Anda di halaman 1dari 20

Membaca nyaring

5.4.3 Guided Reading


Guided Reading adalah salah satu jenis kegiatan membaca nyaring yang memfungsikan guru
sebagai pembimbing, pengamat, dan fasilitator. Meskipun kegiatannya membaca nyaring
namun penekanannya bukan pada teknik membaca, tetapi pada pemahaman materi. Seluruh
murid membaca teks yang sama dan mendiskusikannya. Guru mengajukan pertanyaan dan
siswa diminta menjawab dengan kritis. Pertanyaan harus dibuat secara porposional. Kegiatan
ini merupakan kegiatan membaca nyariung yang sangat penting dilakukan di kelas.
Demikianlah jenis pembelajaran membaca nyaring yang dapat dilakukan oleh guru.
Sebagai penutup uraian membaca nyaring ini disajikan inti dari buku pegangan terlaris dalam
mendidik dan mempersiapkan anak memasuki sekolah formal. Buku tersebut berjudul The
New Read-Aloud Handbook. Buku ini sangat terkenal di Amerika Serikat. Inti buku ini adalah
menyajikan keuntungan dan kesenangan anak membaca nyaring. Keuntungan dan
kesenangan anak dalam membaca nyaring yang terdapat dalam buku itu diterjemahkan dan
disajikan seperti di bawah ini.
1) Awali pembelajaran pertama dengan membacakan ceritera di kelas. Bertukar buku yang
menarik, Ciptakankesempatan yang menakjubkan bagi guru dan siswa untuk berbagi
kesempatan yang hangat dan menyenangkan, membina ikatan secara akrab dengan
seluruh siswa di kelas.
2) Sebelum membacakan ceritera atau puisi, akrabilah dahulu materi bacaan tersebut. Dengan
demikian guru akan mengetahui bagian ceritera yang perlu mendapat tekanan. Kata atau
konsep mana, apa yang diperlukan sebelum membaca untuk menghindari kebingungan,
dan suasanan hati yang perlu ditampilkan.
3) Wacana yang panjang hendaknya diperpendek, supaya pengajaran membaca lebih lancar,
dan latihlah membaca suatu ceritera atau bagian ceritera dengan nyaring sebelum
membacakan kepada anak.
4) Selalu mendiskusikan isi bahan bacaan dengan siswa untuk membangkitkan minat siswa
pada buku. Anak senang sekali dengan anekdot-anekdot tentang penulis atau ilustrator.
Informasi ini membuat mereka akan semakin akrab pada ceritera atau puisi tersebut.
Pertanyaan seperti lihat judul dan sampul buku ini. Menurutmu buku ini menceriterakan
tentang apa? Pernahkah kalian mendengar tentang penulis sebelumnya? Dan lain
sebagainya.
5) Suruhlah siswa duduk dengan riang dalam setengah lingkaran di sekitar Anda dan
singkirkan semua benda yang dapat mengganggu. Adakan kontak mata selama Anda
membacakan ceritera.
6) Duduklah di kursi rendah dekat siswa dan peganglah buku sedemikian rupa sehingga
mereka dapat melihat ilustrasi. Ilustrasi merupakan hal penting dalam membaca buku
untuk anak.

7) Jadikanlah kegiatan ini mengasyikkan, ekspresikan emosi yang dibangkitkan oleh ceritera
atau puisi dan bawalah sastra ke dalam suasana yang hidup melalui gerakan, sound effect,
dan perubahan nada suara.
8) Apabila memungkinkan doronglah anak berpartisipasi dalam membaca, misalnya mereka
mungkin ingin menceriterakan buku atau mendeklamasikan puisi.
9) Secara periodik berilah pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman dan minat siswa.
Berikan kesempatan pada siswa untuk duduk santai bersandar dengan senang merupakan
daya tarik dari sastra yang menyenangkan. Jangan selalu bertanya dan mengubah
membaca nyaring menjadi suatu tes.
10) Jangan menyelesaikan seluruh bagian atau bab pada suatu bacaan. Berhentilah pada
bagian ceritera yang menegangkan. Biarkan anak berdiri di pinggir tempat duduknya,
cemas karena rasa ingin tahu mereka lebih lanjut tentang apa yang terjadi berikutnya.
11) Pada penyelesaian ceritera atau puisi berikan kesempatan kepada siswa untuk
merenungkan apa yang telah mereka dengar dan meneliti perasaannya sendiri.
12) Setelah menyelesaikan seluruh ceritera, berikanlah waktu kepada siswa untuk
mengekspresikan perasaan mereka secara bebas.
Hal yang perlu diingat dalam membaca nyaring antara lain sebagai berikut.
1) Seni menyimak merupakan sesuatu yang bermanfaat, sehingga harus diajarkan.
2) Panjang pendek ceritera yang dibacakan hendaknya bervariasi.
3) Jika membacakan buku ceritera bergambar, guru harus yakin anak dapat melihat gambar
itu dengan jelas.
4) Hentikan membaca pada titik yang menyenangkan.
5) Sesudah membaca sediakan waktu untuk berdiskusi, mengekspresikan secara lisan, tertulis
atau pun ekspresi artistik.
6) Jangan membelokkan diskusi menjadi ujian, tes atau evaluasi.
7) Bacalah teks dengan penuh ekspresi dan perlahan-lahan.
8) Sebelum membaca buku tersebut di depan kelas, tinjaulah buku tersebut lebih dahulu.
Hal yang harus dihindari pada waktu membaca nyaring adalah sebagai berikut.
1) Jangan membacakan ceritera yang tidak kita sukai.
2) Jangan meneruskan membaca ceritera jika ternyata buku tersebut pilihan yang salah.
3) Jangan bingung dengan pertanyaan yang diajukan siswa selama membaca, dan diskusikan
dengan siswa pendapat dan kesimpulan mereka.
4) Ciptakan pertanyaan terbuka yang mengharuskan siswa memusatkan perhatian pada
bagian tertentu dari sebuah buku (Rothlein dan Meinbach, 1993).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring lebih ditekankan pada,
membaca nyaring yang dilakukan oleh guru. Kegiatan membaca nyaring kurang baik dan
kurang bermakna jika dilakukan dengan teknik round robin.

Kegaiatan membaca nyaring sangat penting dan banyak keuntungan yang diperoleh
siswa. Oleh karena itu, guru perlu membuat suatu program kegiatan nyaring yang efektif.
Jangan lupa berlatihlah membaca nyaring dengan teknik yang tepat agar membaca nyaring
Anda menarik didengar siswa Anda.
5.5 Memilih Bacaan
Kepentingan membaca bagi menusia dicanangkan oleh Tuhan. Perintah membaca oleh Tuhan
ini dikemas dalam ayat yang pertama kali diturunkan Tuhan. Dalam surat ini yakni al Alaq
Tuhan menurunkan lima ayat akan pentingnya membaca bagi umat manusia untuk mencapai
keberhasilan di dunia dan di akhirat. Kelima ayat tersebut diterjemahkan secara bebas sebagai
berikut. (1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu. (2) Dia yang telah menciptakan
manusia dengan segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhan yang maha Pemurah (4) Tuhan
yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. (5) Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya.
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca. Manfaat membaca dapat didapat
oleh siapa saja dan dari tulisan apa saja. Sederetan manfaat membaca dapat diuraikan di
bawah ini.
1) menusir rasa cemas dan gundah gulana,
2) tidak akan terjatuh ke dalam lembah kebodohan,
3) menjernihkan pikiran,
4) mencari dan membentuk jati diri,
5) belajar bercakap dan berkata-kata,
6) mengisi dan memperbanyak memori, dsb.
Tujuan model pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning
dengan teknik one-to-one
Banyak yang mengartikan skimming dan scanning sebagai sekedar menyapu halaman,
sedangkan pengertian yang sebenarnya adalah suatu keterampilan membaca yang diatur
secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, dengan berbagai tujuan, yaitu
1.
mengenali topik bacaan
2.
mengetahui pendapat orang (opini)
3.
mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya
4.
mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu disusun dalam
kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian bacaan itu
penyegaran yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum
menyampaikan ceramah (Hadi, 2010).
3.
Kajian teori model pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan
scanning dengan teknik one-to-one

ian Membaca Skimming dan Scanning

Soedarso (2006: 84) menyebutkan bahwa sebagai pembaca kita harus berani menjadi
tuan dan bacaan adalah budak kita sehingga bacaan itu dapat diperlakukan sesuai
maksud/keinginan kita. Membaca sesuai dengan keinginan kita dapat kita lakukan dengan
metode skimming dan scanning. Membaca tersebut dilakukan dengan tidak membaca
keseluruhan, tetapi hanya pada bagian-bagian yang dianggap penting saja.
Komponen
Skimming
Scanning
Pengertian
Skimming digunakan untuk
Scanning digunakan untuk
mendapatkan gagasan utama
mendapatkan informasi
dari sebuah teks. Untuk
spesifik dari sebuah teks.
mengetahui apakah suatu artikel Biasanya, ini dilakukan jika
sesuai dengan apa yang kita
Anda telah mengetahui dengan
cari. Untuk menilai artikel
pasti apa yang Anda cari
tersebut, apakah menarik untuk sehingga berkonsentrasi
dibaca lebih lanjut secara
mencari jawaban yang
mendetail. Kecepatan membaca spesifik. Scanning berkaitan
secara skimming biasanya
dengan menggerakan mata
sekitar 3-4 kali lebih cepat dari secara cepat keseluruh bagian
membaca biasa.
halaman tertentu untuk
mencari kata dan frasa tertentu.
Contoh
skimming untuk mendapatkan scanning untuk menemukan
gagasan utama dari sebuah
nomor tertentu pada direktori
halaman buku teks sehingga
telepon, kata dalam kamus.
dapat memutuskan apakah buku
tersebut berguna dan perlu
dibaca lebih pelan dan
mendetail.
Strategi
Langkah-langkah skimming :
Langkah-langkah scanning :
1.
Baca judul, sub judul dan 1.
Perhatikan penggunaan
subheading untuk mencari tahu urutan seperti angka, huruf,
apa yang dibicarakan teks
langkah, pertama, kedua,
tersebut.
atau selanjutnya.
2.
Perhatikan ilustrasi
2.
Carilah kata yang
(gambar atau foto) agar Anda
dicetak tebal, miring atau yang
mendapatkan informasi lebih
dicetak berbeda dengan teks
jauh tentang topik tersebut.
lainnya.
3.
Baca awal dan akhir
3.
Terkadang penulis
kalimat setiap paragraf
menempatkan kata kunci pada
batas paragraph
4.
Jangan membaca kata
per kata. Biarkan mata Anda
melakukanskimming kulit luar
sebuah teks. Carilah kata kunci
ataukeyword-nya
5.
Lanjutkan dengan
berpikir mengenai arti teks
tersebut

Tarigan (1985) mendefinisikan membaca skimming (sekilas) adalah suatu tipe


mmembaca dengan cara meliputi atau menjelajah bahan bacaaan secara cepat agar dapat
memetik ide-ide utama, sedangkan scanning (sepintas) adalah suatu teknik pembacaan sekilas
tetapi dengan teliti dengan maksud menemukan informasi khusus, informasi tertentu dari
bahan bacaan.
Dapat disimpulkan bahwa skimming dan scanning adalah teknik membaca cepat yang
sangat bermanfaat bagi orang-orang yang dihadapkan pada banyak literatur sementara hanya
ada sedikit waktu untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kerancuan dalam
membedakan antara skimming danscanning. Keduanya merupakan teknik membaca cepat,
hanya saja berbeda tujuan penggunaan
Dalam praktiknya, skimming dan scanning seringkali digabungkan. Setelah
melakukan skimming, pembaca memutuskan teks tersebut menarik, lalu dilanjutkan
dengan scanning lokasi informasi yang spesifik. Bisa juga sebaliknya,
melakukan scanning ketika pertama kali menemukan sumber untuk menentukan apakah teks
tersebut akan menjawab pertanyaan Anda dan selanjutnya melakukan skimming mencari
pesan yang ingin disampaikan penulis atau gagasan utamanya
(http://gurupembaharu.com/home/?p=3989, 2010).
2. Teknik one-to-one
Gabungan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-onediharapkan dapat
memberikan sebuah hal baru dalam pembelajaran. Teknik one-to-one sangat menekankan sisi
membaca dan menulis untuk aspek yang ingin dicapai dalam setiap KD. Selain itu, ada juga
elemen aktivitas diri yang lain yang juga dilihat, yaitu kerja kelompok, cara melihat, gerakan,
serta aspek mendengarkan dan berbicara. Tujuan dari teknik one-to-one adalah untuk melatih
siswa berpikir, mandiri, saling kerja sama, pengucapan/artikulasi yang jelas, melatih pula
kecerdasan emosional dan menyenangkan.
Cara penerapan/langkah-langkah teknik one-to-one
1. Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelompok
2. Setiap kelompok diberikan satu topik bersama dengan tugas atau arahan kerja bagi setiap
kelompok
3. Guru menentukan waktu deadline bagi setiap kelompok dalam menguasai topik. Dalam
tahap penguasaan topik siswa dapat bekerja sama dengan pasangannya atau mencari bantuan
pada teman yang lain, yang satu kelompok atau melakukannya sendiri.
4. Hasil kerja dapat dituliskan pada kertas A4/A3 yang dibagikan oleh guru dan dapat dituliskan
dengan berbagai warna dengan tambahan gambar atau kata-kata kunci tertentu yang dapat
memudahkan siswa mengingat.
5. Setelah selesai dan siswa memperlihatkan hasil kerjanya, guru dapat memasangkan siswasiswa yang cepat dengan yang cepat sehingga siswa ini dapat diberikan tugas-tugas baru dan
terus berpacu, sedangkan yang lain juga dapat dipasangkan atau memilih pasangannya
sendiri. Namun, pengontrolan dari guru tetap dilakukan.setiap pasangan saling
membandingkan dan membantu dalam mencari setiap informasi yang diperlukan dan guru

memantau serta memberi masukan kepada siswa-siswa yang belum mendapat informasi yang
akurat (Ginnis, 2008).
4.
a.

Proses pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning dengan


teknik one-to-one
Bahan ajar/materi
Pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning pada tingkatan
kelas tinggi di dalam kompetensi dasar (KD) jelas terlihat bahan/materi yang akan diajarkan.
Aspek membaca di dalam setiap KD telah ditentukan oleh perumus kurikulum. Aplikasi yang
dilakukan oleh guru yang perlu ditegaskan sekarang. Terkadang ada juga guru yang
mengabaikan aspek membaca karena menganggap siswa kelas tinggi sudah dapat membaca.
Padahal, aspek membaca di kelas tinggi menggaharapkan hal berbeda dengan di kelas rendah,
Berikut dapat dilihat beberapa standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
yang difokuskan pada aspek membaca pada kelas tinggi, yaitu kelas IV, V, VI.
No
Kelas/
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
.
Semester
(SK)
(KD)
1.
IV/1
3. Memahami teks agak 3.1 Menemukan pikiran pokok teks
panjang (150 200 kata),
agak panjang (150 200 kata)
petunjuk pemakaian, makna dengan cara membaca sekilas
kata dalam
3.2 Melakukan sesuatu berdasarkan
kamus/ensiklopedi
petunjuk pemakaian yang dibaca
3.3 Menemukan makna dan informasi
secara tepat dalam
kamus/esiklopedi melalui
membaca memindai
2.
IV/2
7. Memahami teks melalui 7.1 Menemukan kalimat utama pada
membaca intensif, membaca tiap paragraph melalui membaca
nyaring, dan membaca
intensif
pantun
7.2 Membaca nyaring suatu
pengumuman dengan lafal dan
intonasi yang tepat
Membaca pantun anak secara
berbalasan dengan lafal dan
intonasi yang tepat
3.
V/1
3. Memahami teks dengan 3.1 Membaca teks percakapan
membaca teks percakapan.
dengan lafal dan intonasi yang
Membaca cepat 75
tepat
kata/menit, dan membaca 3.2 Menemukan gagasan utama suatu
puisi
teks dengan kecepatan 75
kata/menit
3.3 Membaca puisi dengan lafal dan
intonasi yang tepat
4.
V/2
7. Memahami teks dengan 7.1 Membandingkan isi dua teks
membaca sekilas, dan
yang dibaca dengan membaca
membacca ceerita anak
sekilas
7.2 Menemukan informasi secara
cepat daari berbagai teks khusus

5.

VI/1

3. Memahami teks dengan


membaca intensif dan
membaca sekilas

6.

VI/2

7. Memahami teks dengan


membaca intensif dan
membaca teks drama

(buku petunjuk, telepon, jadwal


perjalanan, daftar susunan acara,
daftar menu, dll.) yang
dilakukan melalui membaca
memindai
7.3 Menyimpulkan isi cerita anak
dalam beberapa kalimat
3.1 Mendeskripsikan isi dan teknik
penyajiaan suau laporan hasil
pengamatan/kunjungn
3.2 Menanggapi informasi dari
kolom/rubrik khusus (najalah
anak, Koran, dll.)
7.1 Menemukan makna tersirat suatu
teks melalui membaca intensif
7.2 Mengidentifikasi berbagai unsur
(tokoh, sifat, latar, tema, jlan
cerita, dan amanat) dari teks
drama anak

.
Melihat isi dari KD berdasarkan tabel di atas, semua KD dapat diterapkan metode
skimming dan scanning dalam proses pembelajaran membacanya. Sekarang tugas guru
adalah membuat metode skimming dan scanning itu menarik dan disenangi oleh siswa.
Sebagai contoh pada KD 3.1, 3.2, dan 3.3 di kelas IV, metode skimming dapat digunakan
dengan teknik one-to-one sesuai dengan langkah-langkah yang sudah disebutkan di atas dan
cara membaca teks dapat dengan pola:
1. Vertikal (lurus ke bawah)

2. Zigzag (seperti huruf Z)

3. Spiral (seperti hufur S)

4.

5.

Balok (seperti gambar segi panjang)

Diagonal

Untuk membuat kelima pola tersebut dapat dilakukan pada kertas A4. Kertas A4
digambarkan gambar pola tersebut dengan ukuran yang ditentukan minimal 5 cm untuk luas
tiap polanya. Setelah pola digambarkan, gambar tersebut dipotong dan hasil yang didapat
dapat digunakan pada saat melakukan proses membaca skimming dan scanning. Tahap 1, 2,
3, 4 masih menggunakan pola tersebut dengan frekuensi yang terus dikurangi dan tahap
kelima siswa akan terbiasa tanpa pola.
Materi/bahan ajar yang digunakan untuk pemebalajaran KD 3.1, 3.2, dan 3.3 di atas
disesuaikan dengan kompetensi siswa. Contoh teks bacaan yang disediakan tidak terlalu sulit,
penggunaan kamus yang tidak tebal (kamus saku), ensiklopedi juga ensiklopedi anak-anak.
b.

Media pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran. Djamarah (2006:122) menyebutkan bahwa media pembelajaran sebagai alat
bantu pembelajaran yang berfungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan alat bantuk tidak bisa digunakan sembarangan
menurut kehendak hati guru dalam upaya pelaksanaan pembelajaran berlangsung ketika
aktivitas pembelajaran di rungan kelas. Namun, harus memperhatikan dan
mempertimbangkan karakteristik peserta didik agar tercapainya tujuan pembelajaran. Media
pembelajaran banyak macamnya dan Rudy Brets (dalam Sudrajat, 2008), mengidentivikasi
ada tujuh klasifikasi media, yaitu
(1). Media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film tv, (2). Media audio visual
diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara,dan sebagainya, (3). Audio semi gerak,
seperti: tulisan jauh bersuara, (4). Media visual bergerak, seperti: film bisu, (5). Media visual
diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu, (6). Media audio, seperti: radio,
telepon, pita audio, (7). Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.

c.

Berkaitan dengan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one, media
yang dapat digunakan dapat beragam bergantung pada materi. Jika materi yang diambil
seperti pada KD 3.1, 3.2, dan 3.3 di kelas IV, medianya dapat beberapa teks bacaan dengan
jumlah kata (150 -200 kata), stopwatch, kemudian dapat juga digunakan beberapa gambar
yang diikuti petunjuk pemakaian, dan ensiklopedi anak-anak, serta kertas yang berwarnawarni untuk menuliskan hasil kerja, papan tulis, dan pola membaca skimming dan scanning
yang sudah digambarkan untuk memudahkan siswa.
Evaluasi pembelajaran
Penilaian atau evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
sesuatu (Hidayat, dkk. 1994). Witherington mengungkapkan an evaluation is a
declaration that something has or does not have value. Evaluasi merupakan penentuan
apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Menurut Wahyudin dan Agustin (2010),
kegatan penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi
secara sistematik, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah
dicapai oleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dapatlah kita
katakan bahwa penilaian adalah usaha untuk menentukan nilai terhadap sesuatu. Untuk
melakukan penentuan nilai tersebut dibutuhkan yang namanya tes atau nontes.
Pada pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning dengan
teknik one-to-one, guru dapat menggunakan evaluasi bentuk tes tulis dengan teknik tes serta
nontes. Bentuk tes disusun dengan mengajukan beberapa pertanyaan sesuai dengan teks
bacaan yang diberikan pada siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa
memahami isi bacaan. Nontes dapat dilakukan secara langsung dengan melihat bentuk kerja
sama dengan temannya serta keseriusan siswa dalam menemukan informasi dari teks bacaan.
Kedua hal yang dilihat tersebut dicatat pada lembar pengamatan guru.

d. Skenario pembelajaran
Kelas/Semester
Model/Teknik
Keterampilan
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar
Indikator

: IV (empat)/2 (dua)
: skimming dan scanning dengan teknik one-to-one
: membaca
: 3. Memahami teks agak panjang (150 200 kata),
petunnjuk pemakaian, makna kata dalam
kamus/ensiklopedi
: 3.1 Menentukan pikiran pokok teks agak panjang
(150 - 200 kata) dengan cara membaca sekilas
: 1. Siswa dapat membaca keseluruhan isi teks bacaan
2. Siswa menuliskan pikiran pokok dari teks bacaan
3. Siswa menyimpulkan isi dari teks bacaan

Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Kegiatan awal
a. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan appersepsi.
b. Guru memperlihatkan beberapa kertas bergambar dan teks bacaan.

c.
d.
e.
f.
g.

Guru meminta siswa membacakan secara bersama tulisan yang ada pada gambar.
Guru mengemukakan kompetensi yang akan dipelajari oleh siswa.
Guru menjelaskan tentang membaca dan cara-cara membaca sambil mempraktikkan.
Guru meminta siswa mengulangi bacaannya sama seperti yang dibacakan oleh guru.
Guru memberi petunjuk tentang cara membaca melalui metode skimming dan scanning
dengan teknik one-to-one serta memperlihatkan pola-pola membaca yang telah digambarkan.
h. Guru meminta siswa mempraktik sesuai petunjuk. Setelah siswa mempraktikan dan guru
dapat menyimpulkan siswa paham. Guru membentuk siswa dalam dua grup/kelompok
kemudian guru membagikan teks bacaan dan kertas warna-warni pada setiap anggota
kelompok. Pada setiap teks telah tertulis waktu yang diperlukan oleh siswa dalam membaca.

2. Kegiatan inti
a. Guru membunyikan alrm pertanda siswa sudah dapat memulai membaca teks sesuai arahan
guru yaitu menggunakan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one.
b. Guru membunyikan alrm lagi pertanda waktu membaca telah berakhir.
c. Siswa menuliskan pokok-pokok pikiran teks bacaan pada kertas warna-warninya masingmasing
d. Siswa bekerja sama/bertanya jawab dengan teman-teman satu kelompok terkait pokok-pokok
pikiran yang telah dituliskannya. Setiap anggota kelompok harus ditanyakan.
e. Siswa memperbaiki tulisannya jika ada yang kurang tepat.
f. Siswa menuliskan kesimpulan dari isi teks bacaan yang dibacanya.
g. Guru mengontrol/mengamati dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
h. Guru membunyikan alrm pertanda waktu menuliskan pokok pikiran dan simpulan telah
berakhir.
i. Guru meminta siswa yang telah siap maju ke depan kelas. Siswa tersebut dipasangkan
kembali dengan yang sama-sama telah siap dan diberikan teks baru lagi dan diminta
menerapkan hal yang sama seperti yang sudah dilakukan. Begitu juga dengan siswa-siswa
yang lain.
j. Siswa mengumpulkan semua hasil kerjanya.
3.
a.
b.
c.

Kegiatan akhir
Guru memberi reward pada semua siswa yang telah berusaha sebaik mungkin.
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
Guru dan siswa melakukan refleksi

Strategi membaca dengan teknik scanning

Strategi yang baik digunakan sebelum teknik scanning dilakukan adalah menentukan
informasi spesifik apa yang Anda butuhkan dan mengetahui lebih dahulu bagaimana
sebuah informasi disusun dan distrukturkan.
Materi bacaan yang bisa kita scanning biasanya disusun berdasarkan:
1. Alafabet: materi disusun dalam urutan A-Z (contoh: kamus, buku telepon)
2. Kronologis: materi disusun dalam nomor urut atau urutan waktu (contoh: daftar isi
buku/ majalah, jadwal siaran tv)
3. Kategori: materi disusun berdasarkan suatu kategori (contoh: jadwal praktek dokter,
buku manual kendaraan)
Scanning dilakukan dengan menjaga konsentrasi dan perhatian Anda akan suatu kata
kunci dari informasi yang kita cari sembari melakukan penelusuran dengan cepat.
Dengan mengetahui bagaimana sebuah materi bacaan scanning disusun, Anda dapat
dengan mudah mengatur arah pergerakan mata Anda dalam pencarian dan penelusuran
bacaan.
Cara lain untuk membantu efektivitas teknik scanning adalah dengan menggunakan alat
bantu berupa jari atau alat tulis Anda yang bisa digunakan dalam memandu pergerakan
mata dan menjaga kecepatan telusur yang lebih cepat dan konsisten.

3.1. STRATEGI MEMBACA PEMAHAMAN


3.2. Hakikat Membaca Pemahaman
Nuttal (dalam Fifin, 2007: 15) mendefinisikan membaca pemahaman sebagai suatu
proses interaksi antara pembaca dengan teks dalam suatu peristiwa membaca. kegiatan atau
membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan dan menguasai isi bacaan.
Pembaca harus mampu menguasai dan memahami bacaan yang dibacanya. Dalam hal ini,
unsur yang harus ada dalam setiap kegiatan membaca adalah pemahaman. Kemampuan
membaca pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yang
digeneralisasikan, yang memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang
diperoleh sebagai hasil membaca bahasa tertulis (Bormouth dalam Zuchdi, 2007: 22). Untuk
memperoleh pemahaman yang tepat tentang suatu bacaan, pembaca harus memanfaatkan
informasi yang telah dimilikinya, yakni informasi yang diperoleh selama menjalani
kehidupannya, hasil bacaan sebelumnya, dan sumber-sumber informasi lainnya.
Kesempurnaan hasil membaca siswa dapat tercapai, jika siswa mampu menghubungkan
informasi baru yang ada dalam bacaan dengan latar belakang atau pengetahuan yang telah
dimilkinya.
Bormouth (dalam Fifin, 2007:16) menyatakan bahwa pemahaman merupakan
seperangkat ketrampilan pemerolehan pengetahuan yang digeneralisasi, yang
memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil
membaca bahan tertulis. Hal tersebut dapat juga dikatakan bahwa kegiatan membaca
merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana
tulisan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca pemahaman merupakan suatu proses dapat memahami isi bacaan,
mencari hubungan antar hal, hubungan sebab akibat, perbedaan dan persamaan antar

hal dalam wacana, mengklarifikasi kebingungan, menyimpulkan bacaan, dan merefleksikan


hal-hal yang telah dibaca. Membaca pemahaman bukanlah teknis atau membaca indah,
melainkan membaca untuk mengenal atau menemukan ide baik yang tersurat maupun yang
tersirat. Proses ini melibatkan faktor kecerdasan dan pengalaman pembaca, keterampilan
bahasa, dan penglihatan.
3.3. Prinsip Membaca Pemahaman.
Proses membaca sering terdapat berbagai hal yang dapat menganggu keberhasilan
membaca. Ada beberapa prinsip membaca untuk mencapai tujuan dari membaca itu sendiri.
Menurut McLaughlin dan Allen (melalui Rahim, 2008:4) ada beberapa prinsip
membaca yang dapat mempengaruhi membaca pemahaman sebagaimana yang dikemukakan
sebagai berikut: (1) pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial, (2) keseimbangan
kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan
pemahaman, (3) guru membaca yang profesional (unggul) memengaruhi belajar siswa, (4)
pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses
membaca, (5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna, (6) siswa
menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas,
(7) perkembangan kosa kata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca, (8)
pengikut sertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman, (9) strategi dan
keterampilan membaca bisa diajarkan, (10) assessmen yang dinamis menginformasikan
pembelajaran membaca pemahaman Hal senada juga diungkapkan oleh Burns, Roe dan Ross
(1984: 20-24) tentang prinsip-prinsip membaca pemahaman yang akan membantu guru dalam
perencanaan pembelajaran membaca. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: (1) membaca
adalah perilaku kompleks yang mempertimbangkan beberapa faktor, (2) membaca adalah
interpretasi makna dari simbol-simbol tertulis, (3) tidak ada satupun cara yang tepat untuk
mengajarkan membaca, (4) pembelajaran membaca adalah suatu proses berkelanjutan, (5)
siswa diajarkan keterampilan-keterampilan pengenalan kata yang akan membebaskan mereka
dalam hal pengucapan dan makna dari kata-kata yang tidak familiar, (6) guru harus
mendiagnosa kemampuan membaca masing-masing siswa serta menggunakan diagnosis
tersebut sebagai dasar rencana pembelajaran, 7) membaca dan kesenian bahasa lain saling
berhubungan erat, 8) membaca adalah suatu bagian integral dari seluruh isi pembelajaran
dalam program pendidikan, 9) siswa perlu memahami kenapa membaca itu penting, 10)
kesenangan membaca harus diperhatikan sebagai kepentingan yang paling utama.
Berdasarkan prinsip-prinsip membaca pemahaman diatas maka peranan guru
sangatlah besar dalam mencapai kesuksesan pembelajaran. Khususnya, pada siswa sekolah
dasar sehingga siswa dapat memahami wacana atau bacaannya dengan lebih bermakna.
3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman
Pembaca dapat menguasai bacaan dengan baik apabila mereka menguasai segi-segi
kemampuan yang diperlukan dalam membaca. Ada dua faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca pemahaman, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor yang
berasal dari luar pembaca. Pearson dan Johnson (dalam Zuchdi, 2000: 23-24) menyatakan
bahwa: faktor-faktor yang berada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik
(kebahasan), minat (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap bacaan yang dihadapinya),
motivasi (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap tugas membaca atau perasaan umum
mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan kemampuan membaca (seberapa baik
pembaca dapat membaca).

Faktor-faktor di luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori unsur-unsur bacaan


dan lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasan
teks (kesulitan bahan bacaan), dan organisasi teks (jenis pertolongan yang tersedia berupa bab
dan subbab, susunan tulisan, dsb). Kualitas lingkungan membaca meliputi faktor-faktor:
persiapan guru sebelum, pada saat, atau suasana umum penyelesaian tugas (hambatan,
dorongan, dsb). Semua faktor ini tidak saling terpisah, tetapi saling berhubungan. Penjelasan
tersebut menunjukkan tampak jelas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca seseorang pada hakikatnya tidaklah tunggal. Semua faktor tersebut saling berkaitan
satu sama lain. Kemampuan membaca pemahaman seseorang berhasil dengan baik apabila
mereka menguasai faktorfaktor yang diperlukan dalam kegiatan membaca pemahaman.
3.5. Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Dasar penyusunan tes membaca pemahaman dalam penelitian ini berdasarka pada
taksonomi Burret. Taksonomi Burret merupakan taksonomi yangn khusus diciptakan untuk
tes kemampuan membaca pemahaman. Robinson (1968: 19-23) menyatakan tingkat
pemahaman bacaan berdasarkan taksonomi Burret dalam membaca pemahaman adalah
sebagai berikut:
1) Pemahaman Harfiah
Pemahaman harfiah memberikan tekanan pada pokok-pokok pikiran dan informasi
yang secara gamblang diungkapkan dalam wacana. Tujuan membaca dan pertanyaan yang
dirancang untuk memancing jawaban. Mulai dari pertanyaan yang sederhana sampai
pertanyaan yang pelik.
2) Mereorganisasi
Mereorganisasi ditujukan agar siswa menganalisis, mensintesis, dan
mengorganisasikan pikiran atau informasi yang dikemukakan secara eksplisit didalam
wacana. Pada tingkat ini dapat dilakukan dengan memparafrasekan atau menterjemahkan
kata-kata yang belum dimengerti oleh siswa.
3) Pemahaman Inferensial
Pemahaman inferensial yang ditunjukkan oleh siswa apabila ia menggunakan hasil pemikiran
atau informasi secara gamblang dikemukakan dalam wacana, intuisi, dan pengalaman
pribadinya. Pemahaman inferensial tersebut, pada umumnya dirancang oleh tujuan membaca
dan pertanyaanpertanyaan yang menghendaki pemikiran dan imajinasi siswa. Tugas-tugas
dalam pemahaman inferensial adalah menarik detail penguat, menyimpulkan pikiran utama,
menarik kesimpulan tentang urutan, menyimpulkan perbandingan, menyimpulkan sebab
akibat, menarik kesimpulan tentang watak, menerka kelanjutan, dan menafsirkan bahasa kias.
4) Evaluasi
Tujuan membaca, pertanyaan, dan jawaban guru dalam hal ini adalah meminta respon
siswa yang menunjukkan bahwa ia telah mengadakan tinjauan evaluasi dengan
membandingkan buah pikiran yang disajikan didalam wacana dengan kriteria luar yang
berasal dari pengalaman dan pengetahuan siswa, atau nilai-nilai dari siswa sebelum proses
belajar mengajar menggunakan teknik ini diterapkan.
5) Apresiasi

Apresiasi melibatkan seluruh dimensi kognitif yang telah disebutkan sebelumnya, karena
apresiasi berhubungan dengan dampak psikologis dan estetis terhadap pembaca. Apresiasi
menghendaki supaya pembaca secara emosional dan estetis peka terhadap suatu karya dan
memintanya bereaksi terhadap nilai dan kekayaan unsur-unsur psikologis dan artistik yang
ada dalam karya itu. Apresiasi ini mencakup pengetahuan tentang respon emosional terhadap
teknik-teknik, bentuk-bentuk, gaya serta struktur sastra.
3.6. Strategi KWL
Teknik ini guru membimbing siswa untuk dapat mengaktifkan pengetahuan latarnya
(skematanya) dan meningkatkan kemenarikan topik dalam teks terhadap siswa. Hal ini
disebabkan oleh adanya kegiatan menginterpretasi makna yang terdapat dalam teks dan
penyusunan rangkuman hasil membaca yang berisi kombinasi antara isi bacaan dan skemata
siswa. Kegiatan Pembelajaran dalam teknik KWL ini dibagi menjadi tiga tahapan.
Tierney (dalam Ririn, 2008:39-41) menjelaskan tiga tahapan besar
tersebut. Pertama, tahap K (What I Know apa yang saya pelajari). Siswa diajak bercurah
pendapat tentang tema, topik, judul, dan ilustrasi atau gambar-gambar yang terdapat dalam
teks. Dengan aktivitas itu skemata pembaca menjadi aktif kembali, sehingga pemahaman
akan lebih mudah dicapai oleh pembaca. Disamping itu guru juga mengaktifkan skemata
siswa tentang bahasa yang digunakan dalam teks. Pengaktifan skemata bahasa dilakukan
dengan mengangkat berbagai istilah, kata, frase, atau kalimat yang merupakan kunci dalam
memahami isi yang terkandung dalam teks bacaan. Kegiatan tahap K ini akan menghasilkan
sebuah jaring laba-laba. Isi jaring laba-laba ini mencakup tema, topik-topik, sub-subtopik,
serta beberapa detail dari subtopik yang dipandang perlu. Curah pendapat tidak perlu sampai
pada semua detail dari setiap subtopik yang ada, karena akan terlalu banyak menyita waktu.
Guru perlu terlebih dahulu merancangnya secara lengkap dan luas sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Kedua, tahap W (What I Want to learn apa yang ingin saya pelajari). Guru
mengidentifikasi berbagai hal yang bagi siswa merupakan hal yang menarik, kurang
dipahami, meragukan, atau menjadi silang pendapat. Guru menyusun sejumlahpertanyaan
yang merupakan tujuan dari kegiatan siswa membaca. Akan lebih praktis apabila sejumlah
pertanyaan tersebut disusun sebelum pembelajaran, karena apabila disusun dalam
pembelajaran akan menyita waktu yang lebih banyak. Apa bila ada tambahan pertanyaan,
guru tinggal menambahkannya.
Fase ini membimbing aktivitas membaca menjadi aktivitas yang bertujuan dan pikiran siswa
akan lebih terfokus pada hal-hal yang hendak dicarinya dalam teks. Tanpa adanya tujuan
yang hendak dicari, pikiran siswa akan bias, sehingga sulit merekam informasi-informasi
penting yang terdapat dalam teks. Tahap ini dapat juga dikatakan sebagai tahap untuk
meningkatkan keingintahuan siswa terhadap informasi-informasi yang akan disampaikan
penulis melalui teks.
Ketiga, tahap L (What I Learned apa yang telah saya pelajari). Siswa dipersilakan
membaca teks yang telah ditentukan sambil berpedoman pada sejumlah pertanyaan yang
telah diterimanya. Siswa perlu dibimbing untuk dapat mengidentifikasi informasi penting
yang terkait dengan sejumlah pertanyaan yang ada, misalnya dengan cara menggaris bawahi
bagian-bagian yang dianggap penting. Guru juga perlu memberikan bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan terhadap kata atau istilah yang digunakan dalam teks.

Kegiatan dilanjutkan dengan meminta siswa menyususun ringkasan isi bacaan.


Apabila pertanyaan yang telah diterima siswa memuat permasalahan dalam bacaan secara
detail, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah dapat dianggap sebagai ringkasan
isi bacaan, asalkanjawaban disusun dengan kalimat yang lengkap.
Terhadap siswa yang kurang mampu menyusun kalimat dengan benar, guru perlu
memberikan bantuan kepadanya dengan menggunakan teknik thinking aloud. Dengan teknik
ini guru memberikan contoh dengan memperlihatkan proses penyusunan ringkasan mulai dari
proses berpikir, proses penemuan permasalahan yang hendak ditulis, sampai dengan proses
penyusunan kalimatnya.
3.7 Strategi PQRST
Berikut akan dikenali suatu tehknik membaca PQRST. Sistem PQRST adalah suatu
tehnik membaca yang diperkenalkan oleh Thomas, Ellen Lamar, Robinson dan H. Alan
dalam buku mereka yang bertajuk Inproving Reading In Every Class.
(1) Preview
Tinjau tajuk-tajuk pada kesuluruhan buku atau bab tertentu dengan memberi perhatian
kepada tajuk-tajuk besar dan kecil padanya.
Tujuan utama proses meninjau ini adalah untuk anda mendapatkan gambaran kesuluruhan
tentang isi-isi penting pada buku atau bab-bab dalam buku itu.
(2) Question
Soal dari anda dengan menjadikan tajuk besar dan kecil dalam bab itu sebagai
soalannya. Misalnya : Tajuk bagi Seksyen ini adalah meningkatkan mutu pembacaan. Dengan
adanya soalan itu semasa anda membaca, tumpuan fikiran anda aqkan lebih fokus kepada
mencari jawaban- jawaban tentang soalan yang tertumpu pada fikiran anda pada ketika anda
membaca.
(3) Read
Baca satu seksyen ke satu seksyen untuk mencari jawaban soalan yang telah anda
bentuk itu. Sambil membaca bahan bacaan anda, tumpukan perhatian untuk mendapatkan
jawaban bagi soalan yang telah ditimbulkan tadi.
(4) Self-Recitation
Menyebut sendiri ialah suatu proses dimana anda mencoba ingat fakta-fakta utama
bab atau bahan-bahan yang telah anda baca. Tujuan utamanya adalah untuk mengingat
semula apa yang telah anda baca yaitu dengan menggabungkan semua proses secara serentak.
(5) Test
Uji diri anda setelah anda habis membaca keseluruhan bab. Fikirkan berapa banyakkah ideaidea daripada bab yang baru anda baca itu dapat anda ingati. Pada peringkat inilah anda harus
mula menyimpan apa yang telah anda pelajari ke dalam ingatan jangka panjang anda.

3.8. Strategi SQ3R

Agar setiap aktivitas membaca yang dilakukan dapat berjalan efektif dan efisien,
kiranya diperlukan teknik tertentu. Dalam hal ini, Francis P. Robinson dari Universitas Negeri
Ohio Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah teknik membaca yang dikenal dengan
sebutan SQ3R. Teknik ini bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan
belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari langkah-langkah mempelajari teks
atau buku yang terdiri dari :(1) Survey; (2) Question;(3) Read; (4) Recite; dan (5)Review.
Dengan melakukan peninjauan dapat dikumpulkan informasi yang diperlukan untuk
memfokuskan perhatian saat membaca. Peninjauan untuk satu bab memerlukan waktu 5-10
menit. Apa yang ditinjau? Baca JudulHal ini dapat membantu untuk memfokuskan pada topik
bab. Baca PendahuluanMemberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal penting dalam
bab. Baca kepala judul/subbabMemberikan gambaran mengenai kerangka
pemikiranPerhatikan grafik, diagramAdanya grafik, diagram dan gambar ditujukan untuk
memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks. Perhatikan alat bantu
bacatermasuk huruf miring, definisi, pertanyaan di akhir bab yang ditujukan untuk membantu
pemahaman dan mengingat.
Langkah kedua (Question), adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas,
singkat, dan revelan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama.
Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan dalam
memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-hal yang
sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa pertanyaan.
Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan dengan isi teks, maka
perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.
Langkah ketiga (Read), Mulailah membaca dengan menyimpan banyak pertanyaan
yang kamu buat sebelumnya. Ini akan membuat kita lebih antusias lagi dalam membaca.
Pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab membuat pembaca akan bersemangat untuk
menemukan banyak hal dari buku/bacaan yang ia baca.
Pada masing-masing bab, cobalah untuk mencari masing-masing jawaban dari
pertanyaan yang telah dibuat dalam pikiran kita. Ada beberapa saran ketika kita membaca:
1. Usahakan melatih kebiasaan yang tidak efektif dalam membaca seperti bersuara,
menggerakkan kepala, membaca ulang kalimat? atau kata-kata yang tidak terlalu penting.
2. Ada yang menyarankan untuk tidak memberi catatan untuk kata atau kalimat yang tidak
kita
pahami.
Namun berilah suatu tanda, misalnya untuk kata-kata atau kalimat yang tidak
dipahami berilah tanda tanya (?), untuk ketidak setujuan pada isi kalimat berilah tanda (X)
atau tanda check (v) untuk hal-hal yang kita setujui. Atau tanda arah (-->) untuk paragraf
atau kata atau kalimat yang harus kita tinjau ulang, serta tanda peti ("...") sebagai
isyarat/kalimat kunci.
Langkah keempat (Recite), adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawabanjawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan tanpa membuka
catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga. Jika sebuah pertanyaan
tidak terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya.
Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat
diselesaikan dengan baik.
Langkah terakhir adalah me-review apa-apa saja yang telah kita baca. Begitu
banyaknya informasi yang datang ke kita setiap harinya, membuat informasi yang lama akan
cenderung mudah dilupakan. Dan informasi yang baru justru akan lebih mudah diingat.

Untuk itulah perlu dilakukan review setelah kita membaca, terutama bila kita membaca
sebuah buku yang sarat akan informasi ilmiah dan membutuhkan pemahaman secara
mendalam.
Melakukan review bukan berarti kita membaca ulang seluruh isi buku, namun kita
menelusuri kembali secara global judul-judul, sub judul, kata-kata kunci dan hal-hal yang
sudah kita tandai pada waktu kita membaca buku.
Dengan melakukan review akan sangat menolong kita dalam meningkatkan daya
ingat serta menemukan hal-hal penting dari bacaan yang telah kita baca. Selain itu, hal ini
akan menambah keyakinan kita bahwa dengan membaca dapat memberikan manfaat yang
sangat besar, salah satunya adalah pengetahuan baru yang kita simpan dalam otak kita.

BAB IV
4.1. STRATEGI MEMBACA PERMULAAN
4.2. Pengertian membaca permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori
keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal.
Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan
proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209).Membaca merupakan suatu proses yang
bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan
secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar
bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambargambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut,
rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam
kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami
maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah
informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi,
diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam
skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan
dalam gudang ingatan (Syafiie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206) proses
membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b)
phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang lambang fonem
tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi
pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis,
sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga
dalam bentuk kata, dan kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi
proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan
(a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c)
memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan


kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk
memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis.
Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa
tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
(c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu
proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan
penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan
lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau
kalimat.
4.3. Pembelajaran Membaca Permulaan
Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar
siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar,
sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran
membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai
sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan
tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses
penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan.
Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua
tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus
kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut
dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan
pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik
membaca permulaan (Syafiie,1999: 16).
4.4. Metode-Metode Membaca Permulaan
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu
maksud, cara mengajar (KBB,1984: 649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca
permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas 1 dengan
tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan
keterampilan bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat
dipergunakan, antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku
kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik Sinteksis
(SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34).
a)
Metode abjad dan metode bunyi Menurut Alhkadiah,kedua metode ini sudah sangat tua.
Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:
Metode abjad
: bo-bo-bobo
la-ri-lari
Metode bunyi
: na-na-nana
lu-pa-lupa
b)
Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga Kedua metode ini
menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Misalnya:
Metode kupas rangkai suku kata
: ma ta-ma ta
pa pa-pa pa
Metode kata lembaga
: Bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola

c)

Metode global
Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang
berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada jumlah
bagian bagiannya. Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca.
d) Metode SAS
Metode ini dibagi menjadi 2tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2) menggunakan buku.Mengenai
itu, Momo(1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1. Tahap tanpa buku, dengan cara:
- Merekam bahasa siswa
- Menampilakn gambar sambil bercerita
- Membaca gambar
- Membaca gambar dengan kartu kalimat
- Membaca kalimat secara struktual (S)
- Proses Analitik (A)
- Proses Sintetik (S)
2. Tahap dengan buku, dengan cara:
- Membaca buku pelajaran
- Membaca majalah bergambar
- Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode
SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah:
Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil
adalah kalimat.
Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.

Kelemahan metode SAS, yaitu:


Kurang praktis

Membutuhkan banyak waktu

Membutuhkan alat peraga


4.5 Tujuan Pengajaran Membaca Permulaan
Tujuan yang ingin di capai melalui Proses Pengajaran di antaranya :
1. Agar memahami bahasa (Bahasa Indonesia) dari segi bentuk fungsi dan makna, serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam tujuan, keperluan dan keadaan.
2. Agar memiliki kemampuan menggunakan bahasa ( Bahasa Indonesia) untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan, emosional, dan sosial.
3. Agar memiliki disiplin berfikir dan berbahasa.

Anda mungkin juga menyukai