahuluanMemberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal penting dalam
bab. Baca kepala judul/subbabMemberikan gambaran mengenai kerangka
pemikiranPerhatikan grafik, diagramAdanya grafik, diagram dan gambar ditujukan untuk
memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks. Perhatikan alat bantu
bacatermasuk huruf miring, definisi, pertanyaan di akhir bab yang ditujukan untuk membantu
pemahaman dan mengingat.
Langkah kedua (Question), adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas,
singkat, dan revelan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama.
Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan dalam
memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-hal yang
sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa pertanyaan.
Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan dengan isi teks, maka
perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.
Langkah ketiga (Read), Mulailah membaca dengan menyimpan banyak pertanyaan
yang kamu buat sebelumnya. Ini akan membuat kita lebih antusias lagi dalam membaca.
Pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab membuat pembaca akan bersemangat untuk
menemukan banyak hal dari buku/bacaan yang ia baca.
Pada masing-masing bab, cobalah untuk mencari masing-masing jawaban dari
pertanyaan yang telah dibuat dalam pikiran kita. Ada beberapa saran ketika kita membaca:
1. Usahakan melatih kebiasaan yang tidak efektif dalam membaca seperti bersuara,
menggerakkan kepala, membaca ulang kalimat? atau kata-kata yang tidak terlalu penting.
2. Ada yang menyarankan untuk tidak memberi catatan untuk kata atau kalimat yang tidak
kita
pahami.
Namun berilah suatu tanda, misalnya untuk kata-kata atau kalimat yang tidak
dipahami berilah tanda tanya (?), untuk ketidak setujuan pada isi kalimat berilah tanda (X)
atau tanda check (v) untuk hal-hal yang kita setujui. Atau tanda arah (-->) untuk paragraf
atau kata atau kalimat yang harus kita tinjau ulang, serta tanda peti ("...") sebagai
isyarat/kalimat kunci.
Langkah keempat (Recite), adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawabanjawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan tanpa membuka
catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga. Jika sebuah pertanyaan
tidak terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya.
Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat
diselesaikan dengan baik.
Langkah terakhir adalah me-review apa-apa saja yang telah kita baca. Begitu
banyaknya informasi yang datang ke kita setiap harinya, membuat informasi yang lama akan
cenderung mudah dilupakan. Dan informasi yang baru justru akan lebih mudah diingat.
Untuk itulah perlu dilakukan review setelah kita membaca, terutama bila kita membaca
sebuah buku yang sarat akan informasi ilmiah dan membutuhkan pemahaman secara
mendalam.
Melakukan review bukan berarti kita membaca ulang seluruh isi buku, namun kita
menelusuri kembali secara global judul-judul, sub judul, kata-kata kunci dan hal-hal yang
sudah kita tandai pada waktu kita membaca buku.
Dengan melakukan review akan sangat menolong kita dalam meningkatkan daya
ingat serta menemukan hal-hal penting dari bacaan yang telah kita baca. Selain itu, hal ini
akan menambah keyakinan kita bahwa dengan membaca dapat memberikan manfaat yang
sangat besar, salah satunya adalah pengetahuan baru yang kita simpan dalam otak kita.
BAB IV
4.1. STRATEGI MEMBACA PERMULAAN
4.2. Pengertian membaca permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori
keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal.
Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan
proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209).Membaca merupakan suatu proses yang
bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan
secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar
bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambargambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut,
rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam
kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami
maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah
informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi,
diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam
skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan
dalam gudang ingatan (Syafiie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206) proses
membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b)
phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang lambang fonem
tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi
pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis,
sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga
dalam bentuk kata, dan kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi
proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan
(a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c)
memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
c)
Metode global
Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang
berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada jumlah
bagian bagiannya. Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca.
d) Metode SAS
Metode ini dibagi menjadi 2tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2) menggunakan buku.Mengenai
itu, Momo(1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1. Tahap tanpa buku, dengan cara:
- Merekam bahasa siswa
- Menampilakn gambar sambil bercerita
- Membaca gambar
- Membaca gambar dengan kartu kalimat
- Membaca kalimat secara struktual (S)
- Proses Analitik (A)
- Proses Sintetik (S)
2. Tahap dengan buku, dengan cara:
- Membaca buku pelajaran
- Membaca majalah bergambar
- Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode
SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah:
Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil
adalah kalimat.
Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.