Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDEKATAN EKSPRESIF DAN PENDEKATAN OBJEKTIF

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kritik Sastra yang


diampu oleh Ibu Dr. Sesilia Seli, M.Pd.

Disusun oleh:
1. Ade Irma Yani F1012191017
2. Bagas Zulmy Adityarno F1012191005
3. Dela Noviani F1012191015
4. Nasstasja Defelia Milana F1012191010
5. Ponco Prasetio F1012191019
6. Rizal Arifan F1012191011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan YME atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam proses pengerjaan makalah ini. Khususnya kedua orang
tua, teman-teman, dan Ibu Dr. Sesilia Seli, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Kritik
Sastra.
Dalam proses pengerjaan makalah ini, penyusun menemukan banyak
kekurangan. Karena keterbatasan ilmu serta wawasan yang dimiliki penyusun.
Dengan semua kekurangan yang dimiliki oleh penyusun, diharapkan kepada para
pembaca ini dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan
kita bersama.
Makalah yang berjudul “Pendekatan Ekspresif dan Pendekatan Objektif”
ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Kritik Sastra. Penyusun mohon maaf
yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak kesalahan dalam penulisan kata
dan kalimat dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi seluruh
pembaca.

Pontianak, 28 Agustus 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Rumusan Masalah.........................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................3

A. Pendekatan Ekspresif....................................................................................3

1. Sejarah Pendekatan Ekspresif...................................................................3

2. Hakikat Pendekatan Ekspresif...................................................................4

3. Penerapan Pendekatan Ekspresif...............................................................5

B. Pendekatan Objektif......................................................................................5

1. Sejarah Pendekatan Objektif.....................................................................6

2. Hakikat pendekatan objektif......................................................................6

3. Penerapan Pendekatan Objektif.................................................................8

BAB III..................................................................................................................10

PENUTUP..............................................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil dari daya cipta, karsa manusia yang dimana
mengandung nilai seni yang tinggi. Dalam penciptaan karya sastra, seorang
seniman atau penyair tidak menciptakannya hanya asal-asalan. Melainkan
membutuhkan usaha yang keras baru bisa menghasilkan sebuah karya yang
bermutu. Selain itu, banyak aspek yang dipertimbangkan dalam pembuatan karya
sastra. Misalnya aspek keindahan, nilai guna atau manfaat.
Karena karya sastra sarat dengan nilai seni, maka dalam menganalisisnya
harus menggunakan metode atau cara yang tepat. Agar apa yang ingin
disampaikan dapat kepada pembaca atau penikmat karya itu. Miasalnya dengan
menggunakan pendekatan ekspresif dan pendekatan objektif.
Teori ekspresif sastra adalah sebuah teori yang memandang sebuah karya
sastra terutama sebagai pernyataan atau ekspresi dunia batin pengarangnya. Aspek
ekspresif sebagai salah satu pendekatan dalam sastra barangkali lebih cocok
dipakai dalam melihat kebimbangan pengarang dalam berkarya. Sedangkan yang
memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai sesuatu struktur yang otonom
dengan koherensi intrinsik adalah pendekatan objektif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urain yang terdapat dalam latar belakang, rumusan masalah
yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah pendekatan ekspresif?
2. Apakah hakikat pendekatan ekspresif?
3. Bagaimana langkah penerapan pendekatan ekspresif?
4. Bagaimana sejarah pendekatan objektif?
5. Apakah hakikat pendekatan objektif?
6. Bagaimana langkah penerapan pendekatan objektif?
2

C. Rumusan Masalah
Adapun beberapa hal yang akan dituju dari penulisan makalah ini
berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah pendekatan ekspresif


2. Untuk mengetahui hakikat pendekatan ekspresif
3. Untuk mengetahui langkah penerapan pendekatan ekspresif
4. Untuk mengetahui sejarah pendekatan objektif
5. Untuk mengetahui hakikat pendekatan objektif
6. Untuk mengetahui langkah penerapan pendekatan objektif
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pendekatan Ekspresif
Teori ekspresif sastra adalah sebuah teori yang memandang sebuah karya
sastra terutama sebagai pernyataan atau ekspresi dunia batin pengarangnya.
1. Sejarah Pendekatan Ekspresif
Penekanan aspek ekspresif karya sastra telah lama dimulai. Pada masa
Yunani dan Romawi penonjolan aspek ekspresif karya sastra telah dimulai
seorang ahli sastra Yunani Kuno, Dionysius Casius Longius, dalam bukunya
On the Sublime (Mana Sikana, dalam Atmazaki, 1990: 32-33). Menurut
Longius karya sastra harus mempunyai gaya bahasa yang baik, mempunyai
falsafah, pemikiran, dan persoalan agung yang penting, harus mempunyai
emosi yang intens dan terpelihara serta tahan menghadapi zaman.
Kenyataan ini menyebabkan pengarang mesti punya konsep yang jelas dan
jauh dari kebimbangan-kebimbangan yang melanda dirinya.
Apabila Plato mengungkapkan bahwa karya sastra adalah meniru dan
meneladani ciptaan Tuhan, cukupkah sampai di situ peran seorang
pengarang? Ternyata Aristoteles menolak pendapat yang menyatakan bahwa
posisi pengarang hanya berada di bawah Tuhan. Menurutnya, ciptaan Tuhan
hanyalah sebagai tempat bertolak. Pengarang dalam penciptaan karyanya,
dengan daya khayal dan kreativitas yang dipunyainya, justru mampu
menciptakan kenyataan yang lebih kurang terlepas dari kenyataan alami.
Dalam hal ini secara “lancang” menurut Aristoteles pengarang dengan
sombongnya sebagai pencipta telah menyamai Tuhan (Atmazaki, 1990: 33).
Pendekatan ekspresif kemudian tumbuh subur pada abad ke-18
dengan munculnya aliran romantisme yang dikembangkan oleh Jean
Jacques Rousseau. Aliran ini di Prancis mendominasi penyelidikan karya
sastra sampai tahun 1950-an, walaupun strukturalisme di Eropa telah
berkembang sejak awal abad ke-20. Roussea berpendapat bahwa seorang
4

otonom dan hanya takluk pada kaumnya sendiri. Sebagai individu ia


mewakili sifat universal yang tidak takluk kepada apapun dan siapapun.
Tujuan perjalanan hidup manusia adalah penemuan dan pengungkapan diri
manusia yang unik. Manusia sebagai individu mempunyai pengalaman dan
penghayatan eksitensi individu total dan menyeluruh, melalui daya
imajinasinya ia berhasil membayangkan keunikannya sebagai individu yang
menjadi kebanggaannya. Manusia pada dasarnya seorang yang “Mahatau”
tentang dirinya dan melalui karyanya ia dapat membenarkan dirinya sendiri.
Dalam perkembangan studi sastra di Indonesia, tidak banyak ahli atau
peneliti yang menggunakan pendekatan dan jenis kajian ekspresif.
Kurangnya kajian ekspresif bisa dilihat dari penelitian dan buku tentang
sastrawan yang masih sedikit. Pembahasan tentang sastrawan justru banyak
dilakukan oleh majalah sastra.
2. Hakikat Pendekatan Ekspresif
Menurut Abrams (Dalam Siswanto, 2018:181) pendekatan ekspresif
adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitik beratkan kajiannya
pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis. Dengan demikian, apabila
segala gagasan, cita, rasa, emosi, ide, angan-angan merupakan “dunia
dalam” pengarang, maka karya sastra merupakan “dunia luar” yang
bersesuaian dengan dunia dalam itu. Dengan pendekatan tersebut, penilaian
sastra tertuju pada emosi atau keadaan jiwa pengarang sehingga karya sastra
merupakan sarana atau alat untuk memahami keadaan jiwa pengarang.
Pendekatan ini menonjol pada abad ke-19 atau pada zaman Romantik di
Eropa.

Dalam pendekatan ini, penilaian terhadap karya seni ditekankan pada


keaslian dan kebaruan. Penilaian sebuah karya seni sebagian besar
bergantung pada kadar kebaruan dan penyimpangannya terhadap karya-
karya sebelumnya. Yang indah hanya yang baru, sesuatu yang baru
dianggap lebih baik daripada yang lama. Sebenarnya, cita-cita kebaruan dan
keaslian ini menjadi dominan ejak zaman Renaissance, ketika alam dan
5

ciptaan Tuhan sebagai model yang harus diteladani oleh seniman digantikan
oleh ciptaan seniman sendiri; ketika model dunia devolusi yang
menggembalikan segala sesuatu ke ciptaan Tuhan yang asli digantikan oleh
model evolusi, yakni setiap penciptaan bar pada prinsipnya menjadi
kemajuan (Teeuw, 183).

Pendekatan ekspresif tidak semata-mata memberikan perhatian


terhadap bagaimana karya sastra itu diciptakan, seperti studi proses kreatif
dalam studi biografis, tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya
sastra yang dihasilkan.

3. Penerapan Pendekatan Ekspresif


Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang mengaitkan antara
karya sastra dengan ekspresi atau perasaan dari pengarangnya. Maka dengan
itu ada beberapa langkah yang harus di perhatikan, yaitu:
a. Dalam penerapan pendekatan ekspresif, seorang kritikus harus
mengenal atau mengetahui biografi dari pengarang yang akan
dikaji nantinya.
b. Melakukan pemahaman terhadap unsur-unsur yang terdapat di
dalam karya sastra seperti, tema, diksi, metafora, atau pencitraan
dan sebagainya.
c. Mengaitkan hasil penafsiran dengan berdasarkan tinjauan
psikologis atau kejiwaan si penyair. Asumsi dasar penelitian
psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh anggapan bahwa
karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran
pengarang yang berada pada situasi setengah sadar setelah jelas
baru dituangkan kedalam bentuk secara sadar. Dan kekuatan
karya sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang mampu
mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam
sebuah penciptaan karya sastra.
6

B. Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada
karya sastra sebagai sesuatu struktur yang otonom dengan koherensi intrinsik.
1. Sejarah Pendekatan Objektif
Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan
Strukturalisme Praha, yang mendapat pengaruh langsung dari teori Saussure
yang mengubah studi linguistik dari pendekatan diakronik ke sinkronik.
Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya,
melainkan pada hubungan antar unsurnya. Masalah unsur dan hubungan
antarunsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini
(Nurgiyantoro, 2000:36). Pendekatan Objektif adalah pendekatan yang
memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom,
karena itu pendekatan ini mengarah pada analisis karya sastra secara
strukturalisme. Sehingga pendekatan strukturalisme dinamakan juga
pendekatan objektif. (Semi, 1993: 67).

Pendekatan objektif merupakan salah satu pendekatan yang


dicetuskan oleh Abrams. Pendekatan ini paling tua dalam khazanah teori
sastra sekaligus sebagai pemicu lahirnya teori teori sastra modern yang
dikenal luas sampai saat ini. Pendekatan objektif di Eropa sama tuanya
dengan Poetica sebagai cabang ilmu pengetahuan yang diletakkan oleh
Aristoteles tahun 384-322 SM.

2. Hakikat pendekatan objektif


Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang menitikberatkan
perhatian pada karya sastra, membebaskan diri dari pengaruh unsur luar
sastra. Pendekatan objektif memiliki pengertian yang sama dengan
pendekatan intrinsik. Untuk memahami maknanya, karya sastra harus
dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah,
lepas dari diri dan niat penulis, dan lepas pula dari efeknya pada pembaca.

Menurut Hasanuddin. (1996: 110-111) pendekatan objektif


merupakan pendekatan yang sangat mengutamakan penyelidikan karya
7

sastra berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri. Hal-hal yang di luar
sastra, walaupun masih ada hubungannya dengan sastra dianggap tidak
perlu dijadikan pertimbangan dalam menganalisis karya sastra. Pengarang
dan realitas objektif dianggap sebagai unsur penunjang, karenanya tidak
perlu digubris. Dengan demikian, pendekatan objektif prinsip otonomi
sangat ketat dalam praktek kerjanya karya sastra.

Pendekatan objektif identik dengan pendekatan sinkronik dalam ilmu-


ilmu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak permulaan abad ke-20. Jika
perwujudan pendekatan sinkronik ini dalam bidang bahasa dimulai
Ferdinand de Saussure dengan pendekatan struktural, dalam bidang ilmu
sastra yang dimulai oleh Roman Jakobson dengan formalisme. Pandangan
objektif erat hubungannya dengan perubahan pandangan dalam ilmu.

Bahasa merupakan bentuk formal teks sastra. Penelitian bahasa


menurut Saussure harus mendahulukan bahasa sebagai sistem yang
sinkronik: makna dan fungsi unsur-unsurnya hanya dapat dipahami dalam
keterkaitannya dengan unsur-unsur lain, sifat utama dan fungsi sistem tanda
adalah sifat rasionalnya. Hal tersebut berarti bahwa unsur-unsur harus
dipahami lebih dahulu, sebelum menyimpulkan keseluruhan hubungan
unsur.

Prinsip dasar ini berlaku pula dalam pendekatan objektif yang


memandang karya sastra lebih mendahulukannya sebagai sistem sinkronik
sebelum melakukan penelitian sebagai sistem diakronik dan historik. Sistem
sinkronik suatu drama adalah struktur bahasa. Oleh sebab itu, penyelidikan
bahasa teks sastra. merupakan prioritas utama dibandingkan dengan
hubungannya dengan pengarang. pembaca, dan realitas objektif. Pandangan
ini pulalah yang dianut untuk membebaskan ilmu sastra dari kungkungan
ilmu-ilmu lain, seperti filsafat, sejarah, psikologi, atau kebudayaan.

Karya sastra dipandang sebagai tanda yang pada mulanya dianggap


otonom, tetapi kemudian dianggap memiliki hubungan dengan acuan
8

semula. Sehingga unsur-unsur drama seperti peristiwa penokohan, dan latar


merupakan tanda-tanda yang harus ditafsirkan bukan diterima sebagai tanda
yang perlu ditafsirkan. Penafsiran unsur-unsur diperlukan lebih dahulu
sebagai konsekuensi dari pandangan sinkronik, baru kemudian
menyimpulkan hubungan antarunsur dilakukan. Dengan demikian,
pendekatan objektif menerapkan analisis struktural terhadap karya sastra
dengan prinsip kerja utama, membongkar dan memaparkan unsur-unsur
secermat dan semendetail mungkin untuk disusun kembali secara bersama-
sama guna menghasilkan pengertian yang menyeluruh.

Ada beberapa alasan mengapa pendekatan objektif disenangi banyak


pakar dalam penyelidikan sastra, antara lain:

a. Adanya anggapan bahwa karya sastra setelah diciptakan terlepas


dari pengaruh ekstrinsiknya. Karya sastra itu telah utuh
membentuk dunianya sendiri.
b. Karya sastra sebagai objek penelitian tidak harus tergantung
dengan prinsip ilmu lain dalam menyelidikinya. Hal ini sejalan
dengan perkembangan ilmu manapun.
c. Jika pengarang mempunyai peranan utama dalam proses
penciptaan, ternyata banyak pengarang yang tidak dapat
menjelaskan lagi latar belakang dan motif penulisannya. Sering
kali penjelasan pengarang tentang karyanya bertentangan dengan
yang ditangkap pembaca, pembaca pun penerimaannya beragam.
3. Penerapan Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif lebih banyak digunakan dalam bidang puisi
(Jefferson, 1982:84). Dalam lingkup puisi, Pradopo (2000: 14) menguraikan
bahwa karya sastra itu tak hanya merupakan satu sistem norma, melainkan
terdiri dari beberapa strata norma. Masing-masing norma menimbulkan
lapis norma dibawahnya. Mengacu pendapat Roman Ingarden, seorang
filsuf Polandia, Rene Wellek (Dalam Pradopo, 2000:14) menguraikan
norma-norma itu , yaitu (a) lapis bunyi atau sound stratum, misalnya bunyi
9

suara dalam kata,frase, dan kalimat, (b) lapis arti atau units of meaning,
misalnya arti dalam fonem, suku kata, kata, frase, dan kalimat, (c) lapis
objek, misalnya objek-objek yang dikemukakan seperti latar, pelaku, dan
dunia pengarang. Selanjutnya Roman Ingarden masih menambahkan dua
lapis norma lagi, yaitu lapis dunia dan lapis metafisis.

Secara sederhana, penerapan pendekatan objektif dalam menganilis


karya sastra, dapat diformulasikan sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan unsur-unsur struktur karya sastra.


b. Mengkaji keterkaitan makna antara unusr-unsur yang satu dengan
lainya.
c. Mendeskripsikan fungsi serta hubungan antar unsur (intrinsik)
karya yang bersangkutan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan perhatian


kepada upaya pengarang atau penyair mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya
sastra. Ada tiga langkah dalam pendekatan ekspresif, langkah pertama dalam
menerapkan pendekatan ekspresif, seorang kritikus harus mengenal biografi
pengarang karya sastra yang akan dikaji. Langkah kedua, melakukan penafsiran
pemahan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, seperti tema,
gaya bahasa/diksi, citraan, dan sebagainya. Langkah ketiga, mengaitkan hasil
penafsiran dengan berdasarkan tinjauan psikologis kejiwaan pengarang.
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitikberatkan perhatian pada
karya sastra, membebaskan diri dari pengaruh unsur luar sastra. Pendekatan
objektif memiliki pengertian yang sama dengan pendekatan intrinsik. Untuk
memahami maknanya, karya sastra harus dianalisis berdasarkan strukturnya
sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niat penulis, dan lepas
pula dari efeknya pada pembaca. Secara sederhana, penerapan pendekatan objektif
dalam menganilis karya sastra, dapat diformulasikan sebagai berikut: Pertama,
mendeskripsikan unsur-unsur struktur karya sastra. Kedua, mengkaji keterkaitan
makna antara unusr-unsur yang satu dengan lainya. Ketiga, mendeskripsikan
fungsi serta hubungan antar unsur (intrinsik) karya yang bersangkutan.

B. Saran

Dalam membuat suatu karya sastra, kita harus mempunyai banyak


pengalaman dan pengetahuan agar dalam mengekspresikan sebuah pengalaman
atau sebuah peristiwa yang terjadi di sekitar kita, kita bisa menggambarkan atau
mengekspresikan dalam bentuk karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. 1979. The Mirror and the lamp: Romantic Theory and the Critical
Tradition.  New York: Oxford University Press.
Atmazaki. 1990. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Angkasa Raya.
Hasanuddin. 1996. Drama (Karya dalam Dua Dimensi). Bandung: Angkasa.
Jefferson, Ann. 1982. Structuralism and Pos Structuralism Modern Literary
Theory: A Comparative Introduction. London: Bats ford academic and
Educational Ltd.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Pradopo, Rachmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Wellek, Rene. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai