Anda di halaman 1dari 34

TUGAS KELOMPOK TENTANG

PROBLEMATIKA PEMBENTUKAN
KATA
1. Marceline Clara Lorenza 1201618003
Problematika Morfologis
Pemakaian kata dalam bahasa Indonesia juga
menimbulkan problem-problem. Setelah
dikelompokkan, paling tidak ada tujuh probelma,
yaitu:
1. Problema akibat bentukan baru
2. Problema akibat kontaminasi
3. Problema akibat adanya unsur serapan
4. Problema akibat analogi
5. Prolema akibat perlakuan kluster
6. Problema akibat proses morfologis bentuk serapan
7. Problema akibat perlakuan bentuk majemuk

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Problema Akibat Bentukan Baru
Misal :
memberhentikan memberlakukan

meN-kan berhenti meN-kan berlaku

ber- henti ber- laku

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Keterangan
Dari diagram, itu terlihat bahwa bentuk dasar
konstruksi memberhentikan adalah berhenti,
sedangkan bentuk dasar konstruksi
memberlakukan adalah berlaku, dan bukan henti
dan laku.
Bentuk henti dan laku adalah bentuk awal dari
konstruksi itu.
Dengan demikian, walaupun terdapat dua prefiks,
konstruksi itu tetap dibenarkan selain bentuk
menghentikan dan melakukan. Begitu juga
konstruksi diberhentikan, diberlakukan,
dimengerti, diberangkatkan dan sebagainya.

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Problema Akibat Kontaminasi
Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang
mengacaukan konstruksi kebahasaan. Dua
konstruksi, yang mestinya harus berdiri secara
terpisah, dipadukan menjadi satu konstruksi.
Akibatnya, konstruksi itu menjadi kacau atai rancu
artinya Kontaminasi dalam konstruksi kata,
misalnya diperlebarkan, mengenyampingkan,
dipelajarkan.

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Konstruksi mengenyampingkan dianggap rancu sebab
merupakan hasil pemanduan konstruksi
mengesampingkan dan menyampingkan. Yang
dikacaukan bukan artinya, tetapi
morfofonemisnya yaitu meluluhkan bunyi /s/ pada
ke samping pada bentuk dasar ke samping.
Peluluhan seperti itu salah sebab bunyi /s/ bukan bunyi
awal bentuk dasar. Bunyi awal bentuk dasar ke samping
adalah /k/. Oleh sebab itu, bunyi /k/ -lah yang
diluluhkan apabila bergabung dengan morfem {meN-
kan}.
Jadi yang benar adalah mengesampingkan

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Konstruksi dipelajarkan merupakan hasil
pencampuaran konstruksi dipelajari dan
diajarkan yang masing-masing mempunyai arti
tersendiri.
Dengan pencampuran itu artinya menjadi kabur.
Oleh sebab itu, bentuk itu dikatakan sebagai
bentuk yang rancu.

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Problema Akibat Unsur Serapan
Adanya unsur bahasa asing yang terserap ke
dalam bahasa Indonesia juga membuat
problema tersendiri. Hal itu terlihat pada
kekacauan dan keragu-raguan pemakaian
bentuk :
Data-data :
Fakta-fakta:
Alumni :

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Problema Akibat Analogi
Analogi adalah bentukan bahasa dengan
menurut contoh yang sudah ada.
Gejala analogi ini sangat penting dalam
pemakaian bahasa sebab pada dasarnya
pemakaian bahasa dalam penyusunan kalimat,
frase dan kata beranalogi pada contoh yang telah
ada atau yang telah diketahuinya.

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


• Contoh :
1. Kata pihak dijadikan fihak, didasarkan contoh bahwa
bunyi /p/ pada unsur serapan dikembalikan ke bunyi
aslinya, yaitu /f/.
2. Kata pikir, paham dan pasal dapat dikembalikan
menjadi fikir, faham dan fatsal. Pengembalian ini
benar sebab kata pikir, paham dan pasal berasal dari
bahasa Arab.
3. Kata pihak disangkanya juga berasal dari bahasa Arab,
sehingga juga dikembalikan menjadi fihak. Padahal,
kata pihak tidak berasal dari bahasa Arab, tetapi
bahasa Melayu.
Oleh sebab itu, kata fihak dianggap sebagai hasil analogi
secara salah. Dengan demikian kata pihak lah yang
benar.

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Kata serapan pun ada yang dianalogikan secara
salah. Misal:
Kata alternatif dijadikan alternasi sebagai akibat
analogi yang salah terhadap bentuk produktif dan
produksi; kompetitif dan kompetisi; edukatif dan
edukasi.
Bentuk yang berakhir dengan if biasanya
berkelas kata sifat.
Bentuk yang berakhir dengan si biasanya
berkelas benda.
Kata alternatif yang berati pilihan sudah berkelas
kata benda. Oleh sebab itu, tidak perlu dibendakan
lagi menjadi alternasi. Dengan demikian, pemakaian
kata alternatif pada kalimat Untuk mengatasi
persoalan itu diperlukan sejumlah alternatif teknik
adalah sudah benar.

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Problema Akibat Perlakuan Kluster
Kluster atau kosonan rangkap mengundang
problema tersendiri dalam pembentukan kata
bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan bahwa kata
bahasa Indonesia asli tidak mengenal kluster.
Kata yang berkluster(yang dipakai dalam bahasa
Indonesia) itu berasal dari unsur serapan,
misalnya program, proklamasi, prakarsa, traktir,
transfer, transkripsi, sponsor, standar, skala,
klasifikasi, kritik, kronologi.
Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140
No I II
1 Memprogramkan Memrogramkan
2 Pemprograman Pemrograman
3 Memproklamasikan Memroklamasikan
4 Pemproklamasikan Pemroklamasian
5 Mentraktir Menraktir
6 Pentraktiran Penraktiran
7 Mentransfer Menransfer
8 Pentransferan Penransferan
9 Mensponsori Menyponsori, menyeponsori
10 Pensponsoran Penyponsoran, penyeponsoran
11 Pendstandaran Menytandarkan, penyetandaran
12 Mengkalsifikasikan Menglasifikasikan
13 Pengklasifikasian Penglasifikasian
14 Mengkritik Mengritik
15 Pengkritikan Pengritikan

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


o Apabila menurut sistem bahasa Indonesia, kita
cenderung memilih atau menggunakan deretan II.
Tetapi, ada beberapa keberatan atau kelemahannya,
antara lain:
1. Bentuk serapan diatas sifatnya dengan bentuk
dasar bahasa Indonesia asli, yaitu konsonan
rangkap dan tidak (walaupun keduanya berawal
dengan k, p, r, s)
2. Apabila diluluhkan, kemungkinan besar akan
menyulitkan penelusuran kembali bentuk aslinya
3. Ada beberapa bentuk yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman arti.
Oleh sebab itu, kita sebaiknya memilih deretan I
yaitu tidak meluluhkan bunyi awal bentuk serapan
yang berkluster.

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Problema Akibat Proses Morfologis
Unsur Serapan
• Yang menjadi tekanan dalam problema akibat
prose morfologis unsur serapan adalah prose
morfologisnya.
Pada dasanya, bentuk serapan dapat
dikelompokkan menjadi dua:
1. Bentuk serapan yang sudah lama menjadi
keluarga bahasa Indonesia sehingga sudah
tidak terasa lagi keasingannya
2. Bentuk serapan yang masih baru sehingga
masih terasa keasingannya.
Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140
• Contoh :
Apabila bentuk terjemah digabung dengan {meN-
kan} akan menjadi menerjemahkan sebab,
berdasarkan sistem bahasa Indonesia, fon /p/
yang mengawali bentuk dasar akan luluh apabila
digabung dengan afiks {meN-(kan/i)} dan {peN-
(an)}.

Mansur Muslich,Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Hlm 131-140


Problema Akibat Perlakuan Bentuk
Majemuk
Problema morfologis terakhir adalah problema akibat
perlakuan bentuk majemuk. Problema itu terlihat pada
persaingan pemakaian bentuk pertanggungjawaban dan
pertanggung jawab, kewarganegaraan dan kewargaan
negara, menyebarluaskan dan menyerbakan luas.
Dari contoh itu terlihat dua perlakuan bentuk majemuk
yaitu bentuk majemuk yang unsur-unsurnya dianggap
sebagai satu kesatuan dan bentuk majemuk yang unsur-
unsurnya dianggap renggang.
Suatu bentuk dikatakan bentuk majemuk
apabila unsur-unsurnya pekat dan padu.
Sebaliknya, apabila unsur-unsurnya longgar
tidak lagi dikatakan sebagai bentuk majemuk
tetapi frase.
Tabel Kata Ulang

No Arti yang ditimbulkan Contoh


1 Intensitas kuantitatif (banyak) Buku-buku, anak-anak, rumah-rumah
2 Intensitas kualitatif (sangat/ menegaskan) (tekan)kuat-kuat, (angkat)tinggi-
tinggi, (perhatikan)baik-baik
3 Intensitas frekuensi (sering) Mengangguk-anggguk, bertanya-tanya
4 Resiproque (saling/berbalasan) tolong-menolong, pukul-memukul
5 Sama-sama bersifat atau dalam keadaan (mereka)baik-baik, (gedung di
sepanjang jalan itu) tinggi-tinggi
6 Melemahkan/ketidaktentuan/seenaknya Duduk-duduk, main-main, tidur-
tiduran
7 Agak Malu-malu, pening-pening, takut-takut
8 Banyak dan bermacam-macam Sayu-sayuran, buah-buahan, lauk-
pauk
9 Bersifat seperti Keibu-ibuan, kebarat-baratan
10 Hal-hal yang berhubungan dengan Tali-temali, potong-memotong
11 Tiruan atau menyerupai Orang-orangan, mobil-mobilan

Kusno Budi Santoso, 1990, Problematika Bahasa Indonesia, Jakarta, Hlm 5-10
Tabel Imbuhan
Jenis No Morfem Alomorf Indikator Fonem Awal Kata Dasar Keterangan
Imbuhan Urut Dasar
Awalan 1 meN- men- t,c,d,j,n,z Fonem /t/ lebur
(Prefiks) mem- p,b,f,m,v Fonem /p/ lebur
meng- k,g,h,kh,vokal Fonem /k/ lebur
meny- s,sy Fonem /s/ lebur
me- l,r,w,y Tidak ada nasalisasi
2 peN- pen- t,c,d,j,n,z Fonem /t/ lebur
pem- p,b,f,m,v Fonem /p/ lebur
peng- k,g,h,kh,vokal Fonem /k/ lebur
peny- s,sy Fonem /s/ lebur
pe- l,r,w,y Tidak ada nasalisasi
3 ber- be- r dan bila suku pertama kata dasar berbunyi /er/ .
bel- Bila diikuti kata dasar ajar dan antara, unjur
r dan bila suku pertama kata dasar berbunyi /er/ .
4 per- pe-
Bila diikuti kata dasar ajar
pel-
r dan bila suku pertama kata dasar berbunyi /er/ .
5 ter- te- Bila diikuti kata dasar anjur
tel-
- Tidak pernah mengalami perubahan bentuk
6 di- -
- Tidak pernah mengalami perubahan bentuk
7 ke- -
- Tidak pernah mengalami perubahan bentuk
8 se- -

Sisipan 1 -er- - Semua sisipan tidak pernah mengalami perubahan bentuk


(Infiks) 2 -em- -
3 -el- -
Akhiran 1 -kan - Semua akhiran tidak pernah mengalami perubahan bentuk
(Sufiks) 2 -an -
3 -I -
4 -nya -
5 -lah -
6 -kah -
7 -pun -
Kusno Budi Santoso, 1990, Problematika Bahasa Indonesia, Jakarta, Hlm 5-10
• Keterangan Tambahan :
1. Konsonan t, p, k dan s tidak lebur mendapat awalan meN- maupun
peN-, bila:
a. Konsonan-konsonan tersebut mengawali kata dasar kedua.
Contoh : lihat – perlihatkan – memperlihatkan
tawa – tertawa – mentertawakan
jajar – sejajar – mensejajarkan
sulit – persulit – mempersulit
lantar – terlantar – menterlantarkan
imbang – seimbang – menseimbangkan
b. Konsonan-konsonan tersebut mengawali kata dasar yang masih terasa
dari bahasa asing.
Contoh : Kritik – mengkritik – promosi – mempromosikan
produksi – memproduksi kriteria --mengkriteriakan
sukses – mensukseskan sinyalir – mensinyalir
transfer – mentransfer transitif – mentransitifkan

Kusno Budi Santoso, 1990, Problematika Bahasa Indonesia, Jakarta, Hlm 5-10
c. Untuk kepentingan pembedaan arti.
Contoh :kaji – mengaji ( Al Quran )
kaji – mengkaji ( kebenaran sesuatu)
tunjuk – penunjuk ≠ petunjuk, pentar ≠ petatar
sakit – penyakit ≠ pesakit, penyuruh ≠ pesuruh
patah – pematah ≠ pepatah, penyapa ≠ pesapa
kasih – pengasih ≠ pekasih, pengaji ≠ pengkaji
2. Setiap Alomorf pasti sebuah morfem seperti morfem dasar.
3. Kata-kata yang fonem awalnya /sy/ maka nasalisasi yang
timbul, ditulis n dan bukan ny sekalipun alomorfnya peny-

Kusno Budi Santoso, 1990, Problematika Bahasa Indonesia, Jakarta, Hlm 5-10
Jenis No Morfem Keterangan
Imbuhan Urut Dasar
Walan 1 a- Berarti tidak
(Prefiks) 2 in- Berarti tidak
3 swa- Berarti sendiri
4 non- Berarti tanpa
5 pra- Berari sebelum
6 eks- Berarti bekas
7 antar- Berarti antara yang menyebutkan satu objek/benda
8 su- Berarti indah
9 tri- Berarti tiga
10 panca- Berarti lima
Sisipan 1 -in- Berasal dari bahasa Jawa dan mengandung penegasan dan
(Infiks) sangat tidak produktif
Akhiran 1 -i Untuk kata dasar yang berakhir dengan konsonan
(Sufiks) 2 -wi Untuk kata dasar yang berakhir dengan vokal
3 -wan Untuk kata dasar yang diakhiri suku kata bervokal /a/ dan /u/
4 -man Untuk kata dasar yang diakhiri suku kata bervokal /i/
5 -wati Penunjuk jenis perempuan dari akhiran wan dan man
6 -tor Menyatakan pelaku dari suatu peristiwa
7 -sasi Menyatakn suatu proses
8 -if Menyatakan sifat
9 -al Menyatakan sifat
10 -is Menyatakan sifat
11 -isme Menyatakan faham atau aliran
12 -ir Berarti . . . si/sasikan
13 -logi Mengandung arti ilmu
Jenis-jenis problematika
• jenis-jenis kesalahan dapat diklasifikasikan
berdasar sudut taksonomi kategori linguistik
meliputi kesalahan Fonologi, Morfologi,
Sintaksis, dan Leksikal, taksonomi siasat
permukaan, taksonomi komparatif, dan
taksnomi efek komparatif. (Tarigan, 1987: 276)

Malik, ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA


JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR, Eralingua : Jurnal Pendidikan Bahasa Asing dan
Sastra Volume 1 No.1 Maret 2017
Jenis-jenis problematika
• Pendapat populer
• Bahasa ibu
• Lingkungan
• Kebiasaan
• Interlingual
• interferensi

Malik, ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA


JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR, Eralingua : Jurnal Pendidikan Bahasa Asing dan
Sastra Volume 1 No.1 Maret 2017
Problematika Bahasa Indonesia
ditinjau dari segi morfologis
• Problematika Peluluhan Bunyi /p/
Misal :
No Salah Benar
1 Mempedulikan Memedulikan
2 Mempelopori Memmelopori
3 Memperhatikan Memerhatikan
4 Mempengaruhi Memengaruhi
5 Mempercayai Memercayai
6 Memperkosa Memerkosa
7 Mempesona Memesona

Jurnal Anonymous wxzz4pl, Problematika Morfologi Bahasa Indonesia, 2016


Penyimpangan diatas disebabkan kesalahpahaman
para pengguna tentang bentuk asal masing-masing
bentukannya. Karena bentuk asal bentukan-
bentukan tersebut diawali dengan suku kata pe
atau per, maka orang mengira bahwa pe atau per
tersebut adalah prefiks pe-, pe(N)-, atau per-.
Memang /p/ pada prefiks tidak luluh, seperti
halnya dalam contoh berikut ini:
1. Me(N)- + pergunakan : mempergunakan
2. Me(N)- + perjualbelikan : memperjualbelikan

Jurnal Anonymous wxzz4pl, Problematika Morfologi Bahasa Indonesia, 2016


Problematika peluluhan bunyi /t/
Misal :
No Salah Benar
1 Mentabukan Menabukan
2 Mentintai Menintai
3 Pentahapan Penahapan
4 Mentaati Menaati
5 Mentertibkan Menertibkan
6 Menterjemahkan Menerjemahkan
7 Penterjemah Penerjemah
8 Mentargetkan Menargetkan
9 Mentabanaskan Menabanaskan
10 Mentertawakan Menertawakan
11 Mentelantarkan Menelantarkan
12 Pentotalan Penotalan
Jurnal Anonymous wxzz4pl, Problematika Morfologi Bahasa Indonesia, 2016
Problematika Peluluhan Bunyi /s/
• Misal :
No Salah Benar
1 mensarikan menyarikan
2 mensabari Menyabari
3 mensekutukan menyekutukan
4 mensengsarakan menyengsarakan
5 mensentosakan menyentosakan
6 mensejahterakan menyejahterakan
7 mensurvei menyurvei

Jurnal Anonymous wxzz4pl, Problematika Morfologi Bahasa Indonesia, 2016


Analisis Problematika
Nisrina Ida

• Problematika akibat unsur serapan


• Masalahnya terdapat pada kata kata “sholawat”. Kata sholawat diambil dari bahasa arab.
Dalam bahasa Arab tidak dikenal bunyi /e/ seperti pada kata kenal atau kesal. Lalu,
bagaimana bentuk bakunya setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia? Untuk memahami
ini, ketika bahasa Indonesia masih bernama bahasa Melayu dan menggunakan aksara Jawi
(Arab Melayu). Dalam huruf Jawi tidak digunakan tanda baca. Sementara itu, bahasa
Melayu mengenal bunyi /e/. Oleh karena itu, dalam proses penyerapan kata dari bahasa
Arab terjadi perubahan bunyi /a/ menjadi /e/ seperti pada kata karamah menjadi keramat
dan jamaah menjadi jemaah. Kata ini terdiri atas tiga suku kata, jadi suku pertama vokalnya
/e/. Kata-kata lain yang sama seperti "selamat", "jemaat", "sedekah", dan "terjemah". Maka
bentuk baku nya adalah kata “selawat”
Marceline Clara

• Problematika akibat unsur serapan


• Masalahnya terdapat pada kata ‘Praktek’. Praktek merupakan bentuk tidak baku.
Menurut LWIM, kata Praktik diserap dari bahasa Belanda yaitu praktijk/prak’tεĮ.
Kemiripan lafal dengan kata da;am bahasa Belanda inilah yang membuat kesalahan
penulisan menjadi Praktek.
Masalah selanjutnya terdapat pada kata ‘jam’. Namun ini bukan termasuk dalam
problematika akibat unsur serapan melainkan permasalahannya terdapat pada makna
kata. Menurut Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, kata ‘jam’ menunjukkan
makna masa atau jangka waktu, sedangkan kata ‘pukul’ mengandung pengertian saat atau
waktu. Dengan demikian jika maksud yang ingin diungkapkan adalah waktu atau saat,
kata yang tepat digunakan adalah pukul, seperti Pukul 17.00-20.00 .Sebaliknya jika yang
ingin diungkapkan itu masa atau jangka waktu, kata yang tepat digunakan adalah jam,
seperti : Kami bekerja selama delapan jam sehari.
Widaksono Gasta Gasti
• Problematika akibat Analogi

Pada spanduk tertulis “Urut Pengobatan


Tradisional / Reflexi ” yang dimaksudkan
bahwa tempat tersebut menyediakan jasa
pengobatan urut tradisional atau refleksi.
Namun pada kalimat tersebut terdapat kata
“Reflexi” yang seharusnya ditulisan dalam
bahasa Indonesia yang benar yaitu “Refleksi”.
Refleksi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah gerakan otot (bagian badan)
yang terjadi karena suatu hal dari luar dan di
luar kemauan atau kesadaran. Kata Refleksi
berasaal dari bahasa Inggris yaitu Reflection
yang diserap dari bahasa latin yaitu Refelctere.

Dalam spanduk tersebut tertulis “Reflexi” yang


entah itu sebagai bentuk kreatifitas pemilik
yang menggabungkan antara bahasa Inggris dan
Indonesia menjadi satu kata.Penggunaan kata
“Reflexi” merupakan hasil dari analogi yang
tidak tepat. Spanduk dengan kata yang tidak
tepat bisa berpengaruh terhadap minat
konsumen untuk mengunjungi tempat tersebut
terutama bagi orang yang mempunyai
intelektual mengenai bahasa yang baik dan
benar.
Nabilla Salsa Billa Rahma Syifa

• Problematika peluluhan fonem


/s/
Pada gambar tersebut terdapat
kalimat “Berjuang
Mensejahterakan Rakyat”.
Masalah yang terdapat pada
kalimat tersebut ada pada kata
“Mensejahterakan”. Dalam kaidah
morfofonemik, fonem /N/
pada meN- dan peN- berubah
menjadi fonem /ň/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal
dengan fonem /s/. Kecuali bila
fonem /s/ mengawali morfem
dasar yang berasal dari bahasa
asing, /s/-nya tidak luluh tetapi
muncul fonem /n/. Dengan
demikian,
bentuk mensejahterakan seharusn
ya menyejahterakan karena
kata sejahtera bukan berasal dari
bahasa asing.

Anda mungkin juga menyukai