PENDAHULUAN
1
Jika hanya terfokus pada salah satu aspek kompetensi tertentu, tes kompetensi
menyimak dan membaca akan menjadi tes kemampuan yang diskret, dan hal yang
demikian kurang bermakna. Untuk tes kemampuan menyimak, jika tes hanya menuntut
peserta didik untuk mengenal bunyi-bunyi tertentu secara teliti, tergolong tes diskret.
Misalnya, peserta didik sekadar diminta mengenali perbedaan fonem-fonem tertentu
(biasanya bersifat minimal pairs) seperti pada kata pakta dengan fakta, kapan dengan
kafan, masa dengan massa, food dengan foot, wheel dengan will, write dengan right,
sheep dengan ship, dan sebagainya. Untuk tes kemampuan membaca misalnya, sekadar
meminta peserta didik untuk mengucap fonem,kata, atau lagu-lagu kalimat tertentu.
Misalnya, melafalkan diftong seperti kata kemilau dengan gemulai, perbedaan pelafalan
sarat dan syarat, lagu kalimat perintah, tanya, dan sebagainya walau hal-hal tesebut
penting untuk pembelajar pemula. Tugas-tugas yang dicontohkan di atas kurang
mengabaikan kenyataan tindak berbahasa yang bersifat integral dan fungsi komunikatif
bahasa itu sendiri.
2
B. PEMBAHASAN
Dalam dunia pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang
tidak dapat ditawar-tawar. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan peserta didik
dan terlebih lagi mahasiswa didik melalui aktivitas membaca. Keberhasilan studi
seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan membacanya. Bahkan
setelah seseorang peserta didik menyelesaikan studinya, kemampuan dan kemauan
membacanya tersebut akan sangat memengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai
masalah. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa yang mempunyai tugas membina dan
meningkatkan kemampuan membaca peserta didik hendaknya menaruh perhatian yang
cukup terhadap usaha peningkatan kemampuan dan kemauan membaca para peserta
didik.
3
kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis pada sekolah dasar. Hal itu tentu
terkait dengan kenyataan dewasa ini bahwa penyakit malas membaca telah menjangkiti
hamper semua lapisan masyarakat Indonesia. Padahal, pada kenyataannya pula sebagian
besar ilmu pengetahuan dan informasi penting yang lain disampaikan lewat sarana
tertulis. Hal itu juga membawa konsekuensi bahwa pembelajaran membaca dan
menulis, termasuk sistem evaluasinya, harus mendapat perhatian yang intensif.
4
Tujuan pembelajaran membaca di sekolah juga bermacam-macam yang secara
ringkas dapat dikatakan sejalan dengan jenis membaca yang dibelajarkan. Namun, tanpa
bermaksud meremehkan pentingnya berbagai tujuan membaca diatas, membaca
pemahaman tampaknya yang paling penting dan karenanya harus mendapat perhatian
khusus. Kompetensi pemahaman terhadap berbagai ragam teks yang dibaca tidak akan
diperoleh secara cuma-cuma tanpa ada usaha untuk meraihnya.
Kompetensi pemahaman wacana ini pula yang mendapat penekanan dalam
pembuatan soal ujian yang dibicarakan dalam buku ini. Hal itu didasari pemikiran
bahwa dalam berbagai tuntutan pekerjaan diperlukan kompetensi membaca yang
memadai, bahkan juga yang untuk memeroleh kenikmatan batin seperti ketika membaca
majalah ringan atau berbagai teks kesastraan. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah
bahwa kompetensi membaca yang baik diperlukan dan menjadi prasyarat untuk dapat
membaca dan memahami berbagai literatur mata pelajaran yang lain. Berbagai jenis
membaca yang lain yang juga membutuhkan kompetensi tertentu tentu saja harus pula
dibelajarkan dan diukur capaiannya, namun tidak seintensif membaca pemahaman.
Untuk meraih kompetensi membaca yang baik, kemampuan dan kemauan
membaca mesti baik pula. Hal itu mesti diprasyarati oleh kemauan membaca berbagai
bacaan. Intinya, peserta didik, juga guru dan dosen, harus rajin membaca. Ini lebih
banyak dipengaruhi oleh unsur sikap, ranah afektif. Maka,selain guru membelajarkan
dan kemudian mengukur kompetensi membaca peserta didik, aspek sikap haruslah pula
tidak dilupakan. Intinya, kita perlu mengetahui seberapa tinggi sikap, kemauan
membaca peserta didik. Inventori afektif itu dapat dilakukan lewat wawancara,
pemberian angket, pengamatan, atau gabungan dari kedua-ketiganya.
Misalnya, dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan (wawancara)
sebagai berikut.
( 1 ) Apakah Anda selalu membaca setiap hari?
( 2 ) Berapa jamkah rata-rata Anda membaca setiap hari?
( 3 ) Buku apa sajakah yang Anda baca?
( 4 ) Apakah Anda merasakan bahwa membaca merupakan bagian kehidupan
Anda yang tak terpisahkan?
5
B. Menyediakan waktu secara khusus untuk hari-hari tertentu
C. Tidak pernah menyediakan waktu secara khusus
D. Membaca jika ada kesempatan dan jika akan ulangan
E. Lain-lain sebutkan
2. dan seterusnya…
Jika hasil inventori afektif tersebut ditemukan fakta bahwa sikap atau kemauan
membaca peserta didik belum baik, kita mesti memotivasi dan membantu mencarikan
solusi jika ada berbagai faktor penyebab. Misalnya, membantu mengusahakan agar
sekolah dapat menyediakan berbagai bacaan.
6
wacana kemudian dilihat dari tingkat kesulitan dan jumlah kosakata yang dipergunakan.
Misalnya, wacana dengan tingkat kesulitan 250, 400,700,atau 1.400 kata. penentuan
tingkat kesulitan wacana berdasarkan tingkat kesulitan kosakata tersebut dapat dilihat
pada wacana bahasaInggris, yaitu yang berupa wacana-wacana yangsengaja disadur dari
wacana yangsulit, umumnya karya sastra, ke dalam wacana sederhana dengan tingkat
kesulitan terentu. Saying hal serupa belum dilakukan dalam bahasa Indonesia untuk
maksud yangsama.
Prosedur memperirakan tingkaat kesulitan wacana yang lain yangdapat
dilakukan guru sendiri adalah dengan teknik cloze wacana yang akan diketahui tingkat
kesulitannya, diteskan dalam bentuk cloze test. Jika jawaban rata-rata betul peserta
didik minimal 75%, wacana yang bersangkuan dinyatakan mudah. Sebaliknya jika rata
rata beyul kurang dari 20%, wacana itu dinyatakan sulit bagi peserta didik yang
bersangkutan.jika hendak memerkirakan tingkat kesulitan wacana-wacana dalam satu
buku atau sebuah wacana yang panjang, pengambilan wacana yang diteskan hendaklah
dilakukan secara rabang.hasil tes tersebut apat dinyatakan mewakili populasi bacaan
yang diperkirakan.
b. Isi wacana
Secara pedagogis orang mengatakan bahwa bacaan yang baik adalah yang sesuai
dengan tingkat perkembangan jiwa, minat, kebutuhan atau menarik perhatian peserta
didik. Tujuan kegiatan membaca itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan
pemahaman bacaan, adalah untuk memerluas dunia dan horizon peserta didik,
memperkenalkan teknologi, berbagai hal dan budaya dari berbagai pelosok daerah dan
negara lain. Melalui pembelajaran membaca itulah sebenarnya kita dapat berperan serta
mengembangkan sikap dan nilai-nilai pada diri peserta didik, misalnya dengan
menyediakan bacaan yang berkaitan dengan sejarah perjuangan bangsa, pendidikan
moral, kehidupan beragama, berbagai karya seni, berbagai ilmu pengetahuan populer,
tidak memihak golongan tertentu, dan sebagainya.
7
atau dua alenia, atau kira-kira sebanyak 50 sampai 100 kata. Wacana pendek bahkan
dapat hanya terdiri dari satu atau dua kalimat, satu pernyataan, yang kemudian dibuat
parafrasenya.
d. Jenis Wacana
Wacana yang dipergunakan sebagai bahan untuk tes kompetensi membaca dapat
wacana yang berjenis prosa nonfiksi, dialog, teks kesastraan, tabel, diagram, iklan, dan
lain-lain.
2) Wacana Dialog
Wacana bentuk dialog adalah wacana yang berisi percakapan. Ia dapat berupa
percakapan dalam berbagai konteks termasuk telepon, namun sebaiknya dipilih
percakapan formal atau setidaknya semi formal. Tes memahami wacana bentuk dialog
hampir sama prosesnya dengan memahami bahasa lisan seperti dalam tes menyimak di
atas. Akan tetapi, wacana untuk tes kemampuan membaca terdiri dari beberapa potong
dialog yang lebih panjang.
3) Wacana Kesastraan
Jika soal tes kompetensi membaca terdiri dari sejumlah wacana, sebaiknya ada
juga wacana kesastraan baik yang berupa kutipan fiksi (cerpen, novel), puisi maupun
teks drama. Wacana kesastraan merupakan salah satu dari sekian ragam bahasa yang
banyak dijumpai dan dibicarakan orang, maka kita harus mengapresiasi keadaan itu
dengan mengambilnya sebagai bahan tes membaca. Pada umumnya orang memandang
bahwa puisi lebih sulit dipahami, dan sebagai bahan tes pemahaman bacaan tampaknya
tidak lebih banyak dipergunakan. Secara umum puisi untuk tes pemahaman hendaklah
8
dipilihkan puisi yang tidak terlalu abstrak, yang tidak memungkinkan terlalu banyak
terjadinya perbedaan pemahaman. Berikut diberikan sebuah contoh :
RAKYAT
(Hartojo Andangdjaja)
Wacana lain yang dimaksudkan disini adalah berbagai wacana atau bentuk
komunikasi yang dikemukakan selain dengan ketiga cara di atas. Jadi, ia dapat berwujud
surat, tabel, diagram, iklan, telegram, dan lain-lain bahkan mungkin sampai sms (short
message service). Berbagai wacana tersebut juga perlu dijadikan bahan pembuatan soal
tes kompetensi membaca. Wacana tabel memuat rangkuman informasi yang umumnya
diwujudkan dalam bentuk angka. Sedangkan iklan memuat banyak informasi yang
ditawarkan baik produk, jasa, maupun berbagai-bagai hal lain. Wacana iklan juga perlu
dijadikan salah satu bahan tes kompetensi membaca (juga menyimak untuk iklan yang
disiarkan lewat radio dan televisi).
9
3. PEMBUATAN TES KOMPETENSI MEMBACA
Tidak berbeda halnya dengan tes kompetensi menyimak, persoalan yang muncul
dalam tes kompetensi membaca adalah bagaimana mengukur kemampuan pemahaman
isi pesan tersebut, yaitu apakah sekedar menuntut peserta didik memilih jawaban yang
telah disediakan atau menanggapi dengan bahasa sendiri. Jika sebuah tes sekedar
menuntut peserta didik mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang telah
disediakan, misalnya bentuk soal objektif seperti pilihan ganda, tes itu merupakan tes
tradisional. Sama halnya dengan tes kompetensi menyimak, lewat cara ini akan terjadi
pengintegrasian antara tes kompetensi aktif reseptif (menyimak dan membaca) dan tes
kompetensi aktif produktif (berbicara dan menulis). Kedua macam tes tersebut sama-
sama diperlukan untuk mengukur hasil pembelajaran peserta didik.
Menyajikan ujian, kerja peserta didik menjawab soal adalah dengan memilih
opsi jawaban. Karena kerja ujian selalu begitu saja, maka jenis tes ini dikenal sebagai
tes tradisional. Dilihat dari kerja peserta ujian dan koreksi hasil ujian, tes ini lebih
praktis. Apalagi ia dapat melibatkan banyak wacana da banyak soal walau pembuatan
soalnya lebih lama.
Untuk membuat soal ujian, setelah melewati penentuan kompetensi dasar dan
indikator serta melihat kisi-kisi, kita haruslah memilih wacana tertulis yang tepat yang
berasal dari berbagai sumber. Soal yang dibuat dapat bervariasi tingkat kesulitannya
tergantung tingkat kesulitan wacana dan kompleksitas soal yang bersangkutan. Soal-
soal yang hanya mengungkap kembali fakta yang dikemukakan tentu lebih mudah
daripada soal-soal yang mengungkap pesan, menemukan tema, gagasan pokok, pesan
tersirat, dan lain-lain yang mensyaratkan peserta ujian harus membaca wacana dengan
cermat. Dibawah dicontohkan lagi soal-soal yang dimaksud baik yang berupa wacana
prosa, dialog, tabel, iklan, atau yang lain.
10
1) Tes Pemahaman Wacana Prosa
Bahan ujian membaca pemahaman adalah wacana berbentuk prosa, nonfiksi atau
fiksi, singkat atau agak panjang, dengan isi tentang berbagai hal menarik. Wacana
bentuk inilah ya.g paling banyak dijadikan bahan tes Kompetensi membaca. Namun,
harus diingat bahwa untuk dapat mengerjakan sial peserta didik harus benar-benar
membaca dan memahami teks bacaan. Jadi, kita tidak boleh menanyakan hal-hal yang
telah umum diketahui tanpa membaca. Soal yang umum ditanyakan dalam tes adalah
tema, gagasan pokok, gagasan penjelas, makna tersurat dan tersirat bahkan juga makna
istilah dan ungkapan. Jadi tes kompetensi kosakata dapat menumpang di sini. Jika
wacana yang diteskan agak panjang, satu wacana biasanya dibuat menjadi beberapa
soal. Jika demikian, harus ada kejelasan perintah. Berikut dicontohkan hal yang
dimaksud.
Wacana pertama di bawah ini untuk menjawab pertanyaan soal nomor 1, 2, dan 3.
Fenomena alam yang anomali, musim kemarau sangat kering dan musim
hujan menimbulkan banjir di mana-mana, berujung pada kacaunya budidaya
pertanian. Sebagai bangsa dan negara agraris, yang mayoritas penduduknya
menggantungkan hidup pada sektor pertanian, kondisi alam yang kurang
menguntungkan harus kita hadapi. Kuncinya adalah adanya kebijakan yang
antisipatif. Penurunan produksi pertaNian memunculkan gejolak harga
pangan. Walau keadaan itu sudah rutin terjadi, kuta selalu saja tersentak
menghadapi kenyataan itu. Kita paham betul masyarakat indonesia sangat
bergantung pada beras sebagai pangan utama. Negara produsen beras
cenderung untuk tidak mengekspor untuk mengantisipasi keamanan pangan
rakyatnya. Itulah nasionalisme dan antisipasi ulang cermat. Masuknya
spekulan di pasar koModitas memberikan andil pada kekacauan harga.
11
2. Tema utama wacana di atas adalah......
A. Fenomena alam tidak menentu
B. Kebijakan yang antisipatif*)
C. Komoditas pangan mahal
D. Masuknya spekulan merusak harga
A. Kebudayaan asing yang menjanjikan kesenangan akan begitu saja merusak mental
dan kepribadian pemuda.
B. Pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh akan dapat merusak
kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
C. PerMuda yang bermental dan berkepribadian tangguh tidak akan begitu saja
terpengaruh kebudayaan asing uang tidak sesuai dengan adat ketimuran.*)
12
D. Kebudayaan asing yang menjanjikan kesenangan yang tidak sesuai dengan adat
ketimuran itu tidak dapat sama sekali mempengaruhi pemuda yang bermental dan
berkepribadian tangguh.
Seorang pejabat senior kabinet Italia hari Sabtu terluka karena diserang
sekelompok orang bersenjata. Pengawal pribadinya yang merangkap
sopir bertindak cepat, membalas menyerang dan menembak mati wanita
penyerang. Pejabat itu, Antonio Empoli, disergap gerilya kota ketika
berhenti sebentar di sebuah kios koran dalam perjalanan ke kantor. Ia
selamat dari usaha pembunuhan akibat kesigapan pengawal sekaligus
sopirnya.
Kalimat-kalimat dari wacana di atas memuat informasi yang berupa fakta, kecuali:
A. Wajahnya cantik.
B. Perawakannya padat semampai.
13
C. Pakaiannya serba mahal dan serasi.
D. Kadang-kadang ia bersikap kurang ramah.*)
Contoh model lain soal pemahaman bacaan yang sejenis yang menuntut kerja analisis
teks bacaan adalah sebagai berikut.
Identifikasikan kalimat-kalimat pada bacaan yang kalian cari. Silanglah huruf F jika
kalimat itu fakta dan P jika pendapat pengarang.
1. Kalimat ke-1 : F P
2. Kalimat ke-2 : F P
3. Kalimat ke-3 : F P
4. Dan seterusnya.
Sama halnya dengan bentuk wacana prosa, tes membaca dalam wacana bentuk
dialog juga lazimnya dimaksudkan untuk mengukur kemampuan pemahaman isi
wacana. Macam sial juga dapat dibuat bervariasi. Di bawah ini contoh yang dimaksud.
Wacana dialog di bawah ini untuk mengerjakan butir sial nomor 1, 2, dan 3.
TIN : Ton, selamat ya! Saya ikut berbangga atas keberhasilan ujianmu.
TON : Terima kasih, Tin! Semua ini terjadi kerena adanya dorongan dari berbagai pihak
. Dan kau, terlebih lagi.
14
TIN : Ah kau ini, ada-ada saja. Apa rencanaku kini? Mau mendaftarkan kuliah di mana?
TON : Itulah masalahnya, Tin! Sebetulnya aku sangat berminat. Tapi, aku sadar
keadaan orang tuaku. Lagi pula, apakah hanya dari bangku perkuliahan saja yang
menjamin masa depan kita?
TIN : Tentu saja tidak, Ton! Sayang kalau kau tak berkuliah. Bukankah nilaimu
tertinggi di sekolahmu?
TON : Apa gunanya nilai tinggi, Tin. Jika kita tak mampu mengatasi masalah sendiri?
Bukankah ada seribu jalan untuk sampai di Mekah?
15
3) Tes Pemahaman Wacana Kesastraan
Berbagai teks genre sastra juga lazim diambil sebagai bahan pembuatan tes
kompetensi membaca, baik yang berupa genre fiksi, puisi, maupun teks drama. Kecuali
puisi, pengamBilan bahan biasanya dengan mengutip sebagian teks yang secara singkat
telah mengandung unsur tertentu yang layak untuk diteskan. Dalam banyak hal bahan
yes yang diambil dari teks-teks kesastraan tidak jauh berbeda dengan wacana yang
bukan kesastraan. Keduanya sama-sama terkait dengan pemahaman pesan, makna
tersurat dan tersirat, akan ungkapan, dan lain-lain. Hanya saja pada teks kesastraan
sering dikaitkan dengan unsur-unsur intrinsik pembangun teks.
Selain beberapa jenis wacana di atas, ada sejumlah wacana penting lain uang
juga banyak ditemukan, misalnya surat, tabel, diagram, iklan, telegram (yang Kini
digantikan oleh sms), dan lain-lain. Berbagai jenis wacana tesebut khususnya surat,
tabel dan iklan, erat terkait dengan kebutuhan hidup, maka mereka menjadi penting.
Artinya, mereka perlu dibelanjakan karena kompetensi itu tidak datang begitu saja, dan
sebagai konsekuensinya haruslah diujikan untuk mengetahui capaian kompetensi
peserta didik.
Wacana surat yang diujikan haruslah dibatasi pda berbagai jenis surat resmi,
maksudnya bukan surat pribadi. Ujian kompetensi membaca dengan bahan wacana surat
lazimnya terkait dengan komponen pendukung, isi pesan, serta dapat pula masalah
makna istilah dan ungkapan, kompetensi membuat surat menjadi bagian tes kompetensi
menulis. Sebuah surat resmi dapat dibuat menjadi satu atau beberapa soal tergantung
indikator dan kompleksitas surat yang bersangkutan. Demikian juga soal-soal yang
16
berangkat dari wacana tegel dab iklan. Berikut dikemukakan contoh-contoh soal
berbahan ketiga jenis wacana tersebut.
Wacana surat:
Dan seterusnya...
17
Wacana tabel:
Mata Pelajaran
No. Nama Matematika Fisika Biologi Bahasa Bahasa Jumlah
Inggris Indonesia
Catatan : Untuk bisa lulus minimal harus mencapai skor 28,0 dengan skor minimal 5,6.
Wacana iklan :
Iklan di sebuah surat kabar di atas menyatakan hal-hal sebagai berikut, kecuali...
18
b. Tes Kompetensi Membaca dengan Mengonstruksi Jawaban
Tes Kompetensi membaca jenis ini tidak sekedar meminta peserta ujian memilih
jawaban benar dari sejumlah jawaban yang disediakan, melainkan harus mengemukakan
jawaban sendiri dengan mengkreasikan bahasa berdasarkan informasi yang diperoleh
dari wacana yang diteskan. Untuk mengerjakannya mereka dituntut untuk memahami
wacana tersebut dan berdasarkan pemahaman mereka kemudian mereka mengerjakan
tugas yang diberikan. Tes kompetensi yang bersifat reseptif diubah menjadi tugas
reseptif dan produktif sekaligus. Dengan cara ini akan terjadi pengintegrasian antara
kompetensi reseptif dan produktif berbahasa, dan itu lebih mencerminkan dalam
kegiatan berbahasa dalm kehidupan nyata. Guru lebih mudah melakukan tes ini karena
tidak perlu membuat sekian banyak soal seperti pilihan ganda. Guru hanya
menyuarakan sebuah atau beberapa wacana kemudian memberi perintah apa yang harus
dilakukan oleh perserta didik.
1) Pertanyaan Terbuka
Guru memberikan pertanyaan berkaitan dengan teks bacaan yang harus dijawab
oleh peserta didik. Pertanyaan tidak sekedar mengingat atau menyebutkan fakta yang
ada dalam teks, melainkan yang harus memaksa mereka berpikir tingkat tinggi. Jawaban
bisa dilakukan secara lisan atau tertulis.
19
Pertanyaan yang ditugaskan misalnya sebagi berikut.
1. Apa yang mungkin terjadi seandainya masyarakat Betawi, khususnya kaum waNita,
mau menunda usia perkawinannya ?
2. Jika tingkat pendidikan kaum wanita Betawi relatif lebih tinggi, benarkah hal itu
kakan mengangkat mereka?
3. Bagaimanakah kita dapat memanfaatkan sekolah-sekolah agama untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan tertentu sepeti yang diberikan sekolah umum ?
4. Dan seterusnya....
Untuk dapat mengerjakan tugas ini, peserta didik haris benar-benar memahami
isi pesan wacana yang bersangkutan. Berdasarkan pemahamannya itulah mereka
kemudian tampil untuk menceritakan kembali isi wacana dengan mengreasi dan
mengonstruksi bahasa sendiri. Jadi, pada intinya peseta didik bebas memilih bahasa,
namun gagasan yang dikemukan harus sesuai dengan isi pesan wacana tersebut.Untuk
keperluan penyekoran, guru harus menyiapkan rubrik. Aspek yang diskon haruslah
terdiri dari dua Komponen, yaitu ketepatan pesan dan bahasa, dan keduanya dapat
dirinci menjadi beberapa sub komponen.
Tugas: Bacalah dengan cermat wacana di hadapan Anda. Setelah itu, Anda diminta
untuk menceritakan kembali dengan bahasa sendiri secara lisan (atau secara
tertulis) isi wacana tersebut.
Wacana bacaan: (Boleh wacana apa saja yang dipandang tepat untuk peseta didik
yang diuji. Misalnya teks prosa nonfiksi, teks kesastraan, teks dialog, dan lain-lain,
juga dapat seperti contoh di atas, tergantung kompetensi dasar dan indikator)
20
Tabel 1
Tingkat Kefasihan
No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4 5
1. Pemahaman isi teks
2. Pemahamna detai isi teks
3. Kelancaran pengungkapan
4. ketepatan diksi
5. Ketepatan struktur kalimat
6. Kebermaknaan penuturan
Jumlah Skor :
Tabel 2
Tingkat Kefasihan
No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4 5
1. Pemahaman isi teks
2. Pemahamna detai isi teks
3. Ketetapan Organisasi isi teks
4. ketepatan diksi
5. Ketepatan struktur kalimat
6. Ejaan dan tata tulis
7. Kebermaknaan penuturan
Jumlah Skor :
Catatan:
21
1. Penentuan aspek yang dinilai dapat dibuat sendiri oleh guru tergantung pada
keyakinan sendiri, tetapi prinsipnya harus menyangkut unsur dan subunsur isi pesan
dan bahasa.
2. Tingkat kefasihan atau tingkat penguasaan ditentukan 1-5 (dapat juga 1-4). Kita
tinggal mencentang tingkat kefasihan yang dicapai seorang peserta didik.
3. Ketentuan pemilhan tingkat kefasihan secara umum adalah sebagai berikut: 1,
kurang sekali, tidak ada unsur yang benar. 2, kurang, ada sedikit unsur benar. 3,
sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang. 4, baik, ketepatan
tinggi dengan sedikit kesalahan. 5, baik sekali, tepat sekali, tmp atau hampir tanpa
kesalahan.
4. Ketentuan tersebut juga berlaku untuk semua rubrik yang dikembangkan di buku ini
(termasuk di bab-bab selanjutnya).
5. Rubrik dicontohkan di atas juga dapat dipakai untuk menilai unjuk kerja
pemahaman menyimak.
6. Skor seorang perserta uji diperoleh dengan menjumlah seluruh skor.
7. Nilai Seorang peserta uji diperoleh Dengan cara penghitungan persentase : jumlah
skor dibagi skor maksimal kali 100 (atau 10). Misalnya, jumlah skor 28 dan skor
maksimal contoh dia tas 35, maka nilainya adakah 28 : 35 x 100 = 80 ( atau : 28 : 30
x 10 = 8)
22
PENUTUP
23
DAFTAR RUJUKAN
Djiwantoro, Soenadi. 2008. Tes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta:
PT. Indeks.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran BahasaBerbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
24