PENDAHULUAN
Pada saat ini banyak bahasa daerah yang penuturnya seiring dengan
kemajuan jaman, sehingga berkurang kemurnian bahasanya yang dikarenakan
lemahnya tradisi untuk mewarisi bahasa leluhur masing-masing. Melemahnya
bahasa daerah itu sendiri dikarenakan anak muda jaman sekarang yang kurang
berminat dalam menggunakan bahasa daerahnya untuk digunakan dalam
percakapan sehari-hari itu semua yang menjadi salah satu faktor semakin
berkurangnya bahasa daerah. Ada juga bahasa daerah yang penuturnya banyak
akan tetapi kaidah-kaidah kebahasaan yang semestinya dipakai telah banyak yang
1
diabaikan padahal bahasa daerah berperan dalam memperkaya budaya negara dan
menambah kosakata bahasa nasional.
Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Melayu dan
bahasa padang. Suku Melayu dipercaya berasal dari golongan Austronesia yang
berada di yunani yang kemudian pindah ke Asia Tenggara pada zaman batu 2500
SM dan tersebar di Semenanjung Malaysia, Dayak Sarawak, dan Batak di
sumatera yang disebut dengan Melayu Proto. Dalam perkembangannya, bahasa
Melayu pernah menjadi lingua franca bagi perdagangan dan hubungan politik di
Nusantara (Ritonga, 2016: 22). Suku padang merupakan dari masyarakat Deutro
Melayu (Melayu Muda) yang melakukam migrasi dari daratan china selatan ke
pulau sumatera sekitar 2000-2500 tahun yang lalu.
2
Bahasa Minangkabau Dialek Pasaman merupakan bahasa yang digunakan
di daerah Kabupaten Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini
terdiri dari 11 kecamatan yaitu : (1) Gunung Tuleh, (2) Kinali, (3) Lembah
Melintang, (4) Luhak Nan Duho, (5) Pasaman, (6) Ranah Balingka, (7) Ranah
Batahan, (8) Sasak Ranah Pesisir, (9) Sungai Aur, (10) Sungai Beremas, (11)
Talamau. Dari sebelas kecamatan diatas penulis hanya mengambil data di
Kecamatan Pasaman tepatnya di Desa Pinagar.
3
Didasari dari ilmu Linguistik Historis Komparatif, yakni yaitu satu jenis
disiplin ilmu yang mempelajari bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-
perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Makalah ini
menggunakan metode leksikostatistik, yakni sebuah metode dalam
pengelompokkan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan pengamatan kata-
kata atau leksikon secara statistik kemudian berusaha untuk menetapkan
pengelompokan berdasarkan prosentase kesamaan atau perbedaan suatu bahasa
dengan bahasa yang lain. Untuk memperoleh penggolongan bahasa-bahasa tanpa
bertujuan untuk menentukan silsilah atau bentuk-bentuk proto (Nababan, 1993:
18).
4
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Diharapkan penelitian ini menjadi bahan masukan bagi para penutur bahasa
Melayu dan Minangkabau agar tetap menggunakan dan melestarikannya,
karena bahasa Melayu dan Minangkabau adalah kekayaan budaya.
b. Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui lebih lanjut tentang
kekerabatan antara BMDB dengan BMDP
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
BG secara kuantitatif dan perkiraan waktu pisah ketiga bahasa itu dari bahasa
protonya, bagaimanakah sistem fonem Protobahasa Karo, Alas, dan Gayo, dan
bagaimanakah pewarisan fonem Protobahasa Karo, Alas, dan Gayo, baik secara
linear maupun perubahannya. Hasil penelitian ini menunjukkan secara kuantitatif
diperlihatkan bahwa relasi kekerabatan yang erat dipertalikan pada persentase
kognat sebesar 73%, tingkat kekerabatan antara BK dengan BA, 43,5% tingkat
kekerabatan antara BK dengan BG, 52,5% tingkat kekerabatan antara BA dengan
BG. Perhitungan waktu pisah BK dan BA adalah 0,729 ribuan tahun yang lalu.
Atau, dengan kata lain, perhitungan waktu pisah BK dan BG dapat dinyatakan
satu bahasa tunggal sekitar 1,926 ribuan tahun yang lalu. Atau, dengan kata lain,
perhitungan waktu pisah BK dan BG dapat dinyatakan satu bahasa tunggal
sekitar 1,926 ribuan tahun yang lalu. Perhitungan waktu pisah BA dan BG adalah
1,484 ribuan tahun yang lalu. Atau, dengan kata lain, perhitungan waktu pisah BA
dan BG dapat dinyatakan satu bahasa tunggal sekitar 1,484 ribuan tahun yang
lalu. Penelitian Dardanila ini memberikan kontribusi berupa penetapan kata
kerabat dan cara perhitungan waktu pisah.
Afria (2017) dalam jurnal yang berjudul “Kekerabatan Bahasa-Bahasa
Etnis Melayu, Batak, Sunda, Bugis, dan Jawa di Provinsi Jambi: Sebuah Kajian
Linguistik Historis Komparatif”, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
linguistik historis komparatif dengan tujuan melihat kekerabatan antarbahasa etnis
yang ada di Provinsi Jambi. Metode yang digunakan metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk membandingkan data-data
kebahasaan berdasarkan fakta-fakta linguistik sedangkan metode kuantitatif
digunakan untuk memperoleh deskripsi persentase kekerabatan antara varian
bahasa-bahasa etnis tersebut. Objek penelitian ini ialah bahasa Melayu, Jawa,
Bugis, Sunda, dan Batak, sasaran penelitian ini mencakupi tuturan yang
bersumber dari penutur etnis-etnis tersebut. Sumber data penelitian ini adalah
data-data kognat atau kata-kata kerabat yang diperoleh dari 200 kosakata dasar
yang bersumber dari Swadesh. Instrumen yang digunakan adalah berupa alat
rekam/kamera dan alat tulis. Metode dan teknik penyediaan data adalah metode
cakap (teknik pancing dan teknik cakap semuka) dan metode simak (teknik simak
libat cakap dan teknik catat). Metode analisis data menggunakan dua metode,
7
yaitu metode perbandingan dan metode leksikostatistik. Penyajian hasil analisis
data dengan metode informal dan metode formal. Variasi fonem vokal merupakan
variasi-variasi vokal yang terdapat pada masing-masing bahasa etnis di provinsi
Jambi (Mly, Btk, Bgs, Snd, Jw). Variasi-variasi tersebut adalah bunyi [i], [u],
[ə],[e], [o]. Sedangkan variasi bunyi konsonan yang didapatkan di lapangan
adalah 19 buah fonem konsonan. Variasi-variasi tersebut adalah bunyi /p/, /b/, /t/,
/d/, /k/, /g/, /Ɂ/, /m/, /n/, /ɲ/, /ŋ/, /s/, /ʃ/, /l/, /w/, /j/, /y/, /r/, dan /h/.Hasil
perhitungan leksikostatistik yang membandingkan kesamaan antar bahasa etnis
dari data didapatkan perbedaan-perbedaan persentase. Bahasa Melayu
memperoleh data kognat sebanyak 63 data (31,5%) diperbandingkan dengan
bahasa Batak, 30 data (15%) dengan bahasa Bugis, 52 data (26%) dengan bahasa
Jawa, dan 88 data (44%) dengan bahasa Sunda. Selanjutnya Bahasa batak yang
diperbandingkan dengan bahasa bugis didapatkan kekerabatan antara bahasa
Bugis sebanyak 28 data (14%), 26 data (13%) dengan bahasa Jawa, dan 54 data
(27%) dengan bahasa Sunda. Kemudian bahasa bugis yang diperbandingkan
dengan bahasa Jawa didapatkan 26 data (13%) bahasa yang kognat dan 33
data(16,5%) dengan bahasa Sunda. Terakhir bahasa Jawa yang diperbandingkan
dengan bahasa sunda didapatkan 53 data kognat (26,5%). Penelitian Afria ini
memberikan kontribusi berupa teori dan cara penggunaan teorinya berupa metode
banding dan teknik leksikostastistik.
Padilah (2018) dalam skripsi yang berjudul Skripsi ini berjudul
“Kekerabatan Bahasa Jawa dengan Bahasa Melayu Deli”, menggunakan teori
Linguistik Historis Komparatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kuantitatif. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
cakap berupa wawancara dan observasi langsung. Kemudian didukung dengan
teknik dasar yakni teknik pancing, dan teknik lanjutan berupa teknik cakap
semuka, teknik rekam, dan catat. Metode dan teknik analisis data yang digunakan
adalah metode klasik yang meliputi korespondensi fonemis dengan teknik
leksikostastistik. Untuk menentukan kata kerabat, dari 200 kosakata Swadesh
yang telah diklasifikasikan dan terdapat 4 kata yang tidak diperhitungkan, yakni 3
berupa kata pinjaman dan 1 merupakan kata jadian. Kemudian terdapat 1 morfem
terikat yang telah diisolir. Maka terdapat 5 kata yang didiskualifikasi dan terdapat
8
195 kosakata yang diperhitungkan. Berdasarkan penetapan kata kerabat, terdapat
50 pasangan identik, 31 pasangan berkorespondensi fonemis, 4 pasangan mirip
secara fonetik, dan 3 pasangan dengan satu fonem beda. Maka total keseluruhan
kata berkerabat antara BJ dan BMD adalah 88 kosakata dan terdapat 107
kosakata yang tidak berkerabat. Perhitungan persentase kekerabatan antara BJ dan
BMD yang terdiri dari 195 pasang kata Swadesh adalah 45%, maka dapat
ditentukan status kedua bahasa yang diteliti itu masuk ke dalam kategori Bahasa
dari Satu Subkeluarga. Dalam menentukan waktu pisah antara bahasa yang
berkerabat, diketahui jumlah keseluruhan glos yang memiliki pasangan kata
dalam BJ dan BMD adalah 195 pasang kata. Dari 195 pasangan kata itu terdapat
88 pasang
Kata yang berkerabat atau sebesar 45%. Sehingga dapat diperoleh
penetapan waktu pisah antara BJ dan BMD yakni sejak 1,901 ribu tahun yang lalu
atau dapat diketahui bahwa kedua bahasa ini berpisah sejak tahun 117M terhitung
dari tahun 2018. Maka dapat disimpulkan bahwa kekerabatan kedua bahasa ini
berasal dari satu subkeluarga yang memiliki waktu pisah antara 5-25 abad yang
lalu.
9
Pengenalan atas dua bahasa atau lebih selalu menjadi kajian yang menarik
bagi para peneliti. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pencarian peneliti
tentang apakah ada hubungan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain
pada masa lampau, atau apakah pada dasarnya, dahulu ada bahasa tunggal yang
kemudian terpecah menjadi banyak bahasa di dunia, akhirnya mengarahkan para
ahli bahasa untuk meneliti kemungkinan tersebut.
10
2.2.2 Tujuan Linguistik Historis Komparatif
2.2.3 Leksikostatistik
Leksikostatistik merupakan salah satu metode pengelompokkan. Namun
karena fungsinya bukan semata-mata untuk mengadakan pengelompokkan, maka
metode ini akan dibicarakan secara khusus. selain leksikostatistik dikenal juga
dengan istilah lain yaitu glotokronologi (glottochronology).
11
Pengertian pokok antara kedua istilah itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan demikian, yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian
mengenai usia bahasa, yaitu mengenai kapan sebua bahasa muncul, dan
bagaimana hubungannya dengan bahasa-bahasa kerabat lainnya. seperti halnya
dengan metode historis komparatif lainnya, teknik ini dikembangkan terutama
untuk bahasa-bahasa yang tidak memiliki naskah-naskah kuno. Beberapa metode
telah dikembangkan terlebih dahulu untuk mengadakan pengelompokan bahasa-
bahasa, guna mengetahui tingkat kekerabatan antar bahasa. Tetapi metode-metode
tersebut tidak dapat dipakai untuk menghitung eratnya hubungan antara bahasa
yang satu dengan bahasa yang lainnya.
12
1. Asumsi Dasar Leksikostatistik
a) Sebagian dari kosakata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan
dengan bagian lainnya.
b) Retensi (ketahanan) kosakata dasar adalah konstan sepanjang masa.
c) Perubahan kosakata dasar pada semua bahasa adalah sama.
d) Bila presentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat
dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.
1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila
dibandingkan dengan bagian lainnya.
13
2. Retensi (ketahanan) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa.
Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang
ada dalam suatu bahasa, suatu prosentase tertentu selalu akan bertahan dalam
1000 tahun. Kalau asumsi ini diterima, maka implikasinya adalah bahwa dari 200
kosa kata dasar yang dimiliki sebuah bahasa, sesudah 1000 tahun akan bertahan
lagi prosentase yang sama.
Asumsi ketiga ini telah diuji dalam 13 bahasa, diantaranya ada yang
memiliki naskah-naskah tertulis. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam tiap 1000
tahun, kosa kata dasar suatu bahasa bertahan antara 86,4 – 74,4%, atau dengan
angka rata-rata 80,5%..
jumlah prosentase kata kerabat dan N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada
pada awal kelipatan 1000 tahun yang bersangkutan. Pada tahun pertama akan
161
tinggal : 200 × 100% = 80,5% = 161 kata. Sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal
80,5% × 161 kata = 129,6 kata atau dibulatkan menjadi 130 kata. Demikian
selanjutnya sesudah 1000 tahun ketiga, maka kosa kata dasarnya tinggal 80,5% ×
130 kata = 104,6 kata atau dibulatkan menjadi 105 kata dan seterusnya.
4. Bila Prosentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat
dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.
Asumsi dasar keempat ini mrupakan konsekuensi logis dari asumsi dasar
kedua dan ketiga. Asumsi ini berlaku dengan syarat bahwa tidak ada hal-hal yang
memperlambat atau mempercepat pemisahan tadi (ceteris paribus), misalnya
karena penaklukan atau kontak-kontak sosial yang lain.
14
Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, dan keempat, kita dapat
menghitung usia atau waktu pisah bahasa A dan B kalua diketahui prosentase kata
kerabat kedua bahasa itu. Dan karena dalam tiap 1000 tahun kedua bahasa kerabat
itu masing-masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam prosentase yang
sama, maka waktu pisah antara kedua bahasa tersebut dibagi dua. Misalnya
prosentase kata kerabatnya adalah 80,5%, maka waktu pisah kedua bahasa adalah
500 tahun yang lalu
2. Teknik Leksikostatistik
Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu diambil
langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut sekaligus merupakan
teknik-teknik metode leksikostatistik. Di antara langkah-langkah yang
sangat diperlukan adalah:
15
a. Mengumpulkan Kosa Kata Dasar
Dalam membandingan kata kata untuk menetapkan kata kata mana yang
merupakan kata kerabat dan mana yang tidak, maka perlu dikemukakan lagi suatu
asumsi lain dalam metode perbandingan yaitu: fonem bahasa proto yang sdah
berkembang secara berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat, akan berkembang
terus secara konsisten dalam lingkungan linguistis masing-masing bahasa
kerabat.
16
3) Penetapan kata kerabat;
a. Pasangan itu identik; kata yang semua fonemnya sama
d. Satu fonem berbeda; bila dalam satu pasangan kata terdapat perbedaan satu
fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi karena pengaruh
lingkungan yang dimasukinya, sedangkan dalam bahasa lain pengaruh
17
lingkungan itu tidak mengubah fonemnya, maka pasangan itu dapat
ditetapkan sebagai kata kerabat, asal segmennya cukup panjang.
Waktu pisah antara dua bahasa kerabat yang telah diketahui prosentase
kata kerabatnya, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus berikut:
𝑙𝑜𝑔. 𝐶
W = 2 𝑙𝑜𝑔.𝑟
18
sehingga perlahan-lahan tetapi pasti menandai perpisahan antara kedua bahasa
tersebut.
Dalam metode statistik dikembangkan cara tertentu untuk menghitung
jangka kesalahan yang mungkin timbul dalam perhitungan tersebut. Jangka
kesalahan itu biasanya dibuat untuk tiga asumsi yang berbeda (Keraf 1996 : 131)
1) Ketetapan perhitungan diperkirakan berkisar sekitar 68% dari kebenaran, atau
untuk mudahnya dikatakan 0,7 mengandung kebenaran;
2) Ketetapan perhitungan dapat diperkirakan 90% atau 0.9 dari kebenaran;
3) Kebenaran diperkirakan 50% atau 0,5 dari keadaan yang sebenarmya
C (1 − C)
S= √
n
19
3. Klasifikasi Bahasa
Metode Leksikostatistik atau Glotokronologi bukan semata-mata
merupakan metode untuk menentukan waktu pisah dua bahasa kerabat, tetapi juga
bisa menjadi metode untuk mengadakan pengelompokkan bahasa-bahasa kerabat.
Klasifikasi Swadesh seperti tabel diatas hanya berlaku sebagai dasar. Yang
akan dicapai dengan metode ini adalah klasifikasi nyata atas bahasa-bahasa
kerabat sehingga jelas bagaimana kedudukan atau hubungan antara bahasa-bahasa
itu satu sama lain.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Mengumpulkan kosa kata dasar bahasa kerabat (200 kosa kata swadesh);
21
2. Menghitung persentase kekerabatan dengan cara menetapkan dan menghitung
pasangan kata-kata kerabat yang sama dan mirip;
3. Menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa
4. Menghitung jangka kesalahan (Keraf, 1996: 126).
22
Dalam penelitian ini informan berjumlah minimal tiga orang dari Desa
Suka Jaya Dusun IX, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera
Utara dan tiga orang dari Desa Pinagar, Kecamatan Pasaman, Kabupaten
Pasaman barat.. Dari tiga orang informan itu ditentukan satu orang sebagai
informan utama, sedangkan yang lainnya sebagai pendamping (Mashun, 2005:
135). Atau dapat pula disimpulkan informan pertama sebagai informan utama,
informan kedua sebagai pendamping, dan informan ketiga sebagai pembanding.
Wawancara dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang terdiri atas data
swadesh yang dialih bahasakan ke bahasa Melayu dan Minangkabau. Dalam
berinteraksi dengan informan digunakan bahasa Indonesia.
23
Untuk menyusun atau menetapkan suatu perangkat korespondensi bunyi
yang absah harus dipenuhi prosedur sebagai berikut:
24
Contoh Data
Kata Kerabat
Kata Non-Kerabat
Metode yang digunakan dalam penyajian hasil analisis data adalah metode
informal dan metode formal. Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil
analisis data dengan kata-kata biasa. Metode formal digunakan untuk menyajikan
hasil penelitian dengan simbol dan angka-angka (Sudaryanto, 2015: 241).
25
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sudirman, dkk. 2005. “Hubungan Kekerabatan Bahasa Melayu dan Bahasa
Lampung” Jurnal Humaniora Nomor 1 Volume 17 . Diakses tanggal 23
April 2019.
Dardanila, 2016. “Kekerabatan Bahasa Karo, Bahasa Alas, dan Bahasa Gayo”
(Disertasi). Medan, Universitas Sumatera Utara.
26
Surbakti, Ernawati. 2014. “Kekerabatan Bahasa Karo, Minang, dan Melayu
Kajian Linguistik Historis Komparatif” Jurnal Ilmiah Nomor 1 Volume II.
Diakses tanggal 23 April 2019 .
27