Pengajaran sastra (Indonesia) di sekolah tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata
pelajaran yang mandiri, melainkan hanya menjadi bagian mata pelajaran bahasa
Indonesia. Dengan demikian, seorang guru bahasa Indonesia juga berarti guru apresiasi
sastra. Ia bertugas mengukur hasil belajar bahasa dan sastra siswa yang menjadi
asuhannya. Hal ini juga berarti ia dituntut untuk mampu menyusun tes kebahasaan dan
kesastraan sebagai salah satu sarana mengungkap hasil belajar siswa.
Penggabungan sastra ke dalam pengajaran bahasa (indonesia) memang wajar dan
dapat dimengerti. Untuk memahami karya sastra yang merupakan salah satu atau langkah
dalam usaha mengapresiasi karya sastra, penguasaan terhadap bahasa yang bersangkutan
merupakan karya sastra, penguasaan terhadap bahasa yang bersangkutan merupakan
suatu hal yang tak dapat ditawar.
Idealnya terjadi kaitan yang erat antara pengajaran bahasan dengan pengajaran
sastra yang bersifat saling mengisi dan menunjang. Dengan demikian, terdapat kolerasi
antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan berapresiasi sastra. Kemampuan
bebahasa yang tinggi yang dimiliki seorang siswa akan menjadi petunjuk bahwa ia juga
tinggi kemampuan apresiasi sastranya. Demikian pula sebaliknya.
Tujuan, bahan dan penilaian dalam pengajaran kesastraan
Komponen tujuan, bahan yang diajarkan, dan penilaian terhadap hasil kegiatan
pengajaran berkaitan erat. Bahan pengajaran hendaklah dijabarkan berdasarkan tujuantujuan itu sendiri dimungkinkan tercapai jika ditunjang oleh bahan yang sesuai. Kadar
ketercapaian tujuan atau tingkat penguasaan bahan akan diketahui melalui kegiatan
penilaian, sedang penilaian akan ada artinya jika dalam kaitanya dengan tujuan dan bahan
yang telah diajarkan. Hal itu berlaku pula untuk pengajaran (apresiasi) sastra.
1.
2.
1.
2.
Skala jawaban itu terdiri dari, misalnya lima atau lebih pertanyaan yang disusun
berturut-turut dari yang paling positif ke negatif tau sebaliknya. Pertanyaan itu misalnya:
sangat setuju - setuju - agak setuju - tidak setuju - sangat tidak setuju. Berikut contohnya.
Setiap siswa diwajibkan membuat rangkuman sebuah novel atau kumpulan cerpen
sebulan sekali.
SS
S
AS
TS
STS
Sebaiknya dilakukan kegiatan diskusi berbagai hal tentang kesastraan minimal dua
minggu sekali.
SS
S
AS
TS
STS
Pilihan siswa terhadap pertanyaan akan mencerminkan bagaimana sikapnya
terhadap sastra. Jawaban yang paling positif SS diberi skor 5 dan seterusnya 4, 3, 2,
dan 1. Penilaian dilakukan dengan menjumlahkan skor pertanyaan-pertanyaan yang
diserdiakan. Pertanyaan SS dengan S, S dengan AS. Dan seterusnya dapat
diperhalus perbedaannya dengan memberikan kemungkinan untuk memilih di antara dua
pertanyaan. Jika kita memilih cara ini, berarti skala menjadi lebih besar, dan untuk contoh
di atas menjadi berskala sembilan:
SS
1
S
1
AS
1
TS
1
STS
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Pengukuran sikap dengan jawaban singkat ya dan tidak dilakukan dengan
menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban atau dapat dijawab dengan
ya atau tidak oleh siswa. jawaban yang diberikan siswa juga mencerminkan sikapnya
terhadap pertanyaan itu. Berikut contohnya.
Saya membaca buku-buku sastra sekedar untuk mengisi waktu luang.
YA
TIDAK
Saya sengaja menyediakan waktu secara khusus untuk membaca buku-buku karya
sastra.
YA
TIDAK
Saya lebih suka membaca buku-buku komik dan novel-novel hiburan yang pop
daripada novel yang tergolong sastra.
YA
TIDAK
Bagi saya, membaca novel adalah semata-mata untuk mendapatkan cerita saja sehingga
tak perlu adanya sikap kritis seperti yang dibutuhkan jika kita akan menganalisisnya.
YA
TIDAK
Pengukuran dengan prosedur nominasi dapat dilakukan dengan menyusun siswa
menyebutkan judul-judul buku, nama-nama pengarang, tema cerita, pengalaman, dan
lain-lai yang paling disukainya. Misalnya pertanyaan berbunyi berikut.
Lima orang pengarang Indonesia yang terpenting dewasa ini adalah:
------------------, --------------------, -------------------, -----------------, -------------Lima judul buku yang ceritanya paling menarik dan terasa wajar adalah:
------------------, --------------------, -------------------, -----------------, --------------
Tentu saja penilaian dalam keadaan itu lain dengan penilaian yang dilakukan di sekolah.
Mungkin dapat berupa kegiatan pemantauan, pengamatan tingkah laku siswa di
masyarakat, atau bentuk-bentuk kegiatan tak formal lainnya, serta dapat pula kegiatan
formal seperti penelitian. Bagaimana sikap dan penampilan siswa di masyarakat dalam
memperlakukan sastra justru lebih mencerminkan keberhasilan pengajaran (apresiasi)
sastra di sekolah.
Tema apakah yang ingin dikemukakanChairil Anwar dalam puisinya yang berjudul
Dipenogoro?
Jelaskan persamaa dan perbedaan antara pantun dengan soneta.
Jelaskan ciri-ciri perbedaan antara angkatan Pujangga Baru dengan angkatan 45.
Tugas yang berupa memberi atau mengenali contoh yang sederhana juga
tergolong tes tingkat pemahaman, tetapi memberi contoh yang menuntut aktivitas kognitif
yang lebih kompleks termasuk tingkatan yang lebih tinggi. Misalnya soal yang
berbunyi: buatlah tiga buah contoh penuturan yang bergaya metafora, atau: kalimat di
bawah ini yang bergaya personifikasi adalah ....., ....., ....., ....., hanya merupakan tugas
memberi dan mengenali contoh yang sederhana saja, maka soal tersebut masih tergolong
tingkat pemahaman.
(3) Tes Kesastraan Tingkat Penerapan
Tes kesastraan pada tingkat penerapan menuntut siswa untuk mampu menerapkan
pengetahuan teoritisya ke dalam kegiatan praktis yang kongkret. Artinya siswa telah
dituntut benar-benar untuk memperlakukan karya sastra secara nyata. Kemampuan
aplikatif ini antara lain berupa kemampuan mengubah, memodifikasi,
mendemonstrasikan, mengoperasikan, menerapkan sesuatu hal atau kemampuan.
Misalnya mengubah cerita bentuk naratif (cerpen, novel) ke dalam bentuk dialog (drama),
gaya aku ke gaya dia atau sebaliknya, membahasakan puisi kembali dengan kata-kata
sendiri atau membuat parafrase, memberi penanda-penanda hubungan pada puisi,
memberi penanda jeda (baca), menunjukkan suatu hal atau keadaan dalam suatu karya
misalnya berbagai gaya bahasa, latar (setting), alur dan sebagainya. Berikut contoh butir
soal tingkat penerapan.
Dikutip sebuah wacana prosa, misalnya dari Belenggu, sepanjang satu halaman
(ingat pemenggalan wacana harus layak). Tugas yang diberikan misalnya berbunyi.
Ubahlah cerita prosa diatas menjadi bentuk dialog
Sudut pandang apa yang dipergunakan dalam cerita di atas, ungkapkan kembali cerita
di atas dengan sudut pandang yang berbeda, misalnya dari gaya dia ke aku atau
sebaliknya
Tunjukkan semua gaya bahasa yang terdapat dalam wacana di atas.
Tunjukkan ungkapan yang menyatakan bahwa ....... (tergantung permasalahan yang
ada, tapi ingat jangan semata-mata hanya menunjukkan fakta, melainkan harus yang
bersifat problematis, tugas ini mudah dijadikan tes objektif).
(4) Tes Kesastraan Analisis
Tes kesastraan pada tingkat analisis, di samping menuntut siswa untuk telah
benar-benar membacanya karya sastra tertentu, siswa diharapkan mampu untuk
melakukan kerja analisis terhadapnya. Aktivitas membaca karya sastra tidak sekedar
untuk mengetahui isi cerita saja, jika ia berupa fiksi, melainkan harus disertai sikap kritis,
baik terhadap unsur-unsur yang mendukungnya maupun karya sastra sebagai suatu
keseluruhan.
Adanya sikap kritis dan usaha lebih lanjut untuk menganlisis secara terinci inilah yang
membedakannya dengan tes tingkat penerapan di atas. Akan tetapi perlu ditegaskan
bahwa kerja analisis terhadaoa karya sastra dimaksudkan untuk dapat mamahami secara
baik karya yang bersangkutan.
Tugas kemampuan analisis antara lain berupa identifikasi dan analisis terhadapa
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra, analisis unsur bentuk dan isi;
membedakan, meyeleksi, memilih, dan merinci lebih lanjut unsur-unsur karya sastra,
misalnya konflik pokok yang tepat dipandang sebagai klimaks dengan konflik-konflik
yang lain, tema (pokok) dengan sub-sub tema, alur pokok dengan alur tambahan, teknik
pelukisan karakter yang dominan dan teknik-teknik lain yang dipergunakan, dan
sebagainya. Tentu saja semua analisis tersebut perlu disertai bukti-bukti konkret yang
terdapat (atau bahkan di kutip) dalam karya yang bersangkutan. Berikut contoh butir soal
untuk tingkat analisis.
Bagaimanakah cara pegarang melukiskan perwatakan para tokoh dalam
novel Belenggu?
Bagaimanakah karakter tokoh-tokoh utama novel Belenggu?
Jelaskan cara pengarang mengembangkan alur novel Belenggu?
Jelaskan apa tema dan sub-tema,alur pokok dan alur tambahan novel Maut dan Cinta.
Jelaskan efektivitas unsur bunyi dalam sajak yang berjudul Isa karya Chairil Anwar.
(5) Tes Kasastraan Tingkat Sintesis
Tes kesastraan pada tingkat sintesis, sebagai kelanjutan berpikir analisis, menutut
siswa untuk mampu mengkatagorikan, menghubung dan mengkombinasikan,
menjelaskan, dan meramalkan hal-hal yang berkenaan dengan unsur-unsur karya sastra
dan antarkarya sasta. Tugas kemampuan sintesis ini antara lain berupa kemampuan
mengkategorikan suatu ciri atau keadaan yang sejenis, misalnya puisi, cerpen, atau novel
yang memiliki persamaan unsur tertetntu seperti gaya, tema, alur, dan latar; menunjukkan
dan menjelaskan kaitan antara beberapa hal baik dalam sebuah karya maupun beberapa
karya. Berikut contoh butir soal untuk mengukur kemampuan sintesis.
Jelaskan bahwa aantara tokoh Hasan dalam Atheis dan Hanafi dalam Salah
Asuhan mempunyai persamaan.
Secara struktural Atheis sama sekali tidak baru, melainkan hanya mengikuti struktur Di
Bawah Lindungan Kak-bah. Jelaskan pernyataan tersebut.
Jelaskan benarkah kaitan antara karakteristik latar, penokohan, dan tema
dalam Harimau ! Harimau ! Harimau !bersifat padu dan wajar.
Mengapa Maria dimatikan dan justru Tuti yang dikawinkan dengan Yusuf dalam Layar
Terkembang?
Mengapa bait pertama yang berbunyi: Itu Tubuh/mengucur darah/ mengucur darah/
pada puisi Isa diulang lagi pada bait terakhir?
(6) Tes Kesastraan Tingkat Penilaian
Tes kesastraan pada tingkat evaluasi menuntut siswa untuk mampu melakukan
penilaian terhadap berbagai masalah kesastraan, baik karya sastra dengan berbagai
unsurnya maupun kehidupan sastra secara keseluruhan. Kerja analisis terhadapa karya
sastra biasanya dilanjutkan dengan penilaian terhadapnya. Data-data dan bukti-bukti yang
diperoleh melalui kerja analisis itulah antara lain yang dijadikan dasar penelitian.
Masalah dapat dipertanggungajawabkan atau tidaknya suatu penilaian dalam kesastraan
terutama dilihat dari argumentasi yang mendasarinya dan kuatnya argumentasi itu sendiri
harus di dukung oleh bukti-bukti yang kuat pula.
Kemampuan berpikir tingkat evaluasi antara lain berupa kemampuan menilai
suatu hal, misalnya masalah ketepatan pilihan kata dan makna keseluruhan sajak,
ketapatan alur, penokohan, latar, gaya, tema, dan unsur-unsur yang lain dalam
membentuk kesatuan yang padu dalam sebuah fiksi. Berikut contoh butir soal untuk
mengukur kemampuan evaluasi.
Jelaskan mengapa penokohan dalam novel Layar Terkembamg sering dianggap lemah.
Tokoh Yah dalam Belenggu bukan merupakan tokoh konkret, melainkan hanya tokoh
khayalan Tono. Setujukah Saudara dengan pendapat itu? Beri penjelasan seperlunya !
Jelaskan unsur-unsur kebaruan yang terdapat dalam novel Telegram ? atau: mengapa
novel Telegram di pandang sebagai novel kontemporer?
Mengapa sajak-sajak Chairil Anwar di pandang lebih berhasil dari pada sajak-sajak
sebelumnya karya pengarang Pujangga Baru?
Mengapa puisi-puisi Sutarji tak dapat disamakan dengan puisi-puisi Rendra?
Setujukah Saudara terhadap adanya pendapat yang mengatakan bahwa telah lahir
angkatan baru sesudah angkatan 66. Sertailah jawaban Saudara dengan bukti dan alasan
sepenuhnya
...............................................................................................
1.
Tes Kesastraan Tingkat Informasi
Tes kesastraan tingkat informasi dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan
siswa yang berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan dengan sastra, baik yang
menyangkut data-data tentang suatu karya maupun data-data lain yang dapat
dipergunakan untuk membantu menafsirkannya. Data-data yang dimaksud berhubungan
dengan pertanyaan-pertanyaan; apa yang terjadi, di mana, kapan, berapa, nama, namanama pelaku, dan sebagainya. Data-data tentang suatu karya sastra misalnya menanyakan
masalah genre, kejadian pokok, kapan terjadi, di mana terjadi, siapa saja tokoh x, dan
sebagainya. Data-data yang dapat membantu penafsiran antara lain berupa biografi
pengarang: siapa namanya, dilahirkan di mana, kapan, apa pekerjaannya, status sosial,
karya yang keberapa, tahun berapa karya ditulis, tahun berapa terbit, di mana dan siapa
penerbitnya, dan lain-lain.