Anda di halaman 1dari 25

Problematika Morfologi

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Pascasarjana UMSurabaya
Yarno – Jln. Garuda IV/1 Rewwin, Waru, Sidoarjo 61256
08123194584 - Yarno41a@gmail.com
Kedudukan Objek Kajian Morfologi

Kajian morfologi tentu


sudah Bapak Ibu
Kata pelajari. Kali ini kita
akan mendiskusikan
Morfem beberapa problem
yang berkaitan dengan
proses morfologi
Morf dan
bahasa Indonesia.
alomorf
Bahasa berkembang seiring dengan
perkembangan pikiran dan budaya
pemakai bahasa yang bersangkutan.
Walaupun sudah ada sistem atau
kaidah pemakaiannya, selalu timbul
masalah. Misalnya di dalam
pembentukan bahasa Indonesia.
Problem Morfologis BI
1. Akibat bentukan baru
2. Akibat kontaminasi
3. Akibat adanya unsur serapan
4. Akibat analisis
5. Akibat perlakuan kluster
6. Akibat proses morfologis bentuk serapan
7. Akibat perlakuan bentuk majemuk
1. Akibat Bentukan Baru
Pemakai bahasa Indonesia menghasilkan
bentukan baru.
Contoh:
memberhentikan, memberlakukan,
keberhasilan, keterbelakangan, dikesa-
nakan, dikekirikan, turinisasi, lelenisasi,
duniawi
Contoh
1. Pemimpin perusahaan itu telah memberhentikan
sekretarisnya.
2. Presiden Jokowi telah memberlakukan keputusan
tentang PPKM.
3. Keberhasilan Indonesia di masa pandemi harus
dipertahankan.
4. Keterbelakangan masyarakat di bidang teknologi
perlu dicarikan solusi.
5. Supaya rapi, barang-barang ini perlu dikesanakan.
6. Letak tiang listrik ini sebaiknya dikekirikan.
7. Program turinisasi di daerah tandus menunjukkan
hasil.
Bentuk memberhentikan dan
memberlakukan tergolong bentuk
baru. Konstruksi prefiks + prefiks +
bentuk dasar + sufiks sebelumnya
tidak ditemukan. Pertanyaannya:
"Apakah dibenarkan suatu konstruksi
yang dibentuk dengan dua prefiks?"
Konstruksi itu terdiri atas empat morfem,
tetapi pembentukannya tidak serentak.
Pertama, konstruksi berhenti dibentuk dari
gabungan {ber-} dan {henti}.
Konstruksi berhenti dibentuk dengan
menambahkan {meN-} dan {-kan}
(sebagai simulfiks), sehingga
berkonstruksi memberhentikan.
Konstruksi berlaku dibentuk dari {ber-}
dan {laku}.
Dari bentuk berlaku, dibentuklah
memberlakukan, dengan
menambahkan {men-N} dan {-kan}.
(sebagai simulfiks).
memberhentikan memberlakukan

meN-kan berhenti meN-kan berlaku

ber- henti ber- laku


Bentuk dasar memberhentikan adalah berhenti.
Bentuk dasar memberlakukan adalah berlaku.
Bentuk henti dan laku adalah bentuk asal konstruksi itu.
Jadi, walau terdapat dua prefiks, konstruksi itu tetap
dibenarkan, selain bentuk menghentikan dan
melakukan.
Pembentukan konstruksi keberhasilan dan
keterbelakangan sama dengan proses bentukan
konstruksi memberhentikan, yaitu secara bertahap.
Bentuk dasarnya adalah berhasil dan terbelakang,
bukan hasil dan belakang.
Konstruksi dikesanakan dan dikekirikan
sebagai hasil analogi bentuk dikemukakan dan
dikesampingkan.
Konstruksi ini berbentuk dasar frasa, yaitu ke
sana, ke kiri, ke samping, dan ke muka.
Konstruksi ini dibenarkan karena bentuk dasar
tidak selalu monomorfemis, tetapi dapat juga
polimorfemis (bisa dua morfem, tiga morfem,
empat morfem).
2. Akibat Kontaminasi
Kontaminasi bahasa mengacaukan konstruksi
kebahasaan. Dua konstruksi, yang mestinya berdiri
secara terpisah, dipadukan menjadi satu konstruksi.
Akibatnya, arti konstruksi itu menjadi rancu.
Contoh: diperlebarkan, mengenyampingkan,
dipelajarkan.
diperlebarkan → diperlebar 'dibuat jadi lebih besar'
dilebarkan 'dibuat jadi lebar'.
Jadi, konstruksi diperlebarkan dianggap rancu.
mengenyampingkan → mengesampingkan dan
menyampingkan.
Yang dikacaukan bukan arti, tetapi morfofonemisnya,
yaitu meluluhkan bunyi [s] pada bentuk dasar ke
samping.
Bunyi awal bentuk dasar ke samping adalah [k].
Oleh sebab itu, bunyi [k] yang diluluhkan apabila
bergabung dengan morfem {meN-kan}. Jadi, yang
benar adalah mengesampingkan.
3. Akibat Unsur Serapan
Unsur serapan dari bahasa asing menimbulkan problem.
Misalnya: bentuk data-data, datum-datum, data, datum;
fakta-fakta, faktum-faktum, fakta, faktum; alumni, alumnus, para
alumni, para alumnus.
Kata berarti jamak: data, fakta, alumni
Kata berarti tunggal: datum, faktum, alumnus
Hanya bentuk jamak yang terserap ke dalam bahasa Indonesia
Bentuk tunggal belum terserap. Bagaimana menyiasatinya?
Bagaimana pula konstruksi para hadirin, para ulama, para
arwah (pahlawan)?
Bentuk hadirin, ulama, arwah (Arab) berarti 'jamak'.
4. Akibat Analogi
Analogi adalah suatu bentukan baru berdasarkan
contoh yang sudah ada.
Contoh:
ketidakadilan → ketidakberesan, ketidakbaikan, dst
Dikesampingkan → dikekanankan, dikesanakan,
dikesinikan, dikesitukan, dst.
pemersatu → pemerhati
penyuruh dan pesuruh → penatar dan petatar,
pendaftar dan pedaftar.
Terjadi kebingungan pemakai bahasa.
pihak → fihak
anggota → anggauta
Kata pihak → fihak. Bunyi [p] pada unsur serapan
dikembalikan ke bunyi aslinya, [f].
Jadi, kata pikir, paham, dan pasal dapat
dikembalikan menjadi fikir, faham, dan fatsal.
Namun, kata pihak bukan berasal dari bahasa
Arab, melainkan dari bahasa Melayu.
Bagaimana halnya dengan kata anggota →
anggauta? Silakan direnungkan.
5. Akibat Perlakuan Kluster
Kluster atau konsonan rangkap juga bermasalah dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia.
Kluster BI berasal dari unsur serapan.
Contoh:
program, proklamasi, prakarsa, traktir, transfer,
transkripsi, sponsor, standar, skala, klasifikasi, kritik,
kronologi.
Bagaimana apabila kata-kata tersebut bergabung dengan
afiks {meN-(kan/i)} dan {peN-(an)}?
Apakah konsonan /k, p, s, t/ dalam kata tersebut luluh?
memprogramkan memrogramkan pemprograman pemrograman
memproklamasikan memroklamasikan pemproklamasian pemroklamasian
mentraktir menraktir pentraktiran penraktiran
mentransfer menransfer pentransferan penransferan
mensponsori menyeponsori pensponsoran penyeponsoran
menstandarkan menyetandarkan penstandaran penyetandaran
mengklasifikasikan menglasifikasikan pengklasifikasian penglasifikasian
mengkritik mengritik pengkritikan pengritikan
Menurut sistem bahasa Indonesia, seharusnya
dipakai deretan II. Namun, ada beberapa
kelemahan:
1. Sifat bentuk serapan di atas berbeda dengan
bentuk dasar bahasa Indonesia asli, yaitu
konsonan rangkap dan tidak (walau berawal de-
ngan k, p, s, t);
2. Apabila diluluhkan, sangat mungkin penelusuran
kembali bentuk asli akan sulit;
3. Ada beberapa bentuk yang dapat menimbulkan
salah makna.
6. Akibat Proses Morfologis
Hampir semua bentuk serapan dapat diberi afiks
atau direduplikasikan.
Apakah semua bentuk serapan mengikuti kaidah
pembentukan kata bahasa Indonesia?
Contoh:
menterjemahkan vs menerjemahkan
mensuplai vs menyuplai
memparkir vs memarkir
mengkalkulasi vs mengalkulasi
Reduplikasi → pembentukan kata dengan mengulang bentuk
dasar (utuh, sebagian, variasi fonem).
Mobil → mobil-mobil → mobil-mobilan
Mobil (kata dasar), mobil-mobil (reduplikasi mobil), mobil-
mobilan (reduplikasi yang diikuti sufiks -an). Ini merupakan kata
ulang berimbuhan.

Balik → bolak-balik, kebalikan, sebaliknya, dibalik, membalik.


Kata bolak-balik → balik (bentuk dasar) diulang seluruhnya
dengan perubahan bunyi dari /a/ menjadi /o/ dan dari /i/ menjadi
/a/ → kata ulang berubah bunyi.

Mondar-mandir?
Bentuk serapan ada dua:
1. Bentuk serapan yang sudah lama menjadi keluarga
bahasa Indonesia sehingga tidak terasa lagi
keasingannya.
2. Bentuk serapan yang masih baru sehingga masih terasa
keasingannya.
Bila sudah lama terserap, bentuk bahasa itu harus mengikuti
kaidah yang ada. Jadi,
{meN-kan} + terjemah → menerjemahkan
{peN-an} + terjemah → penerjemahan

{meN-} + suplai → mensuplai/menyuplai?


{peN-(an)} + suplai → pensuplaian/penyuplaian?
7. Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk
Bentuk majemuk juga menimbulkan masalah.
Misalnya:
pertanggungjawaban vs pertanggungan jawab
kewarganegaraan vs kewargaan negara
Unsur-unsur bentuk majemuk dianggap sebagai satu kesatuan.
Jadi, bentuk tanggung jawab, warga negara tidak disisipi unsur
lain. Apabila terjadi afiksasi, harus diletakkan di awal unsur perta-
ma dan di akhir unsur kedua.
Pendapat kedua menganggap unsur-unsur bentuk tanggung
jawab dan warga negara renggang sehingga memungkinkan di-
sisipi bentuk lain. Muncullah bentuk pertanggunggan jawab dan
kewargaan negara.
Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa
hal yang perlu diselesaikan terkait dengan
kajian morfologi bahasa Indonesia.
Di berbagai jurnal ilmiah juga didapati
beberapa artikel yang membahas morfologi.
Silakan Anda membaca-bacanya. Semoga
mendapatkan inspirasi.
Bila ada temuan, mari kita diskusikan.

Anda mungkin juga menyukai